bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1. hasil...
TRANSCRIPT
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI IPS2 SMA NEGERI 1
GROBOGAN semester II tahun ajaran 2013-2014 pada kompetensi dasar
mengenal jenis produk dalam bursa efek. Peneliti menemukan permasalahan yang
terjadi didalam materi pembelajaran ekonomi yang belum maksimal, karena
pembelajaran masih terpusat dari guru saja, guru hanya bertindak sebagai pemberi
informasi sedangkan siswa bertindak sebagai penerima informasi. Aktivitas dan
motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran pada materi pembelajaran ekonomi
relatif rendah, sebagian siswa terlihat ramai dan bergurau dengan temannya, pada
saat guru menjelaskan materi, siswa seolah-olah mendengarkan penjelasan guru
dengan cara membuka-buka buku paket jika didekati guru dan melakukan aktifitas
lain yang tidak berhubungan dengan pembelajaran. Melihat kondisi tersebut,
peneliti mencoba untuk melakukan penelitian untuk mengatasi masalah tersebut,
yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran contextual teaching and learning
(CTL) model pengajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) pada
kompetensi dasar mengenal jenis produk dalam bursa efek. Metode pengajaran
kooperatif tipe TSTS diharapkan mampu untuk memberikan pengaruh yang
positif kepada siswa, yaitu meningkatan aktivitas siswa berupa penerimaan,
partisipasi, penentuan sikap, organisasi, pembentukan pola hidup dan peningkatan
hasil belajar.
61
Peneliti merancang penelitian tindakan kelas ini menjadi dua siklus. Siklus
ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observasi,
dan refleksi. Hasil penelitian ini meliputi aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil
belajar. Hasil dari aktivitas dinilai dengan menggunakan lembar observasi
keaktifan.
Hasil belajar dikelompokkan menjadi dua yaitu, hasil tes sebelum
diadakan tindakan kelas, dan hasil tes individu yang diadakan setelah tindakan
untuk tiap siklusnya. Siklus I terdiri dari dua pertemuan yang dilaksanakan pada
tanggal 22 januari 2014 dan 25 januari 2014. Siklus II dilaksanakan pada tanggal
5 februari 2014 dan 8 februari 2014. Durasi waktu untuk satu kali pertemuan tiap
siklusnya adalah 2 × 45 menit. Siklus dilaksanakan dengan beberapa tahap, yaitu:
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian
dengan menggunakan metode contextual teaching and learning (CTL) model
kooperatif tite TSTS pada kompetensi dasar mengenal jenis produk dalam bursa
efek diperoleh data sebagai berikut:
1. Hasil penelitian siklus I
a. Perencanaan (planning)
Siklus I peneliti langsung menerapkan pembelajaran kooperatif tipe two
stay two stray (TSTS). Hasil observasi awal, yang diketahui bahwa strategi
pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru belum bisa memaksimalkan
proses pembelajaran. Siswa hanya mampu menghafal materi secara teoritis saja
dan banyak mengerjakan latihan latihan soal pada buku paket. Upaya untuk
mengatasi permasalahan yaitu, dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
62
TSTS. Penyusunan rancangan tindakan yang akan diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi yang
akan diajarkan dengan mengunakan model pembelajaran tipe TSTS.
2. Menyusun kelompok berdasarkan TSTS, Kelompok tersebut diacak secara
heterogen.
3. Menyusun dan menyiapkan lembar observasi yang terdiri dari:
Lembar pengamatan aktivitas siswa yang menunjang pelaksanaan
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.
Lembar pengamatan ini digunakan untuk mengukur sejauh mana
interaksi dan antusias siswa terhadap pembelajaran ekonomi.
Lembar pengamatan aktivitas guru yang digunakan untuk mengetahui
aktivitas guru selama menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TSTS.
4. Mempersiapkan soal untuk kelompok dan soal tes individu tiap siklus.
b. Pelaksaanaan Tindakan (Acting)
Tahap pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan skenario pembelajaran yang
telah direncanakan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Siklus I
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 22 Januari 2014 pada jam keeman dan
ketujuh, serta hari Sabtu tanggal 25 Januari 2014 pada jam ketujuh dan kedelapan.
Pembelajaran terlebih dahulu diawali dengan guru memberi salam dan
mengecek siapa saja siswa yang tidak masuk. Guru mencoba mengingatkan siswa
tentang materi yang sudah dipelajari sebelumnya dengan memberikan pertanyaan
63
apersepsi. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi secara garis besar.
Guru meminta siswa untuk duduk sesuai kelompok yang sudah dibentuk pada
pertemuan sebelumnya setelah materi disampaikan. Guru membagi kelompok
menjadi 10, karena banyaknya kelompok yang terbentuk maka dibagi menjadi dua
daerah, yaitu daerah A dengan kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, kelompok
4, kelompok 5, daerah B dengan kelompok 6, kelompok 7, kelompok 8, kelompok
9 dan kelompok 10, masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Siswa disuruh
duduk bersama kelompoknya masing-masing, pada saat itu sedikit terdapat
kendala karena kebanyakan siswa sudah lupa dengan kelompoknya, sehingga
siswa mulai ramai dan saling bertanya pada temannya. Guru segera
mengkondisikan siswa agar tenang lagi dan membacakan ulang kelompoknya.
Guru mengarahkan agar siswa duduk bersama kelompoknya dan memberikan
permasalahan pada tiap kelompok. Pembelajaran dengan model TSTS sebelum
dilaksanakan guru terlebih dahulu menjelaskan kepada siswa langkah-langkah
pembelajarannya, terutama pada saat bertamu dan menerima tamu karena dibagi
atas dua daerah, yaitu: daerah A kelompok 1 bertamu kekelompok 2, kelompok 2
bertamu kekelompok 3 dan seterusnya, sampai kelompok 5 bertamu kekelompok
1, sedangkan daerah B kelompok 6 bertamu kekelompok 7, kelompok 7 bertamu
kekelompok 8 dan seterusnya. Siswa memperhatikan dengan seksama, tetapi
siswa dibagian belakang kurang memperhatikan arahan dari guru dan asyik
sendiri bercanda dengan teman kelompoknya. Kegiatan diskusi kelompok dengan
permasalahan yang sudah diberikan ternyata siswa masih belum siap untuk
melakukan diskusi, hal ini terlihat sebagian besar kelompok hanya satu sampai
64
dua siswa yang terlihat serius dalam mengerjakan permasalahan yang diberikan.
Guru memantau dan memberikan arahan apabila ada kesulitan dalam mengerjakan
tugas selama diskusi kelompok berlangsung, guru menekankan supaya tiap
anggota kelompok saling bekerjasama. Siswa selesai berdiskusi dengan
kelompoknya dilanjutkan denga dua siswa bertamu kekelompok lain dan dua
siswa yang lain menerima tamu dari kelompok lain juga. Sesi ini terdapat sedikit
kendala walaupun sudah dijelaskan langkah-langkah pembelajarannya diawal,
masih terdapat beberapa siswa yang masih bingung terhadap model pembelajaran
khususnya pada saat siswa bertamu dan menerima tamu. Siswa bingung apa yang
harus dilakukan pada saat bertamu atau menerima tamu. Kebingungan siswa pada
saat bertamu dan menerima tamu terlihat dari kebanyakkan siswa yang langsung
menyalin hasil diskusi kelompok yang menjadi tuan rumahnya, setelah itu asyik
berbicara dengan temannya. Guru menegaskan kembali kepada semua kelompok
bahwa siswa yang bertamu dan menerima tamu bukan untuk menyalin hasil
diskusi melainkan siswa yang menerima tamu menjelaskan pada siswa yang
bertamu, yang kemudian akan dijelaskan kembali kepada teman satu
kelompoknya. Guru bersama dengan siswa membahas dan memberikan
kesimpulan dari materi diskusi serta menjelaskan bahwa pertemuan berikutnya
akan diadakan tes individu untuk siklus I, siswa diminta untuk mempersiapkan
diri sebaik-baiknya.
Pertemuan kedua guru menyampaikan hasil dari tugas kelompok pada
pertemuan sebelumnya. Satu kelompok yang mendapatkan nilai 85 yaitu,
kelompok 5. Kelompok 3 mendapat 80, kelompok 4 dan 7 mendapat nilai 75,
65
kelompok 1, 2, dan 9 mendapat nilai 70, kelompok 6 dan 8 mendapat nilai 65,
kelompok 10 mendapat nilai 60. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar selama 10 menit, dan dilanjutkan untuk tes individu. Siswa duduk
sesuai dengan nomor urut absen. Guru membagi soal tes, dan siswa diminta untuk
mengerjakan secara individual. Guru memberikan durasi waktu selama 60 menit
untuk mengerjakan tes. Guru mengawasi jalannya tes tersebut, dan menegur siswa
yang ketahuan bekerja sama dengan siswa lain, setelah tes selesai hasil tes
dikumpulkan. Guru bertanya pada siswa apakah ada kesulitan dalam menjawab
soal-soal tes, dan beberapa siswa mengaku ada soal yang mereka tidak bisa
menjawab.
c. Pengamatan (observing)
Penerapan pengajaran kooperatif tipe TSTS dalam penelitian tindakan
kelas ini menggunakan lembar pengamatan yang telah dibuat oleh peneliti. Hasil
yang diperoleh dari pengamatan dengan menggunakan pembelajaran metode
TSTS pada siklus I adalah sebagai berikut:
1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dan Guru
Pelaksanaan tindakan I diperoleh temuan sebagai berikut: (1) siswa masih
belum terbiasa dengan model pembelajaran two stay two stray (TSTS), hal ini
terlihat ketika diskusi siswa tampak bingung dengan tugasnya pada saat kegiatan
bertamu maupun menerima tamu sehingga siswa hanya menyalin hasil diskusi
kelompok yang didatanginya. (2) buku pelajaran ekonomi yang dibawa siswa
sangat terbatas, dan sebagian besar siswa hanya membawa buku catatan dan alat
66
tulis saja. (3) partisipasi siswa kurang dalam mengerjakan permasalahan ketika
diskusi. Kerjasama antar siswa dalam membuat laporan kurang, karena guru
kurang mengingatkan siswa untuk berbagi tugas dengan temannya. (4)
keterbatasan buku-buku yang dibawa mengakibatkan siswa kurang aktif dalam
mencari jawaban dan hanya didominasi pada siswa yang pandai. (5) diskusi
berlangsung hanya sebagian kelompok yang berani menyampaikan jawabannya,
sedangkan yang lain terkesan ragu-ragu dalam menyampaikan jawabannya. (6)
hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I yang diperoleh pada saat proses
pembelajaran sebesar 72,29%, dengan rincian aspek penerimaan rata-ratanya
sebesar 73,13%, aspek partisipasi sebesar 71,25%, aspek penentuan sikap sebesar
70%, aspek organisasi sebesar 70%, aspek pembentukan pola hidup sebesar
77,09%.
Tabel 4.1 Pencapaian Aktivitas Siswa siklus I
Sumber: Data yang diolah.
NO KATEGORI
PERILAKU
KRITERIA PENILAIAN SIKLUS
1
1 Penerimaan Respon terhadap pendapat siswa 73,13%
2 Partisipasi Keaktifan dalam mencari jawaban
71,25% Keaktifan dalam diskusi
3 Penentuan Sikap Keaktifan bertanya/ menjawab 70%
4 Organisasi Kerjasama dalam kelompok 70%
5 Pembentukan
pola hidup
Kehadiran saat proses pembelajaran
77,09% Kelengkatan alat dan sumber belajar
Rata-rata 72,29%
67
Tabel 4.1 menjelaskan siklus I total rata-rata aktivitas siswa dirasa masih
kurang dan masih perlu untuk ditingkatkan lagi
Hasil observasi aktivitas guru digunakan untuk mengetahui kegiatan guru
selama proses pembelajaran, awal pertemuan guru menggali kembali pengetahuan
siswa tentang mata pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya. Guru memberikan
beberapa pertanyaan apersepsi kepada siswa. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan guru hanya memberikan penjelasan secara singkat.
Guru membimbing siswa dalam mengerjakan tugas dan mengarahkan
jalannya diskusi, namun ada beberapa siswa yang berbicara sendiri dengan teman
kelompoknya, akan tetapi guru sudah melaksanakan tahapan-tahapan yang ada
dalam model pembelajaran two stay two stray (TSTS) dengan baik tetapi belum
maksimal dengan keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I sebesar 72,63%
(lampiran 15), sehingga aktifitas guru masih perlu untuk ditingkatkan karena
belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
Pertemuan kedua, guru memberitahukan hasil kerja kelompok pada
pertemuan sebelumnya, dan guru memberikan motivasi kepada kelompok yang
nilainya dianggap masih kurang. Guru mengatur siswa untuk duduk sesuai nomor
absen karena tes individu akan segera dimulai. Guru membagi lembar tes
individu. Guru memberikan kesempatan kepada siswa bila ada kesulitan yang
dihadapi pada saat mengerjakan setelah tes selesai, pada saat tes individu ada
siswa yang ditegur guru berkali-kali karena bekerja sama dengan siswa yang lain
dan mencontek.
68
2. Hasil belajar siswa
Siswa yang mencapai ketuntasan minimum hanya 19 siswa, sebelum
diterapkan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) model
kooperatif tipe TSTS, sesudah diterapkan metode pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) model kooperatif tipe TSTS, pada siklus I jumlah
siswa yang mencapai ketuntasan minimal meningkat menjadi 29 siswa atau 72,5%
(lampiran16).
d. Refleksi (Reflecting)
Pelaksanaan observasi pada siklus I dengan menggunakan metode
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) model kooperatif tipe
TSTS, dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pembelajaran ekonomi kompetensi
dasar mengenal jenis produk dalam bursa efek mengalami peningkatan rata-rata
aktivitas siswa sebesar 72,29%. Nilai sebesar 72,29% belum optimal karena
belum mencapai indikator keberhasilah yang telah ditetapkan sehingga perlu
adanya perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan aktivitas siswa. Hasil observasi
aktivitas guru pada siklus I sudah menunjukkan hasil yang baik, yaitu sebesar
72,63%. Guru sudah melaksanakan langkah-langkah dalam pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) model kooperatif tipe TSTS dengan
baik, namun guru masih perlu mengkomunikasikan langkah-langkah TSTS
kepada siswa karena sebelumnya siswa belum pernah belajar dengan
menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
model kooperatif tipe TSTS.
69
Pelaksanaan siklus I hasil yang diperoleh masih terdapat hal-hal yang perlu
diperhatikan, antara lain sebagai berikut:
1. Aktivitas siswa pada siklus I menunjukkan rata-rata nilai 72,29%. Hasil
tersebut masih belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan,
yaitu sebesar 80%.
2. Siswa belum terbiasa dengan metode pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) model pengajaran kooperatif tipe TSTS, sehingga setiap
tahapan-tahapan pembelajaran belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh
siswa untuk belajar.
3. Siswa kurang terbiasa dengan belajar kelompok, sehingga pada saat dibentuk
kelompok siswa masih lupa dengan kelompoknya sendiri.
4. Kesiapan siswa dalam belajar masih kurang, karena banyak siswa yang tidak
membawa buku paket ekonomi.
5. Pembagian tugas dalam kelompok masih kurang, dikarenakan siswa yang
pintarlah yang mendominasi jalannya diskusi tiap kelompok, sedangkan siswa
yang lain hanya mengikuti saja.
6. Siswa kurang berani menyampaikan gagasan permasalahan dalam kelompok
saat pelaksanaan diskusi.
7. Siklus I keterlaksanaan pembelajaran dengan metode pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) model kooperatif tipe TSTS
sebesar 72,63%, sehingga perlu ditingkatkan untuk memperbaiki kelemahan
maupun kendala pada siklus I.
70
8. Hasil ketuntasan siswa pada siklus I sebesar 72,5% atau hanya 29 siswa yang
mencapai KKM. Hasil ini masih perlu diperbaiki pada siklus II karena belum
mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, yaitu 80%.
2. Hasil Penelitian siklus II
a. Perencanaan (planning)
Persiapan siklus ke II sama seperti siklus I. Siklus ke II kompetensi yang
digunakan masih tetap sama, yaitu mengenal jenis produk dalam bursa efek
dengan sub pokok bahasan pasar modal. Perencanaan siklus II ini dilaksanakan
untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I seperti yang telah dipaparkan di
refleksi siklus I, hal-hal yang disiapkan dalam tahap perencanaan siklus II adalah:
1. Guru sebagai pengajar berupaya menjelaskan tentang langkah-langkah
pembelajaran secara lebih rinci, supaya siswa terbiasa dengan metode
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) model kooperatif
tipe TSTS, sehingga pada kegiatan inti dapat berjalan dengan baik.
2. Guru mengingatkan pada siswa pentingnya membawa buku paket ekonomi
dari berbagai penerbit yang ada diperpustakaan dan bagi siswa yang belum
memiliki buku ekonomi bisa meminjam buku diperpustakaan sekolah atau
foto copy materi yang sudah dimiliki temannya, karena dalam pelaksanaan
diskusi siswa harus memiliki buku ekonomi agar nantinya lebih mudah dalam
mencari jawaban.
3. Guru berupaya menjelaskan materi dengan lebih spesifik, dengan memberi
contoh yang bisa dikerjakan oleh siswa, sehingga siswa lebih mengerti
tentang isi materi.
71
4. Guru memberitahukan kepada siswa bahwa salah satu penilaian dalam kerja
kelompok adalah kerjasama dalam pembagian tugas diskusi, serta perbaikan
dalam mengatasi keadaan siswa yang terlalu santai ketika berdiskusi dan
selalu menggantungkan pada siswa yang pandai.
5. Siklus ke II diharapkan siswa berani bertanya apabila tidak mengerti materi
yang dijelaskan ataupun siswa berani menyampaikan gagasan dari hasil
diskusi kelompoknya.
6. Siklus I terjadi peningkatan hasil belajar, akan tetapi hasil tersebut masih bisa
ditingkatkan lagi disiklus ke II dan diharapkan kelas IX IPS2 mencapai
ketuntasan klasikal, yaitu sebesar 80%.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 5 Februari 2014 jam
keenam dan ketujuh. Guru mengabsen siswa dan memberitahukan hasil tes
individu siklus I diawal pertemuan. Guru menjelaskan tentang tujuan
pembelajaran hari itu dan menanyakan kesiapan siswa. Siswa menyimak
penjelasan guru dan mengeluarkan buku paket atau foto copy materi ajar yang
dimilikinya. Siswa sudah banyak yang membawa buku paket bahkan buku dari
penerbit lain. Guru menjelaskan kembali materi ajar secara singkat, memberikan
beberapa pertanyaan apersepsi dan kemudian menjelaskan kembali langkah-
langkah metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) model
kooperatif tipe TSTS. Guru mengumumkan agar siswa duduk bersama
kelompoknya masing-masing sama seperti siklus I, siswa segera bergabung
dengan tenang kekelompoknya masing-masing. Siklus II, siswa sudah bisa
72
menerima siapa saja yang menjadi anggota kelompoknya, serta membagi tugas
pada semua anggota kelompoknya. Guru memberikan permasalahan untuk
dikerjakan secara kelompok. Siklus II setiap kelompok dapat menyelesaikan tugas
lebih baik terutama pada saat bertamu dan menerima tamu siswa sudah tahu apa
yang harus dilakukan, saat diskusi siswa tampak lebih aktif dan senang. Siswa
dalam setiap kelompok aktif berinteraksi satu sama yang lain, selain guru, teman-
teman satu kelompok mulai memberi dukungan kepada temannya untuk
menjelaskan permasalahan dalam diskusi, ketika diskusi berlangsung tidak ada
lagi siswa yang terlihat bermain sendiri dan mengganggu teman yang ada
dikelompoknya. Siswa sudah memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan. Guru menyimpulkan pelajaran setelah materi dibahas bersama-sama,
dan mengumumkan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan tes individu
siklus II.
Siklus II pertemuan kedua diadakan pada hari Rabu 12 Februari 2014.
Guru memberitahukan hasil tugas kelompok yang lalu. Dua kelompok mendapat
nilai 95, empat kelompok mendapat nilai 90, tiga kelompok mendapat nilai 85,
dan satu kelompok mendapat nilai 80 karena ada kesalahan dalam mengerjakan.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar selama 10 menit. Guru
meminta agar semua catatan dikumpulkan dan ditaruh didepan kelas, selanjutnya
siswa duduk sesuai nomor urut absen. Tes individu siklus II berjalan lancar.
Setelah itu tes selesai, guru kembali menanyakan kepada siswa tentang kesulitan
yang dihadapi.
73
Pengumuman hasil tes individu siklus II dilaksanakan pada mata pelajaran
ekonomi pertemuan berikutnya. Guru mengumunkan hasil belajar siswa mulai
dari siklu I sampai siklus II. Hal ini dimaksudkan agar siswa mengetahui sejauh
mana peningkatan belajar mereka.
c. Pengamatan (Observing)
Hasil pengamatan dengan metode pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) model kooperatif tipe TSTS siklus II adalah sebagai berikut:
1. Hasil Observasi Keaktifan Siswa dan Guru.
Siklus II aktivitas siswa sudah mengalami peningkatan dari 72,29%
menjadi 90,57% (lampiran 28), sedangkan sisanya adalah siswa yang kurang aktif
selama pembelajaran dikelas. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) model kooperatif tipe
TSTS meningkat dibandingkan dengan siklus I. Hal ini dapat dilihat dari siswa
yang sudah bisa dan hafal dengan metode pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) model kooperatif tipe TSTS, sehingga proses pembelajaran setiap
tahap berjalan lancar dan siswa terlihat antusias mengikutinya. Siswa banyak yang
membawa buku ekonomi dari berbagai penerbit, sehingga hal tersebut dapat
menunjang keterlaksanaannya dalam diskusi kelompok. Siswa lebih aktif dalam
bertanya dan memberikan gagasan pada saat diskusi kelompok dan tidak
didominasi lagi oleh siswa-siswa tertentu karena guru memberikan kesempatan
pada siswa yang belum pernah bertanya maupun menjawab. Siswa telah mencatat
hasil laporan diskusi kelompok dengan baik, selain itu belajar dengan
74
menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
model kooperatif tipe TSTS meningkatkan keakraban antar siswa, setelah
melakukan pembelajaran ini diharapkan siswa tidak hanya belajar menunggu dari
guru saja tetapi dapat lebih aktif bertukar fikiran langsung bersama temannya.
Hasil observasi keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran sebesar 90,57%,
dengan rincian aspek penerimaan sebesar 88,75%, aspek partisipasi sebesar
86,57%, aspek penentuan sikap sebesar 91,67%, aspek organisasi sebesar 93,13%,
aspek pembentukan pola hidup sebesar 92.71%. Siklus II aktivitas siswa terbukti
meningkat dibandingkan dengan siklus I.
Tabel 4.2 Pencapaian Aktivitas Siswa siklus II
NO KATEGORI
KELOMPOK
KRITERIA PENILAIAN SIKLUS
II
1 Penerimaan Respon terhadap pendapat siswa 88.75%
2 Partisipasi Keaktifan dalam mencari jawaban 86,57%
Keaktifan dalam diskusi
3 Penentuan sikap Keaktifan bertanya atau menjawab 91,67%
4 Organisasi Kerjasama dalam kelompok 93,13%
5 Pembentukan Pola
Hidup
Kehadiran saat proses pembelajaran 92,71%
Kelengkapan dan sumber belajar
Rata-rata 90,57%
Sumber: Data yang diolah.
Siklus II pertemuan pertama guru memberikan motivasi kepada siswa dan
memberikan pertanyaan apersepsi. Guru mengabsen siswa dan menyampaikan
tujuan pembelajaran, selama diskusi berlangung guru sering mengitari kelas untuk
mengecek dan mengarahkan siswa selama diskusi. Materi dibahas dan
75
menyimpulkan hasil diskusi. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan lembar
jawaban hasil diskusi kelompok ke depan kelas.
Pertemuan kedua, sebelum tes dimulai guru mengumumkan hasil tugas
kelompok. Guru memberikan motivasi agar mereka semangat mengerjakan tes
individu siklus II. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sebelum
tes serta meminta siswa untuk duduk sesuai nomor absen dan membagikan tes
individu.
Pelaksanaan tindakan siklus II guru sudah berusaha menerapkan semua
langkah-langkah yang ada pada metode pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) model kooperatif tipe TSTS dengan keterlaksanaan pembelajaran
sebesar 90,53% (lampiran 25).
Hasil observasi aktivitas guru sudah melaksanakan tahapan-tahapan yang
ada dalam model pembelajaran two stay two stray (TSTS) yang sangat baik dan
terdapat peningkatan keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I dari 72,63%
menjadi 90,53%, sehingga aktivitas guru mengalami peningkatan karena telah
mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Pertemuan kedua guru
memberitahukan hasil kerja kelompok pada pertemuan sebelumnya, dan memberi
motivasi agar semua siswa semangat mengerjakan tes individu siklus II. Guru
membagi lembar tes individu. Selesai mengerjakan tes individu siswa mengisi
angket yang sudah disiapkan.
2. Hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan yang siknifikan. Hasil tugas
kelompok ada dua kelompok yang mendapat nilai 95, empat kelompok mendapat
76
nilai 90, tiga kelompok menjdapat nilai 85, dan satu kelompok mendapat nilai 80.
Nilai tes individu siklus II meningkat jika dibandingkan dengan siklus I. 35 siswa
atau sebesar 87,5% (lampiran 26) dari 40 siswa yang mengikuti tes individu siklus
II mendapat nilai diatas KKM. Artinya setelah diberi tindakan pada siklus II
semua target pada awal penelitian tercapai yaitu siswa yang nilainya diatas KKM
sudah sesuai pada target awal sebesar 80% dari jumlah siswa secara keseluruhan.
3. Angket tanggapan siswa mengenai model pembelajaran kooperatif tipe
TSTS.
Hasil angket tanggapan siswa, dapat diambil kesimpulan bahwa jika dilihat
dari model pembelajaran kooperatif tipe TSTS maka sebagian besar siswa
menyukai model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan merasa lebih mudah
menangkap materi dan masalah dapat diselesaikan bersama-sama, karena teman
sendiri yang menjelaskan dengan bahasa mereka sendiri, sehingga memudahkan
dalam memahami materi dan memupuk kerukunan dengan teman yang lain. Siswa
kelas XI IPS 2 meningkat kualitas pembelajarannya, hal ini dapat dilihat dari
besarnya persentase motivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.
a. Refleksi (Reflecting)
Siklus II aktivitas belajar siswa dan guru sudah mengalami peningkatan.
Aktifitas belajar siswa meningkat dari 72,29% menjadi 90,57%, sedangkan
aktivitas guru terdapat peningkatan keterlaksanaan pembelajaran dari 72,63%
menjadi 90,53%. Aktivitas siswa dan guru telah mencapai indikator keberhasilan
yang sudah ditentukan. Pelaksanaan siklus II menunjukkan peningkatan yang
signifikan terhadap siswa adalah sebagai berikut:
77
a. Aktivitas belajar siswa disiklus II mencapai angka 90,57%, hasil tersebut
telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Indikator
keberhasilan yang ditentukan pada awal siklus sebesar 80%.
b. Hasil ketuntasan belajar pada siklus II mendapat nilai rata-rata 80,38 dengan
rincian siswa yang nilainya diatas KKM sebanyak 35 siswa, sedangkan siswa
yang nilainya dibawah KKM sebanyak 5 siswa. Siswa yang nilainya diatas
KKM sebanyak 35 siswa atau sebesar 87,5%, artinya pada siklus II semua
target pada awal penelitian telah tercapai dengan ketentuan klasikal sebesar
80%.
Tabel 4.3 Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Komdosi Awal,
Siklus I dan siklus II di kelas XI IPS 2 Semester II tahun Pelajaran
2013/2014 SMA Negeri 1 grobogan
Aspek Kondisi awal Siklus I Siklus II
Siswa Tuntas 47,5% 72,5% 87,5%
Siswa Tidak Tuntas 52,5% 27,5% 12,5%
Sumber: data yang diolah.
78
Grafik 4.1 Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Komdosi Awal,
Siklus I dan siklus II dikelas XI IPS2 Semester II tahun Pelajaran
2013/2014 SMA Negeri 1 grobogan
4.2. Pembahasan
Pembahasan dalam peneliti ini merupakan hasil dari observasi selama
penelitian. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan untuk kemudian dilakukan
refleksi secara keseluruhan pada tiap-tiap siklus.
Proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik apabila terjadi
interaksi yang baik pula antara guru dan siswa. Guru harus dapat menentukan
metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan sehingga
proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara optimal. Guru dan siswa sama-sama berperan aktif saat kegiatan
belajar mengajar supaya proses pembelajaran berlangsung dengan optimal.
Penelitian Tindakan Kelas di SMA Negeri 1 Grobogan ini dilaksanakan
dalam dua siklus. Siklus I dilaksaanakan pada tanggal 22 Januari 2014 dan 25
Januari 2014, pada siklus II pada tanggal 5 Februari 2014 dan 8 Februari 2014.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
kondisi awal siklus I siklus II
siswa tuntas
siswa tidak tuntas
79
Pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini, mengambil kompetensi dasar
mengenal jenis produk dalam bursa efek.
Peneliti melakukan observasi awal atau penjajagan dengan tujuan untuk
melihat kondisi kelas, keadaan siswa selama mengikuti proses pembelajaran,
sehingga dapat mengetahui dan menggali masalah yang terjadi didalam kelas
selama proses pembelajaran. Tahap penjajagan proses belajar mengajar belum
terjadi secara efektif, partisipasi para siswa (belajar aktif) merupakan salah satu
dari prinsip pembelajaran efektif, tetapi yang terjadi adalah guru masih
mendominasi proses pembelajaran, sedangkan siswa hanya duduk mendengarkan
guru sambil main HP dan sesekali mencatat serta buka buku ketika didekati oleh
guru. Kondisi kelas juga mempengaruhi minat siswa, keadaan didalam kelas yang
kotor, tidak adanya tempat sampah sehingga banyak sampah yang berserakan
didepan kelas menjadikan bau yang kurap sedap, banyak siswa yang mondar-
mandir didepan kelas, dekat dengan kantin,dan lokasi kelas yang ada dibagian
paling belakang seolah-olah menjadikan kelas yang terasingkan, serta jam
pelajaran yang ada jeda istirahat. Minat siswa yang rendah untuk mengikuti
pelajaran dikarenakan mereka merasa bosan dan tidak nyaman, hal ini juga yang
memicu siswa untuk melakukan aktivitas lain dan tidak memperhatikan guru
ketika proses pembelajaran, akibatnya siswa jika diberi pertanyaan tidak biasa
menjawab pertanyaan tersebut yang pada akhirnya berdampak pula dengan hasil
belajar siswa. Hasil ulangan yang menunjukkan rata-rata nilai ulangan sebesar
71,78 hanya ada 19 siswa dari 40 siswa yang berhasil mencapai KKM sebesar 71.
Artinya lebih dari setengah jumlah siswa yang mengikuti ulangan belum
80
memahami materi. Kondisi awal menunjukkan proses pembelajaran tidak optimal,
metode pembelajaran yang belum tepat, dan hasil belajar yang tidak mencapai
target. Upaya pemecahan masalah ini adalah dengan menerapkan metode
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) model kooperatif tipe
TSTS, dengan harapan terjadi perubahan kearah yang lebih baik dan positif.
Peneliti memakai TSTS karena dapat memberikan manfaat terhadap siswa yang
hasil belajarnya masih rendah dan dapat mengarahkan siswa untuk lebih aktif,
baik dalam diskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan menyimak
materi yang dijelaskan oleh teman.
Selain sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar, TSTS juga
memiliki tujuan, antara lain:
“1. Siswa belajar bekerjasama.
2. Bertanggung jawab.
3. Saling membantu memecahkan masalah.
4. Saling mendorong untuk berprestasi.
5. Melatih siswa untuk agar dapat bersosialisasi dengan baik”1
Perubahan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan kelas dengan
pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah sebagai berikut:
1) Peningkatan aktivitas.
Aktivitas siswa menunjukkan rata-rata sebesar 72,29% pada siklus I
meningkat menjadi 90,57% pada siklus II. Aktivitas guru pada siklus I
menunjukkan rata-rata sebesar 72,62%, siklus II meningkat menjadi 90,53%.
Siswa belum terlalu mengerti dengan langkah dan inti dari pembelajaran TSTS
1 http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/03/model-pembelajaran-kooperatif-
two-stay-two-stray.html, (diunduh tanggal 28 September 2013, pukul 21:35).
81
pada siklus I, hal ini dikarenakan ada beberapa alasan seperti kurangnya
penjelasan dari guru dan inti dari TSTS, sehingga saat diskusi kelompok
berlangsung terutama ketika siswa harus bertamu dan menetap untuk menerima
tamu siswa masih belum paham dalam melaksanakan, tahapan tersebut
mengakibatkan siswa banyak yang berbicara dengan temannya dan tidak
berdiskusi dengan baik, dan guru juga kurang mengingatkan kepada siswa untuk
aktif berdiskusi sehingga siswa terlalu santai dalam berdiskusi, keaktifan dalam
diskusi juga masih rendah karena kebanyakan siswa masih menggantungkan pada
siswa yang pandai, hanya beberapa siswa yang membawa buku paket ekonomi
sehingga ini mengakibatkan kurangnya bahan ajar dan siswa akan lemah dalam
memahami suatu materi.
2) Peningkatan hasil belajar
Peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan model
kooperatif tipe TSTS. Tes formatif dijadikan dasar ukuran perhitungan ketuntasan
hasil belajar tiap siklus. Hasil analisis terhadap hasil belajar siswa menunjukkan
peningkatan, sebelum diadakan tindakan kelas hanya ada 19 siswa dari 40 siswa
yang nilainya mencapai KKM. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar
77 dan ketuntasan belajar siswa sejumlah 29 siswa dari 40 siswa yang mengikuti
tes atau sebesar 72,5%, ketidak tuntasan hasil belajar siswa sebanyak 11 siswa,
atau sebesar 27,5%. Ketuntasan hasil belajar belum mencapai indikator
keberhasilan yaitu sebesar 80%. Ketidak tuntasan hasil belajar siswa dikarenakan
siswa kurang persiapan membawa bahan ajar, sehingga diskusi berjalan kurang
sempurna. Rata-rata hasil belajar siswa siklus II sebesar 80,38 dan ketuntasan
82
belajar siswa sebesar 87,5% atau 35 siswa dari 40 siswa yang mengikuti tes
individu telah mencapai KKM. Ketidak tuntasan hasil belajar pada siklus II
sejumlah 5 siswa atau sebesar 12,5%, dikarenakan siswa bermalas-malasan ketika
diskusi, ada yang tidak masuk dan kurang memahami materi yang diberikan,
sehingga saat mengikuti tes siswa tersebut kesulitan dalam mengerjakan soal tes.
Peningkatan hasil belajar pada siklu II tidak lepas dari motivasi guru serta
partisipasi siswa dalam menjelaskan materi kepada teman yang belum memahami
materi. Ketuntasan hasil belajar siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan belajar
yang telah ditetapkan, yaitu lebih dari atau sama dengan 80%.
3) Hasil angket tanggapan terhadap siswa
Peneliti membagikan angket kepada siswa kelas XI IPS2 setelah dilakukan
penelitian, untuk memilih salah satu jawaban sesuai dengan pendapat mereka
dengan memberikan tanda check (√). Hasil angket tanggapan siswa (lampiran 30)
dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar siswa menyukai model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan siswa merasa bahwa hasil belajar mereka
meningkat serta mudah dalam memahami materi yang dipelajari setelah
diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Siswa kelas XI IPS2
meningkat kualitas pembelajarannya, hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase
motivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Metode contextual teaching
and learning (CTL) model pengajaran kooperatif tipe TSTS tepat untuk
diterapkan dalam mata pelajaran ekonomi kompetensi dasar mengenal jenis
produk dalam bursa efek, karena terbukti dapat meningkatkan aktivitas
83
pembelajaran siswa dan hasil belajar siswa, sesuai dengan tujuan dari TSTS yang
telah dipaparkan di bab II.
Indikator dalam penelitian tindakan kelas ini merupakan tolak ukur dari
keberhasilan penelitian tindakan kelas. Siklus I masih terdapat permasalahan yang
menyebabkan belum tercapainya indikator dalam penelitian ini, permasalahan
yang dihadapi antara lain:
1. Langkah-langkah pembelajaran TSTS belum tersampaikan dengan jelas.
2. Penyampaian materi ajar yang kurang spesifik.
3. Siswa tidak memperhatikan saat proses pembelajaran.
4. Siswa masih belum terbiasa dengan pembelajaran TSTS, sehingga masih
bingung dengan langkah-langkah pembelajarannya.
5. Kesiapan siswa masih kurang dalam mengikuti pembelajaran, karena banyak
siswa yang tidak membawa materi pelajaran.
6. Pembagian tugas dan kerjasama kelompok yang masih rendah.
7. Siswa masih sangat mengandalkan temannya yang dianggap pandai.
Pelaksanaan siklus II guru berusaha untuk melakukan perbaiakan-
perbaikan dari kekurangan yang terjadi dari siklus I. Upaya-upaya yang
dilakukan guru pada pelaksanaan siklus II untuk lebih mengoptimalkan proses
pembelajaran, yaitu:
1. Mempersiapkan dan merencanakan pelaksanaan pembelajaran dengan lebih
baik.
84
2. Guru lebih mengoptimalkan dalam pemberian materi dan menyampaikan
langkah-langkah pembelajaran secara lebih rinci, sehingga pada kegiatan inti
dapat berjalan dengan baik.
3. Guru mengingatkan pada siswa pentingnya membawa buku paket ekonomi
dari berbagai penerbit yang ada diperpustakaan, sehingga dalam pelaksanaan
diskusi lebih mudah dalam mencari jawaban.
4. Guru memberikan pengarahan kepada siswa untuk bekerjasama dalam
pembagian tugas diskusi, agar tidak didominasi oleh siswa yang pandai.
5. Guru memberikan bimbingan serta arahan, dan memotivasi siswa supaya
berperan aktif dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran contextual
teaching and learning (CTL) model pengajaran kooperatif tipe TSTS dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas siswa serta
pemahaman siswa terhadap mata pelajaran, sehingga kegiatan belajar mengajar
dapat menjadi lebih baik dan optimal. Penggunaan metode pembelajaran
contextual teaching and learning (CTL) model pengajaran kooperatif tipe TSTS
terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI IPS2 pada
kompetensi dasar mengenal jenis produk dalam bursa efek semester II tahun
ajaran 2013/2014 SMA Negeri 1 Grobogan.