bab3 konstipasi

16
BAB III PEMBAHASAN Kasus: Seorang laki-laki berusia 35 tahun dirawat 5 hari yang lalu di ruang penyakit dalam dengan diagnosis CHF. Saat pengkajian didapatkan pasien mengeluh sakit perut dan belum BAB sejak masuk RS. A. Pengkajian Klien Data Objektif Data Subjektif Jenis kelamin: Laki-laki Usia: 35 tahun Dirawat 5 hari yang lalu di ruang penyakit dalam dengan diagnosis CHF. Klien mengeluh sakit perut dan belum BAB sejak masuk RS. B. Diagnosa Keperawatan 1. Konstipasi b/d gangguan persarafan pada usus dan rectum, Perubahan diet dan masukan cairan. 2. Konstipasi b/d pola defekasi tidak teratur 3. Nyeri akut b/d akumulasi feses keras pada abdomen 4. Konstipasi b/d kelemahan otot abdomen

Upload: agustinamelviani

Post on 24-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

kesimpulan

TRANSCRIPT

Page 1: bab3 konstipasi

BAB III

PEMBAHASAN

Kasus:

Seorang laki-laki berusia 35 tahun dirawat 5 hari yang lalu di ruang penyakit dalam dengan

diagnosis CHF. Saat pengkajian didapatkan pasien mengeluh sakit perut dan belum BAB sejak

masuk RS.

A. Pengkajian Klien

Data Objektif Data Subjektif

Jenis kelamin: Laki-laki

Usia: 35 tahun

Dirawat 5 hari yang lalu di ruang penyakit

dalam dengan diagnosis CHF.

Klien mengeluh sakit perut dan belum

BAB sejak masuk RS.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Konstipasi b/d gangguan persarafan pada usus dan rectum, Perubahan diet dan

masukan cairan.

2. Konstipasi b/d pola defekasi tidak teratur

3. Nyeri akut b/d akumulasi feses keras pada abdomen

4. Konstipasi b/d kelemahan otot abdomen

C. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa: konstipasi b/d gangguan persarafan pada usus dan rectum, Perubahan diet dan

masukan cairan. Tujuan/ Kriteria Hasil Evaluasi:

1. Mengungkapkan perilaku/ teknik untuk program usus individual.

2. Menciptakan kembali kepuasan pola eliminasi usus.

Page 2: bab3 konstipasi

Intervensi Rasional

Mandiri:

- Catat frekuensi, karakteristik

dan jumlah feses.

- Kenali tanda-tanda/periksa

adanya sumbatan, seperti tidak

adanya feses yang terbentuk

selama beberapa hari, feses

semi cair, kegelisahan,

perasaan penuh diperut/

abdomen.

- Lakukan latihan defekasi

secara teratur.

- Anjurkan pasien untuk makan

makanan yang sehat dan yang

termasuk makanan berserat dan

padat/kasar dan pemasukan

cairan yang lebih banyak

- Perdarahan gastrointenstinal

dapat terjadi sebagai respons dari

trauma (cushing ulser) atau

sebagai efek samping dari terapi

tertentu (steroid atau

antikoagulasi).

- Intervensi dini perlu untuk

mengatasi konstipasi secara

efektif/feses yang tertahan dan

mengurangi risiko terjadinya

komplikasi.

- Program untuk seumur hidup ini

perlu untuk secara rutin

mengeluarkan feses dan biasanya

termasuk stimulasi manual,

minum jus dan/atau cairan

hangat dan menggunakan

pelunak feses/supositoria pada

interval tertentu. Kemampuan

mengontrol pengeluaran feses

penting untuk kemandirian fisik

pasien dan penerimaan sosial.

- Meningkatkan konsistensi feses

untuk dapat melewati usus

dengan mudah.

Page 3: bab3 konstipasi

(minimal 2000 ml/hari),

termasuk juice/sari buah.

- Berikan perawatan kulit

dengan cermat.

Kolaborasi:

1. Konsultasikan dengan ahli

gizi/tim dari nutrisi.

2. Masukkan selang rectal jika

diperlukan.

3. Berikan obat sesuai indikasi:

a. Pelunak feses, laksatif,

supositoria, enema.

b. Antasida, simitidin

(Tagamet); ranitidine

(Zantac).

- Hilangnya kontrol sfingter ani

dan saraf didaerah tertentu

berisiko tinggi untuk

iritasi/kerusakan kulit.

1. Membantu merencanakan

makanan yang disesuaikan

dengan kebutuhan individu

dan fungsi

pencernaan/eliminasinya.

2. Mengurangi distensi usus

yang meningkatkan respons

autonom.

a. Menstimulasi peristaltic dan

pengeluaran feses secara rutin.

b. Mengurangi atau menetralisir

asam lambung untuk mencegah

iritasi lambung atau risiko tinggi

terjadinya perdarahan.

Diagnosa: konstipasi b/d pola defekasi tidak teratur

Tujuan/ Kriteria Hasil Evaluasi:

1. Klien dapat defekasi dengan teratur (setiap hari: satu kali sehari)

2. Konsistensi feses lembut.

3. Eliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan.

Page 4: bab3 konstipasi

Intervensi Rasional

Mandiri:

- Tentukan pola defekasi bagi klien dan

latih klien untuk menjalankannya.

- Atur waktu yang tepat untuk defekasi

klien seperti sesudah makan.

- Berikan cakupan nutrisi berserat sesuai

dengan indikasi.

- Berikan cairan jika tidak kontraindikasi

2-3 liter per hari

- Untuk mengembalikan keteraturan pola

defekasi klien.

- Untuk memfasilitasi refleks defekasi.

- Nutrisi serat tinggi untuk melancarkan

eliminasi fekal.

- Untuk melunakkan eliminasi & feses

Diagnosa: Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses yang keras pada abdomen

Tujuan/ Kriteria Hasil Evaluasi:

1. Menunjukkan nyeri telah berkurang

2. Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai

kenyamanan.

3. Mempertahankan tingkat nyeri pada skala kecil.

4. Melaporkan kesehatan fisik dan psikologis

5. Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri.

6. Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesic dan non-analgesik secara tepat.

Intervensi Rasional

Mandiri:

- Bantu pasien untuk lebih berfokus

pada aktivitas dari nyeri dengan

melakukan penggalian melalui

televisi atau radio.

Kolaborasi

Observasi:

- Klien dapat mengalihkan

perhatian dari nyeri.

Observasi:

Page 5: bab3 konstipasi

- Minta pasien untuk menilai nyeri

atau ketidaknyaman pada skala 0-

10.

- Gunakan lembar nyeri

- Lakukan pengkajian nyeri yang

komperhensif.

Health Education:

- Instruksikan pasien untuk

menginformasikn pada perawat

jika pengurang nyeri kurang

tercapai.

- Berikan informasi tentang nyeri.

- Mengetahui tingkat nyeri yang

dirasakan klien.

- Mengetahui karakteristik nyeri

- Agar mengetahui nyeri secara

spesifik.

Health Education

- Perawat dapat melakukan

tindakan yang tepat dalam

mengatasi nyeri klien.

- Agar klien tidak merasa cemas.

Diagnosa: konstipasi b/d kelemahan otot abdomen.

Tujuan/ Kriteria Hasil Evaluasi:

1. Menunjukkan pengetahuan program defekasi yang dibutuhkan untuk mengatasi efek

samping obat.

2. Melaporkan keluarnya feses disertai berkurangnya nyeri dan mengejan.

3. Memperhatikan hidrasi yang adekuat (mis., turgor kulit baik, asupan cairan kira kira sama

dengan haluaran).

Intervensi (NIC) Rasional

- Manajemen Defekasi

- Manajemen Konstipasi/Impaksi

- Manajemen Cairan

- Membentuk dan mempertahankan pola

eliminasi defekasi yang teratur.

- Mencegah dan mengatasi

konstipasi/impaksi.

- Meningkatkan keseimbangan cairan

dan mencegah komplikasi akibat kadar

Page 6: bab3 konstipasi

- Manajemen cairan/elektrolit

Kolaborasi

- Penatalaksanaan Kontipasi/Impeksi

cairan yang tidak normal atau tidak

diinginkan.

- Mengatur dan mencegah komplikasi

akibat perubahan kadar cairan dan

elektrolit.

- Konsultasi dengan dokter tentang

penurunan atau peningkatan frekuensi

bising usus.

- Sarankan pasien untuk berkonsultasi

dengan dokter jika konstipasi atau

impaksi terjadi.

Penatalaksanaan konstipasi harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing klien

dengan memperhitungkan lama dan intensitas konstipasi, faktor-faktor konstribusi potensial, usia

pasien dan harapan pasien fungsional melibatkan faktor non farmakologi dan faktor farmakologi.

Intervensi pertama berpusat pada kebersihan usus yang kemudian diikuti oleh perubahan pola

makan dan perilaku untuk mengembalikan pola normal dari fungsi usus. Penanganan konstipasi

sangat tergantung pada keadaan yang menyebabkan atau penyakit yang mendasarinya. Berikut

ini akan dijabarkan mengenai penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan.

Terapi Farmakologi

1. Bulk Laxative (Pembentuk Massa)

Biasa digunakan untuk pencegahan jangka panjang, pengobatan sembelit, atau keduanya pada

pasien tanpa obstruksi anatomi. Meningkatkan volume feses dengan menarik air dan membentuk

hidrogel sehingga terjadi peregangan dinding saluran cerna dan feses lebih mudah keluar

Nama Obat Bentuk Sediaan dan Dosis Keterangan

Methylcellulose - 2 kaplet hingga 6 kali/hari -

Page 7: bab3 konstipasi

- Tidak melebihi 12 kaplet /

hari

Polycarbophil 1 to 2 tablets bid -

2. Stool Softener Laxative (Pelembut Feses)

Emolien adalah agen surfaktan dari dokusat dan garamnya yang bekerja dengan memfasilitasi

pencampuran bahan berair dan lemak dalam usus halus. Produk ini meningkatkan sekresi air dan

elektrolit dalam usus. Pencahar emolien ini tidak efektif dalam mengobati konstipasi namun berguna

untuk pencegahan, terutama pada pasien pasca infark miokard, penyakit perianal akut, atau operasi

dubur.

Nama Obat Bentuk Sediaan dan Dosis Keterangan

Docusate 100-200 mg per hari -

Mineral Oil 15-45 ml per hari Bekerja setelah 8 jam

3. Osmotic Laxative

Agen osmotik berguna untuk pengobatan jangka panjang pasien sembelit dengan lambat transit

usus yang tahan terhadap suplemen serat makanan.

Nama Obat Bentuk Sediaan dan Dosis Keterangan

Lactulose 15-30 ml per hari Harganya yang mahal dan

efektivitasnya yang tidak

lebih efektif dari sorbitol

atau garam magnesium

Sorbitol 15-30 ml per hari Direkomendasikan sebagai

terapi konstipasi lini

Page 8: bab3 konstipasi

pertama

Polyethylene glycol 8-32 oz perhari dengan air Tidak dianjurkan untuk

terapi rutin dan pada pasien

dengan obstruksi usus

Glycerin suppository 1 kali sehari Dapat mengiritasi rektum

4. Stimulant Laxative (Merangsang)

Meningkatkan atau menstimulasi gerak peristaltic di saluran sistem pencernaan (GI)sehingga

merangsang keluarnya feses.

Nama Obat Bentuk Sediaan dan Dosis Keterangan

Bisacodyl suppository 10-20 mg perhari setiap 2-3

hari

-

Senna atau cascara 2-4 tablet perhari Efek timbul 8-12 Jam

5. Promotility Agents

Prokinetics atau yang disebut agen promotility biasanya untuk digunakan dengan gejala sembelit-

dominan parah.

Nama Obat Bentuk Sediaan dan Dosis Keterangan

Tegaserod 2-6 mg -

Misoprostol 200 µg perhari -

Colchicine 0.6 mg -

6. Magnesium Products

Merupakan bagian dari obat dari pencahar garam. Peristalsis usus meningkat disebabkan

pengaruh langsung karena daya osmotiknya. Memberikan efek menahan cairan dalam usus, air

ditarik ke dalam lumen usus dan feses menjadi lembek setelah 3-6 jam. Absorpsi pencahar

garam, melalui usus berlangsung lambat dan tidak sempurna.

Page 9: bab3 konstipasi

Nama Obat Bentuk Sediaan dan Dosis Keterangan

Magnesium sitrat 200 ml per hari Harga mahal

Magnesium hydroxide 2 g per hari -

Terapi Non Farmakologi

1. Pembedahan

Pada beberapa pasien konstipasi tindakan pembedahan diperlukan. Hal ini karena

adanya keganasan kolon atau obstruksi saluran gastrointestinal sehingga diperlukan

reseksi usus. Selain itu pembedahan juga diperlukan pada kasus konstipasi yang

disebabkan oleh pheokromositoma.Pembedahan dilakukan untuk mengurangi atau

memotong rektokel, intusupsi atau prolaps harus dilakukan dengan hati-hati, karena

gejala-gejala sering tidak reda.

2. Biofeedback

Sebagian besar pasien konstipasi karena kontraksi otot dasar pelvis dan sfringter ani

eksterna yang tidak sesuai merasakan manfaat dari elektromiogram dengan terapi

biofeedback.

3. Dietary fiber

Meskipun tidak banyak bukti yang menunjukan bahwa orang yang menderita

konstipasi mengkonsumsi lebih sedikit serat makanan dibandingkan orang yang tidak

pernah mengalami konstipasi, namun banyak pasien konstipasi yang memperlihatkan

responsnya terhadap peningkatan asupan serat makanan hingga mencapai jumlah antara

20 – 30 gram/hari. Penambahan serat tersebut dapat meningkatkan massa feses serta

frekuensi defekasi dan menurunkan waktu transit gastrointestinal. Namun penambahan

serat bukanlah terapi yang tepat bagi klien yang memiliki lesi obstruktif traktus

gastrointestinal atau bagi klien yang memiliki penyakit megakolon atau megarektum.

4. Minum air

Page 10: bab3 konstipasi

Biasakan minum 3 liter per hari. Perbanyak minum air atau jus buah, namun harus

menghindari mengkonsumsi minuman seperti kopi, the, dan minuman bersoda.

5. Olahraga

Mulailah dengan berjalan, berenang, atau bersepeda seminimal mungkin tiga kali

seminggu. Kontraksi dan relaksasi otot abdominal ketika berdiri atau dengan melakukan

sit-up untuk menguatkan otot dan mencegah mengejan yang berlebihan saat defekasi.

Dengan berlatih tersebut dapat menstimulasi motilitas usus pada saat memindahkan feses

melalui gerak peristaltik.

6. Menyediakan waktu untuk defekasi

7. Jangan menunda defekasi

Biasakan selalu berespon saat ada gerakan usus yang mendesak secepatnya. Dengan

menunda proses defekasi akan menyebabkan feses menjadi keras dan menurunnya

desakan untuk defekasi. Feses mengeras dikarenakan air didalamnya akan setiap waktu

diserap oleh usus. Dengan begitu usus sensitifitas usus akan menjadi berkurang apabila

terdapat feses pada rektum.

8. Catat waktu defekasi

Biasakan mencatat waktu saat defekasi pada kalendar. Dengan memonitori secara

regular maka akan dapat mengidentifikasi awal jika terjadi masalah defekasi.

9. Hindari penggunaan laksatif dan enema

Jangan secara berlebihan menggunakan laksatif dan enema, dikarenakan mereka

juga dapat menyebabkan konstipasi. Motilitas usus normal akan terganggu dan

pergerakannya akan menjadi lambat atau bahkan berhenti.

Peran perawat pada kondisi ini harus disesuaikan dengan gejala yang timbul dan hasil

pengkajian klien. Peran penting seorang perawat adalah membantu pasien dalam memahami

pentingnya langkah-langkah diet untuk mencegah terjadinya konstipasi berulang. Berikut ini

merupakan garis besar yang harus dilakukan perawat untuk klien dengan konstipasi, yaitu:

1. Membantu dalam menjalankan dietary fiber

2. Mengingatkan untuk meminum air dengan cukup sesuai anjuran

Page 11: bab3 konstipasi

3. Membantu dan mengingatkan kapan waktu untuk olahraga

4. Membantu mnyediakan waktu untuk defekasi

5. Mengingatkan agar jangan menunda defekasi

6. Mengingatkan untuk membiasakan diri mencatat waktu defekasi

7. Menghindari penggunaan laksatif dan enema

.