bab iv hasil penelitian dan...
TRANSCRIPT
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab IV ini berisi analisis instrumen penelitian, uji keseimbangan pretest dan
uji beda rerata post-test, deskripsi data amatan, normalitas data amatan, homogenitas data
amatan, dan uji hipotesis penelitian.
4.1. Gambaran Umun Subyek Penelitian
Subyek penelitian terdiri dari 42 siswa kelas IV SD Negeri Mangunsari 05
Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Kota Salatiga. Satu kelas dibagi menjadi dua
kelompok. Kelompok(kelas) eksperimen berjumlah 21 siswa yang diajar dengan
model Circuit Learning dan kelompok (kelas) kontrol berjumlah 21 siswa diajar
dengan menggunakan metode konvensional. Adapun data sampel penelitian dapat
dilihat pada table 4.1 berikut ini.
Table 4.1
Data Sampel Penelitian
No. SDN Mangunsari 5 Jumlah Siswa Kelas V
1. Kelas A (eksperimen) 21
2. Kelas B (konvensional) 21
Total 42
4.2. Analisis Data
4.2.1. Analisis Deskriptif Data Variabel X
Penelitian ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
pada tiap kelas dilaksanakan secara berbeda. Kelas IV A menggunakan model Circuit
learning sedangkan kelas IV B menggunakan pembelajaran konvensional.
Pembelajaran di kelas IV A dijadikan kelompok eksperimen. Pembelajaran yang
menggunkan peta konsep untuk mempermudah siswa memahami materi pelajaran sehingga
hasil belajar siswa lebih tinggi. Pembelajaran ini melibatkan siswa secara langsung karena
dalam kegiatan belajar mengajar, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk
berdiskusi. Setelah siswa selesai berdiskusi, siswa mempresentassikan hasil diskusi
kelompok dan kelompok lain mengomentari hasil kerja kelompoknya.
26
Berbeda dengan Pembelajaran di kelas IV B. Pembelajaran di kelas IV B yang
digunakan sebagai kelas kontrol, menerapkan pembelajaran yang bersifat konvensional.
Siswa tidak terlibat secara aktiv, karena siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru.
Sehingga dalam pemahaman siswa kurang dibandingkan dengan hasil akhir kelas IV A
(kelompok eksperimen).
4.2.2. Analisis Deskriptif Data Variabel Y
4.2.2.1. Analisis Data Pre-test
4.2.2.1.1. Analisis Uji Validitas Instrumen Pre-test
Instrumen soal yang direncanakan untuk pretest sebanyak 25 item soal, setelah
dilakukan 3 kali pengujian diperoleh 16 item soal valid dan dapat dipergunakan untuk
penelitian. Hasil pengujian dapat dilihat pada table 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Hasil Validitas 1 Item Soal Pretest
Nomor
Soal
Harga
korelasi (r)
Keterangan Nomor
Soal
Harga
korelasi (r)
Keterangan
1 .086 Tidak Valid 14 .344 Valid
2 .400 Valid 15 .386 Valid
3 .251 Valid 16 .185 Tidak Valid
4 -.087 Tidak Valid 17 .504 Valid
5 .168 Tidak Valid 18 .639 Valid
6 .569 Valid 19 .512 Valid
7 .258 Valid 20 .345 Valid
8 .095 Tidak Valid 21 .000 Tidak Valid
9 -.426 Tidak Valid 22 .743 Valid
10 -.690 Tidak Valid 23 -.231 Tidak valid
11 -.262 Tidak Valid 24 .512 Valid
12 .168 Tidak Valid 25 .743 Valid
13 .797 Valid
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat ada 11 soal yang tidak valid, yaitu soal
nomor 1, 4, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 23, dan 23. Harga korelasi bergerak dari -0,690 sampai
dengan 0,797. Dengan harga korelasi (r) menurut Arikunto (2012) yaitu item soal
dikatakan valid apabila mempunyai harga korelasi (r) ≥ 0.2, sehingga soal nomor 1, 4, 5, 8,
9, 10, 11, 12, 23, dan 23 harus dieliminasi dan dilakukan uji validitas lagi. Karena syarat
soal yang diperbolehkan sebagai instrumen pretest adalah harus yang valid. Akan tetapi
27
mulanya, hanya soal yang memiliki harga korelasi (r) negatif (-) yang dieliminasi sampai
tdak ada satupun soal yang memiliki harga korelasi (r) negatif (-). Hasil validitas dapat
dilihat pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3
Hasil Validitas 2 Item Soal Pretest
Nomor
Soal
Harga
korelasi (r)
Keterangan Nomor
Soal
Harga
korelasi (r)
Keterangan
01 .101 Tidak Valid 15 .510 Valid
02 .437 Valid 16 .121 Tidak Valid
03 .327 Valid 17 .526 Valid
05 .240 Valid 18 .697 Valid
06 .579 Valid 19 .531 Valid
07 .260 Valid 20 0,292 Valid
08 .104 Tidak Valid 21 0,233 Valid
12 .240 Valid 22 0,332 Valid
13 .784 Valid 24 0,386 Valid
14 .366 Valid 25 0,355 Valid
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat masih ada 3 soal yang tidak valid yaitu
soal nomor 1, 8, dan 16. Harga korelasi bergerak dari 0,101 sampai dengan 0,697. Dengan
harga korelasi (r) menurut Arikunto (2012) yaitu ≥ 0.2, sehingga soal nomor 1, 8, dan 16
harus dieliminasi dan dilakukan uji validitas lagi. Karena syarat soal yang diperbolehkan
sebagai instrument pretest adalah harus yang valid. Hasil validitas dapat dilihat pada Tabel
4.4 berikut.
Tabel 4.4
Hasil Validitas 3 Item Soal Pretest
Nomor
Soal
Harga
korelasi (r)
Keterangan Nomor
Soal
Harga
korelasi (r)
Keterangan
02 .443 Valid 15 .581 Valid
03 .332 Valid 17 .520 Valid
05 .218 Valid 18 .680 Valid
06 .543 Valid 19 .543 Valid
07 .223 Valid 20 .345 Valid
12 .218 Valid 22 .680 Valid
13 .773 Valid 24 .543 Valid
14 .416 Valid 25 .773 Valid
Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa ada 16 item soal tes valid dengan harga
korelasi (r) menunjukkan bahwa koefisien validitas bergerak dari 0,218 sampai 0,773 dan
28
terdapat tiga kriteria validitas yaitu validitas rendah, validitas cukup validitas tinggi.
Kriteria validitas rendah berjumlah 5 yaitu nomor 3, 5, 7, 12, dan 20. Kriteria validitas
cukup berjumlah 6 yaitu nomor 2, 6, 14, 15, 17, dan 19. Sedangkan kriteria validitas tinggi
berjumlah 3 yaitu 18, 22, dan 25. Dari 16 soal yang valid maka soal ini dipergunakan untuk
pretest.
4.2.2.1.2. Analisis Uji Reliabilitas Instrumen Pretest
Analisis reliabilitas instrumen menggunakan alpha dari Cronbach’s yang
memberikan koefisien reliabilitas sebesar 0,865. Setelah dimasukkan ke dalam program
SPSS.20 didapatkan hasil reliabilitas seperti pada Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5
Reliabilitas Instrumen Pretest Reliability Statistics
Cronbac
h's Alpha
N of
Items
.865 16
Setelah dilakukan analisa, hasil menunjukkan bahwa instrumen layak
digunakan untuk mengukur variabel penelitian dengan berpedoman pada kriteria tingkat
reliabilitas instrumen yang dikemukakan George dan Mallery (1995) bahwa reliabilitas
dapat diterima jika nilainya 0,7 ˂ α ≤ 0,8 (analisis reliabilitas dapat dilihat pada lampiran).
29
Tabel 4.6
Kisi-kisi Soal Pretest Sesudah Validitas dan Reliabilitas
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Rumusan Soal
8. Menggunakan
lambang bilangan
romawi.
8.2 Menyatakan
lambang bilangan
cacah sebagai lambang
bilangan romawi dan
sebaliknya
Mampu menyatakan
bilangan romawi
sebagai bilangan
cacah.
2, 3, 6, 7, 15, 16
Mampu menyatakan
bilangan cacah
sebagai bilangan
romawi.
1, 4, 5, 8, 9, 14
Mampu menerapkan
bilangan romawi ke
dalam kehidupan
sehari-hari
10, 11, 12, 13
4.2.2.1.3. Analisis Deskriptif Pre-test
Menurut Sugiyono dalam Evrieta (2010) analisa ini digunakan untuk
menganalisis sejumlah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, sehingga
memperoleh Gambaran mengenai keadaan suatu obyek yang diteliti melalui data subyek
penelitian sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum. Ukuran yang digunakan adalah nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
nilai maksimum, dan nilai minimum.
Analisis deskriptif nilai pretest kelompok eksperimen SDN Mangunsari 05
dalam satu kelas yang dibagi menjadi 2, kelompok kontrol dan eksperimen. Ananlisis data
ini mengunakan SPSS Versi 20. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut.
30
Tabel 4.7
Analisis Deskriptif Pretest
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
kelompok_kontrol 21 50.00 93.75 72.9167 12.70663
kelompok_eksperimen 21 56.25 93.75 76.7857 9.30030
Valid N (listwise) 21
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat disimpulkan nilai minimum kelompok
eksperimen SDN Mangunsari 05 adalah 56.00 nilai maksimum 93.75, rata-rata nilai
76.7857 dan standar diviasi adalah 9.30030. Untuk kelas kontrol SDN Mangunsari 05, nilai
minumum adalah 50.00 nilai maksimum 93.75 nilai rata-rata adalah 72.9167 dan standar
deviasinya sebesar 12.70663.
4.2.2.1.4. Analisis Uji Normalitas Pre-test
Uji normalitas data variabel yang digunakan adalah teknik tests of normality.
Uji ini bertujuan untuk mengetahui data yang dianalisa berdistribusi normal atau tidak.
Hasil uji normalitas pretest dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.8
Uji Normalitas Pretest
Tests of Normality
kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai eksperimen .148 21 .200
* .939 21 .205
kotrol .143 21 .200* .943 21 .252
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai pretest kelas eksperimen
maupun kelas kontrol berdistribusi normal dengan melihat Sig. Shapiro-Wilk ˃ 0,05.
Variabel pertama atau kelompok eksperimen nilai Sig. Shapiro-Wilk adalah 0,205
31
sedangkan untuk variabel kedua atau kelompok kontrol nilai Sig. Shapiro-Wilk adalah
0,252. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik normalitas berikut.
Grafik 4.9
Normalitas Pretest Kelas Eksperimen
Grafik 4.10
Normalitas Pretest Kelas Kontrol
32
4.2.2.1.5. Uji Homogenitas Pre-test
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui kelas yang digunakan untuk
penelitian mempunyai kemampuan yang sama atau tidak. Uji homogenitias dalam
penelitian ini menggunakan program SPSS.20 for windows dengan uji Anova test of
homogeneity of variances. Uji homogenitas dapat dilihat di Tabel 4.11.
Tabel 4.11
Uji Homogenitas Pre-test
Test of Homogeneity of Variances
Nilai
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.874 1 40 .179
Hasil uji homogenitas di atas didapatkan nilai signifikan 0,179 > 0,05 yang
berarti bahwa nilai pretest kelas eksperimen dan kontrol mempunyai varian yang sama atau
homogen. Hal ini berarti bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan
yang sama dalam matematika.
4.2.2.2. Analisis Data Post-test
4.2.2.2.1. Analisis Uji Validitas Instrumen Post-test
Instrumen soal yang direncanakan untuk post-test sebanyak 25 soal, setelah
dilakukan uji validitas 4 kali hasilnya 16 item soal valid sehingga dapat dipergunakan
untuk penelitian. Hasil validitas dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut.
33
Tabel 4.12
Hasil Validitas 1 Item Soal Post-test
Nomor
Soal
Harga
korelasi (r)
Keterangan Nomor
Soal
Harga
korelasi (r)
Keterangan
1 .425 Valid 14 .005 Tidak Valid
2 -.018 Tidak Valid 15 .597 Valid
3 .425 Valid 16 .398 Valid
4 .255 Valid 17 .563 Valid
5 .260 Valid 18 .173 Tidak Valid
6 -.062 Tidak Valid 19 .193 Tidak Valid
7 .005 Tidak Valid 20 .398 Valid
8 .027 Tidak Valid 21 .173 Tidak Valid
9 .294 Valid 22 .425 Valid
10 -.149 Tidak Valid 23 .119 Tidak valid
11 .282 Valid 24 .221 Valid
12 .641 Valid 25 .641 Valid
13 .496 Valid
Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat dilihat ada 10 soal yang tidak valid yaitu
soal nomor 2, 6, 7, 8, 10, 14, 18, 19, 21, dan 23. Harga korelasi bergerak dari -0,149
sampai dengan 0,641. Dengan harga korelasi (r) menurut Arikunto (2012) yaitu ≥ 0.2,
sehingga soal nomor 2, 6, 7, 8, 10, 14, 18, 19, 21, dan 23 harus dieliminasi dan dilakukan
uji validitas lagi. Karena syarat soal yang diperbolehkan sebagai instrumen pretest adalah
harus yang valid. Akan tetapi mulanya, hanya soal yang memiliki harga korelasi (r) negatif
(-) yang dieliminasi sampai tidak ada satupun soal yang memiliki harga korelasi (r) negatif
(-). Hasil validitas dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut.
Tabel 4.13
Hasil Validitas 2 Item Soal Post-test Nomor
Soal
Harga
korelasi (r)
Keterangan Nomor
Soal
Harga
korelasi (r)
Keterangan
01 .425 Valid 15 .597 Valid
03 .425 Valid 16 .341 Valid
04 .293 Valid 17 .632 Tidak Valid
05 .220 Valid 18 .130 Valid
07 -.024 Valid 19 .238 Valid
08 .018 Tidak Valid 20 .389 Valid
09 .339 Tidak Valid 21 .130 Tidak Valid
11 .238 Tidak Valid 22 .408 Tidak Valid
12 .686 Valid 23 .130 Valid
13 .536 Tidak Valid 24 .265 Tidak Valid
14 -.024 Valid 25 .686 Valid
34
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat masih ada 8 soal yang tidak valid yaitu soal
nomor 8, 9,10 ,13 , 17, 21, 22,dan 24. Harga korelasi bergerak dari -0,24 sampai dengan
0,686. Dengan harga korelasi (r) menurut Arikunto (2012) yaitu ≥ 0.2, sehingga soal nomor
8, 9,10 ,13 , 17, 21, 22,dan 24 harus dieliminasi dan dilakukan uji validitas lagi. Karena
syarat soal yang diperbolehkan sebagai instrument pretest adalah harus yang valid. Dalam
uji validitas kedua ini masih terdapat soal yang memiliki hrga korelasi (r) negatif (-). Maka
dari itu, yang dieliminasi terlebih dahulu adalah soal yang mempunyai harga korelasi (r)
negatif (-). Hasil validitas dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut.
Tabel 4.14
Hasil Validitas 3 Item Soal Post-test Nomor
Soal
Harga
korelasi (r)
Keterangan Nomor
Soal
Harga
korelasi (r)
Keterangan
01 .368 Valid 16 .359 Valid
03 .452 Valid 17 .664 Valid
04 .311 Valid 18 .144 Tidak Valid
05 .246 Valid 19 .273 Valid
08 .036 Tidak Valid 20 .311 Valid
09 .348 Valid 21 .144 Tidak Valid
11 .144 Tidak Valid 22 .472 Valid
12 .714 Valid 23 .144 Tidak Valid
13 .554 Valid 24 .274 Valid
15 .624 Valid 25 .624 Valid
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat masih ada 5 soal yang tidak valid yaitu soal
nomor 8, 11, 17, 21, dan 23. Harga korelasi bergerak dari 0,036 sampai dengan 0,697.
Dengan harga korelasi (r) menurut Arikunto (2012) yaitu ≥ 0.2, sehingga soal nomor 1, 8,
dan 16 harus dieliminasi dan dilakukan uji validitas lagi. Karena syarat soal yang
diperbolehkan sebagai instrument pretest adalah harus yang valid. Hasil validitas dapat
dilihat pada tabel 4.15 berikut.
35
Tabel 4.15
Hasil Validitas 4 Item Soal Post-test Nomor
Soal
Harga
korelasi (r)
Keterangan Nomor
Soal
Harga
korelasi (r)
Keterangan
01 .291 Valid 12 .306 Valid
03 .430 Valid 13 .726 Valid
04 .359 Valid 15 .327 Valid
05 .311 Valid 16 .413 Valid
08 .831 Valid 17 .368 Valid
09 .694 Valid 18 .394 Valid
11 .526 Valid 19 .726 Valid
Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa ada 14 item soal tes valid dengan harga
korelasi (r) menunjukkan bahwa koefisien validitas bergerak dari 0,291 sampai 0,831 dan
terdapat empat kriteria validitas yaitu validitas rendah, validitas cukup, validitas tinggi,
dan validitas sempurna. Kriteria validitas rendah berjumlah 7 yaitu nomor 1, 4, 5, 12, 15,
17, dan 18. Kriteria validitas cukup berjumlah 3 yaitu nomor 3, 11, dan 16. Kriteria
validitas tinggi berjumlah 3 yaitu 9, 13, dan 19. Dan kriteria validitas sempurna
berjumlah 1 yaitu 8. Dari 14 soal yang valid maka soal ini dipergunakan untuk post-test.
4.2.2.2.2. Analisis Uji Reliabilitas Instrumen Post-test
Analisis reliabilitas instrumen menggunakan alpha dari Cronbach’s yang
memberikan koefisien reliabilitas sebesar 0,865. Setelah dimasukkan ke dalam program
SPSS.20 didapatkan hasil reliabilitas seperti pada Tabel 4.16 berikut.
Tabel 4.16
Reliabilitas Instrumen Pretest Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.865 16
Setelah dilakukan analisa, hasil menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan
untuk mengukur variabel penelitian dengan berpedoman pada kriteria tingkat reliabilitas
instrumen yang dikemukakan George dan Mallery (1995) bahwa reliabilitas dapat diterima
jika nilainya 0,7 ˂ α ≤ 0,8 (analisis reliabilitas dapat dilihat pada lampiran).
36
Tabel 4.17
Kisi-kisi Soal Post-test Sesudah Validitas dan Reliabilitas
Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Rumusan Soal
8. Memahami sifat
bangun ruang
sederhana dan
hubungan antar
bangun
8.1 Menentukan sifat-
sifat bangun ruang
Mengidentifikasi sifat-sifat
bangun ruang (rusuk, sisi, titik
sudut).
1, 2,
Menentukan sifat-sifat bangun
kubus.
3, 8
Menentukan sifat-sifat bangun
balok. 4, 9, 10
Menentukan sifat-sifat bangun
kerucut. 11
Menentukan sifat-sifat bangun
limas segitiga. 6, 16, 7
Menentukan sifat-sifat bangun
limas segiempat. 5, 13
Mengaplikasikan bentuk bangun
ruang sederhana dengan benda
kongkrit.
12, 14
4.2.2.2.3. Analisis Deskriptif Post-test
Analisis deskriptif nilai post-test kelompok eksperimen SDN Mangunsari dalam
satu kelas yang dibagi menjadi 2, kelompok kontrol dan eksperimen. Ananlisis data ini
mengunakan SPSS Versi 20. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut.
Tabel 4.18
Analisis Deskriptif Post-test
B
Berdasarkan tabel 4.18 dapat disimpulkan nilai minimum kelompok eksperimen
SDN Mangunsari 05 adalah 71.43 nilai maksimum 92.86, rata-rata nilai 82.5257dan
standar diviasi adalah 8.34083. Untuk kelas kontrol SDN Mangunsari 05, nilai minumum
adalah 42.86 nilai maksimum 92.86 nilai rata-rata adalah 67.3486 dan standar deviasinya
sebesar 12.28322.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
kelompok_eksperimen 21 71.43 92.86 82.5257 8.34083
kelompok_kontrol 21 42.86 92.86 67.3486 12.28322
Valid N (listwise) 21
37
Distribusi frekuensi ketuntasan belajar pretest pada kelas eksperimen atau SDN
Mangunsari 05 dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut ini.
Tabel 4.19
Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen atau SDN Mangunsari 05
No Interval x “nilai”
Eksperimen Pretes
Frekuensi Persentase
1 56.25≤ x ≤64.24 1 4.76 %
2 64.25≤ x ≤72.24 6 28.57 %
3 72.25≤ x ≤80.24 4 19.05 %
4 80.25≤ x ≤88.24 8 38.10 %
5 88.25≤ x ≤96.24 2 9.52 %
Jumlah 21 100.00 %
Dari tabel 4.13 dapat diketahui bahwa hasil pretest kelas eksperimen, persentase
yang paling banyak diperoleh oleh siswa kelas V SDN Mangunsari 05 Kecamatan
Sidomukti, Kota Salatiga yaitu skor interval 80.25 sampai 88.24 dengan presentase 38.10%
diperoleh 8 siswa, skor interval 64.25 sampai 72.24 dengan presentase 28.57% diperoleh 6
siswa, skor interval 72.25 sampai 80.24 dengan presentase 19.05 % diperoleh 4 siswa,
skor interval 88.25 sampai 96.24 diperoleh 2 siswa dan skor interval 56.25 sampai 64.24
dengan presentase 4.76% diperoleh 1 siswa skor interval.
Distribusi frekuensi ketuntasan belajar post-test pada kelas kontrol atau SDN
Mangunsari 05 dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut ini.
Tabel 4.20
Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Kelas Eksperimen atau SDN Mangunsari 05
No Interval x “nilai”
Kontrol Post-test
Frekuensi Persentase
1 42.86≤ x ≤52.85 2 9.52%
2 52.86≤ x ≤62.85 3 14.29%
3 62.86≤ x ≤72.85 13 61.90%
4 72.86≤ x ≤82.85 0 0.00%
5 82.26≤ x ≤ 92.85 3 14.29%
Jumlah 21 100.00 %
38
Dari tabel 4.20 dapat diketahui bahwa hasil post-test kelas kontrol, persentase
yang paling banyak diperoleh oleh siswa kelas V SDN Mangunsari 05 Kecamatan
Sidomukti, Kota Salatiga yaitu skor interval 62.86 sampai 72.85 dengan presentase 61.90%
diperoleh 13 siswa, skor interval 52.86 sampai 62.85 dan 82.26 sampai tak hingga masing
masing dengan presentase 14.29% diperoleh 3 siswa, skor interval 42.86 sampai 52.85
dengan presentase 9.52% diperoleh 2 siswa, dan skor interval 72.86 sampai 82.25 dengan
presentase 0% diperoleh 0 siswa.
Berdasarkan tabel 4.20 dapat diketahui bahwa seluruh siswa yang dijadikan
subjek dalam penelitian ini mendapatkan nilai yang bervariasi. Berdasarkan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) khususnya mata pelajaran matematika di SDN Panjang 04
adalah ≥ 62, maka dapat disimpulkan siswa yang tidak tuntas dalam mengikuti
pembelajaran matematika pokok bahasan sifat-sifat bangun ruang sederhana ada 5 orang
siswa atau 23.80%.
Distribusi frekuensi ketuntasan belajar postest pada kelas eksperimen atau SDN
Mangunsari 05 dapat dilihat pada tabel 4.21 berikut ini.
Tabel 4.21
Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Kelas Eksperimen
No Interval x “nilai”
Eksperimen Post-test
Frekuensi Persentase
1 71.43≤ x ≤75.42 5 23.81%
2 75.43≤ x ≤79.42 5 23.81%
3 79.43≤ x ≤83.42 1 4.76%
4 83.43≤ x ≤87.42 3 14.29%
5 87.43≤ x ≤ 97.42 7 33.33%
Jumlah 21 100.00 %
Dari tabel 4.21 dapat diketahui bahwa hasil post-test kelas eksperimen,
persentase yang paling banyak diperoleh oleh siswa kelas IV SDN Mangunsari 05
Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga yaitu skor interval 87.43 sampai tak hingga dengan
presentase 33.33% diperoleh 7 siswa, skor interval 71.43 sampai 75.42 dengan presentase
23.81% diperoleh 5 siswa, skor interval 75.43 sampai 79.42 dengan presentase 23.81%
39
diperoleh 5 siswa, skor interval 83.43 sampai 87.42 dengan presentase 23.33% diperoleh 5
siswa dan skor interval 79.43 sampai 83.42 dengan presentase 4.76% diperoleh 1 siswa.
Berdasarkan tabel 4.21 dapat diketahui bahwa seluruh siswa yang dijadikan
subjek dalam penelitian ini mendapatkan nilai yang bervariasi. Berdasarkan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) khususnya mata pelajaran matematika di SDN Mangunsari
adalah ≥ 62, maka dapat disimpulkan siswa yang tidak tuntas dalam mengikuti
pembelajaran matematika pokok bahasan sifat-sifat bangun ruang sederhana adlah 0% atau
semua lulus.
Kondisi post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dinyatakan dalam bentuk
grafik akan berbentuk seperti grafik berikut.
Grafik 4.22
Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen dan Kontrol
Dari grafik 4.22 di atas dapat dilihat pada kelas eksperimen semua siswa yang
dijadikan sampel tuntas dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan kelas kontrol terdapat
23.81% dari jumlah siswa yang tidak tuntas dalam mengikuti pembelajaran.
4.2.2.2.4. Analisis Uji Normalitas Post-test
Normalitas merupakan uji prasyarat sebelum melakukan uji independent sample
t-tes yang berguna untuk mengetahui apakah data pada variabel kontrol dan eksperimen
40
berdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk dengan bantuan SPSS 20
for Windows. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikan > 0,05, sedangkan
data dikatakan berdistribusi tidak normal jika nilai signifikan < 0,05. Hasil uji normalitas
hasil belajar matematika (post-test) dapat dilihat pada Tabel 4.23.
Tabel 4.23
Hasil Analisis Uji Normalitas Post-test
Tests of Normality
Metode Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai 1.00 .178 21 .081 .861 21 .007
2.00 .227 21 .006 .914 21 .065
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan Tabel 19 di atas diperoleh nilai signifikan untuk kelas eksperimen
adalah 0,007 < 0,05 dan kelas kontrol 0,065 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua
kelas berdistribusi tidak normal, maka dilakukan uji non-parametrik.
4.2.2.2.5. Uji Banding Dua Sampel
Data dari kedua kelas dikatakan memiliki rataan sama jika nilai signifikan >
0,05, sedangkan data dari kedua kelas dikatakan memiliki rataan yang berbeda jika nilai
signifikan < 0,05. Pengujian hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan non
parametric dengan Mann Whitney yang bertujuan untuk melihat perbedaan hasil belajar
matematika pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil analisis dapat dilihat pada
Tabel 4.24
41
Tabel 4.24
Uji Banding Dua Sampel Post-test
Test Statisticsa
VAR00001
Mann-Whitney U 63.500
Wilcoxon W 294.500
Z -4.014
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: VAR00002
Berdasarkan Tabel 20. diperoleh nilai signifikan 0,000 < 0,05, artinya H1
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika kelas eksperimen berbeda
dengan kelas kontrol, artinya hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas
kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Circuit Learning
berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Circuit
Learning terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N Mangunsari 05
KotaSalatiga. Penelitian ini menggunakan kelas IV yang berjumlah 42 kemudian dibagi
menjadi dua kelompok. Kelompok pertama diberi perlakuan menggunakan model
pembelajaran Circuit Learning dan kelompok kedua sebagai kelas yang diajar
menggunakan pembelaran konvensional.Hasil pembelajaran dipengaruhi oleh pelaksanaan
proses pembelajaran sehingga dibutuhkan analisis pelaksanaan proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis pretes diperoleh nilai sig untuk hasil belajar uji
normalitas nilai pretest pada siswa kelas eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran Circuit Learning sebesar 0,205 dan siswa kelas kontrol yang menggunakan
model pembelajaran konvensional didapatkan nilai signifikan 0,252. Sehingga 0,205 dan
0,252 > 0,05, sehingga dapat diartikan jika kedua kelompok data tersebut berdistribusi
normal. Uji homogenitas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol didapatkan nilai
signifikan 0,179 > 0,05 yang artinya kedua data tersebut homogen. sehingga kedua data
42
tersebut memiliki rata-rata yang sama. Hal ini berarti bahwa kelas yang di ajar
menggunakan model pembelajaran Circuit Learning dan konvensional memiliki
kemampuan awal yang sama dalam matematika.
Berdasarkan hasil analisis uji banding dua sampel nonparametric untuk data akhir
(post-test) diperoleh nilai signifikan 0,000 < 0,05, artinya rataan kedua kelas berbeda dan
H1 diterima. Hal ini menunjukkan ada perbedaan antara hasil belajar matematika antara
kelas kelas eksperimen dengan kelas kontrol, yang berarti bahwa model pembelajaran
Circuit Learning berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kelas IV. Hasil analisis
uji banding dua sampel menggunakan uji banding nonparametric karena kedua data tidak
normal. Uji normalitas kedua kelas didapatkan nilai signifikan 0,007< 0,05 dan 0,065 >
0,05, itu berarti data tidak normal.
Berdasarkan Tabel 4.15 perolehan nilai post-test pada kelas yang di ajar
menggunakan model pembelajaran Circuit Learning paling banyak terdapat pada interval
87,43 sampai tak terhingga yaitu sebanyak 7 siswa dengan porsentase 33,33%. Sedangkan
berdasarkan Tabel 4.14 perolehan nilai posttes pada kelas yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional paling banyak terdapat pada interval
62,86-72,85 yaitu sebanyak 13 siswa dengan porsentase 61,90%. Hal ini berarti nilai post-
test menggunakan model pembelajaran Circuit Learning lebih tinggi dari kelas
pembelajaran konvensional.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai post-test kelas
eksperimen dengan model pembelajaran Circuit Learning lebih tinggi dari kelas
menggunakan pembelajaran konvensional. Siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran Circuit Learning lebih antusias memperhatikan penjelasan guru, fokus pada
materi, dan aktif karena siswa dituntut untuk belajar dengan pengetahuannya sendiri
kemudian memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok
kecil pertama untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang diri mereka. Selanjutnya
memberikan mereka kesempatan untuk saling berbagi pemahaman baru itu dengan teman
sekelasnya, Darsim (2011). Hal ini didukung dengan penelitian Dewa Ayu (2013)
penggunaan model pembelajaran Circuit Learning dapat meningkatkan hasil belajar, dan
lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
43
Hasil belajar pada kelas eksperimen lebih baik dan siswa lebih memperhatikan,
disebabkan karena penggunaan model pembelajaran Circuit Learning. Proses pembelajaran
yang memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok – kelompok
kecil, pertama untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang diri mereka dan dunia, dan
selanjutnya memberikan mereka kesempatan untuk saling berbagi pemahaman baru itu
dengan teman – teman sekelasnya. Model pembelajaran Circuit Learning mudah
diterapkan pada semua jenjang pendidikan dan mampu membantu siswa dalam
meningkatkan pengetahuannya dengan mengkonstruk pengetahuan sendiri, berfikir
kompleks ketika menganaisis materinya, memberikan kesempatan berdiskusi dan
bekerjasama dengan teman sekelas. Hal tersebut sependapat dengan Yeyen Yosiduada
(2012) yang menyatakan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Circuit Learning lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar
yang menggunakan metode konvensional.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh
model pembelajaran Circuit Learning terhadap hasil belajar matematika siswa sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Dewa Ayu (2013) dengan hasil penelitiannya yaitu
model pembelajaran Circuit Learning mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil
belajar Siswa. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan “terdapat pengaruh model
pembelajaran Circuit Learning terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD
Mangunsari 05 Kota Salatiga” diterima. Hal ini dapat dilihat dari besarnya signifikan 0,000
< 0,05.
Pembelajaran yang dilakukan pada kelas yang menggunakan model pembelajaran
tipe Circuit Learning terlihat aktivitas siswa yang menunjukan bahwa penggunaan model
pembelajaran Circuit Learning dalam pembelajaran matematika dapat memberikan
pengaruh yang baik terhadap perilaku siswa, temuan aktivitas siswa yang dimaksud adalah
seluruh siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran karena siswa terlibat langsung dalam
pembelajaran dan dapat memahami materi yang disampaikan oleh siswa lain dalam
kelompok, semua siswa terlihat aktif bertanya jawab dan tidak malu atau takut untuk
saling bertanya jawab dengan siswa lain dalam kelompoknya sendiri ataupun kelompok
44
lain, siswa dalam kelompok saling berkompetisi dan bekerjasama untuk menyalurkan ide
kecil untuk menyusun presentasi kelompok.
Hasil temuan pada saat pembelajaran mengindikasikan bahwa penggunaan model
pembelajaran Circuit Learning yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran
matematika pokok bahasan sifat bangun ruang sederhana membuat pembelajaran lebih
menyenangkan, siswa lebih aktif, materi pelajaran yang dijelaskan dapat dipahami, siswa
lebih mudah dalam memahami materi pelajaran dan akan berpengaruh pada hasil belajar
matematika siswa sehingga hasil belajar matematika siswa dapat tercapai secara maksimal.