bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan konsep kebutuhan dasar...

35
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow atau yang di sebut Hirearki kebutuhan dasar Maslow yang meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yaitu; a. Kebutuhan fisiologis Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam Hierarki Maslow. Umumnya seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya di bandingkan dengan kebutuhan lainnya. Adapun macam-macam kebutuhan dasar fisiologis menurut Hierarki Maslow adalah kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan, kebutuhan eliminasi urine dan alvi, kebutuhan istirahat tidur, kebutuhan aktivitas, kebutuhan kesehatan temperature tubuh dan kebutuhan seksual. b. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari berbagai aspek baik fisiologis maupun psikologis.Kebutuhan ini meliputi kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau asing. c. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relative dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai.Kebutuhan rasa cinta adalah kebutuhan saling memiliki dan dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain. Kehangatan,

Upload: others

Post on 03-Mar-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar

1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow atau yang di

sebut Hirearki kebutuhan dasar Maslow yang meliputi lima kategori

kebutuhan dasar, yaitu;

a. Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam

Hierarki Maslow. Umumnya seseorang yang memiliki beberapa

kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi

kebutuhan fisiologisnya di bandingkan dengan kebutuhan lainnya.

Adapun macam-macam kebutuhan dasar fisiologis menurut

Hierarki Maslow adalah kebutuhan oksigen dan pertukaran gas,

kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan, kebutuhan

eliminasi urine dan alvi, kebutuhan istirahat tidur, kebutuhan

aktivitas, kebutuhan kesehatan temperature tubuh dan kebutuhan

seksual.

b. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman

Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud

adalah aman dari berbagai aspek baik fisiologis maupun

psikologis.Kebutuhan ini meliputi kebutuhan perlindungan diri dari

udara dingin, panas, kecelakaan, bebas dari perasaan terancam

karena pengalaman yang baru atau asing.

c. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki

Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relative dipenuhi,

maka timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai.Kebutuhan rasa

cinta adalah kebutuhan saling memiliki dan dimiliki terdiri dari

memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan

hubungan yang berarti dengan orang lain. Kehangatan,

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

9

persahabatan, mendapat tempat atau di akui daam keluarga,

kelompok atau lingkungan social.

d. Kebutuhan harga diri

Ada dua macam kebutuhan akan harga diri. Pertama, adalah

kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan, kompetensi,

percaya diri, kemandirian. Sementara yang kedua adalah

kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status, ketenaran,

dominasi, kebanggaan, dianggap penting, dan apresiasi dari orang

lain. Kebutuhan harga diri meliputi perasaan tidak bergantung pada

orang lain, kompeten, penghargaan terhadap diri sendiri dan orang

lain.

e. Kebutuhan aktualisasi diri

Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang

terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun secara hierarki,

melainkan saling mengisi.Kebutuhan ini meliputi dapat mengenal

diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi diri),

belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri, tidak emosional,

mempuya dedikasi yang tinggi, kreatif dan mempunyai

kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya.

Dalam buku kebutuhan dasar manusia, konsep Hierarki

Maslow ini menjelaskan bahwa manusia senantiasa berubah

menurut kebutuhannya.Jika seseorang merasa kepuasan, ia akan

menikmati kesejahteraan dan bebas untuk berkembang menuju

potensi yang lebih besar. Sebaliknya, jika proses pemenuhan

kebutuhan ini terganggu maka akan timbul kondisi patologis. Oleh

karena itu, dengan konsep kebutuhan dasar maslow akan di peroleh

persepsi yang sama bahwa untuk beralih ke kebutuhan yang lebih

tinggi kebutuhan dasar yang ada di bawahnya harus terpenuhi

terlebih dahulu (Mubarak dkk, 2015).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

10

2. Pengertian Kebutuhan Keamanan dan Proteksi

Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang

terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan.Kecelakaan merupakan

kejadian yang tidak dapat di duga dan tidak di harapkan yang dapat

menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan adalah keadaan aman

dan tentram (Tarwoto dan Wartonah, 2010). Menurut Mubarak dkk

(2015) kebutuhan akan keselamatan dan keamanan adalah suatu

keadaan seseorang agar terhindar dari ancaman bahaya atau

kecelakaan.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Keamanan dan

Keselamatan (Tarwoto dan Wartonah, 2010:143)

a. Usia

Pada anak-anak tidak terkontrol dan tidak mengetahui akibat dari

apa yang di lakukan. Pada orang tua atau lansia akan mudah sekali

terjatuh atau kerapuhan tulang

b. Tingkat kesadaran

Pada pasien koma, menurunnya respon terhadap rangsangan,

paralisis, disorentasi, dan kurang tidur.

c. Emosi

Emosi seperti kecemasan, depesi, dan marah akan mudah sekali

terjadi dan berpengaruh terhadapmasalah keselamatan dan

keamanan.

d. Status mobilisasi

Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran

menurun memudahkan terjadinnya risiko injuri atau gangguan

integritas kulit.

e. Gangguan presepsi sensori

Kerusakan sensori akan memengaruhi adaptasi terhadap

rangsangan yang berbahaya seperti gangguan penciuman dan

penglihatan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

11

f. Informasi atau komunikasi

Gangguan komunikasi seperti afasia atau tidak dapat membaca

menimbulkan kecelakaan.

g. Penggunaan antibiotic yang tidak rasional

Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan syok anafilaktik.

h. Keadaan imunitas

Gangguan imunitas akan menimbulkan daya tahan tubuh yang

kurang sehinggamudah terserang penyakit.

i. Ketidakmampuan tubuh dalam tubuh dalam memproduksi sel

darah putih. Sel darah putih berfugsi sebagai pertahanan tubuh

terhadap sesuatu penyakit.

j. Status nutrisis

Keadaan nutrisis yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan

mudah terserang penyakit, demikian sebaliknya, kelebihan nutrisi

berisiko terhadap penyakit tertentu.

k. Tingkat pengetahuan

Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan

dapat di prediksi sebelumnya.

4. Konsep Dasar Masalah Pada Kebutuhan Keamanan dan Proteksi

Masalah keperawatan yang masuk dalam kategori lingkungan dan

sub kategori keamanan dan proteksi dalam stadar diagnosis

keperawatan Indonesia (SDKI, 2016).

a. Gangguan kerusakan integritas kulit/jaringan

Kerusakan kulit (dermis, dan/atau epidermis) atau jaringan

(membrane mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang,kartilago,

kapsul sendi atau ligament).

b. Hipertermi

Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.

c. Hipotermi

Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

12

d. Perilaku kekerasan

Kemarahan yang diekspresikan secara berlebihan dan tidak

terkendai secara verbal sampai dengan mencederai orang lain

dan/atau merusak lingkungan.

e. Perlambatan pemulihan pasca bedah

Pemanjangan jumlah hari pascabedah untuk memulai dan

melakukan aktivitas sehari-hari.

f. Resiko infeksi

Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.

g. Resiko jatuh

Beresiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan

akibat terjatuh.

h. Resiko bunuh diri

Beresiko melakukan upaya menyakiti diri sendiri untuk mengakhiri

kehidupan.

i. Resiko cidera pada ibu

Beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik pada ibu selama

masa kehamilan sampai dengan proses persalinan.

j. Resiko cidera pada janin

Beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik pada janin selama

proses kehamilan dan persalinan.

k. Resio mutilasi diri

Bersesiko sengaja mencederai diri yang menyebabkan kerusakan

fisik untuk memperoleh pemulihan ketegangan.

l. Resiko alergi

Beresiko mengalami stimulasi respon imunitas yang berlebihan

akibat terpapar alergen.

m. Resiko luka tekan

Beresiko mengalami cedera lokal pada kulit dan/atau jaringan,

biasannya pada tonjolan tulang akibat tekanan dan/atau gesekan.

n. Termoregulasi tidak efektif

Kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

13

o. Resiko cedera

Beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang

menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam

kondisi baik.

5. Pencegahan Infeksi

Proses inflamasi tidak boleh dihentikan oleh karena menjadi

mekanisme pertahanan tubuh terhadap cidera trauma yang merusak

kulit. Berikut tindakan keperawatan dan kolaborasi pada tahap

inflamasi.

a. Mencuci luka dengan larutan fisiologis yang tidak iritatif atau

merusak jaringan luka dan dapat menggunakan antiseptik gentle

(lembut) untuk mencegah infeksi atau mengontrol pertumbuhan

kuman. Mencuci luka dapat menggunakan teknik swab atau

gosokan lembut dan irigasi.

b. Membatasi penggunaan iodine povidine yang dapat menghambat

fibroblast dalam sintesis kolagen dan penggunaan hydrogen

peroksida yang merusak jaringan luka.

c. Mengajarkan individu manajemen nyeri dan elevasi bagian tubuh

yang cedera atau luka untuk meningkatkan kenyamanan dan

mencegah edema berlebihan.

d. Memilih tropikal terapi yang mendukung lingkungan luka lembab

(moist), sehingga mempercepat proses penyembuhan luka dan

mencegah infeksi.

e. Memberikan vitamin c (antioksidan), pyridoxine, riboflavin dan

thiamine yang dapat membantu stamina tubuh atau sel dalam

melawan bakteri sebagai penyebab infeksi serta asam lemak omega

3 yang dapat membantu dalam respon inflamasi dan mencegah

infeksi.

f. Memberikan pendidikan kesehatan cara perawatan luka di rumah

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

14

g. Mengawasi pemberian obat antibiotik, kortikosteroid, atau anti

inflamasiyang dapat menghambat sel neutrophil dan fibroblast

bekerja (Wijaya, 2018).

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan

dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data

dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi

status kesehatan klien (Budiono dkk, 2016).

Data dapat diperoleh dari riwayat keperawatan, keluhan utama pasien,

pemeriksaan fisik, serta penunjang atau tes diagnostik.Riwayat

keperawatan, misalnya; riwayat kesehatan keluarga, riwayat peyakit

sekarang, dan riwayat kejadian.Pemeriksaan fisik meliputi

pemeriksaan kepala sampai ke kaki (head to toe) melalui teknik

inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.Pemeriksaan penunjang,

misalnya hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, dan

pemeriksaan biopsy (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

Berikut adalah pengkajian pada pasien diabetes mellitus;

a. Identitas klien

1. Nama : -

2. Umur : Pada pasien diabetes tipe 2 biasanya terjadi

pada usia di atas 40 tahun (Hans Tandra, 2017).

3. Jenis kelamin : Wanita lebih banyak dibandingkan pria

(Hans Tandra, 2017)

4. Tempat tinggal : Daerah perkotaan ( Bilous dan Donelly,

2014)

b. Keluhan utama

Keluhan utama adalah penyebab yang mendorong seseorang

mencari pertolongan (Brunner dan Suddarth, 2001).Keluhan utama

yang biasa dikeluhkan pasien diabetes melitus yaitu banyak

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

15

kencing, rasa haus, berat badan turun, luka sukar sembuh disertai

infeksi, sering kesemutan, badan terasa lemah, kulit kering dan

gatal.(Hans Tandra, 2015).

c. Riwayat kesehatan sekarang

1. Banyak kencing

Hal ini terjadi karena ginjal tidak dapat menyerap kembali

gula yang berlebihan di dalam darah sehingga gula akan

menarik air ke luar jaringan. Selain kencing menjadi sering dan

banyak, anda juga mengalami dehidrasi atau kekurangan

cairan.

2. Rasa haus

Untuk mengatasi dehidrasi, rasa haus timbul dan anda akan

banyak minum,dan terus minum.

3. Berat badan selalu turun

Hal ini diakibatkan otot tidak mendapat cukup gula dan

energy untuk tumbuh sehingga mau tak mau jaringan lemak

dan otot harus di pecah untuk memenuhi kebutuhan

energi.Efeknya berat badan menjadi turun, meskipun makannya

banyak.

4. Luka sukar sembuh

Penyabab luka sukar sembuh adalah pertama, akibat infeksi

hebat sehingga kuman atau jamur mudah tumbuh pada kondisi

gula darah tinggi, kedua karena kerusakan pembuluh darah

sehingga aliran darah tidak lancar pada kapiler sehingga

menghambat penyembuhan luka, dan yang ketiga adalah

kerusakan saraf, luka yang tidak terasa menyebabkan diabetesi

tidak menaruh perhatian luka dan membiarkannya semakin

busuk.

5. Mudah kena infeksi

Leukosit (sel darah putih) yang biasanya dipakai untuk

melawan infeksi tidak dapat berfungsi dengan baik pada

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

16

keadaan gula darah tinggi.Diabetes membuat anda mudah

terkena infeksi.

6. Rasakesemutan

Kerusakan saraf yang disebabkan glukosa tinggi akan

merusak dinding pembuluh darah, yang mengganggu nutrisi

bagi saraf. Karena rusaknya saraf sensori maka keluhan yang

paling sering muncul adalah rasa kesemutan atau baal (tidak

terasa).

7. Badan lemah

Keluhan diabetes dapat menyerupai rasa capek, lemah, dan

nafsu makan menurun. Pada diabetesi, gula tidak lagi dapat

diangkut ke dalam sel untuk menjadi energi.

8. Mata kabur

Gula darah yang tinggi akan menarik ke luar cairan dari lensa

mata sehingga lensa menjadi tipis. Akibatnya mata diabetesi

mengalami kesulitan focus, selanjutnya membuat penglihatan

menjadi kabur(Hans Tandra, 2015).

d. Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya klien diabetes melitus memiliki riwayat hipertensi (Hans

Tandra, 2015).

e. Riwayat kesehatan keluarga

Penyakit yang mungkin diturunkan, menular, atau berhubungan

dengan lingkungan hidup. Pada pasien diabetes biasanya adanya

riwayat keluarga yang menderita Diabetes melitus (Wijaya, 2018)

1. Pengkajian Luka Menurut (Hess, 1999) dalam Wijaya (2018)

a. Tipe penyembuhan luka

Tipe penyembuhan luka adalah klasifikasi proses kulit dan jaringan

tubuh yang mengalami ciderauntuk memperbaiki diri dan melakukan

proses penyembuhan luka (type of wound repair) dapat di bagi menjadi

tiga tipe dimana setiap tipe tergantung pada luka dapat diuraikan

sebagai berikut:

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

17

1. Tipe primer

Type penyembuhan primer merupakan perbaikan jaringan

tubuh dalam proses penyebuhan luka dibantu dengan suatu alat

atau bahan.tipe ini terjadi pada luka pascabedah dimana tepi luka

satu dan lainnya, penyembuhannya dibantu dengan jahitan benang

(suture), surgical staples, tape (plaster), lem atau gel (perekat).

2. Tipe sekunder

Tipe penyembuhan sekunder adalah perbaikan jaringan

tubuh dalam proses penyembuhan luka tanpa bantuan alat tetapi

dengan menumbuhkan jaringan baru (granulasi) dari dasar luka

sampai luka menutup. Tipe penyembuhan ini menggunakan

berbagai balutan luka yang dapat menstimulasi pertumbuhan

jaringan granulasi dari dasar luka sampai epitelisasi menutup

seluruh permukaan luka.

3. Tipe tersier

Tipe penyembuhan tersier tersebut sebegai tipe

penyembuhan primer yang lambat (delayed primary intention)

yatu perbaikan jaringan tubuh dalam proses penyembuhan luka

dengan menghilangkan infeksi atau benda asing yang terjadi pada

tipe penyembuhan primer. Ketika infeksi atau benda asing dapat

di hilangkan, maka tipe penyembuhannya dapat menggunakan

tipe penyembuhan sekunder atau primer. Pada tipe penyembuhan

ini, perawat dapat melakukan tindakan kolaborasi dengan tenaga

kesehatan profesional lainnya untuk mengatasi infeksi, sehingga

tujuan penyembuhan luka akan cepat tercapai.

b. Lokasi anatomi luka

Pengkajian lokasi anatomi luka dilakukan untuk memberikan

deskripsi luka secara akurat pada kolega dan menjadi tanda terkait

penyebab dari luka.Lokasi anatomi luka juga memberikan gambaran

bagaimana rencana perawatan yang di butuhkan.pada klien dengan

diabetes yang memiliki luka pada telapak kaki akibat neuropati akan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

18

membutuhkan control glukosa darah adekuat dan off-loading serta

perawatan kaki secara berkelanjutan (Wijaya, 2018).

c. Dimensi luka

Dimensi luka adalah hasil pengukuran luas luka menggunakan

parameter standar melupiti dua dimensi (panjang dan lebar) atau Tiga

dimensi (panjang, lebar dan kedalaman). Pengkajian dimensi luka

dilakukan untuk memberikan gambaran perubahan ukuran luka

sebagai indikasi adanya proses penyembuhan luka lebih baik(Wijaya,

2018).

d. Stadium luka

Pengkajian stadium luka adalah pengukuran seberapa luas lapisan

kulit dan jaringan yang rusak.menyatakan bahwa pengukuran luka

dapat di gunakan untuk memilih intervensi yang tepat dalam

mengembalikan integritas kulit dan memberikan informasi berapa

lama waktu yang dibutukan dalam proses penyembuhan luka. Stadium

luka di bagi menjadi empat berdasarkan kerusakan lapisan kulit.Pada

luka yang di tutupi oleh slough atau nekrotik (jaringan mati) maka

pengkajian stadium luka tidak dapat dilakukan sehingga pada keadaan

tersebut diklasifikasikan sebagai unstadium atau tidak terstadiumkan.

1. Stadium 1; lapisan kulit epidermis utuh hanya kemerahan

2. Stadium 2; lapisan epidermis hilang sampai mengenai sebagian

dermis

3. Stadium 3; kerusakan sampai ke lapisan subkutan

4. Stadium 4; kerusakan sampai terlihat tendon, kapsul sendi, tulang

dan fasia

5. Tidak terstadiumkan, tertutup jaringan nekrotik(Wijaya, 2018).

e. Warna dasar luka dan tipe jaringan

Dasar luka memiliki tiga tipe jaringan yang di bedakan

berdasarkan warnanya.System warna yang digunakan untuk

membedakan tipe jaringan luka di kenal dengan system RBY (red

yellow black).System ini digunakan karena lebih mudah dan konsisten

dalam penggunaanya. System warna dasar luka tersebut yaitu; merah

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

19

(granulasi), kuning (slough), hitam (nekrotik).pada umumnya luka

terdiri dari kombinasi dari berbagai tipe jaringan dan harus harus di

gambarkan dengan presentase, misalnya 50% granulasi, 50% slough

(Wijaya, 2018).

f. Eksudat

Eksudat atau cairan luka atau drainage adalah akumulasi caira yang

di keluaran oleh luka yang terdiri dari serum, debris selular, bakteri

dan leukosit.Pengkajian eksudat meliputi; jumlah, warna,

konsistensidan baunya. Menurut Bates-Jensen (1997) membagi jumlah

eksudat menjadi tidak ada eksudate, lembap, sedikit, sedang dan

banyak

Jumlah eksudat dan efek pada luka;

1. Tidak ada, jaringan luka kering.

2. Lembap, jaringan lua lembab.

3. Sedikit, jaringan luka basah,kelembapan merata pada luka, cairan

sekitar 25% dari dressing.

4. Sedang, jaringan luka jenih (saturasi),kelembapan mungkin

merata atau tidak pada luka,cairan sekitar 25%-75% dari dressing.

5. Banyak, jaringan luka sangat basah, cairan sekitar membasahi

seluruh dressing atau merembes.

Eksudat juga termasuk memeriksa warna dan kosistensinya yang dapat

dibagi menjadi empat yaitu;

1. Serous; eksudat bening atau kuning pucat yang berisi plasma cair.

2. Sanguineus; eksudat berisi darah segar dengan konsistensi kental

atau cair.

3. Serosanguineus; eksudat berisi plasma dan sel darah merah.

4. Purulen; eksudat mengandung sel darah putih, organisme hidup

atau mati, warna kuning, hijau atau coklat sebagai tanda infeksi

serta konsistensi kental atau cair dan berbau(Wijaya, 2018).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

20

g. Odor

Odor atau bau pada luka atau cairan luka (eksudat) dapat

menandakan adanya pertumbuhan mikroorganisme pada

luka.karakteristik bau pada luka akan bervariasi tergantung pada

kelembapan luka, organisme, jumlah jaringan mati. Menurut Hugton

dan Young (1995), bau dapat dikaji dengan Odour Assessment Scoring

Tool yang di bagi menjadi empat sector yaitu;

1. Kuat; bau ketika memasuki ruangan (6-10 kaki atau 2-3

meter dari klien) dengan dressing utuh tidak di buka.

2. Moderate; bau ketika memasuki ruangan (6-10 kaki atau 2-3

meter dari klien) dengan dressing sudah di buka.

3. Ringan; bau ketika berada didekat klien dengan balutan di

buka.

4. Tidak ada; tidak ada bau walaupun di samping klien dengan

dressing di buka(Wijaya, 2018).

h. Pinggiran luka

Pinggiran luka harus di kaji sebagai bagian integral dari evaluasi

luka.Pinggiran luka akan memberikan gambaran proses epiteisasi

berkembang, kronisitas dan bahkan etiologi. Baranoski dan Ayello

(2012)menyatakan bahwa proses migrasi luka di mulai dari pinggir

luka menuju ke tengah sampai menutupi seluruh luka(Baranoski dan

Ayello, (2012) dalam Wijaya, 2018).

i. Kulit sekitar luka

Pengkajian kulit sekitar luka harus di lakukan secara rutin setiap

mengganti dressing atau balutan. Parameter dalam pengkajian kulit

sekitar luka sebagai berikut;

1. Warna; eritema, pucat atau kebiruan.

2. Tekstur; lembab, kering, maserasi dan mengeras.

3. Suhu kulit; hangat atau dingin.

4. Integritas kulit; maserasi, ekskoriasi, mengelupas, lesi, edema atau

erosi(Wijaya, 2018).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

21

j. Infeksi

Ada tidaknya tanda infeksi local harus didokumentasikan sebagai

bagian dari pengkajian.Infeksi local yang klasik dapat di tandai dengan

peningkatan slough, eksudat berlebih disertai perubahan warna dan

konsistensi, jaringan granulasi pucat, kemerahan dan hangat sekitar

luka, nyeri atau nyeri tekan, bau yang tidak sedap dan luka semakin

meluas(Wijaya, 2018).

k. Nyeri

Nyeri pada luka dapat di identifikasi adanya infeksi atau kerusakan

luka lebih parah akibat pilihan tindakan yang tidak tepat atau

insufisiensi vascular.Pengkajian nyeri perlu dilakukan secara teratur

untuk membantu penyembuhan luka.Nyeri tidak hanya di ungkapkan

tetapi juga dapat di ekspresikan dari raut wajahnya, sehingga perawat

dalam melakukan perawatan luka harus memperhatikan respon non

verbal klien (Wijaya, 2018).

2. Pemeriksaan Umum (Kardiyudiani dan Susanti, 2019)

a. Aktivitas atau Istirahat

Gejala; insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan

koordinasi, kelelahan berat.

tanda; Atrofi otot.

b. Sirkulasi

Gejala; palpitasi, nyeri dada (angina).

Tanda; distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur,

peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang

berat.Takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis

tirotoksikosis).

c. Eliminasi

Gejala; perubahan pola berkemih (polyuria, nocturia), rasa nyeri

atau terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih

berulang, nyeri tekan abdomen, diare, urine encer, pucat, kuning,

polyuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

22

hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus

lemah dan menurun, hiperaktif (diare).

d. Integritas atau ego

Gejala; stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang

berhubungan dengan kondisi.

Tanda; ansietas peka rangsang.

e. Makanan atau cairan

Gejala; hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti

diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat

badan lebuh dari periode beberapa hari atau minggu, haus,

penggunaan diuretic (tiazid).

Tanda; kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran tiroid

(peningkatan kebutuhan metabolisme dengan peningkatan gula

darah), bau halitosis ataumanis, bau buah (napas aseton).

f. Neurosensory

Gejala; pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan

pada otot parasetia, gangguan penglihatan.

Tanda; disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap

lanjut), gangguan memori baru masa lalu, kacau mental. Reflek

tendon dalam (RTD menurun;koma), aktivitas kejang (tahap lanjut

dari DKA).

g. Nyeri atau kenyamanan

Gejala; abdomen yang tegang atau nyeri (sedang atau berat), wajah

meringis dengan palpitasi,tampak sangat berhati-hati.

h. Pernapasan

Gejala; merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa

spuntum purulun (tergantung adanya infeksi atau tidak).

Tanda; sesak napas, batuk dengan atau tanpa puntum purulent

(infeksi), frekuensi pernapasan meningkat.

i. Keamanan

Gejala; kulit kering, gatal, ulkus kulit.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

23

Tanda; demam, diafhoresis, kulit rusak, lesi atau ulserasi,

menurunnya kekuatan umum atau rentang gerak, paratesia atau

paralysis otot termasuk otot pernapasan (jika kadar kalium menurun

dengan cukup tajam).

j. Seksualitas

Gejala; Rabas wanita (cenderung infeksi), masalah impotent pada

pria.

Tanda; glukosa darah meningkat 100-200 mg/dl atau lebih, aseton

plasma positif secara mencolok asam lemak bebas kadar lipid dengan

kolestrol meningkat.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu pertanyaan yang

menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola

interaksi aktual atau potensial) dari individu atau kelompok tempat Anda

secara legal mengidentifikasi dan Anda dapat memberikan intervensi

secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi,

menyingkirkan, atau mencegah perubahan (Budiono, 2016).

Selanjutnya, pengertian lain menyebutkan bahwa diagnosis

keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respons individu,

keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan aktual ataupun potensial sebagai dasar pemilihan intervensi

keperawatan untuk mecapai hasil tempat perawat bertanggung jawab

(Budiono, 2016).

Menurut SDKI (2016) diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien

yang mengalami diabetes melitus adalah:

1. Kerusakan integritas kulit atau jaringan

Kerusakan kerusakan integritas kulit atau jaringan adalah Kerusakan

kulit (dermis, dan epidermis) atau jaringan (membrane mukosa,

kornea, fasia, otot, tendon, tulang,kartilago, kapsul sendi atau

ligament).

Gejala dan tanda

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

24

1. Kerusakan jaringan dan lapisan kulit

2. Nyeri

3. Pendarahan

4. Kemerahan

5. Hematoma (SDKI, 2016)

Faktor yang berhubungan

a. perubahan sirkulasi

b. perubahan status nutrisi (kelebihan dan kekurangan)

c. kekurangan atau kelebihan volume cairan

d. penurunan mobilitas

e. bahan kimia iritatif

f. faktor mekanis (mis. Penekanan pada tonjolan tulang, gesekan)

atau faktor elektris (elektrodiatermi, energi listrik bertegangan

tinggi)

g. suhu lingkungan yang ekstrem

h. efek samping terapi radiasi

i. proses penuaan

j. perubahan pigmentasi dan perubahan hormonal

k. kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan atau

melindungi integritas jaringan (SDKI, 2016).

2. Resiko infeksi

Resiko infeksi adalah dimana luka beresiko mengalami peningkatan

terserang organisme patogenik (SDKI, 2016).

Faktor resiko

1. Ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan integitas kulit,

perubahan sekresi PH, penurunan kerja siliaris, ketuban pecah

lama)

2. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder-penurunan

hemoglobin, leukopenia, respons imun tertekan.

3. Penyakit kronis (mis. diabetes mellitus)

4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan

5. Malnutrisi

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

25

6. Efek prosedur invasive (SDKI, 2016).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

26

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Tabel 2.1 : Rencana Keperawatan Menurut SIKI 2018

i NO

DIAGNOSIS INTERVENSI UTAMA INTERVENSI PENDUKUNG

1 Gangguan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (Nic-Noc, 2015). Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah teratasi dengan kriteria hasil:

1. Perfusi jaringan normal

2. Tidak ada tanda-tanda infeksi

3. Ketebalan dan tekstur jaringan normal

4. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidera berulang

5. Menunjukan terjadinya proses penyembuhan luka

Perawatan integritas kulit Observasi: 1. Identifikasi penyebab integritas kulit

(mis. Perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembapan, suhu lingkunganekstrem, penurunan mobilitas) (SIKI, 2018).

Terapeutik: 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah

baring 2. Lakukan pemijatan pada area

penonjolan tulang 3. Bersihkan perineal dengan air

hangat,terutama selama periode diare 4. Gunakan produk berbahan petrolium

atau minyak pada kulit kering 5. Gunakan produk berbahan

ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif

6. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering (SIKI, 2018).

1. Dukungan perawatan diri 2. Edukasi perawatan diri 3. Edukasi perawatan kulit 4. Edukasi perilaku upaya kesehatan 5. Edukasi pola perilaku kebersihan 6. Edukasi program pengobatan 7. Konsultasi 8. Latihan rentang gerak 9. Manajemen nyeri 10. Pelaporan status kesehatan 11. Pemberian obat 12. Pemberian obat intradermal 13. Pemberian obat intramuskular 14. Pemberian obat intravena 15. Pemberian obat kulit 16. Pemberian obat subkutan 17. Pemberian obat topikal 18. Penjahitan luka 19. Perawatan area insisi 20. Perawatan imobilisasi 21. Perawatan kuku 22. Perawatan luka bakar

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

27

Edukasi: 1. Anjurkan menggunakan pelembap

(mis. Lotion, serum) 2. Anjurkan minum air yang cukup 3. Anjurkan meningkatkan asupan

nutrisi 4. Anjurkan meningkatkan asupan buah

dan sayur 5. Anjurkan menghindari terpapar suhu

ekstrem 6. Anjurkan menggunakan tabir surya

SPF minimal 30 saat berada di luar rumah

7. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya (SIKI, 2018).

Perawatan luka Observasi: 1. Monitor karakteristik luka (mis.

Drainase, warna, ukuran, bau) 2. Monitot tanda-tanda infeksi (SIKI,

2018). Terapetik: 1. Lepaskan balutan dan plester secara

perlahan 2. Cukur rambut disekitar daerah luka 3. Bersihkan jaringan nekrotik 4. Bersikan salep yang sesuai ke kulit

23. Perawatan luka tekan 24. Perawatan pasca seksio sesaria 25. Perawatan skin graft 26. Teknik latihan penguatan otot dan sendi 27. Terapi lintah 28. Skrining kanker(SIKI, 2018).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

28

atau lesi, jika perlu 5. Pasang balutan sesuai jenis luka 6. Pertahankan teknik steril saat

melakukan perawatan luka 7. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat

dan drainase 8. Jadwalkan perubahan situasi setiap 2

jam atau sesuai kondisi klien 9. Berikan diet dengan kalori 30-35

kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-1,5 g/kgBB/hari

10. Berikan suplemenvitamin dan mineral (mis. Vitamin, vitamin C, Zinc, asam amino), sesuai indikasi

11. Berikan terapi TENS (stimulasi saraf transkutaneous), jika perlu (SIKI, 2018).

Edukasi: 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 2. Anjurkan mengkonsumsi makanan

yang tinggi protein dan kalori 3. Ajarkan prosedur perawatan luka

secara mandiri (SIKI, 2018).

Kolaborasi: 1. Kolaborasi prosedur debriment (mis.

Enzimatik, biologis, mekanis, autolitik), jika perlu

2. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

29

perlu (SIKI, 2018).

2 Risiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes melitus)(Nic-Noc, 2015). Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperarawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah teratasi dengan kriteria hasil: 1. Klien bebas dari tanda

dan gejala infeksi 2. Mendeskripsik.an proses

penularan penyaki, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya.

3. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.

4. Jumlah leukosit dalam

Pencegahan Infeksi: Observasi:

1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik.

Terapeutik: 2. Batasi jumlah pengunjung. 3. Berikan perawatan kulit pada area

edema. 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah

kontak dengan pasien dan lingkunganpasien.

5. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi. (SIKI, 2018)

Edukasi: 6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi. 7. Ajarkan cara mencuci tangan dengan

benar. 8. Ajarkan etika batuk. 9. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka

atau luka operasi. 10. Anjurkan meningkatkan asupan

nutrisi.

1. Dukungan pemeliharaan rumah 2. Dukungan perawatan diri: mandi 3. Edukasi pencegahan luka tekan 4. Edukasi seksualitas 5. Induksi persalinan 6. Latihan batuk efektif 7. Manajemen jalan nafas 8. Manajemen imunisasi/vaksin 9. Manajemen lingkungan 10. Manajemen nutrisi 11. Manajemen medikasi 12. Pemantauan elektrolit 13. Pemantauan nutrisi 14. Pemantauan tanda vital 15. Pemberian obat 16. Pemberian obat intravena 17. Pemberian obat oral 18. Pencegahan luka tekan 19. Pengaturan posisi 20. Perawatan amputasi 21. Perawatan area insisi 22. Perawatan kehamilan risiko tinggi 23. Perawatan luka bakar

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

30

batas normal. 5. Menunjukan perilaku

hidup sehat.

11. Anjurkan meningkatkan asupan cairan. (SIKI, 2018).

Kolaborasi: 12. Kolaborasi pemberian imunkisasi, jika

perlu (SIKI, 2018).

24. Perawatan luka tekan 25. Perawatan pasca persalinan 26. Perawatan perineum 27. Perawatan persalinan 28. Perawatan persalinan risiko tinggi 29. Perawatan selang 30. Perawatan selang dada 31. Perawatan selang gastrointestinal 32. Perawatan selang umbilikal 33. Perawatan sirkumsisi 34. Perawatan skin graft 35. Perawatan terminasi kehamilan(SIKI,

2018).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

31

4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana perawatan.Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri

(independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen)

adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan sendiri dan

bukan merupakn petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain.

Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan

bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain. Agar lebih jelas dan

akurat dalam melakukan implementasi, diperlukan perencanaan

keperawatan yang spesifik dan operasional (Tarwoto dan Wartonah, 2015).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk

dapat menemukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi pada

dasarnya adalah membandingkan status keadaan kesehatan pasien dengan

tujuan atau kriteria hasil yang telah di tetapkan.Evaluasi perkembangan

kesehatan pasien dapat dilihat dari hasil tindakan keperawatan.Tujuannya

untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan

memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Jika

tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang kelak kesalahanya, dicari jalan

keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu di

lakukan perubahan intervensi (Tarwoto dan Wartonah, 2015).

C. Tinjauan Konsep Penyakit

1. Pengetian Diabetes Melitus

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kronis yang di tandai

dengan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah dan selalu di sertai

dengan munculnya gejala utama, yakni urine yang berasa manis dalam

jumlah yang besar. Kelainan yang menjadi penyebab mendasar diabetes

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

32

melitus adalah difisiensi relatif atau absoult dari hormone insulin (Bilous

dan Donelly, 2014).

2. Klasifikasi Diabetes

Klasifikasi diabetes berdasarkan etiologi penyakit. Terdapat empat kategori

diabetes;

a. Diabetes tipe 1 (disebabkan oleh penghancuran sel pulau

pankreas).

Diabetes tipe 1 di bagi menjadi dua jenis utama; ia atau autoimun

(sekitar 90% pasien penderita diabetes tipe 1 di Eropa dan

Amerika Utara yang merupakan penanda imun, seperti antibody

sel pulau pankreas yang bersirkulasi, menunjukan penghancuran

atau destruksi sel β dan 1 b atau idiopatik (tidak ditemukan bukti

autoimun) (Bilous dan Donelly, 2014).

b. Diabetes tipe 2

Diabetes tipe ini adalah jenis yang paling sering dijumpai.

Biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun, tetapi biasa pula timbul

pada usia di atas 20 tahun. Sekitar 90-95% penderita diabetes

adalah tipe 2. Pada diabetes tipe 2 pankreas masih bisa membuat

insulin, tetapi kualitasnya buruk, tidak berfungsi dengan baik

sebagai kunci memasukan gula ke dalam sel. Pada diabetes tipe 2

pasien biasanya tidak di suntikan insulin dalam pengobatannya,

tetapi memerlukan obat untuk memperbaiki fungsi insulin itu

(Hans Tandra, 2017).

c. Diabetes pada kehamilan

Diabetes yang muncul hanya pada saat hamil disebut diabetes tipe

gestasi atau gestational diabetes.Keadaan ini terjadi karena

pembentukan beberapa hormone pada ibu hamil yang

menyebabkan resistensi insulin.Diabetes semacam ini biasannya di

ketahui setelah kehamilan bulan keempat ke atas, kebanyakan pada

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

33

trimester ke tiga (tiga bulan terakhir kehamilan).Setelah persalinan,

pada umumnya gula darah kembali normal (Hans Tandra, 2017).

d. Diabetes lain

Ada pula diabetes yang tidak termasuk dalam kelompok di atas

yaitu diabetes sekunder atau akibat dari penyakit lain, yang

mengganggu produksi insulin atau mempengaruhi kerja insulin

(Hans Tandra, 2017). Penyebab diabetes semacam ini adalah;

1. Radang pancreas (pankreatitis)

2. Gangguan kelenjar adrenal atau hipofisis

3. Penggunaan hormone kortikosteroid

4. Pemakaian beberapa obat antihipertensi atau antikolestrol

5. Malnutrisi

6. Infeksi

3. Penyebab Diabetes Tipe 2

Sekita 80% pendeita diabetes tipe 2 terbukti mengalami obesitas atau

kegemukan dan resiko diabetes meningkat secara progresif yang ditunjukan

oleh indeks massa tubuh (IMT) yakni berat badan kg di bagi dengan tinggi

badan dalam millimeter meningkat. Bila IMT lebih dari 35 kg/millimeter,

resiko diabetes akan meningkat sepanjang 10 tahun sebesar 80 kali lipat

dibandingkan dengan nilai IMT yang kurang dari 22 kg/millimeter. Obesitas

ditetapkan secara luas bila IMT >30 kg/millimeter, walaupin IMT tidak

secara akurat mencerminkan massa lemak atau distribusinya terutama pada

populasi Asia. Pemeriksaan yang sederhana untuk mencerminkan massa

lemak bersama distribusinya adalah lingkar lengan (Bilous & Donelly,

2014).

a. Olahraga fisik dan diet

Tingkat aktivitas fisik yang rendah juga mempengaruhi terjadinya

diabetes tipe 2, karena olahraga meningkat sensitivitas terjadi

diabetes tipe 2, karena olahraga meningkatkan sensitivitas insulin

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

34

dan membantu mencegah obesitas. Diabetes prevention

programmed an diabetes prevention di AS dan finlandia telah

membuktikan bahwa perubahan atau modifikasi gaya hidup

dengan olahraga tingkat sedang dan penurunan berat badan yang

sedang dapat secara dramatis mengurangu perburukan kondisi dari

IGT menjadi diabetes tipe 2 dan menguatkan pentingnya faktor

gaya hidup sebagai penyebab diabetes (Bilous dan Donelly, 2014).

b. Hormone dan sitokin

Lemak viresal melepaskan asam lemak non-esterifikasi (non-

estweified fatty acid, NEFA) dalam jumlah yang besar melalui

lipolysis yang meningkatkan glukonogenesis pada hati dan

menghambat ambilan glukosa serta penggunaanya pada

otot.NEFA dapat juga menghambat sekresi insulin dengan

meningkatkan akumulasi trigliserida dalam sel β. Selain itu

jarngan adipose menghasilkan sitokin yang semuanya telah

terbukti secara riset eksperimen mengganggu kerja insulin (Bilous

dan Donelly, 2014).

c. Inflamasi

Banyak sitokin ikut berperan dalam respons fase akut sehingga

tidak mengejutkan bila penanda (marker) dalam darah seperti

protein C-reaktif dan asam sialik meningkat pada pasien diabetes

tipe 2.Inflamasi atau peradangan dapat menjadi precursor dan

penghubungyang lazim antara diabetes dan penyakit arteri coroner

(Bilous dan Donelly, 2014).

d. Genetik

Bukti dari adanya faktor genetik pada kasus diabetes tipe 2

bersumber dari agregasi penyakit pada keluarga yang jelas, namun

segregasi tidak terjadi pada hukum mendel klasik. Sekitar 10%

pasien yang menderita diabetes tipe 2 mempunyai saudara

kandung yang sama-sama terkena penyakit tersebut.Angka

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

35

pewarisan genetik (concordance rate) pada kembar identic adalah

secara beragam diramalkan mencapai 33-90% (17-37% pada

bukan kembar identik.Pembawa alel risiko T telah terbukti

mengalami gangguan sekresi insulin dan peningkatan haluaran

glukosa hepatic. Hampir semua gen yang tidak normal tersebut

mempengaruhi massa atau fungsi sel β dan sebagian tanpak

berpotensi menimbulkan resistensi insulin (Bilous dan Donelly,

2014).

e. Sindrom metabolik

Agregasi obesitas, hiperglikemia, hipertensi, dan hyperlipidemia

pada pasien diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular saat ini

diistilahkan dengan sndrom metabolik.Penerapan prediktif

terhadap sindrom metabolik sebagai suatu konsep menambah

sedikit kontiusi terhadap faktor resiko konstituen (sebagian dari

seluruh faktor resiko yang ada) bila faktor risiko tersebut

digunakan secara terpisah (Bilous dan Donelly, 2014).

f. Disfungsi sel β

Diabetes tipe 2 terjadi karena kemunduran progresif fungsi sel β

ditambah dengan peningkatan resistensi insulin bila sel β tidak

mampu mengompensasinya.Pada saat didiagnosis, fungsi sel β

telah berkurang sekitar 50% dan terus menurun meskipun dengan

terapi (Bilous dan Donelly, 2014).

4. Patofisiologi Diabetes

Pancreas memiliki sel-sel beta yang menghasilkan insulin untuk mengatur

metabolisme karbohidrat dan membawa glukosa ke sel tubuh.Gangguan

reproduksi insulin di pancreas akibat kerusakan sel pancreas atau

kemampuan tubuh bereaksi terhadap insulin itu sendiri menjadi faktor

penyabab terjadinya diabetes mellitus.Faktor genetik bukan menjadi faktor

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

36

utama penyebab diabetes, melainkan faktor kebiasaan hidup dan lingkungan

juga dapat memengaruhi (Wijaya, 2018).

Padadiabetes tipe 2 disebabkan oleh kombinasi resisten insulin perifer dan

keadekuatan sekresi insulin dari sel beta pancreas di sebut sebagai Non

Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau tidak tergantung

insulin.Resisten insulin dapat di pengaruhi oleh adannya asam lemak bebas

yang meningkat dan proinflammatory cytokines dalam plasma darah,

sehingga memicu penurunan transport glukosa ke sel otot, peningkatan

produksi glukosa dan pemecahan lemak juga meningkat.Beberapa faktor

yang mempengaruhi terjadinnya diabetes tipe 2, antara lain obesitas, riwayat

keluarga, etnik minoritas, social ekonomi rendah dan aktivitas fisik rendah

(Wijaya, 2018).

5. Pathway Diabetes Melitus (Irma Wahyu, 2019)

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

37

Gambar 2.1

Meningkatkan gula darah

Kerusakan sel alva dan beta pankreas

Kegagalan produksi Produksi glucagon berlebih

Produksi gula dari lemak dan protein

Membuang

massa tubuh fatique

Berat badan

turun Osmolaris meningkat

poliphagi polidipsi poliuri

Resiko kekurangan volume cairan

BB turun

Resiko kekurangan nutrisi

Peningkatan gula

darah kronik

Small vesse asterosklerosis Gangguan fungsi imun

Diabetik

- Berkurang sensasi

- Neuropati

Hipertensi, peningkatan kadar LDL

Suplai darah menurun

Gangguan perfusi jaringan

Infeksi, gangguan penyembuhan luka

nekrosis Kerusakan integritas kulit

Pembedahan; amputasi

Nyeri Intoleransi aktivitas

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

38

6. Pemeriksaan Penunjang (Wijaya, 2018)

1. Pemeriksaan glukosa darah menggunakan sample darah perifer atau vena.

Hasil yang ditemukan sebagai kriteria hiperglikemi atau diabetes mellitus,

yaitu; glukosa darah puasa >120 mg/dl, glukosa darah 2 jam setelah puasa

>200 mg/dl, dan glukosa darah acak >200 mg/dl, dan glukosa darah acak

>200 mg/dl.

2. Urine lengkap dapat juga digunakan untuk memastikan glukosa yang

berlebihan dalam darah menggunakan reaksi fehling atau kertas strip (BM

Test, Glukotest dan diastix).

3. A1C sebagai test diagnostic dan alat screening yang di anjurkan oleh

American (ADA) heng memiliki keuntungan mudah diaplikasikan dan

tidak membutuhkan puasa ( Patel dan Macerollo, 2010). A1C yang lebih

dari 6,5% dalam dua kali pemeriksaan, maka dapat ditegakkan sebagai

diabetes mellitus.

4. C peptide dapat digunakan untuk menentukan penyebab diabetes atau

mengklasifikasi diabetes mellitus. Diabetes tipe 1 memiliki C peptide

yang rendah ( <1.51 ng/ml), sedangkan diabetes tipe 2 memiliki C peptide

normal atau tinggi (> 1.51 ng/dl).

7. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus

a. Banyak kencing

ginjal tidak dapat menyerap kembali gula yang berlebihan di dalam

darah sehingga gula akan menarik air ke luar jaringan. Selain kencing

menjadi sering dan banyak mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan.

b. Rasa haus

Untuk mengatasi dehidrasi, rasa haus timbul dan anda akan banyak

minum, dan terus minum.

c. Berat badan turun

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

39

Sebagai kompensasi dehidrasi dan harus banyak minum, bisa jadi anda

mulai banyak makan.Memang pada mulanya berat badan makin

meningkat, tetapi lama-kelamaan otot tidak mendapat cukup gula dan

energi untuk tubuh sehingga mau tak mau jaringan otot dan lemak harus

dipecah untuk memenuhi kebutuhan energi.Efeknya berat badan menjadi

turun walaupin makanya banyak.

d. Rasa seperti flu dan lemah

Keluhan diabetes dapat menyerupai sakit flu, rasa capek, lemah, dan

nafsu makan menurun. Pada diabetes, gula tidak lagi menjadi sumber

energy karena glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel untuk menjadi

energi.

e. Mata kabur

Gula darah yang tinggi akan menarik ke luar cairan dari lensa mata

sehingga lensa menjadi tipis. Akibatnya mata diabetes mengalami

kesulitan focus, selanjutnya membuat penglihatan jadi kabur.Apabila

anda mengontrol glukosa darah dengan baik, penglihatan jadi baik

karena lensa kembali normal.

f. Luka sukar sembuh

Penyebab luka sukar sembuh adalah pertama, akibat infeksi hebat

sehingga kuman dan jamur mudah tumbuh pada kondisi gula darah

tinggi, kedua karena kerusakan dinding pembuluh darah sehingga aliran

darah yang tidak lancer pada kapiler (pembuluh darah kecil)

menghambat penyembuhan luka, dan yang ketiga adalah kerusakan

saraf, luka yang tidak terasa menyebabkan diabetesi tidak menaruh

perhatian pada luka dan membiarkannya semakin busuk.

g. Rasa semutan

Kerusakan saraf yang disebabkan glukosa tinggi akan merusak dinding

pembuluh darah. Yang kemudian mengganggu nutrisis bagi

saraf.Karena yang rusak saraf sensoris maka keluhan yang paling sering

muncul adalah rasa kesemutan atau baal (tidak terasa), terutama pada

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

40

tangan dan kaki. Kemudian bisa timbul rasa nyeri pada anggota

tubuh,betis, lali, tangan, dan lengan, bahkan bisa terasa seperti terbakar.

h. Gusi merah dan bengkak

Kemampuan rongga mulut diabetesi menjadi lemah dalam melawan

infeksi sehingga terjadilah gusi bengkak dan merah, infeksi, serta gigi

yang tampak tidak rata dan mudah tanggal.

i. Kulit kering dan gatal

Kulit terasa kering, sering gatal, dan infeksi.Keluhan ini biasanya

menjadi penyebab pasien datang memeriksakan diri ke dokter.Pada

pemeriksaan dokter kulit barulah di temukan adanya diabetes.

j. Mudah kena infeksi

Leukosit (sel darah putih) yang biasanya dipakai untuk melawan infeksi

tidak dapat berfungsi dengan baik pada keadaan gula daraf

tinggi.Diabetes membuat anda mudah terkena infeksi.

k. Gatal pada kemaluan

Infeksi jamur menyukai suasana gula darah tinggi.Vagina mudah

terkena infeksi jamur sehingga mengeluarkan cairan kental putih

kekuningan serta timbul rasa gatal (Hans Thandra, 2015).

8. Konsep Luka

Luka adalah terputusnya kontiunitas suatu jaringan karena adanya proses

pembedahan atau cedera. Berdasarkan penampilan luka;

a. Nekrotik (hitam), eskar yang mengeras dan nekrotik, dapat kering atau

lembap.

b. Sloughy (kuning), jaringan mati yang fibrous.

c. Terinfeksi (kehijauan), adanya tanda-tanda klinis infeksi (nyeri,

bengkak, panas, kemerahan) dan peningkatan eksudat.

d. Epitelisasi (merah jambu), terjadi epitelisasi proses petrumbuhan

jaringan baru (Ali Maghfuri, 2016).

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

41

e. Granulasi (merah),tumbuhnya jaringan baru yang kaya akan pembuluh

darahdalam tahap ini luka riskan terkena gesekan, karena akan mudah

pendarahan.

9. Kaki Diabetik

Ulkus kaki diabetes merupakan komplikasi diabetes yang berkaitan dengan

morbiditas, yang disebabkan oleh makrovaskuler (kerusakan pembuluh

darah besar) dan mikrovaskuler (kerusakan pembuluh darah kecil)(Yuda

handaya, 2016). Menurut Ali Maghfuri (2016), luka diabetik adalah jenis

luka yang ditemukan pada penderita diabetes melitus. Luka mula-mula

tergolong biasa dan seperti luka pada umumnya tetapi luka pada penderita

DM ini jika salah penanganan dan perawatan akan menjadi terinfeksi. Luka

kronis dapat menjadi luka gangrene dan berakibat fatal serta berujung

amputasi.

Luka gangren adalah proses atau keadaan luka kronis yang ditandai dengan

adanya jaringan mati atau nekrosis. Namun, secara mikrobiologis luka

gangren adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. Gangren kaki

diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk

akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di

tungkai (Ali Maghfuri, 2016).

10. Patofisioligi Ulkus Diabetes Mellitus

Menurut Billous & Donelly, (2014), ulkus pada penderita diabetes

disebabkan terutama oleh neuropati (motorik, sensorik, dan otonom)

daniskemia, serta diperumit oleh infeksi.Neuropati diabetikum terjadi pada

setidaknya sebagian pasien yang berusia lebih dari 60 tahun, dan

meningkatkan resiko ulkus sebanyak tujuh kali lipat.Neuropati sensorik

sering kali menyebabkan kaki penderita diabetes menjadi semacam “ buta

dan tuli”. Neuropti motorik menyebabkan atrofi otot, deformitas kaki,

perubahan biomekanik, dan redistribusi tekanan pada kaki yang semuanya

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/451/3/BAB II.pdf · c. Hipotermi Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh. 12 d

42

dapat mengarah pada ulkus.Neuropati sensorik memengaruhi nyeri dan

ketidaknyamanan, yang menunjang kea rah trauma berulang pada kaki.Saraf

otonom yang rusak menyebabkan penurunan pengeluaran kringan sehingga

kulit menjadi kering dan pecah-pecah disertai fisura yang akibatnya dapat

menjadi pintu masuk bakteri yang akhirnya menyebabkan infeksi

menyebar.Kerusakan persarafan simpatis pada kaki menimbulkan taut

(shunting) arterivenosa dan distensi vena.Kondisi tersebut memintas

bantalan kapiler pada area yang terkena dan dapat menghambat suplai

nutrisi serta oksigen.Penyakit mikrovaskuler dapat juga mengganggu suplai

nutrisi oleh darah ke jaringan kaki (Billous dan Donelly, 2014).