hubungan antara kejadian hipotermi dengan …/hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id...

52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN KEMATIAN NEONATUS PASCA OPERASI BEDAH KELAINAN SALURAN CERNA DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ALVEUS KRISTIANTO EKAPUTRA G 0008195 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011

Upload: dinhnhu

Post on 12-May-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN KEMATIAN

NEONATUS PASCA OPERASI BEDAH KELAINAN SALURAN CERNA

DI RSUD DR. MOEWARDI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

ALVEUS KRISTIANTO EKAPUTRA

G 0008195

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2011

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian Hipotermi

dengan Kematian Neonatus Pasca Operasi Bedah Kelainan Saluran Cerna

di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Alveus Kristianto Ekaputra, G0008195, Tahun 2011

Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari........ , Tanggal .......................2011

Pembimbing Utama Penguji Utama

Pudjiastuti, dr., Sp.A (K) Dwi Hidayah, dr., Sp.A., M.Kes

NIP. 1960 0110 198712 2 001 NIP. 1971 0920 201001 2 003

Pembimbing Pendamping Anggota Penguji

Sri Martuti, dr., Sp.A., M.Kes Widardo, Drs., M.Sc

NIP. 1973 0312 201001 2 002 NIP. 1963 1216 199003 1 002

Tim Skripsi

Muthmainah, dr., M.Kes

NIP : 1966 0702 1998 02 2 001

Page 3: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian Hipotermi dengan Kematian

Neonatus Pasca Operasi Bedah Kelainan Saluran Cerna

di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Alveus Kristianto Ekaputra, NIM : G0008195, Tahun : 2011

Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari........ , Tanggal .......................2011

Pembimbing Utama Pudjiastuti, dr., Sp.A (K) NIP. 1960 0110 198712 2 001 (...................................) Pembimbing Pendamping Sri Martuti, dr., Sp.A., M.Kes NIP. 1973 0312 201001 2 002 (..................................) Penguji Utama Dwi Hidayah, dr., Sp.A., M.Kes NIP. 1971 0920 201001 2 003 (..................................) Anggota Penguji Widardo, Drs., M.Sc NIP. 1963 1216 199003 1 002 (.....................................)

Surakarta,........................2011

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM

NIP : 1966 0702 1998 02 2 001

Page 4: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi

dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta,.....................2011

Alveus Kristianto Ekaputra

NIM. G0008195

Page 5: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

Alveus Kristianto Ekaputra, G0008195, 2011. Hubungan antara Kejadian Hipotermi dengan Kematian Neonatus Pasca Operasi Bedah Kelainan Saluran Cerna di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kejadian hipotermi dengan kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna di RSUD Dr. Moewardi. Metode Penelitian: Deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 60 neonatus. Sampel diambil dari rekam medis RSUD Dr. Moewardi tahun 2007 - 2010. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Regresi Logistik Ganda. Hasil Penelitian: Neonatus yang mengalami hipotermi angka kematian pasca operasi bedah kelainan saluran cerna lebih besar secara signifikan (p = 0,000; OR = 86; C.I. = 12,9 – 575,1). Dari analisis multivariat menggunakan Regresi Logistik Ganda, hipotermi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna (p = 0,017; OR = 15,0; C.I. = 1,6 – 138,2). Selain itu, sepsis juga merupakan faktor dominan yang berpengaruh terhadap kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna (p = 0,038; OR = 15,2; C.I. = 1,2 - 199,6). Simpulan Penelitian: Ada hubungan yang signifikan antara kejadian hipotermi dengan kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna di RSUD Dr. Moewardi. Neonatus dengan hipotermi pasca operasi bedah kelainan saluran cerna memiliki risiko tinggi mengalami kematian daripada yang tidak mengalami hipotermi. Kata kunci : neonatus, hipotermi, kematian neonatus

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

Alveus Kristianto Ekaputra, G0008195, 2011. The Relationship between Hypothermia Incident and Neonatal Mortality Post-Surgical Gastrointestinal Disorders in RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Faculty of Medicine Sebelas Maret University, Surakarta. Objectives: This research aims to know the relationship between hypothermia incident dan neonatal mortality post-surgical gastrointestinal disorders in RSUD Dr. Moewardi Surakarta. … Methods: An analytical descriptive with cross sectional study, using purposive sampling with 60 neonates. The samples had taken from the medical records of RSUD Dr. Moewardi in 2007 – 2010. The data was analyzed using Regression Binary Logistic.…… ……………………………………. Results : Neonates who had hypothermia post-surgical gastrointestinal disorders was significant (p = 0,000; OR = 86; C.I. = 12,9 – 575,1). From the multivariate analyzes using Regression Binary Logistic, hypothermia is a dominant factor that affects neonatal mortality post-surgical gastrointestinal disorders (p = 0,017; OR = 15,0; C.I. = 1,6 – 138,2). Furthermore, sepsis is a dominant factor too that affects neonatal mortality post-surgical gastrointestinal disorders (p = 0,038; OR = 15,2; C.I. = 1,2 - 199,6). Conclusions: There were significant between hypothermia incident and neonatal mortality post-surgical digestive disorders in RSUD Dr. Moewardi. Neonates with hypothermia post-surgical gastrointestinal disorders had a high risk of mortality than neonates without hypothermia. Key words : neonates, hypothermia, neonatal mortality

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PRAKATA

Puji Tuhan penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena senantiasa menyertai dalam proses penyelesaian tugas akhir sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Hubungan antara Kejadian Hipotermi dengan Kematian Neonatus Pasca Operasi Bedah Kelainan Saluran Cerna di RSUD Dr. Moewardi”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas oleh karena Tuhan Yesus Kristus senantiasa menyertai penulis melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi beserta Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Pudjiastuti, dr., Sp.A (K), selaku Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.

4. Sri Martuti, dr., Sp.A., M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.

5. Dwi Hidayah, dr., Sp.A., M.Kes, selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.

6. Widardo, Drs., M.Sc, selaku Anggota Penguji yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.

7. Segenap Staf skripsi FK UNS, Staf SMF IKA dan Staf RSUD Dr. Moewardi atas segala bantuan dan kerjasamanya dalam penyusunan skripsi ini.

8. Papa, Mama, Papi, Mami, Kakak, Adek, Pacar serta seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini.

9. Teman-teman tersayang (Artha, Zakky, Fitra, Ira, Abi, Sherly) dan teman-teman Pendidikan Dokter 2008 FK UNS lainnya yang selalu memotivasi penulis dengan tawa dan semangat mereka.

10. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, 2011

Alveus Kristianto Ekaputra

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA ............................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 2

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 3

BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................. 4

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 4

1. Termoregulasi.................................................................. ............... 4

2. Hipotermi ................................................................ ....................... 6

3. Kelainan Saluran Cerna Neonatus ................................................... 11

4. Hubungan antara Kejadian Hipotermi dengan Kematian Neonatus

Pasca Operasi Bedah ....................................................................... 16

B. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 17

C. Hipotesis ............................................................................................ 18

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 19

A. Jenis Penelitian .............................................................................. 19

B. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................... 19

C. Subjek Penelitian .................................................................... ..... 19

D. Teknik Sampling ................................................................... ...... 20

E. Rancangan Penelitian ................................................................. .. 20

F. Variabel Penelitian ...................................................................... . 21

G. Definisi Operasional Variabel ................ .................................... . 21

H. Pengumpulan Data ...................................................................... . 23

I. Teknik Analisis Data .................................................................... 24

BAB IV. HASIL PENELITIAN ........................................................................ .. 25

A. Karakteristik Responden ................................................................ . 25

B. Analisis Univariat ............................................................................ 26

C. Analisis Multivariat ...................................................................... .. 27

BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................. .. 29

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. ... 32

A. Simpulan ...................................................................................... ... 32

B. Saran .............................................................................................. . 32

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ .. 34

LAMPIRAN

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sebaran Neonatus Pasca Operasi Bedah

Kelainan Saluran Cerna (N = 60) 25

Tabel 2. Sebaran Outcome Kematian Neonatus Pasca Operasi Bedah

Kelainan Saluran Cerna (N = 60) 26

Tabel 3. Analisis Univariat Hipotermi, Syok, Perdarahan, dan Sepsis

terhadap Kematian Neonatus Pasca Operasi Bedah

Kelainan Saluran Cerna (N = 60) 27

Tabel 4. Analisis Akhir Permodelan Multivariat

Regresi Logistik Ganda Variabel Hipotermi, Syok,

Perdarahan, Sepsis 28

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 17

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian ..................................................................... 20

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran

Lampiran 2. Surat Pengantar Penelitian dari RSUD Dr. Moewardi

Lampiran 3. Data Hasil Penelitian

Lampiran 4. Hasil Analisis Data Penelitian

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

Lampiran 2. Surat Pengantar Penelitian dari RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

Lampiran 4. Hasil Analisis Data Penelitian

hipotermi * meninggal Crosstabulation

meninggal

Total hidup meninggal

hipotermi tidak hipotermi Count 12 2 14

Expected Count 3.5 10.5 14.0

hipotermi Count 3 43 46

Expected Count 11.5 34.5 46.0

Total Count 15 45 60

Expected Count 15.0 45.0 60.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 35.901a 1 .000

Continuity Correctionb 31.801 1 .000

Likelihood Ratio 33.817 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 35.302 1 .000

N of Valid Cases 60

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for hipotermi (0 /

1)

86,000 12,861 575,089

For cohort meninggal = 0 13,143 4,311 40,071

For cohort meninggal = 1 ,153 ,042 ,553

N of Valid Cases 60

Page 16: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

Lampiran 4. Hasil Analisis Data Penelitian

syok * meninggal Crosstabulation

meninggal

Total hidup meninggal

syok tidak syok Count 13 30 43

Expected Count 10.8 32.3 43.0

syok Count 2 15 17

Expected Count 4.3 12.8 17.0

Total Count 15 45 60

Expected Count 15.0 45.0 60.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.216a 1 .137

Continuity Correctionb 1.341 1 .247

Likelihood Ratio 2.462 1 .117

Fisher's Exact Test .192 .121

Linear-by-Linear Association 2.179 1 .140

N of Valid Cases 60

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,25.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for syok (0 / 1) 3,250 ,648 16,301

For cohort meninggal = 0 2,570 ,647 10,202

For cohort meninggal = 1 ,791 ,608 1,028

N of Valid Cases 60

Page 17: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

Lampiran 4. Hasil Analisis Data Penelitian

perdarahan * meninggal Crosstabulation

meninggal

Total hidup meninggal

perdarahan tidak perdarahan Count 14 32 46

Expected Count 11.5 34.5 46.0

perdarahan Count 1 13 14

Expected Count 3.5 10.5 14.0

Total Count 15 45 60

Expected Count 15.0 45.0 60.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 3.106a 1 .078

Continuity Correctionb 1.988 1 .159

Likelihood Ratio 3.741 1 .053

Fisher's Exact Test .155 .073

Linear-by-Linear Association 3.054 1 .081

N of Valid Cases 60

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for perdarahan

(0 / 1)

5,688 ,677 47,798

For cohort meninggal = 0 4,261 ,613 29,607

For cohort meninggal = 1 ,749 ,589 ,952

N of Valid Cases 60

Page 18: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for sepsis (0 / 1) 76,000 8,565 674,375

For cohort meninggal = 0 26,000 3,669 184,245

For cohort meninggal = 1 ,342 ,186 ,628

N of Valid Cases 60

Lampiran 4. Hasil Analisis Data Penelitian

sepsis * meninggal Crosstabulation

meninggal

Total hidup meninggal

sepsis tidak sepsis Count 14 7 21

Expected Count 5.3 15.8 21.0

sepsis Count 1 38 39

Expected Count 9.8 29.3 39.0

Total Count 15 45 60

Expected Count 15.0 45.0 60.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 29.915a 1 .000

Continuity Correctionb 26.593 1 .000

Likelihood Ratio 31.445 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 29.416 1 .000

N of Valid Cases 60

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,25.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 19: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a hipotermi 20,595 10377,780 ,000 1 ,998 8,796E8 ,000 .

syok -17,823 10377,780 ,000 1 ,999 ,000 ,000 .

perdarahan -18,238 10377,780 ,000 1 ,999 ,000 ,000 .

sepsis 2,400 1,511 2,523 1 ,112 11,019 ,570 212,927

Constant -1,792 ,764 5,504 1 ,019 ,167

Step 2a hipotermi 2,853 1,171 5,933 1 ,015 17,335 1,746 172,133

perdarahan -,890 1,499 ,352 1 ,553 ,411 ,022 7,756

sepsis 2,962 1,428 4,305 1 ,038 19,335 1,178 317,296

Constant -1,792 ,764 5,504 1 ,019 ,167

Step 3a hipotermi 2,708 1,133 5,714 1 ,017 15,000 1,629 138,156

sepsis 2,721 1,314 4,290 1 ,038 15,200 1,157 199,633

Constant -1,792 ,764 5,504 1 ,019 ,167

a. Variable(s) entered on step 1: hipotermi, syok, perdarahan, sepsis.

Lampiran 4. Hasil Analisis Data Penelitian

Page 20: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipotermi pada neonatus adalah suatu masalah yang sering dijumpai dan

apabila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kematian pada

neonatus (Shah et al., 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Mahmood (2007) pada bulan Juli 2005 sampai Juni 2007, dari 510 neonatus

ditemukan 108 neonatus mengalami hipotermi pada saat pre-operasi dan 87

neonatus tersebut masih mengalami hipotermi pasca operasi.

Di Indonesia, angka kematian neonatal pertahunnya mencapai 88.770

neonatus. Dari angka kematian tersebut, 4,3 % merupakan kasus kelainan

saluran cerna (Depkes, 2008). Atresia ani dan megakolon kongenital

merupakan kasus kelainan saluran cerna bayi yang sering ditemukan. Di RSUD

Dr. Moewardi, tahun 2007 ditemukan 32,50 % kasus, tahun 2008 ditemukan

30,64 % kasus, tahun 2009 ditemukan 17,07 % kasus, dan pada tahun 2010

ditemukan 13,15 % kasus.

Secara umum tatalaksana neonatus dengan kelainan saluran cerna adalah

tindakan operasi bedah (Boocock, 2007). Tindakan pre operasi bedah, operasi

bedah, dan pasca operasi bedah untuk menangani kelainan saluran cerna pada

neonatus dapat menyebabkan gangguan termoregulasi pada neonatus melalui

mekanisme radiasi, evaporasi, konduksi, dan konveksi sehingga neonatus

mengalami kehilangan panas dan tidak bisa mempertahankan suhu tubuh

Page 21: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

2

(Diaz, M., 2010). Hipotermi adalah kondisi di mana suhu inti tubuh sama

dengan atau kurang dari 36oC. Karakteristik hipotermia adalah sensasi dingin,

menggigil, vasokonstriksi, kaku otot, bradikardi, asidosis, hipoventilasi,

hipotensi, kehilangan kemampuan gerak spontan, koma dan bahkan kematian.

(Tortora G. J., Derrickson, 2006).

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis ingin meneliti sejauh mana

hubungan antara kejadian hipotermi dengan kematian neonatus pasca operasi

bedah kelainan saluran cerna karena penelitian ini masih jarang dilakukan dan

nantinya diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian

berikutnya.

B. Perumusan Masalah

Adakah hubungan antara kejadian hipotermi dengan kematian neonatus

pasca operasi bedah kelainan saluran cerna di RSUD Dr. Moewardi?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan antara kejadian hipotermi dengan kematian

neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna oleh karena faktor

internal maupun faktor eksternal.

2. Tujuan khusus

Untuk mengetahui penyebab kematian pada neonatus pasca operasi bedah

kelainan saluran cerna di RSUD Dr. Moewardi.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

3

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan informasi mengenai

hubungan antara kejadian hipotermi dengan kematian neonatus pasca

operasi bedah kelainan saluran cerna.

2. Manfaat Praktis

Apabila terbukti terdapat hubungan antara kejadian hipotermi dengan

kematian neonatus pasca operasi bedah saluran cerna, maka diharapkan

tenaga medis dapat melakukan tindakan preventif untuk mengurangi

kematian neonatus oleh karena kejadian hipotermi.

Page 23: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Termoregulasi

Bayi baru lahir terutama rentan pada kehilangan panas dan terbatas

kemampuannya untuk berespons pada stres dingin. Empat mekanisme

kehilangan panas adalah konduksi, radiasi, konveksi, dan evaporasi.

Konduksi adalah kehilangan panas dari objek hangat dalam kontak

langsung dengan objek yang lebih dingin. Radiasi adalah kehilangan panas

dari objek panas dalam jarak yang cukup dekat dengan objek yang lebih

dingin. Kehilangan panas konveksi terjadi ketika aliran udara menyapu

lapisan udara yang hangat yang mengitari tubuh hangat. Akhirnya, panas

hilang ketika cairan berevaporasi dari kulit (Thomas, K., 2004).

Bayi bersifat basah saat lahir dan lebih berisiko terhadap kehilangan

evaporatif. Bayi baru lahir juga mempunyai area permukaan relatif lebih

lebar dalam kaitannya dengan massa tubuh, yang memberi lebih banyak

pertemuan dengan lingkungan lebih dingin (Waldron, S., Mackinnon, R.,

2007).

Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara

memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak

segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas berisiko tinggi

untuk jatuh sakit atau meninggal. Jika bayi dalam keadaan basah dan tidak

Page 24: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

5

diselimuti, dapat mengalami hipotermia, meskipun berada dalam ruangan

yang relatif hangat. Bayi prematur atau Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia (Hapsari, 2009).

Bayi baru lahir dilengkapi dengan lemak cokelat, yang memberi

keuntungan adaptif. Lemak cokelat membuat 2% hingga 6% berat badan

bayi (Bruck, K., 2007). Lemak ini dikonsentrasikan di sekitar tengkuk

leher, medula spinalis atas, dan aksila serta antara skapula dan sekitar

pembuluh darah besar dan ginjal (Merklin, R., 2007). Lemak cokelat

mempunyai lebih banyak vaskularitas dan persarafan simpatis, selain itu

lemak cokelat merupakan generator energi yang lebih efisien. Namun,

lemak cokelat adalah suatu sumber energi yang tidak dapat diperbarui

(Asakura, H., 2004).

Stimulasi dingin terhadap reseptor kulit mengakibatkan pelepasan

katekolamin dan oksidasi lemak cokelat menjadi asam lemak. Oksigen dan

glukosa diperlukan, tetapi lebih banyak panas yang dihasilkan (Nicholls,

D., Locke, R., 2007). Ketika bayi mengalami hipoglikemia, metabolisme

lemak cokelat tidak efisien. Metabolisme diatur oleh sistem saraf simpatis

dan triiodotironin (T3). Normalnya peningkatan nyata pada hormon

perangsang tiroid, tiroksin, dan T3 dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.

Suhu aksila normal adalah 36,5o sampai 37,5o C. Suhu kulit abdomen

adalah 36o sampai 36,5o C. Stres dingin meningkatkan frekuensi

pernapasan dan menyebabkan tigakali sampai empatkali lipat peningkatan

laju metabolik. Bayi mendeplesi simpanan energi dalam upaya untuk

Page 25: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

6

mempertahankan suhu tubuh (Hull, D., 2006). Kehilangan panas signifikan

dapat menimbulkan hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis. Sehingga

penting bahwa lingkungan termal netral dipertahankan untuk bayi.

(Kumm, S., 2008)

Bayi baru lahir juga mempunyai keterbatasan kemampuan untuk

mentoleransi panas berlebihan. Berkeringat bukan mekanisme efektif

untuk menghilangkan kelebihan panas pada bayi baru lahir. Dapat terjadi

takikardia dan atau gangguan proses metabolik. Sehingga harus

diperhatikan untuk tidak membuat bayi terlalu panas. Normalnya pada 2

hari setelah kelahiran bayi baru lahir yang sehat mampu menstablikan suhu

tubuhnya dengan adekuat (Hey, E. N., Katz, G., 2007).

2. Hipotermi

a. Pengertian

Di negara berkembang, termasuk Indonesia, tingginya

morbiditas dan mortalitas Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih

menjadi masalah utama. Penyebab utama morbiditas dan mortalitas

BBLR di negara berkembang adalah asfiksia, sindrom gangguan

napas, infeksi, serta komplikasi hipotermi. Hipotermi dapat

menimbulkan penyulit infeksi, gagal ginjal, serangan apnea, dan lain-

lain yang mengakibatkan kematian (Lubis, 2008).

Hipotermi pada neonatus adalah suatu keadaan di mana terjadi

penurunan suhu tubuh yang disebabkan oleh berbagai keadaan,

terutama karena tingginya konsumsi oksigen dan penurunan suhu

Page 26: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

7

ruangan. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal sangat

penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan bayi baru lahir,

terutama bagi bayi prematur. Pengaturan suhu tubuh tergantung pada

faktor penghasil panas dan pengeluarannya, sedang produksi panas

sangat tergantung pada oksidasi biologis dan aktivitas metabolisme

dari sel-sel tubuh waktu istirahat (Khan, S. A., 2000)

b. Etiologi menurut Sessler (2008),

1) Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan,

seperti lingkungan dingin, basah, atau bayi yang telanjang,

selama perjalanan dan beberapa keadaan seperti mandi,

pengambilan sampel darah, pemberian infus, serta pembedahan.

Juga peningkatan aliran udara dan penguapan.

2) Ketidakmampuan menahan dingin, seperti pada permukaan

tubuh yang relatif luas, kurang lemak, ketidaksanggupan

mengurangi permukaan tubuh, yaitu dengan memfleksikan

tubuh dan tonus otot yang lemah yang mengakibatkan hilangnya

panas yang lebih besar pada Bayi Berat Lahir Rendah.

3) Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas, seperti

defisiensi brown fat, misalnya bayi preterm, kecil masa

kelahiran, kerusakan sistem saraf pusat sehubungan dengan

anoksia, intra kranial hemorrhage, hipoksia, dan hipoglikemia.

Page 27: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

8

c. Patofisiologi

Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan

pada sentral pengatur panas di hipothalamus. Saraf yang dari

hipothalamus sewaktu mencapai brown fat memacu pelepasan

noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi menjadi gliserol

dan asam lemak. Blood gliserol level meningkat, tetapi asam lemak

secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas. Daerah brown

fat menjadi panas, kemudian didistribusikan ke beberapa bagian tubuh

melalui aliran darah. Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan

oksigen tambahan dan glukosa untuk metabolisme yang digunakan

untuk menjaga tubuh tetap hangat. Methabolicthermogenesis yang

efektif memerlukan integritas dari sistem saraf sentral, kecukupan dari

brown fat, dan tersedianya glukosa serta oksigen (Ohlson, K.,

Cannon, B., 2003).

Perubahan fisiologis akibat hipotermia yang terjadi pada sistem

saraf pusat antara lain: depresi linier dari metabolisme otak, amnesia,

apatis, disartria, EEG yang abnormal, depresi kesadaran yang

progresif, dilatasi pupil, dan halusinasi. Dalam keadaan berat dapat

terjadi kehilangan autoregulasi otak, aliran darah otak menurun, koma,

refleks okuli yang hilang, dan penurunan yang progresif dari aktivitas

EEG (Lubis, 2008).

Pada jantung dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang

progressif, konstriksi pembuluh darah, peningkatan cardiac output,

Page 28: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

9

dan tekanan darah. Selanjutnya, peningkatan aritmia atrium dan

ventrikel, perubahan EKG dan sistole yang memanjang; penurunan

tekanan darah yang progressif, dan denyut jantung. (Parmet, J. L.,

Horrow, J. C., 2008).

Pada pernapasan dapat terjadi takipnea, bronkhorea,

bronkhospasma, hipoventilasi konsumsi oksigen yang menurun

sampai 50 %, kongesti paru dan edema, konsumsi oksigen yang

menurun sampai 75 %, dan apnea (McCarren, J. P., 2008).

Pada ginjal dan sistem endokrin, dapat terjadi cold

diuresis, peningkatan katekolamin, steroid adrenal, T3 dan T4 dan

menggigil; peningkatan aliran darah ginjal sampai 50 %, autoregulasi

ginjal yang intak, dan hilangnya aktivitas insulin. Pada keadaan berat,

dapat terjadi oliguria yang berat, poikilotermia, dan penurunan

metabolisme basal sampai 80 % (Patel, P. M., Drummond, J. C.,

2005).

Pada otot saraf, dapat terjadi penurunan tonus otot sebelum

menggigil, termogenesis, ataksia, hiporefleksia, dan rigiditi. Pada

keadaan berat, dapat terjadi arefleksia daerah perifer. (Miller, J. D.,

Rosenbaum, H., 2008).

d. Tanda-Tanda Klinis, WHO (2007)

1) Hipotermi sedang (suhu tubuh 32oC - 35,9oC ), tanda-tandanya

antara lain: lemah atau lettargis, kaki teraba dingin, kemampuan

Page 29: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

10

menghisap lemah, tangisan lemah dan kulit berwarna tidak rata

atau disebut kutis marmorata.

2) Hipotermi berat (suhu tubuh < 32oC ), tanda-tandanya antara lain:

sama dengan hipotermi sedang, dan disertai dengan pernapasan

lambat tidak teratur, bunyi jantung lambat, terkadang disertai

hipoglikemi dan asidosis metabolik.

3) Stadium lanjut hipotermi, tanda-tandanya antara lain: muka, ujung

kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya

pucat, kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada

punggung, kaki dan tangan (sklerema).

e. Klasifikasi, WHO (2007)

1) Hipotermi sepintas, yaitu penurunan suhu tubuh 1 - 2oC sesudah

lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi

berumur 4 - 8 jam, bila suhu lingkungan diatur sebaik-baiknya.

Hipotermia sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR,

hipoksia, resusitasi yang lama, ruangan tempat bersalin yang

dingin, bila bayi tidak segera dibungkus setelah lahir, terlalu cepat

dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah lahir), dan pemberian

morfin pada ibu yang sedang bersalin.

2) Hipotermi akut, terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin

selama 6 - 12 jam. Terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang

tempat bersalin yang dingin, inkubator yang tidak cukup panas,

kelalaian dari dokter, bidan, dan perawat terhadap bayi yang akan

Page 30: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

11

lahir, yaitu diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata hidup

dan sebagainya. Gejalanya ialah lemah, gelisah, pernapasan dan

bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin.

3) Hipotermi sekunder, penurunan suhu tubuh yang tidak

disebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab

lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapasan dengan

hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intra-kranial tranfusi

tukar, penyakit jantung bawaan yang berat, dan bayi dengan

BBLR serta hipoglikemia.

4) Cold injury, yaitu hipotermi yang timbul karena terlalu lama

dalam ruangan dingin (lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah,

tidak mau minum, badan dingin, oliguria, suhu berkisar antara

29,5 - 35oC, tak banyak bergerak, edema, serta kemerahan pada

tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat;

pengerasan jaringan subkutis.

3. Kelainan Saluran Cerna Neonatus

Kelainan saluran cerna neonatus merupakan kasus yang sering

ditemukan di NICU RSUD Dr. Moewardi. Kelainan yang sering

ditemukan antara lain atresia ani dan megacolon. Pada tahun 2007

ditemukan 32, 50 % kasus, tahun 2008 ditemukan 30, 64 % kasus, tahun

2009 ditemukan 17, 07 % kasus, dan pada tahun 2010 ditemukan 13, 15

% kasus.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

12

1. Atresia Ani

a. Pengertian

Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai

anus imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Cook, R.,

2006).

Atresia Ani merupakan kelainan kongenital, tidak adanya

lubang atau saluran anus, tidak terjadinya perforasi membran

yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan

lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit

cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak

berhubungan langsung dengan rectum (Donna, L., 2003).

b. Etiologi

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan atresia ani, antara lain :

1) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur

sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.

2) Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia

12 minggu atau 3 bulan.

3) Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan

embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus

urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai

keenam usia kehamilan.

(Donna, L., 2003)

Page 32: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

13

c. Klasifikasi

Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4

golongan, yaitu:

1) Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus.

2) Membran anus yang menetap.

3) Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada

bermacam-macam jarak dari peritoneum.

4) Lubang anus yang terpisah dengan ujung.

d. Patofisiologi

Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena :

1) Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum

urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi

atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.

2) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur,

sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.

3) Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia

ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam

kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan.

4) Berkaitan dengan down syndrome.

5) Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.

(Groff, 2007)

Page 33: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

14

2. Megakolon Kongenital

a. Pengertian

Megakolon kongenital adalah suatu kelainan bawaan berupa

aganglionis usus, mulai dari spingter ani interna ke arah

proksimal dengan panjang bervariasi, tetapi selalu termasuk anus

dan setidak-tidaknya rectum (Fonkalsrud, 2007).

b. Etiologi

Adapun yang menjadi penyebab penyakit megakolon sampai

sekarang belum diketahui, tetapi menurut para ahli itu diduga

terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada

anak dengan down syndrome, kegagalan sel neural pada masa

embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada

myentrik dan sub mukosa dinding plexus (Fonkalsrud, 2007).

c. Klasifikasi

Menurut letak segmen aganglionik, penyakit megakolon ini

dibagi dalam :

1) Megakolon kongenital segmen pendek

Bila segmen aganglionik meliputi rektum sampai sigmoid (70

- 80%).

2) Megakolon kongenital segmen panjang

Bila segmen aganglionik lebih tinggi dari sigmoid (20 %).

3) Kolon aganglionik total

Bila segmen aganglionik mengenai seluruh kolon (5 - 11 %).

Page 34: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

15

4) Kolon aganglionik universal

Bila segmen aganglionik meliputi seluruh usus sampai

pylorus (5 %).

(Kartono, 2003)

d. Patofisiologi

Istilah megakolon kongenital menggambarkan adanya

kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding

sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada

dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar.

Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya

gerakan tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya evakuasi

usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi

sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang

menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada

saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak

pada megakolon ( Betz, 2002).

Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna

untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi

usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul

didaerah tersebut, menyebabkan dilatasi bagian usus yang

proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan

menyebabkan di bagian Colon tersebut melebar ( Price, S &

Wilson, 2002).

Page 35: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

16

4. Hubungan antara Kejadian Hipotermi dengan Kematian Neonatus

Pasca Operasi Bedah

Pada neonatus, hipotermi pasca operasi bedah dapat disebabkan

karena gangguan proses termoregulasinya. Selain itu, neonatus juga masih

terbatas kemampuannya untuk merespons stres dingin. Empat mekanisme

kehilangan panas adalah konduksi, radiasi, konveksi, dan evaporasi

(Pierro, A., Eaton, S., 2006).

Konduksi adalah kehilangan panas dari objek hangat dalam kontak

langsung dengan objek yang lebih dingin. Panas yang hilang sekitar 5 %

dari tubuh bayi (Sessler, D. I., 2005). Radiasi adalah kehilangan panas dari

objek panas dalam jarak yang cukup dekat dengan objek yang lebih dingin.

Tubuh bayi kehilangan panas sekitar 60 % (Anderson, D., 2003).

Kehilangan panas konveksi terjadi ketika aliran udara menyapu lapisan

udara yang hangat yang mengitari tubuh hangat. Panas yang hilang dari

tubuh bayi mencapai 15 %. Akhirnya, 20 % panas keluar dari tubuh bayi

ketika cairan berevaporasi dari kulit (Sessler, D., I., 2005).

Apabila pada neonatus ditemukan hipotermi pasca operasi bedah

dan tidak ditangani dengan baik, maka bisa terjadi hipotermi menetap dan

mengakibatkan letargi pada neonatus, kemudian konsumsi oksigen yang

menurun sampai 75 % sehingga dapat berakibat apnea dan bradikardia.

Semua itu menyebabkan bayi berisiko tinggi mengalami kematian (Shah et

al., 2006).

Page 36: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

17

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

Keterangan: : Variabel Perancu

: Yang diteliti

KETERBATASAN DALAM MERESPON DINGIN

TERMOREGULASI

SUMBER ENERGI PANAS NEONATUS

PREOPERASI – OPERASI - PASCAOPERASI

1. TANDA VITAL NEONATUS (SUHU, RR, NADI)

2. BERAT BADAN NEONATUS 3. MASA GESTASI (PRETERM/ ATERM) 4. PERALATAN (THERMAL BLANKET, BABY

WARMER) 5. LAMANYA OPERASI

ASAM LEMAK

MEMPERTAHANKAN SUHU TUBUH

PELEPASAN KATEKOLAMIN DAN OKSIDASI LEMAK COKELAT

LEMAK COKELAT

APABILA ADA STIMULASI DINGIN DI KULIT

HIPOTERMI

KEHILANGAN PANAS

a. KONDUKSI b. RADIASI c. KONVEKSI d. EVAPORASI

GANGGUAN PELEPASAN KATEKOLAMIN DAN OKSIDASI LEMAK COKELAT

GANGGUAN MEMPRODUKSI ASAM LEMAK

GANGGUAN MEMPERTAHANKAN SUHU TUBUH

KEMATIAN PERDARAHAN SYOK

SEPSIS

Page 37: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

18

Keterangan :

Lemak cokelat merupakan sumber energi panas neonatus. Pada saat kulit

neonatus menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral pengatur

panas di hipothalamus. Maka memicu pelepasan katekolamin dan juga oksidasi

lemak cokelat yang merupakan fungsi homeostasis tubuh neonatus untuk

mempertahankan suhu tubuhnya. Di sisi lain, neonatus pasca operasi bedah

kelainan saluran cerna memiliki risiko mengalami keterbatasan dalam

merespon dingin. Banyak faktor yang mempengaruhi termasuk di antaranya

proses dan lamanya operasi. Keterbatasan tubuh neonatus dalam merespon

dingin mengakibatkan gangguan pelepasan katekolamin dan oksidasi lemak

sehingga neonatus berisiko kehilangan panas tubuh melalui proses konduksi,

radiasi, konveksi, maupun evaporasi. Semua proses ini menyebabkan neonatus

rentan mengalami hipotermi. Dalam keadaan hipotermi berat, dapat terjadi

kehilangan autoregulasi otak, aliran darah otak menurun, koma, refleks okuli

yang hilang, dan penurunan progresif dari aktivitas EEG yang mampu

menyebabkan bayi menjadi letargi dan berisiko tinggi menjadi kematian.

Adapun faktor perancu yang mempengaruh neonatus pasca operasi bedah

kelainan saluran cerna yaitu perdarahan, sepsis, dan syok.

C. Hipotesis

Ada hubungan antara kejadian hipotermi dengan kematian neonatus pasca

operasi bedah kelainan saluran cerna di RSUD Dr. Moewardi.

Page 38: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan

pendekatan cross sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara

variabel bebas (faktor risiko) dan variabel terikat (efek) yang diobservasi hanya

sekali pada saat yang sama (Sastroasmoro, 2008).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Moewardi.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan tanggal 31 Mei 2011.

C. Subjek Penelitian

1. Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:

a. Neonatus.

b. Pasca operasi bedah kelainan saluran cerna.

c. Dirawat di NICU pada tahun 2007-2010.

2. Adapun kriteria eksklusi adalah:

a. Data tidak lengkap.

b. Neonatus dengan kelainan saluran cerna yang disertai kelainan sistem

saraf pusat.

Page 39: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

20

D. Teknik Sampling

Sampel berasal dari Rekam Medik di RSUD Dr. Moewardi tahun 2007

- 2010. Teknik sampling yang dipakai adalah purposive sampling berdasarkan

kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan, dengan jumlah subjek

penelitian ditentukan sebanyak 60 neonatus. Sampel tersebut telah memenuhi

syarat pengambilan sampel penelitian yang berjumlah minimal 30 orang

(Murti, 2006).

E. Rancangan Penelitian

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian

Jumlah neonatus dengan kelainan saluran cerna yang dioperasi dan dirawat di NICU RSUD Dr. Moewardi tahun 2007 - 2010

Hipotermia Tidak hipotermia

Analisis Uji Statistik

Regresi Logistik Ganda

Rekam Medik

Hidup

PREOPERASI – OPERASI - PASCAOPERASI

1. Tanda vital bayi (suhu, rr, nadi) 2. Berat badan bayi 3. Masa gestasi (preterm/ aterm) 4. Peralatan (thermal blanket, baby

warmer) 5. Lamanya operasi

Meninggal Hidup Meninggal

Page 40: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

21

F. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Kejadian hipotermi.

2. Variabel Dependen

Kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna.

3. Variabel Perancu

Perdarahan, syok, sepsis.

G. Definisi Operasional Variabel

1. Kejadian hipotermi

Hipotermi pada neonatus adalah suatu masalah yang sering

dijumpai dan apabila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan

kematian pada neonatus (Shah et al., 2006). Hipotermi adalah kondisi di

mana suhu inti tubuh sama dengan atau kurang dari 36oC (Tortora G. J.,

Derrickson, 2006).

Subjek penelitian ini nantinya dikelompokkan dalam 2 kategori

yaitu hipotermi dan tidak hipotermi. Adapun skala pengukuran variabel ini

adalah skala nominal.

2. Kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna

Kematian pasca operasi bedah kelainan saluran cerna yang

dimaksud adalah kematian neonatus akibat hipotermi setelah dilakukan

operasi bedah. Hipotermi pada neonatus pasca operasi bedah dapat

menyebabkan kematian karena tubuh neonatus masih terbatas untuk

merespons stres dingin, di mana dapat terjadi gangguan proses

Page 41: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

22

termoregulasi dan akhirnya neonatus kehilangan panas melalui mekanisme

konduksi, radiasi, konveksi, dan evaporasi (Pierro, A., Eaton, S., 2006).

Skala pengukuran ini adalah nominal, di mana nantinya subjek

akan dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu hidup dan meninggal.

3. Perdarahan

Perdarahan pasca operasi bedah, sering dihubungkan dengan

perdarahan terlambat dan terjadi karena masalah pada jahitan atau

kauterisasi pembuluh darah. Perdarahan pasca operasi bedah diketahui dari

menurunnya hematokrit, atau munculnya hematoma. (De Jong, 2004).

Skala pengukuran ini adalah nominal, di mana nantinya subjek

akan dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu ada perdarahan dan tidak ada

perdarahan.

4. Syok

Syok merupakan suatu keadaan patofisiologik dinamik yang terjadi

pengiriman oksigen ke mitokondria sel di seluruh tubuh manusia tidak

mampu memenuhi kebutuhan konsumsi oksigen. Syok bukan merupakan

penyakit dan tidak selalu disertai kegagalan perfusi jaringan (De Jong,

2004).

Skala pengukuran ini adalah nominal, di mana nantinya subjek

akan dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu ada syok dan tidak ada syok.

5. Sepsis

Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar

melalui darah dan jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1%

Page 42: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

23

neonatus tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada neonatus.

Sepsis neonatus adalah sindrom klinis dari bakteremia dengan gejala

sistemik dan gejala infeksi yang sering ditemukan pada 4 minggu pertama

kelahiran (Herald, 2010).

Skala pengukuran ini adalah nominal, di mana nantinya subjek

akan dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu ada sepsis dan tidak ada

sepsis.

H. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang

berasal dari rekam medik RSUD Dr. Moewardi tahun 2007 - 2010.

2. Alat dan Instrumen Penelitian

Rekam medik adalah keterangan baik yang tertulis maupun

terekam tentang identitas, anamnesis, penentuan fisik, laboratorium,

diagnosis segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan

kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun

yang mendapatkan pelayanan gawat darurat (Gondodiputro, 2007).

Adapun data untuk penelitian ini yang diambil dari rekam medik adalah :

nama neonatus, umur neonatus, jenis kelamin, masa gestasi, berat badan

lahir, berat badan sekarang, keluhan utama, tanda vital pre operasi,

diagnosis pre operasi, jenis operasi, lamanya operasi, tanda vital selama

operasi, tanda vital pasca operasi, diagnosis pasca operasi, dan perawatan

pasca operasi.

Page 43: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

24

I. Teknik dan Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan Uji Regresi

Logistik Ganda menggunakan program SPSS 18 for Windows Release 11.5 (a

= 0,05).

Page 44: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

25

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penyajian hasil penelitian diuraikan mulai dari karakteristik responden,

seluruh variabel yang terlibat dalam penelitian yaitu variabel perancu (syok,

perdarahan, dan sepsis), variabel independen yaitu kejadian hipotermi dan

variabel dependen yaitu kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran

cerna. Selanjutnya akan dilakukan analisis univariat untuk melihat hubungan

antara hipotermi dengan kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran

cerna. Penelitian ini diakhiri dengan mencari faktor penyebab kematian neonatus

pasca operasi bedah kelainan saluran cerna yang paling dominan berdasarkan

variabel perancu karakteristik pasien.

A. Karakteristik Responden

Tabel 1 Sebaran Neonatus Pasca Operasi Bedah Kelainan Saluran Cerna (N = 60)

No Karakteristik Demografi N (%) 1 Usia (hari)

0 - 10 11 - 20 21 - 30

55 (91,7) 1 (1,7) 4 (6,7)

2 Berat Badan Lahir (kg) 1,0 - 1,9 2,0 - 2,9 3,0 - 3,9

3 (5)

34 (56,7) 23 (38,3)

3 Hipotermi 46 (76,7) 4 Syok 17 (28,3) 5 Perdarahan 14 (23,3) 6 Sepsis 39 (65)

Outcome terbesar didapatkan dari hipotermi yaitu sebanyak 46

Page 45: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

26

neonatus (76,7 %). Dan yang berikutnya adalah sepsis dengan jumlah 39

neonatus (65 %).

Tabel 2 Sebaran Outcome Kematian Neonatus Pasca Operasi Bedah Kelainan Saluran Cerna terhadap Faktor Penyebab (N = 60)

N Hidup (%) N Meninggal (%) Hipotermi 3 (6,5) 43 (93,5) Syok 2 (11,8) 15 (88,2) Perdarahan 1 (7,1) 13 (92,9) Sepsis 1 (2,6) 38 (97,4)

Penyebab kematian tertinggi dari neonatus pasca operasi bedah

kelainan saluran cerna adalah hipotermi yaitu sebanyak 43 neonatus

meninggal (93,5 %).

B. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk membuktikan adanya hubungan

antara variabel independen yaitu hipotermi dan variabel dependen yaitu

kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna. Selain itu

untuk mencari hubungan antara variabel perancu yaitu syok, perdarahan, dan

sepsis dengan variabel dependen yaitu kematian neonatus pasca operasi

bedah kelainan saluran cerna. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square

karena jenis data yang dianalisis adalah kategorik. Pengujian dilakukan

dengan derajat kemaknaan sebesar 5 % seperti pada tabel 3.

Page 46: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

27

Tabel 3 Analisis Univariat Hipotermi, Syok, Perdarahan, dan Sepsis terhadap Kematian Neonatus Pasca Operasi Bedah Kelainan Saluran Cerna (N = 60)

p OR C.I. Hipotermi 0,000 86 12,9 – 575,1 Syok 0,137 3,3 0,6 – 16,3 Perdarahan 0,078 5,7 0,7 – 47,8 Sepsis 0,000 76 8,6 – 674,4

Setelah dilakukan analisis data dengan menggunakan uji Chi Square

diperoleh p 0,000 (α < 0,05) dan OR = 86. Hal ini menunjukkan bahwa ada

hubungan antara kejadian hipotermi dengan kematian neonatus pasca operasi

bedah kelainan saluran cerna.

C. Analisis Multivariat

Analisis multivariat bertujuan untuk menentukan variabel yang paling

dominan yang berhubungan dengan variabel dependen.

1. Seleksi kandidat

Seleksi kandidat mempunyai hasil yang sama dengan Tabel 3.

Analisis univariat hipotermi, syok, perdarahan, dan sepsis terhadap

kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna (N = 60).

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai p seluruh variabel sebesar

< 0,25, sehingga seluruh variabel diteruskan ke dalam permodelan

multivariat.

Page 47: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

28

2. Permodelan Multivariat

Tabel 4 Analisis Akhir Permodelan Multivariat Regresi Logistik Ganda Variabel Hipotermi, Syok, Perdarahan, Sepsis

Setelah dilakukan analisis data dengan menggunakan uji Regresi

Logistik Ganda, hipotermi (p = 0,017; OR = 15,0; C.I. = 1,6 - 138,2) dan

sepsis (p = 0,038; OR = 15,2; C.I. = 1,2 - 199,6) dapat meningkatkan

risiko kematian apabila keduanya terjadi secara bersamaan.

No Variabel p OR C.I.

1 Hipotermi 0,017 15,0 1,6 -138,2 2 Sepsis 0,038 15,2 1,2 - 199,6 3 Perdarahan 0,553 0,4 0,0 - 7,8 4 Syok 0,999 0,0 0,0 - .

Page 48: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

29

BAB V

PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis Data

Dari total 60 pasien neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran

cerna yang dirawat di RSUD Dr. Moewardi tahun 2007-2010, 83,48 %

meninggal oleh karena hipotermi. Kemungkinan disebabkan oleh faktor

eksternal yaitu lamanya operasi bedah, jenis operasi bedah, suhu ruang

perawatan (NICU), dan keterbatasan peralatan di ruang perawatan (NICU).

Faktor internal yaitu neonatus yang prematur dan berat badan lahir rendah,

kedua hal tersebut akan menyebabkan neonatus pasca operasi bedah kelainan

saluran cerna berisiko tinggi mengalami kematian. Prematuritas dan berat

badan lahir rendah meningkatkan risiko kematian pada neonatus karena

neonatus tersebut memiliki lemak cokelat yang belum berkembang dengan

sempurna sehingga masih sangat terbatas dalam merespon dingin dari luar

(ruang operasi dan NICU).

Nilai Odds Ratio dari analisis univariat didapatkan hasil 86 yang berarti

bahwa hipotermi dapat menyebabkan kematian pada neonatus pasca operasi

bedah kelainan saluran cerna 86 kali lebih besar. Maka dapat disimpulkan

bahwa kejadian hipotermi merupakan faktor risiko penyebab kematian

neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna di RSUD Dr. Moewardi.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh F. Nayeri dan F. Nili

(2006), yang menyatakan bahwa hipotermi merupakan faktor risiko yang

Page 49: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

30

sangat penting dalam menyebabkan kematian neonatus pasca operasi bedah

kelainan saluran cerna. Neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna

yang prematur dan neonatus dengan berat lahir rendah memiliki risiko tinggi

untuk mengalami hipotermi. Dari data F. Nayeri dan F. Nili (2006),

didapatkan 24 neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna yang

prematur dan berat lahir rendah, meninggal oleh karena hipotermi. V. Kumar

dan A. Kumar (2009) menyatakan hal sama yaitu neonatus pasca operasi

bedah kelainan saluran cerna yang memiliki berat badan lahir rendah akan

berisiko tinggi mengalami kematian.

Berdasarkan hasil analisis uji multivariat menggunakan regresi logistik

ganda terdapat 2 faktor dominan yang berhubungan dengan kematian

neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna yaitu hipotermi dan

sepsis. Hipotermi (p = 0,017; OR = 15,0; C.I. = 1,6 - 138,2), OR = 15,0

berarti bahwa hipotermi menyebabkan kematian neonatus pasca operasi

bedah kelainan saluran cerna 15 kali risiko lebih besar dibandingkan yang

tidak hipotermi. Sepsis (p = 0,038; OR = 15,2; C.I. = 1,2 - 199,6), OR = 15,2

berarti bahwa sepsis menyebabkan kematian neonatus pasca operasi bedah

kelainan saluran cerna 15,2 kali risiko lebih besar dibandingkan yang tidak

sepsis. Dari hasil penelitian Oludayo (2007), terdapat 53 pasien neonatus

yang menderita kelainan saluran cerna, di mana 16 neonatus (14,5 %) di

antaranya mengalami kematian oleh karena sepsis pasca operasi bedah

kelainan saluran cerna. Ada berbagai macam komplikasi yang dapat terjadi

pada neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna, salah satunya

Page 50: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

31

adalah sepsis. Sepsis ini merupakan penyebab kematian terbesar pada

neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna (John W., 2010).

B. Kelemahan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder

dari rekam medis RSUD Dr. Moewardi. Terdapat beberapa kendala terutama

terbatasnya sampel neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna di

RSUD Dr. Moewardi. Selain itu, banyak terdapat data dari rekam medik yang

tidak lengkap sehingga dimasukkan ke dalam kriteria ekslusi.

Page 51: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

32

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Ada hubungan antara kejadian hipotermi dengan kematian neonatus pasca

operasi bedah kelainan saluran cerna di RSUD Dr. Moewardi dengan p =

0,000; OR = 86; C.I. = 12,9 - 575,1. Neonatus dengan hipotermi pasca

operasi bedah kelainan saluran cerna memiliki 86 kali risiko lebih besar

mengalami kematian daripada yang tidak mengalami hipotermi.

2. Dari analisis multivariat, hipotermi (p= 0,017; OR = 15,0; C.I. = 1,6 -

138,2) dan sepsis (p = 0,038; OR = 15,2; C.I. = 1,2 - 199,6). Neonatus

dengan hipotermi pasca operasi operasi bedah kelainan saluran cerna

memiliki 15,0 kali risiko lebih besar mengalami kematian, sedangkan

neonatus dengan sepsis pasca operasi bedah kelainan saluran cerna

memiliki 15,2 kali risiko lebih besar mengalami kematian.

3. Hipotermi dan sepsis merupakan faktor dominan yang mempengaruhi

kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan saluran cerna di RSUD

Dr. Moewardi.

B. Saran

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Usaha perbaikan mutu pelayanan sebaiknya dapat lebih dioptimalkan,

sehingga dapat mencegah kematian neonatus pasca operasi bedah kelainan

saluran cerna oleh karena hipotermi dan sepsis.

Page 52: HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN HIPOTERMI DENGAN …/Hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 2 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan antara Kejadian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

33

2. Bagi Peneliti

Dapat memberikan edukasi dan pencegahan kematian apabila nantinya

menemui kasus hipotermi dan sepsis pada neonatus pasca operasi bedah

kelainan saluran cerna.