hasil penelitian dan pembahasan hasil...

15
35 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian PT Astra Daihatsu cabang Solo merupakan dealer resmi Daihatsu yang berada di Jalan Sutan Syahrir No. 128 Widuran Solo. PT Astra Daihatsu cabang Solo ini memiliki otoritas penjualan mobil baru yang Daihatsu seperti Xenia, Grandmax, Terios, Sirion, Ayla dan Luxio. Kendati berdomisili di kota Solo, PT Daihatsu cabang Solo juga melayani pembeliaan wilayah Jawa Tengah pada umumnya dan wilayah wilayah kota Solo, Boyolali, Sragen, Klaten, Karanganyar, Wonogiri, Sukoharjo dan sekitarnya. Ini berarti bahwa secara khusus PT Astra Daihatsu juga melayani penjualan wilayah karesidenan Solo. PT Astra Daihatsu cabang Solo selain melayani penjualan mobil baru juga melayani produk layanan bengkel perbaikan dan perawatan kendaraan, disamping itu terdapat juga layanan bengkel body and paint. 2. Keadaan Demografis Subjek Penelitian Keadaan demografis subjek dalam penelitian ini menggambarkan usia, pendidikan akhir, lamanya bekerja dan jenis kelamin dari responden yang digunakan sebagai subjek penelitian ini. Data demografis subjek penelitian berupa usia responden dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini:

Upload: lybao

Post on 18-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

35

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

PT Astra Daihatsu cabang Solo merupakan dealer resmi Daihatsu yang

berada di Jalan Sutan Syahrir No. 128 Widuran Solo. PT Astra Daihatsu

cabang Solo ini memiliki otoritas penjualan mobil baru yang Daihatsu seperti

Xenia, Grandmax, Terios, Sirion, Ayla dan Luxio. Kendati berdomisili di kota

Solo, PT Daihatsu cabang Solo juga melayani pembeliaan wilayah Jawa

Tengah pada umumnya dan wilayah wilayah kota Solo, Boyolali, Sragen,

Klaten, Karanganyar, Wonogiri, Sukoharjo dan sekitarnya. Ini berarti bahwa

secara khusus PT Astra Daihatsu juga melayani penjualan wilayah karesidenan

Solo. PT Astra Daihatsu cabang Solo selain melayani penjualan mobil baru

juga melayani produk layanan bengkel perbaikan dan perawatan kendaraan,

disamping itu terdapat juga layanan bengkel body and paint.

2. Keadaan Demografis Subjek Penelitian

Keadaan demografis subjek dalam penelitian ini menggambarkan usia,

pendidikan akhir, lamanya bekerja dan jenis kelamin dari responden yang

digunakan sebagai subjek penelitian ini.

Data demografis subjek penelitian berupa usia responden dapat dilihat

pada tabel 4.1. berikut ini:

36

Tabel 4.1.

Usia Subjek Penelitian

No Umur / Tahun Jumlah Prosen

1. < 25 Tahun 3 5,8%

2. 26 – 36 Tahun 18 34,6%

3. > 36 Tahun 31 59,6%

Total 52 100%

Berdasarkan klasifikasi umur pada tabel di atas, karyawan PT Astra

Daihatsu cabang Solo mayorits berusia diatas 36 Tahun sedangkan minoritas

berusia di bawah 25 Tahun. Data demografis subjek penelitian berupa lamanya

bekerja di PT Astra Daihatsu Solo dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut ini:

Tabel 4.2.

Lamanya Belerja Subjek Penelitian

No Kerja / Tahun Jumlah Prosen

1. < 2 Tahun 13 25,0%

2. 3 – 5 Tahun 18 34,6%

3. > 5 Tahun 21 40,4%

Total 52 100%

Berdasarkan klasifikasi lamanya bekerja di PT Astra Daihatsu cabang

Solo pada tabel di atas, karyawan PT Astra Daihatsu cabang Solo mayorits

37

bekerja diatas 5 Tahun sedangkan minoritas bekerja di bawah 2 Tahun. Para

karyawan yang bekerja di bawah 2 Tahun, sebelumnya merupakan karyawan

yang dulunya pernah bekerja Dealer Resmi di kota Solo.

Data demografis subjek penelitian berupa Pendidikan akhir responden

dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut ini:

Tabel 4.3.

Pendidikan Akhir Subjek Penelitian

No Pendidikan Akhir Jumlah Prosen

1. SMA 5 9,6%

2. D1 10 19,2%

3. D2 29 55,8%

4. S1 5 9,6%

5. S2 3 5,8%

6. SMA 5 9,6%

Total 52 100%

Berdasarkan klasifikasi pendidikan akhir pada tabel di atas, karyawan PT

Astra Daihatsu cabang Solo mayorits dengan pendidikan akhir D2 sedangkan

minoritas pendidikan akhir S2. Data demografis subjek penelitian berupa jenis

kelamin responden dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut ini:

38

Tabel 4.4.

Jenis Kelamin Subjek Penelitian

No Umur / Tahun Jumlah Prosen

1. Laki-laki 37 71,2%

2. Perempuan 15 28,8%

Total 52 100%

Berdasarkan klasifikasi jenis kelamin pada tabel di atas, karyawan PT

Astra Daihatsu cabang Solo mayorits dengan jenis kelamin laki-laki.

3. Hasil Deskripsi Data Angket

Untuk mengetahui sebaran data angket gaya kepemimpinan

transaksional dan stres kerja maka dilakukan analisa frekunsi seperti data di

bawah ini.

a. Data Gaya Kepemimpinan Transaksional

Data analisa frekuensi angket gaya kepemimpinan transaksional

dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut ini:

39

Tabel 4.5.

Frekuensi Data Gaya Kepemimpinan Transaksional

Statistics

Gaya

Kepemimpinan

Transaksional

N Valid 52

Missing 0

Mean 82.83

Median 84.00

Std. Deviation 5.721

Variance 32.734

Range 23

Minimum 71

Maximum 94

Sum 4307

Berdasarkan tabel tersebut di atas, nilai mean gaya kepemimpinan

transaksional sebesar 82,83 dengan standar deviasi sebesar 5,721.

b. Persepsi Gaya Kepemimpinan Transaksional

Dari hasil dekripsi data dalam tabel 3.5. yakni mean sebesar 82,83

dengan standar deviasi sebesar 5,721 akan digunakan untuk menghitung

persepsi gaya kepemimpinan transaksional. Untuk mengetahui tingkat persepsi

terhadap gaya kepemimpinan transaksional dapat dilakukan dengan

mengakategorikan subjek kedalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Teknik mencari skor kategori dapat diperoleh dari pembagian sebagai berikut:

1). Kategori Tinggi = X > (Mean + 1SD)

40

= X > (82,83 + 1.5,721)

= X > 88,551

2). Kategori Sedang = (Mean - 1SD) < X < (Mean + 1SD)

= 82,83 - 1.5,721 < X < (82,83 + 1.5,721)

= 77,109 < X < 88,551

3). Kategori Rendah = X < (Mean - 1SD)

= X < (82,83 - 1.5,721)

= X < 77,109

Setelah melakukan perhitungan tingkat kategori persepsi gaya

kepemimpinan transaksional selanjutnya membuat tabel kategorisasi tingkat

persepsi seperti tabel 4.6. di bawah ini:

Tabel 4.6.

Kategorisasi Tingkat Persepsi Gaya Kepemimpinan Transaksional

Kategori Nilai Jumlah Prosen

Tinggi ≥ 88 11 17,31%

Sedang 77 – 87 32 61,54%

Rendah ≤ 76 9 21,15%

Total 52 100%

Berdasarkan tabel kategorisari di atas, dapat diketahui bahwa dari 52

subjek, terdapat 11 orang pada kategori tinggi atau sebesar 17,31% dan 32 orang

pada kategori sedang atau sebesar 61,54%, serta terdapat 9 orang pada kategori

rendah atau sebesar 21,15%. Dengan demikian tingkat persepsi gaya

kepemimpinan transaksional rata-rata pada tingkat rendah menuju sedang.

c. Data Stres Kerja

41

Data analisa frekuensi angket stres kerja dapat dilihat pada tabel 4.7.

berikut ini:

Tabel 4.7.

Frekuensi Data Stres Kerja

Statistics

Stres Kerja

N Valid 52

Missing 0

Mean 122.15

Median 121.50

Std. Deviation 6.757

Variance 45.662

Range 31

Minimum 112

Maximum 143

Sum 6352

Berdasarkan tabel tersebut di atas, nilai mean gaya kepemimpinan

transaksional sebesar 122,15 dengan standar deviasi sebesar 6,757.

d. Persepsi Stres Kerja

Dari hasil dekripsi data dalam tabel 3.7. yakni mean sebesar 122,15

dengan standar deviasi sebesar 6,757 akan digunakan untuk menghitung

persepsi stres kerja. Untuk mengetahui tingkat persepsi terhadap stres kerja dapat

dilakukan dengan mengakategorikan subjek kedalam tiga kategori yaitu tinggi,

sedang dan rendah. Teknik mencari skor kategori dapat diperoleh dari pembagian

sebagai berikut:

42

1). Kategori Tinggi = X > (Mean + 1SD)

= X > (122,15 + 1.6,757)

= X > 128,907

2). Kategori Sedang = (Mean - 1SD) < X < (Mean + 1SD)

= 122,15 - 1.6,757 < X < (122,15 + 1.6,757)

= 115,393 < X < 128,907

3). Kategori Rendah = X < (Mean - 1SD)

= X < (122,15 - 1.6,757)

= X < 115,393

Setelah melakukan perhitungan tingkat kategori persepsi stres kerja

selanjutnya membuat tabel kategorisasi tingkat persepsi seperti tabel 4.8. di bawah

ini:

Tabel 4.8.

Kategorisasi Tingkat Persepsi Stres Kerja

Kategori Nilai Jumlah Prosen

Tinggi ≥ 128 19 36,46%

Sedang 115 – 127 33 63,46%

Rendah ≤ 114 0 0%

Total 52 100%

Berdasarkan tabel kategorisari di atas, dapat diketahui bahwa dari 52

subjek, terdapat 19 orang pada kategori tinggi atau sebesar 36,46% dan 33 orang

pada kategori sedang atau sebesar 63,46%. Dengan demikian tingkat persepsi stres

kerja manajer madya rata-rata pada tingkat sedang menuju tinggi.

4. Hasil Analisa Prasyarat

43

1. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

1). Uji Normalitas Gaya Kepemimpinan Transaksional

Bertujuan untuk menguji apakah dalam residual dari model

regresi yang dibuat berdistribusi normal atau tidak, Ghozali &

Suyana (2006). Dalam uji normalitas berguna untuk menguji

penyebaran data apakah variabel terikat dan variabel bebas

mempunyai distribusi normal. Hasil analisa data (Lampiran 3)

menghasilkan nilai Most Extreme Differences (D: Absolute) sebesar

0,108 dengan Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,780 lebih besar dari

nilai probabilitas α = 0,05 sehingga dapat dikatakan data gaya

kepemimpinan transaksional berdistribusi normal.

Selain itu dari tampilan grafik normal plot yang tersaji dalam

lampiran 3 bahwa grafik memberikan pola distribusi yang normal.

Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis

diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonalnya.

Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak digunakan

karena memenuhi asumsi normalitas.

2). Uji Normalitas Stres Kerja

Bertujuan untuk menguji apakah dalam residual dari model

regresi yang dibuat berdistribusi normal atau tidak, Ghozali &

Suyana (2006). Dalam uji normalitas berguna untuk menguji

penyebaran data apakah variabel terikat dan variabel bebas

mempunyai distribusi normal. Hasil analisa data (Lampiran 3)

44

menghasilkan nilai Most Extreme Differences (D: Absolute) sebesar

0,104 dengan Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,751 lebih besar dari

nilai probabilitas α = 0,05 sehingga dapat dikatakan data stres kerja

berdistribusi normal.

Selain itu dari tampilan grafik normal plot yang tersaji dalam

lampiran 3 bahwa grafik memberikan pola distribusi yang normal.

Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis

diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonalnya.

Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak digunakan

karena memenuhi asumsi normalitas.

5. Hasil Uji Hipotesa

a. Korelasi Pearson Product Moment

Berdasarkan hasil uji hipotesa dalam Lampiran 5 penelitian ini

didapatkan hasil korelasi positif sebesar 0,579 dengan tanda (**) yang

memiliki arti Correlation is significant dengan kategori korelasi agak

rendah (0,400-0,599). Atau dapat dilihat melalui nilai signifikansi dalam

tabel lampiran 5 juga didapatkan signifikan (2-tailed) sebesar 0,000 yang

berarti α < 0,05 yang berarti terdapat korelasi yang signifikan dan positif

antara gaya kepemimpinan transaksional dengan stres kerja.

45

Tabel 4.9.

Tabel Korelasi antara Gaya Kepemimpinan Transaksional dengan

Stres Manajer Madya

Correlations

Gaya

Kepemimpinan

Transaksional Stres Kerja

Gaya Kepemimpinan

Transaksional

Pearson Correlation 1 .579**

Sig. (2-tailed) .000

N 52 52

Stres Kerja Pearson Correlation .579** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 52 52

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sehingga hipotesa yang berbunyi diduga ada hubungan yang

signifikan antara gaya kepemimpinan transaksional dengan stres manajer

madya di PT. Astra Daihatsu cabang Solo terbukti kebenarannya.

Untuk hipotesa statistik ditolak dan diterima dengan

demikian hipotesa statistik yang diterima adalah Ada hubungan yang

signifikan antara gaya kepemimpinan transaksional dengan stres manajer

madya di PT. Astra Daihatsu cabang Solo.

Hasil korelasi positif sebesar 0,579 dengan tanda (**) yang

memiliki arti Correlation is significant akan dikonsultasikan dengan

46

tabel koefisien korelasi yang terletak pada koefisien 0,400 – 0,599

dengan tingkat korelasi agak rendah.

b. Koefisien Determinan

Untuk koefisien determinan atau besarnya sumbangsih variabel X

terhadap variabel Y yakni sebesar 33,53% merupakan faktor gaya

kepemimpinan transaksional yang mempengaruhi stres kerja sedang

66,47% merupakan faktor diluar dari gaya kepemimpinan transaksional.

Faktor diluar gaya kepemimpinan transaksional sebesar 66,47% yang

menyebabkan faktor stres kerja yaitu kondisi kerja, ambiguitas peran,

faktor interpersonal, perkembangan karir, struktur organisasi, serta

hubungan antara pekerjaan dan rumah.

Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan

antara gaya kepemimpinan transaksional dengan stres kerja yang artinya

kepemimpinan transaksional memiliki peran terhadap terjadi stres kerja. adanya

beberapa kemungkinan terjadi korelasi positif antara kepemimpinan transaksional

dengan stres kerja:

Pertama, sebagian karyawan menganggap kepemimpinan transaksional

dapat memotivasi karyawan bertindak dan berpikir secara dewasa terhadap beban

kerja yang dialaminya sebagai wujud transaksional sehingga karyawan

menganggap hal ini sebagai stres kerja. Hasil temuan ini didukung oleh penelitian

Bycio dkk. (1995) serta Koh dkk. (1995), bahwa kepemimpinan transaksional

menfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan

karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada

47

kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar kerja, penugasan kerja, dan

penghargaan. Sehingga semakin tinggi nilai standar kerja dan penugasannya maka

akan semakin tinggi pula tingkat stres kerja karyawan.

Kedua, sebagian karyawan memiliki rata-rata persepsi cukup baik terhadap

gaya kepemimpinan transaksional. Persepsi karyawan terhadap gaya

kepemimpinan transaksional yang cukup baik ini memotivasi karyawan untuk

mempertahankan pencapaian standar kerja yang secara otomatis dapat

menimbulkan stres kerja pada diri karyawan tersebut. Hal ini didukung oleh

penelitian Irra Chrisyanti Dewi dan Nuri Herachwati (2010) bahwa gaya

kepemimpinan transaksional berpengaruh positif signifikan terhadap proses

pembelajaran organisasi. Hasil ini menggambarkan bahwa semakin tinggi

penerapan pendekatan kepemimpinan transaksional oleh individu-individu atasan

dalam organisasi maka semakin tinggi proses pembelajaran organisasi di tubuh PT

Bangun Satya Wacana (BSW) dilaksanakan. Ini berarti bahwa semakin baik

persepsi seorang karyawan terhadap gaya kepemimpinan transaksional dalam

memotivasi karyawan untuk mencapai pencapaian standar kerja maka semakin

baik pula motivasi kerja karyawan dan hal ini semakin meningkatkan pula stres

karyawan.

Ketiga, sebagian karyawan belum mampu memahami pendekatan gaya

kepemimpinan transaksional sehingga dapat memicu timbulnya stres yang

diakibatkan oleh adanya konflik antar karyawan oleh pihak lain di dalam dan di luar

pekerjaan. Hal ini didukung oleh temuan penelitian Rice dan Burns (2012) bahwa

kondisi dan situasi pekerjaan, kepemimpinan transaksional, faktor interpersonal,

perkembangan karier dan struktur organisasi menyebabkan stres kerja. Melalui

penelitian tersebut manajer madya seringkali mudah menghadapi stres kerja

48

dikarenakan memiliki persepsi stres kerja sedang menuju tinggi yang disebabkan

persepsi manajer terhadap gaya kepemimpinan transaksional.

Keempat, sebagian karyawan belum memiliki prasangka negatif dengan

pimpinan yang menerapkan gaya kepemimpinan transaksional. Oleh sebab itu

gaya kepemimpinan transaksional memiliki hubungan yang signifikan dengan

stres kerja manajer madya pada PT Astra Daihatsu cabang Solo (signifikan (2-

tailed) sebesar 0,000 yang berarti α < 0,05). Artinya semakin karyawan berpikiran

negatif terhadap pimpinan yang menerapkan gaya kepemimpinan transaksional

maka semakini meningkatkan stres kerja karyawan tersebut. Hal ini didukung oleh

penelitian Fanni Adhistya Italiani (2013) mengatakan gaya kepemimpinan

transaksional berpengaruh signifikan karena indikator-indikator pada variabel

gaya kepemimpinan transaksional semuanya berpengaruh terhadap pegawai

departemen SDM PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. yang berarti semakin

diterapkan gaya kepemimpinan transaksional maka semakin pegawai mengalami

keterbebanan kerja yang dapat mengakibatkan stres.

Kelima, sebagian karyawan menganggap dengan diterapkannya

kepemimpinan transaksional yang fokus pada proses pertukaran ini semakin

memotivasi karyawan meningkatkan pencapaian kinerja sehingga menimbulkan

stres pada pribadi karyawan tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian Maulizar,

dkk. (2012) yang mengungkapkan kepemimpinan transaksional memfokuskan

perhatiannya pada proses pertukaran atau imbalan yang didasarkan pada

kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar kerja, penugasan kerja dan

penghargaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan.

49

Sehingga karyawan yang berusaha mencapai standar kerja dalam setiap penugasan

kerjanya akan mengalami stres kerja.