bahan makanan baru

49
ACARA IV BAHAN MAKANAN A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum : Menentukan dan membandingkan berat jenis air susu (air susu murni, air susu yang di encerkan 1 kali dengan aquades dan filtrate air susu dari percobaan pengendapan kasein (B3). Menguji reaksi air susu. Menguji air susu secara kualitatif dengan pengendapa kasein. Menguji reaksi warna protein dengan menggunakan beberapa pereaksi. Menguji kadar P-Organik dari kasein dengan menggunakan pereaksi newmann. Menguji endapan kasein dengan menggunakan Grease Spot Test (tes noda lemak). Menunjukkan adanya laktalbumin dari pengendapan kasein. Menunjukkan adanya laktosa dari filtrat pengendapan kasein. Menunjukkan adanya ion Ca dan P-anorganik dari filtrate pengendapan kasein. 2. Waktu Praktikum : Senin, 26 November 2012 3. Tempat Praktikum :

Upload: nurul-hafazah

Post on 26-Nov-2015

71 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

ACARA IV

BAHAN MAKANANA. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Tujuan Praktikum:

Menentukan dan membandingkan berat jenis air susu (air susu murni, air susu yang di encerkan 1 kali dengan aquades dan filtrate air susu dari percobaan pengendapan kasein (B3).

Menguji reaksi air susu.

Menguji air susu secara kualitatif dengan pengendapa kasein.

Menguji reaksi warna protein dengan menggunakan beberapa pereaksi.

Menguji kadar P-Organik dari kasein dengan menggunakan pereaksi newmann.

Menguji endapan kasein dengan menggunakan Grease Spot Test (tes noda lemak).

Menunjukkan adanya laktalbumin dari pengendapan kasein.

Menunjukkan adanya laktosa dari filtrat pengendapan kasein.

Menunjukkan adanya ion Ca dan P-anorganik dari filtrate pengendapan kasein.

2. Waktu Praktikum:

Senin, 26 November 20123. Tempat Praktikum:

Laboratorium Kimia Dasar lantai III Fakultas MIPA Universitas Mataram.B. LANDASAN TEORI

Bahan makanan disebut juga komoditas pangan dalam perdagangan, ialah apa yang kita beli, kita masak, dan kita susun menjadi hidangan. Contoh dari bahan makanan adalah beras, jagung, daging. Telur dan sebagainya. Ada kelompok ahli gizi yang menambahkan air dan oksigen sebagai makanan pula. Bahan makanan itu terdiri dari karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Karbohidrat misalnya, adalah nama kelompok bagi ikatan-ikatan organik yang mempunyai fungsi menghasilkan energi dan mempunyai karakteristik sejenis. Karbohidrat terdiri dari unsur C, H, O dan merupakan polyalcohol. Lemak juga merupakan kumpulan ikatan-ikatan organik dengan berbagai struktur molekul, tapi mempunyai karakteristik yang sama yaitu larut dalam zat-zat pelarut tertentu. Bahan makanan sering juga disebut bahan pangan dan dalam perdagangan disebut komoditi pangan adalah apa yang kita produksi atau perdagangkan, seperti daging, sayur, buah dan juga termasuk susu (Soediaoetama,2004:17).Ada tiga komponen penting penghasil energi yang sangat dibutuhkan bagi setiap manusia yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Dimana ketiga komponen tersebut merupakan bahan makanan yang dibutuhkan oelh tubuh, karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain, protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena paling erat hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Di dalam sel, protein terdapat sebagai protein struktural maupun sebagai protein metabolik. Protein dibagi menjadi dua yaitu protein fibrous yang banyak bergantung pada struktur skunder dimana bentuk protein ini boleh diulang, bentuk yang kedua yaitu protein globular (enzim dan antibodi) yang banyak bergantung pada struktur bebas yang terdapat 20 jenis asam amino yang digunakan untuk membentuk rantaian polipeptida (protein) fungsi, bentuk, ukuran dan jenis protein akan ditentukan oleh jenis, bilangan dan taburan asam amino yang terdapat di dalam struktur tersebut. Suber protein diantaranya yaitu salah satunya adalah susu yang lebih dikenal dengan protein hewani (Hartono, 2006: 556).Susu merupakan makanan yang hampir sempurna karena kandungan gizinya yang lengkap. Selain air, susu juga mengandung lemak, protein, karbohidrat, enzim-enzim serta vitamin A dan D dalam jumlah yang memadai. Manfaat susu merupakan interaksi molekul-molekul yang terkandung didalamnya. Umumnya susu yang dikandung masyarakat adalah susu olahan baik dalm bentuk cair (UHT) maupun dalam bentuk bubuk. Susu UHT (ultra high temperature) merupakan susu yang diolah dengan pemanasan suhu yang tinggi dan dalam waktu yang singkat selama 2-5 detik dengan suhu 135-145 0C. Keadaan multilapus susu UHT ini juga kedap cahaya sehingga cahaya ultraviolet tidak akan mampu menembusnya. Dengan terlindungnya dari sinar ultraviolet maka kesegaran susu UHT dapat terjaga. Susu UHT merupakan susu yang sangat higienis karena bebas dari seluruh mikroba serta spora, sehingga potensi kerusakan mikrobioliogis sangat minimal bahkan hampir tidak ada (Astawan, 2007: 154).

Susu adalah minuman bergizi yang mengandung protein 3,2% dan kaya mineral kalsium (143 mg 1100 gr susu) dengan konsumsi relatif rendah, susu selama ini juga dikenal dengan bahan makanan yang diperkirakan mempunyai kemampuan untuk meningkat polutan. Di lingkungan udara pulutan dapat kita hindari jika kita meminum susu (Agroteksos, 2001).Susu sapi mempunyai komposisi molekul-molekul yang mengandung lemak 3,8%, protein 3,2% laktosa 4,8% dan mineral 0,7%. Susu merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan mikroba. Hal ini karena komposisi nutrisinya sangat ideal untuk pertumbuhan mikroba. Apabila sapi dalam keadaan sehat, maka susu yang dihasilkannya juga dalam keadaan steril. Mikroba mulai terdapat pada saluran puting susu untuk mengurangi jumlah mikroba awal pada susu, maka pada pemerahan susu sebanyak 3-4 pancaran pertama harus dibuang (Djalip, 1997: 53).Jika mengandung protein total 3,3% protein susu mengandung kesembilan asam amino esensial yang dibutukan manusia ada dua kategori utama protein susu yang dibedakan dari sisi komposisi kimia dan sifat fisiknya. Keluarga kasein mengandung faktor yang akan terkoagulasi atau teredapkan pada pH 4,66. protein serum tidak mengandung fosfor dan protein tetap dalam larutan pH 4,6. dalam susu sapi 82% protein susu adalah kasein dan 18% adalah serum atau protein Whey. Kasein tersuspensi dalam susu dalam kompleks yang disebut mise. Kandungan fosfat yang tinggi pada kasein terkait dengan garam kalsium fosfat sehingga susu menjadi sumber kalsium dalam diet. Protein serum terdiri dari laktoglobulin 50%, laktoglobumin 20% albumin momunaglobumin, laktoferin, transferin dan sebagian kecil protein dan enzim. Protein whey tidak mengandung fosfor tetapi mengandung asam amino sulfur yang membentuk ikatan disulfida, jika ikatan ini rusak maka protein mengalami denatrasi, fungsi protein whey tidak begitu jelas, laktoglobulin diketahui sebagai pembawa Vitamin A, laktoglobulin tidak terdapat dalam susu. Immunoglobulin berperan dalam sistem imun ternak sedangkan pada manusia belum diketahui secara pasti. Laktoferin dan transferin berperan penting dalam adsorpsi (Wiranadi Kusumah, 1997: 85). Susu digunakan sebagai sumber kasein komersil. Biasanya kedalam skin milk atau susu dengan kandungan lemak yang rendah. Ditambahkan asam untuk mengendapkan kasein, susudah dipanaskan dari whey tahu dari kasein dicuci dengan air, ditiris, diperes, dipotong-potong, dan dikeringkan. Kasein digunakan sebagai garam kalsium untuk memperbaiki sifat adukan dari krim yang terbuat dari lemak tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai pelapis atas untuk memperbaiki keseluruhan asam krim dan yogurt, kasein dapat dirubah menjadi lem dibuat bersifat basa dengan penambahan kapur. Sodium karbonat, borak, atau thithano lamina. Atau diubah menjadi satu lapidan dalam pembuatan kertas. Lemak atau lapid dalamsusu terdapat dalam bentuk jutaan bola kecil, biasanya terdapat kira-kira 1000 x 106 butiran lemak dalam setiap mili liter susu. Butiran-butiranini mempunyai daerah permukaan yang luas dan hal tersebut yang menyebabkan susu mudah dan cepat menyerap flavor asing. Butiran-butiran ini mempertahankan keutuhannya karena tegangan permukaan yang disebabkan oleh ukuran yang kecil, dan kedua karena adanya suatu lapisan tipis (membran) yang membungkus butiran tersebut yang terdiri dari protein dan fospalipid (Djaeni, 2004: 15).Susu kedelai adalah produk seperti susu sapi tetapi dibuat dari ekstrack dari kedelai. Protein susu kedelai mempunyai susunan asam amino yang mirip seperti susu sapi, sehingga sangat baik sebagai pengganti susu sapi terutama bagi meraka yang alergi laktointolerance atau bagi mereka yang tidak menyukai susu sapi atau daya belinya kurang. Selain kualitas protein yang baik kedelai juga mudah diperoleh mengandung asam lemak tak jenuh esensial (linoleat) yang cukup tinggi dan tidak mengandung kolestrol sehingga dengan mengkonsumsi kedelai secara rutin dapat mengurangi penyakit degeneratif, disamping mempunyai kelebihan susu kedelai juga mempunyai kekurangan yaitu aromanya kurang sedap yang disebakan oleh aktivitas enzim lipoksigenase yang secara alami terdapat di dalam kedelai, dan kacang-kacangan lainnya. Untuk mengetahui tingkat penerimaan masyarakat terhadap formulasi terhadap susu kedelai dilakukan uji organoleptif dengan 8 (delapan) karakter penilaian, juga dilakukan uji kadar protein dan kalsium dengan mengugnakan metode makro Kjeldahl dan spectrofotometer. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan pendekatan cross sectional populasi penelitian ini adalah 3 (tiga) sampel formulasi. Susu kedelai diketahui kadar protein yang tertinggi adalah formulasi susu kedelai ditambah kacang hijau (3,16%) dan kadar kalsium tertinggi adalah formulasi susu kedelai murni (10,09%) (Hamidah, 2003).Pada protein terdapat beberapa reaksi khas, yaitu reaksi Xantoprotein, Hopkins-Cole, reaksi Millon, dan sebagainya. Reaksi Xntoprotein dimana larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat diubah menjadi kuning apabila dipananskan. Reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Reaksi Hopkins-Cole digunkan untuk mengdentifikasi triptofan, dimana larutan protein yang mengandung triptofan dapat di reaksikan dengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat, setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat dituangkan perlahan-lahan seingga membentuk lapisan di bawah larutan protein. Beberapa saat kemudian terjadi cincin ungu pada batas antara kedua lapisan tersebut. Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat erubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna (Poedjiadi, 2009: 121-122).C. ALAT DAN BAHAN

Alat1. Tabung reaksi

2. Rak tabung reaksi

3. Penjepit

4. Gelas kimia 10 mL

5. Erlenmeyer 6. Gelas ukur 25 mL

7. Penangas air

8. Hot plate9. Neraca analitik

10. Corong11. Gelas arloji

12. Pipet tetes

13. Batang pengaduk

14. Gelas kimia 250 mL

15. Pipet volume 5mL Bahan

1. Air susu kedelai

2. Air susu sapi ( Susu ultra)

3. Alpa naftol 1%

4. Amoniak solution

5. Amonium hidroksida

6. Amonium Molibdat

7. Aquades

8. Benedict

9. Biuret

10. CH3COOH glassial 2%

11. CuSO4 0,5%

12. Eter

13. Fehling A

14. Fehling B

15. Fruktosa

16. Glukosa

17. H2SO4 pekat

18. HNO3 pekat

19. Kertas label20. Kertas lakmus21. Kertas saring

22. K-oksalat23. Larutan formaldehid encer (diencerkan 500 kali)24. Mercuri Sulfat

25. NaOH 40%

26. Pereaksi Molish

27. TissueD. CARA KERJA1. Penetapan Berat Jenis Ditentukan berat jenis air susu dengan piknometer meliputi:a. Air susu murni (susu ultra : susu kedelai) Dimasukan ke dalam tabung

Ditentukan berat jenisnya

Hasil

b.Air susu yang diencerkan 1 kali (susu ultra : susu kedelai) Dimasukan ke dalam labu takar

Diencerkan satu kali dengan aquades

Ditentukan berat jenis dari air susu

c.Filtrat air susu dari endapan kasein (susu ultra : susu kedelai)

2. Reaksi Air Susu

a. Susu murni (susu ultra : susu kedelai)

b. Susu didiamkan 2 jam

3. Pengendapan Kasein

4. Reaksi-reaksi warna protein

a. Reaksi Biuret (untuk ikatan peptida)

b. Reaksi MillonNesse (untuk tirosin)

2 mL endapan kasein susu kedelai

c. Reaksi Hopkins-Cole (untuk Triptofan)

d. Reaksi Xantoprotein (untuk asam amino deengan inti benzena)

e. Reaksi Molish

e. Reaksi Uji Sulfur

1 mL endapan kasein susu kedelai

f. Reaksi Molish

2. Reaksi Neumann untuk Kasein (P-organik dari Kasein)

3. Grease Spot Test (Test noda lemak)

7. Menunjukanadanya laktobumin

8. Menunjukan adanya laktosa a. Percobaan benedict

b. Uji Fehling

9. Menunjukan adanya ion Ca dan P-anorganik

E. HASILPENGAMATAN1. Untuk Susu Kedelai

NoLangkah kerjaHasil Pengamatan

1Penetapan berat jenis: Ditentukan berat jenis dengan piknometer atau sejenisnya untuk:

a. Air susu murnib. Air susu diencerkan 1 kali dengan aquades

c. Filtrat air susu dari percobaan pengeendapan kasein (B3) Berat dari masing-masing air susu:

a. Berat air susu murni = 46,86 - 46,80

= 18,6 4gram

b. Berat susu encer = 84,39gram

c. Berat filtrat air susu = 473,55 - 45,80

= 427, 75 gram

(berat erlenmeyer = 46,86 gram)

2Reaksi air susu : Diselidiki reaksi air susu dengan kertas lakmus merah, untuk:

a. Air susu yang masih baru (murni)b. Air susu yang sudah dibiarkan 2 jama. PH= 7b. PH= 6

3Pengendapan Kasein : 20 mL air susu + 20mL air ditamahkan bertetes-tetes asam asetat glasial 2% sampai terjadi endapan. disaring endapan dengan kertas saring

+ As. Glasial terbentuk gumpalan

Endapan : cream Filtrat : berwarna kuning bening

4Reaksi reaksi warna protein

a. Reaksi Biuret (untuk ikatan peptida) :

3 mL endapan kasein susu kedelai + 1 mL NaOH 40%

ditambahkan 1 tetes CuSO4 0,5

b. Reaksi MillonNesse(untuk tirosin)

2 mL endapan kasein susu kedelai + 1 ml reagen merkuri sulfat.

Dipanaskan.

Didinginkan + 1 tetes larutan NaNO2 1%. Dipanaskan.

c. Reaksi Hopkins-Cole (untuk triptofan) :

1mL (15 tetes) larutan endapan kasein susu kedelai + 1 tetes formaldehid encer (diencerkan 500 kali) + 1 tetes reagen merkuri sulfat.

Dikocok + asam sulfat pekat (perlahan-lahan) melalui dinding tabung.d. Reaksi Xantoprotein (untuk asam amino dengan inti benzena).

3 mL endapan kasein susu kedelai + 1mL larutan asam nitrat pekat.

Dipanaskan.

Didinginkan.

Tabung 1 + amonia Tabung 2 tidak ditambahkan.

(bandingkan tabung 1 dan tabung 2 !)

e. Reaksi Uji Sulfur

1 mL endapan kasein susu kedelai + 1 ml NaOH 40%.

Dipanaskan.

+ 1 tetes Pb asetat.

f. Reaksi Molisch. 1 ml endapan kasein susu kedelai + 2 ml larutan -Naftol Dikocok+1ml H2SO4 pekat perlahanlahan.

Endapan menjadi berwarna putih keruh dan larut dalam NaOH. Setelah ditambahkan dengan CuSO4 0,5% warna berubah menjadi ungu (+). Endapan menjadi putih susu agak keruh dan larut. Terbentuk endapan berwarna lebih bening Enapan hancur

Terbentuk endapan berwarna orange , larutan menjadi bening. Tidak terjadi perubahan warna. Warna tetap Terbentuk cincin bening di atasnya, larutan berwarna putih keruh

Warna larutan menjadi keruh Tidak ada terbentuk cincin bening diatasnya

Terbentuk dua fase, fase atas berwarna kuning fase bawah keruh

Larutan keruh Warna lebih bening Tidak terjadi perubahan Warna -Naftol merah tua + 1 ml endapan kasein menjadi merah kecoklatan

Tebentuk 3 lapisan, atas berwarna coklat kemerahan, tengah coklat pekat, dan bawah bening kehijauan.

5.Reaksi Neumann untuk Kasein (P-organik dari kasein)

Endapan dari susu kedelai,dikeringkan diatas kertas saring. Hasilnya + 2 tetes nitrat pekat. Kemudian + 10 tetes asam sulfat pekat. Dipanaskan, kemudian digojog dan didinginkan. + 2 ml ammonium molibdat, lalu digojog dan dipanaskan lagi. Larutan kuning kecoklatan Larutan berwarna kuning Berwarna kuning bening terdapat endapan pada bagian atas

6.Grease spot test (tes noda lemak)

Endapan kasein susu kedelai + sedikit eter, dikocok dalam tabung reaksi.

dituang dalam kaca arloji dan diuapkan eternya.

diusap dengan kertas saring

terdapat noda pada kertas saring sehingga kertas saring menjadi transparan

7.Menunjukkan laktalbumin

Fitrat dari pengendapan kasein dibuat pH 5,4 kemudian dipanaskan.

Adanya koagulan menunjukkan adanya laktalbumin.

disaring dengan kertas saring.

Fitrat untuk perccobaan selanjutnya. Adanya koagulan menunjukan adanya laktalbumin

8.Menunjukkan adanya laktosa.

a. Uji Benedict : 8 tetes filtrate Laktalbumin + 5 tetes larutan benedict + glukosa Kemudian dipanaskan selama 5 menit. 8 tetes filtrate Laktalbumin + 5 tetes larutan benedict + fruktosa Kemudian dipanaskan selama 5 menit.b. Uji Fehling

2 tetes Filtrat Laktalbumin ditambahkan dengan reagen Fehling (Fehling A + Fehling B) masing-masing 5 tetes, dimasukkan dalam penangas air selama 5 menit. Larutan menjadi warna biru + glukosa warna tetap. Dipanaskan warna menjadi hijau menunjukkan adanya reaksi positif Hasil penambahan fruktosa sama, dan dipanaskan larutan bawah hijau, atas orange. Larutan biru pekat. Setelah dipanaskan tidak terbentuk endapan merah bata atau coklat.

9.Menunjukkan adanya ion Ca dan P-anorganik

a. Fitrat Laktalbumin + NH4OH beberapa tetes kemudian dipanaskan.b. disaring endapan dan dilarutkan dengan asam cuka encer.c. Filtrat + larutan K-oksalat.d. + amonium molibdat, digojoge. Dipanaskana. Tidak terbentuk endapan

b. Warna filtrat berwarna putih keruh

c. Warna tetapd. Warna tetap

e. Tidak ada endapan kuning yang menunjukkan hasil negatif

2. Untuk Susu Ultra

NoLangkah kerjaHasil Pengamatan

1Penetapan berat jenis: Ditentukan berat jenis dengan piknometer atau sejenisnya untuk :

a. Air Susu Murni.

b. Air susu diencerkan 1 kali dengan aquades

c. Filtrat air susu dari percobaan pengeendapan kasein (B3) Berat dari masing-masing air susu:

a. Berat air susu murni = 85,34 - 45,80

= 39,54 gram

b. Berat susu encer = 199,85 gram

c. Berat filtrat air susu = 513,95 - 45,80

= 468,15 gram(berat erlenmeyer = 45,80 gram)

2Reaksi air susu: Diselidiki reaksi air susu dengan kertas lakmus merah, untuk:

a. Air susu yang masih baru (murni)

b. Air susu yang sudah dibiarkan 2 jama. PH=7

b. PH=8

3Pengendapan Kasein: 20 mL air susu ultra + 20mL air ditamahkan bertetes-tetes asam asetat glasial 2% sampai terjadi endapan.

disaring endapan dengan kertas saring Susu ultra menjadi lebih encer dan Terbentuk 2 lapisan, bagian atas bening, dan bagian bawah terdapat endapan berupa gumpalan yang tidak homogen. Endapan : berwarna putih susu Filtrat : berwarna bening.

4Reaksi reaksi warna protein

a. Reaksi Biuret (untuk ikatan peptida) :

3 mL endapan kasein susu ultra + 1 mL NaOH 40%

ditambahkan 1 tetes CuSO4 0,5

b. Reaksi MillonNesse (untuk tirosin)

2 mL endapan kasein susu ultra + 1 ml reagen merkuri sulfat.

Dipanaskan.

Didinginkan + 1 tetes larutan NaNO2 1%.

Dipanaskan.

c. Reaksi Hopkins-Cole (untuk triptofan) :

1mL (15 tetes) larutan endapan kasein susu kedelai + 1 tetes formaldehid encer (diencerkan 500 kali) + 1 tetes reagen merkuri sulfat.

Dikocok + asam sulfat pekat (perlahan-lahan) melalui dinding tabung.d. Reaksi Xantoprotein (untuk asam amino dengan inti benzena).

3 mL endapan kasein susu ultra + 1mL larutan asam nitrat pekat.

Dipanaskan.

Didinginkan.

Tabung 1 + amonia

Tabung 2 tidak ditambahkan.

(bandingkan tabung 1 dan tabung 2 !)

e. Reaksi Uji Sulfur

1 mL endapan kasein susu ultra + 1 ml NaOH 40%.

Dipanaskan. + 1 tetes Pb asetat.

f. Reaksi Molish.

1 ml endapan kasein susu kedelai + 2 ml larutan -Naftol. Dikocok + 1ml H2SO4 pekat perlahanlahan. Endapan berwarna putih bening dan terbentuk 2 fase, fase atas endapan berwarna putih dan fase bawah larutan bening. Setelah ditambahkan dengan CuSO4 0,5% warna berubah menjadi ungu (+). Endapan menjadi putih keruh dan tidak larut. Terbentuk endapan berwarna putih. Terbentuk 2 fase : fase atas berwarna merah bata,dan fase bawah terbentuk endapan berupa butiran berwarna merah bata. Terbentuk warna merah (+). Larutan terlarut sempurna, setelah ditambahkan reagen merkuri sulfat warnanya menjadi putih susu. Terbentuk cincin ungu pada larutan. Terbentuk larutan kuning bening Larutan menjadi kuning jeruk Warna larutan menjadi kuning cerah Tidak ada perubahan, tetap berwana kuning jeruk Warna puti susu dan endapan tidak larut.

Warna berubah menjadi kuning dan terdapat endapan.

Warna menjadi coklat pekat dan terdapat endapan. Endapan yang mulanya berwarna putih susu berubah menjadi merah dan terdapat butiran butiran, setelah dikocok warnanya menjadi bening. Warna berubah menjadi ungu pekat.

5.Reaksi Neumann untuk Kasein (P-organik dari kasein)

Endapan dari susu kedelai,dikeringkan diatas kertas saring. Hasilnya + 2 tetes nitrat pekat. Kemudian + 10 tetes asam sulfat pekat. Dipanaskan, kemudian digojog dan didinginkan. + 2 ml ammonium molibdat, lalu digojog dan dipanaskan lagi.

Terdapat sedikit warna coklat di dalam tabung dan keluar asap putih

Tetap keluar asap putih dan larutan tidak berwarna

Terbentuk endapan kuning jeruk

6.Grease spot test (tes noda lemak)

Endapan kasein susu kedelai + sedikit eter, dikocok dalam tabung reaksi.

dituang dalam kaca arloji dan diuapkan eternya.

diusap dengan kertas saring Diusap dengan kertas saring: kertas saring berwarna bening/ transparan.

7.Menunjukkan laktalbumin

Fitrat dari pengendapan kasein dibuat pH 5,4 kemudian dipanaskan.

Adanya koagulan menunjukkan adanya laktalbumin.

disaring dengan kertas saring.

Fitrat untuk perccobaan selanjutnya. Tidak terbentuk endapan (koagulan)

8.Menunjukkan adanya laktosa.

a. Uji Benedict :

8 tetes filtrate Laktalbumin + 5 tetes larutan benedict + glukosa/ fruktosa Kemudian dipanaskan selama 5 menit.b. Uji Fehling

8 tetes Filtrat Laktalbumin ditambahkan dengan reagen Fehling (Fehling A + Fehling B) masing-masing 5 tetes, dimasukkan dalam penangas air selama 5 menit.

Filtrat susu sapi yang awalnya berwarna biru kehijauan berubah menjadi hijau muda, dan terbentuk endapan merah bata.

Fehling A + fehling B (warna biru tua), setelah dipanaskan warnanya menjadi orange dan terbentuk endapan berwarna merah bata.

9.Menunjukkan adanya ion Ca dan P-anorganik

Fitrat Laktalbumin + NH4OH beberapa tetes kemudian dipanaskan. disaring endapan dan dilarutkan dengan asam cuka encer. Filtrat + larutan K-oksalat. Setelah dipanaskan berwarna putih bening. Setelah ditambahkan asam cuka terdapat noda noda kecil berupa butiran. Larutan menjadi keruh.

F. ANALISIS DATA

1. Perhitungan Berat Jenis

a. Susu Kedelai

Air susu murniDik :berat susu = 18,64 gram

volume susu= 20 ml

Dit :berat jenis

Jawab :

=

= 0,932 gram/mL Air susu yang diencerkanDik : berat susu = 37,53 gram

volume susu= 20 ml

Dit :berat jenis

Jawab :

=

= 1,87 gram/mL Filtrat pengendapan Kasein

Dik : berat susu = 142,58 gram

volume susu= 20 ml

Dit :berat jenis

Jawab :

=

= 7,13 gram/mL

a. Susu Ultra

Air Susu MurniDik :berat susu = 39,54 gram

volume susu= 40 mL

Dit :berat jenis

Jawab :

=

= 0,99 gram/mL Air susu yang diencerkanDik : berat susu = 199,85 gram

volume susu= 40 ml

Dit :berat jenis

Jawab :

=

= 4,996 gram/mL Filtrat pengendapan Kasein

Dik : berat susu = 468,15 gram

volume susu= 50 mL

Dit :berat jenis

Jawab :

=

= 9,363 gram/mL2. Reaksi Air Susu

a. Susu Kedelai Susu murni : pH = 7 Susu murni setelah 2 jam : pH= 8

b.Susu Ultra Susu murni : pH = 7 Susu murni setelah 2 jam : pH= 83. Pengendapan Kasein

Reaksi pengendapan kasein[ Ca2+] [Kaseinat2-] + 2 CH3COOH

Ca (CH3COO)2 + kasein

Susu Kedelai

Warna Filtrat : bening

Warna Endapan: putih kekuningan menunjukan adanya kasein Susu Ultra Warna Filtrat : kuning bening

Warna Endapan: putih4. Reaksi-reaksi Warna Protein

a. Susu Kedelai

Reaksi Biuret

Reaksi Xantoprotein

Reaksi Hopkins-ColeCOOH

COOH

Reaksi Molisch

Reaksi Millon-Nesse Susu kedelaiEndapan kasein Larutan bening, endapan orange

Susu sapiEndapan kasein Larutan merah

Reaksi Uji Sulfur

Susu kedelaiEndapan kasein Larutan bening Susu sapi

Endapan kasein Larutan coklat pekat

4. Reaksi Neumann Baik pada susu kedelai dan susu sapi, larutan berwarna kuning bening terdapat endapan pada bagian atas.6.Grease Spot Test

Baik susu kedelai maupun susu ultra: terdapat tetesan bening, kertas menjadi transparan yang menandakan adanya lemak.

7.Menunjukkan Adanya Laktalbumin

a. Susu KedelaiFiltrat kasein (pH: 5,4)

Terbentuk endapan (koagulan)b. Susu UltraFiltrat kasein (pH 5,4)

Tidak terbentuk endapan (koagulan)8.Menunjukkan Adanya Laktosa

Untuk susu ultra dan susu kedelai

Reksi Beneddict

Reaksi Fehling A/B

9.Menunjukkan Adanya Ion Ca dan P-anorganik

Baik pada susu kedelai maupun susu ultra didapatkan hasil:

Fitrat (nomor 7) + NH4OH bening (tidak ada endapan)

Endapan + CH3COOH filtrat berwarna putih keruh Larutan + K-oksalat warna tetap (larutan putih keruh) (fitrat asam cuka + fitrat 7).H. PEMBAHASANPada praktikum acara IV, yaitu uji bahan makanan terdiri dari 9 percobaan dimana dalam prosesnya menggunakan bahan dasar susu yang berasal dari susu sapi (susu ultra) dan susu kedelai. Untuk percobaan pertama yaitu penetapan berat jenis air susu, digunakan 3 jenis air susu yaitu air susu murni yang tidak diberikan perlakuan, air susu yang telah diencerkan 1 kali serta fitrat air susu dari reaksi pengendapan kasein. Dari percobaan ini, untuk kedua jenis air susu diperoleh nilai dari berat jenis yang bervariasi. Untuk air susu sapi diperoleh masing-masing berat jenis sebesar: 0,99gram/mL; 4,996 gram/mL dan 9,363 gram/mL. Sedangkan untuk susu kedelai diperoleh berat jenis masing-masing sampel sebesar: 0,932gram/mL; 1,87 gram/mL dan 7,13 gram/mL. Adanya perbedaan berat jenis dari masing-masing sampel susu dikarenakan pengaruh dari volume total dan volume tanpa protein (kasein). Untuk ketiga jenis sampel ini menggunakan besar volume yang berbeda-beda. seharusnya jika ingin memastikan perbedaan berat jenis secara akurat digunakan volume total yang sama. Dengan adanya besar volume total yang digunakan pada masing-masing sampel, maka akan mempengaruhi pula berat jenis yang ada. Berdasarkan analisis data, besarnya berat jenis juga dpengaruhi oleh volume tanpa protein (kasein). Dengan adanya pengaruh dari kasein yang memiliki berat molekul yang cukup besar, menyebabkan terjadinya perbedaan pada berat jenis sampel. Untuk berat jenis yang mengandung kasein cenderung memiliki berat jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan berat jenis pada sampel yang tidak mengandung kasein. Sampel yang tidak mengadung kasein ini adalah filtrat air susu dimana endapannya berupa kasein yang merupakan salah satu jenis protein penyusun susu yang memiliki berat molekul cukup besar karena tersusun dari rantai panjang protein (Buckle, 1985). Dengan menghilangnya kasein dalam air susu akan menyebabkan beratnya berkurang sehingga berat jenisnya (pada volume 20 mL) menjadi lebih kecil dibandingkan dengan susu murni maupun susu yang telah diencerkan. Untuk susu yang telah diencerkan memiliki berat jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan berat jenis susu murni. Hal ini dikarenakan pada susu encer, berat molekul protein bertambah akibat adanya pengikatan molekul air oleh senyawa protein dan senyawa penyusun susu lainnya, sehingga menyebabkan berat jenisnya menjadi lebih besar. Sedangkan pada susu murni tidak terjadi penambahan air yang berikatan dengan molekul penyusun susu (seperti protein) sehingga berat molekul atau massanya menjadi lebih kecil dibandingkan dengan susu encer meskipun volume total pada susu murni yang digunakan lebih kecil. Dari analisis data yang diperoleh, berat jenis pada susu kedelai jauh lebih rendah dibandingkan dengan air susu sapi. Hal ini dikarenakan senyawa penyusun susu kedelai jauh lebih sederhana dibandingkan dengan susu sapi. Dimana senyawa penyusun susu kedelai terdiri dari protein nabati dengan stuktur yang sederhana yang memiliki berat molekul kecil, sehingga menghasilkan massa jenis yang kecil pula. Namun berdasarkan analisis data, diperoleh hasil yang berbeda dengan teori. Berat jenis filtrat pengendapan kasein lebih besar dari pada berat jenis susu murni dan susu pengenceran. Hal ini dapat saja terjadi karena kesalahan dalam proses penyaringan dimana endapan kasein masih larut di dalam filtrat, sehingga saat ditimbang massa filtrat lebih besar.Untuk percobaan kedua yaitu reaksi air susu, digunakan 2 sampel air susu yaitu air susu murni dan air susu yang didiamkan selama 2 jam. Berdasarkan hasil pengamatan, untuk pengujian air susu sapi dengan menggunakan kertas lakmus merah, diperoleh pH=7, sedangkan untuk air susu yang didiamkan selama 2 jam pH = 8, di mana nilai ini menunjukkan sifat basa. Seharusnya air susu yang sudah didiamkan akan bersifat lebih asam karena dapat menyebabkan pembentukan asam dalam susu yang diistilahkan dengan masam yang disebabkan karena adanya asam laktat, pengasaman susu ini disebabkan karena aktivitas bakteri yang memecah laktosa membentuk asam laktat. Kemudian untuk susu kedelai, pada susu murni diperoleh pH = 7, sedangkan untuk susu yang didiamkan selama 2 jam pH = 6, dimana nilai atau sifat asam dari susu kedelai menujukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Hal ini dikarenakan pada susu kedelai mengandung laktosa dengan komponen penyusun yang sederhana serta daya ikat antarmolekul yang lemah (mudah terputus). Dengan struktur penyusun yang mudah terurai (terputus), akan memudahkan kerja bakteri dalam proses penguraian menjadi asam laktat. Dengan makin mudahnya struktur untuk terurai, maka asam laktat yang dihasilkan akan semakin banyak sehingga susu tersebut akan semakin asam.

Untuk Percobaan ketiga yaitu pengendapan kasein pada susu, digunakan susu yang telah diencerkan dan ditambahkan asam asetat glasial 2%, asam asetat yang ditambahkan dimaksudkan agar protein susu yang telah terdenaturasi parsial dengan ikatan antarmolekulnya agak membuka. Asam asetat glasial 2% ditambahkan sedikit atau setetes demi tetes agar nantinya terbentuk endapan secara maksimal, dimana dengan penambahan asam asetat sedikit demi sedikit akan menyebabkan penguaraian atau pemisahan senyawa penyusun protein dapat terjadi secara teratur, sehingga terjadi pemisahan komponen secara optimal. Jika dilakukan penambahan asam asetat sekaligus maka proses pemisahan komponen dikhawatirkan kurang optimal dikarenakan terdapat komponen lain yang seharusnya tidak ikut mengendap menjadi ikut mengendap akibat adanya reaksi pengikatan yang kuat oleh asam asetat yang dituangkan sekaligus. Dari hasil pengamatan susu kedelai diperoleh filtrat berwarna kuning bening dan endapan berwarna cream. Sedangkan pada susu sapi diperoleh filtrat berwarna bening dan dan endapan bewarna putih susu. Kasein merupakan jenis protein terpenting dalam susu dan terdapat dalam bentuk kalsium kaselnak. Kasein merupakan partikel-partikel yang berdiamer sekitar 80 mm dan membentuk suspensi kaloid dalam susu. Kasein dapat diendapkan dengan asam, alkohol, renek, dan logam berat, borat. Dan dalam praktikum ini digunakan asam untuk mengendapkan protein. Asam dapat memindahkan kasein dari sari kalsium. Pada suhu yang tinggi jumlah asam yang diperlukan untuk koagulasi kasein lebih sedikit dibandingkan jika koagulasi dilakukan pada suhu rendah. Untuk percobaan yang keempat yaitu reaksi warna protein terdiri dari 6 pengujian. Untuk uji pertama yaitu reaksi Biuret, ke dalam endapan susu sapi dan kedelai yang telah diencerkan ditambahkan dengan NaOH yang mengahasilkan warna larutan bening, yang kemudian setelah ditambahkan dengan CuSO4 0,5% terjadi perubahan warna larutan menjadi ungu. Terjadinya perubaan warna ini menujukkan bahwa dalam endapan air susu tersebut terdapat adanya ikatan peptida antarmolekul asam amino penyusunnya. Uji kedua yaitu reaksi Millon-Nesse. Uji positif ditandai dengan tidak terbentuknya warna merah pada larutan yang merupakan indikasi adanya asam amino tirosin. Dari hasil pengamatan, pada susu kedelai terbentuk endapan berwarna orange , larutan menjadi bening. Sedangkan pada susu sapi hasil akhir menunjukkan terbentuknya warna merah pada larutan setelah dilakukan pemanasan. Hasil ini menunjukkan bahwa susu kedelai hanya mengandung sedikit tirosin dan pada susu sapi mengandung tirosin lebih banyak. Untuk uji ketiga yaitu reaksi Hopkins-Cole, pada susu sapi menunjukkan adanya 2 lapisan, di bagian bawah bening dan di bagian atas ungu (terbentuk cincin ungu) setelah ditambahkan dengan asam sulfat pekat. Sedangkan pada susu kedelai tidak terbentuk dua lapisan. Hal ini menunjukkan bahwa pada susu sapi diperoleh hasil pengujian yang positif terhadap adanya kandungan triptofan dalam endapan. Sedangkan pada susu kedelai dengan tidak terbentuknya 2 lapisan menunjukkan bahwa dalam endapan susu kedelai tidak mengandung triptofan. Untuk uji keempat yaitu reaksi Xantoprotein, susu kedelai dan susu sapi masing-masing ditambahkan asam nitrat, terdapat endapan dan larutannya berwarna kuning, dan kemudian untuk tabung 1 ditambahkan amoniak, dimana larutan menjadi kuning (dengan warna yang sedikit berbeda dari awal). Reaksi yang terjadi pada uji ini ialah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein dalam susu. Reksi ini positif untuk protein yang mengandung tirosin, fenilalanin dan triftofan. Pada uji ini Untuk susu sapi menunjukkan warna kuning jeruk pada tabung 1 dan 2, sedangkan pada susu kedelai warna kuning terdapat pada tabung 2 (tanpa penambahan ammonia). Terjadinya perbedaan ini menunjukkan bahwa kedua jenis susu ini mengandung tirosin, fenilalanin dan triftofan, hanya saja jumlahnya yang berbeda. Dimana pada susu kedelai yang tidak mengandung triptofan, jumlah fenilalanin dan tirosin lebih mendominasi dibandingkan pada susu sapi sehingga warna menjadi lebih pekat ketika ditambahkan dengan ammonia. Uji kelima yaitu uji sulfur di mana uji ini memberikan hasil positif terhadap protein yang mengandung asam amino yang memiliki gugus sulfur, seperti sistin, sistein, dan metionin. Adanya sulfur ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih dan warna larutan kuning. Pada susu kedelai larutan berwarna bening dan pada susu sapi larutan berwarna coklat pekat setelah ditambahkan Pb asetat. Hasil ini menunjukkan uji negatif pada keduanya. Pengujian terakhir untuk reaksi warna protein yaitu reaksi Molisch (larutan susu ditambah -naftol + H2SO4 pekat ml). Uji Molisch bertujuan untuk mengetahui adanya sakarida dan glikotida pada suatu senyawa protein. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya warna ungu. Dari hasil pengamatan, setelah ditambahkan H2SO4 pada susu kedelai terbentuk 3 fase yaitu atas coklat kemerahan, tengah coklat pekat, dan bawah bening kehijauan. Hasil ini mengindikasikan hasil negatif terhadap adanya sakarida dan glikotida pada protein dalam susu kedelai. Sedangkan pada susu sapi, hasil akhir menunjukkan terbentuknya warna ungu pekat pada larutan yang menunjukkan hasil positif. Pada percobaan kelima yaitu reaksi Neumann bertujuaan untuk menguji adanya kandungan P-organik pada kasein. Pada percobaan ini kasein yang ditambahkan dengan nitrat dan asam sulfat pekat menunjukkan perubahan warna larutan menjadi coklat, setelah dipanaskan larutan mengeluarkan asap putih dan menjadi tidak berwarna. Hal ini berarti pada ksein masih terdapat adanya P yang belum seluruhnya berubah menjadi asam fosfat. Kemudian ditambahkan dengan 2 mL ammonium dan dipanaskan sehingga terjadi perubahan warna larutan menjadi kuning. Adanya perubahan warna larutan menjadi kuning menunjukkan terjadinya perubahan P menjadi asam fosfat yang optimal meskipun tidak semuanya. Hasil ini ditunjukkan pada susu sapi. Sedangkan pada susu kedelai tidak dihasilkan asap putih pada larutan, hanya saja larutan berwarna kuning bening dan terdapat endapan pada bagian atas larutan.Untuk percobaan keenam yaitu uji noda lemak (Grease spot Test), pada susu sapi dan susu kedelai, digunakan endapan yang proleh pada pengendapan kasein, yang kemudian diendapkan oleh eter, yang menunjukan bahwa pada susu terdapat lemak. Hal ini dibuktikan dari adanya noda (tampak transparan) yang tertinggal pada kertas saring. Pada susu sapi proses pelarutan dengan eter tidak berjalan dengan sempurna, hal ini dikarenakan endapan (kasein) dari susu sapi terlalu kering dan keras sehingga proses pemutusan atau penguraian ikatannya makin sulit terjadi dan hal ini akan mempengaruhi tingkat kelarutannya dalam eter.Untuk percobaan ketujuh yaitu uji adanya laktalbumin, fitrat dari pengendapan kasein yang memiliki pH 5,4 pada susu kedelai membentuk koagulan dimana terdapat adanya endapan berwarna putih. Sedangkan pada susu sapi pada penambahan asam asetat yang bertujuan untuk menambah tingkat keasaman (agar pHnya menjadi tepat 5,4), tidak terbentuk adanya koagulan yang menunjukkan ketiadaan laktalbumin pada filtrat. Seharusnya pada pada susu sapi terdapat adanya laktalbumin, hasil yang bebeda ini dapat terjadi disebabkan karena pembentukan koagulan yang lebih lama.

Percobaan kedelapan yaitu percobaan untuk menunjukan adanya laktosa, dilakukan 2 percobaan yaitu dengan uji Benedict dan uji Fehling. Pada uji Benedict hasil positif ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan menjadi warna hijau, merah, orange, dan adanya endapan merah bata. Sedang pada uji Fehling hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah bata atau coklat pada larutan. Pada uji benedict menunjukkan hasil yang positif pada susu kedelai, baik pada penambahan glukosa maupun fruktosa karena setelah pemanasan terbentuk warna hijau (pada glukosa) dan warna orange (bawah) serta hijau (atas) pada fruktosa. Namun pada uji fehling, pada susu kedelai menunjukkan hasil negatif karena tidak terbentukya endapan merah bata atau coklat. Adapun susu sapi menunjukkan hasil positif pada uji benedict karena terbentuk warna hijau muda dan terdapat endapan merah bata pada larutan. Begitu juga pada uji Fehling ditunjukkan hasil yang positif dengan terbentuknya endapan merah bata. Pengujian Fehling dilakukan untuk memastikan kebenaran hasil (kandungan laktosa) yang diperoleh. Dikarenakan pada susu kedelai diperoleh hasil negatif pada uji fehling, maka dinyatakan bahwa susu kedelai tidak mengandung laktosa.Untuk percobaan terakhir, yaitu untuk menunjukkan adanya ion Ca dan P-anorganik. Untuk percobaan ini diperoleh hasil yang sama antara susu sapi dengan susu kedelai. Pada prosesnya fitrat yang ditambahakan ammonium hidroksida menunjukkan adanya endapan putih dan fitrat jernih. Terbentuknya endapan ini menunjukan bahwa endapan gelartinous dari Ca dan Mg fosfat telah terbentuk. Setelah endapan yang diperoleh ditambahkan dengan asam cuka encer tidak menujukkan adanya perubahan apapun, yang menujukkan bahwa dalam proses ini tidak terjadi adanya reaksi pembentukan produk baru dalam endapan. Untuk fitrat yang ditambahkan dengan K-oksalat yang jernih, menunjukkan perubahan larutan menjadi keruh yang disebabkan oleh adanya Ca-oksalat yang terbentuk dari reaksi penguaraian antara fitrat yang masih mengandung Ca dengan K-oksalat. Ini berarti bahwa dengan adanya penambahan K-oksalat bertujuan untuk membuktikan masih adanya Ca dalam air susu yang masih terdapat pada fitrat sisa tersebut. E. KESIMPULAN

Untuk berat jenis dari masing-masing sampel air susumurni; air susu yang diencerkan dan filtrat dari pengendapan kasein diperoleh nilai sebesar: 0,932gram/mL; 1,87 gram/mL dan 7,13 gram/mL untuk susu kedelai dan 0,99gram/mL; 4,996 gram/mL dan 9,363 gram/mL untuk susu sapi. Adanya perbedaan berat jenis dari masing-masing sampel susu dikarenakan pengaruh dari volume total dan volume tanpa protein (kasein).

Pada susu murni terjadi perubahan warna lakmus merah menjadi biru yang menujukkan sifat basa dalam larutan, sedangkan pada air susu yang didiamkan selama 2 jam terjadi perubahan sedikit warna biru yang menjukkan bahwa air susu tersebut bersifat asam atau sedikit asam akibat adanya pebentukan asam laktat.

Dengan adanya penambahan asam asetat glasial dapat memindahkan kasein dari sari kalsium yang ditandai oleh terbentuknya endapan kasein dan fitrat bening. Pada uji warna protein,susu sapi menunjukkan hasil yang positif pada uji reaksi Biuret, Millon-Nesse, Hopkins-Cole, Xantoprotein dan Uji Molosch. Hasil negatif ditunjukkan pada uji sulfur. Pada susu kedelai hasil positif ditunjukkan pada uji reaksi Biuret, Millon-Nesse, dan Xantoprotein hasil negatif ditunjukkan pada uji reaksi Hopkins-Cole,, uji sulfur dan uji Molisch. Terbentuknya larutan berwarna coklat menujukkan adanya P yang terdapat dalam endapan dan terbentuk larutan berwarna kuning menunjukkan perubahan P menjadi asam fosfat.

Terbentuknya bagian transparan pada kertas saring pada grease spot test menunjukkan adanya lemak yang terdapat pada endapan pada percobaan pengendapan kasein.

Terbentuknya 2 lapisan yang berwarna bening dan keruh yang merupakan koagulan dalam fitrat air susu tersebut menunjukkan adanya laktalbumin atau protein yang terlarut.

Pada susu sapi menunjukkan hasil positif untuk uji Benedict dan Fehling yang menunjukkan adanya kandungan laktosa dalam fitrat, sedangkan pada susu kedelai menunjukkan hasil yang positif pada uji Benedict dan negatif pada uji Fehling yang berarti tidak terdapat adanya laktosa dalam sampel. Perubahan larutan menjadi keruh disebabkan oleh adanya Ca-oksalat yang terbentuk dari reaksi penguaraian antara fitrat yang masih mengandung Ca dengan K-oksalat. Ini berarti membuktikan masih adanya Ca dalam air susu yang masih terdapat pada fitrat sisa tersebut.DAFTAR PUSTAKAAgroteksos. Pemanfaatan Susu dalam Menjamin Kesehatan Masayakat di Indonesia. Medan. USU Press. 2001. 121.

Astawan, I Made. Upaya Penyelamatan Gizi pada Susu. Pusat Jurnal Indonesia. 2007. Vol 63. 73.

Djaeni, Achmad. 2004. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid IA. Jakarta: Penerbit Dion Rakyat.

Djalip, Ahmad. 2007. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid A. Jakarta :Penerbit Dian Rakyat.

Hamidah, Atik Nehru. Tingkat Penerimaan Konsumen terhadap Formulasi Susu Kedelai di Kalimantan dan Uji Kadar Protein serta Kalsium. Pusat Data Jurnal dan skrisi. http//www:fkm.undip.ac.id/data indeks. 2003. 78. Hartono, Andry-2006. Terapi Gizi, Diet dan Rumah Sakit. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.Kusuma Wirahadi, Muhammad. 1997. Biokimia. Bandung : ITB Press.

Poedjiadi, Anna. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.

Soediaoetama, Djaeni Achmad. 2004. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi jilid IA. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat.

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

ACARA IV

Bahan Makanan

Oleh:

Nurul Hafazah

G1A 010 005

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS MATARAM

2012

Hasil

Ditimbang

ditentukan berat jenis filtratnya

Hasil

Dicek dengan lakmus merah

Hasil

Dicek dengan lakmus merah

Hasil

20 ml air susu

Diencerkan dengan 20 ml air + asam Asetat glasial 2% tetes demi tetes sampai terjadi endapan kasein dan filtrat bening

Hasil

disaring

Filtrat (untuk percobaan 7-9)

Endapan (untuk percobaan 4-6)

3 ml larutan protein

Dimasukan ke dalam tabung reaksi

+ 1 ml larutan NaOH 40%

Hasil

+ 1 tetes larutan CuSO4 0.5% hingga terjadi warna merah muda atau ungu

Hasil

Dimasukan ke dalam tabung reaksi

+ 1ml reagen merkuri sulfat

Dipanaskan

Didinginkan + 1 tetes larutan NaNO2 1%.

Dipanaskan.

Hasil

1 ml larutan protein

Dimasukan ke dalam tabung reaksi

+ 1 tetes larutan formaldehid encer (diencerkan 500 kali)

+ 1 tetes reagen merkuri sulfat

Digojog dan ditambah 1 mL H2SO4 pekat perlahan-lahan

Hasil

Hasil: terjadi lapisan dengan lingkaran ungu di bagian atas

3 ml larutan protein

Dimasukan ke dalam tabung reaksi

+ 1 ml Asam Nitrat (HNO3) pekat

Hasil

Hasil

Dipanaskan dengan pemanas air mendidih hingga larutan menjadi kuning

Didinginkan dan dibagi menjadi dua tabung

Tabung I

Tabung II

+ Amonia (NH3)

Hasil

Hasil

Dimasukan ke dalam tabung reaksi

+ 2 ml larutan Alpha Neftol dan dikocok

1 ml larutan protein

Hasil.

Dialirkan 1 ml H2SO4 pekat perlahan-lahan melalui dinding tabung hingga membentuk lapisan di bawah campuran

Hasil

+ 1 ml NaOH 40%

Dipanaskan

+ 1 tetes Pb asetat

Hasil

1 ml larutan protein

Dimasukan ke dalam tabung reaksi

+ 2 ml larutan Alpha Neftol dan dikocok

Hasil.

Dialirkan 1 ml H2SO4 pekat perlahan-lahan melalui dinding tabung hingga membentuk lapisan di bawah campuran

Hasil

Sisa endapan

Dikeringkan di kertas saring dengan memijatnya

Dimasukkan dalam tabung reaksi

+ 2 tetes nitrat pekat

+ 10 tetes asam sulfat pekat

Hasil

Campuran

Dipanaskan(dalam lemari asam) sampai keluar asap sulfat putih.

Jika isi tabung berwarna coklat atau hitam maka ditambah 1 tetes aam nitrat pekat.

Campuran

Dipanaskan hingga keluar asam putih dan larutan tidak berwarna

Campuran

Didinginkan

+ 2 mL ammonium molibdat, digojog, panaskan

Hasil: berupa endapan kuning jeruk bila mengadung sedikit P

Endapan kering

Sebagian dikocok dengan sedikit ester

Dituang ke dalam gelas arloji dan diuapkan esternya

Di asup gelas arloji dengan kertas saring

Diamati

Hasil

Filtrat pengendapan kasein

Dibuat pH 5,4 kemudian dipanaskan

Disaring dengan kertas saring

Hasil adanya koagulan menunjukkan adanya laktalbumin:

Filtrat untuk percobaan 8-9

Filtrat dari percobaan 7

Dimasukan ke dalam tabung reaksi 1 ml benedict ditambah delapan tetes larutan glukosa

Masukan ke dalam pemanas air selama 5 menit

Reaksi positif jika terjadi warna hijau, merah, oranye, dan endapan merah bata.

dicoba juga untuk fruktosa

Hasil

Filtrat dari percobaan 7

Dimasukan ke dalam tabung reaksi

+ campuran pereaksi fehling A dan B.

dipanaskan (penangas air)

Reaksi positif jika terbentuk endapan merah bata/coklat

Hasil

Filtrat dari percobaan 7

Ditambah beberapa tetes amonium hidroksida kemudian dipanaskan. Terdapat endapan yang kemudian disaring dengan kertas saring

Hasil

Endapan dilarutkan dengan menuangi asam cuka encer di atas kertas saring

Hasil

Filtrat dikumpulkan dalam tabung sebagian Filtrat ditambah K-Oksalat

Hasil

Hasil berupa fitltrat (untuk menunjukkan fosfat anorganik)

Hasil

Didinginkan

+ 2 mL ammonium molibdat, digojog, panaskan

Hasil: berupa endapan kuning jeruk bila mengadung sedikit P

serbuk

CHO

COOH

Mg

asam glioksilat

asam oksalat

+Pb asetat

+Pb asetat

_1415865473.unknown

_1415865653.unknown

_1415866099.unknown

_1415867717.unknown

_1415865475.unknown

_1415865477.unknown

_1415865478.unknown

_1415865476.unknown

_1415865474.unknown

_1415865469.unknown

_1415865471.unknown

_1415865467.unknown