ru ( rev 02)

103

Click here to load reader

Upload: rijalul-u-riskil

Post on 19-Oct-2015

78 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

The Truth Is Out There

Diedit oleh MAS,BTS,GS-Revisi0

GENERAL ARRANGEMENT

( RENCANA UMUM )

DIFINISI:

Yaitu merencanakan gambar kapal yang isinya antara lain:

a. Menentuan dari ruangan ruangan untuk segala kegiatan ABK.

b. Menentuan segala peralatan yang dibutuhkan yang diatur sesuai dengan letaknya.

c. Menentukan jalan untuk mencapai ruangan-ruangan di dalam kapal.

Langkah-langkah dalam menggambar Rencana Umum:

1. Menentukan Ruang Utama.

2. Menentukan batas-batas dari ruangan-ruangan di dalam kapal.

3. Menyediakan jalan ke ruangan-ruangan tersebut.

4. Memilih & menempatkan peralatan / perlengkapan ( peralatan bongkar muat, peralatan tambat dan peralatan rumah tangga ).

Yang termasuk Ruang Utama:

Ruang Muat ( Cargo Hold / Cargo Tank )

Ruang mesin ( Machinery Spaces )

Ruang Anak Buah Kapal ( Crew )

Tangki-tangki ( bahan bakar, air tawar, ballast dan pelumas )

Ukuran utama kapal:

LOA, LWL, LPP, B, H, T, Vs, Type Kapal

Cb, Cm, Cw, Cp

Radius pelayaran ( mil laut )

Muatan

A. SUSUNAN ANAK BUAH KAPAL ( ABK )

Jumlah ABK yang direncanakan harus kurang dari atau sama dengan hasil dari persamaan berikut:

Zc = Cst [ Cdk ( CN/1000 )1/6 + Ceng ( BHP/1000 )1/3 + Cadets ]

Dimana:

Cst= koefisien steward deck ( 1,2 1,33 )

Cdk= koefisien deck department ( 11,5 14,5 )

Ceng= koefisien engine department ( 8,5 11,0 )

BHP= tenaga mesin ( HP )

Cadets= perwira tambahan / tamu

CN= ( L.B.H ) / 1000

Contoh susunan ABK adalah sebagai berikut:

I. Master

Captain ( Nahkoda )

II. Deck Department

Perwira:

1. Chief Officer

( Mualim I )

2. Second Officer

( Mualim II )

3. Radio Operator

4. Dokter

Bintara:

1. Quarter Master

( Juru Mudi )

2. Boatswain

( Kepala Kelasi )

3. Seaman

( Kelasi )

III.Engine Department

Perwira:

1. Chief Engineer

( Kepala Kamar Mesin )

2. Second Engineer

3. Electrician

Bintara:

1. Fireman

2. Oiler

IV.Catering Department

Perwira:

1. Chief Cook

Bintara:

1. Assistant Cook

2. Steward

3. Boys

B. PERHITUNGAN BHP MESIN

Metode yang digunakan : Watson.

( kW )

Dimana:

P= daya efektif kapal ( EHP ) dalam kW ( 1 HP = 0,746 kW )

( = displacement dalam ton

V = kecepatan dalam meter / detik

L = panjang kapal dalam meter

n = kisaran per detik

Laju kisaran dipakai standarisasi sebagai berikut:

Hingga

1000 ton:n = 8,33 kisaran / detik

Dari 1000 ton hingga`2000 ton :n = 6,67 kisaran / detik

Dari 2000 ton hingga

3000 ton n.= 5,00 kisaran / detik

Dari 3000 ton hingga

5000 ton n = 3,33 kisaran / detik

Dari 5000 ton hingga

7500 ton n = 2,50 kisaran / detik

Dari 7500 ton hingga

12500 ton n = 2,08 kisaran / detik

Dari 12500 ton hingga

25000 tonn = 1,92 kisaran / detik

Dari 25000 ton hingga

50000 tonn = 1,83 kisaran / detik

Dari 50000 ton ke atas

n = 1,67 kisaran / detik

Dari perhitungan BHP di atas kita dapat menentukan dimensi dan ketentuan lain dari mesin induk ( dapat dilihat di katalog mesin induk ).

Gambar mesin induk dilihat memanjang kapal dan melintang kapal

Data ukuran mesin induk

Data katalog mesin induk

Gambar pondasi mesin induk dilihat dari atas

Gambar penampang melintang pondasi mesin induk

Gambar posisi mesin induk, poros antara dan tabung poros baling-baling

C. PERHITUNGAN DWT ( DEAD WEIGHT ) / CONSUMABLES

1. Berat Bahan Bakar Mesin Induk

Wfo = BHPme . bme . S/Vs . 10-6 . C ( ton )

Dimana:BHPme= Bhp mesin induk ( katalog mesin ) kW

bme

= spesifik konsumsi bahan bakar mesin induk

( 171 g/kWh )

S

= jarak pelayaran ( mil )

Vs

= kecepatan dinas ( knot )

C

= koreksi cadangan ( 1,3 1,5 )

Menentukan volume bahan bakar mesin induk:

V ( Wfo ) = Wfo/( ( m3 )dimana: ( = 0,95 ton/m3Volume bahan bakar mesin induk ada penambahan karena:

Double bottom ( 2 % )

Ekspansi karena panas ( 2 % )

2. Berat Bahan Bakar Mesin Bantu ( Wfb )

Wfb = ( 0,1 0,2 ) Wfo ( ton )

Menentukan bahan bakar mesin bantu ( Vfb ):

Vfb = Wfb / ( diesel ( m3 )dimana: : ( = 0,95 ton/m3

Volume tangki bahan bakar mesin bantu ada penambahan sebesar 4 % Vfb.

3. Berat Minyak Pelumas ( Wlo )

Wlo = BHPme . blo . S/Vs . 10-6 . ( 1,3 1,5 ) ( ton )

Dimana:blo = 1,2 1,6

Menentukan volume minyak pelumas ( lubricating oil ):

Vlo = Wlo / (( m3 )dimana: ( = 0,90 ton/m3

Volume tangki ada penambahan sebesar 4 % Vlo.

4. Berat Air Tawar ( Wfw )

a. Untuk diminum

= ( 10 20 ) kg / orang hari

= [ (10 -20 ) . Jml ABK . S ] / ( 24 . Vs )

b. Untuk cuci

= ( 80 200 ) kg / orang hari

= [ (80 -200 ) . Jml ABK . S ] / ( 24 . Vs )

c. Untuk pendinginan mesin= ( 2 -5 ) kg / BHP

Berat Total air tawar == a + b + c ( ton )

5. Berat Bahan Makanan ( Wp )

Wp = 5 kg / orang hari

= ( 5 . Jml ABK . S ) / ( 24 . Vs )

6. Berat Crew Dan Barang Bawaan ( Wcp )

a. Untuk crew

= 75 kg / orang hari

b. Untuk barang= 25 kg / orang hari

Wcp = berat crew + berat barang

7. Berat Cadangan ( Wr )

Terdiri dari peralatan di gudang:

Cat

Peralatan reparasi kecil yang dapat diatasi oleh ABK

Peralatan lain yang diperlukan dalam pelayaran

Wr = ( 0,5 1,5 ) % . Displ. ( ton )

8. Berat Muatan Bersih ( Wpc )

Wpc = Vrm / Sf ( ton )

Dimana: Vrm= volume ruang muat ( m3 )

Sf= stowage factor ( m3 / ton )

DWT = Wfo + Wfb + Wlo + Wfw + Wp + Wcp + Wr + Wpc ( ton )

LWT = Displacement DWT ( ton )

D. PERHITUNGAN KONSTRUKSI

1.Perhitungan Dasar Ganda ( Double Bottom )

Menurut BKI 1996 Volume II:

h = 350 + 45 B ( mm )

Menurut General Arrangement Plan:

Untuk kapal tanker, tinggi double minimum adalah B/15, tetapi tidak boleh kurang dari 1 meter dan tidak boleh lebih dari 3 meter.

2. Jarak Gading ( Frame Spacing )

Pada BKI 1996 volume II, jarak gading normal / main frame ( ao ) untuk daerah 0,1 dari sekat tubrukan dan sekat buritan, untuk L < 100 m adalah:

ao= L / 500 + 0,48 ( m )

Biasanya diambil jarak gading = 0,6 m.

3. Perencanaan Letak Sekat Tubrukan ( Collision Bulkhead ) Dan Sekat Ceruk Buritan.

a. Sekat Tubrukan ( Collision Bulkhead )

Syarat letak sekat tubrukan di belakang FP untuk kapal dengan L < 200 m adalah ( 0,05 0,08 ) L.

b. Sekat Ceruk Buritan

Syarat minimum adalah 3 kali jarak gading diukur dari ujung boss.

4. Perencanaan Panjang Ruang Mesin

Disesuaikan dengan letak mesin yang direncanakan ( sesuai dimensi mesin ).

Misalnya direncanakan kurang lebih 20 frame spacing.

5. Perencanaan Panjang Ruang Muat

Untuk merencanakan panjang ruang muat, hendaknya diperiksa dahulu volume ruang muatnya sudah cukup atau belum bila jumlah muatan yang dimuat akan dimasukkan keruang muat. Caranya dengan mengurangi DWT dengan komponen-komponen lainnya selain muatan bersih, sehingga didapatkan berat muatan bersih, selanjutnya sesuai dengan cara pembungkusan muatan akan didapatkan volume ruang muat yang dibutuhkan, selanjutnya dari sekat tubrukan sampai dengan sekat ruang mesin dengan diagram Bonjean dihitung besarnya volume ruang muatnya.

Direncanakan panjang ruang muat maksimum = lebar kapal ( kalau bisa disesuaikan dengan diagram kebocoran ( floodable length ).

Misalnya:Ruang muat I terletak antara frame 95 115

Ruang muat II terletak antara frame 75 95

dst.

E.PERHITUNGAN VOLUME RUANG MUAT

Perhitungan volume ruang muat disesuaikan dengan jumlah ruang muat yang telah direncanakan ( terletak pada frame berapa sampai berapa ).

Perhitungan dilakukan dengan metode Simpson.

Volume total ruang muat ( Vt ) = VI + VII + dst( m3 )

F. PERHITUNGAN VOLUME TANGKI-TANGKI

a. Tangki-Tangki Consumable

Misalnya: tangki bahan bakar ( fuel oil tank ), tangki minyak pelumas ( lubricating oil tank ), tangki air tawar ( fresh water tank ).

Khusus untuk tangki air tawar biasanya terletak pada tangki ceruk buritan (after peak tank ).

Perhitungan volume tangki-tangki di atas disesuaikan dengan letak tangki tangki yang telah direncanakan ( terletak pada frame berapa sampai berapa ).

Perhitungannya dilakukan dengan menggunakan metode Simpson .

b. Tangki-Tangki Ballast

Tangki-tangki ballast biasanya terletak di bawah ruang muat ( pada double bottom ).

Misalnya: tangki ballast I, II, III, dst.

Perhitungan volume tangki-tangki ballast disesuaikan dengan letak tangki tangki yang telah direncanakan ( terletak pada frame berapa sampai berapa ).

Perhitungannya dilakukan dengan menggunakan metode Simpson .

c. Tangki Ceruk Haluan ( Fore Peak Tank )

Perhitungan volume tangki-ceruk haluan disesuaikan dengan letak tangki yang telah direncanakan ( terletak pada frame berapa sampai berapa ). Volume total dari tangki ceruk haluan sama dengan volume tangki ceruk haluan dikurangi volume dari kotak rantai jangkar ( chain locker ).

Perhitungannya dilakukan dengan menggunakan metode Simpson.

d. Tangki Slop ( Slop Tank )

Kapal oil tanker dengan BRT lebih besar dari 1500 BRT harus mempunyai slop tank dengan kapasitas 3 % dari kapasitas ruang muatnya.

Perhitungan volume ruangan ada penambahan sebesar kurang lebih 2 % karena adanya internal struktur.

G. PERENCANAAN RUANGAN-RUANGAN AKOMODASI

Dari SHIP DESIGN AND CONSTRUCTION 1980, hal. 113 1260 diperoleh beberapa persyaratan untuk crew accomodation.

BRT = 0,6 DWT

1. Ruang Tidur ( Sleeping Room )

Ruang tidur harus diletakkan di atas garis air muat di tengah / di belakang kapal.

Direncakan ruang tidur :

Semua kabin ABK terletak pada dinding luar sehingga mendapat cahaya matahari.

Bridge deck terdapat ruang tidur Captain dan Radio Operator.

Boat deck terdapat ruang tidur Chief Officer, Chief Engineer dan Dokter.

Poop deck terdapat ruang tidur Second Officer, Second Engineer dan Electrician dan Quarter Master.

Main deck terdapat ruang tidur Chief Cook, Assistant Cook, Oiler, Fireman, Boatswain, Seaman, Steward dan Boys.

Tidak boleh ada hubungan langsung ( opening ) di dalam ruang tidur dari ruang muat, ruang mesin, dapur, ruang cuci umum, WC, paint room dan dry room ( ruang pengering ).

Luas lantai untuk ruangan tidur tidak boleh kurang dari 2,78 m2 untuk kapal di atas 3000 BRT.

Tinggi ruangan dalam keadaan bebas minimum 190 m.

Perabot dalam ruang tidur:

a. Ruang tidur kapten:

Tempat tidur single bad, lemari pakaian, sofa, meja tulis dengan kursi putar, TV, kamar mandi, bathtub, shower, wash basin dan WC.

b. Ruang tidur perwira:

Tempat tidur single bad, lemari pakaian, sofa, meja tulis dengan kursi putar, kamar mandi, shower, wash basin dan WC.

c. Ruang tidur Bintara:

Tempat tidur minimal single bad untuk satu orang, maksimal tempat tidur susun untuk dua orang, lemari pakaian, meja tulis dengan kursi putar.

Ukuran perabot

a. Tempat tidur

Ukuran tempat tidur minimal 190 x 68 cm.

Syarat untuk tempat tidur bersusun:

Tempat tidur yang bawah berjarak 40 cm dari lantai.

Jarak antara tempat tidur bawah dan atas 60 cm.

Jarak antara tempat tidur dan langi-langit 60 cm.

Jarak antar deck diambil 240 cm.

b.Lemari pakaian

Direncanakan ukuran lemari pakaian 60 x 60 x 60 cm

c. Meja tulis

Direncanakan ukuran meja tulis 80 x 50 x 80 cm

2. Ruang Makan ( Mess Room )

Harus cukup menampung seluruh ABK.

Untuk kapal yang lebih dari 1000 BRT harus tersedia ruang makan yang terpisah untuk perwira dan bintara.

Letak ruang makan sebaiknya dekat dengan pantry dan galley ( dapur ).

3. Sanitary Accomodation

Jumlah WC minimum untuk kapal lebih dari 3000 BRT adalah 6 buah.

Untuk kapal dengan radio operator terpisah maka harus tersedia fasilitas sanitary di tempat itu.

Toilet dan shower untuk deck departement, catering departement harus disediakan terpisah.

Fasilitas sanitari minimum:

1 Bath tub atau shower untuk 8 orang atau kurang.

1 WC untuk 8 orang atau kurang.

1 Wash basin untuk 6 orang atau kurang.

4. Hospital Accomodation Sesuai dengan persyaratan bahwa untuk kapal yang berlayar lebih dari 3 hari dengan ABK lebih dari 15 orang harus dilengkapi dengan hospital accomodation, yang dilengkapi obat-obatan, wash basin, toilet serta shower.

Harus tersedia tempat tidur minimal 1 buah dan maksimal 6 buah.

5. Mushollah ( Mosque )

Sesuai dengan kebutuhan crew yang beragama islam.

Dilengkapi dengan fasilitas wudlu, lemari gantung tempat menyimpan Al-Quran dan perlengkapan sholat.

6. Kantor ( Ship Office )

Dilengkapi dengan meja tulis dengan kursi putar ( untuk Kapten, Chief Officer, Chief Engineer ) serta lemari buku.

7. Dry Provision And Cold Storage Room

a. Dry Provision Room

Dry provision berfungsi untuk menyimpan bahan bentuk curah yang tidak memerlukan pendinginan dan harus dekat dengan galley dan pantry.

b. Cold Storage Room

Untuk bahan yang memerlukan pendinginan agar bahan-bahan tersebut tetap segar dan baik selama pelayaran.

Temperatur ruang pendingin dijaga terus dengan ketentuan

Untuk meyimpan daging suhu maksimum adalah -22o C.

Untuk menyimpan sayuran suhu maksimum adalah -12o C.

Luas provision store yang dibutuhkan untuk satu orang ABK adalah ( 0,8 s/d 1 ) m2.

8. Dapur ( Galley )

Letaknya berdekatan dengan ruang makan, cold dan dry store.

Luas lantai 0,5 m2 / ABK.

Harus dilengkapi dengan exhaust fan dan ventilasi untuk menghisap debu dan asap.

Harus terhindar dari asap dan debu serta tidak ada opening antara galley dengan sleeping room.

9. Ruang Navigasi ( Navigation Room )

a. Ruang Kemudi ( Wheel House )

Terletak pada deck yang paling tinggi sehingga pandangan ke depan dan ke samping tidak teralang ( visibility 360o ).

Flying wheel house lebarnya dilebihkan 0,5 meter dari lebar kapal, untuk mempermudah waktu berlabuh.

Jenis pintu samping dari wheel house merupakan pintu geser.

Gambar jarak pandang dari wheel house

b. Ruang Peta ( Cart Room )

Terletak di dalam ruang wheel house.

Ukuran ruang peta 2,4 m x 2,4 m.

Ukuran meja peta 1,8 m x 11,2 m.

Antara ruang peta dan wheel house bisa langsung berhubungan sehingga perlu dilengkapi jendela atau tirai yang dapat menghubungkan keduanya.

c. Ruang Radio ( Radio Room )

Diletakan setinggi mungkin di ata kapal dan harus terlindungi dari air dan gangguan suara.

Ruang ini harus terpisah dari kegiatan lain.

Ruang tidur radio operator harus terletak sedekat mungkin dan dapat ditempuh dalam waktu 3 menit.

10. Battery Room.

Adalah tempat untuk menyimpan Emergency Sourse of Electrical Power (ESEP)

Terletak di tempat yang jauh dari pusat kegiatan karena suara bising akan mengganggu.

Harus mampu mensupply kebutuhan listrik minimal 3 jam pada saat darurat.

Instalasi ini masih bekerja jika kapal miring sampai 22,5o atau kapal mengalami trim 10o.

Untuk peraturan ESEP lihat SOLAS Chapter II-1 PART D.

Gambar-gambar berikut adalah contoh perencanaan ruang akomodasi dari Oil tanker.

Gambar ruangan akomodasi dilihat dari potongan memanjang kapal tepat pada bidang centre line

Gambar ruangan akomodasi dilihat dari potongan melintang kapal

Gambar upper deck/main deck

Gambar lower boat deck

Gambar boat deck

Gambar lower bridge deck

Gambar upper bridge deck

Gambar navigation bridge deck dan top deck

Gambar fore castle deck

Tabel ukuran utama dan singkatan-singkatan pada kapal yang digambarkan ruang akomodasinya diatas

H. PERLENGKAPAN NAVIGASI

Design and construction edisi revisi sname New York, 1996 tentang perlengkapan lampu navigasi.

Gambar posisi lampu navigasi

Tabel lampu navigasi

Untuk jelasnya peraturan lampu navigasi bisa dilihat Marine Engineering 1992 Editor Harrington halaman 766 s/d 767.

1. Lampu Jangkar ( Anchor Light )

Setiap kapal dengan L > 150 ft pada saat lego jangkar harus menyalakan anchor light.

Warna

: Putih

Jumlah

: 1 buah

Visibilitas

: 3 mil ( minimal )

Sudut sinar

: 360o horisontal

Tinggi

: 8 meter

Letak

: Forecastle

2. Lampu Buritan ( Stern Light )

Warna

: Putih

Jumlah

: 1 buah

Visibilitas

: 3 mil ( minimal )

Sudut sinar

: 135o horisontal

Tinggi

: 3,5 meter

Letak

: Buritan

3. Lampu Tiang Agung ( Mast Head Light )

Warna

: Putih

Visibilitas

: 6 mil ( minimal )

Sudut sinar

: 225o horisontal

Tinggi

: 12 meter ( di tiang agung depan )

4,5 meter ( di tiang di top deck )

4. Lampu Sisi ( Side Light )

Jumlah: Starboard Side: 1 buah

Port Side

: 1 buah

Warna: Starboard Side: Hijau

Port Side

: Merah

Visibilitas

: 2 mil ( minimal )

Sudut sinar

: 112,5o horisontal

Letak

: Navigation deck ( pada fly wheel house )

5. Morse Light

Warna

: Putih

Sudut sinar

: 360o horisontal

Letak

: di top deck, satu tiang dengan mast head light,

antena UHF dan radar

6. Tanda Suara

Tanda suara ini dilakukan pada saat kapal melakukan manouver di pelabuhan dan dalam keadaan berkabut atau visibilitas terbatas. Setiap kapal dengan panjang lebih dari 12 meter harus dilengkapi dengan bel dan pluit.

7.Pengukur kedalaman ( Depth Sounder Gear )

Setiap kapal dengan BRT di atas 500 gross ton dan melakukan pelayaran internasional harus dilengkapi dengan pengukur kedalaman yang diletakkan di anjungan atau ruang peta.

8. Compass

Setiap kapal dengan BRT di atas 1600 gross ton harus dilengkapi dengan gyro compass yang terletak di compass deck dan magnetic compass yang terletak di wheel house.

9. Radio Direction Finder dan Radar

Setiap kapal dengan BRT 1600 gross ton harus dilengkapi dengan direction finder dan radar yang masing-masing terletak di ruang peta dan wheel house. Fungsi utama dari radio direction finder adalah untuk menentukan posisi kapal sedangkan radar berfungsi untuk menghindari tubrukan.

I. PERENCANAAN PINTU, JENDELA DAN TANGGA

1. Perencanaan Pintu

A. Pintu Baja Kedap Cuaca ( Ship Steel Water tight Door )

Digunakan sebagai pintu luar yang berhubungan langsung dengan cuaca bebas.

Tinggi

: 1800 mm

Lebar

: 800 mm

Tinggi ambang

: 300 mm

B. Pintu Dalam

Tinggi

: 1800 mm

Lebar

: 750 mm

Tinggi ambang

: 200 mm

2. Ukuran Jendela

Jendela bundar tidak dapat dibuka ( menurut DIN ISO 1751 ), direncanakan menggunakan jendela bundar type A dengan ukuran d = 400 mm.

Jendela empat persegi panjang, direncanakan:

1. Panjang ( W1 )= 400 mm

Tinggi ( h1 ) = 560 mm

Radius ( r1 )= 50 mm

Tinggi ( h1 ) = 800 mm

2. Panjang ( W1 )= 500 mm

Tinggi ( h1 ) = 800 mm

Radius ( r1 )= 100 mm

Untuk wheel house

Berdasarkan simposium on the design of ships budges:

Semua jendela bagian depan boleh membentuk 15o.

Bagian sisi bawah jendela harus 1,2 meter di atas deck.

Jarak antara jendela tidak boleh kurang dari 100 mm.

3. Tangga / LadderA. Accomodation Ladder

Accomodation ladder diletakkan menghadap ke belakang kapal. Sedangkan untuk menyimpannya diletakkan di poop deck ( diletakkan segaris dengan railing / miring ). Sudut kemiringan diambil 45o.

LWT = Displ DWT

Sarat kapal kosong ( TE )= LWT / ( Lpp x B x Cb x 1,004 x 1,025 )

Karena tangga akomodasi diletakkan di poop deck:

a = ( H + 2,4 ) - TE

Jadi:

Panjang tangga akomodasi ( L ) = a / sin 45oDimensi tangga akomodasi: ( direncanakan )

Width of ladder= 600 s/d 800 mm

Height of handrail= 1000 mm

The handrail

= 1500 mm

Step space

= 200 s/d 350 mm

Accomodation ladder side view

Accomodation ladder top view

Accomodation ladder looking after

Keterangan gambar-gambar diatas

Pandangan dari beberapa nomor gading

B. Steel Deck Ladder

Digunakan untuk menghubungkan deck satu dengan deck lainnya., direncanakan menggunakan deck ladder type A

Nominal size

= 700 mm

Lebar

= 700 mm

Sudut kemiringan= 450 Interval of treads= 200 s/d 300 mm

Step space

= 400 mm

C. Ship Steel Vertical Ladder

Digunakan untuk tangga pada escape gang, tangga main hole dan digunakan untuk tangga menuju ke top deck, direncanakan:

Lebar tangga

= 350 mm

Interval treads

= 300 s/d 340 mm

Jarak dari dinding= 150 mm

J. PERLENGKAPAN KAPAL

1. Perhitungan Alat Bongkar Muat

KAPAL TANKER

A. Perhitungan Pipa dan Pompa Bongkar Muat

Volume ruang muat effective

= sesuai yag direncanakan

Berat jenis muatan ( ( )

= 0,865 ton/m3

Waktu bongkar muat

= direncanakan misalnya 10 s/d 12 jam

Kapasitas Pompa

Perhitungan Debet Muatan ( Qe )

Qe= Volume ruang muat / Waktu bongkar muat ( m3 / jam )

-Kecepatan aliran= 2 m/s

-Kapasitas Pompa Bantu ( Qs )

Qs= 25% x Qe (m3 / jam )

Diameter Pipa

Diameter pipa utama ( Main cargo line )

Qe= V x [( ( x Db2 )/4 )] x 3600

Qe= 0,565 x Db2

Db= ( ( Qe / 0,565 ) ( m )

Dimana:

V= Kecepatan aliran = 2 m/s

Qe= Kapasitas pompa utama (m3 / jam )

Db= Diameter pipa utama ( m )

Diameter pipa bantu ( Qs )

Qs= V x [(( x Dbs2 )/4 )] x 3600

Qs= 0,565 x Dbs2

Dbs= ( ( Qs / 0,565 ) ( m )

Dimana:

V= Kecepatan aliran = 2 m/s

Qs= Kapasitas pompa bantu (m3 / jam )

Dbs= Diameter pipa bantu ( m )

Tenaga Pompa

Tenaga pompa utama ( Main Pump )

N = ( Qe x ( x H )/ ( 3600 x 75 x () ( kW )

Dimana:

Qe= Debet muatan (m3 / jam )

(= Berat jenis muatan ( 0,865 ton/ m3 )

(= Efisiensi total pompa ( 0,5 s/d 0,9 )

H= Pressure head

= H satatis + H dinamis

H dinamis= V2/( 2.g ) ( m )

V2

= Kecepatan aliran ( 2 m/s )

g

= Percepatan gravitasi ( 9,81 m/s2 )

H statis= ( Z + P )/ ( ( m )

Z

= H + 0,76 0,4 ( m )

P

= Tekanan pancar ( 25 ton/m2 )

-Tenaga pompa bantu ( Stripping Pump )

Ns = 25% x N ( kw )

Sistem pipa ruang muat Oil Tanker

B. Tiang Agung ( Mast )

Jarak jangkauan derrick boom

L = [ ( 0,5 x ( 0,5 x B + 3 ))/sin 60o ] ( m )

Beban yang harus diterima boom ( misalnya direncanakan SWL = 2000 kg )

W = 0,1 x SWL x d ( cm3 )

W = 3,14 ( D4 d4 ) / ( 32D ) ( cm3 ), dimana: d = 0,96 D

Maka harga D dan d dapat diketahui.

Tebal plat = 0,02D ( mm )

Tinggi gooseneck dari upper deck = ( 2,6 2,8 ) m

Tinggi topping bracket dari upper deck = ( 0,6 0,8 ) L ( m )

C. Derrick Boom

Save pressure direncanakan misalnya ( 2000 kg ), diperoleh data sebagai berikut:

L1, L2, n, D, d, S, GI, GII

Winch Motor ( Pe )

Pe= ( W x V )/ ( 75 x 60 ) ( HP )

Dimana:

Pe = Effective Power ( HP )

W = Rated Load ( kg )

V = Rated Hoisting speed ( 30 m/min )

Input Of Motor Power ( Ip )

Ip = f x Pe ( HP )

Dimana:

f = 1,05 1,1

Dari data di atas dapat diperoleh data sebagai berikt:

Type Cargo Winch

Pulls

( kN )

Daya Motor

( kW )

Berat

( kg )

KAPAL CARGO

A. Batang Muat

Panjang jangkauan batan muat:

L = ( 2/3 Panjang Palkah + Jarak Mast ke Sisi Kapal ) ( m )

Panjan batang muat:

L = L / cos 45o

Dari beban yang direncanakan ( misal SWL = 8000 kg ), maka diperoleh data sebagai berikut: L1, L2, n, D, d, S, GI, GII.

B. Tiang Agung ( Mast )

W = 0,1 [ ( SWL x L1 ) + ( SWL x L2 ) ] (cm3 )

W = 3,14 ( D4 d4 ) / ( 32D ) ( cm3 ), dimana: d = 0,84 D

Maka harga D dan d dapat diketahui.

C. Winch

Winch Power ( Pe )

Pe = ( W x V ) / ( 75 x 60 ) ( HP )

Dimana:

Pe = Effective Power ( HP )

W = Rated Load ( kg )

V = Rated Hoisting speed ( 40 m/min )

Input Of Motor Power ( Ip )

Ip = f x Pe ( HP )

Dari data di atas dapat diperoleh data sebagai berikt:

Type Cargo Winch

Pulls

( kN )

Daya Motor

( kW )

Berat

( kg )

Gambar mast dan boom General Cargo ship

KAPAL PENGANGKUT KONTAINER

Kapal pengangkut kontainer dibagi menurut jenis muatannya menjadi :

a. Full container ship.

b. Semi container ship, kadang-kadang berfungsi mengangkut kontainer dan sebagai General cargo ship.

Gambar ukuran kontainer

Gambar penumpukan kontainer dikapal

Gambar sistem penumpukan kontainer diruang muat

Gambar sistem pengikatan kontainer yang ditumpuk

Gambar jarak antara kontainer

Gambar pengikatan kontainer yang ditumpuk

Gambar cara mengangkat kontainer

Gambar peralatan pengikat antar kontainer yang ditumpuk

Gambar pengikat antar kontainer

Gambar penghubung antar kontainer secara rinci

Gambar pengikatan bagian bawah kontainer

KAPAL PENANGKAP IKAN

Tipe purse seining.

Gambar rencana umum tipe kapal purse seining

Gambar rencana umum tipe kapal purse seining

Gambar tipe kapal purse seining dan jaringnya

Gambar kapal tipe purse seining pada saat menangkap ikan

Tipe drift netting.

Gambar rencana umum kapal tipe drift netting

Tipe gillnet fishing.

Gambar main deck dari tipe kapal gillnet fishing

Tipe long line

Gambar rencana umum kapal tipe long line

Gambar kapal tipe long line dan pancingnya

Gambar kapal tipe long line dan pancingnya

Tipe pole and line

Gambar rencana umum tipe kapal pole and line

Tipe trawling

Gambar rencana umum kapal tipe trawling

Gambar kapal ikan tipe trawling sedang beroperasi

Gambar kapal ikan tipe trawling sedang beroperasi

Gambar kapal ikan tipe trawling sedang beroperasi

Gambar kapal ikan pabrik

2. Perlengkapan Kapal

Kapal harus dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan pelayaran sesuai yang ada.Menurut fungsinya alat keselamatan dibagi tiga, yaitu:

A. Sekoci

Persyaratan sekoci penolong:

Dilengkapi dengan tabung udara yang diletakkan dibawah tempat duduk.

Memiliki kelincahan dan kecepatan untuk menghindar dari tempat kecelakaan.

Cukup kuat dan tidak berubah bentuknya saat mengapung dalam air ketika dimuati ABK beserta perlengkapannya.

Stabilitas dan lambung timbul yang baik.

Mampu diturunkan ke dalam air meskipun kapal dalam kondisi miring 15o.

Perbekalan cukup untuk waktu tertentu.

Dilengkapi dengan peralatan navigasi, seperti kompas radio kounikasi.

Gambar rencana umum sekoci

Gambar sekoci luncur

Penyangga sekoci disebut dewi-dewi (davit), cara menurunkan sekoci dari davit :

1. Dengan cara berputar.

Gambar penurunan sekoci dengan cara berputar

2. Dengan cara gravitasi.

3. Dengan cara menuang.

Gambar penurunan sekoci dengan cara menuang dan cara gravitasi

4. Dengan cara meluncur.

Gambar davit dan sekoci luncur

B. Perlengkapan Apung ( Bouyant Aparatus )

B.1.Pelampung Penolong ( Life Buoy )

Persyaratan pelampung penolong:

Dibuat dari bahan yang ringan ( gabus / semacam plastik )

Berbentuk lingkaran atau tapal kuda.

Harus mampu mengapung dalam air selama 24 jam dengan beban sekurang-kurangnya 14,5 kg besi.

Tahan pada pengaruh munyak, berwarna menyolok dan diberi tali pegangan, keliling pelampung dilengkapi dengan lampu yang menyala secara otomatis serta ditempatkan pada dinding atau pagar yang mudah terlihat dan dijangkau.

Jumlah pelampung untuk kapal dengan panjang 60 12 meter minimal 12 buah.

B.2. Baju Penolong ( Life Jacket )

Persyaratan baju penolong:

Mampu mengapung selama 24 jam dengan beban 7,5 kg besi.

Jumlah sesuai banyaknya ABK, berwarna menyolok dan tahan minyak serta dilengkapi dengan peluit.

C. Tanda Bahaya Dengan Signal Atau Radio

Bila berupa signal dapat beruap cahaya, misal lampu menyala, asap, roket, lampu sorot, kaca dsb.

Bila berupa radio dapat berupa suara radio, misal radio dalam sekoci, auto amateur resque signal transmitter dsb.

D. Alat Pemadam Kebakaran

Dalam kapal terdapat alat pemadam kebakaran berupa:

Foam ( busa )

Air laut

Serbuk (powder)

Gambar sistem pemadam kebakaran dengan air laut

Gambar sistem pemadam kebakaran dengan

Gambar sistem pemadam kebakaran dengan busa (foam)

Gambar sistem pemadam kebakaran dengan powder (serbuk)

3. Penentuan Jangkar, Rantai Jangkar dan Tali Tambat.

A. Penentuan Jangkar

Gambar tipe jangkar

Penentuan jangkar berdasarkan peraturan BKI 1996 Vol. II ( tergantung angka Z )

Z = D2/3 + 2.h.B + A/10

Dimana:

D = Displacement kapal

B = Lebar kapal

h = fb + h

fb = Lambung timbul ( H T )

h = Jumlah bangunan atas x tinggi masing-masing bangunan atas tersebut.

A = Luas penampang membujur dari bangunan atas di atas garis air pada centre

Line.

Dari angka Z akan diperoleh data-data antara lain:

Jumlah jangkar

Berat jangkar

Panjang total

Diameter

Tali tarik

Tali tambat

Akhirnya dapat ditentukan type jangkar

B. Penentuan Rantai Jangkar

Panjang keseluruhan rantai jangkar.

Diameter rantai jangkar

Berat rantai

Komposisi dan konstruksi dari rantai jangkar meliputi:

Ordinary link

Large link

End link

Connecting Shackle

Shackle bot

Anchor kenter shackle

Swivel

Kenter shackle

Gambar susunan rantai jangkar

C. Tali Tambat

Bahan yang dipakai untuk tali tambat terbuat dari nylon. Adapun ukuran-ukuran yang dipakai berdasarkan BKI 1996 Vol. III melalui angka penunjuk Z didapatkan:

Jumlah tali tambat

Panjang tali tambat

Beban putus

Berdasrkan tabel normalisasi pada Practical Ship Building yang didasarkan dari Breaking Stress dari BKI 1996 didapatkan:

Keliling tali

Diameter tali

Perkiraan beban

Perkiraan kekuatan tarik

Keuntungan dari tali nylon untuk tambat:

Tidak rusak oleh air dan sedikit menyerap air.

4. Penentuan Bollrd, Fair laid, Hawse Pipe dan Chain Locker

A. Penentuan Bollard

Dari Practical Ship Building dapat dipilih type bollard sehingga diketahui:

Ukuran bollard

Berat bollard

Jumlah dan diameter baut

B. Penentuan Fair laid

Dari Breaking Stress tali penarik, dapat diambil ukuran fair laid berdasarkan Practical Ship Building.

C. Penentuan Hawse Pipe

Berdasarkan Practical Ship Building penentuan hawse pipe tergantung dari ukuran dan diameter rantai jangkar.

D. Penentuan Chain Locker

Volume chain locker dihitung berdasarkan panjang dan diameter rantai jangkar. Dalam perencanaannya ditambah volume cadangan kurang lebih 20%. Pada chain locker diberi sekat pemisah antara kotak sebelah kanan dan kotak sebelah kiri.

( diketahui 1 fathom = 25 meter )

Gambar chain locker dan hawse pipa

5. Penentuan Tenaga Windlass, Capstan Dan Steering Gear

A. Penentuan Tenaga Windlass

Perhitungan ini berdasarkan pada Practical Ship Building.

Gaya tarik cable lifter

Tcl = 2,35 ( Ga + Pa x La ) ( kg )

Dimana:

Ga = berat jangkar ( kg )

Pa = berat tiap rantai jangkar = 0,023 x d2 ( kg/m )

La = panjang rantai jangkar yang menggantung ( m )

Diameter cable lift

Dcl = 0,013 d ( m)

Torsi pada cable lifter

(cl = ( Tcl x Dcl )/( 2 x (cl ) ( kg m )

dimana (cl = ( 0,9 0,92 )

Torsi pada poros motor windlass

(w = (cl / ( Ia x (a ) ( rpm )

dimana :

( = Efisiensi total ( 0,772 0,85 )

Ia = Nm/Ncl

Nm = 523 rpm 1165 rpm

Ncl = ( 60 x Va )/0,04d

Va = 0,2 m/s

Daya efektif windlass

Pe = (( x Nm )/716,2 ( HP )

Dari data di atas dapat ditentukan:

Type windlass

Pulling force

Speed

Daya motor

Berat

B. Capstan

Dihitung juga:

Gaya pada capsta barrel

Twb = Pbr/6

Dimana:

Pbr = Tegangan putus dari wire ropes = 17000 kg

Momen pada poros capstan barrel

Mr = ( Twb x Dwb )/( 2 x Ia x (a ) ( kg m )

Daya efektif

Pe = ( Mr x 1000 )/975 ( HP )

Dari Practical Ship Building dapat ditentukan:

Type capstan

Pulling force

Daya

Berat

C. Steering Gear

Berdasarkan BKI, luas daun kemudi:

A = [( T x L )/100] / [ 1 + 25 ( B/L )2] ( m2 )

Dimana:

T = sarat kapal

L = panjang kapal

B = lebar kapal

Luas Balansir:

A = 235 x A ( m2 )

Untuk baling-baling tunggal dengan kemudi balansir:

( = 1,8

( = h /b

dimana:

h = tinggi kemudi

b = lebar kemudi

h = ( x b = 1,8 b

A = h x b = 1,8 b2

b2 = A / 1,8

b = (( A / 1,8 )

Maka:

h = 1,8 b

x = A / h

Kapasitas mesin kemudi ( power steering year )

Dasarnya adalah gaya dan momen yang bekerja pada mesin tersebut.

Gaya normal kemudi ( Pn )

Pn = 1,56 x A x Va2 x sin ( ( kg )

Dimana:

A = Luas daun kemudi ( m2 )

Va = Kecepatan kapal ( knot )

Sin (= 35o

Momen puntir kemudi ( Mp )

Mp = Pn ( x a ) ( kgm )

Dimana:

a = Jarak poros kemudi

x = b ( 0,195 + 0,305 sin 35o )

b = Lebar kemudi

Daya Steering gear ( D )

D = ( 1,4 x Mp x nrs )/ ( 1000 x sg ) ( HP )

Dimana:

nrs = 1/3 x /

= 35o

= 30o

sg = 0,1 s/d 0,35

Diameter tongkat kemudi ( Dt )

Menurut BKI:

Dt = 9 x 3(Mp ( mm )

Gambar tiller dan steering gear

Gambar macam tipe steering gear (mesin penggerak kemudi)

Gambar unit olah gerak kapal

6 . Penentuan Ukuran Ventilasi

Maksud dan tujuan:

Untuk menjaga udara di dalam ruang muat atau ruang akomodasi dalam kapal selalu segar dan terasa nyaman.

Kerusakan dan pembusukan muatan oleh besarnya kelembaban dapat diperkecil.

Dv = ( ( Vrm x n x n1/900 x ( x v x n2 )

Dimana:

Vrm= Volume ruang muat ( m3 )

v= kecepatan aliran udara yang masuk lewat ventilator

= 2 s/d 4 m/s

n= banyaknya pergantian udara

- untuk udara masuk n = 15 m/s

- untuk udara keluar n = 10 m/s

n1= dencity udara bersih ( kg/m3 )

n2= dencity udara ruangan ( kg/m3 )

Maka: n1/n2 = 1

DAFTAR PUSTAKA

Catalogue of small scale fishing gear, second edition, 1987, Fishing news books limited Farnham, Surrey, England.

De Rooij.,[1978], Practical Shipbuilding, De Technische Uitgeverij H. Stam, NV Haarlem.

Engine selection guide two stroke MC/MC-C engines, MAN B&W Diesel A/S, fifth edition, 2000.

Gambar ruang akomodasi oil tanker 17500 ton DWT dari PT PAL Indonesia.

Garner, John.,[1988], Modern deep sea trawling gear, third edition, Fishing news books limited Farnham, Surrey, England.

Germanischer Lloyd, Regulations for the construction and survey of lifting appliances, 1992.

Harrington, Roy. L, editor.,[1992], Marine Engineering, SNAME.

Illies, Kurt, editor.,[1984], Handbuch der schiffsbetriebstechnik, Teil 2, Friedr. Vieweg & son, Braunschweig/Weisbaden.

Manual for ship safety service training(life boat and firefighting service), IMO resulotion A.657 (16) and SOLAS regulation III/51, Ship safety service, February 1997.

Schneekluth, Helbert, [1985], Entwerfen von schiffen, Hans Kock Buch und offsetdruck Gmbh, Bielefeld.

Spesifikasi kapal semi kontener 3650 DWT/11.9 knot, Caraka Jaya III.

Traung, Jan Olof, editor, [1978], Fishing boats of the world 1 & 2, fifth edition, Fishing news books limited Farnham, Surrey, England.

Wendel, K, editor.,[1984], Handbuch der werften XVII band,Schiffahrts Verlag, Hansa.

MODUL AJAR

JUDUL

MODUL AJAR

TUGAS GAMBAR RENCANA UMUM

Oleh :

Muhammad Afif Sobach ST

Ir. Bambang Teguh Setiawan

Ir. Gaguk Suhardjito MM

Dibiayai oleh :

Proyek DUE-LIKE ITS

Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional

JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2002DAFTAR ISI

Difinisi hal. 1

Susunan anak buah kapal hal. 2

Perhitungan BHP mesin induk hal. 3

Perhitungan DWT hal. 9

Perencanaan ruang akomodasi hal. 18

Perlengkapan navigasi hal. 32

Alat bongkar muat hal. 39

Perlengkapan kapal hal. 70

Daftar pustaka hal. 86

PAGE 76

_1113022753.doc

_1118571382.unknown

_1118573189.unknown

_1102802984.unknown