bidang unggulan : a-1-3 kode/nama rumpun ilmu : 451
TRANSCRIPT
LAPORAN KEMAJUAN
PENELITIAN TERAPAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
RANCANG BANGUN KENDALI TEGANGAN DAN FREKUENSI
PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PULAU TERPENCIL
DENGAN PEMBANGKIT PV-WIND TURBINE-FUEL CELL
BERBASIS FUZZY LOGIC CONTROL UNTUK MENDUKUNG
KEMANDIRIAN ENERGI BARU TERBARUKAN NASIONAL
Tim Penelitian :
Dr. Ir. Soedibyo, M.MT. (Ketua) (NIDN: 0007125502 / Teknik Elektro / Fak. Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas)
Prof. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng. Ph.D. (Anggota 1) (NIDN: 0012106504 / Teknik Elektro / Fak. Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas)
Feby Agung Pamuji ST., MT., Ph.D. (Anggota II) (NIDN: 0006028701 / Teknik Elektro / Fak. Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas)
DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2020
Kode/Nama Rumpun Ilmu : 451 / TEKNIK ELEKTRO
Bidang Unggulan : A-1-3
| ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN TERAPAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
1. Judul Penelitian : Rancang Bangun Kendali Tegangan dan
Frekuensi pada Sistem Kelistrikan dengan Pembangkit PV-Wind Turbine-Fuel
Cell Berbasis Fuzzy Logic Control untuk Mendukung Kemandirian Energi
Baru Terbarukan Nasional
2. Kode/Nama Rumpun Ilmu : 451 / Teknik Elektro
3. Bidang Unggulan PT : Energi
4. Topik Unggulan : Energi Baru dan Terbarukan
5. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Dr. Ir. Soedibyo, M.MT
b. NIDN : 195512071980031004
c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
d. Program Studi : Teknik Elektro
e. Telp / HP / Fax : 08175295920
f. Alamat Surel (e-mail) : [email protected]
6. Anggota Peneliti (1)
a. Nama Lengkap : Prof. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng.Ph.D
b. NIDN : 0012106504
c. Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Sepuluh Nopember
7. Anggota Peneliti (2)
a. Nama Lengkap : Feby Agung Pamuji ST., MT., Ph.D
b. NIDN : 0006028701
c. Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Sepuluh Nopember
8. Lama Penelitian Keseluruhan : 3 Tahun
9. Biaya Penelitian Keseluruhan : 517.000.000,00
10. Biaya Penelitian Tahun ke 1 :
Disetujui oleh DRPM : 143.000.000,00
Dana internal PT : -
Mengetahui, Surabaya, 15 Juli 2020
Kepala P. P. Energi B. DRPM ITS Ketua Tim Peneliti
Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja, M.Eng. Dr. Ir. Soedibyo, M.MT
NIP. 19611021 198603 1 001 NIP : 19551207 198003 1 004
Mennyetujui,
Direktur DRPM ITS
Agus Muhamad Hatta, ST., MSi., Ph.D.
NIP : 19780902 200312 1 002
| iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
RINGKASAN ....................................................................................................... iv
BAB I ...................................................................................................................... 6
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 6
1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah ................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
1.4 Urgensitas Penelitian .............................................................................. 8
1.5 Target Luaran ......................................................................................... 9
BAB II .................................................................................................................. 11
2.1. Konfigurasi Sistem Kelistrikan ........................................................... 11
2.1.1 Pemodelan Matematik Pembangkit Listrik Tenaga Surya ....... 11
2.1.2 Pemodelan Matematik Pembangkit Listrik Tenaga Bayu ........ 12
2.2 Desain Sistem Kendali .......................................................................... 16
2.3 Studi Hasil Penelitian Sebelumnya (State of the Art) ....................... 18
2.3.1 Desain Optimal Kapasitas ............................................................ 19
2.3.2 Desain Sistem Kendali .................................................................. 20
2.4 Peta Jalan Penelitian (Road Map) ....................................................... 22
BAB III ................................................................................................................. 24
3.1 Metode Penelitian dan Capaian Tahun Pertama .............................. 25
3.2 Metode Penelitian dan Capaian Tahun Kedua ................................. 28
3.3 Metode Penelitian dan Capaian Tahun KetigaError! Bookmark not
defined.
BAB IV ...................................................................... Error! Bookmark not defined.
4.1 Hasil Sementara ......................................... Error! Bookmark not defined.
BAB V ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................... Error! Bookmark not defined.
| iv
RINGKASAN
Energi terbarukan telah menjadi salah satu kontributor utama bagi
masyarakat modern kita, tetapi integrasi suplai daya pembangkit jenis energi
terbarukan ke jaringan listrik menimbulkan tantangan teknis yang signifikan.
Kualitas daya listrik adalah aspek penting dari integrasi energi terbarukan. Didalam
sistem kelistrikan untuk pulau terpencil/terisolir yang memanfaatkan energy baru
& terbarukan (renewable energy), terpasang sistem dengan topologi radial. Dengan
topologi radial ini, membuat daerah yang paling jauh dengan pembangkit
mengalami penurunan kualitas daya yang sangat signifikan. Sehingga persoalan
penting yang harus diantisipasi adalah bagaimana menjaga kualitas daya listrik
(kontinuitas, tegangan dan frekuensi) sesuai standard yang telah ditentukan merata
pada semua daerah.
Masalah kualitas daya utama adalah: 1) Fluktuasi tegangan dan frekuensi,
yang disebabkan oleh variabilitas sumber daya energi terbarukan yang tidak dapat
dikendalikan. Sifat sumber energi terbarukan yang terputus-putus karena kondisi
cuaca yang terus berubah menyebabkan fluktuasi tegangan dan frekuensi di
jaringan listrik yang saling berhubungan. 2) Harmonik, yang diperkenalkan oleh
perangkat elektronik daya yang digunakan dalam pembangkit energi terbarukan.
Ketika tingkat penetrasi energi terbarukan tinggi, pengaruh harmonisa bisa menjadi
signifikan. Tinjauan literatur yang luas dilakukan pada penelitian ini untuk
menghadapi tantangan kualitas daya yang muncul karena integrasi energi
terbarukan.
Pada penelitian ini penyelesaian masalah kualitas daya listrik pada sistem
kelistrikan di pulau terisolir dilakukan dengan menggunakan sistem hibrida yang
memanfaatkan energi surya (photovoltaic), energi angin (wind turbine) dan sel
bahan bakar (fuel-cell), serta dilengkapi dengan electrolyzer, hidrogen storage
maupun inverter/converter sebagai peralatan pendukung. Metode untuk perbaikan
kualitas daya listrik pada penelitian ini berbasis fuzzy logic control untuk
mengendalikan filter aktif.
Fokus penelitian yang akan dikerjakan adalah perancangan dan
perealisasian peralatan teknik sistem kendali demi menjaga kualitas daya listrik
berdasarkan standar IEEE 519 - 1992 maupun SPLN berbasis fuzzy logic control.
| v
Tujuan dari penelitian ini diharapkan pemanfaatan system hibrida PV – Wind
Turbine – Fuel Cell untuk pulau terisolir diperoleh kualitas daya listrik dan
kontinuitas serta efisiensi energi yang tinggi.
Kata-kata kunci: kendali tengangan,kendali frekuensi, renewable energy, fuzzy
logic control.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini kebutuhan akan energi listrik terus bertambah
seiring dengan berjalannya waktu. Namun pembangkit energi listrik konvensional
yang menggunakan sistem pembangkit listrik terpusat tengah menghadapi kendala
utama yaitu kekurangan bahan bakar fosil dan kebutuhan untuk mengurangi emisi.
Oleh karena itu, jaringan pembangkit terdistribusi telah meningkat dengan integrasi
sistem energi terbarukan ke dalam jaringan. Energi terbarukan seperti turbin angin
dan sistem photovoltaic surya (PV) menggunakan sumber daya alam dan
menyediakan energi hijau yang diinginkan. Penetrasi energi terbarukan meningkat
di seluruh dunia membuat teknologi-teknologi pembangkit listrik energi terbarukan
(renewable energi) seperti photovoltaic, mikrohidro serta turbin angin semakin
popular.
Dalam sistem kelistrikan yang memanfaatkan energi terbarukan (renewable
energi), persoalan penting yang harus diantisipasi adalah bagaimana menjaga
kualitas daya listrik dengan memenuhi standar yang telah ditentukan. Telah
diketahui bahwa pembangkit listrik terbarukan yang terhubung dengan jaringan
akan memperkenalkan masalah kualitas daya ke jaringan listrik. Dari sisi energi
terbarukan, pembangkit terbarukan tidak dapat diprediksi kontinuitasnya karena
daya yang dihasilkan berselang-seling dengan fluktuasi tinggi karena sifat sumber
daya energi terbarukan yang bervariasi. Parameter-parameter kualitas daya listrik
telah diatur dalam standard yang ditetapkan oleh IEEE. Beberapa contoh parameter
kualitas daya listrik sesuai dengan standard IEEE 519 -1 992 adalah level tegangan,
frekuensi, faktor daya, Total Harmonic Distortion, level unbalance, transient dan
masih banyak lagi.
Tuntutan kualitas daya listrik pada sistem kelistrikan energi terbarukan
terutama kontinuitas dan kualitas tegangan / frekuensi beriringan dengan
permintaan energi listrik yang semakin meningkat, maka masalah ini perlu diatasi.
Pada penelitian ini penyelesaian masalah dilakukan dengan menggunakan sistem
hibrida yang memanfaatkan energi surya (photovoltaic), sel bahan bakar (fuel-cell),
energi angin (wind turbine). Dilengkapi dengan electrolyzer, hidrogen storage
| 7
maupun inverter/converter berbasis elektronika daya sebagai peralatan pendukung.
Tentunya pengoperasian dari sistem hibrida ini memerlukan desain konfigurasi
maupun koordinasi sistem kendali yang lebih komplek.
Fuel cell merupakan sistem yang dapat mengubah hidrogen menjadi energi
listrik, sedangkan electrolyzer merupakan sistem elektrolisa yang menguraikan air
menjadi gas hidrogen dan oksigen. Disini dipilih fuel-cell bukan baterai atau
accumulator, karena fuel-cell lebih ramah lingkungan, ukuran lebih kecil, life time
lebih panjang serta reliability tinggi. Dengan sistem hibrida antara fuel cell dan
electrolyzer maka diharapkan akan dapat mengatasi permasalahan kestabilan daya
listrik yang terjadi. Jika terjadi surplus daya, maka akan dikonsumsi oleh
electrolyzer untuk memproduksi hydrogen (H2) sebagai bahan bakar sel bahan
bakar. Namun, jika daya output kelebihan melebihi kapasitas nilai electrolyzer,
maka kelebihan daya output akan dibuang melalui ballast load. Begitupun juga
apabila terjadi ketidak cukupan daya untuk beban akan ditanggung oleh sel bahan
bakar dengan memanfaatkan hydrogen yang diproduksi oleh electrolyzer.
Di dalam penelitian ini, akan dikerjakan perbaikan kualitas daya listrik
terintegrasi dari pembangkit hibrida dengan Photovoltaic-Wind turbine–Hidrogen
berbasis fuzzy logic control. Tujuan dari penelitian ini diharapkan diperoleh kualitas
daya listrik serta efisiensi energi listrik yang tinggi sesuai dengan standard yang
ditetapkan oleh IEEE 519 – 1992 dan dalam Recommended For Monitoring Electric
Power Quality oleh IEEE. Metode yang digunakan pada strategi peningkatan
performa sistem kelistrikan berbasis fuzzy logic control akan diterapkan untuk
mendapatkan kualitas daya listrik dengan standar IEEE maupun standard PLN yang
ada.
1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah
Ruang lingkup yang dibahas dalam program penelitian ini dibatasi oleh
beberapa aspek, yaitu:
1. Bagaimana membuat model pembangkit energi terbarukan hibrida dengan
sumber energi surya (photovoltaic) dan energi angin (wind turbine) serta
baterei / sel bahan bakar (fuel-cell) sebagai penyeimbang daya pada sistem
kelistrikan di pulau terisolir.
| 8
2. Bagaimana merancang sistem kendali tegangan dan frekuensi untuk
perbaikan kualitas daya listrik pada sistem hibrida photovoltaic, wind
turbine dengan baterai / fuel cell.
3. Bagaimana menjaga stabilitas dan mitigasi kualitas daya listrik sistem
kelistrikan dengan integrasi photovoltaic, wind turbine dan baterai/fuel cell
berbasis fuzzy logic controller.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengkaji sistem hibrida yang memanfaatkan energi surya (photovoltaic),
energi angin (wind turbine) dan baterai / sel bahan bakar (fuel-cell) untuk
aplikasi sistem kelistrikan pulau terisolir.
2. Merancang sistem kendali tegangan dan frekuensi untuk pembangkit energi
surya (photovoltaic), energi angin (wind turbine) dan baterai / sel bahan
bakar (fuel-cell).
3. Menguji stabilitas kualitas daya listrik dengan parameter level tegangan dan
frekuensi, harmonisa dan kontinuitas sistem kelistrikan dengan integrasi
photovoltaic dan wind turbine serta baterai / fuel cell berbasis fuzzy logic
controller.
1.4 Urgensitas Penelitian
1. Potensi energi surya dan energi angin khususnya di pulau-pulau
terpencil/terisolir yang ada di Indonesia sangat besar. Sehingga diperlukan
perencanaan sistem yang baik seiring regulasi pemerintah terutama untuk
keperluan off-grid maupun on-grid ke sistem distribusi PLN.
2. Ratio kelistrikan didaerah terpencil yang masih rendah, terutama di pulau
terisolir. Oleh karenanya usaha memperluas daerah yang teraliri listrik harus
ditingkatkan, sehingga semua lapisan masyarakat di Indonesia akan bisa
menikmati energi listrik yang berkualitas tinggi.
3. Belum tercapainya tingkat kualitas daya listrik yang memuaskan untuk
pembangkit listrik jenis energi terbarukan khususnya energi surya dan
angin. Sehingga perlu diadakan perbaikan desain sistem yang mempunyai
tingkat efisiensi dan kontinuitas tinggi.
| 9
1.5 Target Luaran
Rencana terget luaran akan diuraikan menjadi rician capaian tahunan. Berikut
rencana target luaran dari penelitian ini adalah seperti pada Tabel 1.
Tabel 1.1 Rencana Target Capaian Tahunan
No Jenis Luaran
Indikator Capaian
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
1 Publikasi Ilmiah
Internasional
(Tambahan)
Nasional Terakreditasi
2
Pemakalah dalam
temu ilmiah
Internasional
(Tambahan)
Nasional
3
Inivited speaker
dalam temu ilmiah
Internasional
Nasional
4 Visiting Lecturer Internasional
5 Hak Kekayaan
Intelektual (HKI)
Paten
Paten sederhana
Hak Cipta
Marek dagang
Rahasia dagang
Desain Produk Industri
Indikasi Geografis
Perlindungan Varietas
Tanaman
Dokumen Hasil Uji
| 10
6 Teknologi Tepat Guna
7 Prototipe/Model/Purwarupa/Desain/Karya
Seni/Rekayasa Sosial
8 Buku Ajar (ISBN)
9 Tingkat Kesiapan Teknologi 6 6 7
| 11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konfigurasi Sistem Kelistrikan
Sistem pembangkit hibrida PV / Wind Turbine / Fuel Cell terintegrasi dengan
sistem electrolizer ditunjukkan pada gambar 2.1. Semua daya keluaran komponen
hybrid terintegrasi pada bus DC yang selanjutnya akan masuk kedalam inverter 3
fasa yang selanjutnya akan disalurkan menuju beban.
Gambar 2.1 Sistem Hibrida PV / Wind Turbine / Fuel Cell
2.1.1 Pemodelan Matematik Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Panel surya atau modul PV adalah perangkat yang dapat mengubah energi
matahari menjadi energi listrik. Modul PV memerlukan konverter DC-DC untuk
mentransfer dan mengontrol daya output ke bus DC. Dalam hal ini, topologi
konverter boost telah dipilih. DC-DC boost converter memerlukan sistem kontrol
untuk mengontrol tegangan output atau transfer daya output. Untuk mengekstrak
daya maksimum yang dihasilkan oleh modul PV, DC-DC boost converter
dioperasikan oleh kontrol MPPT. Algoritma kontrol MPPT yang digunakan di sini
adalah algoritma perturb and observe (P&O) dengan variable step size.
Pemodelan panel surya dilakukan dengan asumsi sistem PLTS menggunakan
teknik kendali MPPT (maximum power point tracking). Sehingga daya yang
dihasilkan oleh panel surya selalu dalam kondisi maksimal sesuai dengan radiasi
sinar matahari yang sampai pada panel surya. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi besarnya daya yang dihasilkan oleh panel surya diantaranya radiasi
sinar matahari, suhu panel surya dan derating factor seperti efek shading, rugi –
=
=
MPPT
CONTROLLER
Boost Converter
==
MPPT
CONTROLLER
V I
Boost Converter
Hyd
rogen
tan
k
==
VOLTAGE
CONTROLLER
Boost Converter
LOAD
DC bus
Photovoltaic
WTGS
==
Boost Converter electrolyzerH2O
H2
O2
~=
Inverter
H2O
H2
O2
VOLTAGE
CONTROLLER
Fuelcell
2345 x 0.5 kW
V I
V
V
AC bus,
3Φ
540 x 0.5 kW
~~
| 12
rugi saluran dan sesuatu yang menghalangi sinar matahari sampai di permukaan
panel. Dari beberapa faktor tersebut dapat dirumuskan model matematik dari daya
keluaran panel surya sebagai berikut :
_ 1 ( )pv pv pv r T STC
STC
GP f P T T
G
pvP merupakan daya keluaran dari Panel surya, pvf merupakan derating
faktor, _pv rP merupakan daya rating keluaran panel surya, G merupakan radiasi
sinar matahari, T merupakan suhu pada panel surya, STCG dan STCT merupakan
radiasi sinar matahari dan suhu pada kondisi pengujian standar, dan T merupakan
koefisien suhu panel surya. Selain dari beberapa faktor tersebut terdapat beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi daya keluaran dari panel surya yaitu kemiringan
panel terhadap arah matahari (tilt angle).
2.1.2 Pemodelan Matematik Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
Sistem pembangkit turbin angin terdiri dari turbin angin, gearbox, generator
sinkron magnet permanen (PMSG), rectifier AC / DC 3 fase AC / DC dan konverter
boost DC-DC yang terhubung ke bus DC. DC-DC boost konverter topologi yang
digunakan di sini mirip dengan sistem pembangkit tenaga surya. DC / DC boost
converter dioperasikan oleh kontrol MPPT untuk mengekstraksi daya maksimum
dari sistem pembangkit angin.
Pembangkit listrik tenaga angin memiliki karakteristik tersendiri yang
direpresentasikan dengan kurva daya keluaran – kecepatan angin. Energi yang
dihasilkan oleh turbin angin dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis
turbin angin, kecepatan angin, letak turbin angin, sapuan area baling – baling, berat
jenis air dan efisiensi mesin. Selain itu secara fisik ada batasan daya yang dapat
dikonversi oleh turbin angin dari angin sebesar 59,3 % (disebut batas bets). Dari
beberapa faktor tersebut, Model dari pembangkit listrik tenaga angin dapat
dinyatakan dalam persamaan matematik daya keluaran sebagai berikut.
| 13
3
0 ( )
1. . . ( ). . . ( )
2( )
. ( )
0 ( )
c
w c WT c r
WT
rated WT r c
r f
v t v
A v t N v v t vP t
P N v v t v
v t v
WTP merupakan daya keluaran dari PLTB (kW), WTN merupakan jumlah unit
turbin angin, v merupakan kecepatan angin (m/s), A merupakan sapuan area baling
– baling, merupakan berat jenis air, w dan c merupakan efisiensi mesin.
2.1.3 Fuel Cell
Fuel cell adalah sebuah alat yang menggunakan bahan bakar sebagai
masukannya dan memproduksi listrik sebagai keluarannya. Dalam artian yang lebih
spesifik fuel cell adalah sebuah alat yang mengkonversi bahan bakar secara
kontinyu menjadi listrik dan panas dengan cara reaksi elektrokimia. Reaktan yang
biasanya digunakan dalam sebuah sel bahan bakar adalah hidrogen di sisi anoda
dan oksigen di sisi katoda (sebuah sel hidrogen). Biasanya, aliran reaktan mengalir
masuk dan produk dari reaktan mengalir keluar. Sehingga operasi jangka panjang
dapat terus menerus dilakukan selama aliran tersebut dapat dijaga
kelangsungannya.
Sel bahan bakar adalah jenis sel yang berbeda dari sel umum lainnya. Sel
menyimpan energi listrik dalam sistem tertutup kimia sementara sel bahan bakar
menghasilkan listrik dengan mengkonsumsi bahan bakar. Sel bahan bakar mirip
dengan baterai, tetapi berbeda karena dia dirancang untuk dapat diisi
terusreaktannya yang terkonsumsi yaitu dia memproduksi listrik dari penyediaan
bahan bakar hidrogen dan oksigen dari luar. Hal ini berbeda dengan energi internal
dari baterai. Sebagai tambahan, elektroda dalam baterai bereaksi dan berganti pada
saat baterai diisi atau dibuang energinya, sedangkan elektroda sel bahan bakar
adalah katalitik dan relatif stabil.
Prinsip kerja dari fuel cell dimulai dari air dielektrolisis menghasilkan
hidrogen dan oksigen. Seperti yang sudah dinyatakan diatas, bahan bakar sel secara
kontras merupakan suatu elektrokimia yang menghasilkan listrik dan panas dari
hidrogen dan oksigen.
| 14
Gambar 2.2 Proses Elektrolisis
Bahan bakar sel menghasilkan listrik dan panas pada saat yang sama. Bahan
bakar sel pada dasarnya terdiri dari tiga lapisan unit yaitu kutub tempat
masuknya bahan bakar (anoda), sebuah lapisan elektrolit, dan kutub tempat
masuknya udara (katoda). Sehingga tegangan dan arus yang dibutuhkan
diperoleh dengan membangun atau menyusun jumlah sel dan konfigurasi stak.
Gambar 2.3 Proses Kerja Fuel Cell
Untuk menghasilkan listrik pada bahan bakar sel, gas hidrogen diarahkan
menuju kutub anoda dan akan bereaksi secara kimiawi, menghasilkan ion
hidrogen (H+) dan ion elektron (e-), kemudian pada sisi katoda, oksigen atau
udara yang disediakan akan mengalami reaksi reduksi yang akan menghasilkan
| 15
air (H2O), kombinasi dari oksigen dengan ion hidrogen yang melewati sebuah
elektrolit dan elektron berpindah ke konduktor luar, pada saat itu aliran elektron
luar membentuk arus yang menghasilkan listrik. Rekasi-reaksi yang terjadi pada
elektroda adalah sebagai berikut:
Reaksi Anoda: 2H2 4e- + 4H+
Reaksi katoda: 4e- + 4H+ + O2 2H2O
Reaksi Keseluruhan: 2H2 + O2 → 2H2O + panas + listrik
2.1.4 Electrolyzer
Electrolizer adalah alat elektrokimia untuk mengubah energi hidrogen
menjadi energi listrik. Ia bekerja dengan dua elektroda, elektrolit dan oksidan.
Mekanisme elektrolisis PEM memisahkan air yang disebabkan oleh reaksi
elektrokimia antara dua elektroda. Electrolizer terhubung ke bus DC menggunakan
buck converter. Dalam hal ini, electrolizer memiliki 2 fungsi untuk sistem hybrid
ini. Yang pertama digunakan sebagai perangkat penyimpanan yang menghemat
daya berlebihan yang dihasilkan oleh pembangkit listrik terbarukan dalam bentuk
hidrogen. Yang kedua, Electrolizer digunakan sebagai bagian dari strategi kontrol
tegangan konstan ketika tegangan lebih terjadi pada sistem. Untuk menambahkan
electrolizer pada sistem hybrid, electrolizer telah dimodelkan seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Elektrolisis PEM untuk Proses Produksi Hidrogen
| 16
Gambar 2.5 Model Rangkaian Ekivalen dari Electrolyzer PEM Tunggal
2.2 Desain Sistem Kendali
Dalam hal ekonomi, untuk memanfaatkan sumber energi yang ada,
Photovoltaic dan WTGS harus dapat menghasilkan daya maksimum. Jadi kontrol
MPPT diperlukan. Sedangkan tegangan bus DC akan berubah sesuai dengan
perubahan daya yang masuk sistem dan keluar dari sistem. Untuk mengatasinya,
sel bahan bakar dan elektrolyzer memiliki peran untuk menjaga tegangan bus DC
stabil.
2.2.1 Desain Kontrol MPPT untuk PV dan Generator Tenaga Angin
Kontrol MPPT adalah teknik kontrol yang berupaya menghasilkan daya yang
selalu bernilai maksimum. Konsep dasar kontrol MPPT adalah dengan melacak titik
daya maksimum generator. Tegangan dan arus keluaran generator diukur dan
diproses oleh pengontrol menggunakan algoritma MPPT untuk menghasilkan
sinyal kontrol PWM. Sinyal kontrol PWM ini akan digunakan untuk memicu
sakelar elektronik pada konverter. Dalam hal ini, Incremental Conductance (IC)
telah dipilih untuk algoritma teknik kontrol MPPT. Konduktansi tambahan adalah
salah satu metode kontrol MPPT yang memiliki kesalahan steady state minimum
dan respon cepat untuk mencapai nilai konvergensi. Selain itu, pengontrol akan
menyesuaikan sinyal PWM untuk menambah atau mengurangi tegangan operasi
pada modul array PV dan pembangkit turbin angin hingga mencapai titik daya
maksimum (MPP). Hasilnya dapat mencapai nilai maksimum ketika turunan daya
(dP) sehubungan dengan arus (I) atau tegangan (V) adalah nol. Diagram alur kontrol
IC MPPT variable step ditunjukkan pada Gambar 2.6.
Useful power
Vi
DC
eref
Excess
potential loss
Heat loss
I
| 17
Gambar 2.6 Algoritma Variable Step Incremental Conductance
2.2.2 Desain Kontrol Constant Voltage
Kontrol tegangan konstan adalah teknik kontrol yang digunakan untuk
mempertahankan tegangan konstan sesuai dengan tegangan referensi. Konsep dasar
dari kontrol tegangan konstan adalah untuk mengatur sinyal PWM dengan
mengukur perbedaan tegangan yang diukur dengan tegangan referensi sebagai
sinyal input kontrol PI. Tegangan output konverter diukur dan diumpankan ke
controller. Kemudian kontroller akan mengeluarkan sinyal PWM untuk menjaga
voltase output konverter tetap.
Konsep dasar dalam mengatur tegangan bus DC dalam sistem hybrid ini
dibagi menjadi 2 kondisi, yaitu dengan meningkatkan tegangan ketika tegangan bus
DC diukur ketika mengalami tegangan di bawah dan mengurangi tegangan bus DC
yang diukur ketika tegangan lebih terjadi. Di bawah kondisi tegangan terjadi ketika
start
∆V = V(k) – V(k-1); ∆I = I(k) – I(k-1)
∆P = P(k) – P(k-1);
Step = N*|∆P/∆V|
∆V = 0 ?
∆P/∆V = 0 ? ∆I = 0 ?
∆P/∆V > 0 ? ∆I > 0 ?
D(k)=D(k-1)
-Step
D(k)=D(k-1)
+Step
D(k)=D(k-1)
-Step
D(k)=D(k-1)
+Step
yesyes
yes
no
return
yes yes
no
no no
no
Update
V(k-1)=V(k),I(k-1)=I(k)
D(k)=D(k-1) D(k)=D(k-1)
| 18
daya total yang dihasilkan oleh pembangkit energi terbarukan lebih kecil dari daya
beban. Sedangkan kondisi tegangan lebih terjadi ketika daya total yang dihasilkan
oleh energi terbarukan bernilai lebih besar daripada daya beban.
2.3 Studi Hasil Penelitian Sebelumnya (State of the Art)
Desain dari sistem pembangkit listrik hibrida yang terdiri dari Surya-Angin-
Hidrogen, yang diusulkan untuk aplikasikan di daerah terisolair (pulau) yang ada di
Wilayah Indonesia Timur, ditunjukkan pada Gambar 2.7, dimana daya output dari
PV, WT serta FC ketiganya terhubung pada bus DC dan selanjutnya terhubung pada
bus AC setelah melalui Inverter 3 fasa.
dimana,
Photovoltaic : pembangkit listrik tenaga surya
Wind Turbine : pembangkit listrik tenaga angin
Fuel Cell : pembangkit listrik tenaga sel bahan bakar (hydrogen)
Pada penelitian sebelumnya, sistem pembangkitan listrik hibrida energi surya
(photovoltaic), energi angin (wind turbine) dan sel bahan bakar (Fuel Cell)
mempunyai fokusan yaitu meraih efisiensi pembangkitan yang tinggi dengan
kendali tegangan. Hasil yang telah dicapai adalah pembangkit listrik hibrida
berhasil memperoleh efisiensi yang tinggi dengan mengatur daya yang dihasilkan
sama dengan daya yang dibutuhkan oleh beban (PET = PBeban) dengan menggunakan
sistem kendali tegangan konstan berbasis fuzzy logic controller. Kontrol tegangan
konstan adalah teknik kontrol yang digunakan untuk mempertahankan tegangan
konstan sesuai dengan tegangan referensi. Konsep dasar dari kontrol tegangan
konstan adalah untuk mengatur sinyal PWM dengan mengukur perbedaan tegangan
yang diukur dengan tegangan referensi sebagai sinyal input kontrol PI. Tegangan
output konverter diukur dan diumpankan ke controller. Kemudian kontroller akan
mengeluarkan sinyal PWM untuk menjaga voltase output konverter tetap. Pada
prinsipnya, apabila sistem mengahsilkan daya yang berlebih, maka margin
tegangan tersebut akan digunakan untuk suplai daya ke electrolyzer guna
menghasilkan hidrogen. Apabila sistem menghasilkan daya yang kurang dari
beban, maka fuel cell akan membantu suplai daya dengan bahan dasar hidrogen
yang dihasilkan oleh electrolyzer.
| 19
Namun pada penelitian sebelumnya terjadi masalah kualitas daya listrik yang
rendah pada daerah yang letaknya sangat jauh dari pembangkit. Sistem kelistrikan
tersebut masih belum memenuhi standard IEEE yaitu level tegangan yang diizinkan
adalah 110% untuk overvoltage dan 90% untuk undervoltage. Begitu pula dengan
frekuensi masih belum memenuhi standard IEEE dengan batas toleransi ±5%.
Begitu pula terjadi tingkat harmonisa yang tinggi karena banyaknya penggunaan
komponen elektronika daya dalam sistem.
Gambar 2.7 Blok diagram system kelistrikan pembangkit PV-Wind Turbine-Fuel
Cell
2.3.1 Desain Optimal Kapasitas
Pada dasarnya, simulasi strategi operasi yang optimal berisi aliran daya dalam
rangka untuk memasok energi listrik permintaan beban. Di sini konsep dasar
strategi sistem operasi dapat dijelaskan hal-hal berikut.
| 20
1. Jika PRen (t) = PL (t), dalam hal ini seluruh daya listrik yang dihasilkan oleh
sumber-sumber energi terbarukan disuplai ke beban.
2. Jika PRen(t) > PL (t), surplus daya dikonsumsi oleh electrolyzer untuk
memproduksi hydrogen (H2) sebagai bahan bakar sel bahan bakar. Namun, jika
daya output kelebihan melebihi kapasitas nilai electrolyzer, maka kelebihan
daya output akan dibuang melalui ballast load.
3. Jika PRen(t) < PL (t), ketidak cukupan daya untuk beban akan ditanggung oleh
sel bahan bakar dengan memanfaatkan hydrogen yang diproduksi oleh
electrolyzer.
PRen adalah PPV + PWT + PFC
dimana;
PRen = pembangkitan energi terbarukan
PPV = pembangkitan photovoltaic
PFC = pembangkit sel bahan bakar
2.3.2 Desain Sistem Kendali
Pada sistem kendali daya disini, diterapkan teknik kecerdasan buatan berbasis
Fuzzy Logic Controller (FLC). Ada 2 (dua) buah FLC yang digunakan yaitu: FLC
1 (pertama) untuk mengendalikan kecepatan generator pada turbin angin sehingga
daya output akan maksimum dan FLC 2 (kedua) untuk mengendalikan buck-boost
pada sel bahan bakar sehingga diperoleh kesetimbangan daya dan tegangan maupun
frekuensi sistem tetap terjaga konstan pada harga nominalnya. Pada kendali ini
digunakan fuzzy logic controller karena kita dapat mudah dalam penentuan batasan
– batasan dalam membership function, sensing tegangan sistem, kapasitas sel bahan
bakar dan duty-cycle untuk penyulut PWM.
Pembangkit listrik dari energy surya dan energi angin merupakan pembangkit
utama yang akan terus memberikan daya pada sistem. Kondisi beban yang fluktuatif
akan berpengaruh pada sistem, dimana hal ini akan mempengaruhi kestabilan
tegangan dan frekuensi sistem. Untuk mengatasi hal tersebut, pada sistem ini
dimanfaatkan pembangkit sel bahan bakar, yang akan menyuplai daya pada sistem
apabila besar daya beban (PL) lebih besar daripada daya yang dibangkitkan oleh
energy surya (PPV) dan turbin angin (PWT). Namun sebaliknya, apabila besar daya
beban (PL) lebih kecil daripada daya yang dibangkitkan oleh pembangkit energi
| 21
surya (PPV) dan turbin angin (PWT), pada sistem ini dimanfaatkan electrolyzer.
Electrolyzer dengan mendapatkan catu daya listrik berfungsi untuk proses
elektrolisa, yaitu menguraikan air (H2O) menjadi hidrogen (H2) dan oksigen,
dimana hidrogen ini akan disimpan pada tangki hidrogen untuk kemudian
digunakan sebagai bahan bakar dari pembangkit sel bahan bakar.
MulaiMulai
V (Tegangan) PSbb (Kapasitas Sel bahan bakar)
V < 300 Volt
30 % < PSbb < 100 %Ya
Tidak
Selesai
Discharge
Tidak
Ya
V < 300 Volt
PSbb < 30 %Selesai
300 < V < 328 Volt
30 % < PSbb < 100 % Ya
Tidak
Selesai
Ya
300 < V < 328 Volt
PSbb < 30 %Selesai
Tidak
328 < V < 500 Volt
30 % < PSbb < 100 %Ya
Tidak
Selesai
ChargeYa
328 < V < 500 Volt
PSbb < 30 %
Selesai
Selesai
Tidak
328 < V < 500 Volt
30 % < PSbb < 100 %
Ya
Charge
Selesai
Tidak
Gambar 2.8 Diagram alir sistem kendali kesetimbangan daya pada pembangkit
listrik hibrida
| 22
2.4 Peta Jalan Penelitian (Road Map)
Gambar 2.9 Peta Jalan (Road Map) Penelitian Selama 3 Tahun
| 23
Pada Tahun pertama penelitian ini akan berfokus pada perbaikan kualitas
level tegangan pada sistem kelistrikan pulau terpencil dengan integrasi pembangkit
listrik hibrida antara energi surya (photovoltaic) – energi angin (wind turbine) – sel
bahan bakar (fuel cell). Tahun pertama akan dimulai dengan pengkajian sistem
kelistrikan pada penelitian sebelumnya untuk mendapatkan output program aliran
daya. Lalu akan dilanjutkan dengan perancangan dan simulasi sistem kendali
tegangan berbasis fuzzy logic control dengan data primer tegangan yang didapat
langsung dari sistem kelistrikan pulau terpencil.
Pada tahun kedua perbaikan kualitas daya listrik akan lebih berfokus pada
parameter frekuensi dan faktor daya. Penggalian data dilakukan untuk mendapatkan
data primer kualitas frekuensi dan faktor daya dari sistem kelistrikan pulau
terpencil. Setelah didapatkan data maka akan dilakukan perancangan beserta
simulasi optimasi sistem kendali frekuensi dan faktor daya.
Pada tahun ketiga fokus utama dari penelitian ini adalah untuk membuat
prototipe dari sistem kendali perbaikan kualitas daya untuk integrasi pembangkit
listrik hibrida antara energi surya (photovoltaic) – energi angin (wind turbine) – sel
bahan bakar (fuel cell). Lalu dilakukan pengujian dan optimasi sistem kendali di
sistem kelistrikan pulau terpencil agar sistem dapat dievaluasi.
| 24
BAB 3
METODE PENELITIAN
Durasi penelitian desain perbaikan kualitas daya listrik sistem kelistrikan
pembangkit hibrid PV-Wind Turbine diusulkan selama tiga tahun. Di setiap tahun
terdapat tahapan-tahapan penelitian untuk mendapatkan desain kendali tegangan
dan frekuensi berbasis fuzzy logic control.
| 25
3.1 Metode Penelitian dan Capaian pada tahun Pertama
Gambar 3.1 Diagram alir metode penelitian tahun pertama
Pada Gambar 3.1. adalah diagram alir metode pelaksanaan penelitian pada
tahun pertama. Jadwal kegiatan selama penelitian beserta indikator capaian dan
luaran pada tahun pertama tertera pada tabel 3.1.
| 26
Pengumpulan data potensi energi matahari dan potensi angin serta level
tegangan diambil dari pulau terisolir. Desain kendali level tegangan menggunakan
basis fuzzy logic dengan harapan output level tegangan berada diantara 105 % dan
90 % dari tegangan nominal.
Tabel 3.1 Jadwal penelitian dan indikator capaian penelitian tahun ke 1
Kegiatan Waktu
(Bulan ke;) Indikator Capaian
Studi pustaka desain rancangan
sistem kendali kualitas
tegangan berdasarkan standard
IEEE dan PLN
1 – 3
Referensi yang berhubungan dengan
topik penelitian dan sistem kendali
tegangan.
Mengkaji rancangan sistem
Kelistrikan Standalone dengan
Sistem Hybrida Photovoltaic-
Wind Turbine– Fuel Cell pada
penelitian sebelumnya
2
Program aliran daya rancangan sistem
kelistrikan dengan integrasi surya-
angin-hidrogen.
Menggali data level tegangan
bus pada sistem kelistrikan
dengan pembangkit hibrida
PV-Wind Turbine.
3 – 4 Data – data untuk input pada simulasi
sistem kendali tegangan
Merancang sistem kendali
tegangan untuk perbaikan
kualitas tegangan pada
pembangkit hibrida PV-Wind
Turbine.
5 – 6
Desain sistem kendali level tegangan
pada system rancangan kelistrikan
dengan integrasi surya - angin.
Simulasi sistem kendali
tegangan dengan daya beban,
dan kondisi irradiance, dan
kecepatan angin yang berubah-
ubah
6
1. Luaran Wajib ke 1; Publikasi
pada Seminar Internasional
IEEExplore (pada
ISEMANTIC 2020)
| 27
2. Luaran Tambahan Jurnal
Nasional ter-Akreditasi SINTA
2, tentang Peningkatan kualitas
level tegangan sesuai dengan
standard yang ditetapkan IEE
(pada JRE Unsyiah)
Pembuatan Laporan Kemajuan 6 Dihasilkannya; laporan kemajuan, log-
book dan luaran penelitian.
Analisis hasil dan kesimpulan 7 – 8
Luaran wajib ke 2;
- Artikel pada Jurnal
Internasional ter-index Scopus
Pembuatan Laporan Akhir 9
Dihasilkannya; laporan akhir, log-book
dan laporan keuangan serta luaran
penelitian th. ke 1.
| 28
BAB 4
KONTROL TEGANGAN PADA SYSTEM HYBRID
(PHOTOVOLTAIC - WIND TURBINE - FUEL CELL)
Kontrol strategi pada sistem energi terbarukan tenaga hybrid Photo-voltaic
dan Wind-power bertujuan, dalam memaksimalkan kesetimbangan tegangan.
Strategi kontrol tegangan sangat perlu dirancang terutama saat terjadinya perubahan
beban yang berbeda-beda, jika tidak dilakukan maka akan berpengaruh kepada
kesetimbangan daya yang diberikan ke beban dan bisa mengakibatkan rusaknya
peralatan yang digunakan. Sumber energi matahari dan angin memberikan
pengaruh yang besar terhadap kestabilan kualitas dari tegangan yang diberikan
karena sifat energi terbarukan ini yang bersifat fluktuatif.
Pemanfaatan energi terbarukan menjadi semakin penting dari sudut pandang
konservasi lingkungan ditambah lagi dengan menipisnya bahan bakar fosil.
Instalasi pembangkit listrik tenaga angin dan tenaga surya semakin banyak
digunakan dalam beberapa aplikasi off grid dikarenakan banyaknya daerah yang
sulit dijangkau oleh jaringan grid sehingga sistem off grid merupakan solusi yang
ditawarkan.
Energi yang dihasilkan oleh tenaga surya dan angin memiliki kekurangan,
tenaga matahari dan angin sangat bergantung pada iklim. Misalnya tidak mungkin
kita mengandalkan teknologi sel surya sebagai sumber energi tiap waktu dalam
kondisi cahaya yang berbeda ditambah lagi prilaku perubahan beban konsumen
yang berubah-ubah
Mengatasi masalah ini, penggunaan energi yang berbeda telah diusulkan [1].
Peneliti mengusulkan teknik penggunaan dua jenis sumber energi yang berbeda
sehingga dapat saling melengkapi. Sistem energi hybrid dengan kontrol yang tepat
memiliki potensi besar dalam memberikan kesetimbangan daya. Namun, masalah
utama dalam menggunakan sumber energi surya adalah mengatasi karakteristik
keluaran daya energi surya yang fluktuatif yang disebabkan oleh bervariasinya suhu
dan radiasi dari matahari.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengusulkan pengoptimalan daya sistem
hybrid energi surya dan turbin angin yang akan digunakan dengan baterai dan
| 29
perangkat pengkondisian sinyal saat terjadinya perubahan beban. Baterai akan
digunakan sebagai penyimpanan energi saat daya keluaran hybrid berlebih yang
kemudian akan digunakan kembali pada saat daya keluaran hybrid kurang dari
kebutuhan beban. Perangkat pengkondisian sinyal pada penelitian ini menggunakan
5 buah converter daya yaitu; 1 buah AC to DC converter, 2 buah DC-DC Boost
converter, 1 bidirectional converter, 1 DC-AC bidirectional buck boost converter.
Untuk mendapatkan daya keluaran maksimum energi surya menggunakan metode
MPPT yang diaplikasikan pada boost converter, sedangkan untuk mengatur
tegangan DC Bus melalui pengaturan charging-discharging baterai melalui
bidirectional buck-boost converter.
Baterai memiliki dua parameter yang tidak boleh diabaikan agar batrai dapat
mencapai lifetime yang diharapkan, yaitu tegangan (maksimum tegangan saat
charging dan minimum tegangan saat discharging) dan arus (besar arus saat
charging) [2] [3]. Adanya batasan tersebut dan sistem PV yang menggunakan
MPPT, maka akan muncul keadaan dimana baterai tidak mampu lagi untuk
menambah kapasitas penyimpanan atau membahayakan bagian lifetime baterai bila
menampung besarnya arus charging.
Pada sistem ini, kelebihan daya yang dihasilkan akan berakibat pada naiknya
tegangan DC Bus. Keadaan ini akan membahayakan komponen atau peralatan pada
sisi beban dan perangkat pengkondisian sinyal. Oleh sebab itu, menerapkan dua
mode pada boost converter yaitu MPPT dan Control DC Bus sangat dibutuhkan
untuk menjaga kestabilan dari tegangan.
4.1.Kontrol Tegangan Pada System Hybrid (Photovoltaic - Wind Turbine -
Fuel Cel) Menggunakan Manajemen Penyimpanan Baterai
4.1.1 Studi Pustaka
Baterai
Apabila beban memiliki karakteristik yang berbeda dengan daya hybrid yang
dihasilkan, maka diperlukan komponen penyimpanan energi guna menyimpan
energi saat sistem kelebihan daya dan mensuplai daya saat sistem kekurangan daya.
Ada banyak jenis baterai yang sering digunakan untuk aplikasi energi terbarukan
seperti: Lead Acid, Ni-Cd, Ni-MH, Lion, dan Li-Polymer, tetapi baterai yang
| 30
memiliki karakteristik terbaik untuk aplikasi energi terbarukan dan dapat digunakan
untuk skala kecil sampai besar adalah batrai Li-ion [4] [5].
Pemodelan baterai dapat dimodelkan menjadi pemodelan eksperimental. Pada
penelitian ini pemodelan menggunakan rangkaian ekivalen yang mengacu pada
pemodelan Sherperd seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1. Besarnya V_Batt
(Battery Terminal Voltage) bergantung dari besarnya OCV (Open Circuit Voltage),
Arus baterai (I_Batt), dan implementasi internal baterai. Persamaan untuk tegangan
terkontrol ditunjukkan oleh persamaan 1.
Dimana: OCV = E0 – K 𝑄
𝑄−∫ ib dt + A exp (-B∫ib dt) (1)
E0 = Tegangan konstan battery (V)
K = Tegangan Polarisasi (V)
Q = Kapasitas Battery (Ah)
A = Amplitudo daerah eksponensial (V)
B = konstanta waktu invers daerah eksponensial (Ah -1 )
Gambar 4.1. Rangkaian pengganti Baterai [5]
| 31
Gambar 4.2. Karakteristik discharging Baterai Li-ion [6]
Gambar 4.2. Merupakan karakteristik discharge adalah karakteristik pada saat
baterai mengalami discharging. Parameter untuk persamaan 1 dapat dicari dalam
tiga daerah kurva, yaitu daerah full charge, daerah eksponensial, dan daerah
nominal. Konstanta A, B, dan K berturut-turut ditunjukkan oleh persamaan 2,3, dan
4.
𝐴 = 𝐸𝑓𝑢𝑙𝑙𝐸𝑒𝑥𝑝 (2)
𝐵 =3
𝑄𝑒𝑥𝑝
(3)
K= 𝐸0 − 𝐾 +
𝐴(exp(−𝐵𝑄𝑛𝑜𝑚)−1 )]𝑄−𝑄𝑛𝑜𝑚
𝑄𝑛𝑜𝑛
(4)
Efull tegangan baterai saat terisi penuh, sedangkan Enom adalah tegangan baterai saat
kondisi esksponensial [7]
Strategi Manajemen energi
Sistem yang digunakan untuk meyuplai beban seperti pada Gambar 4.4. dan
memiliki persamaan seperti persamaan 5. Namun dengan penambahan peralatan
| 32
penyimpanan energi maka persamaan akan berubah menjadi 6 pada saat PGen lebih
dari PLoad dan persamaan 7 pada PGen kurang dari PLoad [8]
𝑃𝑝𝑣 = 𝑃𝑙𝑜𝑎𝑑
(5)
𝑃𝑝𝑣 = 𝑃𝑙𝑜𝑎𝑑 + 𝑃𝐵𝑎𝑡𝑡
(6)
𝑃𝑝𝑣 = 𝑃𝑙𝑜𝑎𝑑 − 𝑃𝐵𝑎𝑡𝑡 (7)
Persamaan 5, 6 dan 7 memiliki constraint yaitu tidak mempertimbangkan
adanya losses pada converter yang digunakan dan effisiensi pada PGen dan baterai
diasumsikan memiliki nilai 100%. Apabila mempertimbangkan losses dari
converter yang digunakan dan adanya derating factor pada PGen dan baterai, maka
persamaan 6, berubah menjadi persamaan 8, pada saat PGen lebih dari PLoad dan
persamaan 7 berubah menjadi persamaan 9 pada saat PGen kurang dari PLoad [1] .
𝜂𝑝𝑣𝑓𝑝𝑣𝑃𝑝𝑣
= 𝑃𝑙𝑜𝑎𝑑 + 𝜂𝐵𝑖𝑑𝑖𝑟𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙𝜂𝐵𝑎𝑡𝑡𝑃𝐵𝑎𝑡𝑡
(8)
𝜂𝑝𝑣𝑓𝑝𝑣𝑃𝑝𝑣
= 𝑃𝑙𝑜𝑎𝑑 − 𝜂𝐵𝑖𝑑𝑖𝑟𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙𝜂𝐵𝑎𝑡𝑡𝑃𝐵𝑎𝑡𝑡
(9)
Daya luaran sel surya akan berbeda pada setiap wilayah karena disetiap wilayah
terdapat perbedaan radiasi matahari. Pada daerah yang sama juga memungkinkan
terjadi perbedaan radiasi matahari dengan perbedaan sudut pemasangan sel surya
[9][10].
| 33
Gambar 4.3. Kurva Karakteristik Sel Surya Musim Panas
Pada penulisan ini, kurva karakteristik seperti ditunjukan Gambar 4.3.
didapat dengan melakukan sampling data setiap 15 menit, kemudian disajikan
dalam daya rata-rata selama satu jam. Daya luaran rata-rata maksimum panel surya
terjadi antara jam 12.00 sampai 13.00. Data pengukuran daya maksimum yang
dibangkitkan panel surya memiliki nilai maksimum sebesar 0,864 dari rating
maksimum panel surya yang terpasang. Pengukuran daya luaran panel surya
dilakukan setelah converter, sehingga nilai yang didapat sudah dikalikan dengan
effisiensi boost converter dan rating panel surya.
Gambar 4.4. Diagram Blok Sistem Secara Keseluruhan.
0200400600800
10001200
P (
WA
TT)
PERIODE
Daya Luaran PV
| 34
4.1.2. Metode
4.1.2.1.Desain Boost Converter
Gambar 4.5. Rangkaian Pengganti Boost Converter
𝑉𝑃𝑉 = 𝐿 𝑑𝑖
𝑑𝑡
(10)
𝐿. ΔI = 𝑉𝑝𝑣𝑡𝑜𝑛
(11)
𝑉𝑝𝑣 + L∆𝐼
𝑡𝑜𝑓𝑓= 𝑉𝑑𝑐 𝑏𝑢𝑠
(12)
Apabila persamaan 11 disubsitusikan dengan persamaan 12 maka akan menjadi:
𝑉𝑝𝑣 = − 𝑉𝑝𝑣 𝑡𝑜𝑛
𝑡𝑜𝑓𝑓 + 𝑉𝑑𝑐 𝑏𝑢𝑠)
(13)
𝑉𝑑𝑐 𝑏𝑢𝑠 = 𝑉𝑝𝑣 ( 1 + 𝑡𝑜𝑛
𝑡𝑜𝑓𝑓 ) (14)
| 35
Apabila ton adalah Duty Cycle (D) dikalikan periode (T) dan toff adalah (1-D)*T,
maka akan menjadi persamaan 15
.
𝑉𝑑𝑐 𝑏𝑢𝑠 = 𝑉𝑝𝑣 1
1−𝐷 )
(15)
4.1.2.2. Desain Bidirectional Converter
Seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.4, baterai akan terhubung dengan sistem
melalui bidirectional converter. Rangkaian bidirectional converter ditunjukkan
pada Gambar 6.
Gambar 4.6. Rangkaian Bidirectional Converter
Mode discharging baterai, Converter akan beroperasi sebagai boost converter
dengan memberikan D tertentu pada saklar semikonduktor 1 (S1) dan membuat
Saklar semikonduktor 2 (S2) tidak bekerja (off) sehingga memiliki fungsi yang
sama seperti dioda. Mode discharging bidirectional converter ditunjukan pada
Gambar 4.7. Aliran arus pada mode ini adalah dari VBatt menuju VDc Bus.
| 36
Gambar 4.7. Mode Discharging Bidirectional Converter
4.1.2.3. MPPT dan Control DC Bus
1. Metode MPPT
Metode MPPT akan dilakukan pada dua kemungkinan keadaan.
Kemungkinan yang pertama yaitu saat Pload lebih dari PGen. Pada keadaan
ini Pload akan disuplai dari PGen ditambah PBaterai. Keadaan berikutnya adalah
saat PGen lebih dari PLoad sehingga kelebihan daya akan ditransfer ke baterai
dengan syarat besarnya ICharging kurang dari IChargingmax.
2. Metode Control DC Bus
Metode konrtol DC Bus dijalankan agar sistem tidak membangkitkan 100%
dari potensi energi yang dimiliki. Hal ini dilakukan untuk menstabilkan
tegangan, dengan tetap mempertimbangkan kesehatan dari baterai.
| 37
Gambar 4.7. Flowchart Metode Control Strategi
| 38
Start
Run
If Vdc > 325
Charging Baterai
If Vdc < 290
Discharging Baterai
Iref = Ich
Iref = Idch
Yes
No
Yes
No
No
Return
Gambar 8. Flowchart Uncontrol
Start
Run
If Vdc > 325
Charging Baterai
If Vdc < 290
Discharging Baterai
Yes
No
Yes
No
No
Iref=P_load + P -gen/Vout
Iref=P_load – P -gen/Vout
Return
Gambar 9. Flowchart PI
| 39
Start
Run
If Vdc > 325
Charging Baterai
If Vdc < 290
Discharging Baterai
Yes
No
Yes
No
No
Iref=Iref+step
Iref=Iref-Step
Return
Gambar 10. Flowchart PI Modifikasi
4.1.3. Hasil dan Pembahasan
4.1.3.1. Panel Surya (Photovoltaic)
Modul panel surya yang digunakan pada penelitian ini ditunjukan oleh
Tabel 1. Modul terdiri dari 72 Cell PV dengan daya maksimum 1260 W
pada radiasi 600 W/m2 pada Vmpp 52,49 V dan Impp 24,01 A. Modul yang
digunakan pada penelitian ini menggunakan solar module (physical mode).
Kecepatan angin 12 m/s.
Tabel 4.1. Parameter Modul PV
Short Circuit Current (ISC) 25,44 A
Open Circuit Voltage (Voc) 66 V
Voltage at maximum power point
(Vmpp)
52,49 V
Current at maximum power point
(Impp)
24,01 A
Maximum Power (Pmax) 1260,16 W
Series Resistance (Rs) 0,006988 Ω
| 40
Parallel Resistance (Rp) 415,405 Ω
Ideality Factor 1,3
Temperature Reference 25 °C
Jumlah Cell 72
4.1.3.2. Boost Converter
Boost converter akan didesain mendekati daya maksimum PV sebesar 1250
W. Dengan mengatur frekuensi switching pada nilai 50kHz dan tegangan
referensi pada nilai 311 V, maka menggunakan persamaan 15 duty cycle
berkisar pada nilai 0,83 sehingga t on adalah 16,6x10-6. Apabila
menginginkan nilai ∆I sebesar 0,1 A, mengacu pada persamaan 13 nilai L
minimal adalah 8,72 mH. Dengan tidak adanya suatu induktor murni, maka
pemilihan nilai L yang terlalu besar akan mengakibatkan losses yang cukup
besar.
4.1.3.3. Bidirectional Converter
Bidirectional converter memiliki 2 mode operasi dan 1 mode perintah
memutuskan aliran daya, yaitu mode charging, mode discharging, dan
mode off. Algoritma dari ketiga mode tersebut ditunjukan oleh Gambar
4.11. Pola switching dari S1 dan S2 ditunjukan oleh Gambar 4.12. Mode
Charging ataupun discharging sama-sama menggunakan control arus yakni
menggunakan arus sebagai feedback dan referensi.
| 41
Gambar 4.11 Algoritma Control Bidirectional Converter
(a)(a) (b)
(c)
Gambar 4.12. Pola Switching S1 dan S2 pada 2 Mode Bidirectional
| 42
4.1.3.4. Baterai
Penelitian ini menggunakan baterai dengan karakteristik seperti yang
ditunjukan pada Tabel 4.2. Baterai memiliki tegangan maksimum pengisian
100,5685 V, Sehingga Baterai akan berhenti charging saat tegangan 100 V.
Tabel 4.2 Parameter Baterai
Parameter Baterai
Nominal Voltage 86.4 V
Rated Capacity 128 Ah
SOC % 70%
No of Series 1
No of Parallel 4
Fully Charged
Voltage
100,5685
V
Cut Off Voltage 64,8 V
4.1.3.5. MPPT dan Control DC Bus
Skema MPPT P & O pada penelitian ini ditunjukan oleh Gambar 4.13.
Gambar 4.13 MPPT dengan P & O
| 43
MPPT dan Control DC Bus akan bekerja secara bergantian.
Algoritma untuk menentukan kondisi dimana mode MPPT atau mode
kontrol DC Bus yang akan bekerja ditunjukan oleh Gambar 14. Apabila
baterai sudah mencapai fully charged, maka bidirectional akan off sehingga
mode boost converter akan beralih ke control DC Bus untuk tetap dapat
mempertahankan tegangan DC Bus bernilai 314 V. Pada mode Control DC
Bus PGen yang awalnya dalam kondisi maksimum akan dipaksa turun sama
dengan daya beban sehingga tegangan DC Bus akan terjaga pada nilai
toleransi yang diijinkan.
Icharge/dis
DC_Charge/Dis
(a) Unkontrol
(b) PI
(c) PI Modifikasi
Gambar 14. Pemodelan Teknik Control DC Bus
| 44
Gambar di atas merupakan kategori pemodelan yang dilakukan guna
mendapatkan hasil daya dan tegangan yang optimum. Dari ketiga pemodelan di atas
di dapatkan hasil yang optimum menggunakan pemodelan PI dengan modifikasi.
Gambar 15 menampilkan hasil dari keadaan simulasi
P_Baterai P_Beban P_PV_ACT P_TurbinAngin
P_Baterai P_Beban P_PV_ACT P_TurbinAngin
P_Baterai P_Beban P_PV_ACT P_TurbinAngin
Gambar 15. Keadaan Simulasi
Pada Gambar 15. mensimulasikan kedalam 2 kondisi, kondisi pertama yakni saat
Pload 442.8 kurang dari Pgen yakni 1071.7 sehingga baterai kondisi charging.
Kemudian saat t=1s kondisi berubah menjadi Pload 1616 lebih besar dari Pgen
| 45
sehingga baterai discharging. Kondisi ini menunjukkan keseimbangan daya beban
dan daya pembangkitan pada ketiga model kontrol.Terdapat perbedaan pada
tegangan AC yang dihasilkan dari masing-masing control seperti ditunjukkan pada
Gambar 16.
V_Beban
V_Beban
(a) Unkontrol
(b) PI
(c) PI Modifikasi
Waktu (s)
Waktu (s)
Waktu (s)
V_BebanV_Beban
Gambar 16. Tegangan Keluaran Awal
| 46
V_Beban
V_Beban
Waktu (s)
(a) Unkontrol
(c) PI Modifikasi
Waktu (s)
(b) PI
Waktu (s)
Waktu (s)
V_Beban
Waktu (s)
V_Beban
V_Beban
V_Beban
Waktu (s)
V_Beban
Gambar 17. Tegangan Saat Kondisi Peralihan
| 47
Gambar 17. Menunjukkan kondisi setelah t=1s beban diperbesar melebihi
kapasitas pembangkitan, saat itu terjadi perubahan pola dari baterai menjadi
discharging. Pada beberapa cycle berikutnya Vmaks akan berosilasi seperti
gambar 18.
V_Beban
Waktu (s)
Waktu (s)
Waktu (s)
(a) Unkontrol
(b) PI
(c) PI Modifikasi
Waktu (s)
V_Beban
Waktu (s)V_Beban
V_Beban
V_Beban
Waktu (s)V_Beban
Gambar 18. Saat Beban Melebihi Kapasitas Pembangkitan
| 48
Berdasarkan pada Gambar 18. Sistem tanpa kontrol osilasi terendah dari
Vmaks berada pada nilai 283,0 V. Nilai tersebut di bawah batas yang diizinkan
Kondisi PI osilasi terendah dari Vmaks berada pada nilai 288,9 V. Nilai tersebut
masih dalam batas yang diizinkan. Kondisi PI modifikasi osilasi terendah dari
Vmaks berada pada nilai 290,9 V. Nilai tersebut masih dalam batas yang diizinkan.
V_Beban
V_Beban
(c) PI Modifikasi
Waktu (s)
(b) PI
V_Beban
Waktu (s)
Waktu (s)
Waktu (s)
(a) Unkontrol
V_Beban
V_Beban
Waktu (s)
| 49
Gambar 19. Tegangan Saat Kondisi Steady State
Gambar 19 menunjukkan kondisi steady state dimana pada sistem tanpa
kontrol ada beberapa cycle memang nilai tegangan berada di atas toleransi yang
dizininkan, tetapi pada beberapa cycle yang lain tegangan kembali turun
sehingga Tegangan RMS total pada saat discharge berada sedikit di bawah batas
toleransi. Vmaks tertinggi tercatat pada nilai 287,5 V. Sistem PI pada saat t =
1,26 s Tegangan kembali stabil, dengan Vmaks berada pada nilai 291,5 V
sedangkan pada kontrol PI modifikasi saat t = 1.2 s tegangan kembali stabil
dengan Vmaks berada pada nilai 297,5 Volt.
| 50
BAB 5.
KESIMPULAN (SEMENTARA)
Hasil dari penelitian menunjukkan power balance antara daya sistem pada
panel surya-turbin angin dan baterai. Balance antara baterai dan beban sangat
penting untuk menjaga agar tegangan beban sesuai dengan standar PLN yakni
berada pada nilai toleransi +5% dan -10%
| 51
| 52
DAFTAR PUSTAKA
[1] L. Xu, X. Ruan, C. Mao, B. Zhang, and Y. Luo, “An improved optimal sizing
method for the wind-solar-battery hybrid power system,” IEEE Trans.
Sustain. Energy, vol. 4, no. 3, pp. 774–785, 2013.
[2] S. Ananda, N. Lakshminarasamma, V. Radhakrishna, M. S. Srinivasan, P.
Satyanarayana, and M. Sankaran, “Generic Lithium-ion battery model for
energy balance estimation in spacecraft,” Proc. 2018 IEEE Int. Conf. Power
Electron. Drives Energy Syst. PEDES 2018, pp. 1–5, 2018.
[3] K. C. Bae, S. C. Choi, J. H. Kim, C. Y. Won, and Y. C. Jung, “LiFePO4
dynamic battery modeling for battery simulator,” Proc. IEEE Int. Conf. Ind.
Technol., pp. 354–358, 2014.
[4] Y. M. Mendi, “Flexible energy-saving solution: An assessment of energy
storage systems for photovoltaics & benefits to the grid-connected systems,”
EEEIC 2016 - Int. Conf. Environ. Electr. Eng., 2016.
[5] A. H. Ranjbar, A. Banaei, A. Khoobroo, and B. Fahimi, “Online estimation
of the state of charge in li-ion batteries using impulse response concept,”
IEEE Trans. Smart Grid, vol. 3, no. 1, pp. 360–367, 2012.
[6] C. F. Abe, J. B. Dias, P. Poggi, and B. Pillot, “Combining Identification and
Translation Methods of the Single-Diode Model to Compute the Average
Temperature of Photovoltaic Modules from the Open-Circuit Voltage,”
IEEE J. Photovoltaics, vol. 9, no. 5, pp. 1398–1404, 2019.
[7] F. Ding, P. Li, B. Huang, F. Gao, C. Ding, and C. Wang, “Modeling and
simulation of grid-connected hybrid photovoltaic/battery distributed
generation system,” 2010 China Int. Conf. Electr. Distrib. CICED 2010, pp.
1–10, 2010.
[8] S. Almazrouei and A. Hamid, “Energy Management for Large-Scale Grid
Connected PV-Batteries System,” 2017 Int. Renew. Sustain. Energy Conf.,
pp. 1–5.
| 53
[9] D. T. Cotfas, P. A. Cotfas, C. Samoa, and D. Ursutiu, “Energy balance for
different positions of photovoltaic panels,” pp. 12–15, 2012.
[10] K. Plachta, “Autonomous tracking controller for photovoltaic systems using
global positioning system,” 2018 IEEE Int. Conf. Environ. Electr. Eng. 2018
IEEE Ind. Commer. Power Syst. Eur. (EEEIC / I&CPS Eur., pp. 1–5, 2018.
[11] Ahmed, T., Nishida, K. Dan Nakaoka, M., 2006, “Advanced Control of
PWM Converter with Variable Speed Induction Generator”, IEEE Industry
Application, Vol. 42, No. 4, hal 934 – 945.
[12] Senjyu, 2008, Sensor-less maximum power point tracking control for wind
generation system with squirrel cage induction generator, Elseiver renewable
energy, Vol.3, 1-6
[13] Tanrioven M, Alam MS., 2006, Reliability modeling and analysis of stand-
alone PEM fuel cell power plant, Renewable Energy, 31:915-33.
[14] D. Manolakos, G. Papadakis, D. Papantonis, S. Kyritsis, 2001, A simulation-
optimisation programme for designing hybrid energy systems for supplying
electricity and fresh water through desalination to remote areas, Energy 26,
679-704
[15] Phillipe Venne Jr, Eng, M.Sc., Amadou Doudou Diop, Ph.D., Jean-Francois
Methot P.Eng., Ph.D., 2005, New approach for regulating the voltage of an
off-grid wind turbine equipped with a self excited induction generator
without storage, International Conference Wind Energy and Remote
Regions, Magdalen Island.
[16] Sorin Ioan Deaconu, Gabriel Nicolae Popa, Iosif Popa, 2007, Induction
generator with rotor winding and static frequncy converter for micro
hydroelectric power plants or wind power station with variable speed, 6th
International Conference on Electromechanical and Power Systems,
Chisinau, Rep. Moldova.
[17] C.A. Nwosu, G.C. Asomba, C.U. Ogbuka, 2008, Comunity-based
independent power plant; a case for renewable energy resources, The pasific
| 54
journal of science and technology, Vol. 4, Number 2.
[18] Hugo Morais, Peter Kadar, Pedro Faria, Zita A. Vale, H.M. Khodr, 2010,
Optimal scheduling of a renewable micro grid in an isolated load area using
mixed-integer linier programing, Renewable Energy, 35 151-156
[19] Holmes, D. G., Lipo T. A., 2003, Pulse Width Modulation for Power
Converter, John Wiley & Son, Ltd., West Sussex.
[20] Soedibyo, Heri Suryoatmojo, Imam Robandi and Moch. Ashari, 2012,
Optimal Design of Fuel-cell, Wind and Micro-hydro Hybrid System using
Genetic Algorithm, Jurnal TELKOMNIKA, Vol. 10, No. 4.
[21] S.K. Jain, P. Agrawal and H.O. Gupta, 2002, Fuzzy logic controlled shunt
active power filter for power quality improvement, IEE Proceeding, vol 149,
No.5
[22] S.K. Khadem, M. Basu and M.F. Conlon, 2010, Power Quality in Grid
Connected Renewable Energy System: Role of Custom Power Device,
International Conference on Renewable Energies and Power Quality
[23] Carrasco, Bialasiewicz, Guisado, León, 2006, Power-Electronic Systems for
the Grid Integration of Renewable Energy Sources: A Survey, IEEE
Transactions On Industrial Electronics, Vol. 53, No. 4
[24] Singh, Khadkikar, Chandra, Varma, 2011, Grid Interconnection of
Renewable Energy Sources at the Distribution Level With Power-Quality
Improvement Features Ieee Transactions On Power Delivery, Vol. 26, No. 1
[25] Liang, 2016, Emerging Power Quality Challenges Due to Integration of
Renewable Energy Sources, IEEE Transactions on Industry Applications
[26] Mohod, Aware, 2010, A STATCOM-Control Scheme for Grid Connected
Wind Energy System for Power Quality Improvement, IEEE Systems
Journal, Vol. 4, No. 3
[27] M. Boutoubat, Mokrani, Machmoum, 2013, Control of a wind energy
conversion system equipped by a DFIG for active power generation and
| 55
power quality improvement, Elsevier
| 25