bab ii tinjauan pustaka 2.1 kajian teori 2.1 · sia-sia. dapat dicegah. tujuan . dari. supervisi...

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Supervisi a. Pengertian Supervisi Supervisi merupakan salah satu proses kegiatan atau pelaksanaan sistem manajemen yang merupakan bagian dari fungsi pengarahan serta pengawasan dan pengendalian(controlling). Menurut Purwanto(2010:76)bahwa Supervisi sebagai pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Sedangkan Adam dan Dickey(1959:2)yang dikutip oleh Sahertian(2008:17)mengemukakan supervisi adalah program yang terencana untuk memperbaiki pengajaran. Pendapat tersebut diperkuat oleh Mulyasa(2013:240)bahwa supervisi sebagai bantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Dari pengertaian tersebut dapat diartikan bahwa supervisi adalah kegiatan pembinaan kinerja guru dan staf yang direncanakan dan terprogram agar tercipta kinerja yang lebih baik. Supervisi sangat diperlukan karena merupakan 7

Upload: others

Post on 21-Dec-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Supervisi

a. Pengertian Supervisi

Supervisi merupakan salah satu proses

kegiatan atau pelaksanaan sistem manajemen

yang merupakan bagian dari fungsi pengarahan

serta pengawasan dan pengendalian(controlling).

Menurut Purwanto(2010:76)bahwa Supervisi

sebagai pembinaan yang direncanakan untuk

membantu para guru dan pegawai sekolah dalam

melakukan pekerjaan mereka secara efektif.

Sedangkan Adam dan Dickey(1959:2)yang dikutip

oleh Sahertian(2008:17)mengemukakan supervisi

adalah program yang terencana untuk

memperbaiki pengajaran. Pendapat tersebut

diperkuat oleh Mulyasa(2013:240)bahwa

supervisi sebagai bantuan dalam pengembangan

situasi belajar mengajar yang lebih baik.

Dari pengertaian tersebut dapat diartikan

bahwa supervisi adalah kegiatan pembinaan

kinerja guru dan staf yang direncanakan dan

terprogram agar tercipta kinerja yang lebih baik.

Supervisi sangat diperlukan karena merupakan

7

8

usaha yang sifatnya membantu guru atau

melayani guru agar ia dapat memperbaiki,

mengembangkan, dan bahkan meningkatkan

mutu pendidikan dan tercapainya tujuan

pendidikan Sagala (2009:125) berpendapat bahwa

program supervisi di sekolah adalah program

pengembangan guru yang kegiatannya dirancang

pada penyajian informasi dan jenis pendekatan,

yang bertujuan membantu guru memahami

informasi, mengaplikasikan pengajaran,

memahami pengetahuan serta integrasi nilai dan

sikap. Sedangkan Herabudin (2009:195) supervisi

adalah suatu pembinaan yang direncanakan

untuk membantu para guru dan pegawai sekolah

lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka.

Berdasarkan uraian di atas maka perlunya

supervisi di sekolah karena sangat membantu

perkembangan kepemimpinan guru-guru dan

personel sekolah dalam mencapai tujuan

pendidikan.

Dari pengertian yang telah dikemukakan

dapat disimpulkan beberapa aspek penting

supervisi, yaitu:

1. bersifat bantuan dan pelayanan kepada

kepala sekolah, guru dan staf.

2. untuk pengembangan kualitas diri guru.

9

3. untuk pengembangan profesional guru.

4. untuk memotivasi guru.

Kegiatan supervisi yang dilakukan di SDN

Pakintelan 01 Gunungpati Kota Semarang masih

berorientasi pada penilaian administrasi dan

kegiatan belajar mengajar (KBM) sehingga

suasana kemitraan antara guru dan supervisor

kurang tercipta, secara psikologis masih ada guru

terbebani adanya supervisi, padahal kegiatan

supervisi akan efektif jika perasaan terbebas dari

berbagai tekanan diganti dengan suasana

pemberian pelayanan serta pemenuhan

kebutuhan yang bersifat informal.

b. Manfaat dan Tujuan Supervisi

Supervisi yang dilakukan secara baik dan

benar maka akan diperoleh beberapa manfaat.

Menurut Suarli & Bachtiar(2009)manfaat

supervisi adalah sebagai berikut.

1) Supervisi dapat meningkatkan efektifitas

kerja, meningkatan pengetahuan dan

keterampilan bawahan, dalam suasana kerja

yang harmonis antara atasan dan bawahan.

2) Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi

kerja, berkurangnya kesalahan yang

dilakukan bawahan, sehingga pemakaian

10

sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang

sia-sia dapat dicegah.

Tujuan dari supervisi akademik adalah

sebagai berikut:

1) Membantu guru-guru mengembangkan

proses belajar mengajar

2) Mengimplementasikan kurikulum

3) Mengimplementasikan tujuan pendidikan

4) Membantu mengembangkan profesional

guru

Apabila kedua peningkatan ini dapat

diwujudkan, sama artinya dengan telah

tercapainya tujuan suatu organisasi. Hal yang

sama seperti dinyatakan oleh Peter F. Oliva

(dalam Sagala, 2010:102) menegaskan tujuan

supervisi adalah: (1) membantu guru dalam

mengembangkan proses pembelajaran, (2)

mengembangkan kurikulum dalam kegiatan

pembelajaran, dan (3) membantu guru dalam

mengembangkan staf sekolah.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat

diketahui bahwa tujuan supervisi adalah (1)

membimbing dan memfasilitasi guru

mengembangkan kompetensi profesinya, (2)

memberi motivasi guru agar menjalankan

tugasnya secara efektif dan efisien (3) membantu

11

guru mengelola kurikulum dan pembelajaran (4)

membantu guru membina peserta didik agar

potensinya berkembang secara maksimal.

Supervisi memiliki manfaat penilaian

(evaluation) yaitu penilaian kinerja guru dengan

jalan penelitian, yakni mengumpulkan informasi

dan fakta-fakta mengenai kinerja guru dengan

cara melakukan penelitian. Kegiatan evaluasi dan

penelitian merupakan usaha perbaikan

berdasarkan data dan informasi sehingga dapat

meningkatkan kualitas kinerja guru.

2.1.2 Supervisi Akademik

2.1.2.1 Pengertian Supervisi Akademik

Supervisi akademik merupakan serangkaian

kegiatan untuk membantu guru mengembangkan

kemampuannya mengelola proses pembelajaran

(PPTK,2012:6). Zainal(2002:123) menyebutkan

supervisi akademik adalah bantuan profesional

kepada guru melalui perencanaan yang sistematis,

pengamatan yang cermat, serta umpan balik yang

objektif. Sedangkan Akhmad Sudrajat(2006)

menjelaskan pengertian supervisi akademik sebagai

kegiatan pembinaan kepada guru dalam

melaksanakan proses pembelajaran, yang bertujuan

meningkatkan kemampuan profesional guru dan

12

kualitas pembelajaran. Mulyasa (2013:249)

menyatakan supervisi akademik adalah bantuan

profesional kepada guru melalui siklus perencanaan

yang sistematis, pengamatan yang cermat dan

umpan balik yang obyektif .

Berdasarkan uraian di atas maka yang

dimaksud supervisi akademik adalah suatu kegiatan

berupa pemberian bantuan atau pembinaan bagi

guru terutama yang menyangkut masalah

pembelajaran sehingga pada akhirnya terjadi

peningkatan kompetensi.

Dengan demikian, berarti esensi supervisi

akademik itu sama sekali bukan menilai kinerja

guru dalam mengelola proses pembelajaran,

melainkan membantu guru mengembangkan

kemampuan profesionalismenya.

Salah satu kompetensi yang harus dikuasai

oleh kepala sekolah adalah supervisi. Menurut

KBBI (2002) kata supervisi artinya pengawasan

utama, pengontrolan utama, dan kata akademik

maknanya sesuatu yang berhubungan dengan

lembaga pendidikan tinggi yang mendidik tenaga

profesional. Berkaitan dengan itu Pidarta (2009)

menyebutkan supervisi adalah segala bantuan dari

para pimpinan sekolah, yang ditujukan kepada

13

guru-guru dan personel sekolah di dalam mencapai

tujuan.

Supervisi yang diberikan untuk menilai dan

membina guru dalam rangka mempertinggi kualitas

proses pembelajaran, akan berdampak terhadap

kualitas hasil belajar siswa disebut supervisi

akademik. Menurut Bahan Belajar Mandiri (BBM)

Bermutu (2009) supervisi akademik adalah

serangkaian kegiatan membantu guru

mengembangkan kemampuannya mengelola proses

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Supervisi Akademik adalah bantuan

profesional kepada guru melalui siklus perencanaan

yang sistematis, pengamatan yang cermat, dan

umpan balik yang objektif dan segera. Glickman

(1981:83), mendefinisikan supervisi akademik

adalah serangkaian kegiatan membantu guru

mengembangkan kemampuannya mengelola proses

pembelajaran demi pencapaian tujuan

pembelajaran. Sedangkan Daresh(1989:139)

menyatakan bahwa Supervisi akademik merupakan

upaya membantu guru-guru mengembangkan

kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat

dikatakan bahwa supervisi akademik adalah suatu

kegiatan layanan dan pembinaan yang direncanakan

14

oleh kepala sekolah yang dilakukan secara

sistematis untuk membantu para guru baik secara

individu atau kelompok dalam usaha memperbaiki

proses pembelajaran atau melakukan tugasnya

secara efektif.

2.1.2.2 Prinsip-Prinsip Supervisi Akademik

Menurut Modul BBM Bermutu (2009) ada

beberapa prinsip yang harus dipahami apabila akan

melaksanakan supervisi akademik, prinsip-prinsip

itu adalah (1). Praktis, artinya mudah dikerjakan

sesuai kondisi sekolah. (2) Sistematis, artinya

dikembangan sesuai perencanaan program supervisi

yang matang dan tujuan pembelajaran. (3) Objektif,

artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen.(4)

Realistis, artinya berdasarkan kenyataan

sebenarnya. (5) Antisipatif, artinya mampu

menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan

terjadi. (6) Konstruktif, artinya mengembangkan

kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan

proses pembelajaran. (7) Kooperatif, artinya ada

kerja sama yang baik antara supervisor dan guru

dalam mengembangkan pembelajaran. (8)

Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling

asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan

pembelajaran. (9) Demokratis, artinya supervisor

tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi

15

akademik. (10) Aktif, artinya guru dan supervisor

harus aktif berpartisipasi. (11) Humanis, artinya

mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang

harmonis,terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan

penuh humor. (12) Berkesinambungan supervisi

akademik dilakukan secara teratur dan

berkelanjutan. (13) Terpadu, artinya menyatu

dengan dengan program pendidikan. (14)

Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan

supervisi akademik.

Berdasar pendapat tersebut, mengandung arti

bahwa ke-14 prinsip pelaksanaan supervisi

akademik harus dilaksanakan secara komprehenshif

sehingga mampu mengasilkan produk berupa

kinerja guru yang berkualitas dalam proses

pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti

memfokuskan pada prinsip kooperatif, kekeluargaan

dan demokratis.

2.1.2.3 Prosedur Supervisi Akademik

Supervisi merupakan suatu proses yaitu

serangkaian kegiatan yang membawa guru ke

tingkat kemampuan yang lebih tinggi. Jadi supervisi

tidak dapat diselesaikan dengan satu kegiatan

16

kunjungan kelas saja, atau dengan wawancara dan

menyuruh guru mengikuti penataran. Menurut Rivai

(2008: 75) menggambarkan prosedur supervisi

pendidikan sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.1 Prosedur Supervisi Pendidikan

A Pengumpulan data tentang keseluruhan situasi belajar

mengajar:

Murid

Guru

Program pengajaran

Alat/ fasilitas

Situasi

Dengan cara/ teknik:

Observasi/ kunjungan

kelas

Pertemuan pribadi

Studi laporan dan

dokumen

Kuesioner

B Pengumpulan/ penilaian, tentang:

Keberhasilan murid

Keberhasilan guru

Faktror-faktor penunjang

dan penghambat dalam

PBM

Dengan cara:

Menentukan kriteria

bersama

Pertemuan pribadi

Diskusi antar guru

C Diskusi kelemahan, tentang:

Penampilan guru di depan

kelas

Penguasaan materi

Penguasaan metode

Hubungan antar personel

Administrasi kelas

Dengan cara:

Pertemuan pribadi

Rapat staff

Konsultasi dengan nara

sumber/ ahli

D Memperhatikan kelemahan/

meningkatkan kemampuan, dalam

hal:

Kelemahan/ kekurangan yang telah

di kemukakan bersama

Dengan cara:

Informasi langsung

Demokratis

Inter class dan inter school

visit

Tugas bacaan

Penataran dalam berbagai

bentuk

E Bimbingan dan pengembangan,

dalam hal :

Penerapan hasil usaha

Dengan cara:

Kunjungan kelas

Pertemuan pribadi

17

Peningkatan/ penataran

F Penilaian kemajuan, dalam hal:

Perubahan yang telah

dicapai

Sebagai hasil peningkatan

dan bimbingan

Dengan cara:

Kunjungan kelas

Pertemuan pribadi

Observasi

Diskusi

Berdasarkan pendapat penulis prosedur supervisi

akademis meliputi:

1. menyiapkan dokumen supervisi.

2. supervisi dilaksanakan berdasarkan jadwal yang

sudah dipersiapkan dan dengan pemberitahuan

guru.

3. membuat catatan selama pengamatan.

4. mengkomunikasikan hasil supervisi kepada guru,

memberi solusi sesuai dengan masalah yang

dihadapi guru.

2.1.2.4 Perencanaan Supervisi Akademik

Praktik penyelenggaraan pendidikan di

sekolah merupakan rangkaian proses kegiatan

yang dimulai dari tahap perencanaan,

pengorganisasian, aktifitas, dan pengawasan atau

supervisi, sedang supervisi itu sendiri adalah

salah satu bagian dari keseluruhan yang juga

harus direncanakan secara sistematis. Kegiatan

supervisi, dapat tercapai apabila direncanakan

18

secara matang, karena perencanaan yang baik,

dapat mengantisipasi hal hal yang akan terjadi

di masa yang akan datang. Tanpa perencanaan

yang jelas prosedur kerja menjadi tidak menentu

dan mengecewakan banyak pihak.

Perencanaan merupakan suatu upaya

terstruktur yang dilakukan oleh seseorang dengan

tujuan supaya apa yang nantinya dilaksanakan

dapat terorganisir dengan baik. Perencanaan pada

dasarnya adalah menentukan kegiatan yang hendak

dilaksanakan pada masa yang akan datang.

Menurut Nawawi (1981 : 41), perencanaan adalah

persiapan menyusun suatu keputusan berupa

langkah-langkah penyelesaian masalah atau

pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah untuk

mencapai tujuan tertentu atau suatu cara untuk

mengantisipasi perubahan sesuai tujuan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat

disimpulkan bahwa perencanaan adalah program

kerja. Setelah mengetahui pengertian atau definisi

perencanaan, maka yang dimaksud dengan

perencanaan supervisi akademik adalah program

kegiatan atau rencana yang akan dilakukan dalam

melaksanakan kegiatan supervisi akademik dimana

menyangkut dua aspek pokok yang harus ada dalam

perencanaan supervisi akademik yaitu penjadwalan

19

kapan supervisi dilakukan dan target apa yang akan

dicapai.

Sebelum seorang pengawas melakukan

kegiatan pengawasan, terlebih dahulu harus

disusun rencana program kegiatan yang

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Perencanaan harus komprehensif, artinya

menyeluruh dan menjangkau berbagai aspek

supervisi. Semua tahapan merupakan satu

kesatuan yang tak dapat dipisah-pisahkan.

b. Perencanaan harus kooperatif, artinya

melibatkan banyak orang yang terkait dengan

supervisi, karena seorang supervisor akan

memerlukan bantuan oarang lain dalam

melakukan supervisinya.

c. Perencanaan bersifat fleksibel, tidak kaku,

terbuka ruang untuk dialog dan

mengakomodasi perubahan yang terjadi di

lapangan.

Dalam hal perencanaan supervisor

menentukan ruang lingkupnya meliputi:

a. Pelaksanaan KTSP

b. Persiapan, pelaksanaan, dan penilaian

pembelajaran

c. Pencapaian standar kompetensi lulusan,

standar proses dan standar isi.

20

d. Peningkatan mutu pembelajaran meliputi:

1) model kegiatan pembelajaran

2) proses pembelajaran

3) keterlibatan peserta didik secara aktif

dalam proses pembelajaran.

2.1.2.5 Pelaksanaan Supervisi Akademik

Supervisi akademik adalah supervisi

yang memusatkan perhatian secara penuh

terhadap bidang akademik. Dalam pelaksanaan

supervisi akademik perlu diperhatikan hal-hal

sebagai berikut (Burhanuddin, 2005: 99):

1. Supervisi dilaksanakan dengan persiapan dan

perencanaan yang sistematis.

2. Supervisi dilaksanakan dengan memberitahu

terlebih dahulu kepada orang-orang yang

bersangkutan .

3. Supervisi dilakukan dengan beberapa tehnik

dan metode untuk menghasilkan hasil yang

komprehensip.

4. Perlu dipersiapkan instrumen yang diperlukan

dalam supervisi, seperti blangko-blangko.

5. Hendaknya dilakukan pelaporan pada pihak-

pihak terkait setelah selesai supervisi .

Suatu pekerjaan agar dapat dilakukan

secara baik, terarah, dan menghasilkan hasil

21

yang optimal maka perlu diperhatikan prinsip-

prinsip dalam melakukan pekerjaan itu.

Demikian juga dengan pelaksanaan supervisi

akademik atau supervisi secara umum, perlu

memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut

(Sahertian, 2000: 20)

b. Ilmiah, artinya supervisi perlu dilaksanakan

secara :

1) Sistematis: terprogram, berkesinambungan,

dengan tahapan yang jelas.

2) Obyektif: bebas dari prasangka.

3) Menggunakan prosedur dan instrumen yang

valid dan reliabel.

4) Didasarkan pada pendekatan system.

c. Demokrasi, artinya supervisi dilaksanakan

dalam suasana keakraban antara supervisor

dengan guru

d. Kooperatif, artinya supervisi dapat efektif jika

terjalin kerja sama yang harmonis antara

supervisor dengan yang disupervisi

e. konstruktif, artinya supervisi dilaksanakan

untuk mendorong orang agar mengetahui

kelemahannya sehingga dapat memperbaiki

kekurangan itu

f. Kreatif, artinya supervisi dilaksanakan untuk

menumbuh kembangkan kreatifitas dan

22

potensi serta inovasi dalam bidang pendidikan

demi kemajuan di masa datang.

2.1.2.6 Tindak Lanjut Supervisi Akademik

Tindak lanjut merupakan kegiatan akhir dari

proses supervisi sebelum laporan dibuat, dengan

melakukan pertemuan antara supervisor dengan

yang disupervisi. Dalam pertemuan itu guru yang

disupervisi mendapat kesempatan untuk

menyampaikan pendapatnya mengenai pelaksanaan

tugasnya di kelas yang telah diamati oleh

supervisor, begitu juga supervisor mendapat

kesempatan untuk membantu guru untuk

mengatasi masalahnya dalam pelaksanaan

pembelajaran.

Langkah tindak lanjut dilakukan melaui

proses dialogis antara supervisor dengan yang

disupervisi untuk mendiskusikan langkah

perbaikan atas kekurangan-kekurangan dan

kelemahan yang dialami guru dalam proses

pembelajaran (Hasan, 2004: 133).

Pendekatan bersifat kemitraan dan

kekeluargaan, bukan bersifat instruksi dari atasan

kepada bawahan. Diskusi tindak lanjut merupakan

langkah menindaklanjuti dari apa yang ditemukan

dalam proses pengamatan pembelajaran, mencari

23

jalan keluar dalam upaya perbaikan dan

peningkatan kualitas pembelajaran tidak ada saling

debat dan bersama-sama mencari langkah yang

tepat dengan arahan dan bimbingan supervisor.

Diskusi dalam proses tindak lanjut supervisi

merupakan langkah awal dari keseluruhan proses

tindak lanjut itu sendiri karena masih ada bentuk

kongrit langkah lainnya yang harus dilakukan

berikutnya, yaitu: 1) catatan hasil supervisi, 2)

catatan perkembangan, dan 3) penugasan.

2.1.3 Evaluasi Program

Menurut Sudarwan Danim (2000:14), penilaian

(evaluating) adalah proses pengukuran dan

perbandingan dari hasil-hasil pekerjaan yang

nyatanya dicapai dengan hasil-hasil yang

seharusnya. Dari pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan

yang dilakukan untuk mengukur serta

membandingkan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan

yang telah dicapai dengan hasil yang seharusnya

menurut rencana, sehingga diperoleh informasi

mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan, serta

dapat dilakukan perbaikan bila terjadi

penyimpangan di dalamnya.

24

Evaluasi program merupakan suatu rangkaian

kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk

melihat tingkat keberhasilan program. Ada

beberapa pengertian tentang program sendiri.

Dalam kamus (a) program adalah rencana, (b)

program adalah kegiatan yang dilakukan dengan

seksama. Melakukan evaluasi program adalah

kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui

seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan

yang direncanakan (Suharsimi Arikunto, 1993:

297).

Menurut Tyler(1950) yang dikutip oleh

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul

Jabar(2009:5), evaluasi program adalah proses

untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan telah

terealisasikan. Selanjutnya menurut Cronbach

(1963) dan Stufflebeam (1971) yang dikutip oleh

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul

Jabar (2009: 5), evaluasi program adalah upaya

menyediakan informasi untuk disampaikan kepada

pengambil keputusan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat

dikatakan bahwa evaluasi program merupakan

proses pengumpulan data atau informasi yang

ilmiah yang hasilnya dapat digunakan sebagai

25

bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan

dalam menentukan alternatif kebijakan.

2.1.4 Tujuan dan Manfaat Evaluasi Program

Mulyatiningsih(2011:114-115) mengemukakan

bahwa evaluasi program dilakukan dengan tujuan

untuk:

a. Menunjukkan sumbangan program terhadap

pencapaian tujuan organisasi. Hasil evaluasi

ini penting untuk mengembangkan program

yang sama ditempat lain.

b. Mengambil keputusan tentang keberlanjutan

sebuah program, apakah program perlu

diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.

Dilihat dari tujuannya, yaitu ingin

mengetahui kondisi sesuatu, maka evaluasi

program dapat dikatakan merupakan salah

satu bentuk penelitian evaluatif. Oleh karena

itu, dalam evaluasi program, pelaksana berfikir

dan menentukan langkah bagaimana

melaksanakan penelitian. Menurut Suharsimi

Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009:

7), terdapat perbedaan yang mencolok antara

penelitian dan evaluasi program adalah sebagai

berikut:

26

a. Dalam kegiatan penelitian, peneliti ingin

mengetahui gambaran tentang sesuatu

kemudian hasilnya dideskripsikan,

sedangkan dalam evaluasi program

pelaksanan ingin menetahui seberapa tinggi

mutu atau kondisi sesuatu sebagai hasil

pelaksanaan program, setelah data yang

terkumpul dibandingkan dengan kriteria atau

standar tertentu.

b. Dalam kegiatan penelitian, peneliti dituntut

oleh rumusan masalah karena ingin

mengetahui jawaban dari penelitiannya,

sedangkan dalam evaluasi program

pelaksanan ingin mengetahui tingkat

ketercapaian tujuan program, dan apabila

tujuan belum tercapai sebagaimana

ditentukan, pelaksanan ingin mengetahui

letak kekurangan itu dan apa sebabnya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat

dikatakan bahwa evaluasi program merupakan

penelitian evaluative yang dimaksudkan untuk

mengetahui akhir dari adanya kebijakan, dalam

rangka menentukan rekomendasi atas kebijakan

yang lalu, yang pada tujuan akhirnya adalah

untuk menentukan kebijakan selanjutnya.

27

Dalam organisasi pendidikan, evaluasi

program dapat diartikan dengan kegiatan

supervisi. Secara singkat, supervisi diartikan

sebagai upaya mengadakan peninjauan untuk

memberikan pembinaan, maka evaluasi program

adalah langkah awal dalam supervisi, yaitu

mengumpulkan data yang tepat agar dapat

dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang

tepat pula.

Kesalahan anggapan bahwa supervisi hanya

menekankan aspek ketatausahaan saja. Jika

konsepnya seperti itu maka ada perbedaan

antara evaluasi program dengan supervisi. Jika

supervisi di lembaga pendidikan dilakukan

dengan objek buku-buku dan pekerjaan clerical

work maka evaluasi program dilakukan dengan

objek lembaga pendidikan secara keseluruhan.

Kebijakan supervisi yang berlangsung saat ini

dapat dikatakan sama dengan evaluasi program,

tetapi sasarannya ditekankan pada kegiatan

pembelajaran. Dengan kata lain, prestasi belajar

menjadi titik pusat perhatian. Oleh karena tujuan

utamanya memperhatikan prestasi belajar bidang

studi atau mata pelajaran maka supervisor (yang

didalam praktik disebut pengawas), disyaratkan

memiliki latar belakang bidang studi tertentu dan

28

harus memiliki pengalaman menjadi guru. Dilihat

dari ruang lingkupnya, supervisi dibedakan

menjadi tiga, yaitu (1) supervisi kegiatan

pembelajaran, (2) supervisi kelas, dan (3)

supervisi sekolah.

Berdasarkan pengertian tadi, supervisi

sekolah yang diartikan sebagai evaluasi program,

dapat diartikan dengan validasi lembaga dan

akreditasi. Evaluasi program merupakan langkah

awal dari proses akreditasi dan validasi lembaga.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:

Evaluasi program pendidikan tidak lain adalah

supervisi pendidikan dalam pengertian khusus,

tertuju pada lembaga secara keseluruhan.

Informasi yang diperoleh dari kegiatan

evaluasi sangat berguna bagi pengambilan

keputusan dan kebijakan lanjutan dari program,

karena dari masukan hasil evaluasi program

itulah para pengambilan keputusan akan

menentukan tindak lanjut dari program yang

sedang atau telah dilaksanakan. Wujud dari hasil

evaluasi adalah sebuah rekomendasi dari

evaluator untuk pengambil keputusan (decision

maker). Ada empat kemungkinan kebijakan yang

dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam

pelaksanaan sebuah program keputusan, yaitu:

29

1) menghentikan program. 2) merevisi program. 3)

melanjutkan program. 4) menyebar luaskan

program.

2.1.5 Konsep Gap Analysis

Model yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Gap Analisis Evaluation. Gap

analysis merupakan salah satu alat evaluasi yang

dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja dari

suatu instansi, khususnya dalam upaya

penyediaan pelayanan terhadap hal layak umum.

Hasil analisis tersebut dapat menjadi input yang

berguna bagi perencanaan dan penentuan

prioritas anggaran di masa yang akan datang.

Selain itu, gap analysis atau analisis kesenjangan

juga merupakan salah satu langkah yang sangat

penting dalam tahapan perencanaan maupun

tahapan evaluasi kinerja. Metode ini merupakan

salah satu metode yang umum digunakan dalam

pengelolaan manajemen internal suatu lembaga.

Secara harfiah kata “gap” mengindikasikan

adanya suatu perbedaan (disparity) antara satu

hal dengan hal lainnya.

Model Gap ini dikembangkan oleh

Parasuraman, Zeithamet, dan Barry dalam

serangkaian penelitian terhadap studi kasus yang

30

diambil. Model gap ini juga dikenal dengan model

ServQual (singkatan dari Service Quality) karena

gap analysis sering digunakan untuk mengukur

kualitas pelayanan. Model ini juga didasarkan

atau adanya asumsi konsumen membandingkan

kinerja layanan pada atribut-atribut relevan

dengan standar ideal/sempurna untuk masing-

masing atribut jasa.

Model gap ini juga pada dasarnya digunakan

pada bidang bisnis dan manajemen karena

dianggap mampu memudahkan perusahaan

untuk membandingkan kinerja aktual

potensialnya. Sehingga, pihak institusi dapat

mengetahui sektor dan bidang mana yang

sebaiknya harus diperbaiki dan ditingkatkan.

Dari penjelasan terkait gap analisis

sebelumnya, dapat dilihat bahwa terdapat

berbagai definisi gap analysis ialah sebagai suatu

metode atau alat yang digunakan untuk

membantu suatu lembaga membandingkan

performansi actual dengan performansi potensi.

Dengan kata lain, gap analisis merupakan suatu

metode yang digunakan untuk mengetahui

kinerja dari suatu program yang sedang berjalan

dengan sistem standar, termasuk program

pendidikan di sekolah.

31

Berikut ialah beberapa manfaat dari gap

analysis, yaitu antara lain:

a. Menilai seberapa besar kesenjangan antara

kinerja aktual dengan suatu yang yang

diharapkan.

b. Mengetahui peningkatan kerja yang

diperlukan untuk menutup kesenjangan

tersebut.

c. Menjadi salah satu dasar pengambilan

keputusan terkait prioritas waktu dan biaya

yang dibutuhkan untuk memenuhi standar

pelayanan yang telah ditetapkan.

d. Mengetahui kondisi terkini dan tindakan apa

yang akan dilakukan di masa yang akan

datang.

2.2 Kerangka Berpikir

Pelaksanaan supervisi pembelajaran Kepala

Sekolah dalam kinerja guru di SDN Pakintelan 01

Kecamatan Gunungpati Kota Semarang bisa dilihat

sebagaimana skema gambar berikut:

32

Gambar 2.1. Kerangka berpikir penelitian

2.3 Penelitian Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan dengan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ahmad Sugito (2009). Supervisi Kepala

Sekolah di SMPN 1 Purbalingga Tahun ajaran

2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala

sekolah dengan baik dan efektif berdampak positif

pada kinerja guru di sekolah, hal ini juga

berdampak pada peningkatan prestasi belajar

(kompetensi) siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Ali Sudin (2008). Implementasi Supervisi

Akademik Terhadap Proses Pembelajaran di Sekolah

Dasar Se Kabupaten Sumedang. Hasil penelitian ini

Faktor pendukung/

penghambat

Perencanaan supervisi

akademik dalam kinerja

guru di SDN Pakintelan 01

Pelaksanaan supervisi

akademik dalam kinerja

guru di SDN Pakintelan 01

Kinerja Guru sudah

maksimal

Tindak lanjut supervisi

akademik dalam kinerja

guru di SDN Pakintelan 01

Kinerja guru

belum optimal

33

adalah pelaksanaan supervisi dalam seluruh mata

pelajaran belum berjalan optimal, hal ini terbukti

dari persentase yang diperoleh sebesar 5,27%.

Secara pelaksanaan supervisi yang meyangkut

aspek pengelolaan pembelajaran berada dalam

kategori cukup yaitu 56,37%. Pelaksanaan supervisi

yang menyangkut aspek peningkatan kemampuan

akademik guru dalam pembelajaran berada dalam

kategori cukup yaitu 41%. Pelaksanaan supervisi

yang menyangkut aspek pengembangan profesi

sebagai guru mata pelajaran oleh supervisor berada

dalam kategori kurang yaitu 35,97%.

Penelitian Dalawi, Amrazi Zakso, Usman

Radiana (tt) Pelaksanaan Supervisi Akademik

Pengawas Sekolah Sebagai Upaya Peningkatan

Profesionalisme Guru SMP Negeri 1 Bengkayang.

Hasil penelitian diketahui bahwa (1) pelaksanaan

supervisi akademik di SMP Negeri 1 Bengkayang

dinilai dapat meningkatkan kinerja atau

profesionalisme guru dalam melaksanakan

pembelajaran; (2) Aspek-aspek yang disupervisi

dinilai telah mengarah pada materi/sasaran

supervisi akademik yang disesuaikan dengan

kebutuhan guru/sekolah; (3) Teknik supervisi

akademik yang digunakan cukup bervariasi; (4)

Kendala pelaksanaan supervisi akademik oleh

34

pengawas sekolah adalah terbatasnya waktu; (5)

Upaya yang dilakukan pengawas sekolah dinilai

sudah cukup, namun tetap perlu ditingkatkan; (6)

Frekuensi kunjungan pengawas sekolah dinilai

belum optimal karena masih ada guru yang belum

dikunjungi oleh pengawas sekolah.

Penelitian Iskandar Hasan (2011) dalam

Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru MIPA dalam

Menyusun RPP melalui Supervisi Akademik di SMP

Negeri 15 Kota Gorontalo. Hasil penelitian

menunjukkan adanya peningkatan kompetensi guru

dalam menyusun RPP yaitu pada siklus I nilai rata-

rata kompetensi guru adalah 66,15 % (kategori

cukup) sedangkan pada siklus II nilai rata-rata

adalah 91,99 % (kategori sangat baik) Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa Kegiatan

Supervisi Akademik dapat meningkatkan

kompetensi Guru MIP A di SMP negeri 15 Kota

Gorontalo dalam menyusun RPP.

Babatope Kolade Oyewole dan Hezekiah

Ogbomida Alonge (2013), dalam Principals’

Instructional Supervisory Role Performance and

Teachers’ Motivation in Ekiti Central Senatorial

District of Ekiti State, Nigeria. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kepala sekolah harus lebih

memperhatikan kinerja peran pengawasan

35

instruksional karena memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap motivasi staf mereka.