bab 7 rev 02
DESCRIPTION
Bab 7 rev 02TRANSCRIPT
1
VII-1
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. Pelaksanaan
pengendalian pemanfaatan ruang bertujuan untuk menjamin bahwa pemanfaatan ruang dilakukan
sesuai dengan rencana tata ruang. Berlandaskan pada UU 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
pasal 35, yang menyebutkan bahwa: “Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan
peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi”. Sehingga
fungsi pengendalian pemanfaatan ruang akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kedetailan rencana
yang ada, dan selanjutnya digunakan menciptakan tertib tata ruang. Mekanisme dalam pengendalian
pemanfaatan ruang di atas terlebih dahulu melalui mekanisme pelaporan mencakup mekanisme
pemberian informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang yang dapat dilakukan oleh
masyarakat dan instansi yang berwenang, mekanisme pemantauan yang mencakup pengamatan,
pemeriksaan dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai dan
dilakukan oleh instansi yang berwenang, dan mekanisme evaluasi dilakukan untuk menilai kemajuan
kegiatan pemanfaatan ruang dalam mencapai tujuan rencana tata ruang yang dilakukan oleh
masyarakat dan instansi yang berwenang.
Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan
ruang termasuk tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata guna sumber daya alam
1
VII-2
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
lainnya yang berada pada kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan perdesaan dan kawasan
perkotaan yang direncanakan dapat terwujud.
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang dalam wilayah kabupaten, berisi:
Ketentuan umum peraturan zonasi;
ketentuan perizinan;
ketentuan insentif dan disinsentif; dan
arahan sanksi.
7.1 KETENTUAN UMUM ZONASI
Peraturan zonasi pada wilayah kabupaten merupakan kelengkapan materi didalam dokumen Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten. Ketentuan umum peraturan zonasi ini merupakan dasar dalam
pemberian izin, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi di tingkat kabupaten.
Peraturan Zonasi (Zoning Regulation) adalah ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi zona,
pengaturan lebih lanjut mengenai pemanfaatan ruang, dan prosedur pelaksanaan pembangunan.
Fungsi Utama Peraturan Zonasi :
1. Sebagai instrumen pengendalian pembangunan, peraturan zonasi yang lengkap dapat menjadi
rujukan untuk perizinan, penerapan insentif/disinsentif, dan penertiban pemanfaatan ruang.
2. Sebagai pedoman penyusunan rencana operasional, ketentuan dalam peraturan zonasi dapat
menjadi jembatan dalam penyusunan rencana tata ruang yang bersifat operasional, karena
memuat ketentuan-ketentuan tentang penjabaran rencana yang bersifat makro ke dalam rencana
yang bersifat sub makro sampai pada rencana yang rinci.
3. Sebagai panduan teknis pengembangan/pemanfaatan lahan, peraturan zonasi mencakup guna
lahan, intensitas pembangunan, tata bangunan, prasarana minimum, dan standar perencanaan.
Tujuan Utama Peraturan Zonasi :
1. Menjamin bahwa pembangunan yang akan dilaksanakan dapat mencapai standar kualitas lokal
minimum (health, safety and welfare);
2. Melindungi atau menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu penghuni atau pemanfaat
ruang yang telah ada;
3. Memelihara nilai properti;
4. Memelihara/memantapkan lingkungan dan melestarikan kualitasnya;
5. Menyediakan aturan yang seragam di setiap zona.
1
VII-3
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
Manfaat:
1. Meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai
2. Meningkatkan pelayanan terhadap fasilitas yang bersifat publik
3. Menjaga keseimbangan kehidupan masyarakat
4. Mendorong pengembangan ekonomi
KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem wilayah kabupaten memuat:
A. Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem wilayah Kabupaten Musi Bayuasin, meliputi
pengaturan zonasi pada pola ruang sebagai berikut :
a. Peruntukan kawasan lindung, yang meliputi :
1. Kawasan Lindung Hutan
2. Kawasan Lindung Non-Hutan
b. Peruntukan kawasan budidaya, yang meliputi :
1. Lahan peruntukan Hutan Produksi
2. Lahan peruntukan Pertanian, yang meliputi :
peruntukan Pertanian Lahan Basah
peruntukan Pertanian Lahan Kering
peruntukan Pertanian Tanaman Tahunan/Perkebunan
Lahan peruntukan Perikanan
3. Lahan peruntukan Permukiman, yang meliputi :
peruntukan lahan Permukiman Perkotaan
peruntukan lahan Permukiman Perdesaan
4. Lahan peruntukan Pertambangan, yang meliputi :
Peruntukan lahan Pertambangan Strategis
Peruntukan lahan Pertambangan Lainnya
5. Lahan peruntukan Pariwisata
c. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi pada peruntukan Kawasan Lindung
1. Kawasan Lindung Hutan
2. Kawasan Lindung Non-Hutan
1
VII-4
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
d. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi pada peruntukan Kawasan Budidaya
1. Peruntukan Lahan Hutan Produksi Terbatas
2. Peruntukan Lahan Pertanian (Lahan Basah, Lahan Kering, Tanaman Tahunan)
3. Peruntukan Lahan Permukiman (Perkotaan, Perdesaan)
4. Peruntukan Lahan Pertambangan (Pertambangan Strategis, Golongan Lainnya)
5. Peruntukan Lahan Pariwisata
Kebijakan Pengendalian Lingkungan yang tumpang tindih antara kawasan lindung dan kawasan
budidaya yang berhimpitan dan akan menimbulkan benturan, maka dilakukan pendekatan melalui
Keppres No.32 Tahun 1990, yaitu:
1. Kegiatan budidaya yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai dampak penting
terhadap lingkungan hidup dikenakan ketentuan-ketentuan yang berlaku sebagaimana dimaksud
dalam UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP
RI No.27/1999 tentang AMDAL.
2. Kegiatan budidaya yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai dampak penting
terhadap lingkungan hidup dikenakan ketentuan-ketentuan yang berlaku sebagaimana dimaksud
dalam UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP
RI No.27/1999 tentang AMDAL.
3. Apabila menurut AMDAL kegiatan budidaya menganggu fungsi lindung harus dicegah
perkembangannya dan fungsi sebagai kawasan lindung dikembalikan secara bertahap (pasal 37).
4. Apabila di kawasan lindung terdapat indikasi adanya deposit mineral atau air tanah atau kekayaan
alam lainnya yang bila diusahakan dinilai amat berharga bagi negara, maka kegiatan budidaya di
kawasan lindung tersebut dapat diijinkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi merupakan ketentuan yang mengatur secara umum penggunaan
lahan boleh tidaknya sebuah sistem kegiatan dikembangkan dalam sebuah zona. Ketentuan yang
dimaksud adalah :
1. Pemanfaatan diizinkan (Simbol I), karena sesuai dengan peruntukkan tanahnya, yang berarti tidak
akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari pemerintah setempat.
1
VII-5
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
2. Pemanfaatan diizinkan secara terbatas atau dibatasi (simbol T). Pembatasan dapat dengan
standar pembangunan minimum, pembatasan pengoperasian, atau peraturan tambahan lainnya
baik yang tercakup dalam ketentuan ini maupun ketentuan kemudian oleh pemerinah setempat.
3. Pemanfaatan memerlukan izin penggunaan bersyarat (simbol B). Izin ini diperlukan untuk
penggunaan-penggunaan yang memiliki potensi dampak penting pembangunan di sekitarnya
pada area yang luas. Izin penggunaan bersyarat ini berupa AMDAL, RKL, dan RPL
4. Pemanfaatan yang tidak diizinkan atau Dilarang (simbol X)
B. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang yang sekurang-kurangnya terdiri atas koefisien dasar
bangunan maksimum, koefisien lantai bangunan maksimum, dan koefisien dasar hijau minimum;
Pada bagian ini dijelaskan tentang ketentuan umum peratutan zonasi yang berisi acuan umum
untuk penyusunan peraturan zonasi pada Rencana Detail Tata Ruang Kota dan Rencana Tata
Ruang Kawasan Strategis Kota.
Isinya berupa arahan perihal aktifitas keruangan yang diperbolehkan, tidak diperbolehkan,
bersyarat dengan aturan tambahan, dan pengecualian pemanfaatan ruang untuk kategori kegiatan
khusus. Selanjutnya dalam bagian ini menjelaskan secara umum materi yang diatur dalam
rencana rinci tata ruang dimaksud.
Kriteria pembagian zona:
Terdapat 2 (dua) jenis zona, yaitu :
1. Zona umum, mencakup :
Zona Dasar, meliputi :
zona perumahan
Zona Komersial dan Bangunan Umum
Zona industri
Zona Ruang Terbuka
Sub Zona. Merupakan turunan/pendetailan dari masing-masing zona dasar
2. Zona khusus. Merupakan zona diluar zona umum, seperti area situs prasejarah, bantaran
sungai, dan lain-lain.
1
VII-6
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
Tabel 7. 1 Kriteria Pembagian Zona Umum
ZONA NORMA ZONA KRITERIA ZONA
A. Zona
Perumaha
n
Kawasan Permukiman sebagai
tempat bermukim dan berlindung
harus memenuhi norma-norma
berikut :
lingkungan yang sehat, aman,
serasi, dan teratur
bebas dari gangguan: suara,
kotoran, udara, bau, dan
sebagainya
menunjang berlangsungnya
proses sosialisasi dari nilai budaya
yang berlaku dalam masyarakat
yang bersangkutan
aman serta mudah mencapai
pusat-pusat pelayanan serta
tempat kerja
dukungan prasarana dan sarana
lain yaitu sarana pendidikan,
kesehatan, peribadatan,
perbelanjaan, rekreasi, dan lain-
lain yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan penduduk.
Persyaratan Dasar, meliputi :
- Aksesibilitas yang baik, yaitu kemudahan
pencapaian dari dan ke kawasan dengan dukungan
ketersediaan jalan dan transportasi;
- Kompatibilitas, yaitu keserasian dan keterpaduan
antar kawasan yang menjadi lingkungannya;
- Fleksibilitas, yaitu kemungkinan pertumbuhan
fisik/pemekaran kawasan perumahan dikaitkan
dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan
prasarana;
- Ekologi, yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan
alam yang mewadahinya.
Kriteria Teknis, yaitu kriteria yang berkaitan
dengan keselamatan dan kenyamanan lingkungan
perumahan, serta keandalan prasarana dan sarana
pendukungnya. Persyaratan teknis yang harus
dipenuhi adalah :
Persyaratan kesehatan. Memenuhi standar
kesehatan rumah dan lingkungannya, meliputi
penyehatan air, udara, pengamanan limbah padat,
limbah cair, limbah gas, radiasi, kebisingan,
pengendalian faktor penyakit dan penyehatan atau
pengamanan lainnya
Persyaratan keandalan prasarana dan sarana
lingkungan yang harus memenuhi standar efisiensi,
efektivitas, dan kontinuitas pelayanan. Fasilitas dan
utilitas lingkungan permukiman merupakan dua hal
penting untuk mendukung kesehatan lingkungan
permukiman.
Syarat masing-masing fasilitas dan utilitas pada
1
VII-7
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
ZONA NORMA ZONA KRITERIA ZONA
setiap kawasan permukiman harus dilengkapi
dengan:
- Sistem pembuangan air limbah yang memenuhi
SNI;
- Sistem pembuangan air hujan yang mempunyai
kapasitas tampung yang cukup sehingga
lingkungan permukiman bebas dari genangan.
Saluran pembuangan air hujan harus direncanakan
berdasarkan frekuensi intensitas curah hujan 5
tahunan dan daya resap tanah. Saluran ini dapat
berupa saluran terbuka maupun tertutup;
- Prasarana air bersih yang memenuhi syarat, baik
kuantitas maupun kualitasnya. Kapasitas minimum
sambungan rumah 60 liter/orang/hari, dan
sambungan kran umum 30 liter/orang/hari;
- Sistem pembuangan sampah yang aman.
Kriteria Ekologis, adalah kriteria yang berkaitan
dengan keserasian dan keseimbangan, baik antara
lingkungan buatan dengan lingkungan alam
maupun dengan lingkungan sosial budaya,
termasuk nilai-nilai budaya bangsa yang perlu
dilestarikan.
B. Zona
Komersial
dan
Banguna
n Umum
Untuk memberikan kenyamanan
bagi para pengunjung, kawasan
perdagangan dan jasa harus
memenuhi norma-norma berikut :
lingkungan yang sehat, aman,
serasi, teratur, dan „menarik‟
serta menguntungkan
peraturan pembangunan pada
Kriteria yang harus dipenuhi oleh kawasan
perdagangan dan jasa meliputi :
Tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan
bencana alam;
Lokasi yang strategis dan kemudahan pencapaian
dari seluruh penjuru kota, dapat dilengkapi dengan
sarana antara lain : tempat parkir umum, bank/ATM,
pos polisi, pos pemadam kebakaran, kantor pos
1
VII-8
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
ZONA NORMA ZONA KRITERIA ZONA
kawasan ini harus memenuhi
syarat-syarat dimensi, intensitas,
dan disain yang diharapkan akan
dapat menarik sebanyak
mungkin pengunjung
Kecukupan sarana dan
prasarana terutama air, buangan
limbah, jaringan jalan
pembantu, tempat ibadah, dan sarana penunjang
kegiatan komersial dan kegiatan pengunjung.
Peletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan
prasarana pendukung disesuaikan dengan kelas
konsumen yang akan dilayani.
C. Zona
Industri
Hal-hal yang perlu diperhatikan
pada kawasan ini adalah
aksesibilitas bagi tenaga kerja dan
bahan baku, serta untuk
memasarkan barang jadi. Oleh
karenanya norma-norma yang
harus dipenuhi antara lain :
kedekatan dengan jaringan jalan
dan pelabuhan
dampak kegiatan industri
terhadap lingkungan
kecukupan sarana dan
prasarana terutama air, buangan
limbah, jaringan jalan
Kriteria penggunaan kawasan industri meliputi
ketentuan tentang penggunaan lahan dan ketentuan
mengenai sarana dan prasarana yang harus dibangun.
Berdasarkan Keppres 53 tahun 1989 tentang Kawasan
Industri, ketentuan penggunaan lahan untuk kawasan
industri adalah:
1. Lahan untuk industri 70%
2. Lahan untuk jaringan jalan 10%
3. Lahan untuk jaringan utilitas 5%
4. Lahan untuk fasilitas umum 5%
5. Lahan untuk ruang terbuka hijau 10%
Selain itu terdapat ketentuan mengenai prasarana yang
wajib dibangun oleh perusahaan kawasan industri,
yaitu :
a. Jaringan jalan dalam kawasan industri:
Jalan kelas satu, satu jalur dengan dua arah,
lebar perkerasan minimum 8 meter;
Jalan kelas dua, satu jalur dengan dua arah,
lebar perkerasan minimum 7 meter;
Jalan kelas tiga, lebar perkerasan minimum 4
meter.
b. Saluran pembuangan air hujan (drainase) yang
bermuara pada saluran pembuangan;
1
VII-9
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
ZONA NORMA ZONA KRITERIA ZONA
c. Instalasi penyediaan air bersih termasuk saluran
distribusi ke kapling industri;
d. Instalasi penyediaan dan jaringan distribusi tenaga
listrik;
e. Jaringan telekomunikasi;
f. Instalasi pengolahan limbah industri, termasuk
saluran pengumpulannya (kecuali industri yang
berada dalam kawasan industri);
g. Penerangan jalan pada setiap lajur jalan;
h. Unit perkantoran perusahaan kawasan industri;
i. Unit pemadam kebakaran;
Perusahaan industri juga dapat menyediakan
prasarana dan sarana penunjang lainnya seperti :
Perumahan Karyawan;
Kantin;
Poliklinik;
Sarana ibadah;
Rumah penginapan sementara (mess transito);
Pusat kesegaran jasmani (fitness centre);
Halte angkutan umum;
Areal penampungan sementara limbah padat;
Pagar kawasan industri;
Pencadangan tanah untuk perkantoran, bank, pos
dan pelayanan telekomunikasi, serta pos
keamanan.
D. Zona
Ruang
Terbuka
Kawasan ruang terbuka memiliki
norma sesuai dengan fungsi
utamanya yaitu
mempertahankan/melindungi
lingkungan hidup, yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya
1. Ruang Terbuka Hijau Lindung
a) Kemiringan lereng di atas 40%;
b) Untuk jenis tanah peka terhadap erosi, yaitu
Regosol, Litosol, Orgosol, dan Renzina,
kemiringan lereng di atas 15%;
c) Wilayah pasokan/resapan air dengan ketinggian
1
VII-10
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
ZONA NORMA ZONA KRITERIA ZONA
buatan. Sebagai kawasan ruang
terbuka, kawasan ini dapat
dimanfaatkan sebagai lahan untuk
rekreasi.
1.000 meter di atas permukaan air laut;
d) Dapat merupakan kawasan sempadan sungai/
kawasan sempadan situ/ kawasan sempadan
mata air dengan ketentuan sebagai berikut :
Sempadan sungai di wilayah perkotaan
berupa daerah sepanjang sungai yang
diperkirakan cukup untuk dibangun jalan
inspeksi atau minimal 15 meter;
Kawasan sempadan situ adalah dataran
sepanjang tepian situ yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
situ antara 50 – 100 meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat. Kawasan ini
mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian situ.
2. Ruang Terbuka Hijau Binaan
a) Mempunyai fungsi utama sebagai taman,
tempat main anak-anak, dan lapangan olah
raga, serta untuk memberikan kesegaran pada
kota (cahaya dan udara segar), dan netralisasi
polusi udara sebagai paru-paru kota;
b) Lokasi dan kebutuhannya disesuaikan dengan
satuan lingkungan perumahan/kegiatan yang
dilayani;
c) Lokasinya diusahakan sedemikian rupa
sehingga dapat menjadi faktor pengikat.
3. Ruang Terbuka Tata Air
a) Memiliki kemampuan tinggi untuk meresapkan
air hujan sehingga merupakan tempat pengisian
air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber
air.
1
VII-11
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
ZONA NORMA ZONA KRITERIA ZONA
b) Memiliki curah hujan > 2000 mm/th dan
permeabilitas tanah > 27,7 mm/jam
C. Ketentuan prasarana minimum sebagai kelengkapan pada zona ruang agar pola ruang yang dituju
dapat tercapai dengan optimal;
D. Ketentuan khusus lainnya, yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kabupaten untuk
mengendalikan penggunaan lahan pada kawasan cagar budaya, kawasan rawan bencana,
kawasan keselamatan operasi penerbangan dan kawasan lainnya.
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-12
Tabel 7. 2 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kabupaten Musi Banyuasin
NO KLASIFIKASI KEGIATAN
KLASIFIKASI PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
KETERANGAN Kawasan Lindung Kawasan Hutan Kawasan Pertanian Kawasan Permukiman
Kawasan Pertambangan
TNKS Hutan
Lindung Hutan
Produksi
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Konversi
Perkebunan Pertanian
Padi Sawah Perkotaan
Sekayu Sub Pusat Agroplitan
Perdesaan
1 Pertanian
a. Pertanian Lahan Basah X X X X X T I T I I X
b. Pertanian Lahan Kering X X X X X I T T I I X
c. Peternakan X X X X X T I B I I X
d. Perikanan X X X X X T I B I I X
2 Perkebunan
a. Perkebunan Karet X X X X X I X X T I T* Sesuai kondisi
lapangan
b. Perkebunan Sawit X X X X X I X X T I T* Sesuai kondisi
lapangan
c. Perkebunan Kopi X X X X X I X X T I T* Sesuai kondisi
lapangan
d. Perkebunan Kelapa X X X X X I X X T I T* Sesuai kondisi
lapangan
3 Pertambangan
a. Migas X X X X X B X X X B I
b. Galian Strategis (Emas, Timah Hitam, Biji Besi, Nikel, Batubara)
X X X X X B X X X B I
c. Galian Pasir (C) X X X X X B X X X B I
d. Bekas Tambang X X X X X B X X X B I
4 Pariwisata
a. Wisata Alam I I I I I I I I I I B
b. Wisata Buatan X X X X X X X I B B X
c. Wisata Budaya/ Ilmu Pengetahuan/ Sejarah
I I I I I I I I I I B
5 Permukiman
a. Hunian (rumah) X X X X T T T I I I T* Sesuai kebutuhan
lokal
b. Pendidikan (sekolah) X X X X B T T I I I T* Sesuai kebutuhan
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-13
NO KLASIFIKASI KEGIATAN
KLASIFIKASI PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
KETERANGAN Kawasan Lindung Kawasan Hutan Kawasan Pertanian Kawasan Permukiman
Kawasan Pertambangan
TNKS Hutan
Lindung Hutan
Produksi
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Konversi
Perkebunan Pertanian
Padi Sawah Perkotaan
Sekayu Sub Pusat Agroplitan
Perdesaan
lokal
c. Kesehatan (fasilitas kesehatan)
X X X X B T T I I I T* Sesuai kebutuhan
lokal
6 Perdagangan
a. Perdagangan Besar/Modern/Induk
X X X X X X X I I X X
b. Perdagangan Sedang X X X X X X X I I B X
c. Perdagangan Kecil (tradisional)
X X X X X T T I I I T* Sesuai kebutuhan
lokal
7 Industri
a. Industri Besar/Berat/Manufaktur
X X X X X B X X I X I
b. Industri Sedang (Pengeolahan)
X X X X X B B B I B I
c. Industri Kecil/Ringan/Rumah Tangga
X X X X X I I I I I T* Sesuai kebutuhan
lokal
8 Pergudangan X X X X B I I B I I I
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-14
Tabel 7. 3 Ketentuan Zonasi
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
Ss –
Sempadan
Sungai
Perlindungan terhadap kawasan
Sempadan Sungai dari kegiatan
budidaya yang dapat
mengganggu fungsi lindung
Sempadan Sungai Air melalui
pemberian ruang yang cukup
yaitu minimal 100 meter kir-
kanan sungai besar dan 50
meter di kiri-kanan sungai yang
berada di luar permukiman.
Sedangkan untuk sungai
dikawan permukiman berupa
sempadan sungai yang
Bangunan yang merupakan bagian
dari suatu jaringan/transmisi bagi
kepentingan umum dan kegiatan
wisata lain yang keberadaannya
sudah mendapat persetujuan
Menteri Kehutanan, antara lain: Pos
pengamatan kebakaran, pos
penjagaan, papan
petunjuk/penerangan, patok
triangulasi, tugu, muara kereta
kabel, tiang listrik dan menara TV,
serta jalan inspeksi
KWT :
Maksimum
2%.
KWH : 98%.
KDB
maksimum
KDB 2%
KDH 98%
KLB 0,04%
Pemanfaatan ruang yang
sesuai aturan tapi tidak
berijin, harus segera
mengurus perijinan.
Pemanfaatan yang tidak
sesuai aturan ini, tapi telah
mempunyai ijin dapat tetap
dipertahankan asal tidak ada
perubahan fisik bangunan.
Pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai aturan dan ada
perubah fisik bangunan,
harus mengacu pada aturan
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-15
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
diperkirakan cukup untuk
dibangun jalan inspeksi antara
10-15 meter.
Boleh:
Pemanfaatan di sekitar
kawasan Sempadan Sungai
yang tidak mengganggu fungsi
lindung kawasan Sempadan
Sungai seperti pemanfaatan
untuk;
Lindung.
Budidaya hutan.
Boleh bersyarat:
ini.
Pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai aturan ini dan
tidak mempunyai ijin dapat
ditertibkan dengan:
pencabutan ijin,
pembongkaran bangunan,
perlengkapan perijinan,
denda atau kurungan.
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-16
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
Sarana dan prasaranan
penunjang dengan
memperhatikan fungsi
hidroorologi.
Lk – Pertanian
lahan kering
Fungsi utama pertanian yang
sifatnya produksi atau untuk
kepentingan subsisten.
Pembatasan perkembangan
permukiman agar fungsi
utama tidak berubah menjadi
permukiman
perdesaan/perkotaan dengan
tujuan agar lahan pertanian
produktif tetap dapat
KWT :
Maksimum
2%
KWH : 98 %
Dianjurkan
luas petak
lahan min :
16.000 m2
Tinggi
Bangunan
Maks. 2
lantai
Jarak Bebas
Samping &
Pemanfaatan ruang yang
sesuai aturan tapi tidak
berijin, harus segera
mengurus perijinan.
Pemanfaatan yang tidak
sesuai aturan ini, tapi telah
mempunyai ijin dapat tetap
dipertahan-kan asal tidak ada
perubahan fisik bangunan.
Pemanfaatan ruang yang
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-17
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
dipertahankan.
Mempertahankan hutan
lindung yang masih ada di
blok kawasan.
Boleh:
Pertanian kering dapat
ditanami padi, palawija,
sayuran, bungabungaan.
Tanaman pangan,
holtikultura, peternakan dan
perikanan.
Boleh bersyarat:
Belakang
Bangunan
Min. 2 lt – 5
m, 3 lt – 6
m, 4 lt – 7
m.
GSB ½
damija + 1
m jika lebar
damija > 8
m
tidak sesuai aturan dan ada
perubah fisik bangunan,
harus mengacu pada aturan
ini.
Pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai aturan ini dan
tidak mempunyai ijin dapat
ditertibkan dengan:
pencabutan ijin,
pembongkaran bangunan,
perlengkapan perijinan,
denda atau kurungan.
Pemanfaatan air tanah dalam
harus mendapat ijin.
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-18
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
Peralihan peruntukan areal
untuk suatu komoditas
pertanian lahan kering
menjadi peruntukan
komoditas lain hanya
imungkinkan untuk
pemanfaatan dengan syarat
mempunyai fungsi sosio
ekonomi, dan estetika yang
lebih baik dari komoditas
pertanian lahan kering yang
ada.
Perkebunan dengan
tanaman mendukung fungsi
Minimum perubahan fungsi
lahan tetap mempertahankan
fungsi sebagai pertanian
lahan kering.
Kegiatan budidaya
diusahakan kembali ke fungsi
lindung.
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-19
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
lindung dan tidak
mengganggu fungi hidrologi.
Bangunan yang
diperkenankan hanya
bangunan penunjang usaha
tani/sawah tadah
hujan/pelayanan lingkungan.
Pertanian lahan basah jika
memungkinkan dibuat irigasi
.
Kegiatan lainnya pendukung
kegiatan pertanian sawah
kering.
Industri kecil/rumah tangga
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-20
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
yang berkaitan dengan
pertanian lahan kering.
Pariwisata yang tidak
mengganggu fungsi utama
pertanian lahan kering.
Permukiman perdesaan bagi
masyarakat yang terkait
langsung dengan usaha
pertanian lahan kering.
Jalan sesuai dengan
kebutuhan pertanian lahan
kering
Dilarang:
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-21
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
Pemanfaatan ruang yang
mengganggu fungsi
pertanian lahan kering &
fungsi lindung/konservasi.
Permukiman perkotaan.
Pariwisata.
Lb - Pertanian
Lahan Basah
Pertanian lahan basah
(sawah irigasi teknis dan
sawah tadah hujan) dapat
ditanami padi, palawija,
sayuran, bunga-bungaan dan
ikan.
Garis sempadan irigasi 1
Tidak diperkenankan adanya
bangunan termasuk bangunan
yang merupakan bagian dari
suatu jaringan/transmisi bagi
kepentingan umum dan kegiatan
wisata lain,
Bangunan yang diperbolehkan
KWT
:Maksimum
2%
KWH :8 %
Pemanfaatan ruang yang
sesuai aturan tapi tidak
berijin, harus segera
mengurus perijinan.
Pemanfaatan yang tidak
sesuai aturan ini, tapi telah
mempunyai ijin dapat tetap
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-22
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
meter dari kaki luar tanggul
dan yang melewati
permukiman ditetapkan
berdasarkan pertimbangan
teknik dan sosio ekonomi.
Mempertahankan hutan
lindung, Taman Nasional
/Wisata Alam, budidaya
hutan, perkebunan yang
masih ada saat ini.
Boleh:
Hutan lindung, perkebunan,
budidaya hutan, taman
antara lain: Pos pengamatan
kebakaran, pos penjagaan,
papan petunjuk/penerangan,
patok triangulasi, tugu, serta
jalan setapak untuk pariwisata
dan bangunan istirahat
sementara untuk wisatawan.
dipertahan-kan asal tidak ada
perubahan fisik bangunan.
Pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai aturan dan ada
perubah fisik bangunan,
harus mengacu pada aturan
ini.
Pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai aturan ini dan
tidak mempunyai ijin dapat
ditertibkan dengan:
pencabutan ijin,
pembongkaran bangunan,
perlengkapan perijinan,
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-23
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
nasional/wisata alam.
Boleh bersyarat:
Jalan sesuai dengan kebutuhan
usaha pertain-an lahan basah.
Budidaya tersebut
memperhatikan azas konservasi
tanah dan air, sosio ekonomi
masyarakat dan estetika.
Dilarang:
Tidak diperkenakan adanya
konstruksi bang-unan,
termasuk bangunan
denda atau kurungan
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-24
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
penunjang fungsi lindung
seperti bagian dari suatu
jaringan atau transmisi bagi
kepentingan umum dan
kegiatan wisata, muara
kereta kabel, tiang listrik dan
menara TV.
Pengembangan industri
menengah dan besar.
Membuat galian yang
membahayakan irigasi.
Membongkar, menambah
dan mendirikan bangunan di
sekitar jaringan irigasi tanpa
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-25
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
ijin.
Konversi budidaya (padi
sawah sebagai komo-ditas
utama) ke budidaya atau
kegiatan lainnya.
Pertanian lahan kering.
Pertambangan
Pariwisata.
Permukiman perkotaan.
Lk – Lahan
Kering
Mempertahankan hutan lindung
yang ada saat ini. Kawasan
hutan lindung yang sudah
ditetapkan bersifat mutlak untuk
menegakkan fungsi hidrologis,
Tidak diperkenankan adanya
bangunan, kecuali bangunan
penunjang/prasarana bagi hutan
dan perkebunan atau bangunan
yang merupakan bagian dari
KWT :
Maksimum
2%
KWH : 98%
Pemanfaatan ruang yang
sesuai aturan tapi tidak
berijin, harus segera
mengurus perijinan.
Pemanfaatan yang tidak
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-26
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
sehingga tidak boleh dikonversi
atau diubah untuk kepentingan
lain yang merupakan fungsi
hutan lindung.
Boleh:
Hutan Lindung.
Taman Hutan Rakyat/Wisata
Alam.
Budidaya hutan.
Berbagai jenis perkebunan
besar/rakyat.
suatu jaringan/transmisi bagi
kepentingan umum dan kegiatan
wisata lain yang keberadaannya
sudah mendapat persetujuan
Menteri Kehutanan
Bangunan yang diperbolehkan
antaralain: Pos pengamatan
kebakaran, pos penjagaan,
papan petunjuk/penerangan,
patok triangulasi, tugu, muara
kereta kabel, tiang listrik dan
menara TV,
serta jalan setapak untuk
pariwisata dan bangunan
sesuai aturan ini, tapi telah
mempunyai ijin dapat tetap
dipertahankan asal tidak ada
perubahan fisik bangunan.
Pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai aturan dan ada
perubah fisik bangunan,
harus mengacu pada aturan
ini.
Pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai aturan ini dan
tidak mempunyai ijin dapat
ditertibkan dengan:
pencabutan ijin,
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-27
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
Boleh bersyarat:
Bangunan
penunjang/prasarana bagi
perkebunan.
Bangunan yang diperlukan
untuk menunjang fungsi
perkebunan dan atau
bangunan yang merupakan
bagian dari suatu jaringan
atau transmisi bagi
kepentingan umum dan
kegiatan wisata lain yang
keberadaannya telah
mendapat persetujuan
istirahat untuk wisatawan.
Mempunyai hubungan fungsional
yang erat dengan industri
pengolahan hasil pertanian;
Radius pelayanan jaringan jalan
regional dan lokal;
Didukung oleh ketersediaan
tenaga kerja;
Didukung oleh prasarana
irigasi/sumber air
pembongkaran bangunan,
perlengkapan perijinan,
denda atau kurungan.
Perkebunan tanaman
tahunan bila luasnya =
10.000 ha harus dilengkapi
AMDAL.
Perkebunan yang habis HGU
dikembalikan sebagai hutan
lindung.
Perkebunan yang masih
belum habis HGU
dipertahankan sebagai fungsi
konservasi air dan tanah.
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-28
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
Menteri Kehutanan, misal:
Pos pengamat kebakaran,
pos penjagaan (di luar
kawasan bahaya aliran
lahar/kawasan rawan
gerakan tanah), papan
petunjuk/penerangan, patok
triangulasi, tugu, muara
kereta kabel, tiang listrik dan
menara TV, jalan setapak
untuk pariwisata.
Pada kawasan penyangga
tidak diperkenankan
bangunan kecuali bangunan
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-29
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
penunjang seperti tersebut di
atas.
Jalan sesuai kebutuhan
usaha perkebunan.
Dilarang:
Semua pemanfaatan
budidaya termasuk
mendirikan bangunan kecuali
yang dikategorikan dalam
boleh bersyarat tersebut di
atas.
Pengembangan industri
menengah dan besar.
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-30
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
Permukiman perkotaan.
Permukiman perdesaan.
Pertambangan.
P-
Permukiman
Boleh:
Perumahan kepadatan
rendah (rumah mewah, real
estate, luas lahan ≥ 2000
m2).
Perumahan kepadatan
sedang (rumah menengah
dengan luas lahan 120 – 200
m2).
Fasilitas
Lokasi peruntukan permukiman
sesuai dengan alokasi
pemanfaatan ruang yang diatur
dalam RTRW Provinsi atau
Kabupaten;
Kondisi fisik kawasan
permukiman memiliki sudut
kelerengan < 15%;
Lokasi kawasan permukiman
mempunyai fungsi yang
KWT :
Maksimum
40%
KWH :52 %
Kepadatan
penduduk
tinggi
Dianjurkan
luas petak
lahan min :
600 m2
Luas
Pelandaian
Lereng
Maks. 15 %
Tinggi
Bangunan
Bangunan yang sesuai
aturan tapi tidak berijin,
harus segera mengurus
perijinan
Bangunan yang tidak sesuai
aturan ini, tapi telah
mempunyai ijin dapat tetap
dipertahankan asal tidak ada
perubahan fisik bangunan
Bangunan yang tidak sesuai
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-31
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
sosial/umum/lingkungan.
Rekreasi indoor/olahraga.
Rumah sakit.
Pendidikan tinggi.
Jasa dan perkantoran.
Perdagangan eceran.
Pasar tradisional.
Perdagangan grosir.
Pergudangan.
Perbengkelan.
Terminal, parkir, prasarana
umum.
Wisata perkotaan serta
sarana sosial ekonomi
mendukung keberadaan jalan
arteri primer (fungsi primer).
Memiliki aksesibilitas yang
lengkap (jaringan sistem primer,
tol, sekunder, dan lokal)
Maks. 4
lantai
Jarak Bebas
Samping &
Belakang
Bangunan
Min. 2 lt –
5 m, 3 lt – 6
m, 4 lt – 7
m.
GSB ½
damija + 1
m jika lebar
damija > 8m
aturan dan ada
perubahan fisik bangunan,
harus mengacu pada aturan
ini
Bangunan yang tidak sesuai
aturan ini dan tidak
mempunyai ijin dapat
ditertibkan dengan:
pencabutan ijin,
pembongkaran bangunan,
perlengkapan perijinan,
denda atau kurungan
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-32
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
sesuai kebutuhan.
Boleh bersyarat:
lebih besar atau
diperkenakan adanya
kegiatan industri
kecil/kerajinan yang tidak
menimbulkan pencemaran
lingkungan.• Pemanfaatan air
tanah dalam/sumur bor harus
memperoleh ijin terlebih
dahulu.
Pembagunan perumahan
skala besar diwajibkan
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-33
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
menyediakan lahan
pekuburan sesuai peraturan
daerah, minimal 2% dari luas
areal.
Permukiman perkotaan harus
didasarkan pada penataan
sistem prasarana dasar.
Wisata perkotaan serta
sarana sosial ekonomi sesuai
kebutuhan dan
mempertimbangkan fungsi
daya dukung ruang yang
ada.
Perubahan dari kawasan
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-34
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
perumahan menjadi kawasan
pariwisata hanya
dimungkinkan bila KDH blok
permukiman sama dengan
60%.
Dilarang:
Industri menengah, besar dan
berat dengan tingkat
pencemaran sedang hingga
tinggi serta industri yang
menggunakan air baku cukup
banyak.
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-35
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
M – TPU
Karakteristik lokasi dan
kesesuaian lahan disesuaikan
dengan SNI 03-Tata Cara
Perencananaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan
1) Tidak berada dalam wilayah
permukiman yang padat
penduduknya.
2) Menghindari penggunaan
tanah yang subur.
3) Memperhatikan keserasian
dan keselarasan lingkungan
hidup.
4) Mencegah pengrusakan
Areal tanah yang disediakan
untuk keperluan pemakaman
jenazah bagi setiap orang tanpa
membedakan agama dan
golongan, yang pengelolaannya
dilakukan oleh Pemerintah
Daerah Tingkat II atau
Pemerintah Desa.
Fasilitas TPU merupakan fungsi
penunjang terhadap kegiatan
kawasan permukiman yang
berkaitan dengan penyediaan
tempat pemakaman jenazah
untuk penduduk di kawasan
penggunaan
tanah untuk
pemakaman
jenazah
seseorang
ditetapkan tidak
lebih dari 2,5
(dua setengah)
meter x 1,5
(satu setengah)
meter dengan
kedalaman
minimum 1,5
(satu setengah)
1) Pengembang perumahan
tidak bersusun wajib
menyediakan lahan untuk
pemakaman sebesar 2%
dari luas lahan yang telah
mendapatkan izin lokasi.
2) Penyediaan lokasi
pemakaman untuk
pengembang yang izin dapat
berada di dalam kawasan
atau diluar kawasan sesuai
dengan rtrw kabupaten/kota.
Sementara pengembang
perumahan yang izin
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-36
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
tanah dan lingkungan hidup.
5) Lokasi di pinggiran kota,
dapat tersebar.
6) Lokasi tpu mudah dicapai
dari kawasan pemukiman
agar proses pemakaman
dapat dilakukan dengan
cepat dan aman.
7) Lokasi tpu mudah dijangkau
dan mempunyai aksesibilitas
yang tinggi dari jaringan
jalan arteri atau kolektor.
perkotaan dan perdesaan.
Aktivitas pelayanan ini berkaitan
dengan fungsi melayani
kebutuhan masyarakat terhadap
kebutuhan yang bersifat sosial.
Selain itu TPU juga berfungsi
sebagai ruang terbuka hijau baik
di kawasan perkotaan maupun
perdesaan.
meter.
lokasinya secara bersama-
sama dapat menyediakan
lahan pemakaman diluar
kawasan perumahan.
3) Dalam rangka
mengefektifkan dan
mengefesienkan penyediaan
lahan pemakaman,
pemerintah daerah dapat
bekerja sama dengan
pemerintah daerah lainnya
yang letaknya saling
berbatasan untuk
menyediakan lahan tpu
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-37
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
sesuai dengan peraturan
dan perundang-undangan
yang berlaku.
4) Untuk ketertiban dan
keteraturan tpu dapat
dilakukan pengelompokan
tempat bagi masing-masing
pemeluk agama.
Hl-Hutan
lindung
Mempertahankan hutan
lindung. Kawasan hutan
lindung yang sudah
ditetapkan bersifat mutlak
untuk menegakan fungsi
Hutan kota merupakan suatu
lahan yang bertumbuhan pohon-
pohonan di dalam wilayah
perkotaan di dalam tanah negara
maupun tanah milik yang
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-38
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
hidrologis, sehingga tidak
boleh dikonversi atau diubah
untuk kepentingan lain diluar
fungsi hutan lindung.
Kegiatan pertambangan yang
berada di kawasan hutan
lindung tidak boleh berupa
tambang terbuka.
Pemanfaatan kegiatan
pertambangan pada
kawasan hutan lindung
dilaksanakan dengan
mekanisme pinjam pakai
sebagaimana diatur dalam
berfungsi sebagai penyangga
lingkungan dalam hal pengaturan
tata air, udara, habitat flora dan
fauna yang memiliki nilai estetika
dan dengan luas yang solid yang
merupakan ruang terbuka hijau
pohon-pohonan, serta areal
tersebut ditetapkan oleh pejabat
berwenang sebagai hutan kota.
Hutan Kota adalah suatu
hamparan lahan yang
bertumbuhan pohon-pohon yang
kompak dan rapat di dalam
wilayah perkotaan baik pada
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-39
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
peraturan perundangan
tanah negara maupun tanah hak,
yang ditetapkan sebagai hutan
kota oleh pejabat yang
berwenang
Tidak diperkenankan adanya
bangunan, kecuali bangunan
penunjang/prasarana bagi hutan
dan perkebunan atau bangunan
yang merupakan bagian dari
suatu jaringan/transmisi bagi
kepentingan umum dan kegiatan
wisata lain yang keberadaannya
sudah mendapat persetujuan
Menteri Kehutanan
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-40
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
Bangunan yang diperbolehkan
antaralain: Pos pengamatan
kebakaran, pos penjagaan,
papan petunjuk/penerangan,
patok triangulasi, tugu, muara
kereta kabel, tiang listrik dan
menara TV, serta jalan setapak
untuk pariwisata.
TB –
Pertambanga
n
Kawasan yang
diperuntukkan bagi kegiatan
pertambangan di wilayah
yang sedang maupun yang
akan dilakukan kegiatan
pertambangan, meliputi
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-41
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
golongan bahan galian A, B
dan C.
Kegiatan pertambangan
mulai dari tahap
perencanaan, tahap
ekplorasi hingga eksploitasi
harus diupayakan
sedemikian rupa agar tidak
menimbulkan perselisihan
dan atau persengketaan
dengan masyarakat
setempat.
Rencana kegiatan eksploitasi
harus disetujui oleh dinas
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-42
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
pertambangan setempat dan
atau oleh Departemen
Pertambangan dan Energi,
dan pelaksanaannya
dilaporkan secara berkala.
Pada lokasi kawasan
pertambangan fasilitas fisik
yang harus tersedia meliputi
jaringan listrik, jaringan jalan
raya, tempat pembuangan
sampah, drainase, dan
saluran air kotor.
Boleh:
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-43
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
bahan galian terletak di daerah
dataran, perbukitan yang
bergelombang atau landai
{kemiringan lereng antara (0° -
17°), curam (17° - 36°) hingga
sangat curam (> 36°)}, pada
alur sungai, dan cara
pencapaian
Boleh bersyarat:
lokasi tidak terletak terlalu
dekat terhadap daerah
permukiman. Hal ini untuk
menghindari bahaya yang
diakibatkan oleh gerakan
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-44
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
tanah, pencemaran udara,
serta kebisingan akibat lalu
lintas pengangkutan bahan
galian, mesin pemecah
batu, ledakan dinamit, dan
sebagainya. Jarak dari
permukiman 1 - 2 km bila
digunakan bahan peledak
dan minimal 500 m bila
tanpa peledakan
Dilarang:
kegiatan penambangan
tidak boleh dilakukan di
kawasan lindung, kecuali
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-45
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
ada pernyataan pinjam
pakai dari kedua belah
pihak
lokasi penggalian tidak
terletak di daerah rawan
bencana alam seperti
gerakan tanah, jalur
gempa, bahaya letusan
gunung api, dan
sebagainya
lokasi tidak terletak pada
bagian hulu dari alur-alur
sungai (yang umumnya
bergradien dasar sungai
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-46
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
yang tinggi
kegiatan penambangan
tidak boleh menimbulkan
kerusakan lingkungan
lokasi penggalian tidak
dilakukan pada lereng
curam (> 40%) yang
kemantapan lerengnya
kurang stabil. Hal ini untuk
menghindari terjadinya
erosi dan longsor.
Sa-Suaka
Alam
Sma-Suaka
a)Karakteristik lokasi dan
kesesuaian lahan
1) memiliki struktur tanah
1) ketentuan pokok tentang
pengaturan, pembinaan dan
pengembangan kegiatan
pemanfaatan
Taman
Nasional,
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-47
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
Marga Satwa yang stabil.
2) memiliki kemiringan tanah
yang memungkinkan
dibangun tanpa
memberikan dampak
negatif terhadap
kelestarian lingkungan.
3) merupakan lahan yang
tidak terlalu subur dan
bukan tanah pertanian
yang produktif. (untuk
wisata agro dapat
dipertimbangkan pada
lahan subur)
kepariwisataan mengacu
kepada Undang-Undang Nomor
9 tahun 1990 tentang
Kepariwisataan.
2) kegiatan kepariwisataan
diarahkan untuk memanfaatkan
potensi keindahan alam,
budaya dan sejarah di kawasan
pariwisata guna mendorong
perkembangan pariwisata
dengan memperhatikan
kelestarian nilai-nilai budaya,
adat istiadat, mutu dan
keindahan lingkungan alam dan
Taman
Hutan Raya,
Taman
Wisata Alam
untuk
kegiatan
pariwisata
alam
dilaksanakan
sesuai
dengan azas
konservasi
sumberdaya
alam hayati
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-48
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
4) memiliki aksesibilitas yang
tinggi.
5) tidak mengganggu
kelancaran lalu lintas pada
jalur jalan raya regional.
6) tersedia prasarana fisik
yaitu listrik dan air bersih.
7) terdiri dari lingkungan/
bangunan/ gedung
bersejarah dan cagar
budaya
8) memiliki nilai sejarah, ilmu
pengetahuan dan budaya.
9) memiliki keunikan tertentu.
kelestarian fungsi lingkungan
hidup.
3) kegiatan kepariwisataan yang
dikembangkan harus memiliki
hubungan fungsional dengan
kawasan industri kecil dan
industri rumah tangga serta
membangkitkan kegiatan sektor
jasa masyarakat.
4) pemanfaatan lingkungan dan
bangunan cagar budaya untuk
kepentingan pariwisata, sosial,
pendidikan, ilmu pengetahuan,
kebudayan dan agama harus
dan
ekosistemny
a.
pemanfaatan
kawasan
Taman
Nasional,
Taman
Hutan Raya,
dan Taman
Wisata Alam
untuk sarana
pariwisata
alam
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-49
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
10) dilengkapi fasilitas
pengolah limbah (padat
dan cair)
memperhatikan kelestarian
lingkungan dan bangunan cagar
budaya tersebut. Pemanfaatan
tersebut harus memiliki izin dari
Pemerintah Daerah dan atau
Kementerian yang menangani
bidang Kebudayaan.
5) pengusahaan situs benda cagar
budaya sebagai obyek wisata
diharapkan dapat membantu
memenuhi kebutuhan dana bagi
pemeliharaan dan upaya
pelestarian benda cagar budaya
yang bersangkutan.
diselenggara
kan dengan
persyaratan
sebagai
berikut:
(a) luas
kawasan yang
dimanfaatkan
untuk
pembangunan
sarana dan
prasarana
pariwisata alam
maksimum 10%
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-50
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
6) ketentuan tentang penguasaan,
pemilikan, pengelolaan dan
pemanfaatan benda-benda
cagar budaya diatur dalam
Undang-Undang Nomor 5 tahun
1992 tentang Benda Cagar
Budaya dan Peraturan
Pemerintah Nomor 10 tahun
1993 tentang Pelaksanaan UU
Nomor 5/1992 tentang Benda
Cagar Budaya.
7) pemanfaatan ruang di kawasan
pariwisata harus diperuntukkan
untuk sebesar-besarnya
dari luas zona
pemanfaatan
taman nasional,
blok
pemanfaatan
taman hutan
raya, dan blok
pemanfaatan
taman wisata
alam yang
bersangkutan
(b) bentuk
bangunan
bergaya
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-51
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
kemakmuran rakyat, dengan
tetap memelihara sumber daya
tersebut sebagai cadangan
pembangunan yang
berkelanjutan dan tetap
memperhati kan kaidah-kaidah
pelestarian fungsi lingkungan
hidup.
8) pada kawasan pariwisata,
fasilitas fisik yang harus
tersedia meliputi jaringan listrik,
telepon, jaringan jalan raya,
tempat pembuangan sampah,
drainase, dan saluran air kotor.
arsitektur
setempat
(c) tidak
mengubah
bentang alam
yang ada
3) pemanfaatan
kawasan
Taman
Nasional,
Taman Hutan
Raya, dan
Taman Wisata
Alam untuk
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-52
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
9) harus memberikan dampak
perkembangan terhadap pusat
produksi seperti kawasan
pertanian, perikanan, dan
perkebunan.
10) harus bebas polusi.
11) pengelolaan dan perawatan
benda cagar budaya dan situs
adalah tanggungjawab
pemerintah/pemerintah daerah.
12) setiap orang dilarang
mengubah bentuk dan/atau
warna, mengambil atau
memindahkan benda cagar
kegiatan
pengusahaan
pariwisata alam
diberikan untuk
jangka waktu
paling lama 30
tahun sesuai
dengan jenis
kegiatannya.
jenis-jenis
usaha
sarana
pariwisata
alam yang
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-53
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
budaya dari lokasi
keberadaannya.
dapat
dilakukan
dalam
kawasan
Taman
Nasional,
Taman
Hutan Raya,
dan Taman
Wisata Alam
meliputi
kegiatan
usaha:
(a).akomodasi
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-54
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
seperti pondol
wisata, bumi
perkemahan,
karavan, dan
penginapan
(b).makanan
dan minuman
(c). sarana
wisata tirta
(d).angkutan
wisata
(e).cenderamat
a
(f). sarana
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-55
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
wisata budaya
dalam
rangka
pelestarian
nilai-nilai
budaya
setempat,
pemerintah
daerah dapat
menetapkan
kawasan,
lingkungan
dan atau
bangunan
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-56
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
sebagai
lingkungan
dan
bangunan
cagar
budaya
sebagai
kawasan
pariwisata
budaya.
Penetapanny
a dilakukan
apabila
dalam suatu
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-57
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
kawasan
terdapat
beberapa
lingkungan
cagar
budaya yang
mempunyai
keterkaitan
keruangan,
sejarah, dan
arkeologi.
penetapan
kawasan,
lingkungan
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-58
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
dan atau
bangunan
bersejarah
sebagai
kawasan
pariwisata
oleh
Pemerintah
Kota/Kabupa
ten
berdasarkan
ketentuan
peraturan
perundang-
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-59
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
undangan
yang
berlaku.
kriteria, tolok
ukur, dan
penggolonga
n lingkungan
cagar
budaya
berdasarkan
kriteria nilai
sejarah,
umur,
keaslian, dan
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-60
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
kelangkaan.
Sedangkan
kriteria
penggolonga
n bangunan
cagar
budaya
berdasarkan
kriteria nilai
sejarah,
umur,
keaslian,
kelangkaan,
tengeran/lan
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-61
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
dmark, dan
arsitektur.
Kriteria dan
tolok ukur
tersebuta
adalah
sebagai
berikut:
(a) nilai sejarah
dikaitkan
dengan
peristiwa-
peristiwa
perjuangan,
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-62
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
ketokohohan,
politik, sosial,
budaya yang
menjadi simbol
nilai
kesejarahan
tingkat nasional
dan atau
daerah masing-
masing.
(b) umur
dikaitkan
dengan batas
usia sekurang-
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-63
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
kurangnya 50
(lima puluh)
tahun.
(c) keaslian
dikaitkan
dengan
keutuhan baik
sarana dan
prasarana
lingkungan
maupun
struktur,
material, tapak
bangunan dan
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-64
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
bangunan di
dalamnya.
(d) kelangkaan
dikaitkan
dengan
keberadaannya
sebagai satu-
satunya atau
yang terlengkap
dari jenisnya
yang masih ada
pada
lingkungan
lokal, nasional,
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-65
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
atau dunia.
(e) tengeran
dikaitkan
dengan
keberadaan
sebuah
bangunan
tunggal
monumen atau
bentang alam
yang dijadikan
simbol dan
wakil dari suatu
lingkungan.
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-66
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
(f) arsitektur
dikaitkan
dengan estetik
dan rancangan
yang
menggambarka
n suatu zaman
dan gaya
tertentu.
berdasarkan
kriteria dan
tolak ukur,
kawasan
lingkungan
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-67
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
cagar
budaya
dapat
dikelompokk
an menjadi
beberapa
golongan
yang
berbeda satu
dengan
lainnya.
Penggolong
an
lingkungan
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-68
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
cagar
budaya
diatur
melalui
Keputusan
Bupati/Walik
ota
setempat.
pelestararian
lingkungan
dan
bangunan
cagar
budaya yang
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-69
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
dijadikan
kawasan
pariwisata
harus
mengikuti
prinsip-
prinsip
pemugaran
yang
meliputi
keaslian
bentuk,
penyajian
dan tata
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-70
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
letak dengan
memperhatik
an niai
sejarah, ilmu
pengetahuan
, dan
kebudayaan.
pengembang
an lahan
yang berada
dalam
kawasan
lingkungan
cagar
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-71
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
budaya
harus
mengikuti
peraturan
perundanga
n yang
berlaku.
P3 – 01 Hutan produksi adalah kawasan
hutan yang mempunyai fungsi
pokok memproduksi hasil hutan.
Penggunaan kawasan hutan
bertujuan untuk mengatur
penggunaan sebagian kawasan
Tidak diperkenankan adanya
bangunan, kecuali bangunan
penunjang/prasarana bagi hutan
dan perkebunan atau bangunan
yang merupakan bagian dari
suatu jaringan/transmisi bagi
KWT:
Maksimum
2%
KWH : 98%
Pemanfaatan ruang yang
sesuai aturan tapi tidak
berijin, harus segera
mengurus perijinan.
Penggunaan kawasan hutan
dilakukan berdasarkan izin
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-72
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
hutan untuk kepentingan
pembangunan di luar kegiatan
kehutanan.
Boleh:
kawasan hutan produksi;
dan/atau
kawasan hutan lindung
Boleh bersyarat:
religi;
pertambangan;
instalasi pembangkit,
transmisi, dan distribusi
listrik, serta teknologi energi
baru dan terbarukan;
kepentingan umum dan kegiatan
wisata lain yang keberadaannya
sudah mendapat persetujuan
Menteri Kehutanan
Bangunan yang diperbolehkan
antaralain: Pos pengamatan
kebakaran, pos penjagaan,
papan petunjuk/penerangan,
patok triangulasi, tugu, muara
kereta kabel, tiang listrik dan
menara TV,
serta jalan setapak untuk
pariwisata dan bangunan
istirahat untuk wisatawan.
pinjam pakai kawasan hutan.
Pemanfaatan yang tidak
sesuai aturan ini, tapi telah
mempunyai ijin dapat tetap
dipertahankan asal tidak ada
perubahan fisik bangunan.
Pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai aturan dan ada
perubah fisik bangunan,
harus mengacu pada aturan
ini.
Pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai aturan ini dan
tidak mempunyai ijin dapat
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-73
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
pembangunan jaringan
telekomunikasi, stasiun
pemancar radio, dan stasiun
relay televisi;
jalan umum, jalan tol, dan
jalur kereta api;
f. sarana transportasi yang
tidak dikategorikan sebagai
sarana transportasi umum
untuk keperluan
pengangkutan hasil produksi;
sarana dan prasarana
sumber daya air,
pembangunan jaringan
ditertibkan dengan:
pencabutan ijin,
pembongkaran bangunan,
perlengkapan perijinan,
denda atau kurungan.
Penggunaan kawasan hutan
untuk pertambangan yang
berdampak penting dan
cakupan yang luas serta
bernilai strategis, izin pinjam
pakai kawasan hutan hanya
dapat diberikan setelah
mendapat persetujuan dari
Dewan Perwakilan Rakyat.
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-74
INDEKS
ZONING
KETENTUAN ZONASI
KETENTUAN PEMANFAATAN
RUANG KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
INTENSITAS
PEMANFAATA
N RUANG
KETENTUAN
BANGUNAN KETENTUAN PENGENDALIAN
instalasi air, dan saluran air
bersih dan/atau air limbah;
Dilarang:
Semua pemanfaatan
budidaya termasuk
mendirikan bangunan kecuali
yang dikategorikan dalam
boleh bersyarat tersebut di
atas.
Pengembangan industri
menengah dan besar.
Permukiman perkotaan.
Permukiman perdesaan.
Pengaturan penggunaan
kawasan hutan secara lebih
rinci diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun
2010.
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-75
7.2 Ketentuan Perijinan
Izin pemanfaatan ruang diberikan dengan tujuan untuk melindungi kepentingan umum;
menghindari eksternalisasi negatif; dan menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana
tata ruang, strandar dan kualitas minimum yang ditetapkan. Izin diberikan kepada calon
pengguna ruang yang akan melakukan kegiatan pemanfaatan ruang pada suatu
kawasan/zona berdasarkan arahan rencana pola ruang.
Perijinan merupakan upaya mengatur kegiatan-kegiatan yang memiliki peluang melanggar
ketentuan perencanaan dan pembangunan, serta menimbulkan gangguan bagi kepentingan
umum. Mekanisme perijinan merupakan mekanisme terdepan dalam pengendalian
pemanfaatan ruang. Selain itu, kinerja perijinan pada suatu daerah mempunyai peran yang
penting dalam menarik atau menghambat investasi. Penyelenggaraan mekanisme perijinan
yang efektif akan mempermudah pengendalian pembangunan dan penertiban pelanggaran
rencana tata ruang. Bila mekanisme perijinan tidak diselenggarakan dengan baik, maka akan
menimbulkan penyimpangan pemanfaatan ruang secara legal. Penyimpangan semacam ini
akan sulit dikendalikan dan ditertibkan. Mekanisme perijinan juga dapat dimanfaatkan sebagai
perangkat insentif untuk mendorong pembangunan yangsesuai dengan rencana tata ruang,
atau perangkat disinsentif untuk menghambat pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang.
Perijinan yang dikenakan pada kegiatan dan pembangunan terdiri dari 5 jenis, yaitu:
1. Perijinan kegiatan/lisensi (SIUP, TDP, dll).
2. Perijinan pemanfaatan ruang dan bangunan (Ijin Lokasi, Ijin Peruntukan Penggunaan
Tanah/IPPT, Ijin Penggunaan Bangunan/IPB).
3. Perijinan konstruksi (Ijin Mendirikan Bangunan/IMB).
4. Perijinan lingkungan (Amdal, yang terdiri dari Analisis Dampak Lingkungan, Rencana
Pemantauan Lingkungan dan Rencana Pengelolaan Lingkungan; Ijin Gangguan/HO).
5. Perijinan khusus (pengambilan air tanah, dll).
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-76
Pemberian izin dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap
pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang. Izin pemanfaatan
ruang terdiri atas:
a. Izin prinsip, diberikan berdasarkan rencana tata ruang untuk rencana kegiatan
pemanfaatan ruang;
b. Izin lokasi, diberikan berdasarkan rencana tata ruang untuk penetapan lokasi pelaksanaan
kegiatan pemanfaatan ruang;
c. Izin peruntukkan penggunaan tanah, diberikan berdasarkan rencana tata ruang untuk
penggunaan tanah.
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi
dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi adminstratif, sanksi pidana
penjara, dan/atau sanksi pidana denda.
Dalam ketentuan perizinan pada RTRW Kabupaten, paling tidak memuat:
1. Semua jenis Perizinan yang terkait dengan tata ruang dan dalam pemberian izinnya
harus mengacu pada dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang ada di
wilayah yang disusun RTRW kabupatennya
2. Mekanisme perizinan yang menjadi wewenang Pemerintahan Kabupaten yang terkait
dengan tata ruang yang mencakup pengaturan keterlibatan SKPD terkait dalam setiap
perizinan yang terkait dengan tata ruang.
3. Dalam mekanisme perizinan tersebut juga dinyatakan kapan RTRW kabupaten diacu
dalam proses perizinan dan dilakukan oleh pihak mana;
4. Arahan pengambilan keputusan apabila dalam dokumen RTRW kabupaten belum
memberikan arahan yang cukup terkait perizinan yang dimohonkan oleh masyarakat
(individual maupun organisasi).
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-77
7.3 Ketentuan Insentif-Disinsentif
Insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan
kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang. Insentif ini diberikan dalam bentuk insentif
fiskal berupa pemberian keringanan atau pembebasan pajak maupun dalam bentuk insentif
non fiskal berupa penambahan dana alokasi khusus, pemberian kompensasi, subsidi silang,
kemudahan perizinan, imbalan, sewa ruang, urun saham, penyediaan prasarana dan sarana,
penghargaan, dan/atau publisitas atau promosi.
Sedangkan disinsentif adalah perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau
mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang. Disinsentif ini diberikan
dalam bentuk disinsentif fiskal berupa pengenaan pajak yang tinggi maupun dalam bentuk
disinsentif non fiskal berupa pengurangan dana alokasi khusus, kewajiban pemberian
kompensasi, persyaratan khusus dalam perizinan, kewajiban membayar imbalan, pembatasan
penyediaan prasarana dan sarana, dan/atau pemberian status tertentu dari pemerintah.
Pemberian insentif dan disinsentif dalam penataan ruang diselenggarakan dengan tujuan:
a. meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka mewujudkan ruang
yang nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
b. memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan rencana tata ruang; dan
c. meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka pemanfaatan
ruang yang sejalan dengan rencana tata ruang.
Ketentuan insentif dan disinsentif yang harus dimuat/disusun dalam RTRW Kabupaten
meliputi:
a. Ketentuan insentif-disinsentif pada masyarakat umum
b. Ketentuan insentif-disinsentif pada lembaga komersial
c. Ketentuan insentif-disinsentif pada pemerintahan desa dalam wilayah kabupaten.
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-78
1. Jenis insentif dan disinsenitif
Jenis perangkat/mekanisme insentif dan disinsentif dapat dikelompokkan menjadi:
a. Pengaturan/ regulasi/ kebijaksanaan
b. Ekonomi/ keuangan
c. Pemilikan/ pengadaan langsung oleh pemerintah
2. Perangkat insentif-disinsentif pengaturan regulasi kebijaksanaan, secara umum
dikelompokkan berdasarkan elemen berikut :
A. Perangkat yang berkaitan langsung dengan pengaturan elemen guna lahan, meliputi:
a. Pengaturan hukum kepemilikan lahan oleh swasta
b. Pengaturan sertifikasi tanah
c. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
d. Transfer of Development Right (TDR)
e. Pengaturan perizinan meliputi:
lzin prinsip: izin usaha/tetap
Izin lokasi
Planning permit
Izin gangguan
IMB
Izin Penghunian Bangunan (IPB)
B. Perangkat yang berkaitan dengan pengaturan elemen pelayanan umum, misalnya
meliputi:
a. Kekuatan hukum untuk inengembalikan gangguan/pencemaran
b. Pengendalian hukum terhadap kendaraan dan transportasi
c. Pengaturan penyediaan pelayanan umum oleh swasta
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-79
C. Perangkat yang berkaitan dengan pengaturan penyediaan prasarana, rnisalnya meliputi:
a. Development exaction., misalnya dalam penyediaan fasilitas urnum dan fasilitas
sosial
b. Ketentuan 'Linkage' (pengkaitan), misalnya: kebijaksanaan 1:3:6 dalam
pembangunan perumahan, 20% dari lahan harus untuk membangun rumah susun
murah, dan sebagainya.
3. Jenis-jenis perangkat insentif-disinsentif ekonomi/keuangan secara umum dkelompokan
berdasarkan elemen di bawah ini:
A. Perangkat yang berkaitan langsung dengan elemen guna lahan, meliputi:
a. Pajak lahan/PBB
b. Pajak pengembangan lahan
c. Pajak balik nama/ jual beli lahan
d. Retribusi perubahan lahan
e. Development Impact Fee
B. Perangkat yang berkaitan dengan elemen pelayanan umum, meliputi:
a. Pajak kemacetan
b. Pajak pencemaran
c. Restribusi perijinan:
Izin prinsip: izin usaha/tetap
Izin lokasi
Planning Permit
Izin gangguan
IMB
Izin Penghunian Bangunan (IPB)
d. User Charge atas pelayanan umum
e. Subsidi untuk pengadaan pelayanan umum oleh pemerintah atau swasta
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-80
C. Perangkat yang berkaitan dengan penyediaan prasarana:
a. Kontribusi (skema kerjasama)
b. Pemberian dana awal untuk program konsolidasi lahan
c. Pengusahaan skema pinjaman lunak
4. Jenis-jenis perangkat insentif-disinsentif pemilikan/pengadaan langsung oleh pemerintah,
secara umum dikelompokkan berdasarkan elemen di bawah ini:
A. Perangkat yang berkaitan langsung dengan elemen guna lahan: penguasaan lahan oleh
pemerintah (bank lahan)
B. Perangkat yang berkaitan dengan elemen pelayanan
Pengadaan pelayanan umum oleh pemerintah (air bersih, pengumpulan/ pengolahan
sampah, air kotor, listrik, telepon, angkutan umum)
C. Perangkat yang berkaitan dengan penyediaan prasarana :
a. Pengadaan infrastruktur kota oleh pemerintah
b. Pembangunan perumahan oleh pemerintah
c. Pembanguan fasilitas umum dan fasilitas sosial oleh pemerintah
Sebagai rangkuman dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 kelompok perangkat/mekanisme
Insentif-disinentif, yaitu yang berbentuk:
1. Pengaturan/regulasi/kebijaksanaan, sebagai salah satu upaya untuk menerapkan police
power,
2. Ekonomi/keuangan, sebagai penerapan dan pengenaan pajak & retribusi dan
3. Pemilikan/pengadaan langsung oleh Pemerintah yang menerapkan sebagian dari
ominent domain.
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-81
Elemen-elemen yang dikenai instrumen tersebut adalah berkaitan dengan (a) pemanfaatan
tata guna lahan, (b) pelayanan umum dan (c) prasarana.
7.4 Ketentuan Sanksi
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib menaati rencana tata ruang yang telah
ditetapkan; memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang; mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang;
dan memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan dinyatakan sebagai milik umum.
Setiap orang yang melanggar ketentuan tersebut di atas akan dikenai sanksi administratif
berupa peringatan tertulis; penghentian sementara kegiatan; penghentian sementara
pelayanan umum; penutupan lokasi; pencabutan izin; pembatalan izin; pembongkaran
bangunan; pemulihan fungsi ruang; dan/atau denda administratif. Pemberian sanksi terhadap
pelanggaran penataan ruang diberikan berdasarkan besar atau kecilnya dampak yang
ditimbulkan akibat pelanggaran penataan ruang; nilai manfaat pemberian jenis sanksi yang
diberikan untuk pelanggaran penataan ruang; dan kerugian publik yang ditimbulkan akibat
pelanggaran penataan ruang. Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran penataan ruang
bertujuan untuk mewujudkan tertib tata ruang dan tegaknya peraturan perundang-undangan
bidang penataan ruang.
Sanksi pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan budidaya di wilayah berupa arahan
sanksi yang mencakup:
1. Arahan sanksi bagi pelanggar pemanfaatan ruang yang tidak pernah mengajukan
perizinan pemanfaatan ruang;
2. Arahan sanksi bagi pemohon izin pemanfaatan ruang yang tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana izin pemanfaatan ruang yang diminta;
3. Arahan sanksi bagi pemberi izin yang melanggar kaidah dan ketentuan pemanfaatan
ruang.
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-82
Arahan sanksi merupakan acuan dalam pengenaan sanksi terhadap:
1. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang
wilayah kabupaten;
2. Pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi sistem kabupaten;
3. Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW
Kabupaten;
4. Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RTRW Kabupaten;
5. Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten;
6. Pemanfataan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh peraturan
perundangundangan dinyatakan sebagai milik umum;
7. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar.
Arahan sanksi meliputi arahan pengenaan bentuk sanksi yang mencakup sanksi administratif,
sanksi pidana, dan sanksi perdata. Secara konseptual bentuk sanksi yang dapat diterapkan
pada pelanggaran pemanfaatan ruang, pada gambar pada halaman berikutnya.
1. Sanksi Administratif
Sanksi administratif yang dapat dikenakan pada pelanggar pemanfaatan ruang, dapat
berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum;
d. Penutupan lokasi;
e. Pencabutan izin;
f. Pembatalan izin;
g. Pembongkaran bangunan;
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-83
h. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. Denda administratif.
2. Sanksi Perdata
Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana terkait penataan ruang, dapat
menuntut ganti kerugian secara perdata kepada pelaku tindak pidana. Tuntutan ganti
kerugian ini dilakukan sesuai dengan hukum acara pidana.
3. Sanksi Pidana
Sedangkan ketentuan sanksi pidana yang diterapkan pada tiap pelanggaran pidana terkait
penataan ruang, yang dapat diterapkan sebagaimana pada tabel berikut ini.
Tabel 7. 4 Cakupan Arahan Sanksi Pelanggaran Pemanfaatan Ruang
Berdasarkan UUPR No 26/2007
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-84
Tabel 7. 5 Arahan Sanksi Pada Tiap Jenis Unsur Tindak Pidana Terkait Penataan Ruang
Menurut UUPR NO. 26 Tahun 2007
No Unsur Tindak Pidana Terkait Penataan
Ruang Arahan Sanksi Pidana
1 Tidak mentaati rencana tata ruang dan
mengakibatkan perubahan fungsi ruang
Dikenakan pidana Penjara paling lama 3
tahun dan dendan paling banyak Rp 500
juta
2 Tidak mentaati rencana tata ruang,
mengakibatkan perubahan fungsi ruang,
dan mengakibatkan kerugian terhadap
harga benda atau rusaknya barang
Dikenakan pidana Penjara paling lama 8
tahun dan dendan paling banyak Rp 1,5
Milyar
3 Tidak mentaati rencana tata ruang,
mengakibatkan perubahan fungsi ruang,
dan mengakibatkan kematian orang
Dikenakan pidana Penjara paling lama 15
tahun dan denda paling banyak Rp 5
Milyar
4 Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan
izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang
Dikenakan pidana penjara paling lama 3
tahun dan denda paling banyak Rp 500
juta
5 Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan
izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang, dan mengakibatkan
perubahan fungsi ruang
Dikenakan pidana Penjara paling lama 5
tahun dan dendan paling banyak Rp 1
Milyar
6 Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan
izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang, dan mengakibatkan kerugian
terhadap harga benda atau kerusakan
barang
Dikenakan pidana Penjara paling lama 5
tahun dan dendan paling banyak Rp 1.5
Milyar
7 Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan
izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
Dikenakan pidana Penjara paling lama 15
tahun dan denda paling banyak Rp 5
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-85
No Unsur Tindak Pidana Terkait Penataan
Ruang Arahan Sanksi Pidana
berwenang, dan mengakibatkan kematian
orang
Milyar
8 Tidak mematuhi ketentuan yang
ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang
Dikenakan pidana Penjara paling lama 3
tahun dan denda paling banyak Rp 500
juta
9 Tidak memberikan akses terhadap
kawasan yang oleh peraturan dinyatakan
sebagai milik umum
Dikenakan pidana penjara paling lama 1
tahun dan denda paling banyak Rp 100
juta
10 Pejabat pemerintah yang berwenang yang
menerbitkan izin tidak sesuai dengan
rencana tata ruang
Dikenakan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan dendan paling banyak
Rp 500 juta. Pelaku dapat dikenai pidana
tambahan berupa pemberhentian secara
tidak dengan hormat dari jabatannya.
11 Korporasi yang melakukan sebagian atau
semua tindak pidana terkait penataan
ruang,
Dikenakan pidana penjara dan denda
terhadap pengurusnya, dan pidana
terhadap korporasi berupa pidana dengan
pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana yang
dilakukan oleh perseorangan. Selain
pidana denda, korporasi dapat dijatuhi
pidana tambahan berupa:
pencabutan izin usaha, dan atau
pencabutan status badan hukum.
LAPORAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN 2011-2031
VII-86
Setiap pemanfaatan ruang harus mendapat ijin sesuai dengan rencana tata ruang dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perubahan pemanfaatan lahan harus
melalui prosedur khusus yang berbeda dari prosedur reguler/normal. Dalam masa transisi
tahapan rencana, ijin khusus dapat diberikan apabila dampak kegiatan yang dimohon
negatif dan atau kecil.
Permohonan perubahan pemanfaatan ruang yang disetujui harus dikenakan disinsentif
berupa:
1. Denda (development charge) sesuai jenis pelanggaran rencana tata ruang.
Pengenaan biaya dampak pembangunan (development impactfee) sesuai dengan
eksternalitas yang harus diatasi dan upaya mengembalikannya ke kualitas sebelum proyek
tersebut dibangun