bab i,ii
TRANSCRIPT
LABORATORIUM PROSES INDUSTRI KIMIA
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAPORAN SEMENTARA
NAMA / NIM : Vincent / 070405041
Rico Chandra / 080405102
Herlinawati / 080405107
KELOMPOK : IV ( Empat )
MODUL : Keseimbangan Padat Adsorpsi Cair
TGL PERCOBAAN : 16 April 2010
Medan, 2010
Asisten,
( M. Ekki Chahyaditha )
1. Volume NaOH tiap titrasi
Hasil Titrasi CA01 CA02 CA03 CA04 CA05
Volume NaOH awal (ml) 18,5 19,7 22,2 23,7 28,5
Volume NaOH setelah setimbang (ml) 8,2 8,9 11,9 12,6 17,4
2. Konsentrasi Asam asetat
Larutan Konsentrasi Awal (CA0) Konsentrasi setimbang (CA)
0,15M 0,185M 0,082M
0,18M 0,197M 0,089M
0,21M 0,222M 0,119M
0,24M 0,237M 0,126M
0,27M 0,285M 0,174M
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, melalui anugerahNya
praktikan dapat mengikuti percobaan kesetimbangan padat adsorpsi cair dan
menyelesaikan laporan ini sesuai dengan format yang telah ditetapkan.
Percobaan ini mendasar sekali bagi mahasiswa teknik kimia, menyadari
bahwa proses dalam industri merupakan sasaran utama pemikiran mahasiswa teknik
kimia. Teknologi adsorpsi ini merupakan salah satu proses penting yang mendasari
dilaksanakannya percobaan ini.
Dengan ini, praktikan juga menyampaikan terima kasih kepada:
a. Koordinator laboratorium Proses Industri Kimia, Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia.
b. Dosen yang menangani modul ini, Drs. Mulia Rambe, MT.
c. Asisten yang menangani modul ini.
d. Rekan – rekan mahasiswa secara istimewa kelompok IV yang membantu
praktikan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penulisan laporan ini.
Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang kami
lakukan. Maka, tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanan maupun dalam tata
penulisan laporan ini. Maka saran – saran dari pembaca dibutuhkan sekali dalam
tujuan menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan serupa ini di masa
mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.
Medan,
Praktikan
ABSTRAK
Percobaan “Keseimbangan padat adsorpsi cair” dilakukan bertujuan untuk mencari persamaan kesetimbangan yang sesuai untuk adsorpsi asam asetat dari air dengan menggunakan karbon aktif. Adsorpsi merupakan suatu proses dimana suatu partikel menempel pada suatu permukaan akibat adanya suatu perbedaaan muatan lemah sehingga terbentuk suatu lapisan-lapisan halus pada partikel tersebut. Proses adsorpsi menggunakan suatu adorben yang dapat mempermudah penyerapan, dalam percobaan ini adsorben yang digunakan adalah karbon aktif. Prosedur percobaan ini adalah dibuat larutan asam asetat dan NaOH, ditambahkan karbon aktif ke dalam larutan, karbon aktif disaring dengan kertas saring, larutan dititrasi dengan menggunakan NaOH, kemudian dicatat volume NaOH yang digunakan. Setelah dilakukan percobaan adsorpsi maka dapat diperoleh nilai R2 untuk persamaan Langmuir adalah 0,359; untuk persamaan Freundlich diperoleh nilai R2 sebesar 0,378; sedangkan persamaan BET R2 adalah 0,98. Dari grafik BET diperoleh nilai interceptnya -0,244. Untuk Persamaan kesetimbangan yang sesuai dengan percobaan adalah persamaan BET, karena nilai R2 yang mendekati 1.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bagi industri kimia, proses adsorpsi bukanlah hal yang asing lagi. Hampir
semua industri kimia melibatkan proses adsorpsi, baik dalam pengolahan air minum
maupun dalam sintesis resin, dll, dimana proses adsorpsi sangat berhubungan dengan
tegangan permukaan dan adsorpsi juga berhubungan dengan permukaan energi.
Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul-molekul gas atau
cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekul-
molekul tadi mengembun pada permukaan padatan tersebut. Jika interaksi antara
padatan dan molekul yang mengembun relatif lemah maka proses ini disebut
adsorpsi fisik dan hanya terjadi karena gaya Van der Waals.
Dalam proses adsorpsi diperlukan zat yang dapat mengadsorpsi yang disebut
dengan adsorben. Karena pori-pori adsorben biasanya sangat kecil maka luas
permukaan dalamnya menjadi beberapa kali lebih besar dari permukaan luar.
Adsorben yang telah jenuh dapat diregenerasi agar dapat digunakan kembali untuk
proses adsorpsi. Salah satu jenis adsorben yang sering digunakan adalah karbon aktif,
yaitu bahan yang mengandung karbon yang telah ditingkatkan daya adsoprsinya.
Karbon aktif memiliki kemampuan penyerapan yang tinggi karena memiliki luas
permukaan antara 500-2000 m2/gram. Dengan semakin berkembangnya penggunaan
karbon aktif sebagai adsorben maka perlu ditingkatkan efisiensinya dalam proses
adsorpsi.
1.2 Perumusan Masalah
Pokok permasalahan pada percobaan ini adalah untuk mengetahui konsep
kesetimbangan dan mencari kesamaan kesetimbangan dengan menggunakan karbon
aktif sebagai adsorben.
1.3 Tujuan Percobaan
Percobaan Kesetimbangan padat adsorpsi cair ini dilakukan bertujuan untuk
mencari persamaan kesetimbangan yang sesuai untuk adsorpsi asam asetat dari air
dengan menggunakan karbon aktif.
1.4 Manfaat Percobaan
Dari percobaan yang dilakukan dapat diperoleh manfaat yaitu kita dapat
mengetahui persamaan kesetimbangan apa yang sesuai untuk adsorpsi asam asetat
dari air dengan menggunakan karbon aktif.
1.5 Ruang Lingkup Percobaan
Percobaan dilakukan pada ruang laboratorium Proses Industri Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara. Dengan kondisi :
1. Suhu : 300C
2. Tekanan : 760 mmHg
Bahan yang akan diadsorpsi adalah Asam Asetat dari air 0,15 M, 0,18 M,
0,21 M, 0,24 M, dan 0,27 M sebanyak 100 ml, untuk menentukan persamaan yang
sesuai, terlebih dahulu membuat larutan blanko yang kemudian dititrasi dengan
menggunakan NaOH 1 M. Setelah diperoleh nilai konsetrasi blanko lalu sampel
diadsorpsi dengan menggunakan karbon aktif sebanyak 2,5 gr. Asam ditrasi dengan
menggunakan NaOH 1 M dan dihitung nilai konsentrasinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Adsorpsi
Adsorpsi adalah terserapnya atau terikatnya suatu substansi (adsorbat) pada
permukaan yang dapat menyerap (adsorben). Adsorpsi dapat terjadi antara dua zat
padat dan zat cair, zat padat dengan gas, zat cair dengan zat cair, dan zat cair dengan
gas. Adsorpsi terjadi karena molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair
yang memiliki gaya tarik dalam keadaan yang tidak setimbang yang cenderung
tertarik ke arah dalam (gaya kohesi adsorben lebih besar daripada gaya adhesinya).
Ketidakseimbangan gaya tairk tersebut mengakibatkan zat padat atau zat cair yang
digunakan sebagai adsorben cenderung menarik zat-zat lain yang bersentuhan
dengan permukaannya.
Unit operasi adsorpsi biasanya dilakukan dalam proses pemisahan atau
beberapa komponen dari suatu sistem campuran dengan memanfaatkan fenomena
ini. Dalam operasi ini, molekul-molekul yang terembunkan tadi disebut adsorbat dan
permukaan kontaknya disebut adsorben.
Peralatan adsorpsi secara kontinu dengan menggunakan unggun diam dapat
dikembangkan sebagai salah satu alternatif untuk proses adsorpsi. Dengan
mengetahui daerah penyerapan atau zona transfer massa maka kita dapat
mengefektifkan proses adsorpsi. Proses adsorpsi ini akan menggunakan karbon aktif
sebagai adsorbennya, yang ditempatkan sebagai unggun tetap. Larutan adsorben
yang mengandung benzena dan toluena dalam pelarut air akan dilewatkan secara
kontinu melalui unggun sampai adsorben mengalami kejenuhan.
Adsorpsi atau sering disebut dengan jeratan, yaitu merupakan suatu proses
dimana suatu partikel yang menempel pada suatu permukaan akibat adanya suatu
perbedaan muatan lemah diatara kedua benda, sehingga ahirnya akan terbentuk suatu
lapisan tipis partikel-partikel halus pada permukaan tersebut.
Permukaan karbon yang mampu menarik molekul organik misalnya
merupakan salah satu contoh mekanisme jerapan, begitu juga yang terjadi pada antar
muka air-udara, yaitu mekanisme yang terjadi pada suatu protein skimmer. Molekul
organik bersifat polar sehingga salah satu ujungnya akan cenderung tertarik pada air
(disebut sebagai hidrofilik/suka air) sedangkan ujung yang lain bersifat hidrofobik
(benci air). Permukaan molekul aktif seperti ini akan tertarik pada antarmuka air-gas
pada permukaan gelembung udara, sehingga molekul-molekul tersebut akan
membentuk suatu lapisan tipis disana dan membentuk buih/busa. Dalam suatu
protein skimmer; ketika gelembung udara meninggalkan air menuju tampungan busa,
gelembung udara tersebut akan kolaps sehingga pada akhirnya bahan-bahan organik
akan tertinggal pada tampungan busa yang bersangkutan.
Adsorpsi berhubungan dengan banyak proses,seperti proses kimia, fisika, dan
proses biologi, dan yang paling banyak digunakan dalam aplikasi proses industri
yang biasanya digunakan dalam pemurnian air minum, sintesis resin, dll.
Berhubungan dengan tegangan permukaan, adsorpsi berhubungan dengan permukaan
energi (Mengstein, 2008).
Berdasarkan interaksi molekular antara permukaan adsorben dengan
adsorbat, adsorpsi dibagi menjadi dua bagian, yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi
kimia (Mengstein, 2008).
2.1.1 Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika terjadi apabila gaya intermolekular lebih besar dari gaya tarik
antar molekul atau gaya tarik menarik yang relatif lemah antara adsorbat dengan
permukaan adsorben, gaya ini disebut gaya Van der Waals sehingga adsorbat dapat
bergerak dari suatu bagian permukaan ke bagian permukaan lain dari adsorben.
Gaya antar molekul adalah gaya tarik antara molekul-molekul fluida dengan
permukaan padat, sedangkan gaya intermolekular adalah gaya tarik antar molekul-
molekul fluida itu sendiri. Adsorpsi ini berlangsung cepat, dapat membentuk lapisan
jamak (multilayer), dan dapat bereaksi balik (reversible), karena energi yang
dibutuhkan relatif rendah. Energi aktivasi untuk terjadinya adsorpsi fisika biasanya
adalah tidak lebih dari 1 kkal/gr-mol, sehingga gaya yang terjadi pada adsorpsi fisika
termasuk lemah. Adsorpsi fisika dapat berlangsung di bawah temperatur kritis
adsorbat yang relatif rendah sehingga panas adsorpsi yang dilepaskan juga rendah
yairu sekitar 5 – 10 kkal/gr-mol gas, lebih rendah dari panas adsorpsi kimia.
2.1.2 Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia terjadi karena adanya reaksi antara molekul-molekul adsorbat
dengan adsorben dimana terbentuk ikatan kovalen dengan ion. Gaya ikat adsorpsi ini
bervariasi tergantung pada zat yang bereaksi. Adsorpsi jenis ini bersifat tidak
reversible dan hanya dapat membentuk lapisan tunggal (monolayer). Umumnya
terjadi pada temperatur tinggi di atas temperatur kritis adsorbat, sehingga panas
adsorpsi yang dilepaskan juga tinggi, yaitu sekitar 10 – 100 kkal/gr-mol. Untuk dapat
terjadinya peristiwa desorpsi dibutuhkan energi lebih tinggi untuk memutuskan
ukatan yang terjadi anatara adsorbat dengan adsorben. Energi aktivasi pada adsorpsi
kimia berkisar antara 10 – 60 kkal/gr-mol (Mengstein, 2008).
Tabel 2.1 Tabel perbedaan antara adsorpsi fisika dengan adsorpsi kimia
No Parameter Adsorpsi Fisika Adsorpsi Kimia
1 Adsorben Semua jenis Terbatas
2 Adsorbat Semua gas Kecuali gas mulia
3 Jenis ikatan Fisika Kimia
4 Panas adsorpsi 5-10 kkal/gr-mol gas 10-100 kkal/gr-mol
5 Temperatur operasiDi bawah temperatur
kritisDi atas temperatur kritis
6 Energi aktivasiKurang dari 1 kkal/gr-
mol10-60 kkal/gr-mol
7 Reversibilitas Reversible Tidak selamanya reversible
8 Tebal lapisan Banyak (multilayer) Satu (monolayer)
9 Kecepatan adsorpsi Besar Kecil
10 Jumlah zat teradsorpSebanding dengan
kenaikan tekanan
Sebanding dengan
banyaknya inti aktif
adsorben yang dapat
bereaksi dengan adsorbat
(Mengstein,2008)
2.2 Adsorben
Kebanyakan zat pengadsorpsi atau adsorben adalah bahan-bahan yang sangat
berpori, dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding-dinding pori atau pada
daerah tertentu di dalam partikel itu. Karena pori-pori adsorben biasanya sangat kecil
maka luas permukaan dalamnya menjadi beberapa kali lebih besar dari permukaan
luar. Adsorben yang telah jenuh dapat diregenerasi agar dapat digunakan kembali
untuk proses adsorpsi (Jauhar, Edo, dan Haryo, 2007).
Adsorben biasanya digunakan dalam betuk pellet spiral, berbentuk jamur,
atau monolitik dengan diameter antara 0,5 dan 10 mm. Adsorben harus memiliki
resisitansi abrasi yang besar, stabilitas termal yang tinggi, dan diameter kutup yang
kecil, dimana memiliki permukaan area yang luas dan kapasitas permukaan adsorpsi
yang besar. Jarak permukaan adsorben haruslah kecil dan memiliki transportasi
penguapan yang cepat (Anonim, 2010c).
Ada 3 jenis adsorben yang sering digunakan dalam industri, yaitu :
a. Adsorben yang terdiri dari komponen oksigen
Jenis adsorben ini merupakan adsorben yang berbentuk hidrofilik dan polar.
contohnya adalah silika gel dan zeolit
b. Adsorben yang terdiri dari komponen karbon
Jenis adsorben ini bersifat hidrofobik, dan tidak polar.
contohnya adlah graphit dan karbon aktif
c. Adsorben yang terdiri komponen polimer
Jenis adsorben ini bersifat polar dan nonpolar.
contohnya adalah matriks polimer (Anonim, 2010c).
Adsorben dapat dibagi berdasarkan :
2.2.1 Berdasarkan Sifatnya Terhadap Air
Adsorben merupakan bahan yang digunakan untuk menyerap komponen dari
suatu campuran yang ingin dipisahkan. Secara umum, hal yang mempengaruhi
kinerja adsorben adalah struktur kristalnya (zeolit dan silikat) dan sifat dari
molecular sieve adsorben tersebut. Zeolit dalam jumlah yang banyak telah ditemukan
baik dalam bentuk sistetis ataupun alami. Berikut adalah klasifikasi umum adsorben.
Tabel 2.2 Pembagian Adsorben berdasarkan sifatnya terhadap air
Jenis Penyusun Struktur
Hidrofobik Polimer Karbon Aktif Molekular sieve karbon, Silikat
Hidrofilik Silika Gel, Alumina Aktif Zeolit, Mardenite, Chabazite
(Jauhar, Edo, dan Haryo, 2007)
2.2.2 Berdasarkan Bahannya
Klasifikasi adsorben berdasarkan bahannya dibagi menjadi dua , yaitu:
1. Adsorben Organik
Adsorben organik adalah adsorben yang berasal dari bahan-bahan yang
mengandung pati. Adsorben ini sudah mulai digunakan sejak tahun 1979 untuk
mengeringkan berbagai macam senyawa. Beberapa tumbuhan yang biasa digunakan
untuk adsorben diantaranya adalah ganyong, singkong, jagung, dan gandum.
Kelemahan dari adsorben ini adalah sangat bergantung pada kualitas tumbuhan yang
akan dijadikan adsorben.
2. Adsorben Anorganik
Adsorben ini mulai dipakai pada awal abad ke-20. Dalam perkembangannya,
pemakaian dan jenis dari adsorben ini semakin beragam dan banyak dipakai orang.
Penggunaan adsorben ini dipilih karena berasal dari bahan-bahan non pangan,
sehingga tidak terpengaruh oleh ketersediaan pangan dan kualitasnya cenderung
sama (Jauhar, Edo, dan Haryo, 2007).
2.2.3 Berdasarkan Ukuran Pori
Tabel 2.3 Jenis Adsorben berdasarkan ukuran pori
Tipe Diameter Pori (ω) Karakter
Mikropori ω < 2 nm Superimposed wall potentials
Mesopori 2 nm < ω <50 nm Kondensasi kapiler
Makropori ω > 50 nm Efektif pada dinding tipis
(Jauhar, Edo, dan Haryo, 2007)
Pada mikropori, diameter antarpori sangat kecil sehingga terjadi tarik
menarik antara dinding pembentuk pori yang saling berlawanan. Tarik-menarik
tersebut menimbulkan energi potensial sehingga menghasilkan hasil penyerapan
yang kuat. Pada makropori, terjadi difusi molekul ke dalam partikel pori. Untuk
adsorpsi fasa gas, molekul tidak akan mengisi adsorbat sampai fasa gas menjadi
jenuh (Jauhar, Edo, dan Haryo, 2007).
2.3 Aplikasi Adsorpsi
Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak atsiri, seperti
minyak nilam, sereh wangi yang dikenal sebagai Java cittronellal oil, akar wangi,
pala, kenanga, daun cengkeh, dan cendana. Namun, teknik penyulingan minyak atsiri
yang selama ini diusahakan para petani, masih dilakukan secara sederhana dan belum
menggunakan teknik penyulingan secara baik dan benar. Selain itu, penanganan hasil
setelah produksi belum dilakukan secara maksimal, seperti pemisahan minyak
setelah penyulingan, wadah yang digunakan, penyimpanan yang tidak benar, maka
akan terjadi proses-proses yang tidak diinginkan, yaitu oksidasi, hidrolisa ataupun
polimerisasi. Biasanya minyak yang dihasilkan akan terlihat lebih gelap dan
berwarna kehitaman atau sedikit kehijauan akibat kontaminasi dari logam Fe dan Cu.
Hal ini akan berpengaruh terhadap sifat fisika kimia minyak. Untuk itu, proses
penyulingan minyak yang baik dan benar perlu diketahui secara lebih rinci, sehingga
minyak yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan mutu yang ada.
Kualitas atau mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah dari
masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di dalamnya;
adanya bahan-bahan asing akan merusak mutu minyak atsiri. Komponen standar
mutu minyak atsiri ditentukan oleh kualitas dari minyak itu sendiri dan
kemurniannya. Kemurnian minyak bisa diperiksa dengan penetapan kelarutan uji
lemak dan mineral.
Pemurnian merupakan suatu proses untuk meningkatkan kualitas suatu bahan
agar mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Beberapa metode pemurnian yang
dikenal adalah secara kimia ataupun fisika. Pemurnian secara fisika memerlukan
peralatan penunjang yang cukup spesifik, akan tetapi minyak yang dihasilkan lebih
baik, karena warnanya lebih jernih dan komponen utamanya menjadi lebih tinggi.
Untuk metode pemurnian kimiawi bisa dilakukan dengan menggunakan peralatan
yang sederhana dan hanya memerlukan pencampuran dengan adsorben atau senyawa
pengomplek tertentu.
Proses pemurnian bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa metode,
yaitu secara fisika dan kimia. Hal ini terkait dengan sifat minyak atsiri yang terdiri
dari 3 berbagai komponen kimia dan secara alami terbentuk pada tanaman sesuai
dengan tipe komponen yang berbeda dari setiap tanaman. Proses pemurnian secara
fisika bisa dilakukan dengan mendistilasi ulang minyak atsiri yang dihasilkan
(redestillation) dan distilasi fraksinasi dengan pengurangan tekanan. Untuk proses
secara kimia dengan adsorpsi menggunakan adsorben tertentu seperti bentonit, arang
aktif, zeolit, menghilangkan senyawa terpen (terpeneless) untuk meningkatkan efek
flavoring, sifat kelarutan dalam alkohol encer, kestabilan dan daya simpan dari
minyak, dan larutan senyawa pembentuk kompleks seperti asam sitrat, asam tartarat.
Adsorpsi adalah proses difusi suatu komponen pada suatu permukaan atau
antar partikel. Dalam adsorpsi terjadi proses pengikatan oleh permukaan adsorben
padatan atau cairan terhadap adsorbat atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul
lainnya. Untuk proses tersebut, bisa digunakan adsorben, baik yang bersifat polar
(silika, alumina dan tanah diatomae) ataupun non polar (arang aktif). Secara umum
proses pemurnian secara kimia sesuai dengan diagram alir Gambar 2.1 (Hernani dan
Tri, 2006).
Gambar 2.1 Flowchart pemurnian dengan adsorben
(Hernani dan Tri, 2006)