bab ii tinjauan pustaka 2.1 landasan teori 2.1.1 teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/bab...

31
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) merupakan suatu bentuk hubungan kontraktual antara seorang atau beberapa orang yang bertindak sebagai principal dan seseorang atau beberapa orang lainnya yang bertindak sebagai agent, untuk melakukan pelayanan bagi kepentingan principal dan mencakup pendelegasian wewenang dalam pembuatan keputusan dari principal kepada agent. Dalam perekonomian modern, manajemen dan pengendalian perusahaan semakin terpisah dari kepemilikan. Manager bertanggung jawab terhadap pemilik yang kemudian berimbas dengan pendanaan perusahaan baik dari investor atau kreditor. Tujuan dari sistem pemisahan ini adalah untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas dengan memperkerjakan agen-agen profesional dalam mengelola perusahaan. Penguasaan kendali perusahaan dipegang oleh agent sehingga agent dituntut untuk selalu transparan dalam melaksanakan kendali perusahaan di bawah principal. Salah satu bentuk pertanggung jawabannya adalah dengan mengajukan laporan keuangan. Laporan keuangan disusun untuk melaporkan kondisi keuangan perusahaan pada periode waktu tertentu. Informasi dari laporan keuangan tersebut dapat dijadikan pihak eksternal perusahaan untuk menilai kondisi keuangan perusahaan, jika laba yang diperoleh perusahaan nilainya tinggi dalam jangka waktu yang relatif lama, maka dapat

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory) merupakan suatu bentuk hubungan

kontraktual antara seorang atau beberapa orang yang bertindak sebagai principal

dan seseorang atau beberapa orang lainnya yang bertindak sebagai agent, untuk

melakukan pelayanan bagi kepentingan principal dan mencakup pendelegasian

wewenang dalam pembuatan keputusan dari principal kepada agent. Dalam

perekonomian modern, manajemen dan pengendalian perusahaan semakin

terpisah dari kepemilikan. Manager bertanggung jawab terhadap pemilik yang

kemudian berimbas dengan pendanaan perusahaan baik dari investor atau

kreditor.

Tujuan dari sistem pemisahan ini adalah untuk menciptakan efisiensi dan

efektivitas dengan memperkerjakan agen-agen profesional dalam mengelola

perusahaan. Penguasaan kendali perusahaan dipegang oleh agent sehingga agent

dituntut untuk selalu transparan dalam melaksanakan kendali perusahaan di

bawah principal. Salah satu bentuk pertanggung jawabannya adalah dengan

mengajukan laporan keuangan. Laporan keuangan disusun untuk melaporkan

kondisi keuangan perusahaan pada periode waktu tertentu.

Informasi dari laporan keuangan tersebut dapat dijadikan pihak eksternal

perusahaan untuk menilai kondisi keuangan perusahaan, jika laba yang diperoleh

perusahaan nilainya tinggi dalam jangka waktu yang relatif lama, maka dapat

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

12

dikatakan bahwa perusahaan dapat menjalankan kegiatan operasinya dengan baik.

Hal ini juga mengindikasikan bahwa dari nilai laba bersih yang diperoleh,

perusahaan dapat melakukan pembagian deviden kepada setiap investornya.

Selain itu, dapat dilihat juga dari nilai arus kas yang diperoleh perusahaan.

Jika arus kas yang diperoleh perusahaan nilainya tinggi dalam jangka waktu yang

relatif lama, maka perusahaan dinilai dapat melakukan pengembalian atas kredit

yang diberikan oleh pihak kreditor. Oleh karena itu, kepercayaan yang diberikan

kepada perusahaan akan semakin kuat dan perusahaan pun akan mendapatkan

kredit dengan mudah dalam setiap kegiatan operasinya.

Sebaliknya, jika nilai laba dan arus kas suatu perusahaan bernilai kecil

dalam jangka waktu yang relatif lama, maka dapat dilihat dari nilai tersebut

bahwa pihak eksternal akan menganggap perusahaan tidak mampu dalam

menjalankan kegiatan operasinya dengan baik. Kondisi tersebut akan

mengakibatkan perusahaan mengalami permasalahan keuangan atau kondisi

financial distress. Hal ini menjadikan pihak eksternal tidak akan mempercayakan

dananya untuk dikelola dalam kegiatan perusahaan tersebut.

Kondisi financial distress tergambar dari ketidak mampuan untuk

membayar kewajiban yang telah jatuh tempo. Laju arus kas dan besarnya laba

sangat berhubungan dengan kondisi financial distress. Didasarkan pada teori

keagenan, diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan

kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah

mereka investasikan. Hal ini berkaitan dengan bagaimana para investor yakin

bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka. Sebaliknya, dari

adanya laporan keuangan yang buruk dalam pelaporan laba dan arus kasnya, hal

ini dapat menunjukkan kondisi financial distress. Kondisi tersebut dapat

menciptakan keraguan dari pihak investor dan kreditor untuk memberikan

dananya karena tidak adanya kepastian atas return dana yang telah diberikan.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

13

2.1.2 Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan kombinasi dari data keuangan suatu

perusahaan yang menggambarkan kemajuan perusahaan dan dibuat secara

periodik. Ada beberapa pengertian laporan keuangan di antaranya sebagai berikut:

Menurut IAI (2009) dalam Srengga (2016), laporan keuangan merupakan

bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya

meliputi neraca, laporan laba rugi laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat

disajikan dalam berbagi cara seperti misalnya sebagai laporan arus kas atau

laporan arus dana), catatan-catatan dan bagian dari integral dari laporan keuangan.

Menurut Hery (2009), laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi

yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau

aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan

merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah

yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan

dalam proses pengaambilan keputusan. Selain itu, laporan keuangan juga sebagai

pertanggung jawaban atau accountability. Sekaligus menggambarkan indikator

kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya (Harahap, 2007).

Kasmir (2012), menyatakan bahwa dalam praktiknya laporan keuangan

oleh perusahaan tidak dibuat serampangan, tetapi harus dibuat dan disusun sesuai

dengan aturan atau standar yang berlaku. Hal ini perlu dilakukan agar laporan

keuangan mudah dibaca dan dimengerti. Laporan keuangan yang disajikan

perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan. Di samping

itu, banyak pihak yang memerlukan dan berkepentingan terhadap laporan

keuangan yang dibuat perusahaan seperti pemerintah, kreditor, investor, maupun

supplier.

Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi

keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu.

Laporan keuangan juga dapat disusun secara mendadak sesuai kebutuhan

perusahaan maupun secara berkala. Jelasnya adalah laporan keuangan mampu

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

14

memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang

memiliki kepentingan terhadap perusahaan (Kasmir, 2012).

Menurut Kasmir (2012), beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan

keuangan yaitu:

a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang

dimiliki perusahaan pada saat ini.

b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal

yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang

diperoleh pada suatu periode tertentu.

d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

e. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi

terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.

f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam

suatu periode.

g. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.

h. Informasi keuangan lainnya.

Jenis laporan keuangan menurut Kasmir (2012) secara umum ada lima

macam laporan keuangan yang biasa disusun, yaitu:

a. Neraca

Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang menunjukkan posisi

keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Arti dari posisi keuangan

dimaksudkan adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva

(kewajiban dan ekuitas) suatu perusahaan. Penyusunan komponen di dalam

neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo. Artinya

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

15

penyusunan komponen neraca harus didasarkan likuiditasnya atau komponen

yang paling mudah dicairkan.

b. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan yang

menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dalam

laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber

pendapatan yang diperoleh. Kemudian, juga tergambar jumlah biaya dan

jenis-jenis biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Dari jumlah

pendapatan dan jumlah biaya ini terdapat selisih yang disebut laba atau rugi.

Jika jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya, perusahaan dikatakan

laba. Sebaliknya bila jumlah pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya,

perusahaan dikatakan rugi.

c. Laporan Perubahan Modal

Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan

jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian laporan ini juga

menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan modal

di perusahaan. Laporan perubahan modal jarang dibuat bila tidak terjadi

perubahan modal. Artinya laporan ini baru dibuat bila memang ada

perubahan modal.

d. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek

yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung

atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas disusun berdasarkan

konsep kas selama periode laporan. Laporan kas terdiri dari arus kas masuk

(cash in) dan arus keluar (cash out) selama periode tertentu.

e. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan

informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

16

tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau nilai dalam laporan yang

perludiberi penjelasan terlebih dulu sehingga jelas. Hal ini perlu dilakukan

agar pihak-pihak yang berkepentingan tidak salah dalam menafsirkannya.

2.1.3 Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan agar menjadi lebih berarti

sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan,

perlu dilakukan analisis laporan keuangan.

2.1.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Informasi tentang kelemahan dan kekuatan perusahaan diketahui melalui

analisis laporan keuangan. Sehingga yang menjadi kekuatan perusahaan harus

dipertahankan dan ditingkatkan dan yang menjadi kelemahan perusahaan maka

manejemen dapat memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut (Kasmir,

2014).

Harahap, (2009) mendefinisikan analisis laporan keuangan adalah uraian

pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat

hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu

dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan

tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting

dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.

Jadi, dengan melakukan analisis laporan keuangan perusahaan dapat

mengetahui perkembangan keuangan perusahaan, kekuatan dan kelemahan

perusahaan, dengan mengetahui kelemahan perusahaan maka dapat dilakukan

pencegahan untuk menghindari potensi terjadinya financial distress.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

17

2.1.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang dibuat akan memberikan informasi tambahan

kepada pihak-pihak berkepentingan setelah dilakukan analisis laporan keuangan.

Secara lengkap Harahap (2009) mengemukakan tujuan dan kegunaan analisis

laporan keuangan:

a. Memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang

terdapat dari laporan keuangan biasa.

b. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata dari suatu

laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan.

c. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.

d. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam

hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan

komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi

yang diperoleh dari luar perusahaan.

e. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-

model dan teori-teori yag terdapat di lapangan seperti untuk prediksi,

peningkatan (rating).

f. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil

keputusan.

g. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut criteria tertentu

yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.

h. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain

dengan periode sebelumnya atau dengan standar industry normal atau

standar ideal.

i. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan,

baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dsb.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

18

j. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di

masa yang akan datang.

Dari sudut lain tujuan analisis laporan keuangan menurut Bernstein

(1983) dalam Rusaly (2016) adalah sebagai berikut :

a. Screening, analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan

keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investatsi atau

merger.

b. Forcasting, analisis dilakukan untuk meramalkan kondisi keuangan

perusahaan di masa yang akan datang.

c. Diagnosis, analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya

masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan

atau masalah lain.

d. Evaluation, analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen,

operasional, efisiensi, dan lain-lain.

Jadi, dengan melakukan analisis laporan keuangan yang didasari oleh

laporan keuangan perusahaan dapat menghasilkan berbagai informasi yang lebih

luas untuk penggunanya.

2.1.4 Financial Distress

Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian bagi banyak pihak, tidak

hanya dari pihak internal seperti manajemen perusahaan namun, pihak eksternal

juga seperti investor, kreditor, dan pihak lainnya. Maka manajemen perusahaan

harus menjaga kondisi keuangan agar tidak mengalami kondisi financial distress.

2.1.4.1 Pengertian Financial Distress

Financial distress merupakan suatu kondisi dimana perusahaan sedang

menghadapi masalah kesulitan keuangan, yaitu arus kas operasi perusahaan tidak

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

19

mampu untuk melunasi kewajiban-kewajiban lancar (hutang dagang atau beban

bunga) dan perusahaan terpaksa harus melakukan tindakkan perbaikkn untuk

menghindari ancaman terjadinya kebangkrutan/likuidasi.

Sebuah perusahaan dianggap mengalami financial distress jika salah satu

kejadian berikut ini terjadi: mengalami laba operasi bersih negatif selama

beberapa tahun atau penghentian pembayaran dividen, restrukturisasi keuangan

atau PHK masal. Kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan

perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang

menyebabkan kebangkrutan perusahaan (Wongsosudono dan Chrissa, 2013 dalam

Permatasari, 2016).

Sedangkan menurut Platt dan Platt (2002) dalam Rusaly (2016) financial

distress didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi

sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Kondisi financial distress

tergambar dari ketidakmampuan perusahaan atau tidak tersedianya suatu dana

untuk membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo.

Berdasarkan pada literatur, Gamayumi (2011) dalam Listiana (2013)

mengklasifikasikan beberapa definisi mengenai financial distress, diantaranya

adalah:

a. Economic Failure

Economic failure atau kegagalan dalam arti perekonomian dapat terjadi

pada saat pendapatan perusahaan tidak mampu menutup biaya keseluruhan

termasuk biaya modal. Nilai sekarang dari arus kas sebenarnya lebih kecil

dibandingkan dengan kewajiban, atau laba yang lebih kecil daripada modal

kerja. Terjadinya kegagalan pada perusahaan yang mengalami economic

failure atau economic distress ini adalah jika arus kas yang diharapkan atau

tingkat pendapatan atas biaya historis dan investasi jauh lebih kecil

dibandingkan biaya modal yang dikeluarkan untuk investasi.

b. Business failure

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

20

Business failure atau kegagalan dalam arti bisnis menggambarkan bahwa

perusahaan mengalami kondisi bisnis yang tidak menguntungkan, dimana

perusahaan terpaksa harus menghentikan kegiatan operasionalnya karena

ketidakmampuannya untuk menghasilkan keuntungan demi menutupi jumlah

pengeluaran.

c. Technical Insolvency

Sebuah perusahaan dapat dikategorikan mengalami kondisi technical

insolvency apabila pada perusahaan tersebut tidak memiliki kemampuan

untuk melunasi seluruh kewajiban jatuh temponya akibat dari kepemilikan

aktiva lancar yang tidak mencukupi.

d. Insolvency in Bankruptcy Sense

Insolvency in bankruptcy sense disini merupakan sebuah keadaan yang

dialami oleh perusahaan, dimana nilai buku dari keseluruhan kewajiban

melebihi nilai pasar dari aktiva perusahaan sehingga ekuitasnya menjadi

negatif.

e. Legal Bankruptcy

merupakan sebuah istilah kegagalan yang seringkali digunakan dalam

perusahaan. Sebuah perusahaan tidak dapat dikatakan bangkrut secara

hukum, kecuali diajukan tuntutan secara resmi dengan Undang - Undang

federal.

Menurut Gitman (1994) dalam Permatasari (2016), salah satu penyebab

terjadinya kondisi kesulitan keuangan adalah keburukan pengelolaan bisnis

(mismanagement) perusahaan tersebut. Namun, dengan bervariasinya kondisi

perusahaan baik kondisi internal maupun eksternal maka terdapat banyak hal lain

juga dapat menyebabkan terjadinya kesulitan keuangan pada suatu perusahaan.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

21

2.1.4.2 Indikasi Financial Distress

Indikasi terjadinya Financial distress atau kesulitan keuangan dapat

diketahui dari kinerja keuangan suatu perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan

tercermin dari laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan. Laporan keuangan

merupakan laporan mengenai posisi kemampuan dan kinerja keuangan

perusahaan serta informasi lainnya yang diperlukan oleh pemakai informasi

akuntansi.

Indikator financial distress sebuah perusahaan menurut Teng (2002)

dalam Syaifudin (2012) yaitu:

a. Profitabilitas yang negatif atau menurun

b. Merosotnya nilai pasar

c. Posisi kas yang buruk atau negatif/ketidakmampuan melunasi kewajiban

kewajiban kas

d. Tingginya perputaran karyawan/rendahnya moral

e. Penurunan volume penjualan

f. Ketergantungan terhadap utang

g. Kerugian yang selalu diderita

Indikator financial distress lainnya yaitu:

a. Penurunan deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham

b. Ditutup atau dijualnya satu atau lebih unit usaha

c. Terjadinya pemecatan pegawai

d. Pengunduran diri eksekutif puncak

e. Harga saham yang terus menerus turun di pasar modal

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

22

2.1.4.3 Faktor-Faktor Penyebab Financial Distress

Financial distress dapat terjadi pada semua perusahaan. Oleh karena itu,

setiap perusahaan harus mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya kondisi

financial distress. Lizal (2002) dalam Rusaly (2016) menjelaskan ada tiga alasan

utama mengapa perusahaan mengalami financial distress, yaitu:

a. Neoclassical model

Financial distress terjadi jika alokasi sumber daya tidak tepat.

Manajemen kurang bisa mengalokasikan sumber daya (aset) yang ada di

perusahaan untuk kegiatan operasional perusahaan sehingga memungkinkan

mengalami kondisi financial distress.

b. Financial model

Financial distress ditandai dengan adanya struktur keuangan yang salah

menyebabkan batasan likuidasi. Hal ini berarti bahwa meskipun perusahaan

dapat bertahan hidup dalam jangka panjang namun, perusahaan harus

banngkrut dalam jangka pendek.

c. Corporate governance model

Kondisi financial distress dapat terjadi ketika perusahaan memiliki

suusnan aset yang tepat dan struktur keuangan yang baik namun dikelola

dengan buruk.

2.1.4.4 Manfaat Prediksi Financial Distress

Menurut Platt dan Platt (1986) dalam Andhito, (2007) informasi prediksi

financial distress berguna untuk:

a. Mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalah sebelum

terjadinya kebangkrutan.

b. Mengambil tindakan merger atau take over agar perusahaan lebih mampu

membayar hutang dan mengelola perusahaan dengan baik.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

23

c. Memberikan tanda peringatan dini adanya kebangkrutan pada masa yang

akan datang.

Informasi prediksi financial distress bermanfaat bagi pihak-pihak yang

berkepetingan sebagai peringatan dini (Warning System) dari gejala-gejala dan

permasalah yang terjadi sehingga perusahaan maupun pihak-pihak lain yang

berkepentingan dapat melakukan langkah-langkah antisipatif untuk menghadapi

skenario terburuk yang mengancam kelangsungan hidup perusahaan yakni,

kebangkrutan atau likuidasi.

2.1.4.4.1 Informasi Prediksi Financial Distress

Prediksi financial distress menjadi perhatian banyak pihak. Adapun

beberapa pihak yang memerlukan Informasi prediksi financial distress perusahaan

dalam (Almilia dan Kristijadi, 2003) adalah :

a. Pemberi pinjaman atau Kreditor

Dengan mengetahui infromasi tentang kondisi financial distress suatu

perusahaan kreditor dapat mengambil keputusan apakah akan memberikan

pinjaman dan menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah

diberikan.

b. Investor

Model prediski financial distress dapat membantu investor ketika

memutuskan untuk berinvestasi pada suatu perusahaan.

c. Pembuat Peraturan atau Badan Regulator

Dengan model financial distress dapat mengetahui kesanggupan

perusahaan membayar utang dan menilai stabilitas perusahaan. Hal ini sesuai

dengan tanggung jawab badan regulator yaitu mengawasi kesanggupan

membayar utang dan menstabilkan perusahaan individu.

d. Pemerintah

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

24

Melakukan prediksi financial distress penting bagi pemerintah dalam

melakukan antitrust regulation.

e. Auditor

Dalam membuat penilaian going concern perusahaan, auditor

menggunakan alat yang berguna yaitu model prediski financial distress.

f. Manajemen

Manajemen harus melakukan prediksi financial distress dan mengambil

tindakan yang diperlukan untuk mengatasi kesulitan keuangan dan mencegah

kebangkrutan pada perusahaan. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan,

maka perusahaan akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan

pengacara) dan biaya tidak langsung (kerugian penjualan).

2.1.4.6 Solusi untuk Perusahaan yang Mengalami Financial Distress

Perusahaan yang mengalami kondsisi financial distress memiliki dampak

buruk yaitu hilangnya kepercayaan investor dan kreditor serta pihak eksternal

lainnya. Oleh karena itu, manajemen harus melakukan tindakan untuk dapat

mengatasi kondisi financial distress dan mencegah terjadinya kebangkrutan.

Pustylnick (2012) dalam Rusaly (2016), ada dua solusi yang bisa

dilakukan jika perusahaan mengalami financial distress, yaitu:

a. Restrukturisasi utang

Menajamen perusahaan bisa melakukan restrukturiasi utang, yaitu

mencoba pelunasan utang diberi perpanjangan waktu dari kreditor sampai

perusahaan mempunyai kas yang cukup untuk melunasi utang tersebut.

b. Perubahan dalam manajemen

Perusahaan melakukan penggantian, yaitu mengganti manajemen dengan

orang yang lebih berkompoten. Dengan begitu, mungkin saja satekholder bisa

kembali memberikan kepercayaan kepada perusahaan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

25

2.1.5 Rasio Keuangan

Laporan keuangan berisi angka-angka yang merupakan hasil dari

aktivitas perusahaan pada suatu periode. Angka-angka tersebut tidak dapat

memberikan makna jika tidak dilakukan analisis laporan keuangan. Dalam

analisis laporan keuangan teknik yang sering digunakan yaitu analisis rasio

keuangan.

2.1.5.1 Pengertian Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan suatu kegiatan menggunakan angka-angka

dalam laporan keuangan yaitu membagi suatu angka dengan angka lainnya dalam

satu periode atau beberapa periode. Melakukan perbandingan dapat juga melalui

komponen satu dengan komponen lain dalam satu laporan keuangan atau antar

komponen yang ada di antara laporan keuangan. Komponen dalam satu laporan

keuangan seperti membandingkan antara total aktiva lancar dengan kewajiban

lancar atau total aktiva dengan total utang yang berada dalam neraca. Dan

komponen antar laporan keuangan yaitu membandingkan antara penjualan dalam

laba rugi dengan total aktiva yang berada dalam komponen neraca (Kasmir,

2014).

Keown dkk (2011) dalam Rusaly (2016) menyatakan dengan melakukan

analisis rasio keuangan perusahaan dapat mengidentifikasi kelemahan dan

kekuatan yang dimilikinya. Perbandingan dalam analsiis rasio keuangan dapat

berupa perbandingan antar waktu (katakanlah untuk 5 tahun terakhir) dan

mebandingkan antara perusahaan satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis.

Analisis rasio keuangan merupakan bentuk penyederhanaan informasi

yang menggambrakan hubungan dari suatu pos dengan pos lain sehingga

mempermudah dalam penialian kinerja perusahaan (Harahap, 2009). Dengan

melakukan analisis rasio keuangan perusahaan dapat mengetahui apakah target

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

26

yang telah ditentukan sudah dicapai atau belum. Serta sebagai bahan evaluasi

untuk meningkatkan kinerja perusahaan (Rusaly, 2016).

2.1.5.2 Bentuk-Bentuk Rasio Keuangan

Mengukur kinerja keuangan perusahaan dapat menggunakan rasio-rasio

keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu.

Berikut bentuk-bentuk rasio keuangan (Rusaly, 2016):

A. Rasio Likuiditas

Menurut Fed Weston dalam Kasmir (2014) menyebutkan adanya rasio

likuiditas maka perusahaan dapat melihat apakah mampu memenuhi

kewajiban jangka pendek, sehingga bila ditagih perusahaan mampu

membayar utang terutama utang jatuh tempo. Kewajiban jangka pendek

perusahaan berupa gaji karyawan, gaji teknisi, gaji lembur, tagihan telepon,

dsb (Fahmi, 2013).

Rasio likuiditas atau biasa disebut rasio modal kerja digunakan untuk

mengetahui seberapa likuid perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Dari perhitungan rasio likuiditas menghasilkan penilaian yaitu

apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, maka perusahaan dapat

dikatakan likuid dan perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajibannya,

perusahaan dapat dikatakan illikuid (Kasmir, 2014). Rasio likuditas ini terdiri

dari berbagai macam rasio seperti yang disebutkan Sunyoto (2013) dalam

Rusaly (2016) antaralain sebagai berikut :

a. Current ratio, rasio ini diukur dengan cara membandingkan antara aktiva

lancar dengan utang lancar atau utang jangka pendek.

b. Quick ratio, rasio ini diukur dengan cara membandingkan antara kas

dikurang persediaan dengan utang lancar atau utang jangka pendek.

c. Cash ratio, rasio ini diukur dengan cara membandingkan kas dan surat-

surat berharga dengan utang lancar.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

27

d. Receivable turnover, rasio ini diukur dengan cara membandingkan

penjualan bersih kredit dengan rata-rata piutang.

e. Inventory turnover, rasio ini diukur dengan cara membandingakn antara

penjualan bersih dengan rata-rata persediaan.

B. Rasio Profitabilitas

Setiap perusahaan memiliki tujuan unuk memperoleh keuntungan yang

maksimal. Sehingga manajemen perusahaan dalam praktinya harus mencapai

target yang telah ditetapkan. Untuk mengukur seberapa besar keuntungan

perusahaan digunakan rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas.

Menggambarkan kemamapuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan

menggunakan semua sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas modal,

jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya dapat diukur menggunakan

rasio profitabilitas (Harahap, 2009 dalam Rusaly, 2016).

Berikut beberapa rasio yang termasuk rasio profitabilitas (Harahap, 2009

dalam Rusaly 2016):

a. Margin laba, rasio ini diukur dengan cara membandingkan pendapatan

bersih dengan penjualan.

b. Aset turn over, rasio ini diukur dengan cara membandingkan penjualan

bersih dengan total aktiva.

c. Return on Investment, rasio ini diukur dengan cara membandingkan laba

bersih dengan rata-rata modal.

d. Return on total asset, rasio ini diukur dengan cara membandingkan laba

bersih dengan total aset.

e. Basic Earning Power, rasio ini diukur dengan cara membandingkan laba

sebelum bunga dan pajak dengan total aktiva.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

28

f. Earning per share, rasio ini diukur dengan cara membandingkan laba

bagian saham bersangkutan dengan jumlah saham.

C. Rasio Leverage

Dalam menjalankan perusahaan pasti memerlukan dana untuk memenuhi

kebutuhan perusahaan. Dengan adanya dana perusahaan dapat membayar

kewajiban jangka pendek atau jangka panjang serta perusahaan dapat

melakukan ekspansi. Sumber dana perusahaan pada umumnya diperoleh dari

modal sendiri dan pinjaman (bank atau lembaga keuangan lainnya).

Sebelum memutuskan sumber dana apa yang digunakan, harus digunakan

beberapa perhitungan yang matang. Perhitungan ini biasa disebut dengan

rasio leverage. Rasio ini dapat menggambarkan sejauh mana aset perusahaan

dibiayai dengan utang (Kasmir, 2014). Jadi, perusahaan harus memperhatikan

berapa hutang yang layak diambil dan darimana sumber-sumber yang dapat

dipakai untuk membayar hutang.

Fahmi (2013) dalam Rusaly (2016) menjelaskan ada beberapa jenis yang

termasuk dalam rasio leverage yaitu sebagai berikut:

a. Debt to total assets atau debt ratio

Rasio ini diukur dengan cara membandingkan total hutang dengan total

aset.

b. Debt to equity ratio

Rasio ini diukur dengan cara membandingkan total hutang dengan total

modal sendiri.

c. Times interest earned ratio

Rasio ini diukur dengan cara membandingkan laba sebelum bunga dan

pajak dengan beban bunga.

d. Long-term debt to total capitalization

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

29

Rasio ini diukur dengan cara membandingkan hutang jangka panjang

dengan hutang jangka panjang ditambah ekuitas pemegang saham.

e. Fixed Charge Coverage

Rasio ini diukur dengan cara membandingkan laba usaha ditambah beban

bunga dengan beban bunga ditambah beban sewa.

f. Cash flow adequency

Rasio ini diukur dengan cara membandingkan arus kas dari aktivitas

operasi dengan pengeluaran modal ditambah pelunasan utang ditambah

bayar deviden.

D. Rasio Aktivitas

Untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan

seperti penjualan, persediaan, penagihan piutang, dan sebagainya serta dapat

menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari,

dibutuhkan perhitungan yang biasa dikenal dengan nama rasio aktivitas

(Kasmir, 2014).

Jenis-jenis rasio aktivitas menurut Harahap (2009) dalam Rusaly (2016)

adalah sebagai berikut:

a. Perputaran persediaan

rasio ini diukur dengan cara membandingkan harga pokok penjualan

dengan rata-rata persediaan barang.

b. Perputaran piutang

Rasio ini diukur dengan cara membandingkan penjualan kredit bersih

dengan rata-rata piutang.

c. Perputaran aktiva tetap

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

30

Rasio ini diukur dengan cara membandingkan penjualan dengan ativa

tetap bersih.

d. Perputaran total aset

Rasio ini diukur dengan cara membandingkan penjualan dengan total

asset

e. Periode penagihan piutang

Rasio ini diukur dengan cara membandingkan piutang rata-rata dengan

penjualan per hari.

E. Rasio Pertumbuhan

Rasio pertumbuhan dapat menggambarkan seberapa besar kemampuan

perusahaan dalam mempertahankan posisinya dalam perkembangan ekonomi

(Fahmi, 2013). Selain itu dengan rasio pertumbuhan perusahaan dapat

melihat presentasi pertumbuhan pos-pos dari tahun ke tahun (Harahap, 2009).

Dalam rasio pertumbuhan yang dianalisis menurut Kasmir (2014) dalam

Rusaly (2016) adalah sebagai berikut:

a. Pertumbuhan penjualan

Rasio ini diukur dengan cara membandingkan penjualan tahun ini

dikurangkan penjualan tahun lalu dengan penjualan tahun lalu.

b. Pertumbuhan laba bersih

Rasio ini diukur dengan cara membandingkan laba bersih tahun ini

dikurangkan laba bersih tahun lalu dengan laba bersih tahun lalu.

c. Pendapatan per saham

Rasio ini diukur dengan cara membandingkan pendapatan per saham

tahun ini dikurangkan dengan pendapatan per saham tahun lalu dengan

pendapatan per saham tahun lalu.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

31

d. Deviden per saham

Rasio ini diukur dengan cara membandingkan deviden per saham tahun

ini dikurangkan deviden per saham tahun lalu dengan deviden per saham

tahun lalu.

2.1.6 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menggambarkan seberapa besar jumlah aset yang

dimiliki perusahaan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari total aset perusahaan.

Semakin besar ukuran perusahaan, tentunya akan semakin banyak jumlah aset

yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Perusahaan akan lebih stabil keadaannya,

dalam artian lebih kuat dalam menghadapi ancaman financial distress jika

perusahaan tersebut memiliki jumlah aset yang besar (Hidayat, 2014).

Menurut Hidayat (2014), ukuran perusahaan merupakan skala yang

menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan atau banyak sedikitnya aset yang

dimiliki perusahaan, dimana dapat diukur dengan berbagai cara, antara lain total

aset, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Namun pada dasarnya ukuran

perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large firm),

perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm).

Putri dan Merkusiwati (2014) menyatakan bahwa perusahaan yang

memiliki total aset yang besar akan mudah melakukan diversifikasi dan cenderung

lebih kecil mengalami kebangkrutan. Semakin besar total aset yang dimiliki

perusahaan diharapkan perusahaan semakin mampu dalam melunasi kewajiban di

masa depan sehingga perusahaan dapat menghindari permasalahan keuangan

(Fachrudin, 2011). Perusahaan dengan pertumbuhan yang positif memberikan

suatu tanda bahwa ukuran perusahaan tersebut semakin berkembang dan

mengurangi kecenderungan ke arah kebangkrutan (Januarti, 2009 dalam

Permatasari, 2016).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

32

2.2 Tinjuan Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menguji tentang efektivitas

rasio keuangan dan ukuran perusahaan yang mempengaruhi financial distress di

suatu perusahaan, antara lain adalah sebagai berikut:

Daftar Tabel II.1

Penelitian Terdahulu

NO PENELITI JUDUL VARIABEL HASIL

1 Srengga,

(2012)

Analisis Rasio

Keuangan untuk

Memprediksi

Kondisi

Financial

Distress

Perusahaan

Manufaktur yang

Terdaftar

Dibursa Efek.

Independen:

- Likuiditas

- Profitabilitas

-Financial Leverage

- Arus kas operasi

Dependen:

- financial distress.

1. Likuiditas,

Financial

leverage tidak

memiliki

pengaruh

signifikan

terhadap

kondisi

financial

distress

2. Profitabilitas

berpengaruh

signifikan

terhadap

kondisi

financial

distress

3. Arus kas dari

aktivitas

operasi

berpengaruh

signifikan

terhadap

kondisi

financial

distress

2 Hidayat

dan

Meiranto

(2014)

Prediksi

Financial

Distress

Perusahaan

Manufaktur di

Indonesia (Studi

Empiris pada

Independen:

- Leverage

- Rasio likuiditas

- Rasio aktivitas

- Rasio profitabilitas

1. Rasio

leverage,

Rasio

likuiditas,

Rasio

aktivitas

menunjukkan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

33

Perusahaan

Manufaktur yang

Terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia

Periode (2007-

2012 )

Dependen:

- Financial distress

pengaruh

signifikan

dalam

memprediksi

financial

distress.

2. Rasio

profitabilitas,

ukuran

perusahaan

menunjukkan

pengaruh

tidak

signifikan

terhadap

financial

distress.

3 Purnomo

dan

Hastuti,

(2014)

Analisis Hasil

Aplikasi Sistem

Informasi

Akuntansi

Sebagai Alat

Prediksi

Financial

Distress

Perusahaan

Independen:

- Rasio Profitabilitas

- Rasio Likuiditas

- Rasio Leverage

Dependen:

- Financial Distress.

1. Rasio

Profitabilitas

berpengaruh

terhadap

financial

distress

2. Rasio

likuiditas, dan

rasio leverage

tidak

berpengaruh

terhadap

financial

distress

4 Gobenvy

(2014),

Pengaruh

Profitabilitas,

Financial

Leverage dan

Ukuran

Perusahaan

terhadap

Financial

Distress Pada

Perusahaan

Manufaktur

Yang Terdaftar

Di Bursa Efek

Independen:

- Profitabilitas

- Financial Leverage

-Ukuran Perusahaan

Dependen:

- Financial Distress.

1. Profitabilitas,

Financial

leverage

berpengaruh

signifikan

dalam

memprediksi

kondisi

financial

distress.

2. Ukuran

perusahaan

tidak memiliki

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

34

IndonesiaTahun

2009-2011

pengaruh

terhadap

financial

distress

5 Utami

(2015),

Pengaruh

Aktivitas,

Leverage, dan

Pertumbuhan

Perusahaan

Dalam

Memprediksi

Financial

Distress

Independen:

- Aktivitas

- Leverage

-Pertumbuhan

perusahaan

Dependen:

- Financial distress

1. Aktivitas

tidak

berpengaruh

terhadap

prediksi

financial

distress.

2. Leverage dan

pertumbuhan

perusahaan

berpengaruh

terhadap

prediksi

financial

distress.

6 Hastuti

dan

Purwanto

(2015)

Analisis Rasio

Keuangan

Sebagai Alat

Prediksi

Financial

Distress Bagi

Perusahaan

Manufaktur di

Bursa Efek

Indonesia Tahun

2009-2012

Independen:

- Rasio Likuiditas

- Rasio Leverage

- Rasio Aktivitas

-Ukuran perusahaan

Dependen:

- Financial distress

1. Rasio

Likuiditas,

rasio

Leverage,

rasio aktivitas

berpengaruh

terhadap

financial

distress.

2. Ukuran

perusahaan

berpengaruh

terhadap

financial

distress

7 Rahmi,

(2015)

Pengaruh

Profitabilitas,

Financial

Leverage, Sales

Growth dan

Aktivitas

Terhadap

Financial

Distress (Studi

Independen:

- Profitabilitas

-Financial Leverage

- Sales Growth

- Aktivitas

Dependen:

1. Profitabilitas,

berpengaruh

signifikan

terhadap

kondisi

financial

distress.

2. Financial

Leverage,

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

35

Empiris pada

Perusahaan

Manufaktur yang

Terdaftar di BEI

Tahun 2009-

2012)

- Financial distress

Sales Growth,

Aktivitas

tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap

kondisi

financial

distress.

8 Permatasa

ri, (2016)

Pengaruh Rasio

Keuangan dan

Ukuran

Perusahaan

Terhadap

Financial

Distress (Studi

Pada Perusahaan

Pertambangan

Yang Terdaftar

Di Bursa Efek

Indonesia Tahun

2011-2014)

Independen:

- Rasio likuiditas

- Rasio leverage

- Rasio Profitabilitas

- Rasio aktivitas

-Ukuran perusahaan

Dependen:

- Financial distress

1. Rasio

likuiditas,

Rasio

leverage

berpengaruh

signifikan

terhadap

financial

distress

2. Rasio

Profitabilitas,

Rasio

aktivitas

berpengaruh

signifikan

terhadap

financial

distress

3. Ukuran

perusahaan

berpengaruh

signifikan

terhadap

financial

distress

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

36

9 Rusaly,

(2016)

Pengaruh

Likuiditas dan

Profitabilitas

terhadap

Financial

Distress pada

Perusahaan

Transportasi

yang Terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia (BEI)

Tahun 2010-

2014

Independen:

- Rasio likuiditas

- Rasio Profitabilitas

Dependen:

- Financial distress

1. Rasio

likuiditas

berpengaruh

signifikan

terhadap

financial

distress

2. Rasio

Profitabilitas

berpengaruh

signifikan

terhadap

financial

distress

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana

hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam

suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis

antara variabel-variabel penelitian yaitu variabel bebas dengan variabel terikat.

Berdasarkan uraian dari tinjauan pustaka dan review penelitian terdahulu,

maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas, rasio

profitabilitas, rasio leverage, rasio aktivitas dan ukuran perusahaan terhadap

variabel dependen financial distress. Adapun kerangka pemikiran yang

menggambarkan hubungan tersebut adalah sebagai berikut :

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

37

Gambar II.1

Kerangka Konseptual

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan :

: Pengaruh secara parsial

2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh rasio likuiditas terhadap prediksi Financial distress

Rasio likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur

likuiditas perusahaan. Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan

perusahaan mendanai operasional perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang)

jangka pendek (Sawir, 2005). Likuiditas perusahaan diasumsikan dalam penelitian

ini mampu menjadi alat prediksi kondisi financial distress suatu perusahaan dan

diukur dengan current ratio, yaitu aktiva lancar dibagi hutang lancar (CA/CL).

Current ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka

pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Semakin besar rasio likuiditas

maka semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.

Hidayat dan Meiranto, (2014) menganalisis rasio keuangan untuk

memprediksi financial distress. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa likuiditas

Rasio Likuiditas

Rasio Profitabilitas

Rasio Leverage

Rasio Aktivitas

Ukuran Perusahaan

Financial Distress

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

38

yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar (CA/CL), memiliki pengaruh

signifikan terhadap kondisi financial distress perusahaan, hasil penelitian tersebut

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti dan Purwanto (2015) dan

Rusaly (2016), bahwa rasio likuiditas berpengaruh signifikan terhadap kondisi

financial distress perusahaan.

Hipotesis pertama yang dikembangkan berdasarkan uraian di atas adalah sebagai

berikut:

H1 : Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap prediksi financial distress

perusahaan.

2.4.2 Pengaruh rasio profitabilitas terhadap prediksi Financial distress

Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan

keputusan, dimana rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas

kemampuanperusahaan untuk memperoleh keuntungan dari setiap rupiah

penjualan yang dihasilkan. Profitabilitas adalah tingkat keberhasilan atau

kegagalan perusahaan selama jangka waktu tertentu (Atmini, 2005).

Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi berarti memiliki laba yang

besar, hal ini berarti perusahaan tersebut semakin kecil kemungkinan untuk

mengalami financial distress. Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti dan

Purwanto (2015), menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan

terhadap kondisi financial distress perusahaan. Permatasari (2016) dan Rusaly

(2016), menunjukkan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kondisi

financial distress dan rasio yang paling dominan dalam memprediksi kondisi

financial distress adalah rasio profitabilitas.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis kedua dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

H2 : Rasio profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap prediksi financial

distress

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

39

2.4.3 Pengaruh Rasio Leverage terhadap Prediksi Financial Distress

Rasio leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi

kewajiban-kewajibannya (baik itu jangka pendek maupun jangka panjang). Rasio

leverage menekankan pada seberapa besar proporsi hutang yang digunakan dalam

pendanaan aset perusahaan. Di samping itu, dalam teori keagenan kelangsungan

hidup perusahaan berada di tangan agen. Apakah agen memutuskan untuk

melakukan pendanaan dari pihak ketiga atau tidak. Namun jika proporsi hutang

yang dimiliki perusahaan terlalu besar, maka perlu dipertanyakan apakah terjadi

kesalahan pengambilan keputusan oleh agen dalam mengelola perusahaan atau

agen memang sengaja bertindak sesuatu yang hanya mementingkan dirinya

sendiri. Oleh karena itu keputusan agen mengenai pendanaan aset perusahaan

sangatlah penting, karena jika agen terlalu banyak menggunakan dana pihak

ketiga sebagai pendanaannya, maka akan timbul kewajiban yang lebih besar di

masa mendatang, dan hal itu akan mengakibatkan perusahaan akan rentan

terhadap kesulitan keuangan atau financial distress (Hidayat, 2014). Semakin

besar leverage maka semakin besar probabilitas perusahaan mengalami financial

distress.

Pada penelitian Hastuti dan Purwanto (2015), menunjukkan bahwa rasio

leverage berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Selain itu terdapat

penelitian dari Gobenvy (2014) dan Permatasari (2016) yang juga menggunakan

rasio leverage dan memiliki hasil yang berpengaruh signifikan terhadap financial

distress.

Berdasarkan argumen di atas, hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai

berikut :

H3 : Rasio leverage berpengaruh signifikan terhadap prediksi financial

distress.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

40

2.4.4 Pengaruh Rasio Aktivitas terhadap prediksi Financial Distress

Menurut Kasmir (2012), aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aset yang dimilikinya.

Dapat pula dikatakan bahwa aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan.

Selanjutnya Ress (1995) dalam Permatasari (2016) juga menyatakan bahwa

aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan

sumber daya yang dimiliki atau sejauhmana efektifitas penggunaan aset, dengan

melihat tingkat aktivitas aset, seperti rasio periode pengumpulan piutang, rasio

tingkat perputaran piutang, rasio tingkat perputaran persediaan, rasio tingkat

perputaran aktiva tetap, dan rasio tingkat perputaran total aktiva.

Pada penelitian Hastuti dan Purwanto (2015), menunjukkan rasio aktivitas

berpengaruh signifikan terhadap prediksi financial distress, penelitian tersebut

konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Permatasari (2016) bahwa rasio

aktivitas berpengaruh signifikan terhadap prediksi financial distress. Berdasarkan

hasi penelitian tersebut maka peneliti mengambil hipotesis sebagai berikut :

H4 : Rasio aktivitas berpengaruh signifikan terhadap prediksi financial

distress.

2.4.5 Pengaruh ukuran Perusahaan terhadap prediksi Financial Distress

Perusahaan dengan pertumbuhan yang positif memberikan suatu tanda

bahwa ukuran perusahaan tersebut semakin berkembang dan mengurangi

kecenderungan ke arah kebangkrutan. Untuk mempunyai pertumbuhan positif,

perusahaan seharusnya mempunyai akses pasar. Perusahaan besar akan lebih

mampu untuk menyelesaikan masalah keuangan yang dihadapi dan

mempertahankan kelangsungan usahanya.

Ukuran perusahaan adalah skala yang menunjukkan besar kecilnya

perusahaan yang dapat diukur dengan berbagai cara, antara lain : total aset, log

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/638/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Financial Distress Kondisi keuangan perusahaan menjadi perhatian

41

size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Namun, pada dasarnya ukuran perusahaan

hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan

menengah (medium-size), perusahaan kecil (small firm) (Fitdini, 2009).

Hastuti dan Purwanto (2015), menunjukkan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh positif dalam memprediksi financial distress, penelitian tersebut

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Permatasari (2016) bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh signifikan dalam memprediksi financial distress , dari

penelitan tersebut maka penulis mengambil hipotesis sebagai berikut :

H5 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap prediksi

financial distress.