bab iv hasil penelitian dan pembahasanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15354/4/t1... ·...

20
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian 1. Kondisi Pra Siklus Kondisi sebelum tindakan merupakan sebuah kondisi di mana pembelajaran IPA dengan materi bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya pada siswa kelas 4 SD Negeri Tlogo belum menerapkan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning). Melalui observasi pada kondisi awal, diketahui metode pembelajaran yang digunakan guru adalah metode ceramah, hal tersebut menyebabkan rendahnya ketuntasan belajar siswa. Pada kondisi sebelum tindakan ini, diketahui bahwa banyak siswa yang nilainya belum memenuhi kriteria ketuntasan kelas atau KKM ( KKM ≥ 65), di mana dari total siswa yaitu 39 siswa, terdapat 18 siswa (46.15%) yang dinyatakan belum tuntas dalam pembelajaran IPA dan sebanyak 21 siswa (53.85%) dinyatakan tuntas atau telah memenuhi KKM dalam pembelajaran IPA di kelas 4 SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang pada Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017. Berdasarkan batasan ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu ≥ 65, maka siswa yang tuntas dan yang belum tuntas belajarnya pada pelajaran IPA sebelum tindakan disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.1 Dsitribusi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Siswa Kelas 4 SD Negeri Tlogo Pra Siklus No Skor Ketuntasan Frekuensi (%) 1 65 Tidak Tuntas 18 46.15 2 ≥ 65 Tuntas 21 53.85 Total 37 100 Sumber: Data Sekunder Berdasarkan data dari tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang belum tuntas hasil belajarnya atau belum tuntas ada 18 siswa (46.15%) dari total keseluruhan siswa, dan siswa yang telah tuntas hasil belajarnya ada 21 siswa (53.85%) dari keselutuhan siswa. Berdasarkan pada kondisi tersebut maka dibutuhkan suatu tindakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPA di kelas 4 SD Negeri Tlogo yaitu dengan menerapkan model CTL (Contextual Teaching and Learning) pada pembelajaran IPA kelas 4 SD Negeri Tlogo Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017.

Upload: vokien

Post on 04-Jun-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

1. Kondisi Pra Siklus

Kondisi sebelum tindakan merupakan sebuah kondisi di mana

pembelajaran IPA dengan materi bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya pada

siswa kelas 4 SD Negeri Tlogo belum menerapkan model pembelajaran CTL

(Contextual Teaching and Learning). Melalui observasi pada kondisi awal,

diketahui metode pembelajaran yang digunakan guru adalah metode ceramah, hal

tersebut menyebabkan rendahnya ketuntasan belajar siswa. Pada kondisi sebelum

tindakan ini, diketahui bahwa banyak siswa yang nilainya belum memenuhi

kriteria ketuntasan kelas atau KKM ( KKM ≥ 65), di mana dari total siswa yaitu

39 siswa, terdapat 18 siswa (46.15%) yang dinyatakan belum tuntas dalam

pembelajaran IPA dan sebanyak 21 siswa (53.85%) dinyatakan tuntas atau telah

memenuhi KKM dalam pembelajaran IPA di kelas 4 SD Negeri Tlogo Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang pada Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017.

Berdasarkan batasan ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah

yaitu ≥ 65, maka siswa yang tuntas dan yang belum tuntas belajarnya pada

pelajaran IPA sebelum tindakan disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.1Dsitribusi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Siswa

Kelas 4 SD Negeri Tlogo Pra Siklus No Skor Ketuntasan Frekuensi (%)1 65 Tidak Tuntas 18 46.152 ≥ 65 Tuntas 21 53.85

Total 37 100Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan data dari tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang

belum tuntas hasil belajarnya atau belum tuntas ada 18 siswa (46.15%) dari total

keseluruhan siswa, dan siswa yang telah tuntas hasil belajarnya ada 21 siswa

(53.85%) dari keselutuhan siswa. Berdasarkan pada kondisi tersebut maka

dibutuhkan suatu tindakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil

belajar IPA di kelas 4 SD Negeri Tlogo yaitu dengan menerapkan model CTL

(Contextual Teaching and Learning) pada pembelajaran IPA kelas 4 SD Negeri

Tlogo Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017.

2

2. Pelaksanaan Siklus I

a. Pertemuan I

Pelaksanaan siklus I dengan kompetensi dasar Menjelaskan hubungan

antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya dilakukan melalui empat

tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan

refleksi yang sesuai dengan tahap penelitian Kemmis & Mc Taggart dalam

Arikunto (2007:16). Langkah pelaksanaan siklus I diuraikan pada

perencanaan tindakan mengenai apa yang diperlukan dan dilaksanankan saat

pembelajaran. Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan dari

rencana yang telah dibuat, kemudian diuraikan refleksi berdasarkan hasil

observasi. Adapun penjelasan masing-masing tahapan dijabarkan sebagai

berikut.

a) Tahap Perencanaan Tindakan

Sebelum dilaksanakan tindakan, ada beberapa langkah yang dilakukan

oleh penulis, antara lain:

1) Memeriksa kembali RPP yang telah disusun, sambil mencermati

kembali setiap butir yang direncanakan untuk dilaksanakan pada

pelaksanaan tindakan.

2) Menyiapkan semua alat peraga dan sarana lain yang akan

digunakan. Setelah itu dilakukan pengecekan lagi alat peraga

tersebut apakah sudah benar-benar tersedia dan sesuai dengan

perencanaan pembelajaran yang hendak dilakukan.

3) Mengecek kembali kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul

data, seperti lembar observasi yang telah disepakati dengan guru

yang mendampingi sebagai observer.

b) Pelaksanaan Tindakan

3

Setelah menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran, maka

disepakatilah untuk melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran yang

terdiri dari dua pertemuan pembelajaran yaitu:

Pertemuan I1) Kegiatan Awal

Kegiatan awal yang dilakukan meliputi beberapa kegiatan

seperti yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu

membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen,

mengecek kerapian siswa, mengatur tempat duduk siswa dan

melakukan apersepsi. Kegiatan apersepsi yang dilakukan adalah

menanyakan bagian-bagian dari tumbuhan.

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, yang dilakukan adalah menjelaskan materi

pembelajaran yaitu bagian-bagian dari akar dan fungsinya. Guru

memaparkan materi dengan menggunakan permodelan

menggunakan gambar-gambar akar serta menggunakan akar dari

tumbuhan. Guru memberikan masalah atau pertanyaan kepada

siswa. Kemudian siswa menyelesaikan soal sudah dipersiapkan

oleh guru. Bersama dengan guru siswa membahas soal yang telah

dikerjakan. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk

mengajukkan pertanyaan terkait materi yang belum dipahami

3) Kegiatan penutup

Bersama-sama dengan siswa mengambil kesimpulan tentang

materi yang telah dipelajari dengan menggunakan model CTL,

sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa yang masih belum

memahami materi pelajaran yang diberikan. Guru memberikan

pesan kepada siswa untuk mempelajari lagi materi tersebut di

rumah, karena masih akan dilakukan lagi pertemuan berikutnya,

dan memberikan PR atau pekerjaan rumah.

4

Pertemuan II1) Kegiatan awal

Pelaksanaan pada pertemuan II guru membuka pelajaran

dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsensi siswa, mengatur

suasana di ruangan kelas, dan apersepsi. Guru melakukan apersepsi

dengan menanyakan bagimana bentuk akar? apakah semua

tumbuhan memiliki bentuk akar yang sama? guru menunggu

respon dari siswa, selanjutnya guru menyampaikan tujuan

pembelajaran.

2) Kegiatan inti

Pada pertemuan kedua ini, kegiatan inti diawali dengan

penjelasan materi yakni tentang jenis-jenis akar dan fungsi akar

dalam kehidupan sehari-hari baik bagi tumbuhan maupun bagi

manusia. Untuk memberikan penjelasan tentang sub materi

tersebut, guru menggunakan model Contextual Teaching and

Learning (CTL). Guru memaparkan materi dengan menggunakan

permodelan yakni dengan akar dari tumbuhan. Kemudian Siswa

didorong mengemukakan pengetahuan awal tentang konsep yang

akan dibahas. Guru memberikan soal pada siswa. Siswa

menyelesaikan soal yang didapat. Guru membimbing siswa dalam

mengerjakan soal yang diberikan. Setelah siswa selesai

mengerjakan soal, siswa membahas soal dengan bimbingan guru.

3) Kegiatan penutup

Setelah waktu selesai, guru memberikan kesempatan kepada

siswa yang belum memahami pelajaran termasuk metode

pembelajarn untuk bertanya, guru bersama-sama dengan siswa

mengambil kesimpulan dan guru membagikan lembar evaluasi

kepada masing-masing siswa untuk dikerjakan.

c) Observasi

5

Pada kegiatan ini, yang diamati adalah hasil belajar melalui tes

yang dilakukan setelah diberikan tindakan dengan model CTL

(Contextual Teaching and Learning). Berikut ini dipaparkan hasil

observasi dan hasil belajar siswa yang diperoleh setelah dilakukan

tindakan pada siklus I, baik pada pertemuan pertama maupun

pertemuan kedua.

1) Hasil Observasi Terhadap Guru dan Siswa

Selama proses pembelajaran berlangsung, juga dilakukan

pengamatan, baik pengamatan terhadap guru dan siswa dalam

menerapkan model CTL (Contextual Teaching and Learning) pada

pelajaran IPA materi bagian dan fungsi akar selama proses

pembelajaran berlangsung.

a) Aktivitas Guru

Aktivitas guru yang diamati adalah aktivitas guru dalam

pembelajaran dengan menerapkan model CTL (Contextual

Teaching and Learning) dalam pelajaran IPA. Aktivitas guru

yang diamati meliputi aktivitas pada pertemuan pertama dan

kedua. Data hasil observasi aktivitas guru menggunakan model

CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam pembelajaran

IPA, dinilai dengan rumus di bawah ini (Djamarah, 2005: 331):

Dengan kriteria nilai sebagai berikut:

80 ke atas : baik sekali

66 – 79 : baik

56 – 65 : cukup

46 – 55 : kurang

45 ke bawah : gagal

Melalui hasil perhitungan pada lembar observasi maka

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh

guru dalam menerapkan model CTL (Contextual Teaching and

6

Learning) secara garis besar sudah cukup baik artinya hampir

seluruh langkah-langkah pembelajaran yang telah dirancang

telah dilaksanakan, namun masih terdapat beberapa langkah

yang terlewatkan seperti pada pertemuan 1 guru tidak

menyampaikan tujuan, siswa tidak tidak diberi kesempatan

dalam bertanya, selain itu guru juga belum mengaitkan

pembahasan soal ke dalam kehidupan sehari-hari. Adapaun skor

yang diperoleh setelah dilakukan perhitungan pada lembar

observasi guru pada pertemuan 1 siklus I adalah sebesar

80.95%.

Sama seperti pada pertemuan 1, pada pertemuan 2 siklus I

juga dilakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dalam

menerapkan model CTL (Contextual Teaching and Learning),

adapun rumus perhitungan nya sama seperti pertemuan 1.

Hasilnya adalah penerapan model CTL (Contextual Teaching

and Learning) yang dilakukan oleh guru jauh lebih baik pada

pertemuan 2 dari pada pertemuan 1, hal ini dibuktikan dengan

meningkatnya skor perolehan yakni sebesar 90.5%. Meskipun

demikian masih ada langkah pembelajaran yang terlewatkan

seperti guru belum mengaitkan pembahasan soal dalam

kehidupan sehari-hari dan guru belum memberi kesempatan

pada siswa untuk mengajukkan pertanyaan. Adapun

kekurangan-kekurangan selama siklus I baik dari pertemuan 1

dan 2 akan menjadi refleksi sehingga dapat dicari solusi dari

kendala tersebut

b) Aktivitas Siswa

Selain aktivitas guru, pengamatan juga dilakukan terhadap

aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran hal ini bertujuan

untuk memngetahui apakah model CTL (Contextual Teaching

and Learning) dapat diikuti oleh siswa dengan baik atau tidak,

sehingga hasil dari observasi dapat mendukung hasil belajar

7

siswa. Penghitungan aktivitas siswa, sama juga dengan

mengikuti persamaan dalam menghitung aktivitas guru

menerapkan model CTL (Contextual Teaching and Learning)

dalam pembelajaran, dengan persamaan berikut:

Dengan kriteria nilai sebagai berikut:

80 ke atas : baik sekali

66 – 79 : baik

56 – 65 : cukup

46 – 55 : kurang

45 ke bawah : gagal

Perolehan skor pada pertemuan 1 siklus I pada lembar

observasi siswa adalah sebesar 80%. Kondisi tersebut berada

pada kategori yang baik dalam arti siswa dapat mengikuti

pembelajaran dengan model CTL (Contextual Teaching and

Learning). Meskipun demikian, masih ditemukan kendala yang

dialami siswa selama pembelajaran berlangsung, diantaranya

ketika guru mengajukkan pertanyaan hanya beberapa siswa saja

yang terlihat berani menjawab, siswa tidak mengaitkan

pembelajaran dengan kondisi sehari-hari, siswa juga tidak

mengajukkan pertanyaan atau menanggapi penjelasan dari guru.

Siklus I pertemuan kedua juga diamati aktivitas siswa

dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model

CTL (Contextual Teaching and Learning) pada pelajaran IPA.

Hasil aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut

diperoleh skor sebesar 90%. Hal ini menunjukkan pada siklus I

pertemuan 2, terjadi peningkatan dalam aktivitas siswa. Adapun

kendala yang dihadapi pada pertemuan 2 siklus I, adalah siswa

belum mengaitkan pembahasan ke kekehidupan sehari-hari,

8

serta siswa belum mengajukkan pertanyaan atau menanggapi

penjelasan dari guru.

2) Hasil belajar Siswa pada Siklus I

Hasil belajar belajar pada siklus I yang diperoleh selama

proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model CTL kelas 4

SDN Tlogo, adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus I

No Nilai Frekuensi (%)1 60 – 64 7 17.952 65 – 69 6 15.383 70 – 74 14 35.904 75 – 79 - -5 80 – 84 4 10.276 85 – 89 3 7.77 90 – 94 5 12.8

Jumlah 39 100Sumber: Data Primer

Kondisi perolehan hasil belajar siswa berubah setelah

diberikan tindakan pada siklus I, di mana siswa yang mendapatkan

nilai 60-64 juga berjumlah 7 siswa dengan prosentase 17.95%.

Siswa yang mendapatkan nilai antara 65 – 69 berjumlah 6 siswa

atau 15.38%, siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 70 – 74

sebanyak 14 siswa atau 35.90%, tidak ada siswa yang mendapatkan

nilai pada rentang 75 – 79 atau 20%, 4 siswa mendapatkan nilai

pada rentang 80 – 84 atau sebesar 10.27%, dan ada 3 siswa yang

mendapatkan nilai pada rentang 85 – 90 atau 7.7%, siswa yang

mendapat nilai pada rentang 90 – 94 ada 5 atau 12.8% dan tidak

ada siswa yang mendapatkan nilai pada rentang antara 95 – 100.

Nilai rata-rata siswa pada siklus I yaitu 72.6. Nilai terendah dicapai

dengan nilai 60 dan nilai tertinggi adalah 90.

Berikut disajikan dalam tabel, prosentase ketuntasan belajar

pada siklus I, hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.3.

9

Tabel 4.3Distribusi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan No Skor Ketuntasan Frekuensi (%)1 65 Tidak Tuntas 7 17.952 ≥ 65 Tuntas 32 82.05

Total 37 100Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel di atas, terlihat jelas perbandingan hasil

belajar siswa pada kondisi sebelum tindakan dan setelah diberikan

tindakan pada siklus I, yang mencapai kentuntasan belajar (KKM ≥

65) sebanyak 32 siswa atau 82.05% dari kondisi awal yang hanya

mencapai 53.85%, sedangkan siswa yang belum mencapai

kentuntasan belajar pada siklus I sebanyak 7 siswa atau sebanyak

17.95%, dari kondisi awal sebelum tindakan yaitu 46.15%.. Berikut

prosentase hasil belajar siklus I disajikan pada gambar di bawah

ini.

Gambar 4.1Diagram Lingkaran Dsitribusi Hasil Belajar Berdasarkan

Ketuntasan Siklus IBerdasarkan pengamatan, setelah diadakan penelitian

tindakan siklus I, terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini

disebabkan karena siswa merasa senang dengan permodelan yang

dilakukan oleh guru dalam menerangkan materi ajar.

d) Refleksi

Pembelajaran IPA kelas 4 pada materi bagian dan fungsi akar pada

siklus I ini belum berhasil sesuai indikator kinerja yang ditentukan

karena ketuntasan belajar baru 82.05% sedangkan indikator

keberhasilan dalam penelitian ini adalah 85%. Melalui hasil observasi

10

diketahui faktor penyebab kekurang keberhasilan dalam pembelajaran

yaitu:

1) Guru belum maksimal dalam membimbing siswa dalam

menyelesaikan tugasnya.

2) Guru tidak memantau kegiatan siswa, sehingga ada beberapa siswa

yang terlihat kebingungan dalam menyelesaikan tugasnya.

Mencermati kondisi tersebut dan berdasarkan data yang telah

dianalisis dan data hasil diskusi, peneliti melakukan penelaahan dan

mencoba menyimpulkan hasil tindakan yang telah dilakukan. Adapun

solusi yang disusun peneliti dan guru kelas untuk mengadakan

perbaikan pembelajaran pada siklus II sebagai berikut:

1) Bimbingan yang dilakukan guru harus menyeluruh, guru harus selalu

mengecek pengerjaan soal, sehingga siswa dapat bertanya apabila

mengalami kesulitan.

2) Membimbing siswa dalam kegiatan evaluasi

3) Memantau siswa dan memberi kesempatan pada siswa untuk

bertanya

3. Pelaksanaan Siklus II

a. Pertemuan I

Sama seperti pelaksanaan pada siklus I, pelaksanaan pada siklus II

dengan kompetensi dasar menjelaskan hubungan antara struktur batang

tumbuhan dengan fungsinya dilakukan melalui empat tahap yaitu

perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi

yang sesuai dengan tahap penelitian Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto

(2007:16). Langkah pelaksanaan siklus II diuraikan pada perencanaan

tindakan mengenai apa yang diperlukan dan dilaksanankan saat

pembelajaran. Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan dari

rencana yang telah dibuat, kemudian diuraikan refleksi berdasarkan hasil

observasi. Adapun penjelasan masing-masing tahapan dijabarkan sebagai

berikut.

a) Tahap Perencanaan Tindakan

11

Sebelum dilaksanakan tindakan, ada beberapa langkah yang dilakukan

oleh penulis, antara lain:

1) Memeriksa kembali RPP yang telah disusun, sambil mencermati

kembali setiap butir yang direncanakan untuk dilaksanakan pada

pelaksanaan tindakan.

2) Menyiapkan semua alat peraga dan sarana lain yang akan digunakan.

Setelah itu dilakukan pengecekan lagi alat peraga tersebut apakah

sudah benar-benar tersedia dan sesuai dengan perencanaan

pembelajaran yang hendak dilakukan.

3) Mengecek kembali kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul

data, seperti lembar observasi yang telah disepakati dengan guru

yang mendampingi sebagai observer.

b) Pelaksanaan Tindakan

Setelah menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran, maka

disepakatilah untuk melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran yang

terdiri dari dua pertemuan pembelajaran yaitu:

Pertemuan I1) Kegiatan Awal

Kegiatan awal yang dilakukan meliputi beberapa kegiatan

seperti yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu

membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen,

mengecek kerapian siswa, mengatur tempat duduk siswa dan

melakukan apersepsi. Kegiatan apersepsi yang dilakukan adalah

membahas materi pada pembelajaran sebelumnya. Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, yang dilakukan adalah menjelaskan materi

pembelajaran yaitu bagian-bagian dari batang dan fungsinya. Guru

12

memaparkan materi dengan menggunakan permodelan

menggunakan gambar-gambar batang tumbuhan. Guru

membagikan soal pada masing-masing siswa. Guru memberi

penjelasan mengenai tugas yang akan dikerjakan. Guru

membimbing siswa dalam menyelesaikan tugasnya, guru

mengingatkan agar seluruh siswa berpartisipasi aktif, juga selalu

memantau kegiatan siswa. Guru memberi penjelasan pada siswa

yang terlihat mengalami kesulitan. Setelah selesai mengerjakan

tugasnya, siswa dibimbing untuk menyelesaikan tugasnya. Guru

memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukkan pertanyaan

terkait materi yang belum dipahami. Siswa mengaitkan hasil

pembelajaran dengan kondisi di kehidupan sehari-hari. Guru

membimbing siswa dalam melakukan evaluasi terhadap hasil

pembahasan.

3) Kegiatan penutup

Bersama-sama dengan siswa mengambil kesimpulan tentang

materi yang telah dipelajari dengan menggunakan model CTL,

sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa yang masih belum

memahami materi pelajaran yang diberikan. Guru memberikan

pesan kepada siswa untuk mempelajari lagi materi tersebut di

rumah, karena masih akan dilakukan lagi pertemuan berikutnya,

dan memberikan PR atau pekerjaan rumah.

Pertemuan II1) Kegiatan awal

Pelaksanaan pada pertemuan II guru membuka pelajaran

dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsensi siswa, mengatur

suasana di ruangan kelas, dan apersepsi. Guru melakukan apersepsi

dengan menanyakan warna batang tumbuhan? apakah semua

tumbuhan memiliki warna batang yang sama? guru menunggu

13

respon dari siswa, selanjutnya guru menyampaikan tujuan

pembelajaran.

2) Kegiatan inti

Pada pertemuan kedua ini, kegiatan inti diawali dengan

penjelasan materi yakni tentang jenis-jenis batang dan fungsi

batang, baik bagi manusia maupun bagi tumbuhan. Guru

menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan gambar-

gambar batang tumbuhan, ini dilakukan agar siswa dapat belajar

sesuai dengan konteksnya. Batang tumbuhan yang diambil adalah

batang tumbuhan yang sering siswa lihat, sehingga materi yang

diajarkan dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan dunia nyata

yang dimengerti siswa. Guru membagikan soal pada siswa. Guru

memberi penjelasan mengenai tugas yang akan dikerjakan. Guru

membimbing siswa dalam menyelesaikan tugasnya, guru memberi

kesempatan pada siswa untuk bertanya terkait tugas yang

dikerjakan, juga selalu memantau kegiatan siswa. Guru memberi

penjelasan pada siswa yang terlihat mengalami kesulitan. Setelah

selesai mengerjakan tugas, siswa diminta melakukan pembahasan.

Guru membimbing siswa dalam melakukan koreksi silang. Guru

memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukkan pertanyaan

terkait materi yang belum dipahami. Siswa mengaitkan hasil

pembelajaran dengan kondisi di kehidupan sehari-hari. Guru

membimbimng siswa dalam melakukan evaluasi terhadap kegiatan

yang telah dilakukan.

3) Kegiatan penutup

Setelah waktu selesai, guru memberikan kesempatan kepada

siswa yang belum memahami pelajaran, guru bersama-sama

dengan siswa mengambil kesimpulan dan guru membagikan

lembar evaluasi kepada masing-masing siswa untuk dikerjakan.

14

c) Observasi

Sama seperti pada siklus I, pada siklus II juga dilakukan

pengamatan. Adapun yang diamati adalah hasil belajar melalui tes yang

dilakukan setelah diberikan tindakan dengan model CTL. Berikut ini

dipaparkan hasil observasi dan hasil belajar siswa yang diperoleh

setelah dilakukan tindakan pada siklus I, baik pada pertemuan pertama

maupun pertemuan kedua.

1) Hasil Observasi Terhadap Guru dan Siswa

Selama proses pembelajaran berlangsung, juga dilakukan

pengamatan seperti halnya pada siklus sebelumnya, baik

pengamatan terhadap guru dan siswa dalam menerapkan model

CTL (Contextual Teaching and Learning) pada pelajaran IPA

materi bagian dan fungsi akar selama proses pembelajaran

berlangsung.

a) Aktivitas Guru

Aktivitas guru yang diamati adalah aktivitas guru dalam

pembelajaran dengan menerapkan model CTL (Contextual

Teaching and Learning) dalam pelajaran IPA. Aktivitas guru

yang diamati meliputi aktivitas pada pertemuan pertama dan

kedua. Data hasil observasi aktivitas guru menggunakan model

CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam pembelajaran

IPA, dinilai dengan rumus di bawah ini (Djamarah, 2005: 331):

Dengan kriteria nilai sebagai berikut:

80 ke atas : baik sekali

66 – 79 : baik

56 – 65 : cukup

46 – 55 : kurang

15

45 ke bawah : gagal

Melalui hasil perhitungan pada lembar observasi maka

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh

guru dalam menerapkan model CTL (Contextual Teaching and

Learning) sudah baik, guru telah menerapkan seluruh langkah-

langkah pembelajaran. Adapaun skor yang diperoleh setelah

dilakukan perhitungan pada lembar observasi guru pada

pertemuan 1 siklus II adalah sebesar 100%.

Sama seperti pada pertemuan 1, pada pertemuan 2 siklus II

juga dilakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dalam

menerapkan model CTL (Contextual Teaching and Learning),

adapun rumus perhitungan nya sama seperti pertemuan 1. Pada

pertemuan 2, guru juga telah menerpkan seluruh langkah-

langkah model CTL (Contextual Teaching and Learning).

Adapun skor perolehan pada siklus II pertemuan ke 2 adalah

100%. Ini membuktikan bahwa guru telah mampu menerapkan

model CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan amat

baik.

b) Aktivitas Siswa

Selain aktivitas guru, pengamatan juga dilakukan terhadap

aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran hal ini bertujuan

untuk memngetahui apakah model CTL (Contextual Teaching

and Learning) dapat diikuti oleh siswa dengan baik atau tidak,

sehingga hasil dari observasi dapat mendukung hasil belajar

siswa. Penghitungan aktivitas siswa, sama juga dengan

mengikuti persamaan dalam menghitung aktivitas guru

menerapkan model CTL (Contextual Teaching and Learning)

dalam pembelajaran, dengan persamaan berikut:

Dengan kriteria nilai sebagai berikut:

16

80 ke atas : baik sekali

66 – 79 : baik

56 – 65 : cukup

46 – 55 : kurang

45 ke bawah : gagal

Perolehan skor pada pertemuan 1 siklus II pada lembar

observasi siswa adalah sebesar 100%. Kondisi tersebut berada

pada kategori yang baik dalam arti siswa dapat mengikuti

pembelajaran dengan model CTL (Contextual Teaching and

Learning). Hal ini didukung dengan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru, karena guru telah mampu menerapkan

langkah-langkah pembelajaran dengan baik, maka siswa juga

dapat mengikuti pembelajaran yang dirancang oleh guru dengan

baik.

Siklus II pertemuan kedua juga diamati aktivitas siswa

dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model

CTL (Contextual Teaching and Learning) pada pelajaran IPA.

Hasil aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut

diperoleh skor sebesar 100%.

2) Hasil belajar Siswa pada Siklus II

Hasil belajar belajar pada siklus II yang diperoleh selama

proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model CTL kelas 4

SDN Tlogo, adalah sebagai berikut.

Tabel 4.4Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus II

No Nilai Frekuensi (%)1 65 – 69 8 20.52 70 – 74 7 17.943 75 – 79 4 10.274 80 – 84 5 12.825 85 – 89 8 20.56 90 – 94 3 7.77 95 – 100 4 10.27

Jumlah 39 100

17

Sumber: Data Primer

Kondisi perolehan hasil belajar siswa berubah setelah

diberikan tindakan pada siklus II, di mana siswa yang mendapatkan

nilai antara 65 – 69 berjumlah 8 siswa atau 20.5%, siswa yang

mendapatkan nilai pada rentang 70 – 74 sebanyak 7 siswa atau

17.94%, siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 75 – 79 ada 4

atau sebesar 10.27%, 5 siswa mendapatkan nilai pada rentang 80 –

84 atau sebesar 12.82%, dan ada 8 siswa yang mendapatkan nilai

pada rentang 85 – 90 atau 20.5%, siswa yang mendapat nilai pada

rentang 90 – 94 ada 3 atau 7.7% dan 4 siswa yang mendapatkan

nilai pada rentang antara 95 – 100 atau sebesar 10.27%. Nilai rata-

rata siswa pada siklus II yaitu 83.25. Nilai terendah dicapai dengan

nilai 65 dan nilai tertinggi adalah 100. Berdasarkan tabel di atas,

terlihat jelas perbandingan hasil belajar siswa pada kondisi sebelum

tindakan dan setelah diberikan tindakan pada siklus I, yang

mencapai kentuntasan belajar (KKM ≥ 65) sebanyak 39 siswa

(100%) ini berarti seluruh siswa telah tuntas belajarnya. Pada siklus

II ketuntasan terjadi pada seluruh siswa, hasil ini sekaligus

menunjukkan tercapainya indikator keberhasilan dalam penelitian

ini.

d) Refleksi

Refleksi merupakan keseluruhan evaluasi yang perlu dilakukan

setelah pembelajaran berlangsung. Berdasarkan pada hasil dari

pengamtan baik terhadap guru dalam menggunakan CTL (Contextual

Teaching and Learning) dan siswa dalam mengikuti pelajaran

menggunakan model CTL (Contextual Teaching and Learning) pada

pelajaran IPA materi fungsi dan bagian pada tumbuhan, dikatakan telah

berhasil dilaksanakan. Hal ini dapat diukur dengan perolehan kategori

pada siklus II baik kemampuan guru dalam menerapkan model CTL

(Contextual Teaching and Learning) dan kondisi siswa selama

18

mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model CTL (Contextual

Teaching and Learning), serta hasil belajar yang meningkat dari tes

evaluasi siklus II.

4. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus,

Siklus I dan Siklus II

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan model CTL (Contextual

Teaching and Learning) pada mata pelajaran IPA materi bagian-bagian tumbuhan

pada siklus II ini, perlu dilakukan perbandingan terhadap hasil hasil belajar yang

telah diperoleh sebelum dan sesudah menerapkan model model CTL (Contextual

Teaching and Learning) pada pelajaran IPA pada siklus I. Hasil perbandingan

tersebut disajikan dalam Tabel 4.5.

Tabel 4.5Perbandingan Distribusi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Pra

Siklus, Siklus I dan Siklus II

No KategoriPra Siklus Siklus I Siklus II

Jumlahsiswa

(%)Jumlahsiswa

(%)Jumlahsiswa

(%)

1 Belum tuntas 18 46.15 7 17.95 - -2 Tuntas 21 53.85 32 82.05 39 100Jumlah 39 100 39 100 39 100

Perbandingan ketuntasan belajar siswa pada pra siklus, siklus I dengan

siklus II menggunakan model CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam

pelajaran IPA pada tabel di atas dapat diuraikan sebagai berikut: sebelum

diberikan tindakan terdapat 18 siswa (46.15%) yang nilainya di bawah KKM

(KKM) atau dinyatakan belum tuntas, sedangkan 21 siswa (53.85%) lainnya

dinyatakan tuntas. Setelah diberi tindakan pada siklus I, masih ada 7 siswa

(17.95%) yang belum tuntas. Setelah ada perbaikan-perbaikan, dan diberikan lagi

tindakan pada siklus II, tidak ada lagi siswa yang belum tuntas belajarnya. Siswa

yang tuntas pada siklus I setelah diberikan tindakan dengan menggunakan model

CTL (Contextual Teaching and Learning) pada pelajaran IPA materi perubahan

bagian tumbuhan dan fungsinya, diketahui ada 32 siswa (82.05%). Jumlah ini

mengalami peningkatan pada siklus II, yaitu menjadi 39 siswa atau sebanyak

100%. Dengan demikian dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa,

19

penggunaan (Contextual Teaching and Learning) pada pelajaran IPA materi

bagian tumbuhan dan fungsinya telah berhasil diterapkan atau dilaksanakan.

Berikut digambarkan perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada pra siklus,

siklus I, dan siklus II melalui diagram.

Gambar 4.2 Diagram Batang Ditribusi Ketuntasan Perbandingan Hasil

Belajar Berdasarkan Ketuntasan Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

2. Pembahasan

Setelah diberikan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus I dan II

yakni dengan menerapkan model (Contextual Teaching and Learning) maka dapat

diketahui adanya peningkatan pada hasil belajar siswa, diketahui pada kondisi

sebelum diberikan tindakan, dari 39 siswa pada siswa kelas 4 SD Negeri Tlogo,

siswa yang tuntas belajarnya ada 21 siswa atau sebanyak 53.85%, dan yang belum

tuntas belajarnya ada 18 siswa atau sebanyak 46.15%. Berdasarkan hasil tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa kondisi tersebut perlu diberi tindakan perbaikan.

Setelah diberikan tindakan pada Siklus I, maka dapat diketahui bahwa terdapat 32

siswa atau secara prosentase sebanyak 82.05% dari total siswa yang telah tuntas

belajarnya atau telah mencapai KKM (65), dan terdapat pula sebanyak 7 siswa

atau secara prosentase sebanyak 17.95% siswa yang belum tuntas atau yang

belum tuntas KKM (65), kemudian nilai rata-rata kelas yang didapat adalah 72.6.

Berdasarkan hasil ini diketahui bahwa jumlah siswa yang telah tuntas atau

mencukupi KKM (65) sebanyak 32 siswa atau 82.05%, belum memenuhi

indikator kinerja yang ditentukan yaitu bahwa 85% dari jumlah total siswa kelas 4

SD Negeri Tlogo telah memenuhi atau tuntas KKM (65), sehingga perlu

dilaksanakan lagi penelitian tindakan pada siklus berikutnya, yaitu pada Siklus II.

Sebelum melanjutkan ke siklus II, dengan catatan-catatan refleksi pada siklus I,

peneliti memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi sewaktu melakukan

tindakan dengan menggunakan (Contextual Teaching and Learning) pada siklus

I. Setelah melaksanakan tindakan pada siklus II, diketahui bahwa 100% atau

20

keseluruhan siswa memenuhi atau tuntas belajarnya secara KKM (65) pada

pelajaran IPA materi bagian-bagian tumbuhan.

Hasil penelitian ini memperkuat penelitian-penelitian yang dilakukan

sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Sutinah menunjukkan adanya

keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas IVB dengan

menerapkan CTL. Peningkatan hasil belajar siswa terlihat pada siklus II yakni

terjadi peningkatan sebesar 94,12% dari kondisi awal 41,18%. Penelitian lainnya

adalah penelitian dari Mokhamad Afif yang menunjukkan peningkatan terhadap

motivasi belajar siswa sebesar 81 dari kondisi awal 64.

Hasil penelitian ini sekaligus mendukung teori dari Elaine B. Johnson

(2009: 65) yang menyebutkan bahwa CTL merupakan proses pembelajaran yang

menghubungkan materi ajar dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa sehingga

memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Kondisi tersebut

membuat siswa menjadi bersemangat dalam belajar sehingga berdampak pada

peningkatan hasil belajar siswa.