bab ii landasan teori - library & knowledge...

20
4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Bisnis Dalam melandasi tesis ini, beberapa perangkat perlu diinformasikan sebagai landasan teori dalam analisa, implementasi dan evaluasi yang akan dibuat. Berikut adalah perangkat bisnis yang berhubungan dengan perusahaan Learning Center. 2.1.1 Technical and Vocational Education and Training (TVET) Didalam website resmi International Centre for Technical and Vocations Education and Training (UNEVOC) menjelaskan bahwa TVET adalah lembaga yang berkonsentrasi dalam ilmu pengetahuan dan teknis untuk persiapan dunia kerja. Dalam era perubahan dari era industri ke era informasi, kebutuhan sumber daya manusia yang mempunyai skill yang sesuai dengan industri sangat dibutuhkan. Saat ini, bukan hanya pengetahuan yang didapatkan dari dunia pendidikan formal, seseorang harus bisa mempunyai kemampuan teknikal yang ada di industri. Sebelum istilah TVET diresmikan oleh UNEVOC di Korea tahun 1999, ada banyak istilah yang digunakan seperti Apprentise Training, Vocational Education, Technical Education, Technical-Vocational Education, Occupational

Upload: lydien

Post on 07-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0077 2.pdf · objektif untuk menyusun strategi – strategi bisnis menuju persaingan

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Perangkat Bisnis

Dalam melandasi tesis ini, beberapa perangkat perlu diinformasikan sebagai

landasan teori dalam analisa, implementasi dan evaluasi yang akan dibuat. Berikut

adalah perangkat bisnis yang berhubungan dengan perusahaan Learning Center.

2.1.1 Technical and Vocational Education and Training

(TVET)

Didalam website resmi International Centre for Technical and Vocations

Education and Training (UNEVOC) menjelaskan bahwa TVET adalah lembaga

yang berkonsentrasi dalam ilmu pengetahuan dan teknis untuk persiapan dunia

kerja.

Dalam era perubahan dari era industri ke era informasi, kebutuhan sumber

daya manusia yang mempunyai skill yang sesuai dengan industri sangat

dibutuhkan. Saat ini, bukan hanya pengetahuan yang didapatkan dari dunia

pendidikan formal, seseorang harus bisa mempunyai kemampuan teknikal yang

ada di industri.

Sebelum istilah TVET diresmikan oleh UNEVOC di Korea tahun 1999,

ada banyak istilah yang digunakan seperti Apprentise Training, Vocational

Education, Technical Education, Technical-Vocational Education, Occupational

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0077 2.pdf · objektif untuk menyusun strategi – strategi bisnis menuju persaingan

5

Education, Vocational Education and Training, Career and Technical Education,

Workforce Education, Workplace Education, dan lain sebagainya. Semua istilah

ini mempunyai kesamaan dalam penyelenggara persiapan dunia kerja.

2.1.2 Learning Center

Learning Center pada dasarnya sama dengan istilah seperti penjelasan

sebelumnya. BINUS Center menggunakan IT and Language Learning Center

sebagai istilah untuk mewakili bisnis modelnya.

Didalam Learning Center, proses pembelajaran terjadi dari peserta

sebagai siswa dan instruktur sebagai gurunya. Proses ini sangat bertumpu pada

proses belajar mengajar yang menjadi jantung pergerakan bisnis Learning Center.

BINUS Center adalah TVET karena menyenggarakan pendidikan pengetahuan

dan skill untuk persiapan dunia industri.

2.2 Perangkat Analisa Bisnis

Sedangkan untuk menganalisa bisnis perusahaan khususnya learning

Center, dibutuhkan tools untuk menganalisa bisnis secara internal maupun

external yang dijelaskan pada subbab dibawah ini.

2.2.1 Streght, Weakness, Opportunity, Thread (SWOT)

Analisa SWOT (Streght, Weakness, Opportunity, Thread) digunakan

untuk memahami struktur perusahaan, kriteria kesuksesan, posisi bisnis yang ada.

Analisa SWOT merupakan sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan

untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu

proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0077 2.pdf · objektif untuk menyusun strategi – strategi bisnis menuju persaingan

6

spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan

eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.

1) Strength; Faktor internal yang mendukung perusahaan dalam

mencapai tujuannya. Faktor pendukung dapat berupa sumber daya,

keahlian, atau kelebihan lain yang mungkin diperoleh berkat sumber

keuangan, citra, keunggulan di pasar, serta hubungan baik antara buyer

dengan supplier.

2) Weakness; Faktor internal yang dapat menghambat perusahaan

dalam mencapai tujuannya. Faktor penghambat dapat berupa fasilitas

yang tidak lengkap, kurangnya sumber keuangan, kemampuan mengelola,

keahlian pemasaran dan citra perusahaan.

3) Opportunity; Faktor eksternal yang mendukung perusahaan dalam

mencapai tujuannya. Faktor eksternal yang mendukung dalam pencapaian tujuan

dapat berupa perubahan kebijakan, perubahan persaingan, perubahan teknologi

dan perkembangan hubungan supplier dan buyer.

4) Threat; Faktor eksternal yang dapat menghambat perusahaan dalam

mencapai tujuannya. Faktor eksternal yang menghambat perusahaan dapat berupa

masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat, meningkatnya

bargaining power daripada supplier dan buyer, perubahan teknologi serta

kebijakan baru.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0077 2.pdf · objektif untuk menyusun strategi – strategi bisnis menuju persaingan

7

Tabel 2.1 Swot Analysis (Thompson, Strickland, Gamble, 2005)

Strength Weakness

Opportunity Strength / Opportunity Weakness / Opportunity

Threat Strength / Threat Weakness / Threat

Pada bisnis analisis SWOT yang dilakukan biasanya berlandaskan kondisi

yang terjadi ”saat ini” atau bahkan ”masa lalu” dengan sudut pandang dimulai dari

strenght dan weakness.

Analisis SWOT yang dimulai dengan strenght & weakness yang

cenderung menggunakan titik tolak ”saat ini” atau ”masa lalu”, sungguh tidak

relevan untuk diterapkan dalam menghadapi masa yang akan datang. Sedangkan

pada analisis TOWS, analisis ini dimulai dari sebuah threat (ancaman)

&opportunity (peluang) yang secara tidak langsung akan merubah orientasi pada

hal-hal yang dapat terjadi kemudian. Terlebih lagi bila secara nyata threat itu

dapat mengancam kelangsungan bisnis, yang akan membuat mencari peluang–

peluang untuk baru untuk dapat terus berkembang. Analisis TOWS ini lebih

objektif untuk menyusun strategi – strategi bisnis menuju persaingan yang akan

datang.

Matriks TOWS adalah alat lanjutan yg digunakan utk mengembangkan 4

tipe pilihan strategi: SO, WO, ST dan WT. Kunci keberhasilan penggunaan

matriks TOWS adalah mempertemukan faktor kunci internal dan eksternal utk

membentuk 1 strategi baru.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0077 2.pdf · objektif untuk menyusun strategi – strategi bisnis menuju persaingan

8

2.2.2 Porter Five Forces

Pemodelan Porter 5 Forces dikembangkan pertama kali oleh Michael

Porter. Porter 5 Forces adalah tool yang digunakan untuk menganalisis bagaimana

lingkungan yang kompetitif akan berpengaruh terhadap pemasaran suatu produk.

Tool ini sederhana tapi sangat powerfull untuk mengerti situasi dari bisnis

yang sedang dijalankan. Selain itu juga membantu dalam mengetahui keunggulan

posisi kompetisi saat ini dan yang akan dihadapi kemudian. Sehingga perusahaan

dapat meningkatkan kekuatan, mengantisipasi kelemahan dan akan

menghindari perusahaan dalam pengambilan keputusan yang salah. Secara

konvensional tool ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah suatu

produk baru, layanan atau suatu bisnis dapat menghasilkan suatu

keuntungan. Tetapi selain itu akan sangat membantu untuk mengerti

keseimbangan kekuatan yang berpengaruh dalam situasi bisnis yang sedang

dihadapi. Dalam bukunya yang berjudul “Strategi Bersaing” disebutkan ada

lima kekuatan bersaing seperti dapat ditunjukkan pada Gambar 2.1 yaitu :

- Masuknya pesaing baru.

- Ancaman dari produk pengganti (subtitusi).

- Kekuatan penawaran pembeli.

- Kekuatan penawaran pemasok.

- Persaingan diantara perusahaan yang ada.

Jadi jelas bahwa persaingan dalam suatu industri tidak hanya terbatas pada

persaingan diantara para pesaing yang ada tetapi gabungan dari kelima kekuatan

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0077 2.pdf · objektif untuk menyusun strategi – strategi bisnis menuju persaingan

9

bersaing itu yang akan menetukan kemampuan perusahaan di dalam suatu industri

untuk memperoleh keuntungan.

Setiap perusahaan yang bersaing dalam sebuah industri pasti

memiliki strateginya masing-masing. Yang dikembangkan baik secara eksplisit

(melalui proses perencanaan) maupun secara implisit (melalui berbagai kegiatan

fungsional). Hal tersebut dapat pula dilihat dari perencanaan strategis yang

dilakukan di negara-negara lain yang merefleksikan bahwa merumuskan strategi

secara eksplisit akan sangat bermanfaat. Namun demikian, sebagian besar

penyusunan strategi tidak dilakukan secara analitis yang akan menjangkau ke

seluruh aspek dalam persaingan industri. Untuk itu dalam tesis ini

mengunakan metode Porter 5 Forces. Yang diharapkan akan menyajikan

kerangka teknik analitis yang mendalam guna membantu perusahaan

menganalisis industrinya sebagai suatu keseluruhan dan memprediksi evolusi

masa depan industri tersebut, memahami posisi organisasi dan pesaing, serta

menuangkan analisis ini kedalam strategi untuk bersaing dalam bisnis tertentu.

Gambar 2.1: Porter’s 5 Forces (Porter,2008)

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0077 2.pdf · objektif untuk menyusun strategi – strategi bisnis menuju persaingan

10

2.2.3 Balance Scorecard (BSC)

Pada awalnya, ada anggapan bahwa balanced scorecard hanya

diperuntukkan bagi perusahaan berorientasi profit, tetapi ternyata balanced

scorecard juga berhasil diterapkan pada lembaga non profit serta lembaga public.

Konsep Balanced scorecard ini awalnya ditujukan untuk mengatasi

permasalahan tentang kelemahan sistem pengukuran kinerja eksekutif yang hanya

berfokus pada aspek keuangan saja. Namun dalam perkembangannya, Balanced

Scorecard tidak hanya digunakan sebagai alat pengukuran kinerja eksekutif, tetapi

juga meluas sebagai pendekatan dalam pengawasan pelaksanaan rencana strategis.

Balanced scorecard telah berkembang ke tahap manajemen yang lebih

strategis. Pada tahun 1992, Norton mengubah fungsi Balanced scorecard yang

sebelumnya hanya sebagai alat penilaian kinerja menjadi suatu inti sistem

manajemen strategi. Pada tahun 2000, Balanced scorecard telah menjadi inti

sistem manajemen strategi bagi seluruh karyawan perusahaan. Dengan sistem

tersebut, Balanced scorecard bisa dikomunikasikan ke seluruh karyawan di

perusahaan. Selain itu dengan Balanced scorecard, koordinasi manajemen

perusahaan dalam mewujudkan berbagai sasaran strategi yang telah ditetapkan

dapat dilaksanakan.

Menurut Wheelen & Hunger (Wheelen, Thomas L. and David L. Hunger;

Strategic Management and Business Policy, Prentice Hall, 2006,p.3), manajemen

strategi adalah rangkaian langkah keputusan dan tindakan perusahaan yang

menentukan kinerja jangka panjang perusahaan. Di dalamnya dilakukan formulasi

strategi dan implementasinya agar perusahaan dapat bertahan di tengah

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0077 2.pdf · objektif untuk menyusun strategi – strategi bisnis menuju persaingan

11

persaingan. Salah satu alat yang digunakan untuk formulasi strategi adalah analisa

SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Selain itu perusahaan

menyusun strateginya berdasarkan pernyataan misi perusahaan. Misi tersebut juga

digunakan sebagai dasar untuk menentukan tujuan perusahaan.

Berikut adalah salah satu contoh penggunaan Balanced Scorecard (BSC)

pada Vocational and Education Training (VET) di Singapura.

Gambar 2.2 BCS Pada VET (Yek, Penney, Seow, 2007)

2.2.4 Critical Success Factor (CSF)

Critical Success Factor (CSFs) digunakan untuk mendefinisikan kinerja

yang paling penting didalam organisasi untuk mencapai tujuannya. Biasanya para

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0077 2.pdf · objektif untuk menyusun strategi – strategi bisnis menuju persaingan

12

pemegang keputusan mengetahui bagian mana yang penting dalam mencapai satu

tujuan. Pemilihan area kunci ini menjadi satu panduan yang harus dikerjakan

terlebih dahulu dan menjadi prioritas utama, apabila tidak adanya prioritas yang

jelas dari kinerja yang sudah ditentukan, maka perusahaan tidak akan dapat

mencapai tujuan dan gagal menjalankan misi yang ada.

Gambar 2.3 CSF Vs Goals (Caralli, 2004)

2.3 Perangkat TIK dan analisa TIK

Perangkat TIK dan analisa TIK digunakan sebagai landasan analisa dan

usulan atau solusi dari tesis yang dibuat. Untuk analisa TIK, digunakan

Mc’Farlan Strategy Grid sebagai landasan untuk menilai portofolio TIK pada

suatu perusahaan, sedangkan untuk perangkat TIK digunakan LMS, SCORM,

Blendend Learning, dan Enterprice Architecture.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0077 2.pdf · objektif untuk menyusun strategi – strategi bisnis menuju persaingan

13

2.3.1 Mc’Farlan Strategy Grid

Dalam melakukan analisa TIK dibutuhkan perangkat yang tepat yaitu

dengan menggunakan perangkat berupa portofolio model. Portofolio model harus

direncakan untuk mendukung strategi proses training yang ada di BINUS Center.

Model Portofolio saat ini belum memperhatikan hubungan sistem TI dengan

bisnis yang ada.

Model portofolio yang akan direncanakan akan mengacu pada portofolio

dari konsep Matrix (McFarlan, 1984), yang menentukan kontribusi strategi

perencanaan teknologi informasi pada bisnis yang ada saat ini dan dimasa yang

akan datang. Variasi dari matrix disimpulkan pada gambar 2.4 dibawah ini (Ward,

2002):

Gambar 2.4 McFarlan’s Matrix(Ward, 2006)

Kuadran ini merupakan kuadran dimana setiap sistem informasi yang ada

yaitu aplikasi-aplikasi yang mendukung terhadap aktifitas bisnis perusahaan.

Namun keberadaan sistem informasi ini tidak memberikan pengaruh yang besar

apabila terdapat kerusakan atau kegagalan pada sistem. Meskipun sistem

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0077 2.pdf · objektif untuk menyusun strategi – strategi bisnis menuju persaingan

14

informasi yang terdapat pada kuadran ini bersifat penting bagi perusahaan namun

ketergantungan perusahaan terhadap aplikasi sangat kecil

Kuadran Operasional

Kuadran ini merupakan posisi dimana sistem informasi sangat

memberikan kemudahan pada perusahaan. Pada tahap ini sudah disadari bahwa

kelangsungan bisnis cukup dipengaruhi oleh keberadaan teknologi informasi,

meskipun kuadran ini masih belum menunjukkan bahwa teknologi informasi

berperan utama dalam mempengaruhi kelangsungan bisnis, sehingga dapat

dikatakan bahwa posisi ini merupakan kumpulan sistem informasi yang

dioperasikan dalam menjalankan aktifitas bisnis utama.

Kuadran Potensial Tinggi

Kuadran ini merupakan kuadran dimana sistem bukan hanya dianggap

penting bagi kelangsungan dan proses bisnis internal, tetapi juga proses bisnis

yang terjadi pada transaksi atau aktifitas bisnis eksternal perusahaan. Pada

kuadran ini pula kebutuhan terhadap sistem informasi atau teknologi informasi

dianggap sebagai competitive advantage bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Kuadran Strategis

Kuadran ini merupakan kuadran dimana sistem informasi dianggap

berpengaruh signifikan terhadap kelangsungan bisnis di masa yang akan datang.

Bahkan kuadran ini memungkinkan perusahaan untuk mempertimbangkan sistem

informasi dalam mempertahankan kesuksesan demi kelangsungan bisnis.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0077 2.pdf · objektif untuk menyusun strategi – strategi bisnis menuju persaingan

15

2.3.2 Learning Management System

Learning Management System (LMS) adalah seperangkat servis yang

didesain untuk memonitor, melaporkan, mengelola konten pembelajaran,

kemajuan pelajar dan juga interaksi yang terjadi pada pelajar (ADL, 2003). Tapi

trend LMS bukan hanya menjadi tool atau media pendukung tapi menjadi sangat

penting dan memiliki pengaruh yang besar seiring dengan muncul dan populernya

istilah-istilah seperti Internet-based educational systems, educational service

providers, distance-learning dan juga on-demand education.

Perkembangan LMS sangat luas dan tidak hanya terbatas diperuntukkan

bagi dunia pendidikan formal saja, tetapi juga dapat digunakan dalam dunia bisnis

pendidikan informal yang berorientasi pada personal development dan kebutuhan

industri. Bagi organisasi atau perusahaan, LMS hanya digunakan dengan internet

dan perangkat lunak lainnya untuk mendukung personal development, tetapi bagi

institusi pendidikan peranan LMS sangat besar dan banyak digunakan untuk

menunjang sarana pendidikan (West et al, 2006). Dalam institusi pendidikan,

LMS memiliki banyak bentuk yang dapat diintegrasikan ke dalam sistem

pendidikan yang sedang berjalan. Di beberapa negara yang telah

mengimplementasikan LMS dalam institusi pendidikannya juga telah

mendapatkan keuntungan dari segi efektifitas biaya yang dikeluarkan, sistem

pembelajaran yang user friendly, dan yang paling penting adalah fitur integrasi

yang ditawarkan oleh LMS terhadap sistem yang telah ada pada institusi

pendidikan tersebut, sehingga servis-servis yang telah ada dapat ditingkatkan

menjadi lebih baik lagi.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0077 2.pdf · objektif untuk menyusun strategi – strategi bisnis menuju persaingan

16

Servis-servis yang dapat ditingkatkan seperti blended learning, student

management system, multimedia authoring, registration of examinations, dan juga

perangkat multimedia lain. Kedepannya, banyak institusi pendidikan ingin

memaksimalkan fitur multimedia yang dimilikinya dengan bantuan LMS,

sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih baik. Lebih luas lagi, penggunaan

LMS diharapkan dapat memaksimalkan, mengatur serta memvisualisasi suatu

learning process, mensinkronisasi komunikasi antar pelaku institusi pendidikan,

sehingga dihasilkan sistem pembelajaran yang dapat saling berkolaborasi tidak

hanya pada skala nasional, tetapi juga internasional (Paulsen, 2002).

2.3.3 Shareable Contents Object Reference Model (SCORM)

SCORM adalah standar Web-based learning material. Salah satu fungsi

utama SCORM adalah sebaik mungkin menggunakan kembali materi

pembelajaran dengan cara berbagi pakai kepada pengguna materi yang lain.

Update versi terakhir adalah SCORM 2004 yang terdiri dari tiga bagian utama

yaitu: Content Aggregation Model (CAM), Run Time Environment (RTE), dan

Sequencing and Navigating (SN). CAM adalah mekanisme untuk memilih module

yang sesuai untuk materi pembelajaran, dua bagian sumber pembelajaran dari

CAM yaitu aset dimana semua modul pembelajaran dibuat dalam tipe file yang

berbeda dan unik. Aset tersebut tidak dapat saling berinteraksi pada Learning

Management System sehingga dibutuhkan Sharable Content Object (SCO).

RTE adalah suatu flatform dari aktifitas e-learning dimana LMS

digunakan untuk kebutuhan administratif pada pengguna dan instruktur. Sebagai

tambahan, RTE menyediakan API (Application Programmable Interfaces) agar

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0077 2.pdf · objektif untuk menyusun strategi – strategi bisnis menuju persaingan

17

dapat dikostumasi sesuai dengan kebutuhan dari pengguna. Gambar 2.5 dibawah

menunjukkan SCORM based LMS

Gambar 2.5 SCORM Based Learning Management System (ADL, 2004)

2.3.4 Blended Online Learning

Blended learning adalah tingkat lanjut dari sistem pembelajaran yang

bersifat online. Seperti yang sudah diketahui bahwa solusi online learning telah

mengubah paradikma tentang bagaimana cara belajar. Dengan solusi online

learning, fleksibilitas waktu, tempat dan biaya dapat dikurangi. Akan tetapi

mengetahui benar bahwa budaya di Indonesia khususnya pada bidang pendidikan

yang berhubungan dengan kemampuan teknikal tidak dapat di akomodir oleh

online learning saja. Oleh karena itu Blended Online Learning saat ini menjadi

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0077 2.pdf · objektif untuk menyusun strategi – strategi bisnis menuju persaingan

18

tren antara tradisional learning dengan penggabungan online learning yang

didefinisikan oleh Garrison & Vaughan, (2008).

Pemodelan blended online learning system yang akan dijelaskan pada

Gambar 2.6 adalah integrasi antara full-online, simultan dan penggabungan mode

asynchronous seperti forum dan email, sebagian managemen oleh sistem seperti

LMS, sebagian lingkungan kelas tradisional dan sebagian synchronous seperti

Live-chat.

Gambar 2.6 Pemodelan Sistem Blended Online Learning (Power, 2008)

Secara detail, pemodelan tersebut menjelaskan bahwa pada sumbu Y

adalah system synchronous yang dapat berinteraksi langsung via lingkungan

pembelajaran kampus dan berinteraksi langsung via sistem seperti video

conference. Sedangkan sumbu X adalah desain dan penyampaian materi secara

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0077 2.pdf · objektif untuk menyusun strategi – strategi bisnis menuju persaingan

19

langsung atau tradisional tatap muka dan secara langsung dengan menggunakan

sistem.

Michael Power menjelaskan tren dari penyampaian materi dengan

menggunakan Blended online learning ini adalah sesuatu nilai tengah yang paling

fleksibel dari cara penyampaian materi standar yang berkualitas tinggi dan

fleksibilitas tinggi.

2.3.5 Enterprice Architecture (EA)

Enterprise Architecture (EA) adalah istilah bagaimana menciptakan pola

abstrak dari organisasi yang dapat membantu orang yang ada di perusahaan agar

dapat membuat rencana dan memutuskan tindakan yang lebih baik.

EA lebih dari sekedar rencana teknologi, dengan ditambah oleh rencana

strategi dan rencana bisnis membuat EA menjadi tolak ukur untuk membuat

tujuan perusahaan mejadi lebih terarah dan fokus. Dalam skema yang lebih

sederhana, EA adalah integrasi dari strategi, bisnis, dan teknologi (EA=S+B+T).

Framework dari Bernard (2005, p.37) pada gambar 2.7 dibawah

menjelaskan Enterprice Architecture dimana menjadi arahan yang tepat untuk

membuat perencanaan perusahaan yang meliputi area Bisnis, Strategi dan

Teknologi.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0077 2.pdf · objektif untuk menyusun strategi – strategi bisnis menuju persaingan

20

Gambar 2.7 Enterprise Architecture Cube (Bernard, 2005)

1. Lima level secara hirarki diatur dari high-level strategi paling atas,

servis bisnis dan aliran informasi ditengah, serta dukungan spesifik

aplikasi dan network infrastruktur pada bagian bawah. Dengan cara ini

alignment dapat terlihat antara strategi, informasi dan teknologi

dimana dapat mengarahkan perencanaan dan pengambil keputusan.

2. Segmen pada Line of Business (LOB) adalah aktifitas didalam

perusahaan. Dalam perusahaan seperti training centre dengan melihat

struktur organisasi didalamnya, dapat dilihat LOB BINUS Center

adalah divisi yang saling terkait misalnya divisi akademik, divisi

marketing, divisi outlet dan divisi operasional. Penetapan LOB ini

akan saling interkoneksi apabila ada beberapa resource yang dapat

dipakai secara bersamaan sehingga mengurangi redundant task yang

ada. Dalam ruang lingkup penelitian ini, LOB yang diutamakan

adalah divisi akademik yang disesuaikan dengan interkoneksi dengan

LOB yang lain apabila bersinggungan.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0077 2.pdf · objektif untuk menyusun strategi – strategi bisnis menuju persaingan

21

3. Perencanaan mengidentifikasi ancaman didalam EA3 “Cube”

Framework yang terdiri dari IT Security, IT Standard dan IT

Workforce dimana komponen yang paling penting yaitu pekerja

sehingga dapat merumuskan bagaimana human capital dapat

menggunakan teknologi sehingga mendukung servis bisnis dan aliran

informasi yang ada.

2.4 Metodologi IT Valuation

Metodologi IT Valuation adalah cara untuk mengukur biaya investasi IT

dan keuntungan yang didapat dari IT. Teknologi valuation diharapkan dapat

diukur dengan perhitungan tradisional seperti ROI (Return on Investment), atau

CBA (Cost and Benefit Analysis) dan pengukuran yang tidak bisa diukur dengan

cara tradisional, akan digunakan IT Balanced Score Card (IT BSC) seperti yang

ditampilkan pada tabel 2.8 dibawah (IT Governance Institute 2005).

Gambar 2.8 IT Valuation (IT Goverment Institute, 2006)

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0077 2.pdf · objektif untuk menyusun strategi – strategi bisnis menuju persaingan

22

2.4.1 IT Balance Score Card (IT BSC)

IT BSC adalah bagian dari strategi perencanaan yang diturunkan dari

strategi perencanaan perusahaan (BSC Perusahaan) dan disesuaikan porsinya.

Sama seperti BSC, IT BSC juga dibagi menjadi 4 bagian yaitu:

- Kontribusi terhadap perusahaan dalam nilai finansial maupun non

finansial.

- Perspeksi orientasi pengguna dalam penerapan “Service Level

Agreement” dan kepuasan pengguna terhadap implementasi TI.

- Perspeksi kualitas operasional yang ditingkatkan dari masa kemasa.

- Perspeksi sumbangan proses TI untuk menciptakan nilai tambah baru

bagi SDM.

Berikut adalah contoh tabel penerapan IT BSC pada perguruan tinggi :

Gambar 2.9 Impementasi BSC di Perguruan Tinggi (Prabowo, 2007)

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0077 2.pdf · objektif untuk menyusun strategi – strategi bisnis menuju persaingan

23

2.4.2 Cost and Benefit Analysis (CBA)

CBA digunakan untuk mengukur baik dan buruknya suatu perancanaan

yang akan dibuat. Meskipun CBA dapat digunakan semua aspek, tapi biasanya

penggunaan CBA dilakukan pada bidang finansial.

CBA menghitung faktor yang bersifat positif yaitu pendapatan dan

dikurangi oleh faktor yang bersifat negatif yaitu biaya. Selisih antara kedua faktor

tersebut akan menentukan jalan atau tidaknya perencanaan yang akan dilakukan.

Trik yang tepat untuk menganalisa dengan CBA adalah memasukan semua

faktor tangible dan intangible yang dapat membesarkan gap yang diciptakan.

BINUS Center menggunakan CBA atau dalam finansial BINUS Center disebut

perhitungan kelas jalan.

Pada perhitungan kelas jalan, semua pemasukan akan dikurangi semua

biaya yang keluar. Dari gap yang diciptakan muncul hasil yang akan diteruskan

apakah kelas tersebut dapat dijalankan atau tidak. Contohnya pada BINUS Center,

biaya pemasukan dari hasil training peserta dikurangi oleh biaya instruktur,

ruangan dan hal lainnya.