bab ii tinjauan pustaka dan landasan teori a. tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/anis permata...

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian yang sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya sangat penting untuk diungkapkan karena dapat dipakai sebagai sumber informasi dan bahan acuan yang sangat berguna. Penelitian tentang implikatur dalam sebuah wacana banyak dilakukan baik itu dalam skripsi, makalah maupun tulisan ilmiah yang lainnya. Pengkajian implikatur dalam wacana dipandang dari berbagai sudut ilmu salah satunya adalah disiplin ilmu pragmatik. Penelitian tentang implikatur dalam sebuah wacana dilakukan oleh Laela ( 2004) dalam skripsinya yang berjudul “ Implikatur dalam Wacana Komik pada Majalah Bobo”. Tulisan ilmiah tersebut menganalisis tentang tuturan dalam wacana komik pada majalah Bobo yang berjumlah 99 tuturan yang mengandung implikatur. Persamaan penelitian Nur Laela dengan yang dilakukan peneliti adalah sama-sama mengkaji bidang pragmatik, khususnya masalah implikatur. Adapun perbedaannya adalah sasaran kajian penelitian. Peneliti memilih objek Wacana Pojok Semarangan dalam harian Suara Merdeka, sedangkan peneliti Laela memilih Wacana dalam Komik dalam Majalah Bobo. Sementara itu, penelitian lain di bidang pragmatik yang berkaitan dengan kolom pojok juga dilakukan oleh Widyaningsih ( 2006) dalam skripsinya yang berjudul” Analisis Pragmatik Tuturan dalam Ko lom Pojok Semarangan Harian 14 Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Upload: others

Post on 22-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya sangat penting

untuk diungkapkan karena dapat dipakai sebagai sumber informasi dan bahan

acuan yang sangat berguna. Penelitian tentang implikatur dalam sebuah wacana

banyak dilakukan baik itu dalam skripsi, makalah maupun tulisan ilmiah yang

lainnya. Pengkajian implikatur dalam wacana dipandang dari berbagai sudut ilmu

salah satunya adalah disiplin ilmu pragmatik.

Penelitian tentang implikatur dalam sebuah wacana dilakukan oleh Laela (

2004) dalam skripsinya yang berjudul “ Implikatur dalam Wacana Komik pada

Majalah Bobo”. Tulisan ilmiah tersebut menganalisis tentang tuturan dalam

wacana komik pada majalah Bobo yang berjumlah 99 tuturan yang mengandung

implikatur.

Persamaan penelitian Nur Laela dengan yang dilakukan peneliti adalah

sama-sama mengkaji bidang pragmatik, khususnya masalah implikatur. Adapun

perbedaannya adalah sasaran kajian penelitian. Peneliti memilih objek Wacana

Pojok Semarangan dalam harian Suara Merdeka, sedangkan peneliti Laela

memilih Wacana dalam Komik dalam Majalah Bobo.

Sementara itu, penelitian lain di bidang pragmatik yang berkaitan dengan

kolom pojok juga dilakukan oleh Widyaningsih ( 2006) dalam skripsinya yang

berjudul” Analisis Pragmatik Tuturan dalam Kolom Pojok Semarangan Harian

14 Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

15

Suara Merdeka” . Skripsinya tersebut mengemukakan tentang analisis pragmatik

untuk menentukan bentuk tuturan kolom Pojok Semarangan Harian Suara

Merdeka yang terdiri atas bentuk tuturan langsung literal, tuturan tidak langsung

literal, dan tuturan tidak langsung tidak literal. Dalam data tersebut lebih banyak

ditemukan bentuk jenis tuturan tidak langsung tidak literal. Hal ini dimaksudkan

untuk memperhalus tuturan atau mempersopan cara penyampaiannya. Selain

bentuk tuturan, skripsi tersebut juga membahas maksud tuturan. Data tentang

maksud tuturan meliputi kritikan, sindiran, dan penegasan.

Penelitian Widyaningsih dan penelitian ini sama-sama mengkaji wacana

pojok sebagai salah satu ragam jurnalistik dari segi pragmatik, tetapi objek

pembahasan berbeda. Penelitian Widyaningsih membahas bentuk-bentuk tuturan

yang terdapat pada kolom Pojok, sedangkan peneliti mengkaji implikatur pada

kolom Pojok tersebut.

B. Landasan Teori

1. Hakekat Bahasa

Hampir dalam semua aspek kehidupan manusia tidak bisa lepas dari

penggunaan bahasa. Bahasa sebagai bagian hidup yang bersifat universal

memiliki peran penting yang tidak mungkin dilepaskan dari kehidupan manusia.

Menurut definisi Kridalaksana ( 2008: 24), bahasa adalah sistem lambang bunyi

yang bersifat arbiter yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk

bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.

Definisi serupa juga telah dikemukakan Moeliono (1989: 66), yaitu

bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat sewenang-wenang dan

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

16

konvensional, dan dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan

pikiran.

Menurut Blonch dan Trager (dalam Parera 1991: 26) bahasa adalah sebuah

sistem simbol bunyi yang arbiter sebagai alat yang dipergunakan oleh kelompok

sosial untuk bekerja sama.

Ronald Wardaugh ( dalam Parera 1991: 26) mendefinisikan “ bahasa

adalah sistem simbol bunyi yang arbiter yang dipergunakan untuk komunikasi

manusia”.

Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa mengambil hal-hal pokok

berkaitan dengan definisi tersebut, yaitu:

1. Bahasa adalah sebuah sistem vokal atau sistem lambang bunyi.

2. Bahasa bersifat arbiter atau sewenang-wenang, artinya bahwa antara bunyi

bahasa dan yang bersimbolkannya tidak harus berhubungan.

3. Bahasa memiliki fungsi utama sebagai alat berinteraksi / berkomunikasi antar

anggota masyarakat pemakai bahasa tersebut.

4. Bahasa adalah sesuatu yang bersumber dari dalam tubuh kita, yang keluar dari

tenggorokan, dan diungkapkan baik secara lisan maupun tulisan.

2. Wacana

Wacana ( discourse) adalah suatu bahasa terlengkap, dalam hierarki

gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini

direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh ( novel, buku, seri ensiklopedi

dan sebagainya), paragraf kalimat atau kata yang membawa amanat yang

lengkap (Kridalaksana, 2008: 259).

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

17

Sebuah tulisan adalah sebuah wacana, akan tetapi apa yang dinamakan

wacana itu tidak hanya tulisan. Seperti yang diterangkan pada kamus webters

(dalam Sobur, 2006: 10) sebuah pidato pun adalah wacana juga. Hal ini sesuai

dengan pendapat Tarigan (1993: 23) yaitu istilah wacana tidak hanya mencakup

percakapan atau obrolan tetapi, juga pembicaraan dimuka umum, tulisan, serta

upaya-upaya formal, seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon.

Menurut Stubbs ( dalam Tarigan 1993: 25) wacana adalah organisasi

bahasa di atas kalimat atau klausa. Dengan kata lain wacana adalah unit-unit

linguistik yang lebih besar daripada kalimat atau klausa, seperti pertukaran-

pertukaran percakapan atau teks-teks tertulis. Deese ( dalam Tarigan, 1993: 25)

berpendapat bahwa wacana adalah seperangkat proposisi yang saling

berhubungan untuk menghasikan rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak

atau pembaca.

Frith ( dalam Sobur, 2006:10) mengemukakan language as only

meaningful in its context situation. Ia berpendapat bahwa pembahasan wacana

pada dasarnya merupakan pembahasan terhadap hubungan antara konteks –

konteks di dalam teks. Pembahasan itu bertujuan menjelaskan hubungan antara

kalimat atau antara ujaran (utterance) yang membentuk wacana.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat dirangkum pengertian

wacana, yaitu seperangkat proposisi yang saling berhubungan, dan satuan

gramatikal tertinggi atau terbesar yang dinyatakan dalam bentuk karangan yang

utuh ( novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat, atau kata

untuk menghasilkan rasa kepaduan bagi penyimak atau pembaca.

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

18

3. Bahasa Jurnalistik

Dalam ( Moeliono, 1989: 370) bahasa jurnalistik diartikan sebagai hal-hal

yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran. Jadi, bisa dikatakan bahasa

jurnalistik adalah bahasa yang digunakan dalam persuratkabaran.

Ragam bahasa jurnalistik memiliki karakteristik tersendiri berbeda dengan

ragam bahasa yang lainnya. Karateristik bahasa jurnalistik antara lain adalah

kalimatnya pendek, ringkas, padat dan berisi. Selain bahasanya itu mudah

dimengerti oleh semua kalangan masyarakat. Hal ini senada dengan pendapat

Djuroto, ( 2000: 5) yaitu bahasa pers adalah bahasa yang praktis, efisien, dan

efektif bagi semua orang.

Anwar ( 1984: 12) memberitahukan patokan dalam menggunakan bahasa

jurnalistik, yaitu gunakan kalimat-kalimat pendek, gunakan bahasa biasa yang

mudah dipahami orang, gunakan bahasa tanpa kalimat majemuk, gunakan bahasa

dengan kalimat yang aktif, gunakan bahasa yang padat dan kuat dan gunakan

bahasa yang positif.

Kesimpulannya, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan dalam

bidang persuratkabaran atau berkaitan erat dengan dunia kewartawanan yang

memiliki ciri-ciri kalimatnya pendek, ringkas, padat, berisi dan mudah dipahami

oleh pembacanya.

4. Wacana kolom “ Pojok Semarangan” dalam Harian Suara Merdeka

Di dalam Moeliono, ( 1989: 451) dijelaskan kolom pojok merupakan

bagian khusus dalam surat kabar atau majalah. Kolom tersebut berupa bagian-

bagian vertikal pada halaman cetak yang dipisahkan oleh garis tebal atau ruang

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

19

kosong seperti dalam surat kabar. Penulis kolom tersebut dinamakan kolumnis.

Hal ini yang membedakan tulisan kolom dengan tulisan surat kabar lainnya.

Dalam surat kabar, kolom dimasukkan dalam jenis tulisan pojok. Pojok

“ Semarangan” merupakan tempat dewan redaksi menyatakan sikap dan

pandangan budayanya. Dalam Moeliono ( 1989: 778) dinyatakan bahwa pojok

dalam surat kabar adalah lajur di sudut surat kabar, tempat karangan yang

pendek, berisikan hal-hal yang ringan, tetapi mengandung kritikan atau sindiran.

Menurut Djuroto, (2000: 81) berpendapat bahwa penulisan pojok biasanya

menggunakan huruf yang berbeda dengan huruf yang digunakan penerbitannya.

Pojok menggunakan kolom kecil dengan kalimat-kalimat pendek yang

menggelitik. Rubrik ini biasanya mempunyai penggemar tersendiri. Bahkan ada

kalanya pembaca menjadi merah raut mukanya, jika sentilan dari pojok ini

mengena padanya. Nama pojok dalam rubrik ini, semula karena penempatannya

selalu di pojok atau sudut halaman opini surat kabar.

Harian Suara Merdeka sebagai salah satu koran yang telah didirikan sejak

tanggal 11 Februari 1950 telah memiliki komunitas pembaca yang cukup luas.

Kolom pojok dihadirkan dalam Harian Suara Merdeka di halaman 7. Adapun

pengasuh kolom Pojok Semarangan adalah Sirpong. Tiap hari Redaksi

menghadirkan pojok dengan dua topik aktual dari sejumlah berita yang

dihadirkan, terkecuali Hari Raya Besar.

Kesimpulannya, Pojok “Semarangan” adalah opini penerbit yang

penyajiannya dilakukan secara humor. Sentilan lucu terhadap sesuatu kejadian

yang dimuat dalam penerbitannya. Beda dengan tajuk, pojok ditulis amat singkat,

lugas, menohok, tetapi tidak kehilangan ketepatan dan antisipasi permasalahan

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

20

yang di “pojok” kan. Penulis pojok bisa dilakukan oleh pemimpin redaksi,

wartawan senior, atau orang lain yang dipercaya bisa mewakili penerbitnya.

5. Pengertian Pragmatik

Batasan mengenai pragmatik banyak disampaikan oleh para ahli linguistik

baik dari dalam maupun dari luar negeri. Levision ( dalam Suyono, 1990: 1)

memberikan beberapa batasan tentang pragmatik. Batasan tersebut mengatakan

bahwa pragmatik adalah kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang

mendasari penjelasan pengertian bahasa.

Pernyataan tersebut memberi maksud bahwa pemakaian bahasa harus

memperhatikan konteks-konteks yang mewadahinya. Konteks-konteks tersebut

ikut menentukan makna suatu ujaran.

Menurut Wijana (1996:1) pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang

mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan

itu digunakan dalam komunikasi. Pragmatik adalah aspek-aspek pemakaian

bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna

ujaran (Kridalaksana, 2008: 198).

Sementara itu, Purwo ( 1984: 16) berpendapat bahwa pragmatik adalah

telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup dalam teori semantik.

Maksud telaah pragmatik adalah makna setelah dikurangi semantik. Perbedaan

yang mendasar diantara keduanya adalah semantik menelaah makna kalimat

(sentences), sedangkan pragmatik menelaah makna tuturan ( ulterance).

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

21

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji maksud suatu tuturan, baik

tersirat maupun tersurat dengan mempertimbangkan makna dan konteks untuk

memahaminya.

Leech ( dalam Wijana, 1996: 12) memberikan asumsi bahwa aspek-aspek

yang dipertimbangkan dalam studi pragmatik adalah :

a. Penutur dan lawan tutur

Konsep ini juga mencakup penulis dan pembaca bila tuturan yang

bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek-aspek yang berkaitan

dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar belakang sosial, ekonomi,

jenis kelamin tingkat keakraban dan lain-lain.

b. Konteks tuturan

Konteks tuturan adalah konteks dalam semua aspek fisik atau setting sosial

yang relevan dengan tuturan yang bersangkutan. Konteks yang bersifat fisik

lazim disebut koteks ( cotext) sedangkan konteks setting sosial disebut konteks.

Dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah semua latarbelakang

pengetahuan ( backgrund knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan

lawan tutur.

c. Tujuan tuturan

Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh

maksud dan tujuan tertentu. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk tuturan yang

bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama atau

sebaliknya berbagai maksud dapat diutarakan dengan tuturan yang sama.

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

22

d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan tindak ujar

Gramatika menangani unsur-unsur kebahasaan sebagai entitas yang abstrak

(wujud statis yang abstrak), seperti kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam

studi semantik, sedangkan pragmatik berhubungan dengan tindakan verbal

(verbal act) yang terjadi dalam situasi tertentu.

e. Tuturan sebagai produk tindak verbal

Tuturan yang digunakan dalam pragmatik, seperti yang dikemukakan dalam

kriteria keempat merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh karenannya, tuturan

yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal.

6. Implikatur

a. Pengertian Implikatur

Menurut Grice (dalam Wijana, 1996: 37-38), dalam artikelnya yang

berjudul Logic and Conversation, sebuah tuturan dapat mengimplikasikan

proposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan bersangkutan. Proposisi yang

diimplikasikan itu disebut implikatur ( implicatur). Karena implikatur bukan

merupakan bagian tuturan yang mengimplikasikannya, hubungan kedua proposisi

itu bukan merupakan konsekuensi mutlak ( necessarycosequence).

Sementara itu Lubis ( 1993: 67) berpendapat bahwa implikatur adalah arti

atau aspek arti pragmatik. Dengan demikian hanya sebagian saja arti literal

(harfiah) yang turut mendukung implikatur dari sebuah kalimat. Selebihnya

didukung oleh fakta-fakta di sekeliling kita ( atau dunia ini), situasi dan

kondisinya.

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

23

Implikatur tuturan dipahami melalui inferensi terhadap pembicaraan /

percakapan. Inferensi tersebut adalah proses interpretasi yang ditentukan oleh

situasi dan konteks. Berdasarkan situasi dan kondisi si pendengar dalam

percakapan menduga kemauan si pembicara dan dengan itu pula si pendengar

memberikan responnya.

Jadi konsep implikatur ini dipakai untuk menerangkan perbedaan yang

sering terdapat antara „apa yang diucapkan‟ dengan apa yang diimplikasikan (atau

implikatur).

Adapun faedah konsep implikatur menurut Levinson (dalam Lubis, 1991:

70-71) adalah sebagai berikut:

1. Dapat memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta kebahasaan yang

terjangkau oleh teori linguistik.

2. Dapat memberikan penjelasan yang tegas tentang perbedaan lahiriah dari yang

dimaksud si pemakai bahasa.

3. Dapat memberikan pemerian semantik yang sederhana tentang hubungan

klausa yang dihubungkan dengan kata penghubung yang sama.

4. Dapat memberikan berbagai fakta yang secara lahiriah kelihatan tidak

berkaitan, malah berlawanan ( seperti metafora).

b. Jenis Implikatur

Dalam sebuah implikatur diketahui ada jenis implikatur yang akan di

jelaskan menurut para ahli bahasa antara lain:

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

24

Grice dalam Mulyana ( 2005: 12) menyatakan, bahwa ada dua jenis

implikatur, yaitu (1) conventional implicature (implikatur konvensional) dan (2)

conversation implicature ( implikatur percakapan).

1) Implikatur Konvensional ( Convensional Implicature)

Implikatur konvensional adalah pengertian yang bersifat umun dan

konvensional ( Mulyana, 2005:12). Sedangkan Grice ( dalam Leech 1993: 17)

mengatakan bahwa implikatur konvensional ( conventional implicature), yaitu

implikasi pragmatik yang diperoleh langsung dari makna kata, bukan dari

prinsip-prinsip percakapan.

Implikatur konvensional tidak didasarkan pada prinsip kerja sama atau

maksim-maksim. Implikatur konvensional tidak harus terjadi dalam percakapan

dan tidak tergantung pada konteks khusus untuk menginterpretasikannya. Seperti

halnya presupposisi leksikal, implikatur konvensional diasosiasikan dengan kata-

kata khusus dan menghasilkan maksud tambahan yang disampaikan apabila kata-

kata itu digunakan ( Yule, 2006: 78). Contohnya tampak pada wacana berikut ini.

6 . Muhammmad Ali adalah petarung yang indah.

7.Lestari putri Solo, jadi ia luwes.

Kata petarung pada (6) tersebut berarti “ atlet tinju”. Pemaknaan ini

dipastikan benar, karena secara umum (konvensional), orang sudah mengetahui

bahwa Muhammmad Ali adalah atlet tinju, yang legendaris. Jadi dalam konteks

wacana tersebut, orang tidak akan memahami kata petarung dengan pengertian

lain. Demikian juga implikasi umum yang dapat diambil antara putri Solo dengan

Luwes pada contoh (7). Selama ini kota Solo selalu mendapatkan predikat sebagai

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

25

kota kebudayaan yang penuh dengan kehalusan dan keluwesan putra-putrinya.

Implikasi yang muncul adalah, bahwa perempuan atau wanita Solo pada

umumnya dikenal luwes dalam penampilannya ( Mulyana, 2005:12).

Implikatur konvensional bersifat nonkontemporer. Artinya, makna atau

pengertian tentang sesuatu bersifat lebih tahan lama. Suatu leksem, yang terdapat

dalam suatu ujaran, dapat dikenali implikasinya karena maknanya “ yang tahan

lama” dan sudah diketahui secara umum ( Mulyana, 2005:12).

2) Implikatur Percakapan ( Conversation Implicature).

Implikatur percakapan memiliki makna dan pengertian yang lebih

bervariasi. Pemahaman terhadap hal “yang dimaksud” sangat tergantung pada

konteks terjadinya percakapan. Implikatur percakapan hanya muncul dalam suatu

tindak percakapan (speech act). Oleh karenanya, implikatur tersebut bersifat

temporer (terjadi saat berlangsung tindak percakapan) dan nonkonvensional

( sesuatu yang diimplikasikan tidak mempunyai relasi langsung dengan tuturan

yang diucapkan ) (Levinson, dalam Mulyana, 2005: 13).

Dalam suatu dialog (percakapan), sering terjadi seorang penutur tidak

mengutarakan maksudnya secara langsung. Hal yang hendak diucapkan justru

“disembunyikan”, diucapkan secara tidak langsung, atau yang diucapkan sama

sekali berbeda dengan maksud ucapannnya. Perhatikan bentuk-bentuk percakapan

di bawah ini.

8.Ibu: Ani, adikmu belum makan.

Ani: Ya, Bu. Lauknya apa?

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

26

Percakapan antara Ibu dan Ani pada contoh (8) mengandung implikatur

yang bermakna „perintah menyuapi‟. Dalam tuturan itu. Tidak ada sama sekali

bentuk kalimat perintah. Tuturan yang diucapkan ibu hanyalah pemberitahuan

bahwa „ adik belum makan‟. Namun karena Ani dapat memahami implikatur yang

disampaikan ibunya, ia manjawab dan siap untuk melaksanakan perintah ibunya

tersebut.

Grice (dalam Budiman, 1999:50) menyatakan bahwa sebuah percakapan

memiliki struktur yang kompleks. Dari sekalian banyak ciri struktur percakapan,

terdapat sebuah ciri yang relatif penting, yakni implikatur percakapan. Konsep

tentang implikatur percakapan mengaitkan pengertian tradisional tentang

kemampuan seseorang dalam menyatakan maksud yang berbeda dari apa yang

dikatakan. Sebuah implikatur merupakan proposisi tersirat yang muncul dari

sesuatu yang dikatakan, yang tidak dapat diturunkan secara logis atau langsung

dari kata-kata yang terucap.

Dari keterangan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa implikatur adalah

maksud yang tersembunyi dibalik ujaran atau maksud dari suatu ujaran yang

tidak dinyatakan secara langsung. Implikatur konvensional ialah implikatur atau

maksud yang tersembunyi dibalik ujaran yang secara konvensional atau secara

umum masyarakat telah mengetahuinya. Sedangkan implikatur percakapan ujaran

memiliki makna atau pengertian yang lebih bervariasi karena pemahaman

terhadap hal yang dimaksudkan dalam suatu tuturan sangat tergantung pada

konteks terjadinya percakapan.

7. Maksud implikatur tuturan yang terkandung dibalik komentar wacana

kolom Pojok “ Semarangan”.

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

27

Hakikatnya setiap tuturan yang disampaikan penutur kepada lawan tuturnya

mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Maksud yang diutarakan oleh seorang

penutur tidak selamanya diutarakan secara langsung, akan tetapi adakalanya

diutarakan secara tidak langsung. Maksud yang tidak langsung akan lebih sulit

penafsirannya dibandingkan dengan maksud yang langsung. Untuk dapat

menafsirkan maksud yang tersirat dalam tuturan seorang penutur, maka pendengar

harus memperhatikan konteks yang melingkupinya tuturan tersebut. Demikian

pula halnya dengan tuturan kolom pojok “Semarangan” Harian Suara Merdeka.

Maksud tuturan penulis dalam kolom pojok “Semarangan” disampaikan secara

tersurat maupun tersirat. Maksud penulis yang tersirat dalam kolom pojok

“Semarangan” disampaikan dengan cara menyindir atau mengkritik. Kritikan

maupun sindiran dalam kolom pojok “Semarangan” dengan pemilihan tindak

tutur tak langsung, sehingga orang yang merasa tersindir atau terkritik tidak akan

tersinggung. Oleh karena itu, seorang pembaca harus jeli dan cermat dalam

memahami maksud penulis yang terselubung dibalik tuturannya.

Menurut Rohmadi (2004:103) menyatakan, bahwa berdasarkan maksud

implikatur yang terkandung dalam tuturan penulis kolom pojok Semarangan dapat

dibedakan menjadi 8, yaitu:

a. Bermaksud menginformasikan

Tuturan penulis yang bermaksud menginformasikan disampaikan dengan

tindak tutur representatif. Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang

mengikat penuturnya pada kebenaran atas apa yang dikatakannya, misalnya:

menyatakan, melaporkan, menunjukkan dan menyebutkan. Sebagai contoh:

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

28

Soal nasib naker nganggur akibat kerusuhan: “ Semoga pemda turun

tangan”. (Ivanna, 17 tahun, warga reksoniten, Coyudan).

“ Terang aja banyak penganguran wong satu toko aja karyawannya

puluhan. Terlebih toko Matahari yang besar, maka para pekerja yang

nganggur bisa ratusan atau ribuan”. ( RWSNS, 20 mei 1998).

b. Bermaksud memohon

Maksud tuturan penulis dalam kolom Pojok “Semarangan” yang bermaksud

untuk memerintahkan disampaikan secara langsung mapun tidak langsung.

Maksud permohonan yang secara langsung disampaikan dengan tindak tutur,

misalnya tindak tutur yang bermaksud menginformasikan, disampaikan dengan

menggunakan tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya

dengan maksud agar pembaca melakukan tindakan seperti yang disebutkan di

dalam ujaran penulis, misalnya: menyuruh, memohon, dan menantang. Sebagai

contoh tindak tutur direktif dalam RWSNS adalah:

Soal pelajar ikut unjuk rasa: “ Kalau masih kecil, ndak usah ikutlah”. (Ny.

Wibowo. 31 tahun, warga Pucangsawit).

“ Tetapi kalau masih kecil ya sebaiknya tidak usah ikut-ikutan kakaknya

yang sudah mahasiswa”. (RWSNS, 30 April 1998).

c. Bermaksud mengkritik

Kritik merupakan kecaman, tanggapan kadang-kadang disertai uraian dan

pertimbangan baik buruk terhadap sesuatu hasil karya pendapat ( Poerwadarminta,

1997:446). Sebagai contoh komentar dalam kolom pojok Semarangan yang

bermaksud mengungkapkan kritikan adalah sebagai berikut:

Menhub Hatta Rajasa memuji angkutan lebaran.

Tak ada pujian, memuji diri sendiri pun jadi....

Wacana di atas merupakan kritikan terhadap permasalahan arus mudik lebaran

dalam penanganan pemerintah.

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

29

d. Bermaksud menyindir

Sindiran berarti perkataan (gambaran) yang bermaksud menyindir orang

celaan (ejekan) yang tidak langsung ( Poerwadarminta, 1976: 843). Maksud

redaksi dalam tuturan kolom pojok Semarangan yang berupa sindiran, sebagai

berikut:

Lebaran di LP nusakambangan : Tommy Soeharto dapat remisi, Amrozi

dilarang keluar.

Beda nasib pengeran cendana dan pangeran tenggulun.

Data tersebut merupakan bentuk sindiran terhadap perbedaan perlakuan hukum

adil antara Tommy dan Amrozi.

e. Bermaksud menegaskan dan mendukung

Dukungan berarti gendongan; sokongan; bantuan (Poerwadarminta, 1976:

21). Penegasan berarti kejelasan; kepastian; keterangan yang jelas dan pasti

(Poerwadarminta. 1976: 931). Sebagai contoh:

Ditanya soal reshuffle kabinet Yusuf Asy‟ari mengatakan siap angkat

koper.

Istilahnya tereliminasi, Pak...

Tanggapan redaksi pada data di atas merupakan dukungan pada sikap Yusuf

Asy‟ari yang dengan profesional menagggapi kebijakan reshuffle.

f. Bermaksud mengeluh

Keluhan berarti apa yang dikeluhkan dan keluh kesah (Poerwadarminta,

1976: 413). Bentuk keluhan terlihat dalam tuturan kolom Pojok Semarangan,

yaitu:

Mantan ketua MPR Amien Rais berpendapat, reshuffle tidak penting.

Takut titipannya digusur ya.

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

30

Tanggapan pada data di atas merupakan bentuk keluhan terhadap sikap Amien

Rais dalam menanggapi reshuffle.

g. Bermaksud menyarankan

Saran adalah pendapat; usul; anjuran; cita-cita tersebut yang dikemukakan

untuk dipertimbangkan (Poerwadarminta, 1976: 784). Sebagai contoh:

Usulan Agung Laksono soal reshuffle kabinet, orang partai 50 persen saja.

Yang 50 persen untuk simpatisan partai....

Komentar pada data tersebut merupakan saran agar kebijakan presiden SBY

dalam melakukan reshuffle memeperhatikan proposi menteri yang akan

menjabatnya.

h. Bermaksud mengejek

Mengejek berarti mengolok-olok untuk menghina; mencemooh;

mempermaiankan dengan tingkah laku ( Moeliono, 2008: 353). Sebagai contoh:

MU dikalahkan Blackburn tepat pada ultah ke-70 Alex Ferguson.

Unhappy birthday to you, Sir...

Komentar pada data tersebut merupakan bentuk mengejek kepada Alex

Ferguson yang dikalah Blackburn dalam pertandingan sepak bola.

Penafsiran maksud implikatur yang terkandung dibalik komentar kolom

Pojok “Semarangan” Harian Suara Merdeka berhubungan erat dengan skemata,

konteks, dan prinsip-prinsip percakapan, antara lain seperti prinsip kerjasama dan

prinsip kesopanan.

8. Skemata: Referensi Pengetahuan

Teori skemata adalah teori tentang pengetahuan, tentang bagaimana

pengetahuan disajikan, dan tentang bagaimana sajian itu memberikan kemudahan

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

31

dalam memahami pengetahuan itu sendiri ( Alwi, 2003: 443). Menurut teori ini,

semua pengetahuan dikemas dalam satuan-satuan yang disebut skemata.

Skemata adalah kumpulan konsep yang digunakan individu ketika

berinteraksi dengan lingkungan (Zumaroh, 2008:2). Skemata berkembang seiring

bertambahnya usia, dengan demikian skemata merupakan struktur kognitif yang

selalu berkembang dan berubah. Semakin banyak pengalaman yang diperoleh

oleh seseorang maka akan bertambah pula skemata yang terbentuk dalam struktur

kognitifnya. Sedang proses pemahaman wacana adalah proses menemukan

konfigurasi skemata yang menawarkan uraian yang memadai tentang bacaan yang

bersangkutan. Namun terkadang pembaca gagal memahami bacaan itu secara

tepat. Hal ini paling tidak disebabkan tiga hal, yaitu:

a) pembaca mungkin tidak mempunyai skemata yang sesuai.

b) pembaca mungkin mempunyai skemata yang sesuai tetapi petunjuk yang

disajikan penulis mungkin tidak cukup memberi saran kepada pembaca tentang

skemata itu.

c) pembaca mungkin mendapatkan penafsiran wacana secara tetap, tetapi

mungkin tidak menemukan apa yang diinginkan oleh penulisnya.

Untuk memperoleh implikatur sebuah ujaran, penutur harus memiliki akses

terhadap pengetahuan di luar pengetahuan proposisi. Khususnya, mitra tutur

harus mengetahui prosedur tentang bagaimana caranya memperoleh implikatur

ujaran seorang penutur. Dalam hal ini perhatikan percakapan antara Sally dan

Tomy berikut ini:

Tom : Apakah kau ingin pergi ke taman?

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

32

Sally : Aku yakin bunga-bunganya sedang mekar

Tom harus menggunakan pengetahuan prosedural agar dapat memastikan

implikatur tuturan Sally yaitu, bahwa Sally tidak ingin datang ke taman. Dia

harus tahu, misalnya, kapan saat yang tepat untuk memproses ujaran di luar

tingkat makna semantisnya ( kapan ujaran tersebut kekurangan relevansi dan

sebagainya dalam konteks) dan bagaimana proses semacam ini harus dilakukan

(dengan menggunakan prinsip-prinsip dan maksim-maksim pragmatik). Agar

Tom dapat memahami implikatur ujaran Sally, dia harus tahu tentang fakta-fakta

berikut:

a. Sally tidak senang terkena hayfever ( alergi yang disebabkan oleh tanaman),

b. Sally punya sapu tangan dan obat,

c. jika Sally menghirup serbuk sari,maka dia akan terkena hayfever ,

d. Sally terkena hayfever atau masuk angin,

e. semua bunga menghasilkan serbuk sari,

f. serbuk sari menyebabkan hayfever,

g. beberapa taman tidak memiliki bunga.

Masing-masing dari fakta di atas bersifat kompleks. Fakta-fakta yang

kompleks ini dioperasikan oleh kaidah-kaidah inferensi yang kompleks pula.

Suatu skemata merupakan struktur data yang mewakili konsep-konsep

generik yang tersimpan dalam ingatan ( Alwi, 2003: 443). Seandainya, kita diberi

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

33

kata Soekarno, maka terlintas pada ingatan kita segala ikhwal yang berkaitan

dengan nama ini: Proklamator RI, Presiden RI yang pertama, pendiri PNI,

Insinyur tamatan Bandung, Orator ulung dan sebagainya. Itu berarti bahwa

skemata mewakili pengetahuan kita tentang semua konsep yang berkaitan dengan

objek, situasi, peristiwa, dan urutan peristiwa, serta tindakan dan urutan tindakan.

9. Konteks Tuturan

“Konteks tuturan merupakan penelitian linguistik adalah konteks dalam

semua aspek fisik atau latar belakang sosial yang relevan dari tuturan yang

bersangkutan. Dalam pragmatik konteks itu pada hakekatnya adalah semua latar

belakang oleh pengetahuan ( backround knowledge) yang dipahami bersama oleh

penutur dan lawan tutur” ( Rohmadi, 2004: 24).

Konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu: (1)

konteks fisik ( psysical context) yang meliputi tempat terjadinya pemakaian

bahasa dalam suatu komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi

itu dan tindakan atau perilaku dari para peran komunikasi itu dan tindakan atau

perilaku dari para peran dalam peristiwa komunikasi, (2) konteks epistemis

(epistemis context) atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui

oleh pembicara maupun pendengar. (3) konteks linguistik ( linguistict context)

yang terdiri dari kalimat-kalimat atau tuturan yang mendahului satu kalimat atau

tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi,(4) konteks sosial ( social context)

yaitu relasi sosial dan latar belakang yang melengkapi hubungan antara pembicara

atau penutur dengan pendengar ( Imam Syafi‟ie dalam Lubis, 1993:58).

Menurut Sobur ( 2009: 57), untuk mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud

dengan konteks, perhatikan contoh berikut:

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

34

1) Dengan pemogokan kami yang hanya tiga jam itu, telah menyebabkan majikan

menyetujui tuntutan buruh, dengan mengeluarkan ketua cabang dari

perusahaan. Kurasa majikan tidak rugi apa-apa.

2) Ketua berhenti atau tidak, tak ada arti apa-apa buat majikan. Itulah dampaknya

yang kulihat. Tinggal sekarang organisasi harus mencari ketua baru yang tak

dapat disuap. Siapa yang akan dicalonkan dan bagaimana caranya aku belum

tahu.

3) Hanya kata Otong, anggota-anggota mencalonkan ketua ranting, Masrun

menjadi Ketua Cabang, sebab dia benar-benar akan membela kepentingan

buruh. Dan Otong akan menggantikan sebagai Ketua Ranting.

Dalam teks kedua, banyak yang tidak kita pahami jika tidak ada teks

pertama. Kata „ketua‟ pada teks itu tidak jelas. Begitu pula kata „majikan‟, dan

organisasi. Makna dan apa yang terjadi referensi dari kata-kata itu kita ketahui

apabila kita baca teks pertama. Ketua yang dimaksud adalah ketua cabang,

majikan adalah majikan buruh-buruh itu, dan organisasi tentulah organisasi buruh-

buruh itu juga.

Demikian pula di teks ketiga. Kata-kata anggota, ketua ranting, ketua

cabang, buruh akan jelas referensinya kalau kita baca teks sebelumnya. Kata

anggota pada teks ini adalah anggota organisasi buruh itu; ketua ranting adalah

ketua ranting organisasi mereka; dan demikian pula ketua cabang adalah ketua

cabang organisasi buruh itu.

Dell Hymes ( dalam Lubis, 1993: 84) mengemukakan adanya faktor-

faktor yang menandai terjadinya peristiwa itu dengan singkatan SPEAKING,

yaitu:

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

35

S :Setting atau scene, yaitu tempat bicara dan suasana bicara ( ruang diskusi dan

suasana diskusi).

P :Participan : pembicara, lawan bicara dan pendengar. Dalam diskusi, adalah

seluruh peserta diskusi.

E : End atau tujuan : tujuan akhir diskusi.

A : Act: suatu peristiwa di mana seseorang pembicara sedang mempergunakan

kesempatan bicaranya.

K : Key : nada suara dan ragam bahasa yang dipergunakan dalam menyampaikan

pendapatnya dan cara mengemukakan pendapatnya.

I : Instrumen : alat untuk menyampaikan pendapat. Misalnya secara lisan,

tertulis, leawat telepon dan sebagainya.

N : Norma : yaitu aturan permainan yang mesti ditaati oleh setiap peserta diskusi.

G : Genre: jenis kegiatan diskusi yang mempunyai sifat-sifat lain dari jenis

kegiatan yang lain.

10. Prinsip Percakapan

Setiap peristiwa komunikasi antara penulis dan pembaca selalu

mengharapkan kelancaran dalam berkomunikasi. Kelancaran komunikasi dalam

kegiatan berbahasa tidak hanya ditentukan oleh unsur-unsur kebahasaan secara

struktural, akan tetapi juga ditentukan oleh prinsip-prinsip percakapan, yaitu

prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan. Meskipun demikian, seorang penutur

atau penulis tidak selamanya mematuhi prinsp-prinsip percakapan tersebut.

Adakalanya justru seorang penulis atau penutur sengaja melakukan

penyimpangan-penyimpangan terhadap prinsip tersebut, untuk menunjukan

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

36

adanya maksud-maksud tertentu yang ingin dicapainya. Jika penulis tidak

mempunyai maksud atau tujuan tertentu dari penyimpangan tersebut, maka

komunikasi antara penulis dan pembaca mengalami hambatan.

Penulis kolom Pojok “Semarangan” sengaja melakukan penyimpangan-

penyimpangan terhadap prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan. Penyimpangan

ini memang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengutarakan maksudnya

secara halus. Hal tersebut dilandasi dari permikiran penulis bahwa dengan

maksud-maksud yang terselubung dalam tuturannnya, maka pembaca yang

merasa tersindir atau terkritik tidak akan tersingung. Penyimpangan yang

dilakukan oleh penulis dalam kolom Pojok “Semarangan” adalah penyimpangan

terhadap prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan.

a. Prinsip Kerja Sama

Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial

yang lain, kegiatan berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya.

Di dalam berbicara, penutur dan lawan tutur sama-sama menyadari bahwa ada

kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, interpretasi-

interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Setiap peserta

tindak tutur bertanggung jawab terhadap tindakan dan penyimpangan terhadap

kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual itu, pendapat dari Allan ( dalam

Wijana, 1996: 45). Adapun prinsip kerjasama adalah prinsip yang mengharuskan

kerjasama yang baik antara pihak yang melakukan komunikasi agar komunikasi

berjalan lancar (Rahardi, 2000: 50 ).

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

37

Di dalam komunikasi yang wajar agaknya dapat diasumsikan bahwa

seorang penutur mengartikulasikan ujaran dengan maksud untuk

mengkomunikasikan sesuatu kepada lawan bicaranya, dan berharap lawan

bicaranya dapat memahami apa yang hendak dikomunikasikan itu. Untuk penutur

selalu berusaha agar tuturannya selalu relevan dengan konteks, jelas, dan mudah

dipahami, padat dan ringkas dan selalu pada persoalan, sehingga tidak

menghabiskan waktu lawan bicaranya. Misalnya, orang akan menggunakan

bentuk tuturan Tolong! dan Dapatkah anda menolong saya? untuk situasi dan

keperluan berbeda. Di dalam keadaan darurat orang akan cenderung

menggunakan bentuk ujaran yang pertama, sedangkan orang memohon bantuan

orang lain di dalam situasi yang tidak begitu mendesak, ia akan cenderung

menggunakan ujaran yang kedua. Akan sangat anehlah bila seseorang yang akan

tenggelam di kolam renang, misalnya meminta bantuan dengan menggunakan

ujaran yang kedua. Sebaiknya, seseorang yang memohon bantuan tidak

selayaknya mengucapkan ujaran yang pertama dengan volume suara dan intonasi

yang sama dengan orang yang tenggelam. Bila terjadi penyimpangan, ada

implikasi-implikasi tertentu yang hendak dicapai oleh penuturnya. Bila implikasi

itu tidak ada, maka penutur yang bersangkutan tidak melaksanakan kerja sama

atau tidak bersifat kooperatif. Jadi, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa ada

semacam prinsip kerja sama yang harus dilakukan pembicara dan lawan bicara

agar komunikasi itu berjalan secara lancar.

Grice ( dalam Rahardi, 2000: 50) menjelaskan prinsip kerja sama dalam

kegiatan bertutur meliputi empat maksim, yaitu:

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

38

1) Maksim kuantitas

Maksim kuantitas mengharapkan seorang penutur dapat memberikan

informasi yang cukup, relatif, memadai dan seinformatif mungkin. Informasi yang

demikian tidak boleh melebihi informasi yang sebenarnya dibutuhkan si mitra

tutur. Misalnya tuturan di bawah ini:

SBY tegaskan ada reshufle, tapi tidak bongkar habis kabinet.

Tiru KDI saja, pakai pola “ dijemput”...

Tuturan tersebut dapat dikatakan tidak bersifat informatif. Hal ini dilihat

dari tuturan yang ada yaitu Presiden SBY telah menegaskan jika akan diadakan

reshufle. Tuturan tapi tidak dibongkar habis kabinet bertujuan untuk memberikan

informasi tambahan. Tuturan tersebut dapat dikatakan berlebihan.

2) Maksim kualitas

Maksim kualitas mengharapkan seorang penutur dapat menyampaikan

sesuatu yang nyata dan sesuai fakta sebenarnya di dalam bertutur. Fakta itu harus

didukung dan didasarkan pada bukti-bukti yang jelas.

Contoh:

Presiden SBY mempertemukan Ketua MA dan KPK yang sedang “ tegang”.

Bakat mempromotori Chrisjon nih...

Tuturan tersebut diutarakan berdasarkan fakta yang ada. Masalah Ketua

MA dan KPK akhirnya diselesaikan dalam musyawarah dengan Presiden Susilo

Bambang Yudoyono. Penutur menyampaikan informasi dikaitkan dengan konteks

dan berita yang sebenarnya.

3) Maksim relevansi

Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta tutur memberikan

konstribusi yang relevan dengan masalah yang dibicarakan.

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

39

Contoh : Pelatih asal Belanda, Guus Hiddink menjadi pahlawan dibalik sukses

Australia menembus putaran final piala Dunia 2006.

Melihat Gusnya, kok mirip orang Jombang.

Kedua dialog tersebut terkait pembicaraan pelatih sepakbola dari Australia.

Tanggapan yang diberikan oleh mitra tutur dalam hal ini redaksi tidak relevan

dengan masalah yang akan dibicarakan. Berita tersebut terkait masalah olahraga

akan tetapi tanggapan yang disampaikan terkait masalah tokoh politik dan agama.

4) Maksim pelaksanaan

Maksim pelaksanaan ini mengharuskan peserta tutur bertutur secara

langsung, jelas, dan tidak kabur. Kita dapat melihat tindak tutur berikut ini:

Ditanya soal reshuffle kabinet, Yusuf Asy‟ari mengatakan siap angkat koper.

Istilahnya tereliminasi, Pak....

Tuturan tersebut mengandung pernyataan yang tidak jelas. Tuturan tersebut

tidak mengandung maksud bahwa Yusuf Asy‟ari mengangkat koper karena

kepentingan tertentu, akan tetapi mengandung maksud bahwa dirinya akan

melepaskan jabatan. Ungkapan angkat koper sebenarnya untuk mengaburkan

maksud berhenti dari jabatan. Jadi, tuturan tersebut telah melanggar maksim

pelaksanaan karena tidak menggunakan tuturan yang langsung dan jelas.

b. Prinsip Kesopanan

Dalam melakukan tindak tutur, seorang penutur kadang berbicara secara

tidak langsung kepada lawan tutur. Hal demikian terjadi agar terpelihara

kesopanan atau perasaan lawan tuturnya.

Sebelum membicarakan lebih jauh keenam maksim kesopanan ada baiknya

terlebih dahulu diterangkan mengenai bentuk-bentuk ujaran yang digunakan untuk

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

40

mengekspresikan maksim-maksim kesopanan. Bentuk-bentuk ujaran yang

dimaksud adalah bentuk ujaran impositif, komisif, eskpresif, dan asertif. Bentuk

ujaran komisif adalah bentuk ujaran yang berfungsi untuk menyatakan perjanjian

atau penawaran. Ujaran imposif adalah ujaran yang digunakan untuk menyatakan

perintah atau suruhan. Ujaran ekspresif adalah ujaran yang digunakan untuk

menyatakan sikap psikologis pembicara terhadap sesuatu keadaan. Ujaran asertif

adalah ujaran yang lazim digunakan untuk menyatakan kebenaran proposisi yang

diungkapkan.

Wijana ( 1996: 56) memberikan penjelasan tentang prinsip kesopanan yang

memiliki sejumlah maksim, yaitu sebagai berikut:

1) Maksim kebijaksanaan

Maksim kebijaksanaan mengharuskan setiap peserta tuturan untuk

meminimalkan kerugian orang lain, atau memaksimalkan keuntungan orang lain.

Maksim kebijaksanaan diungkapkan dengan tuturan impositif dan komisif.

Tuturan impositif adalah tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji

atau penawaran, dan sebagainya. Kita dapat melihat ujaran dibawah ini:

Budayawan Sudiyatmana menyatakan perlunya digagas Perda Penggunaan

Bahasa Jawa.

Sumangga Rama....

Tuturan tersebut menunjukkan bentuk kesopanan. Tuturan Sumangga

Rama...bentuk ucapan yang memiliki tingkat kesopanan yang tinggi. Kata

Sumangga untuk menyebutkan penghormatan.

2) Maksim penerimaan

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

41

Maksim penerimaan mengharuskan peserta tutur untuk memaksimalkan

kerugian diri sendiri dan meminimalkan keuntungan diri sendiri. Maksim

penerimaan diutarakan dengan kalimat komisif dan impositif. Kita dapat melihat

dalam contoh dibawah ini:

Angie pernah bintangi iklan antikorupsi

Ah, “ Katakan tidak untuk iklan!”

Tuturan di atas diutarakan dengan kalimat impositif yaitu memerintahkan

agar pembaca tidak lagi mengikuti iklan antikorupsi. Tampak pada tuturan “Ah,

“Katakan tidak untuk iklan” dirasa kurang sopan karena penutur berusaha

memaksimalkan keuntungan diri sendirinya dengan menyusahkan orang lain.

Sebaliknya, pada tuturan tersebut penutur berusaha memaksimalkan kerugian

orang lain dengan meminimalkan kerugian diri sendiri.

3) Maksim kemurahan

Maksim kemurahan mengharuskan peserta tutur memaksimalkan rasa

hormat kepada orang lain dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain.

Maksim kemurahan yang diutarakan dengan kalimat ekspresif dan asertif.

Contoh :

Hari pertama masuk kerja, 3 persen PNS Pemprov jateng absen.

Mungkin jadi panitia kupatan di desa.

Tuturan tersebut diungkapkan untuk mengejek kepada para PNS yang

absen. Tanggapan yang disampaikan menggunakan adalah tuturan yang tetap

menghormati keadaan para PNS tersebut. Hali ini dapat dilihat dari tuturan

mungkin jadi panitia kupatan di desa.

4) Maksim kerendahan hati.

Maksim kerendahan hati mengharuskan peserta tutur memaksimalkan

ketidakhormatan pada diri sendiri, atau meminimalkan rasa hormat pada diri

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

42

sendiri. Maksim kerendahan hati juga diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan

asertif.

Contoh:

Tommy bebas bersyarat

Ah. Sudah lama didugakan?

Tuturan tersebut bertujuan untuk memberikan sikap hormat kepada Tommy

yang mendapatkan hukuman pembebasan tanpa syarat ( remisi). Tuturan ah,

sudah lama didugakan?. diungkapkan dengan memaksimalkan rasa hormat

kepada orang lain, dan meminimalkan rasa hormat kepada diri sendiri.

5) Maksim kecocokan

Maksim kecocokan mengharuskan setiap peserta tutur untuk

memaksimalkan kecocokan diantara mereka dan meminimalkan ketidakcocokan.

Maksim kecocokan juga diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif. Kita

dapat melihat dialog dibawah ini:

Budayawan Sudiyatmana menyatakan perlunya digagas Perda penggunaan

Bahasa Jawa.

Sumangga Rama...

Tuturan tersebut menunjukan bentuk kecocokan. Sudiyatmana menyatakan

usulan untuk mengadakan Perda Bahasa Jawa. Usulan tersebut ditanggapi

dengan bentuk persetujuan yang terlihat dari tuturan Sumangga Rama...

6) Maksim kesimpatian

Maksim kesimpatian mengharuskan peserta tutur untuk memaksimalkan

rasa simpati, dan meminimalkan antipati kepada lawan tuturnya. Sebagaimana

halnya maksim kecocokan, maksim ini juga diungkapkan dengan tuturan asertif

dan ekspresif. Kita dapat melihat dialog di bawah ini:

Pengusaha dan pekerja diminta legawa terima UMK baru.

Sama-sama tidak puaskan?

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

43

Tuturan tersebut menunjukan bentuk sikap antipati terhadap masalah yang

ada. Dalam masalah UMK, tanggapan yang disampaikan lebih menyindir

ketidakpuasan terhadap keputusan UMK yang baru.

C. Kerangka Berpikir

Wacana dapat mengacu kepada perkataan atau teks naratif yang

dituangkan dalam sebuah surat kabar. Pada penelitian ini penulis menggunakan

surat kabar Harian Suara Merdeka bertujuan mendeskripsikan tuturan – tuturan

dalam wacana kolom Pojok “Semarangan” pada Harian Suara Merdeka yang

dikaji dengan pragmatik. Wacana kolom pojok adalah lajur di sudut surat kabar,

tempat karangan yang pendek, berisikan hal-hal yang ringan, tetapi mengandung

kritikan atau sindiran. Dalam wacana kolom Pojok tentunya terdapat tuturan-

tuturan yang disampaikan penulis baik secara tidak langsung akan sulit dipahami

maksudnya jika tidak diketahui konteks atau skemata dari tuturan tersebut.

Untuk dapat mengetahui maksud dari tuturan tidak langsung, maka penulis

menganalisis tuturan berdasarkan implikatur. Implikatur adalah makna yang

tersembunyi dalam tuturan atau dapat dikatakan juga implikatur adalah ujaran

yang mengisyaratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya. Implikatur

dapat diwujudkan melalui skemata, konteks tuturan, prinsip kerjasama dan prinsip

kesopanan.

Dengan mengetahui implikatur dari suatu tuturan dalam wacana, pembaca

akan dapat mengetahui maksud tuturan yang disampaikan. Selain itu, dengan

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan …repository.ump.ac.id/5126/3/ANIS PERMATA DEWI BAB II.pdf · 2017. 11. 3. · Dari berbagai definisi di atas, maka kita bisa

44

mengetahui implikatur pembaca yang gemar membaca surat kabar akan

mendapatkan pengetahuan untuk memahami maksud tuturan pada wacana kolom

Pojok “Semarangan”.

Implikatur Dalam Wacana…, Anis Permata Dewi, FKIP UMP, 2012