bab iv hasil penelitian dan pembahasanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15354/4/t1... ·...
TRANSCRIPT
1
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
1. Kondisi Pra Siklus
Kondisi sebelum tindakan merupakan sebuah kondisi di mana
pembelajaran IPA dengan materi bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya pada
siswa kelas 4 SD Negeri Tlogo belum menerapkan model pembelajaran CTL
(Contextual Teaching and Learning). Melalui observasi pada kondisi awal,
diketahui metode pembelajaran yang digunakan guru adalah metode ceramah, hal
tersebut menyebabkan rendahnya ketuntasan belajar siswa. Pada kondisi sebelum
tindakan ini, diketahui bahwa banyak siswa yang nilainya belum memenuhi
kriteria ketuntasan kelas atau KKM ( KKM ≥ 65), di mana dari total siswa yaitu
39 siswa, terdapat 18 siswa (46.15%) yang dinyatakan belum tuntas dalam
pembelajaran IPA dan sebanyak 21 siswa (53.85%) dinyatakan tuntas atau telah
memenuhi KKM dalam pembelajaran IPA di kelas 4 SD Negeri Tlogo Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang pada Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017.
Berdasarkan batasan ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah
yaitu ≥ 65, maka siswa yang tuntas dan yang belum tuntas belajarnya pada
pelajaran IPA sebelum tindakan disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.1Dsitribusi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Siswa
Kelas 4 SD Negeri Tlogo Pra Siklus No Skor Ketuntasan Frekuensi (%)1 65 Tidak Tuntas 18 46.152 ≥ 65 Tuntas 21 53.85
Total 37 100Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan data dari tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang
belum tuntas hasil belajarnya atau belum tuntas ada 18 siswa (46.15%) dari total
keseluruhan siswa, dan siswa yang telah tuntas hasil belajarnya ada 21 siswa
(53.85%) dari keselutuhan siswa. Berdasarkan pada kondisi tersebut maka
dibutuhkan suatu tindakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil
belajar IPA di kelas 4 SD Negeri Tlogo yaitu dengan menerapkan model CTL
(Contextual Teaching and Learning) pada pembelajaran IPA kelas 4 SD Negeri
Tlogo Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017.
2
2. Pelaksanaan Siklus I
a. Pertemuan I
Pelaksanaan siklus I dengan kompetensi dasar Menjelaskan hubungan
antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya dilakukan melalui empat
tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan
refleksi yang sesuai dengan tahap penelitian Kemmis & Mc Taggart dalam
Arikunto (2007:16). Langkah pelaksanaan siklus I diuraikan pada
perencanaan tindakan mengenai apa yang diperlukan dan dilaksanankan saat
pembelajaran. Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan dari
rencana yang telah dibuat, kemudian diuraikan refleksi berdasarkan hasil
observasi. Adapun penjelasan masing-masing tahapan dijabarkan sebagai
berikut.
a) Tahap Perencanaan Tindakan
Sebelum dilaksanakan tindakan, ada beberapa langkah yang dilakukan
oleh penulis, antara lain:
1) Memeriksa kembali RPP yang telah disusun, sambil mencermati
kembali setiap butir yang direncanakan untuk dilaksanakan pada
pelaksanaan tindakan.
2) Menyiapkan semua alat peraga dan sarana lain yang akan
digunakan. Setelah itu dilakukan pengecekan lagi alat peraga
tersebut apakah sudah benar-benar tersedia dan sesuai dengan
perencanaan pembelajaran yang hendak dilakukan.
3) Mengecek kembali kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul
data, seperti lembar observasi yang telah disepakati dengan guru
yang mendampingi sebagai observer.
b) Pelaksanaan Tindakan
3
Setelah menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran, maka
disepakatilah untuk melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran yang
terdiri dari dua pertemuan pembelajaran yaitu:
Pertemuan I1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan meliputi beberapa kegiatan
seperti yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu
membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen,
mengecek kerapian siswa, mengatur tempat duduk siswa dan
melakukan apersepsi. Kegiatan apersepsi yang dilakukan adalah
menanyakan bagian-bagian dari tumbuhan.
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, yang dilakukan adalah menjelaskan materi
pembelajaran yaitu bagian-bagian dari akar dan fungsinya. Guru
memaparkan materi dengan menggunakan permodelan
menggunakan gambar-gambar akar serta menggunakan akar dari
tumbuhan. Guru memberikan masalah atau pertanyaan kepada
siswa. Kemudian siswa menyelesaikan soal sudah dipersiapkan
oleh guru. Bersama dengan guru siswa membahas soal yang telah
dikerjakan. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk
mengajukkan pertanyaan terkait materi yang belum dipahami
3) Kegiatan penutup
Bersama-sama dengan siswa mengambil kesimpulan tentang
materi yang telah dipelajari dengan menggunakan model CTL,
sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa yang masih belum
memahami materi pelajaran yang diberikan. Guru memberikan
pesan kepada siswa untuk mempelajari lagi materi tersebut di
rumah, karena masih akan dilakukan lagi pertemuan berikutnya,
dan memberikan PR atau pekerjaan rumah.
4
Pertemuan II1) Kegiatan awal
Pelaksanaan pada pertemuan II guru membuka pelajaran
dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsensi siswa, mengatur
suasana di ruangan kelas, dan apersepsi. Guru melakukan apersepsi
dengan menanyakan bagimana bentuk akar? apakah semua
tumbuhan memiliki bentuk akar yang sama? guru menunggu
respon dari siswa, selanjutnya guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
2) Kegiatan inti
Pada pertemuan kedua ini, kegiatan inti diawali dengan
penjelasan materi yakni tentang jenis-jenis akar dan fungsi akar
dalam kehidupan sehari-hari baik bagi tumbuhan maupun bagi
manusia. Untuk memberikan penjelasan tentang sub materi
tersebut, guru menggunakan model Contextual Teaching and
Learning (CTL). Guru memaparkan materi dengan menggunakan
permodelan yakni dengan akar dari tumbuhan. Kemudian Siswa
didorong mengemukakan pengetahuan awal tentang konsep yang
akan dibahas. Guru memberikan soal pada siswa. Siswa
menyelesaikan soal yang didapat. Guru membimbing siswa dalam
mengerjakan soal yang diberikan. Setelah siswa selesai
mengerjakan soal, siswa membahas soal dengan bimbingan guru.
3) Kegiatan penutup
Setelah waktu selesai, guru memberikan kesempatan kepada
siswa yang belum memahami pelajaran termasuk metode
pembelajarn untuk bertanya, guru bersama-sama dengan siswa
mengambil kesimpulan dan guru membagikan lembar evaluasi
kepada masing-masing siswa untuk dikerjakan.
c) Observasi
5
Pada kegiatan ini, yang diamati adalah hasil belajar melalui tes
yang dilakukan setelah diberikan tindakan dengan model CTL
(Contextual Teaching and Learning). Berikut ini dipaparkan hasil
observasi dan hasil belajar siswa yang diperoleh setelah dilakukan
tindakan pada siklus I, baik pada pertemuan pertama maupun
pertemuan kedua.
1) Hasil Observasi Terhadap Guru dan Siswa
Selama proses pembelajaran berlangsung, juga dilakukan
pengamatan, baik pengamatan terhadap guru dan siswa dalam
menerapkan model CTL (Contextual Teaching and Learning) pada
pelajaran IPA materi bagian dan fungsi akar selama proses
pembelajaran berlangsung.
a) Aktivitas Guru
Aktivitas guru yang diamati adalah aktivitas guru dalam
pembelajaran dengan menerapkan model CTL (Contextual
Teaching and Learning) dalam pelajaran IPA. Aktivitas guru
yang diamati meliputi aktivitas pada pertemuan pertama dan
kedua. Data hasil observasi aktivitas guru menggunakan model
CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam pembelajaran
IPA, dinilai dengan rumus di bawah ini (Djamarah, 2005: 331):
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
80 ke atas : baik sekali
66 – 79 : baik
56 – 65 : cukup
46 – 55 : kurang
45 ke bawah : gagal
Melalui hasil perhitungan pada lembar observasi maka
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dalam menerapkan model CTL (Contextual Teaching and
6
Learning) secara garis besar sudah cukup baik artinya hampir
seluruh langkah-langkah pembelajaran yang telah dirancang
telah dilaksanakan, namun masih terdapat beberapa langkah
yang terlewatkan seperti pada pertemuan 1 guru tidak
menyampaikan tujuan, siswa tidak tidak diberi kesempatan
dalam bertanya, selain itu guru juga belum mengaitkan
pembahasan soal ke dalam kehidupan sehari-hari. Adapaun skor
yang diperoleh setelah dilakukan perhitungan pada lembar
observasi guru pada pertemuan 1 siklus I adalah sebesar
80.95%.
Sama seperti pada pertemuan 1, pada pertemuan 2 siklus I
juga dilakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dalam
menerapkan model CTL (Contextual Teaching and Learning),
adapun rumus perhitungan nya sama seperti pertemuan 1.
Hasilnya adalah penerapan model CTL (Contextual Teaching
and Learning) yang dilakukan oleh guru jauh lebih baik pada
pertemuan 2 dari pada pertemuan 1, hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya skor perolehan yakni sebesar 90.5%. Meskipun
demikian masih ada langkah pembelajaran yang terlewatkan
seperti guru belum mengaitkan pembahasan soal dalam
kehidupan sehari-hari dan guru belum memberi kesempatan
pada siswa untuk mengajukkan pertanyaan. Adapun
kekurangan-kekurangan selama siklus I baik dari pertemuan 1
dan 2 akan menjadi refleksi sehingga dapat dicari solusi dari
kendala tersebut
b) Aktivitas Siswa
Selain aktivitas guru, pengamatan juga dilakukan terhadap
aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran hal ini bertujuan
untuk memngetahui apakah model CTL (Contextual Teaching
and Learning) dapat diikuti oleh siswa dengan baik atau tidak,
sehingga hasil dari observasi dapat mendukung hasil belajar
7
siswa. Penghitungan aktivitas siswa, sama juga dengan
mengikuti persamaan dalam menghitung aktivitas guru
menerapkan model CTL (Contextual Teaching and Learning)
dalam pembelajaran, dengan persamaan berikut:
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
80 ke atas : baik sekali
66 – 79 : baik
56 – 65 : cukup
46 – 55 : kurang
45 ke bawah : gagal
Perolehan skor pada pertemuan 1 siklus I pada lembar
observasi siswa adalah sebesar 80%. Kondisi tersebut berada
pada kategori yang baik dalam arti siswa dapat mengikuti
pembelajaran dengan model CTL (Contextual Teaching and
Learning). Meskipun demikian, masih ditemukan kendala yang
dialami siswa selama pembelajaran berlangsung, diantaranya
ketika guru mengajukkan pertanyaan hanya beberapa siswa saja
yang terlihat berani menjawab, siswa tidak mengaitkan
pembelajaran dengan kondisi sehari-hari, siswa juga tidak
mengajukkan pertanyaan atau menanggapi penjelasan dari guru.
Siklus I pertemuan kedua juga diamati aktivitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
CTL (Contextual Teaching and Learning) pada pelajaran IPA.
Hasil aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut
diperoleh skor sebesar 90%. Hal ini menunjukkan pada siklus I
pertemuan 2, terjadi peningkatan dalam aktivitas siswa. Adapun
kendala yang dihadapi pada pertemuan 2 siklus I, adalah siswa
belum mengaitkan pembahasan ke kekehidupan sehari-hari,
8
serta siswa belum mengajukkan pertanyaan atau menanggapi
penjelasan dari guru.
2) Hasil belajar Siswa pada Siklus I
Hasil belajar belajar pada siklus I yang diperoleh selama
proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model CTL kelas 4
SDN Tlogo, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus I
No Nilai Frekuensi (%)1 60 – 64 7 17.952 65 – 69 6 15.383 70 – 74 14 35.904 75 – 79 - -5 80 – 84 4 10.276 85 – 89 3 7.77 90 – 94 5 12.8
Jumlah 39 100Sumber: Data Primer
Kondisi perolehan hasil belajar siswa berubah setelah
diberikan tindakan pada siklus I, di mana siswa yang mendapatkan
nilai 60-64 juga berjumlah 7 siswa dengan prosentase 17.95%.
Siswa yang mendapatkan nilai antara 65 – 69 berjumlah 6 siswa
atau 15.38%, siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 70 – 74
sebanyak 14 siswa atau 35.90%, tidak ada siswa yang mendapatkan
nilai pada rentang 75 – 79 atau 20%, 4 siswa mendapatkan nilai
pada rentang 80 – 84 atau sebesar 10.27%, dan ada 3 siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang 85 – 90 atau 7.7%, siswa yang
mendapat nilai pada rentang 90 – 94 ada 5 atau 12.8% dan tidak
ada siswa yang mendapatkan nilai pada rentang antara 95 – 100.
Nilai rata-rata siswa pada siklus I yaitu 72.6. Nilai terendah dicapai
dengan nilai 60 dan nilai tertinggi adalah 90.
Berikut disajikan dalam tabel, prosentase ketuntasan belajar
pada siklus I, hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.3.
9
Tabel 4.3Distribusi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan No Skor Ketuntasan Frekuensi (%)1 65 Tidak Tuntas 7 17.952 ≥ 65 Tuntas 32 82.05
Total 37 100Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel di atas, terlihat jelas perbandingan hasil
belajar siswa pada kondisi sebelum tindakan dan setelah diberikan
tindakan pada siklus I, yang mencapai kentuntasan belajar (KKM ≥
65) sebanyak 32 siswa atau 82.05% dari kondisi awal yang hanya
mencapai 53.85%, sedangkan siswa yang belum mencapai
kentuntasan belajar pada siklus I sebanyak 7 siswa atau sebanyak
17.95%, dari kondisi awal sebelum tindakan yaitu 46.15%.. Berikut
prosentase hasil belajar siklus I disajikan pada gambar di bawah
ini.
Gambar 4.1Diagram Lingkaran Dsitribusi Hasil Belajar Berdasarkan
Ketuntasan Siklus IBerdasarkan pengamatan, setelah diadakan penelitian
tindakan siklus I, terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini
disebabkan karena siswa merasa senang dengan permodelan yang
dilakukan oleh guru dalam menerangkan materi ajar.
d) Refleksi
Pembelajaran IPA kelas 4 pada materi bagian dan fungsi akar pada
siklus I ini belum berhasil sesuai indikator kinerja yang ditentukan
karena ketuntasan belajar baru 82.05% sedangkan indikator
keberhasilan dalam penelitian ini adalah 85%. Melalui hasil observasi
10
diketahui faktor penyebab kekurang keberhasilan dalam pembelajaran
yaitu:
1) Guru belum maksimal dalam membimbing siswa dalam
menyelesaikan tugasnya.
2) Guru tidak memantau kegiatan siswa, sehingga ada beberapa siswa
yang terlihat kebingungan dalam menyelesaikan tugasnya.
Mencermati kondisi tersebut dan berdasarkan data yang telah
dianalisis dan data hasil diskusi, peneliti melakukan penelaahan dan
mencoba menyimpulkan hasil tindakan yang telah dilakukan. Adapun
solusi yang disusun peneliti dan guru kelas untuk mengadakan
perbaikan pembelajaran pada siklus II sebagai berikut:
1) Bimbingan yang dilakukan guru harus menyeluruh, guru harus selalu
mengecek pengerjaan soal, sehingga siswa dapat bertanya apabila
mengalami kesulitan.
2) Membimbing siswa dalam kegiatan evaluasi
3) Memantau siswa dan memberi kesempatan pada siswa untuk
bertanya
3. Pelaksanaan Siklus II
a. Pertemuan I
Sama seperti pelaksanaan pada siklus I, pelaksanaan pada siklus II
dengan kompetensi dasar menjelaskan hubungan antara struktur batang
tumbuhan dengan fungsinya dilakukan melalui empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi
yang sesuai dengan tahap penelitian Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto
(2007:16). Langkah pelaksanaan siklus II diuraikan pada perencanaan
tindakan mengenai apa yang diperlukan dan dilaksanankan saat
pembelajaran. Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan dari
rencana yang telah dibuat, kemudian diuraikan refleksi berdasarkan hasil
observasi. Adapun penjelasan masing-masing tahapan dijabarkan sebagai
berikut.
a) Tahap Perencanaan Tindakan
11
Sebelum dilaksanakan tindakan, ada beberapa langkah yang dilakukan
oleh penulis, antara lain:
1) Memeriksa kembali RPP yang telah disusun, sambil mencermati
kembali setiap butir yang direncanakan untuk dilaksanakan pada
pelaksanaan tindakan.
2) Menyiapkan semua alat peraga dan sarana lain yang akan digunakan.
Setelah itu dilakukan pengecekan lagi alat peraga tersebut apakah
sudah benar-benar tersedia dan sesuai dengan perencanaan
pembelajaran yang hendak dilakukan.
3) Mengecek kembali kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul
data, seperti lembar observasi yang telah disepakati dengan guru
yang mendampingi sebagai observer.
b) Pelaksanaan Tindakan
Setelah menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran, maka
disepakatilah untuk melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran yang
terdiri dari dua pertemuan pembelajaran yaitu:
Pertemuan I1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan meliputi beberapa kegiatan
seperti yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu
membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen,
mengecek kerapian siswa, mengatur tempat duduk siswa dan
melakukan apersepsi. Kegiatan apersepsi yang dilakukan adalah
membahas materi pada pembelajaran sebelumnya. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, yang dilakukan adalah menjelaskan materi
pembelajaran yaitu bagian-bagian dari batang dan fungsinya. Guru
12
memaparkan materi dengan menggunakan permodelan
menggunakan gambar-gambar batang tumbuhan. Guru
membagikan soal pada masing-masing siswa. Guru memberi
penjelasan mengenai tugas yang akan dikerjakan. Guru
membimbing siswa dalam menyelesaikan tugasnya, guru
mengingatkan agar seluruh siswa berpartisipasi aktif, juga selalu
memantau kegiatan siswa. Guru memberi penjelasan pada siswa
yang terlihat mengalami kesulitan. Setelah selesai mengerjakan
tugasnya, siswa dibimbing untuk menyelesaikan tugasnya. Guru
memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukkan pertanyaan
terkait materi yang belum dipahami. Siswa mengaitkan hasil
pembelajaran dengan kondisi di kehidupan sehari-hari. Guru
membimbing siswa dalam melakukan evaluasi terhadap hasil
pembahasan.
3) Kegiatan penutup
Bersama-sama dengan siswa mengambil kesimpulan tentang
materi yang telah dipelajari dengan menggunakan model CTL,
sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa yang masih belum
memahami materi pelajaran yang diberikan. Guru memberikan
pesan kepada siswa untuk mempelajari lagi materi tersebut di
rumah, karena masih akan dilakukan lagi pertemuan berikutnya,
dan memberikan PR atau pekerjaan rumah.
Pertemuan II1) Kegiatan awal
Pelaksanaan pada pertemuan II guru membuka pelajaran
dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsensi siswa, mengatur
suasana di ruangan kelas, dan apersepsi. Guru melakukan apersepsi
dengan menanyakan warna batang tumbuhan? apakah semua
tumbuhan memiliki warna batang yang sama? guru menunggu
13
respon dari siswa, selanjutnya guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
2) Kegiatan inti
Pada pertemuan kedua ini, kegiatan inti diawali dengan
penjelasan materi yakni tentang jenis-jenis batang dan fungsi
batang, baik bagi manusia maupun bagi tumbuhan. Guru
menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan gambar-
gambar batang tumbuhan, ini dilakukan agar siswa dapat belajar
sesuai dengan konteksnya. Batang tumbuhan yang diambil adalah
batang tumbuhan yang sering siswa lihat, sehingga materi yang
diajarkan dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan dunia nyata
yang dimengerti siswa. Guru membagikan soal pada siswa. Guru
memberi penjelasan mengenai tugas yang akan dikerjakan. Guru
membimbing siswa dalam menyelesaikan tugasnya, guru memberi
kesempatan pada siswa untuk bertanya terkait tugas yang
dikerjakan, juga selalu memantau kegiatan siswa. Guru memberi
penjelasan pada siswa yang terlihat mengalami kesulitan. Setelah
selesai mengerjakan tugas, siswa diminta melakukan pembahasan.
Guru membimbing siswa dalam melakukan koreksi silang. Guru
memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukkan pertanyaan
terkait materi yang belum dipahami. Siswa mengaitkan hasil
pembelajaran dengan kondisi di kehidupan sehari-hari. Guru
membimbimng siswa dalam melakukan evaluasi terhadap kegiatan
yang telah dilakukan.
3) Kegiatan penutup
Setelah waktu selesai, guru memberikan kesempatan kepada
siswa yang belum memahami pelajaran, guru bersama-sama
dengan siswa mengambil kesimpulan dan guru membagikan
lembar evaluasi kepada masing-masing siswa untuk dikerjakan.
14
c) Observasi
Sama seperti pada siklus I, pada siklus II juga dilakukan
pengamatan. Adapun yang diamati adalah hasil belajar melalui tes yang
dilakukan setelah diberikan tindakan dengan model CTL. Berikut ini
dipaparkan hasil observasi dan hasil belajar siswa yang diperoleh
setelah dilakukan tindakan pada siklus I, baik pada pertemuan pertama
maupun pertemuan kedua.
1) Hasil Observasi Terhadap Guru dan Siswa
Selama proses pembelajaran berlangsung, juga dilakukan
pengamatan seperti halnya pada siklus sebelumnya, baik
pengamatan terhadap guru dan siswa dalam menerapkan model
CTL (Contextual Teaching and Learning) pada pelajaran IPA
materi bagian dan fungsi akar selama proses pembelajaran
berlangsung.
a) Aktivitas Guru
Aktivitas guru yang diamati adalah aktivitas guru dalam
pembelajaran dengan menerapkan model CTL (Contextual
Teaching and Learning) dalam pelajaran IPA. Aktivitas guru
yang diamati meliputi aktivitas pada pertemuan pertama dan
kedua. Data hasil observasi aktivitas guru menggunakan model
CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam pembelajaran
IPA, dinilai dengan rumus di bawah ini (Djamarah, 2005: 331):
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
80 ke atas : baik sekali
66 – 79 : baik
56 – 65 : cukup
46 – 55 : kurang
15
45 ke bawah : gagal
Melalui hasil perhitungan pada lembar observasi maka
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dalam menerapkan model CTL (Contextual Teaching and
Learning) sudah baik, guru telah menerapkan seluruh langkah-
langkah pembelajaran. Adapaun skor yang diperoleh setelah
dilakukan perhitungan pada lembar observasi guru pada
pertemuan 1 siklus II adalah sebesar 100%.
Sama seperti pada pertemuan 1, pada pertemuan 2 siklus II
juga dilakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dalam
menerapkan model CTL (Contextual Teaching and Learning),
adapun rumus perhitungan nya sama seperti pertemuan 1. Pada
pertemuan 2, guru juga telah menerpkan seluruh langkah-
langkah model CTL (Contextual Teaching and Learning).
Adapun skor perolehan pada siklus II pertemuan ke 2 adalah
100%. Ini membuktikan bahwa guru telah mampu menerapkan
model CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan amat
baik.
b) Aktivitas Siswa
Selain aktivitas guru, pengamatan juga dilakukan terhadap
aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran hal ini bertujuan
untuk memngetahui apakah model CTL (Contextual Teaching
and Learning) dapat diikuti oleh siswa dengan baik atau tidak,
sehingga hasil dari observasi dapat mendukung hasil belajar
siswa. Penghitungan aktivitas siswa, sama juga dengan
mengikuti persamaan dalam menghitung aktivitas guru
menerapkan model CTL (Contextual Teaching and Learning)
dalam pembelajaran, dengan persamaan berikut:
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
16
80 ke atas : baik sekali
66 – 79 : baik
56 – 65 : cukup
46 – 55 : kurang
45 ke bawah : gagal
Perolehan skor pada pertemuan 1 siklus II pada lembar
observasi siswa adalah sebesar 100%. Kondisi tersebut berada
pada kategori yang baik dalam arti siswa dapat mengikuti
pembelajaran dengan model CTL (Contextual Teaching and
Learning). Hal ini didukung dengan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru, karena guru telah mampu menerapkan
langkah-langkah pembelajaran dengan baik, maka siswa juga
dapat mengikuti pembelajaran yang dirancang oleh guru dengan
baik.
Siklus II pertemuan kedua juga diamati aktivitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
CTL (Contextual Teaching and Learning) pada pelajaran IPA.
Hasil aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut
diperoleh skor sebesar 100%.
2) Hasil belajar Siswa pada Siklus II
Hasil belajar belajar pada siklus II yang diperoleh selama
proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model CTL kelas 4
SDN Tlogo, adalah sebagai berikut.
Tabel 4.4Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus II
No Nilai Frekuensi (%)1 65 – 69 8 20.52 70 – 74 7 17.943 75 – 79 4 10.274 80 – 84 5 12.825 85 – 89 8 20.56 90 – 94 3 7.77 95 – 100 4 10.27
Jumlah 39 100
17
Sumber: Data Primer
Kondisi perolehan hasil belajar siswa berubah setelah
diberikan tindakan pada siklus II, di mana siswa yang mendapatkan
nilai antara 65 – 69 berjumlah 8 siswa atau 20.5%, siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang 70 – 74 sebanyak 7 siswa atau
17.94%, siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 75 – 79 ada 4
atau sebesar 10.27%, 5 siswa mendapatkan nilai pada rentang 80 –
84 atau sebesar 12.82%, dan ada 8 siswa yang mendapatkan nilai
pada rentang 85 – 90 atau 20.5%, siswa yang mendapat nilai pada
rentang 90 – 94 ada 3 atau 7.7% dan 4 siswa yang mendapatkan
nilai pada rentang antara 95 – 100 atau sebesar 10.27%. Nilai rata-
rata siswa pada siklus II yaitu 83.25. Nilai terendah dicapai dengan
nilai 65 dan nilai tertinggi adalah 100. Berdasarkan tabel di atas,
terlihat jelas perbandingan hasil belajar siswa pada kondisi sebelum
tindakan dan setelah diberikan tindakan pada siklus I, yang
mencapai kentuntasan belajar (KKM ≥ 65) sebanyak 39 siswa
(100%) ini berarti seluruh siswa telah tuntas belajarnya. Pada siklus
II ketuntasan terjadi pada seluruh siswa, hasil ini sekaligus
menunjukkan tercapainya indikator keberhasilan dalam penelitian
ini.
d) Refleksi
Refleksi merupakan keseluruhan evaluasi yang perlu dilakukan
setelah pembelajaran berlangsung. Berdasarkan pada hasil dari
pengamtan baik terhadap guru dalam menggunakan CTL (Contextual
Teaching and Learning) dan siswa dalam mengikuti pelajaran
menggunakan model CTL (Contextual Teaching and Learning) pada
pelajaran IPA materi fungsi dan bagian pada tumbuhan, dikatakan telah
berhasil dilaksanakan. Hal ini dapat diukur dengan perolehan kategori
pada siklus II baik kemampuan guru dalam menerapkan model CTL
(Contextual Teaching and Learning) dan kondisi siswa selama
18
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model CTL (Contextual
Teaching and Learning), serta hasil belajar yang meningkat dari tes
evaluasi siklus II.
4. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus,
Siklus I dan Siklus II
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan model CTL (Contextual
Teaching and Learning) pada mata pelajaran IPA materi bagian-bagian tumbuhan
pada siklus II ini, perlu dilakukan perbandingan terhadap hasil hasil belajar yang
telah diperoleh sebelum dan sesudah menerapkan model model CTL (Contextual
Teaching and Learning) pada pelajaran IPA pada siklus I. Hasil perbandingan
tersebut disajikan dalam Tabel 4.5.
Tabel 4.5Perbandingan Distribusi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Pra
Siklus, Siklus I dan Siklus II
No KategoriPra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlahsiswa
(%)Jumlahsiswa
(%)Jumlahsiswa
(%)
1 Belum tuntas 18 46.15 7 17.95 - -2 Tuntas 21 53.85 32 82.05 39 100Jumlah 39 100 39 100 39 100
Perbandingan ketuntasan belajar siswa pada pra siklus, siklus I dengan
siklus II menggunakan model CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam
pelajaran IPA pada tabel di atas dapat diuraikan sebagai berikut: sebelum
diberikan tindakan terdapat 18 siswa (46.15%) yang nilainya di bawah KKM
(KKM) atau dinyatakan belum tuntas, sedangkan 21 siswa (53.85%) lainnya
dinyatakan tuntas. Setelah diberi tindakan pada siklus I, masih ada 7 siswa
(17.95%) yang belum tuntas. Setelah ada perbaikan-perbaikan, dan diberikan lagi
tindakan pada siklus II, tidak ada lagi siswa yang belum tuntas belajarnya. Siswa
yang tuntas pada siklus I setelah diberikan tindakan dengan menggunakan model
CTL (Contextual Teaching and Learning) pada pelajaran IPA materi perubahan
bagian tumbuhan dan fungsinya, diketahui ada 32 siswa (82.05%). Jumlah ini
mengalami peningkatan pada siklus II, yaitu menjadi 39 siswa atau sebanyak
100%. Dengan demikian dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa,
19
penggunaan (Contextual Teaching and Learning) pada pelajaran IPA materi
bagian tumbuhan dan fungsinya telah berhasil diterapkan atau dilaksanakan.
Berikut digambarkan perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada pra siklus,
siklus I, dan siklus II melalui diagram.
Gambar 4.2 Diagram Batang Ditribusi Ketuntasan Perbandingan Hasil
Belajar Berdasarkan Ketuntasan Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
2. Pembahasan
Setelah diberikan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus I dan II
yakni dengan menerapkan model (Contextual Teaching and Learning) maka dapat
diketahui adanya peningkatan pada hasil belajar siswa, diketahui pada kondisi
sebelum diberikan tindakan, dari 39 siswa pada siswa kelas 4 SD Negeri Tlogo,
siswa yang tuntas belajarnya ada 21 siswa atau sebanyak 53.85%, dan yang belum
tuntas belajarnya ada 18 siswa atau sebanyak 46.15%. Berdasarkan hasil tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa kondisi tersebut perlu diberi tindakan perbaikan.
Setelah diberikan tindakan pada Siklus I, maka dapat diketahui bahwa terdapat 32
siswa atau secara prosentase sebanyak 82.05% dari total siswa yang telah tuntas
belajarnya atau telah mencapai KKM (65), dan terdapat pula sebanyak 7 siswa
atau secara prosentase sebanyak 17.95% siswa yang belum tuntas atau yang
belum tuntas KKM (65), kemudian nilai rata-rata kelas yang didapat adalah 72.6.
Berdasarkan hasil ini diketahui bahwa jumlah siswa yang telah tuntas atau
mencukupi KKM (65) sebanyak 32 siswa atau 82.05%, belum memenuhi
indikator kinerja yang ditentukan yaitu bahwa 85% dari jumlah total siswa kelas 4
SD Negeri Tlogo telah memenuhi atau tuntas KKM (65), sehingga perlu
dilaksanakan lagi penelitian tindakan pada siklus berikutnya, yaitu pada Siklus II.
Sebelum melanjutkan ke siklus II, dengan catatan-catatan refleksi pada siklus I,
peneliti memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi sewaktu melakukan
tindakan dengan menggunakan (Contextual Teaching and Learning) pada siklus
I. Setelah melaksanakan tindakan pada siklus II, diketahui bahwa 100% atau
20
keseluruhan siswa memenuhi atau tuntas belajarnya secara KKM (65) pada
pelajaran IPA materi bagian-bagian tumbuhan.
Hasil penelitian ini memperkuat penelitian-penelitian yang dilakukan
sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Sutinah menunjukkan adanya
keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas IVB dengan
menerapkan CTL. Peningkatan hasil belajar siswa terlihat pada siklus II yakni
terjadi peningkatan sebesar 94,12% dari kondisi awal 41,18%. Penelitian lainnya
adalah penelitian dari Mokhamad Afif yang menunjukkan peningkatan terhadap
motivasi belajar siswa sebesar 81 dari kondisi awal 64.
Hasil penelitian ini sekaligus mendukung teori dari Elaine B. Johnson
(2009: 65) yang menyebutkan bahwa CTL merupakan proses pembelajaran yang
menghubungkan materi ajar dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa sehingga
memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Kondisi tersebut
membuat siswa menjadi bersemangat dalam belajar sehingga berdampak pada
peningkatan hasil belajar siswa.