bab ii rev

22
BAB II ISI 2.1 Model Pembelajaran Inkuiri 2.1.1Pengertian Inkuiri Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inti dari inkuiri adalah proses yang berpusat pada siswa. Apa yang diketahui siswa dan apa yang ingin mereka lakukan dan pelajari merupakan dasar utama pembelajaran. Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Pembelajaran inkuiri bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses berpikir reflektif (Jauhar, 2011:64-65). Gulo (dalam Trianto, 2010: 166-168) menyatakan bahwa model inkuiri adalah suatu rangkaian dalam kegiatan pembelajaran yang melibatkan kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri konsepnya dengan percaya diri. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah dalam waktu yang 3

Upload: riszaichafawzia

Post on 26-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

biologi education

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II rev

BAB II

ISI

2.1 Model Pembelajaran Inkuiri

2.1.1 Pengertian Inkuiri

Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau

pemeriksaan, penyelidikan. Inti dari inkuiri adalah proses yang berpusat pada

siswa. Apa yang diketahui siswa dan apa yang ingin mereka lakukan dan pelajari

merupakan dasar utama pembelajaran. Inkuiri adalah suatu proses untuk

memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau

eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap

pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir

kritis dan logis. Pembelajaran inkuiri bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa

untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait

dengan proses berpikir reflektif (Jauhar, 2011:64-65).

Gulo (dalam Trianto, 2010: 166-168) menyatakan bahwa model inkuiri

adalah suatu rangkaian dalam kegiatan pembelajaran yang melibatkan

kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,

analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri konsepnya dengan percaya

diri. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke

dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat. Proses penemuan konsep

oleh siswa bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

Menurut Jauhar (2011:64) inkuiri didukung oleh empat karakteristik

utama siswa, yaitu:

a. Secara instintif siswa selalu ingin tahu

b. Di dalam percakapan siswa selalu ingin bicara dan mengomunikasikan idenya

c. Dalam membangun (konstruksi) siswa selalu ingin membuat sesuatu

d. Siswa slalu mengekspresikan seni.

Model inkuiri mengharuskan guru menyediakan petunjuk yang cukup luas

kepada siswa, sedangkan siswa melakukan penyelidikan untuk menemukan

konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan guru. Guru hanya

3

Page 2: BAB II rev

4

menyediakan masalah-masalah dan menyediakan alat/bahan yang diperlukan

untuk memecahkan masalah secara individu maupun kelompok (Roestiyah, 2008:

77-78).

Pernyataan Gulo (dalam Trianto, 2010: 168-169) yang mendukung uraian

Jauhar tentang kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran

inkuiri yakni sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan model pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau

permasalahan diajukan, lalu siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

b. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan

yang dapat diuji dengan data. Guru membimbing siswa menentukan hipotesis

yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.

c. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru

memberikan kesempatan dan membimbing siswa untuk menentukan langkah-

langkah pengumpulan data yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan.

Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.

d. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan

menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji

hipotesis adalah pemikiran ’benar’ atau ’salah’. Setelah memperoleh

kesimpulan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan dari data

percobaan. Bila ternyata hipotesis itu ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai

dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.

e. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan

berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Page 3: BAB II rev

5

Model inkuri memerlukan kondisi-kondisi tertentu agar dapat telaksana

dengan baik. Roestiyah (2008: 79-80) mengemukakan beberapa kondisi tersebut,

antara lain:

1. Kondisi yang fleksibel, bebas untuk berinteraksi

2. Kondisi lingkungan yang responsif

3. Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian

4. Kondisi yang bebas dari tekanan

2.2.2 Prinsip-prinsip inkuiri

Menurut Sanjaya (2006), dalam penggunaan model inkuiri terdapat

beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Prinsip tersebut adalah:

1. Berorientasi Pada Pengembangan Intelektual

Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah pengembangan

kemampuan berpikir. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses

pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri bukan ditentukan oleh

sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana

siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.

2. Prinsip Interaksi

Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru

bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau

pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahakan (directing) agar

siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melaui interaksi mereka.

3. Prinsip Bertanya

Kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya

sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan

guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai

jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya

hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak,

bertanya untuk mengembangkan kemampuan, atau bertanya untuk menguji.

4. Prinsip Belajar Untuk Berpikir

Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak

secara maksimal dan optimal. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan

Page 4: BAB II rev

6

otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional,

akan membuat anak dalam posisi “kering dan hampa”. Belajar berikir logis

dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan

memasukkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsur

estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.

5. Prisip Keterbukaan

Anak perlu diberi kebebasan untuk mencoba sesuai dengan

perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang

bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan

sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah

menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa

mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran

hipotesis yang diajukannya

2.2.3 Langkah langkah inkuiri

Langkah-langkah inkuiri terdiri dari:

Gambar 2. Langkah-langkah inkuiri

orientasi (orientation)

merumuskan masalah

mengajukan dugaan (hypothesis)

mengumpulkan data (data gathering)

menguji hipotesis

menyimpulkan (conclussion)

Page 5: BAB II rev

7

Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan strategi

pembelajaran Inkuiri dapat mengikuti langkah – langkah sebagai berikut

(Sanjaya.2006):

1. Orientasi

Orientasi merupakan langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang responsif. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk

berpikir memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam

tahapan orientasi adalah (1) menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang

diharapkan akan dicapai siswa, (2)menjelaskan pokok – pokok kegiatan untuk

mencapai tujuan, (3) menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar

sebagai motivasi bagi siswa.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu

persoalan yang mengandung teka – teki. Persoalan yang disajikan adalah

persoalan yang menantang untuk berpikir. Teka – teki yang menjadi

persoalan dalam inkuiri harus mengandung konsep yang jelas dan pasti.

Konsep – konsep dalam masalah adalah konsep – konsep yang sudah

diketahui terlebih dahulu oleh siswa.

3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang

sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji

kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk

mengembangkan kemampuan berhipotesis pada siswa adalah dengan

mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat

merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu

permasalahan.

4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang

dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Proses pengumpulan data

membutuhkan motivasi yang kuat dalam belajar, ketekunan dan kemampuan

menggunakan potensi berpikirnya. Tugas guru dalam tahapan ini adalah

Page 6: BAB II rev

8

mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari

informasi yang dibutuhkan.

5. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap

diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan

pengumpulan data sehingga guru dapat mengembangkan kemampuan berpikir

rasional siswa. Artinya, kebenaran jawaban bukan hanya berdasarkan

argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat

dipertanggung jawabkan.

6. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk memperoleh

kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa

mana data yang relevan.

Pelaksanaan model pembelajaran inkuiri antara lain: guru membagi tugas

meneliti suatu masalah ke kelas, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan

masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan.

Selanjutnya mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam

kelompok, setelah diskusi dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya

hasil laporan kerja kelompok dilaporkan ke sidang pleno dan terjadilah diskusi

kelas. Hasil sidang pleno tersebut akan dirumuskan sebuah kesimpulan sebagai

kelanjutan hasil kerja kelompok (Roestiyah, 2008: 75-76).

Metode mengajar yang biasa diterapkan guru dalam inkuiri antara lain

metode diskusi dan pemberian tugas. Menurut Sriyono (1992: 98), diskusi untuk

memecahkan permasalahan dilakukan oleh kelompok kecil siswa yang terdiri atas

tiga hingga lima orang dengan arahan dan bimbingan guru, dengan demikian

model komunikasi yang terjadi merupakan komunikasi banyak arah atau

komunikasi transaksi. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu

dilontarkan ke kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri, selanjutnya

menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah.

Page 7: BAB II rev

9

Rohani (2004: 37-39) menyatakan bahwa dalam pembelajaran inkuiri,

peserta didik dilepas untuk menemukan sesuatu melalui proses “asimilasi” yaitu

“memasukkan” hasil pengamatan ke dalam struktur kognitif peserta didik yang

telah ada dan proses “akomodasi” yakni mengadakan perubahan atau

“penyesuaian” terhadap struktur kognitif yang lama hingga tepat dan sesuai

dengan fenomena yang baru diamati. Peserta didik memiliki kemampuan dasar

untuk berkembang secara optimal sesuai kemampuan yang dimiliki maka proses

pembelajaan dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang peserta didik

untuk merasa terlibat/berpartisipasi pada aktivitas pembelajaran.

2.2 Macam – Macam Inkuiri

Menurut Wenning (2005:4) pembelajaran inkuiri terbagi menjadi enam

tingkatan berdasarkan kegiatan siswa dan besarnya intervensi guru terhadap siswa

atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya, keenam

tingkatan inkuiri tersebut tertera pada gambar 1.

Gambar 1. Tingkatan Inkuiri

1. Belajar penemuan (Discovery learning)

Discovery learning adalah bentuk yang paling mendasar dari

pembelajaran inquiri. Fokus pembelajaran discovery tidak untuk mencari

aplikasi pengetahuan tapi lebih pada membangun konsep dan pengetahuan

dari pengalaman. Pembelajaran discovery menjadikan refleksi sebagai kunci

dalam pemahaman siswa. Guru memberikan pengalaman sedemikian rupa

Page 8: BAB II rev

10

menggunakan serangkaian pertanyaan untuk membimbing siswa pada

kesimpulan tertentu, mengarahkan diskusi yang berfokus pada masalah atau

kontradiksi, memberdayakan penalaran induktif, dan membangun hubungan

sederhana atau prinsip-prinsip dari pengamatan mereka. Pembelajaran

discovery ini mampu membuat siswa memiliki keterampilan dasar seperti

mengamati, mengklasifikasikan/mengelompokkan, memformulasi konsep,

menilai, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan pemangatan yang

dilakukan.

2. Demonstrasi Interaktif (Interactive Demonstrations)

Interactive Demonstrations adalah sebuah demonstrasi interaktif

umumnya meliputi manipulasi guru yang mengajukan pertanyaan menyelidik

tentang apa yang akan terjadi (prediksi) atau bagaimana sesuatu yang

mungkin terjadi (penjelasan). Guru bertanggung jawab melakukan

demonstrasi, mengembangkan dan mengajukan pertanyaan menyelidik,

memunculkan tanggapan, meminta penjelasan lebih lanjut, dan membantu

siswa mencapai kesimpulan berdasarkan bukti. Pembelajaran Interactive

Demonstrations ini mampu membuat siswa memiliki keterampilan dasar yang

lebih sempurna dibandingkan pembelajaran discovery seperti memprediksi,

menjelaskan, menilai, memperoleh data, mengolah data, memformulasikan

dan merevisi penjelasan, serta menganalisis penjelasan lebih lanjut dan

menyimpulkannya berdasarkan data.

3. Inquiry lesson

Pada banyak hal inquiry lesson mirip dengan demonstrasi interaktif.

Dalam inquiry lesson, penekanannya bergeser ke bentuk yang lebih kompleks

pada percobaan ilmiah. Pedagogi didasarkan pada guru hanya menyediakan

bimbingan dan bila ada pertanyaan. Bimbingan yang diberikan tidak secara

langsung melainkan menggunakan strategi pertanyaan-pertanyaan. Guru

ditekankan hanya sebagai fasilitator untuk membantu siswa merumuskan

eksperimen mereka sendiri, mengidentifikasi dan mengendalikan variabel,

dan mendefinisikan sistem. Guru hanya memberi gambaran tentang proses

Page 9: BAB II rev

11

ilmiah eksplisit dengan memberikan komentar tentang penyelidikan yang

sedang berlangsung. Pembelajaran ini akan lebih membantu siswa memahami

sifat proses penyelidikan. Bentuk inkuiri ini menjembatani kesenjangan

antara interactive demonstrations dan inquiry lab. Hal ini karena siswa yang

belum terbiasa menggunakan inquiry lab mungkin saja kesulitan. Misalnya,

siswa harus mampu membedakan antara variabel bebas, tergantung,

dikendalikan, dan variabel asing sebelum mereka dapat mengembangkan

eksperimen ilmiah terkontrol bermakna.

4. Inkuiri Lab (Inquiry Labs)

Inkuiri lab adalah tingkat pedagogis berikutnya. inkuiri lab umumnya

akan terdiri dari siswa lebih mandiri mengembangkan dan melaksanakan

rencana eksperimental dan mengumpulkan data yang sesuai. Data ini

kemudian dianalisis untuk menemukan hukum - hubungan yang tepat antara

variabel.

Tiga Jenis Penyelidikan Lab - Berdasarkan penelitian Herron (1971),

inkuiri lab dapat dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan tingkat kesulitan dan

locus of control yaitu guided inquiry, bounded inquiry, and free inquiry.

a. Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry)

Inkuiri terbimbing yaitu model inkuiri dimana guru membimbing

siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan

mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam

menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pada dasarnya

siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai

dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan

bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya bimbingan tersebut

dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri.

Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanaan dan diskusi

multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep. Di

samping itu bimbingan juga dapat diberikan melalui lembar kerja siswa yang

terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau

Page 10: BAB II rev

12

kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan

petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan oleh siswa.

b. Bounded Inquiry

Pada pembelajaran Bounded Inquiry siswa disajikan dengan jelas dan

ringkas tujuan kinerja siswa terkait dengan konsep, tetapi mereka diharapkan

untuk merancang dan melakukan percobaan tanpa ada kegiatan pertanyaan

pendahuluan. Jika masih ada pertanyaan pendahuluan hanya akan fokus pada

aspek non-eksperimental seperti keselamatan dan penggunaan dan

perlindungan peralatan laboratorium. Siswa sepenuhnya bertanggung jawab

pada desain percobaan, meskipun guru mungkin memberikan bantuan yang

diperlukan di laboratorium. Sebelum melakukan bounded inquiry, siswa

harus memiliki pengalaman yang cukup dengan inkuiri terbimbing.

Model ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari inkuiri

terbimbing dan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan

dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan sesuai kurikulum yang ada.

Artinya dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan

masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa menerima masalah dari

guru untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan (Jauhar.2011:70-

71).

c. Inkuiri bebas (Free Inqury)

Model pembelajaran ini digunakan bagi siswa yang telah

berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan

inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang

ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki,

menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur

atau langkah-langkah yang diperlukan (Jauhar.2011:70).

Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau

bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan

inkuiri adalah adanya kemunginan siswa dalam memecahkan masalah open

ended dn mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara,

karena tergantung bagaimana cara mereka mengonstruksi jawabannya sendiri.

Selain itu ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau

Page 11: BAB II rev

13

belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki

(Jauhar.2011:70).

5. Real-world Applications

Dalam tingkat ini, siswa menerapkan apa yang telah mereka pelajari

melalui pengalaman dengan situasi baru. Mereka menemukan jawaban yang

berkaitan dengan masalah otentik saat bekerja secara individu atau dalam

kerjasama kelompok kolaboratif menggunakan pendekatan berbasis proyek

dan berbasis masalah. Pemecahan masalah dilakukan oleh siswa sendiri.

6. Hypothetical Inquiry

Bentuk inkuiri paling tinggi adalah siswa cenderung berhipotesis dan

melakukan pengujian. Hypothetical Inquiry berbeda dengan membuat

prediksi. Sebuah prediksi adalah pernyataan apa yang akan terjadi jika diberi

serangkaian kondisi tertentu. Hipotesis adalah penjelasan tentatif yang dapat

diuji secara menyeluruh, serta dapat berfungsi untuk mengarahkan

penyelidikan lebih lanjut.

Hypothetical Inquiry dapat dibedakan menjadi bentuk dasar - murni

(Pure hypothetical inquiry ) dan terapan (applied hypothetical inquiry),

masing-masing terkait praktek dan proses penyelidikan pedagogisnya. Pure

hypothetical inquiry dibuat tanpa harapan aplikasi untuk masalah dunia nyata,

hanya dilakukan semata-mata dengan tujuan memperluas pemahaman kita

tentang hukum alam. applied hypothetical inquiry diarahkan menemukan

aplikasi pengetahuan. Keduanya menggunakan dasar yang sama yaitu proses

berpikir; keduanya berbeda pada tujuannya dan tidak dinyatakan dibedakan

dalam hierarki praktek pedagogis.

2.3 Relevansi pembelajaran inkuiri dengan kurikulum 2013

Kurikulum 2013 mengamanatkan proses pembelajaran yang dialami siswa

harus memenuhi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Kegiatan ini memenuhi lima M (Mengamati, Menanya, Mengumpulkan,

Page 12: BAB II rev

14

Mencoba, dan Mengkomunikasikan). Jika dikaitkan dengan kurikulum 2013,

langkah-langkah pembelajaran inkuiri sudah memenuhi tuntutan lima M.

2.4 Teori belajar yang relevan dengan pembelajaran inkuiri

Salah satu teori belajar yang relevan dengan model pembelajaran inkuiri

adalah adalah teori belajar Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan.

Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian

pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang

paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta

pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar

bermakna.

Menurut Bruner, belajar akan lebih bermakna bagi peserta didik jika mereka

memusatkan perhatiannya untuk memahami struktur materi yang dipelajari.

Untuk memperoleh struktur informasi, peserta didik harus aktif dimana mereka

harus mengidentifikasi sendiri prinsip-prinsip kunci daripada hanya sekedar

menerima penjelasa dari guru. Oleh karena itu, guru harus memunculkan masalah

yang mendorong peserta didik untuk melakuakan kegiatan penemuan.

2.5 Relevansi pembelajaran inkuiri dengan pembelajaran sains

Hakikat sains adalah produk, proses, dan sikap, untuk memenuhi ketiganya,

peserta didik harus mendapatkan pengalaman-pengalaman yang bermakna pada

pembelajaran yang dilalui. Pembelajaran inkuiri memberi dasar bagi peserta didik

mengalami proses-proses mental dalam pembelajaran sains, seperti dikemukakan

Sund dan Throwbridge (1973 dalam Hosnan 2014) dalam hal :

a. Mengemukakan pertanyaan-pertanya yang mendalam tentang gejala alam

b. Merumuskan permasalahan

c. Merumuskan hipotesis

d. Merencanakan pendekatan-pendekatan penelitian, termasuk eksperimen

e. Memadukan pengetahuan

f. Mengembangkan sikap ilmiah tertentu, seperti objektif, inggin tahu, bersikap

terbuka, berasrat, dan menaruh perhatian terhadap model-model teoritis, dan

tanggung jawab.

Page 13: BAB II rev

15

2.6 Implikasi pembelajaran inkuiri terhadap pembelajaran sains

Jauhar (2011:76) menyatakan bahwa standar kompetensi untuk bidang sains

ditekankan pada kemampuan bekerja ilmiah dan kemampuan memahami konsep-

konsep sains serta penerapannnya dalam kehidupan. Kemampuan bekerja secara

ilmiah harus didukung oleh berkembangnya rasa ingin tahu, kemampuan bekerja

sama, dan keterampilan berpikir kitis. Kemampuan memahami konsep-konsep

sains dan menerapkannya dalam kehidupan dapat dikembangkan melalui proses

belajar siswa secara langsung dan aktif melalui penggunaan dan pengembangan

keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Kegiatan inkuiri sangat penting karena dapat mengoptimalkan keterlibatan

pengalaman langsung siswa dalam proses pembelajaran. Joyce dan rekan-

rekannya menyatakan bahwa inkuiri perlu didesain untuk membelajarkan proses

penelitian yang dapat mempengaruhi cara siswa memproses informasi dan

mengembangkan komitmen terhadap inkuiri ilmiah. Inkuiri juga dapat

merangsang pengembangan sikap keterbukaan dan kemampuan untuk mengambil

keputusan dengan cara yang tepat dan semangat kerja sama yang tinggi.

Chiapeta dan Adams (dalam Jauhar, 2011:78) menyatakan bahwa inkuiri

sangat berperan dalam mengembangkan :

1. Pemahaman fundamental mengenai konsep, fakta, prinsip, hukum, dan teori

2. Keterampilan yang mendorong pemerolehan pengetahuan dan pemahaman

mengenai fenomen alam

3. Pengayaan disposisi untuk menemukan jawaban pertanyaan dan menguji

kebenaran pernyataan-pernyataan

4. Pembentukan sikap positip terhadap sains

5. Pemerolehan pengertian mengenai sifat-sifat sains

2.7 Keunggulan dan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri

Keunggulan dan kelemaham model inkuiri menurut Suhana dan Hanafiah

(2012:79) yaitu:

1. Keunggulan dari Metode Pembelajaran Inkuiri

a. Pembelajaran menjadi lebih hidup serta dapat menjadikan siswa aktif.

b. Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa.

Page 14: BAB II rev

16

c. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses

belajar yang baru.

d. Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka

dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

e. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,

bersifat jujur, obyektif, dan terbuka.

f. Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional, yaitu guru yang

menguasai kelas.

g. Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber

belajar.

h. Dapat melatih siswa untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat

mengembangkan pendidikan demokrasi.

i. Dalam diskusi inkuiri, guru dapat mengetahui kedalaman pengetahuan dan

pemahaman siswa mengenai konsep yang sedang dibahas.

2. Kelemahan dari Metode Pembelajaran Inkuiri

a. Pembelajaran dengan inkuiri memerlukan kecerdasan siswa yang tinggi,

bila siswa kurang cerdas hasil pembelajarannya kurang efektif.

b. Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima

informasi dari guru apa adanya.

c. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai

pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa

dalam belajar.

d. Karena dilakukan secara kelompok maka kemungkinan ada anggota yang

kurang aktif.

e. Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih

baik.

f. Untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak, akan sangat merepotkan

guru.

g. Membutuhkan waktu yang lama dan hasilnya kurang efektif jika

pembelajaran ini diterapkan pada situasi kelas yang kurang mendukung.

h. Pembelajaran akan kurang efektif jika guru tidak menguasai kelas.