bab i dan bab ii rev

35
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini berbagai lembaga pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi ada yang mulai, sedang, dan telah membangun program literasi informasi. Literasi informasi yang merupakan terjemahan dari information literacy dalam pengertian ringkas diartikan sebagai keberaksaraan informasi atau kemelekan informasi. Penguasaan literasi informasi dipandang sangat penting dalam proses pembelajaran sehingga menjadi bagian dari program pendidikan. Dalam lingkup yang lebih luas, bahwa program literasi informasi sebenarnya adalah program pemberdayaan masyarakat khususnya dalam bidang informasi. Dengan berkembangnya teknologi informasi memberikan dampak yang besar terhadap akses informasi di Perpustakaan. Pustakawan selain dituntut ketrampilannya di dalam memberikan informasi yang cepat tepat dan akurat kepada user perpustakaan. Pustakawan juga harus mempromosikan sumber-sumber apa saja yang ada di perpustakaan. Apalagi dengan adanya e-books, e-journals, e- newspaper. Koleksi perpustakaan berkembang dalam bentuk digital mendorong pustakawan untuk lihat dalam menyampaikan informasi ke user perpustakaan, agar pengguna melek informasi atau dengan istilah literasi informasi. Menurut Bundy dalam Hasugian (2009:200) “Literasi informasi adalah seperangkat keterampilan yang diperlukan untuk mencari, menganalisis dan memanfaatkan informasi”. Tidak jauh berbeda

Upload: dikadikatans

Post on 07-Feb-2016

48 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bab I dan bab II rev

TRANSCRIPT

Page 1: Bab I Dan Bab II Rev

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini berbagai lembaga pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai

dengan pendidikan tinggi ada yang mulai, sedang, dan telah membangun program literasi

informasi. Literasi informasi yang merupakan terjemahan dari information literacy dalam

pengertian ringkas diartikan sebagai keberaksaraan informasi atau kemelekan informasi.

Penguasaan literasi informasi dipandang sangat penting dalam proses pembelajaran sehingga

menjadi bagian dari program pendidikan. Dalam lingkup yang lebih luas, bahwa program literasi

informasi sebenarnya adalah program pemberdayaan masyarakat khususnya dalam bidang

informasi.

Dengan berkembangnya teknologi informasi memberikan dampak yang besar terhadap

akses informasi di Perpustakaan. Pustakawan selain dituntut ketrampilannya di dalam

memberikan informasi yang cepat tepat dan akurat kepada user perpustakaan. Pustakawan juga

harus mempromosikan sumber-sumber apa saja yang ada di perpustakaan. Apalagi dengan

adanya e-books, e-journals, e-newspaper. Koleksi perpustakaan berkembang dalam bentuk

digital mendorong pustakawan untuk lihat dalam menyampaikan informasi ke user perpustakaan,

agar pengguna melek informasi atau dengan istilah literasi informasi.

Menurut Bundy dalam Hasugian (2009:200) “Literasi informasi adalah seperangkat

keterampilan yang diperlukan untuk mencari, menganalisis dan memanfaatkan informasi”. Tidak

jauh berbeda dengan pengertian di atas dalam laporan penelitian America Library Association’s

Presidental Commite on Information Literacy (1989:1) dikatakan bahwa“information literacy is

a set of abilities requiring individuals to recognize when information is needed and have the

ability to locate, evaluate, and use effectivelly the needeed information”

Mencari informasi dapat dilakukan ke perpustakaan, toko buku, pusat-pusat informasi, di

Internet dan sebagainya. Menelusur adalah upaya untuk menemukan kembali informasi yang

yang telah disimpan. Jika ke pepustakaan diperlukan alat penelusuran yaitu katalog, sedangkan

untukmencari informasi ke Internet diperlukan search engine. Dalam konteks perpustakaan dan

informasi, literasi informasi selalu dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan memanfaatkan

Page 2: Bab I Dan Bab II Rev

2

secara benar sejumlah informasi yang tersedia baik di dalam perpustakaan maupun yang berada di

luar gedung perpustakaan.

Kemampuan dalam mengidentifikasi, mencari, menemukan, mengevaluasi dan

memanfaatkan informasi disebut literasi informasi. Pengertian informasi berkembang sejalan

dengan berkembangnya teknologi informasi itu sendiri. Informasi juga hasil dari adaptasi dan

pengembangan institusi pendidikan, organisasi profesional serta personal. Format informasi yang

beragam istilah, hingga beragam bentuk seperti;  visual, komputer, digital, jaringan juga menjadi

kajian literasi.

Istilah literasi informasi bukan merupakan kemampuan baru yang muncul sebagai

tuntutan dalam era informasi. Kebutuhan akan penguasaaan kemampuan ini telah ada sejak

bertahun-tahun yang lalu, yang berubah hanyalah jumlah dan bentuk dari informasi yang

tersedia. Walaupun kebutuhan untuk mencari, mengevaluasi dan menggunakan informasi yang

dibutuhkan secara efektif telah ada sejak lama, tetapi kemampuan yang harus dimiliki pada era

informasi saat ini telah terus berkembang dan menjadi lebih kompleks. Mahasiswa dituntut untuk

memiliki kemampuan literasi informasi. Dengan memiliki kemampuan literasi informasi

seseorang mengetahui kapan dan mengapa membutuhkan informasi, tahu bagaimana dan dimana

mendapatkan informasi tersebut, mampu mengevaluasi apakah informasi yang didapatkan tepat,

dan akhirnya dapat menggunakan dan mempresentasikan dengan benar.

Semua keterampilan tersebut adalah penting dan merupakan sebagian dari literasi

informasi. Mungkin selama ini kita menyadari ada keterampilan atau kemampuan yang perlu

dimiliki para mahasiswa untuk dapat belajar secara mandiri, tapi tidak menyadari bahwa

keterampilan yang kita sajikan belum mencukupi bagi mereka untuk dapat belajar secara mandiri

sehingga dalam proses belajar mengajar, mahasiswa sering mendapatkan kesulitan dalam

memahami tugas yang diberikan sehingga apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan tugas yang

diberikan.

Sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan. Universitas X menyediakan Perpustakaan

yang dilengkapi dengan beragam bahan pustaka yang terdiri dari buku literatur baik dalam

bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Inggris, majalah, jurnal ilmiah serta buku ilmu

pengetahuan lainnya. Fasilitas Perpustakaan Universitas Xtelah digunakan oleh mahasiswa,

dosen, karyawan dan alumni Universitas X. Hal ini sesuai dengan tujuan universitas yaitu

Page 3: Bab I Dan Bab II Rev

3

menunjang Tridarma Perguruan Tinggi dengan fungsinya sebagai sumber informasi bagi

pelaksanaan proses belajar dan mengajar, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

Unit Pelaksana Teknis Perpustakaan X selanjutnya disebut UPT UX membawahi empat

perpustakaan yaitu Perpustakaan Fakultas, Perpustakaan Pasca Sarjana, Perpustakaan Digital dan

Perpustakaan Audiovisual. Perpustakaan untuk program profesional dan sarjana terletak

beberapa lokasi kampus yaitu di kampus D - depok , kampus E - kelapa dua, kampus J –

Kalimalang. Perpustakaan program pasca sarjana terletak di kampus C - kenari. Sedangkan

perpustakaan audio visual dan Jurnal Elektronik terdapat di kampus depok. Semua cabang

Perpustakaan Universitas X menggunakan sistem informasi perpustakaan yang terintergrasi satu

dengan yang lainnya.

Keberhasilan suatu perpustakaan berujung pada pelayanan yang diberikan secara

maksimal. Kepuasan pengguna terhadap pelayanan yang diberikan akan menjadikan gambaran

kualitas suatu perpustakaan. Realitas yang ada dilapangan, mahasiswa S1 masih bertanya ke

pada pustakawan dalam memanfaatkan sumber-sumber elektronik yang ada di Perpustakaan

Universitas X, ketidaktahuan dalam mengakses, apalagi memanfaatkan secara optimal sumber-

sumber elektronik. Inilah yang membuat prihatin, oleh sebab itu penulis akan meneliti: Kajian

Terhadap Kemampuan Mahasiswa S1 Universitas X Terhadap Pemanfaatan Sumber-

Sumber Elektronik Yang Ada di Perpustakaan X dan Tinjauannya Menurut Islam

Tinjauannya menurut Islam, dalam QS. Al Alaq, ayat 1-5, artinya:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,2.  Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.3.  Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,4.  Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,5.  Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Membaca adalah aktivitas yang sangat bermanfaat karena membaca adalah pintu

pertama dibukakannya ilmu pengetahuan. Bahkan didalam islam wahyu yang pertama kali turun

adalah perintah membaca (Q.S. AL-  ‘ALAQ:1-5). Membaca merupakan aspek terpenting dalam

proses belajar mengajar seseorang terutama dalam kaitannya dengan 4 (empat) keterampilan

berbahasayaitu : menyimak/mendengar, berbicara/bercakap, membaca dan menulis. Dalam

sejarah Islam, membaca merupakan amanat pertama kerasulan Muhammad dengan diturunkan

Surat Al alaq di gua Hira sebagai perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui

Page 4: Bab I Dan Bab II Rev

4

malaikat Jibril untuk membaca (iqro). Aktivitas membaca memiliki peran penting sebagai cara

untuk mentrasfer berbagai ilmu pengetahuan (konsep, teori, istilah) yang tersebar di berbagai

tempat (tex book, virtual ) kepada si pembaca.

Kemudiaan dalam menyampaikan informasi Rasullullah SAW mencontohkan:

a) Berkata-kata dengan perkataan yang benar (Qaulan Sadidan), sebagaimana firman Allah:

د�يد� ه� اس� الل ق وا ات وا آم�ن ذ�ين� ال �ه�ا ي� أ �ا ي

ق�و�ال� وا و�ق ولArtinya : ‘Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah

dengan perkataan yang benar”. (QS. Al- Ahzab : 70)

b) Berkata-kata dengan perkataan yang baik (Qaulan Ma’rufan), sebagaimana firman Allah :

ا وف� ع�ر� م و�ال� ق م� له� ول�وا وق�

Artinya : “Ucapkanlah kepada mereka dengan perkataan yang baik”. (QS. Al-Nisa’ : 5)

c) Berkata-kata dengan perkataan yang pantas, sebagaimana firman Allah :

ال� و� ق م� له� ل� ق� ف ا وه ج� تر� ب�ك ر م�ن� �ة م ح� ر اب�ت�غاء م� عن�ه� ن& ت�ع�ر�ض ا �م& إ وور� ي�س� ام

Artinya: “Dan jika kamu berpaling kepada mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu

yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas”. (QS. Al-

Isra’ : 28)

d) Berkata-kata dengan perkataan yang lemah lembut, sebagaimana firman Allah:

ى يخ�ش و� أ يتذك&ر� لعل&ه� لي�ن�ا و�ال� ق له� وال ق� ف

Artinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,

mudah-mudahan mereka ingat dan takut”. (QS. Thaha: 44)

e) Berkata-kata dengan perkataan yang mulia, sebagaimana firman Allah :

ا كر�يم� و�ال� ق ا م له� ل� وق�Artinya: “Ucapkanlah kepada mereka dengan ucapan yang mulia”. (QS. Al-Isra’ : 23)

f) Meneliti pesan (message), sebagaimana firman Allah Cara ini juga telah ditempuh dan

Page 5: Bab I Dan Bab II Rev

5

dicontohkan rasulullah SAW dan para sahabat dengan cara berjalan ke pemukiman

penduduk. Namun tidak semua informasi benar adanya, untuk itu diperlukan penelitian

terhadap informasi yang diterima, sebagaimana firman Allah :

�ق م� ف�اس� �ن� ج�اء�ك وا إ ذ�ين� آم�ن �ه�ا ال ي� �ا أ وا ق�و�م�ا ي ص�يب �ن� ت وا أ ن �ي �ب , ف�ت �إ �ب �ن ب

�اد�م�ين� م� ن �ت �ى2 م�ا ف�ع�ل �ح وا ع�ل ص�ب �ةف�ت ه�ال �ج� ب

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu

berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah

kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal

atas perbuatanmu itu. (Q.S. Al-Hujurat : 6)

Perpustakaan merupakan bagian dari budaya suatu bangsa khususnya yang berkenaan

dengan budaya literasi (keberaksian) budaya baca, budaya tulis, dokumentasi dan informasi.

Perpustakaan merupakan salah satu simbol peradaban untuk manusia dapat disimpulkan bahwa

masyarakat yang telah memiliki perpustakaan yang sudah berkembang dan maju maka

masyarakat itulah yang telah diindikasikan berpendidikan yang tinggi.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimanakah kemampuan mahasiswa S1 Universitas X dalam memanfaatkan sumber-

sumber elektronik di Perpustakaan Universitas X?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui kemampuan mahasiswa S1 dalam memanfaatkan sumber-sumber elektronik

yang disediakan oleh Perpustakaan Universitas X.

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam Proposal Penelitian ini, penulis mengharapkan:

1. Manfaat Akademis

Sebagai masukan kepada Universitas X untuk membuat program Literasi Informasi

di Perpustakaan Universitas X.

Page 6: Bab I Dan Bab II Rev

6

2. Manfaat Praktis

Sebagai motivasi pustakawan untuk meningkatkan kompetensi khususnya di

Perpustakaan Universitas X.

Sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan manajemen khususnya

dalam meningkatkan layanan perpustakaan terhadap user.

1.5 Batasan Masalah

Penelitian ini memfokuskan pada mahasiswa S1 yang datang ke Perpustakaan Universitas

X di Jalan Akses UI, Kampus H, Depok. Dengan demikian mahasiswa mampu menggunakan

sumber informasi untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan, baik sumber informasi

tercetak maupun sumber informasi berbasis komputer, serta mampu beradaptasi dengan

teknologi baru dan bisa belajar secara mandiri sepanjang hayat dan menyelesaikan skripsi.

1.6 Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan dengan pendekatan eksperimen, adalah suatu

penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam

kondisi yang terkontrol secara ketat.

Teknik pengumpulan data meliputi:

Pra test (pre test), yaitu test yang diberikan sebelum proses pembelajaran atau pelatihan. Test ini

bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh

peserta didik.

Pelatihan Materi Literasi Informasi.

Test akhir (Post test), yaitu test yang diberikan setelah dilaksanakan proses pembelajaran. Tes tersebut

bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan intelektual (tingkat penguasaan materi) peserta didik.

Biasanya test ini berisi pertanyaan yang sama dengan pra test.

Page 7: Bab I Dan Bab II Rev

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

Suatu Perpustakaan Perguruan Tinggi diarahkan sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan

informasi sivitas akademik, khususnya mahasiswa. Di perpustakaan, mahasiswa dapat mencari

informasi sesuai dengan kebutuhan dan bidang ilmu mereka masing-masing. Menurut Sjahrial-

Pamuntjak (2000:4) Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah, “ perpustakaan yang tergabung

dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi, baik yang berupa Perpustakaan Universitas,

Perpustakaan Fakultas, Perpustakaan Akademik, dan Perpustakaan Sekolah Tinggi”.

Sedangkan menurut Fahmi (2009:1) Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan, “ sebuah

sarana penunjang yang didirikan untuk mendukung kegiatan civitas akademik, di mana

Perguruan Tinggi itu berada”. Senada dengan kedua pendapat di atas Yuven (2010:1)

menyatakan bahwa, Perpustakaan Perguruan Tinggi (PPT) merupakan unit pelaksana teknis

(UPT) yang bersama-sama dengan unit lain melaksanakan Tri Dharma PT (Perguruan Tinggi)

melalui menghimpun, memilih, mengolah, merawat serta melayankan sumber informasi kepada

lembaga induk khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya.

Ketiga pendapat di atas pada dasarnya mengandung pengertian yang sama, bahwasanya

Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang berada di bawah naungan suatu

Perguruan Tinggi. Perpustakaan didirikan dengan tujuan untuk membantu dan mendukung

Perguruan Tinggi tersebut dalam memenuhi kebutuhan informasi ilmiah sivitas akademika di

Perguruan Tinggi tersebut. Karena tidak dipungkiri lagi bahwa Perpustakaan merupakan pusat

sumber informasi yang selalu berupaya untuk menjawab semua kebutuhan dan permintaan

informasi pengguna perpustakaan.

Page 8: Bab I Dan Bab II Rev

8

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

2.1.3 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

2.2. Jenis Layanan Perpustakaan Perguruan Tinggi

2.2.1 Layanan Peminjaman (sirkulasi).

2.2.2. Layanan Referens (Jasa Rujukan).

2.2.3 Layanan Multimedia/ Audiovisual

Menurut PP No. 30 tahun 1990, pasal 34, Unit pelaksana teknis perpustakaan merupakan

unsur penunjang sebagai kelengkapan bagi pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada

masyarakat. Kedudukan di luar lingkup fakultas dan bertanggung jawab langsung kepada

rektor/ketua. Hubungan organisasi antara UPT dan unsul lainnya pada perguruan tinggi/sekolah

tinggi diperlihatkan pada gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Universitas/Sekolah Tinggi

2.2 Organisasi Perpustakaan

Biro

LPMLembaga Penelitian

Fakultas/Jurusan

UPT Perpustakaan

REKTOR/Ketua

PR/PK

Page 9: Bab I Dan Bab II Rev

9

Organisasi perpustakaan terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian Pengadaan, Pengolahan dan

Pelayanan. Bagian Pengadaan, menurut Evans (1995), biasanya unit mengadakan di

perpustakaan memiliki empat tujuan utama: (1), Untuk mengadakan bahan-bahan secepat

mungkin, (2), Untuk tetap mempertahankan akurasi dalam prosedur kerja, (3), Untuk tetap

mempertahankan sistem/proses kerja yang sederhana untuk mendapatkan harga bahan yang lebih

murah, dan (4), Untuk mengembangkan hubungan kerjasama yang erat dengan vendors

(penjaja). Soeatminah dalam bukunya “Perpustakaan, Kepustakawan dan

Pustakawan” (1992:..) Pada dasarnya proses akuisisi meliputi kegiatan penelusuran informasi

sebelum pemesanan, penyeleksian, memesan bahan-bahan, menerima barang yang dipesan,

pembayaran dan menyimpan data/record pengadaan tersebut. Namun menurutnya keterbatasan

dana, keragaman pemakai, berkembangnya jumlah buku dan majalah yang diterbitkan pada abad

ini, berkembangnya ilmu pengetahuan dengan akibat timbulnya spesialisasi, serta timbulnya

ilmu-ilmu baru dengan produk informasinya memaksa pustakawan harus memeras keringat

untuk mengadakan pemilihan buku.

Bagian pengolahan bahan pustaka merupakan salah satu bagian utama dalam proses

pengemasan dan penyajian informasi, Kegiatan ini bertujuan agar para pengguna perpustakaan

dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan. Kegiatan ini meliputi inventarisasi, Klasifikasi,

Penentuan tajuk subjek, Input data, sampai pengrakkan (Shelving)

Bagian layanan perpustakaan merupakan Bagian yang amat penting dan muara dari semua

kegiatan di perpustakaan. Pelayanan perpustakaan berarti kesibukan yang tiada akhir kecuali

pelayanan perpustakaan dinyatakan ditutup. Bahkan ketika perpustakaan ditutup, tugas

pustakawan di bagian pelayanan tidak serta merta terbebas dari pekerjaan. Pustakawan di bagian

pelayanan masih harus melakukan statistik perpustakaan, merapikan berkas peminjaman dan

kartu buku (terutama bagi perpustakaan yang belum menerapkan otomasi perpustakaan),

melakukan pengrakan (selving) dan lain-lain. Walaupun bagian pelayanan ini merupakan bagian

yang secara langsung berhadapan dengan pemakai dan mungkin dianggap bagian yang paling

penting, namun setiap perpustakaan harus menyadari bahwa kelancaran layanan perpustakaan

juga tergantung kepada unit-unit lain di perpustakaan. Pelayanan perpustakaan bukan satu-

satunya kegiatan perpustakaan, namun merupakan satu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan

satu sama lain.

Page 10: Bab I Dan Bab II Rev

10

2.3 Layanan Pendidikan Pemakai

Tidak semua pemakai perpustakaan dapat atau mampu menggunakan perpustakaan

dengan baik dan benar. Banyak pemakai perpustakaan tidak mengetahui fungsi katalog, cara

penyusunan buku di rak, penggunaan bahan-bahan referens, alat-alat baca seperti alat baca mikro

dan, pada perpustakaan masa kini, komputer. Bahkan pada perpustakaan yang sudah menerapkan

sistem otomasi, pemakai tidak serta merta mengetahui dan menguasai penggunaan katalog

perpustakaan (OPAC). Karena itu perpustakaan perlu dan bahkan pada perpustakaan perguruan

tinggi harus menyelenggarakan pendidikan pemakai. Pemakai juga sering tidak mengetahui

layanan-layanan apa saja yang disediakan perpustakaan, serta bagaimana cara mendapatkan

layanan tersebut. Jadi layanan pendidikan pemakai didefinikan sebagai layanan yang diberikan

kepada pemakai yang berisi penjelasan mengenai cara-cara pemanfaatan baik koleksi maupun

layanan perpustakaan.

Tujuan pendidikan pemakai adalah agar pemakai dapat dengan mudah menggunakan

perpustakaan dengan baik dan benar. Dengan demikian pemakai dapat mencari kebutuhan

informasinya dengan cepat, tepat dan efisien.

Isi pendidikan pemakai antara lain adalah:

Memperkenalkan perpustakaan secara umum seperti tugas dan fungsi yang diemban oleh

perpustakaan, apa saja yang dikoleksi oleh perpustakaan dan jumlahnya berapa, apa saja

layanan yang disediakan oleh perpustakaan dan bagaimana cara memperolehnya.

Keanggotaan perpustakaan seperti siapa yang boleh dan tidak boleh menjadi anggota

perpustakaan, jenis keanggotaan (biasa, luar biasa dan lain-lain), hak-hak anggota,

kewajiban anggota dan sebagainya.

Peraturan dan tata tertib yang harus dipatuhi oleh pemakai perpustakaan seperti peraturan

menjadi pengunjung perpustakaan (misalnya wajib mengisi buku tamu, tidak boleh

membawa tas dan jaket ke ruang baca/ koleksi, tidak boleh membawa makanan/

minuman ke ruang baca/ koleksi dan lain-lain), sanksi bagi pemakai yang melanggar

peraturan (denda bagi peminjam yang terlambat mengembalikan pinjaman, sanksi bagi

peminjam yang menghilangkan buku, sanksi bagi pemakai yang mencuri atau melakukan

penyobekan buku dan sebagainya).

Page 11: Bab I Dan Bab II Rev

11

Teknik penelusuran informasi seperti bagaimana cara atau teknik penggunaan koleksi

referens, bagaimana cara penelusuran katalog, bagaimana cara penggunaan OPAC,

bagaimana cara atau teknik penelusuran pada secara online atau penelusuran informasi

yang ada di internet, dan lain-lain).

Cara atau teknik penyampaian pendidikan pemakai sangat bervariasi untuk setiap jenis

perpustakaan. Beberapa cara antara lain:

1. Disampaikan secara formal seperti penyelenggaraan pendidikan pemakai di

kelas.

2. Disampaikan secara tidak formal seperti pemberian bimbingan di ruang baca.

Adapun Pendidikan pemakai, istilah yang digunakan di perpustakaan Universita X adalah

Orientasi Perpustakaan.

2.4 Definisi Literasi Informasi

Literasi informasi merupakan kosep lama yang berkembang secara signifikan. Hal ini dapat

dilihat dari banyaknya definisi yang dibuat baik dai bermacam-macam institusi maupun individu.

Paul Zurkowski tahun 1974 (the President of Information Insdustri Association of United States)

pada proposal yang diajukannya kepada National Commision on Libraries and Information

Science bahwa dalam program nasional salah satu yang harus dicapai adalah literasi informasi

secara universal. Zurkowski mengatakan bahwa seseorang yang terlatih dalam menggunakan

sumber-sumber informasi dalam menyelesikan tugas mereka disebut orang yang melek informasi

karena mereka telah belajar teknik menggunakan informasi dengan baik dan keterampilan dalam

menggunakan beragam alat informasi.

Burchinal mengatakan dalam simposium di Texas A U University Library bahwa untuk

menjadi seseorang yang melek terhadap informasi dibutuhkan beberapa keterampilan. Salah

satunya adalah bagaimana menggunakan dan menempatkan informasi yang dibutuhkan dalam

menyelesaikan masalah dan membuat keputusan secara efektif dan efisien (Burchinal dalam

Diane Lee, 2002).

Definisi lain tentang seseorang yang melek informasi memperlihatkan elemen yang sama

tetapi ada yang memperluas atau mempersempitnya. Contohnya Doyle (1992) menentukan

seseorang yang melek informasi adalah seseorang yang:

Page 12: Bab I Dan Bab II Rev

12

a. Menyadari kebutuhan akan informasi

b. Menyedari informasi yang akurat dan lengkap merupakan satu dasar untuk

membuat keputusan yang tepat.

c. Mengidentifikasi sumber-sumber potensial dari suatu informasi .

d. Membangun strategi pencarian yang tepat.

e. Mengakses sumber-sumber informasi, termasuk dasar teknologi lainnya

f. Mengevaluasi informasi.

g. Mengorganisasikan informasi untuk mengaplikasikan/mempraktekkan.

h. Mengintegrasikan informasi yang baru dengan yang sudah dimiliki (penetahuan

lama), dan

i. Menggunakan informasi dengan kritis dan untuk menyelesaikan masalah.

Literasi merupakan kunci utama dari pembelajaran sepanjang hayat (long life education). Hal

ini senada dengan pernyataan Abdelaziz Abid, Senior Programme Specialist, Communications

and Information Sector of UNESCO dalam Abdul Hak 2005, Bahwa literasi informasi telah

menjadi sebuah isu global, dimana telah banyak inisiatif-inisiatif tentang literasi informasi yang

didokumentasikan di seluruh dunia.

Literasi informasi adalah seperangkat ketrampilan yang diperlukan untuk mencari,

menelusur, menganalisa dan memanfaatkan informasi. Hal ini tidak terlepas jauh dengan

teknologi informasi salah satunya adalah internet. Ketrampilan berikut yang juga penting adalah

ketrampilan menganalisa dan memanfaatkan informasi. Ketrampilan ini memerlukan kecerdasan

logis, rasional dan pertimbangan secara menyeluruh. Jadi ketrampilan ini memerlukan sentuhan

intelektual, emosional dan spiritual. Untuk itu perlu banyak membaca buku, berinteraksi dengan

orang-orang yang positif dan orang-orang yang sukses dalam kehidupan mereka.

Dengan demikian seseorang yang telah mempunyai ketrampilan tersebut akan dapat :

. menyadari kebutuhan akan informasi

. menentukan informasi apa yang dibutuhkan

. menelusur/mengakses informasi yang dibutuhkan secara efisien

. mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya.

. memasukkan informasi pilihan tersebut ke dalam pengetahuan dasar mereka

. memanfaatkan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan

Page 13: Bab I Dan Bab II Rev

13

. mengerti masalah ekonomi, hukum, sosial dan kebudayaan karena

memanfaatkan informasi

. mengakses dan memanfaatkan informasi sesuai etika dan hukum yang berlaku.

. mengklasifikasi, menyimpan, mengolah dan merancang ulang informasi yang

dikumpulkan atau dihasilkan.

. mengetahui bahwa literasi informasi adalah syarat utama untuk belajar

sepanjang hayat. (Bundy, 2001)

2.5 Model Literasi Informasi

Salah satu model yang banyak diaplikasikan dalam dunia pendidikan dan diakui sebagai

suatu model literasi, disebut dengan big6. Big6 terdiri dari 6 keterampilan dan 12 langkah (setiap

ketrampilan terdiri dari 12 langkah):

1. Perumusan masalah

a. Merumuskan masalah

b. Mengidentifikasi iformasi yang dibutuhkan

2. Strategi pencarian informasi

a. Menentukan sumber

b. Memilih sumber terbaik

3. Lokasi dan akses

a. Mengalokasi sumber secara intelektual dan fisik

b. Menentukan informasi di dalam sumber-sumber tersebut

4. Pemanfaatan informasi

a. Membaca, mendengarkan, meraba, dsb

b. Mengekstrak informasi yang relevan

5. Sintesis

a. Mengorganisakan informasi dari pelbagai sumber

b. Mempresentasikan informasi tersebut

6. Evaluasi

a. Mengevaluasi hasil (efektivitas)

b. Mengevaluasi proses (efisien)

Selain big6, model literasi lain yang juga diakui dan banyak diadaptasi oleh berbagai

institusi dan individu adalah empowering eight. Empowering eight (adalah model informasi yang

Page 14: Bab I Dan Bab II Rev

14

dihasilkan dari pertemuan dan workshop di Srilangka tahun 2004 dan di India tahun 2005.

Workshop tersebut dihadiri oleh 10 negara Asia Selatan dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Model literasi informasi tersebut adalah:

1. Mengidentifikasi topik atau subyek, sasaran audiens, format yang relevan, jenis-jenis

sumber informasi

2. Eksplorasi sumber dan informasi yang sesuai dengan topik

3. Seleksi dan merekam informasi yang relevan dan mengumpulkan kutipan-kutipan yang

sesuai.

4. Organisasi, evaluasi dan menyusun informasi menurut susunan yang logis, membedakan

antara fakta dan opini dan menggunakan alat bantu visual untuk membandingkan dan

mengkontraskan informasi.

5. Penciptaan informasi dengan menggunakan kata-kata sendiri, edit dan pembuatan daftar

pustaka

6. Presentasi, penyebaran atau display informasi yang dihasilkan.

7. Penilaian output berdasarkan masukan dari orang lain.

8. Penetapan masukan, penilaian, pengalaman yang diperoleh untuk kegitan yang akan

datang, dari penggunaan pengetahuan baru yang diperoleh untuk pelbagai situasi

Perbedaan yang terlihat antara model literasi informasi yang disusun oleh Berkowitz dan

Eisenberg dengan literasi informasi yang dihasilkan dari dua Workshop di Srilanka dan India

adalah pada kemampuan ke lima dalam big6 menjadi organisasi, penciptaan dan kemampuan ke

delapan pada empowering eight pada big6.

2.6 Kompetisi Literasi Informasi

Pedoman Internasional mengenai literasi informasi yang dibuat oleh International

Federatio of Library Associations and Institution (IFLA) dengan tujuan menyediakan suatu

kerangka kerja yang bermanfaat untuk para profesional dalam rangka mengembangkan

literasi informasi. Pedoman IFLA juga ditujukan untuk digunakan para profesional di bidang

perpustakan dan informasi untuk menerapkan literasi informasi dalam program pendidikan.

Pedoman literasi Informasi IFLA merupakan suatu kerangka sistematika yang dibuat dengan

berbagai kontribusi dari para profesional di bidang informasi serta hasil dari diskusi terbutka

di Bauenos Aires. Pedoman ini mecakup konsep literasi informasi dan standar kompetensi

Page 15: Bab I Dan Bab II Rev

15

internasional yang dapat digunakan untuk melihat literasi informasi individu secara umum.

Pedoman yang dibuat oleh IFLA dapat diadaptasi dan disesuaikan dengan kebutuhan

lembaga yang bersangkutan.

IFLA Information Literacy Standards terdiri dari tiga komponen dasar, yaitu access,

evaluation, use dalam konteks informasi. Tiga komponen inti ini merupakan komponen dasar

yang banyak ditemukan di beberapa standar yang dibuat oleh berbagai asosiasi perpustakaan

di dunia misalnya American Association of School Librarian (AASL), American College

Research Libraries (ACRL), Standing Conference of National and University Libraries

(SCONUL) dan the Australian and New Zealand Institute for Information Literacy. Topiknya

meliputi kemampuan untuk mengenali informasi dan teknoli yang dibutuhkan, membangun

strategi untuk mencari dan menemukan hal tersebut, mengevaluasi informasi dan sumbernya,

mengorganisisr dan menggunakannya sehingga berguna untuk menciptakan pengetahuan

baru dan mengkomunikasikannya

2.7 Standar Kompetisi Di Perguruan Tinggi

Rumusan tentang standar kompetensi literasi informasi untuk pendidikan tinggi pernah

dilakukan oleh Association of College & Research Libraries Standards Committee dan

hasilnya juga diakui oleh Tlie Board of Directors of the Association of College and Research

Libraries (ACRL) dan pada suatu pertemuan yang diselenggarakan oleh American Library

Asociation di San Antonio, Texas (Association of College and Research Libraries, 2000). ACRL

meminta pengesahaan pengumuma standar ini dari para profesional dan asosiasi akreditasi di

perguruan tinggi. Standar kompetensi literasi informasi untuk pendidikan tinggi menyediakan

kerangka kerja untuk mengidentifikasikan individu yang memiliki kompetensi informasi.

Dalam kompetensi ini, ada lima standar dan dua puluh indikator performance. Standar berfokus

pada kebutuhan mahasiswa di pendidikan tinggi. Standar ini juga menampilkan daftar hasil

untuk menilai perkembangan kompetensi informasi mahasiswa. Dalam standar kompetensi

literasi informasi dari ACRL, seseorang disebut information literate jika mampu:

(1) Menentukan sifat dan cakupan informasi yang dibutuhkan

a. Mendefinisikan kebutuhan informasi.

b. Mengidentifikasi beragam jenis dan format dari sumber-sumber nformasi

Page 16: Bab I Dan Bab II Rev

16

yang potensial.

c. Mempertimbangkan biaya dan manfaat dari pencarian informasi yang

dibutuhkan.

d. Mengevaluasi kembali sifat dan cakupan informasi yang dibutuhkan.

(2) Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien

a. Menyeleksi metode pencarian atau sistem temu kembali informasi yang paling

tepat untuk mencari informasi yang dibutuhkan.

b. Membangun dan menerapkan strategi penelusuran yang efektif.

c. Menemukan kembali informasi secara on-line atau secara pribadi

menggunakan beragam metode.

d. Mengubah strategi penelusuran jika perlu.

e. Mengutip, mencatat, dan mengolah informasi dan sumber-sumbernya.

(3) Mengevaluasi informasi dan sumber sumbernya secara kritis

a. Meringkas ide utama yang dapat dikutip dari informasi yang terkumpul.

b. Mengeluarkan dan menggunakan kriteria awal untuk mengevalusi

informasi dan sumber-sumbernya.

c. Mengumpulkan ide-ide utama untuk membangun konsep baru.

d. Membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan terdahulu untuk

menentukan nilai tambahnya, kontradiksi, atau karakteristik unik

lainnya dari informasi.

e. Menentukan apakah pengetahuan baru memiliki dampak terhadap

sistem nilai seseorang dan menentukan cara untuk menyatukan perbedaan-

perbedaan.

f. Membuktikan kebenaran dari pemahaman dan interpretasi informasi melalui

diskusi dengan individu lain, para ahli, dan/atau praktisi.

g. Menentukan apakah query (pertanyaan) awal perlu direvisi

(4) Menggunakan informasi untuk menyelesaikan tujuan tertentu

a. Menggunakan informasi baru dan yang terdahulu untuk perencanaan dan

penciptaan hasil yang istimewa atau performa.

b. Merevisi proses pengembangan untuk hasil atau performa.

c. Mengkomunikasikan hasil atau performa secara efektif kepada orang

Page 17: Bab I Dan Bab II Rev

17

lain.

(5) Memahami aspek ekonomi, hukum, dan sosial yang berkaitan dengan penggunaan

informasi.

a. Memahami isu-isu ekonomi, hukum dan aspek sosial ekonomi seputar informasi

dan teknologi informasi.

b. Mengikuti peraturan/hukum serta kebijakan institusi dan etika yang berhubungan

dengan akses dan penggunaan sumber-sumber informasi.

c. Menghargai penggunaan sumber-sumber informasi dalam mengkomunikasikan

produk atau performa.

2.8 Implementasi Literasi Informasi

Langkah 1: Perumusan Masalah

Setelah mendapat tugas seperti disebut di atas, maka langkah pertama adalah memahami

masalah tugas secara keseluruhan dengan cara:

(a) Brainstorming dengan kelompok untuk memastikan bentuk, isi, kebutuhan untuk

menyelesaikan tugas. Cara ini digunakan untuk menggali, mempertajam, dan

mengembangkan gagasan dan penemuan masalah. Brainstorming dapat dilakukan melalui

visualisasi pemikiran kita dan mengajukan pertanyaan. Gunakan pertanyaan 5W1H (what,

when, who, why, where, dan how) untuk memperjelas area topik tugas dan memperjelas

tugas

(b) Clustering dapat digunakan untuk membuat hubungan dari bagian-bagian topik sehingga

tampak relasinya dengan menggunakan bagan dan garis, atau menggunakan gambar sketsa.

(c) Freewriting adalah menulis bebas tentang apa saja yang berkaitan dengan topik atau

tugas. Gunakan freewriting untuk menyatakan atau menggambarkan proyek secara tulisan.

Hasil dari proses di atas adalah pernyataan atau penjabaran dari tugas yang menjadi rumusan

masalah. Rumusan masalah diperoleh setelah diidentifikasi melalui berbagai cara.

Langkah 2: Strategi Pencarian Informasi

Setelah mampu menyatakan dan menjabarkan masalah dalam tugas, langkah berikutnya

adalah menentukan kebutuhan untuk menjawab masalah. Untuk itu diperlukan strategi

pencarian informasi untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk

Page 18: Bab I Dan Bab II Rev

18

menyelesaikan tugas/ proyek tersebut. Ada dua langkah penting yang perlu dilakukan yaitu

menentukan sumber dan memilih sumber terbaik. Untuk itu perlu dipahami bahwa tersedia

beragam sumber informasi yang dapat digunakan, baik lokasi maupun bentuk informasinya.

Sumber informasi disini dapat disajikan berupa gambar, citra, foto, teks, diagram, audio,

audio-video, hasil wawancara, laporan, email, spasial dan sebagainya. Namun demikian perlu

diperhatikan bahwa sumber informasi dapat terbagi dalam tiga jenis yaitu:

a. sumber informasi primer: informasi yang diperoleh dari asal informasi tanpa interpretasi,

evaluasi dan perubahan dari pihak ke dua. Contoh: hasil wawancara, hasil survey, penemuan,

kumpulan data mentah, artikel jurnal, surat-surat, karya seni.

b. sumber information sekunder: hasil tulisan tentang suatu kejadian, penemuan dan lainnya

seperti: buku teks, ensiklopedia, komentari, artikel majalah,dsb.

c. sumber informasi tertier: kumpulan informasi yang digunakan untuk menelusuri suatu

sumber informasi, biasanya berisi deskripsi dari sumber informasi. Contoh: abstrak, index,

bibliografi, direktori, petunjuk dari suatu literatur. Untuk masing-masing sumber informasi

tersebut, ada yang tersedia dalam format cetak maupun format elektronik. Misalnya artikel

jurnal ada yang tersedia dalam bentuk elektronikdalam elektronik database dan jurnal

tercetak yang diletakkan di perpustakaan. Buku teks dapat berupa buku tercetak atau e-book

(electronic book). Buku elektronik banyak tersedia graris di internet dan dapat dicari

menggunakan mesin pencari atau search engine.

Berbekal pemahaman terhadap tugas yang diperoleh, sehingga kita dapat menentukan

sumber informasi yang digunakan untuk menyelesaikan tugas tersebut, sehingga dapat

diperinci kebutuhan misalnya: (a) kebutuhan isi: apa informasi yang akan disajikan, untuk

siapa, sedalam/sejauh mana isi, visualisasi, teks, pembagian sub topik, alur isi (dan

seterusnya);

(b) kebutuhan bentuk penyajian: poster, artikel, buku, brosur dan (c) kebutuhan format:

tercetak atau elektronik. Setelah itu, tentukan jenis dan format sumber informasi apa yang

diperlukan untuk menyelesaikan tugas/proyek.

Langkah 3: Lokasi dan Akses Informasi

Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam hal ini yaitu mengalokasi sumber secara

intelektual dan fisik dan bagaimana menemukan informasi di dalam sumber-sumber tersebut.

Page 19: Bab I Dan Bab II Rev

19

Untuk melakukan hal ini perlu diketahui alat-lat pencarian sumber informasi. Alat pencarian

sumber informasi adalah alat yang digunakan untuk mendapatkan sumber informasi. Contoh:

alat lokasi menggunakan OPAC (Online Public Access Catalog) dari Perpustakaan tertentu,

misal katalog online Perpustakaan USU pada www.library.usu.ac.id. Search engine,

directory, meta search, Internet Google, Yahoo, Altavista,Google Directory, Google Image,

dan mungkin spasial atau lokasi dari sejumlah Electronic Database yang diakses online

seperti WEST LAW, PROQUEST, EBSCO, EEE, ACE dan

sebagainya.

Dalam menggunakan alat pencarian di atas hal yang perlu diperhatikan adalah:

(a) Query berupa istilah atau kata-kata penting yang mewakili sumber informasi. Query

biasanya berupa istilah atau kata atau suatu frase. Hindari menggunakan kata yang berupa

stop words seperti: dan, oleh, karena, yang, mana, kapan, saya, dia,

kamu, dengan, which, that, why, before, will, is, am, are, dan sebagainya.

(b) Bahasa query, gunakan bahasa quey yang tepat dengan alatnya. Bahasa Inggris akan

menghasilkan pencarian (recall) yang lebih banyak pada search engine jikadibandingkan

dengan menggunakan bahasa Indoensia. Akan tetapi untuk katalog perpustakaan lokal cukup

dengan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dapat digunakan pada search engine, misalnya

Google, untuk mendapatkan informasi dalam Bahasa Indonesia. Untuk hal ini, dapat

digunakan Google versi Bahasa Indonesia (http://www.google.co.id/)

(c) Penggunaan Operator Boolean untuk

membangun Query. Pada semua alat pencarian di atas, operator Boolean dapat digunakan

untuk merangkai dua atau lebih kata/istilah penelusuan guna membantu mendapatkan sumber

informasi yang tepat dengan kebutuhan. Operator yang digunakan dalam pencarian adalah

AND, OR, dan NOT. Operator AND untuk menggabungkan dua atau lebih istilah yang

digunakan dalam query. Operator OR untuk mencari semua sumber informasi yang

mengandung salah satu kata kunci atau keduanya. Operator NOT untuk mendapatkan sumber

informasi tanpa istilah yang disebut kemudian. Penggunaan operator biasanya disesuaikan

dengan aturan pada search engine. Masing-masing search engine menggunakan simbol

tertentu untuk mewakili ketiga operator tersebut. Beberapa search engine memilikistandar

yang berbeda. Ada search engineyang langsung menggunakan operator AND untuk semua

kata kunci yang dimasukkan oleh pengguna, kecuali pengguna menggunakan operator lain.

Page 20: Bab I Dan Bab II Rev

20

Search engine menggunakan operator OR untuk standar pencarian, kecuali pengguna

menentukan lain.

Langkah 4: Pemanfaatan Informasi

Dengan tersedianya sumber informasi yang mendukung penyelesaian masalah, langkah

berikutnya adalah memanfaatkan informasi. Tahapan yang akan dilakukan dalam hal ini

adalah membaca atau mendengar informasi yang ditemukan dan mengekstraksi informasi

yang relevan tersebut. Hal ini berarti: menentukan bagian informasi yang akan digunakan,

memilah-milah data yang akan dipakai untuk memahami konsep perpustakaan digital seperti

yang disebut dalam masalah, dan melakukan evaluasi sumber informasi yang diperoleh.

Langkah 5: Sintesis

Ada dua tahapan kegiatan yang perlu dilakukan dalam langkah sintesis ini yaitu

mengorganisasikan informasi dari pelbagai sumber dan mempresentasikan informasi

tersebut. Langkah sintesis adalah kegiatan membandingkan, mengelola, menyusun, dan

menggabungkan informasi yang diperoleh untuk dapat membangun suatu produk informasi.

Informasi-informasi yang diperoleh dari sumber informasi berhak cipta seperti buku,

periodikal, citra digital dan data mentah harus diberi pengakuan dengan mematuhi ketentuan

atau cara mengutip suatu informasi. Informasi yang diperoleh dari hasil pencarian dapat

digunakan untuk menghasilkan suatu karya yang baru. Karya baru tersebut tentunya menjadi

produk informasi yang baru. Produk informasi yang dibangun berdasarkan informasi yang

didapat dari sumber informasi lain atau produk informasi lain, milik orang lain yang harus

diakui dengan mencantumkannya dalam kutipan dan/atau dalam bibliografi karya baru

tersebut. Pengakuan terhadap karya orang lain yang informasinya memberi kontribusi atau

dasar pada produk informasi yang dibangun sangat penting dilakukan oleh setiap orang yang

memproduksi karya tulis. Pada proses sintesis ini, informasiinformasi yang dikumpulkan

dipadukan, dianalisis dan kemudian dibentuk menjadi produk informasi yang baru. Produk

informasi baru yang telah selesai dibangun, atau karya baru yang dihasilkan,

selanjutnya dipresentasikan. Presentasi adalah menyajikan produk informasi baru kepada

pembaca atau audiens yang dituju. Berbagai cara untuk menyajikan produk informasi

misalnya melalui publikasi tercetak: buku, artikel jurnal, proceeding, laporan, brosur dan

Page 21: Bab I Dan Bab II Rev

21

sebagainya; melalui publikasi online/elektronik pada website atau mailing list dan

sebagainya. Masing-masing cara menyajikan atau mempresentasikan tentu memiliki kode

etik dan aturannya.

Langkah 6: Evaluasi

Makna evaluasi dalam langkah ini adalah mengevaluasi hasil penemuan dan pemanfaatan

informasi dengan maksud untuk mengetahui apakah informasi yang diperoleh berdaya guna

atau tidak (efektivitas). Evaluasi juga bermakna untuk menilai seluruh proses yang

dilakukadalam rangka pemecahan masalah dan proses pencarian informasi. Maksud dari

evaluasi ini adalah untuk mengetahui apakah seluruh proses telah berlangsung sesuai dengan

yang diharapkan (efisiensi) atau belum untuk selanjutnya dapat diperbaiki

Page 22: Bab I Dan Bab II Rev

22

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, 2007, ‘Literasi informasi: keterampilan penting di era global’, Makalah disampaikan pada Seminar Perpustakaan Sekolah : Literasi Informasi dan Aplikasi Library Software,di Perpustakaan Universitas Kristen Petra, Surabaya pada tanggal 13 dan 14 Apri. Diakses pada literasi informasi : ketrampilan penting di era global - Sebatas ...tartojogja.files.wordpress.com/2012/02/literasiinformasi2007abc.pdf

Bundy, A. 2001. For a clever country : information literacy diffusion in the 21st century. < Akses dari http://www. library.unisa.edu.au/about/papers/clever.pdf, tanggal 23

Maret 2013>

Bundy, A. 2004. Australian and New Zealand Information Literacy Framework principles,

standards and practice, 2nd ed., Adelaide: Australian and New Zealand Institute for

Information Literacy, available at www.library.unisa.edu.au/.../Infolit-2nd-edition.p.

Chartered institute of Library and information professionals (CILIP), 2004, Information literacy: definition, available at http://cilip.orguk/get-involved/advocacyinformation-literacy/pages/definition/aspx

Hasugian, Joner, 2003. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan. Medan: USU Press

Kuswara, R, 2012, “Portal pembelajaran online: sarana peningkatan wawasan dan pengetahuan bagi pustakawan”, Makalah disajikan acara Kongres Nasional IPI di Palembang, 27-30 November

Kutha Ratna, Nyoman, Prof. Dr. S.U. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Li KaShing Library, 2010, Strategic plan 2011-2012, rev., Singapore, Singapore management University, avalailable at http://library.smu.edu.sg/aboutus/LKSLstrant Plan 2011-12.pdf.

Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemahan/Penafsir al-Qur’an : 2002.

Sumber: http://www.pemustaka.com/pengadaan-bahan-pustaka.html. <diakses tanggal 22 Mei 2013>

Page 23: Bab I Dan Bab II Rev

23

Sumber: http://www.pemustaka.com/peran-budaya-baca-terhadap-kemajuan-bangsa.html.

<diakses tanggal 18 Juni 2013>

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2009/12/01/4935/tafsir-surat-al-alaq/#ixzz2WZaHdhQb

.