bab 2 tinjauan pustaka - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/tsa-2012-0060...
TRANSCRIPT
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Informasi dan Teknologi Informasi
Alter (2008), menyatakan bahwa Sistem Informasi, merupakan aransemen
dari orang, data, proses‐proses, dan antar‐muka yang berinteraksi mendukung dan
memperbaiki beberapa operasi sehari‐hari dalam suatu bisnis termasuk
mendukung memecahkan soal dan kebutuhan pembuat‐keputusan manejemen dan
para pengguna yang berpengalaman di bidangnya.
Teknologi informasi merupakan bagian dari sistem informasi. Karena
sistem informasi dapat tersusun oleh beberapa teknologi informasi. sehingga
apabila teknologi informasi mengalami kerusakan maka mempengaruhi Sistem
informasi atau sistem informasi juga akan mengalami gangguan.
2.2 Definisi strategi
Menurut Ross (2008), strategi merupakan pola tindakan dan perancangan
alokasi sumber daya untuk mencapai tujuan dari organisasi. Sehubungan dengan
pernyataan tersebut, maka dapat diartikan bahwa dibutuhkan sebuah perancangan
untuk mengalokasikan sumber daya secara efektif agar dapat mencapai tujuan
akhir dari organisasi.
Brown (2008) menyatakan bahwa, mengembangkan suatu strategi pada
dasarnya tidaklah berbeda dengan pemikiran seorang desainer yang dapat
mentransformasi bagaimana anda mengembangkan suatu produk, servis dan
6
proses. Sehingga strategi sendiri memiliki life cycle nya sendiri, dimana perlu ada
proses pada setiap pengembangan suatu strategi.
Gambar 2.1 Strategy life-cycle ( Brown. T. 2008)
Sebuah organisasi yang melakukan perumusan strategi untuk bisnis pada
umumnya melakukan perumusan strategi untukl meningkatkan kinerka dari
bisnisnya agar dapat mencapai tujuan dari organisasi tersebut. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan melakukan identifikasi terhadap kesempatan dan ancaman yang
akan dihadapi dalam menjalankan bisnis di masa sekarang maupun yang akan
datang.
7
2.3 Strategi Bisnis
Menurut Ward dan Peppard (2002, p188-191) persyaratan utama dalam
menganalisa strategi bisnis adalah mengidentifikasi strategi saat ini dan
kemunculan elemen baru dalam siklus pengembangan, interpretasi dan
menganalisa strategi dan menjelaskan dalam hal terstruktur, menyusun dan
mengkonfirmasikan konsekuensi persyaratan sistem informasi. Adapun unsur
pokok dari strategi bisnis mencakup;
Vision ditemukan dalam pencapaian strategi bisnis yang membahas berbagai
aspek yang diidentifikasi dengan bisnis dan cara dioperasikan yang merupakan
pandangan ke depan organisasi.
Mission berperan mengatur arah untuk mencapai visi yang sering disebut
tujuan strategis termasuk nilai juga dinyatakan dalam misi.
Business Driver ada sekumpulan kekuatan perubahan kritis yang harus bisnis
respon, bisnis harus fokus agar memenuhi sasaran organisasi.
Objective yaitu target yang diharapkan organisasi dicapai melalui aktivitas visi
organisasi.
Strategy menentukan cara sasaran dipenuhi, termasuk dengan kebijakan yang
ada atau inisiatif yang terus dicapai untuk menjalankan misi dan mencapai
visi.
Critical Success Factor merupakan beberapa bagian utama bisnis yang harus
berjalan dengan baik agar mencapai keberhasilan dalam organisasi.
Business Area Plan mencakup rencana berbagai area bisnis yang
mendokumentasikan respon mereka pada strategi bisnis perusahaan.
8
Filipsson (2008) berpendapat bahwa banyak bisnis dan strategi merek
mengalami teori statis dan tidak realistis yang tidak mencerminkan realitas merek
dan bisnis perusahaan. Dengan cara persuasif, Filipsson (2008) menunjukkan
bahwa merek global seperti Adidas, Bang & Olufsen, Electrolux, H & M,
Microsoft, Puncak Kinerja dan WL Gore & Associates mengintegrasikan merek
dan strategi bisnis dengan cara yang tidak ada dalam literatur merek kontemporer.
“Information gathering is a critical component of the strategic planning
process because planners and decision-makers need to understand the
opportunities, threats, and the organization’s capabilities in the form of core
competencies, and organizational limitations which illustrate what is feasible.”
(Ross. 2008).
Setiap strategi bisnis pada akhirnya akan didasarkan pada memberikan
solusi yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan segmen pasar tertentu. Yang
penting, strategi bisnis mungkin ada tanpa strategi merek. (Jackson, 2008).
2.4 Strategi Sistem Informasi
Peranan yang dipegang oleh teknologi untuk kemajuan bisnis sebuah
organisasi dapat dilihat dari persaingan bisnis di segala bidang industri saat ini
yang memanfaatkan teknologi untuk mencari dan membuat inovasi baru di setiap
industri agar memiliki suatu competitive advantage. ( Hong, E. K. 2009).
Strategi tersebut seperti yang telah dijelaskan oleh John Ward dan Peppard
(2004) memiliki dua komponen utama, yaitu :
1. sistem informasi
9
Berorientasi kepada demand/ permintaan dimana strategi ini dibuat untuk
menganalisa dan mengidentifikasi kebutuhan organisasi akan sistem dan
informasi yang diperlukan guna mendukung strategi bisnis secara
keseluruhan dari sebuah organisasi. Strategi tersebut dikembangkan
berdasarkan business ( business driven ), persaingan dan keselarasan
sistem informasi yang ada dengan bisnis organisasi.
2. Teknologi informasi
Dikembangkan untuk mendefinisikan tindakan pemenuhan yang
mendukung segala kebutuhan organisasi akan sistem dan informasi oleh
teknologi. Semua ini berkaitan erat dengan penyediaan sumber daya dan
kemampuan teknologi informasi serta services seperti pengembangan
sistem itu sendiri dan user support.
2.5 IS/IT Strategic Planning
Pada dasarnya merupakan perencanaan bidang IT/IS yang bersifat
strategis, yang dimana strategi ini memiliki dua komponen utama yaitu IS dan IT.
“An IT strategic plan must ensure that business needs are the driving
force for technology solutions.” (Hong E. K. 2009)
IT/IS strategic planning harus berdasarkan pada kebutuhan bisnis sebagai
driving foce untuk solusi teknologi dan harus pada visi yang sama dengan
stakeholder karena merupakan hal yang kritikal untuk menentukan kesuksesan
organisasi dan butuh update secara kontinu. Menurut Hong E. K (2009), strategi
tersebut perlu didasarkan pada beberapa hal dibawah ini :
1. Business drivers
10
2. Cost-effective IT solution untuk membantu meningkatkan kinerja
bisnis
3. Mengidentifikasi ruang lingkup target IT untuk memperoleh visi
dan tujuan organisasi.
4. Penyesuaian dengan rencana bisnis ( Business plan) dan kepuasan
client dan ekspektasi manajemen senior.
5. Manajemen proses yang spesifik dan praktik yang spesifik untuk
membentuk atau meningkatkan hal tersebut.
6. Identifikasi dari cara yang paling cost-effective untuk
mengintegrasikan proses-proses tersebut.
7. Mencari wilayah kesempatan dimana IT dapat membantu bisnis
mencapai competitive advantage.
8. Identifikasi dari tindakan sangat diperlukan segera dan dimasa
depan.
2.6 Pengertian Manajemen Strategi
Menurut David(2009, p5) manajemen strategi adalah seni atau
pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan serta mengevaluasi
keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai
tujuannya.
Dalam beberapa kasus, intensitas persaingan antar perusahaan berbeda-beda dan
beberapa yang sedang meningkat. Hambatan bagi perusahaan baru dipengaruhi
dari beberapa hal yakni skala ekonomi, penguasaan teknologi dan trik praktis,
kurangnya pengalaman, loyalitas konsumen yang kuat, prefrensi merk yang kuat,
11
persayaratan modal yang besar, serta kurangnya saluran distribusi yang memadai.
Alat untuk mengukur keberadaan posisi suatu perusahaan salah satunya adalah
porter five forces analysis, dengan analisis tersebut dapat diidentifikasikan posisi
perusahaan saat ini dengan keadaan kompetisi lingkungan eksternal dan
bagaimana manajemen strateginya.
2.7 Analisis Lingkungan Internal
Menurut David(2009, p178) dibandingkan dengan audit eksternal, proses
melakukan audit internal memberikan kesempatan lebih luas bagi partisipan untuk
memahami bagaimana pekerjaan, departemen, dan divisi mereka dapat berfungsi
secara tepat dalam organisasi secara kesuluruhan.
Untuk melakukan audit internal di butuhkan usaha pengumpulan,
penyesuaian, dan pengevaluasian informasi mengenai operasi perusahaan. Faktor-
faktor keberhasilan penting, yang mencakup baik kekuatan maupun kelemahan,
dapat di identifikasi dan di prioritaskan dengan cara tertentu.
2.8 Metode dan Teori Analisis
2.8.1 Analisis SWOT
Menurut Griffin(2002, p229) analisis SWOT adalah salah satu
langkah yang paling penting dalam memformulasikan strategi. Dengan
menggunakan misi organisasi sebagai konteks, manajer mengukur kekuatan dan
kelemahan internal(kompetensi/unggulan), demikian juga kesempatan dan
ancaman eksternal. Tujuannya adalah untuk mengembangkan strategi yang baik
12
yang mengeksplotiasi kesempatan dan kekuatan, menetralisir ancaman dan
menghindari kelemahan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa SWOT merupakan identifikasi atas
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan yang dapat membantu
manajer dalam merumuskan strategi.
2.8.2 Matriks Internal-eksternal
Berdasarkan David(2009, pp343-347) matriks internal-eksternal
memosisikan berbagai divisi suatu organisasi dalam tampilan Sembilan sel.
Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci yakni skor bobot IFE total pada
sumbu x dan skor bobot EFE pada sumbu y. setiap divisi dalam sebuah organisasi
harus membuat matriks EFE dan IFE. Skor bobot total yang diperoleh dari divisi-
divisi tersebut memungkinkan susunan matriks IE di tingkat perusahaan.
Gambar 2.2 matriks IE (David, 2009, p344)
13
Keterangan:
IE matriks memiliki tiga implikasi strategi yang berbeda yaitu:
• Ketentuan untuk setiap divisi yang masuk dalam sel I,II, ataupun
IV digambarkan sebagai tumbuh dan membangun (grow and
build). Strategi yang intensif (penetrasi pasar, pengembangan
pasar dan pengembangan produk) atau integrative integrasi ke
belakang, integrasi ke depan dan integrasi horizontal) bisa
menjadi yang paling tepat bagi divisi-divisi ini.
• Divisi yang masuk dalam sel III, V, dan VII dapat ditandai dengan
baik melalui strategi menjaga dan mempertahankan ( hold and
maintain), penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah
dua strategi yang paling banyak digunakan dalam jenis divisi
ini.
• Ketentuan umum untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VIII atau
IX adalah panen atau divestasi(harvest and divest). Organisasi
yang berhasil masuk atau berada diseputar sel I dalam matriks
I.
2.8.3 Matriks Strength, Weakness, Opportunities, Threats(
SWOT)
Menurut David( 2004, pp288,-290), Matriks Strength, Weakness,
Opportunities, Threats (SWOT) merupakan perangkat pencocokkan yang penting
yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi. Mencocokkan
faktor-faktor eksternal dan internal kunci merupakan bagian yang sangat sulit
14
dalam mengembangkan matriks SWOT dan memerlukan penilaian yang baik dan
tidak ada sekumpulan kecocokkan yang paling baik.
Keempat strategi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
• Strategi SO(Strengths- Opportunities)
Semua manajer menginginkan organisasi mereka berada dalam posisi di
mana kekuatan internal dapat dipakai untuk memanfaatkan trend an
peristiwa eksternal. Organisasi umumnya akan menjelaskan strategi WO,
ST, WT supaya mereka dapat masuk ke dalam situasi dimana mereka
dapat menerapkan strategi SO. Jika perusahaan memiliki kelemahan besar,
peruahaan akan berusahaan untuk mengatasinya dan membuatnya menjadi
kekuatan. Kalau menghadapi ancaman besar, sebuah organisasi akan
berusaha menghindarinya agar dapat memusatkan perhatian pada peluang.
• Strategi WO (Weakness-Opportunities)
Bertujuan untuk memperbaiki kelemahan yang ada dengan memanfaatkan
berbagai peluang eksternal. Kadang-kadang peluang eksternal yang besar
ada, tetapi kelemahan internal sebuah perusahaan membawanya tidak
mampu memanfaatkan peluang itu secara efektif. Strategi WO alternated
adalah mempekerjakan dan melatih orang untuk memiliki kemampuan
teknis yang diperlukan.
• Strategi WT (Weakness-Threats)
Merupakan taktik defensive yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan
internal dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi yang
diahadapkan pada berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal,
sesungguhnya dalam posisi yang berbahaya. Faktanya perusahaan seperti
15
ini mungkin harus berjuang agar dapat bertahan, atau melakukan merger
rasionalisasi menyatakan pailit atau memilih dilikuidasi.
Matriks SWOT terdiri dari 9 sel. Terdapat empat sel faktor kunci. Empat
sel strategi, dan satu sel dibiarkan kosong(Sel kiri atas). Empat sel strategi dengan
label SO, WO, ST, dan WT. dikembangkan setelah menyelesaikan empat sel
faktor kunci, berlabel S,W,O,T. delapan langkah ini diperlukan untuk menyusun
SWOT.
1. Tulis peluang kunci perusahaan
2. Tulis ancaman eksternal kunci perusahaan
3. Tulis kekuatan internal kunci perusahaan
4. Tulis kelemahan internal kunci perusahaan
5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catatlah
strategi SO dalam sel yang sudah ditentukan
6. Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan
catatlah strategi WO dalam sel yang sudah ditentukan
7. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catatlah
strategi ST dalam sel yang sudah ditentukan
8. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catatlah
strategi WT dalam sel yang sudah ditentukan.
16
Tabel 2.1 Matriks SWOT
David(2004, p90)
2.8.4 Metode Pairwise Comparison
Metode pairwise comparisons dapat memberikan judgement dalam
memecahkan problem terhadap adanya komponen-komponen yang tak terukur
yang mempunyai peran yang cukup besar sehingga tidak dapat diabaikan. Karena
tidak semua problem sistem dapat dipecahkan melalui komponen yang dapat
diukur, maka dibutuhkan skala yang dapat membedakan setiap pendapat, serta
mempunyai keteraturan, sehingga memudahkan untuk mengaitkan antara
judgement dengan skala-skala yang tersedia.
2.8.5 Lima Kekuatan Porter
Menurut Kotler (2002, p248-249), Porter mengidentifikasikan lima
kekuatan yang menentukan daya tarik laba jangka panjang intrinsik dari
suatu pasar atau segmen pasar. Kelima kekuatan pokok itu adalah :
17
1. Industry Competitors
Industry Competitors adalah titik awal yang logis dalam
memahami industri yang berhubungan dengan kompetisu
antar perusahaan di dalam industri yang sama. Untuk
memahami hal ini diperlukan analisa terhadap ukuran industri,
struktur, pasar dan kinerja keuangan. Perusahaan yang
dominant, strategi kompetitif yang biasa digunakan,
kompetensi yang diperlukan implikasi global, tren saat ini atau
akan datang, dan lain yang akan mempengaruhi perusahaan
secara signifikan dalam industri.
2. Barganing Power of Buyers
Bargaining Power of Buyers datang dari pelanggan produk dan
jasa di dalam industri. Mengidentifikasikan pelanggan biasanya
mudah tetapi terkadang lebih sulit dari yang diharapkan.
Pertimbangannya adalah apakah pelanggan memiliki kekuatan
yang signifikan, mengapa kekuatan ini ada dan apa manfaat
yang ditambahkan kepada mereka.
3. Barganing Power of Suppliers
Bargaining Power of Suppliers mengacu kepada penyedia
produk dan jasa yang memberikan kontribusi kepada
kedudukan kompetitif perusahaan kekuatan untuk
mempengaruhi perusahaan. Apakah pemasok menyediakan
produk/jasa yang unik atau langka yang tidak dapat
diperoleh dari perusahaan lain.
18
4. Threat of New Entrants
Threat of New Entrants menggambarkan kemungkinan
perusahaan yang akan mulai berkompetisi di dalam industri.
Bentuknya bisa perusahaan baru/perusahaan yang mengubah
strategi bisnisnya untuk memasuki industri baru atau
perusahaan yang ingin berkompetisi dalam area produk dan
geografis yang sama. Apakah ada faktor-faktor yang dapat
membuat pesaing baru mundur dalam industri/pasar. Faktor-
faktor ini antara lain biaya masuk yang tinggi/biaya peralihan
yang tinggi dari pelanggan yang sudah ada menjadi perusahaan
baru.
5. Threat of Substitute Products
Threat of Substitute Products dapat menjadi alternatif bagi
produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan di dalam
industri. Pertimbangannya adalah mengapa produk/jasa
pengganti ini menarik bagi pembeli.
2.8.6 Analisis Value Chain Porter
Menurut Ward dan Peppard (2002, p264), titik berat dari konsep
value chain adalah margin. Dimana margin adalah nilai dari
produk dan layanan perusahaan. Perusahaan membuat suatu nilai
berdasarkan aktivitas yang dijalankan, sehingga disebut value
activities. Value activities ini dibagi menjadi dua bagian yaitu:
• Primary Value Activities
Aktivitas ini berhubungan dengan produksi dan menawarkan
19
kepada pelanggan. Di dalam primary activities terdapat inbound
logistics, operation, outbound logistics, marketing and sales, dan
services.
• Support Value Activities
Menyediakan input dan infrastruktur yang akan membantu dalam
melakukan primary activities. Support value activities
berada di lapisan atas dan meliputi bagian infrastruktur
perusahaan (penetapan perusahaan yang mempengaruhi semua
primary activities). Di dalam support value activities terdiri dari
infrastruktur, manajemen sumber daya, pengembangan produk dan
teknologi, serta procurement.
2.8.7 Analisis Business Value Maturity ModelTM
Business Value Maturity Model merupakan sebuah tools yang berfungsi
untuk mengukur dan meningkatkan nilai yang diberikan oleh IT kepada sebuah
perusahaan dengan cara melihat keadaan IT di perusahaan dan memasukkannya
ke dalam level - level yang ada. Business Value Maturity Model sebenarnya
bukanlah sesuatu yang baru di bidang bisnis dan IT, dimana pada awalnya
Business Value Maturity Model berasal dari Maturity Model yang telah
berevolusi selama dua puluh tahun terakhir di bidang - bidang yang berbeda
seperti rekayasa perangkat lunak, manajemen proyek, proses bisnis non-IT, dan
manajemen data, yang kemudian di awal tahun 1980an, Watts Humphreys dan
lainnya mengemukakan ide mengenai pertumbuhan dan perubahan sebuah
20
organisasi pada Capability Maturity Model di Software Engineering Institute,
dengan berfokus kepada proses dan praktek manajemen dalam organisasi yang
diberlakukan untuk pengembangan perangkat lunak.
Tabel 2.2 Business Value Maturity Model™
(Benson et al, 2004a, pp 236)
Business Value Maturity Model digunakan untuk menilai dan
meningkatkan secara berkelanjutan, serta menghubungkan proses manajemen
dengan efektif seperti:
1. IT dan perencanaan bisnis terintegrasi dan terhubung secara keseluruhan
2. IT memungkinkan inovasi berdampak kepada perencanaan bisnis dan
menawarkan strategi baru.
21
3. Investasi IT diprioritaskan dengan strategi bisnis
4. Seluruh IT dijalankan selaras dengan strategi bisnis
5. Kinerja IT dalam bisnis dan secara teknis dapat dilacak
6. Bisnis dan tim manajemen IT dapat melaksanakan proses - prcses yang
meningkatkan kontribusi IT terhadap kinerja bisnis.
7. Perencanaan dan proses manajemen berfokus terhadap keseluruhan investasi
IT
8. Manajer IT dan bisnis berpartisipasi secara efektif dalam seluruh proses NIE.
Tujuan penggunaan Business Value Maturity Models adalah untuk
mengatasi hambatan manajemen dari sisi budaya dan meningkatkan kemampuan
perusahaan untuk melakukan tindakan yang sesuai. Peningkatan kemampuan
perusahaan tersebut dilakukan dengan cara melakukan analisa terlebih dahulu
terhadap kontribusi IT di sebuah perusahaan dengan berdasarkan level - level
yang terdapat dalam Business Value Maturity Model.
Terdapat beberap level tingkatan nilai dalam maturity level tersebut
menjelaskan tentang keadaan suatu perusahan dalam penggunaan IT adalah
sebagai berikut:
1. Level 0 - Non Existent
22
Dalam level ini menggambarkan perusahaan yang tidak memiliki IT baik
sebagai pendukung kegiatan operasional ataupun sebagai kunci dari proses
bisnis perusahaan.
2. Level I - Initial /Ad Hoc
Level ini menggambarkan perusahaan yang sudah memiliki IT namun
hanya berfungsi sebagai pendukung kegiatan perusahaan dan tidak digunakan
untuk mendukung proses bisnis dan proses produksi perusahaan seperti
komputer hanya berfungsi sebagai mesin ketik.
3. Level 2 - Repeatable but Intuitive
Pada level ini menggambarkan perusahaan yang telah memiliki IT
beserta dengan sistem namun proses bisnis pemsahaan tersebut belum dirancang
ulang yang disesuaikan dengan sistem yang ada sehingga proses bisnis tidak
terintegrasi dengan sistem.
4. Level 3 — Defined Process
Level ini menjelaskan perusahaan yang memiliki IT beserta dengan sistem dan
telah terintegrasi dengan proses bisnis namun belum lengkap. Umumnya di
perusahaan yang masuk dalam level ini, sistem hanya terintegrasi dengan proses
Finance & Accounting.
5. Level 4 - Manage and Measurable
23
Di level ini menggambarkan proses manajemen di perusahaan
merupakan praktek yang standard, dimana dalam pelaksanaan proses tersebut
dilakukan pemantauan dan hasilnya memiliki dampak yang sangat signifikan
terhadap bisnis serta meningkatkan dampak dari bottom-line IT dan mengontrol
pengeluaran IT. Dalam level ini, praktek NIE (New Information Economic)
belum sepenuhnya dilakukan secara seimbang antara satu aspek dengan aspek
yang lain.
6. Level 5 - Optimized
Pada level terakhir digambarkan bahwa proses manajemen di perusahaan
telah mengimplementasikan praktek - praktek dari NIE (New Information
Economic) sebagai pusat dan peningkatan bisnis perusahaan secara terus
menerus.
2.8.8 Analisis Aplikasi Portfolio Bisnis (McFarlan Grid’s)
Menurut John Ward dan Peppard( 2002, p299), aplikasi portfolio bisnis
McFarlan digunakan untuk memetakan aplikasi yang ada pada saat ini dan juga
kebutuhan aplikasi di masa yang akan datang dalam mendukung bisnis
organisasi. Pemetaan aplikasi ini dilakukan dengan 4(empat) kuadran yaitu
strategic, high potential, key operational, dan support. Pemetaan tersebut
dilakukan sesuai kategori penilaian dampak suatu aplikasi terhadap bisnis. Dari
hasil pemetaan tersebut diperoleh gambaran mengenai kontribusi system
informasi terhadap bisnis. Diharapkan hasil ini menjadi masukkan bagi kegiatan
24
perumusan strategi IS/IT dan kemungkinan untuk pengembangan di masa
mendatang.
Gambar 2.3 aplikasi portfolio (McFarlan Grid’s)
Berdasarkan aplikasi portfolio di atas, pengkategorian sebuah aplikasi dilihat
dari peranan sebuah aplikasi dalam mendukung strategi bisnis organisasi, baik
pada saat sekarang ataupun di masa yang akan datang. Berikut penjelasan
mengenai masing-masing kuadran :
1) Strategic
Sebuah aplikasi dapat dikatakan sebagai strategic apabila aplikasi
tersebut memiliki pengaruh kritis terhadap keberhasilan bisnis organisasi
di masa mendatang dengan memberikan competitive advantage bagi
organisasi.
2) High Potential
25
Sebuah aplikasi dikatakan masuk dalam kuadran high potential apabila
aplikasi tersebut menciptakan peluang competitive advantage bagi
organisasi di masa mendatang namun belum terealisasi.
3) Key operational
Sebuah aplikasi dapat dikatakan sebagai key operational atau kunci
operasional apabila aplikasi tersebut menunjang kelangsungan bisnis
perusahaan, dimana bisnis perusahaan bergantung pada aplikasi tersebut.
4) Support
Sebuah aplikasi dapat dikategorikan sebagai support apabila aplikasi
tersebut mendukung organisasi dalam meningkatkan bisnis yang efisien
dan manajemen yang efektif namun tidak memberikan competitive
advantage.
Untuk dapat mengkategorikan sebuah aplikasi ke dalam aplikasi
portfolio di atas, diperlukan sebuah alat untuk melakukan penilaian
terhadap aplikasi yang ada. Menurut John Ward dan Peppard, 2002,
p307, berikut daftar pertanyaan yang dapat menguji sebuah aplikasi
untuk dikategorikan dalam aplikasi portfolio :
26
Tabel 2.3 Daftar Pertanyaan Aplikasi Portfolio
(John Ward dan Peppard, 2002, p307)
Pertanyaan Ya/Tidak
a. Menciptakan competitive
advantage bagi organisasi?
b. Memungkinkan tercapainya
sasaran bisnis yang spesifik?
c. Mengatasi kendala bisnis yang
berhubungan dengan pesaing?
d. Menghindari resiko bisnis di
masa depan agar tidak timbul
dalam waktu dekat?
e. Meningkatkan produktivitas
bisnis dan mengurangi biaya?
f. Memungkinkan perusahaan
memenuhi kebutuhan?
g. Manfaatnya belum diketahui
namun dapat menghasilkan
poin (a) dan (b)?
Dari tabel tersebut, setiap jawaban “ Ya” di atas dimasukkan ke tabel
berikut :
27
Tabel 2.4 Klasifikasi aplikasi portfolio
( John Ward dan Peppard, 2002, p307)
Apabila dalam penilaian sebuah aplikasi terdapat jawaban “Ya” lebih
dari 2(dua) kolom, dimana aplikasi tersebut muncul di lebih dari satu
kategori, maka aplikasi tersebut harus di uji ulang dengan memecah
aplikasi tersebut menjadi beberapa bagian dan diuji secara terpisah pada
masing-masing bagian. Berikut daftar pertanyaan tambahan yang
diperoleh untuk memperoleh kejelasan dan kepastian :
I. Apakah manfaat bisnis dan bagaiaman cara pencapaiannya telah
jelas?
Apabila jawaban “Ya” maka Strategic, jika “Tidak” maka High
Potential
II. Apakah kegagalan dalam pemenuhan akan menimbulkan resiko
bisnis yang signifikan?
28
Apabila jawaban “Ya” maka Key Operational, Jika jawaban
“Tidak” maka Support.
2.8.9 IT Balance Scorecard
Konsep balanced scorecard adalah sebuah sistem manajemen,
pengukuran, dan pengendalian yang secara cepat, tepat dan komprehensif dapat
memberikan pemahaman kepada manajer mengenai kinerja bisnis. Pengukuran
kinerja bisnis tersebut memandang unit bisnis dari 4( empat) perspektif, yaitu
perspektif keuangan, pelangganm proses bisnis dalam perusahaan, dan proses
pembelajaran dan pertumbuhan. IT balanced scorecard sendiri masih memiliki
fungsi yang sama dari balance scorecard yaitu mengukur kinerja namun yang
membedakan adalah dalam IT Balanced scorecard yang diukur adalah kinerja IT
di sebuah perusahaan dengan memandang 4 (empat) perspektif yaitu perspektif
kontribusi pengguna, orientasi pengguna, penyempurnaan operasional, dan
orientasi masa depan.
Sebelum melakukan pengukuran terhadap 4 (empat) perspektif IT
balanced scorecard, hal pertama yang dilakukan adalah menyelaraskan visi,
misi, dan strategi perusahaan dengan visi, misi dan strategi IT di perusahaan
tersebut. Dari hasil penyelarasan tersebut akan muncul ukuran dan sasaran yang
ingin dicapai oleh perusahaan berdasarkan 4 ( empat) perspektif IT balanced
scorecard, lalu selanjutnya melakukan pengukuran terhadap keadaan aktual di
perusahaan berdasarkan sasaran strategis yang telah ditentukan sebelumnya.
29
Tabel 2.5 IT Balanced Scorecard
1. Perspektif Kontribusi Perusahaan
Perspektif kontribusi perusahaan berfokus kepada bagaiamana
manajemen atau perusahaan memandang divisi IT yang ada di
perusahaan dengan tujuan untuk mencapai kontribusi bisnis
terhadap investasi IT. Sasarannya adalah mengendalikan biaya IT
dari aplikasi yang akan digunakan, nilai bisnis dari penggunaan
proyek aplikasi IT yang baru dan nilai bisnis dari fungsi aplikasi
IT yang sedang berjalan.
30
2. Perspektif orientasi pengguna
Perspektif orientasi pengguna berfokus pada bagaimana
pandangan pengguna atau user terhadap departemen IT dengan
tujuan menjadi penyedia aplikasi pilihan sistem informasi dan
menggali peluang bisnis secara maksimal melaui IT. Untuk
mencapai tujuan tersebut, sasaran yang harus dilakukan antara
lain member dukungan IT, menyediakan aplikasi pilihan, bekerja
sama dengan pengguna dan berusaha untuk memenuhi kepuasaan
pengguna.
3. Perspektif penyempurnaan operasional
Berfokus terhadap seberapa efektif dan efisien proses-proses IT
di dalam perusahaan. Pengukuran ini difokuskan kepada proses
komputasi computer dengan misi untuk menyampaikan informasi
secara efektif dan tepat waktu pada biaya-biaya dan kualitas
pelayanan sesuai dengan tujuan.
4. Perspektif orientasi masa depan
Fokusnya adalah pada infrastruktur perusahaan untuk menunjang
tercapainya tujuan-tujuan perspektif lain. Salah satunya
pengembangan terhadap Sumber Daya Manusia yaitu dengan
mengadakan pelatihan personil IT secara tetap sehingga
meningkatkan kehalian staf IT.
31
2.9 Pengertian New Information Economics
Menurut Benson et al (2004, p99) adalah sekumpulan praktek terkoordinasi
yang berdasarkan pada prinsip-prinsip dan aktifitas yang terintegrasi secara efektif
menghubungkan strategi bisnis perusahaan dengan inisiatif-inisiatif dan aktifitas TI.
NIE merupakan pandangan yang lengkap mengenai hubungan unit bisnis dengan
teknologi informasi, berdasarkan prinsip utama bahwa semua aktivitas dan sumber daya
perusahaan harus mendukung strategi perusahaan dan memberikan dampak pada bottom
line.
Gambar 2.4 possible outcomes for companies
Menurut Benson, Bugnitz, dan Walton(2004, p4), kemungkinan pengeluaran
biaya perusahaan mempunyai ketergantungan pada tujuan berikut ini:
32
1. Tujuan pengurangan biaya
Sasarannya adalah mengurangi biaya, yaitu dengan menggunakan
kerangka kerja dan lima prinsip manajemen praktis, perusahaan dapat
mengurangi biaya di bidang teknologi informasi dan mempertahankan
kontribusi teknologi informasi ke bottom-line, teknologi informasi dapat
menghasilkan kinerja yang baik seperti sebelumnya tetapi terdapat
pengurangan biaya.
2. Tujuan biaya stabil
Sasarannya adalah biaya yang stabil, dimana perusahaan dapat
melanjutkan mengembangkan penggunaan informasi bersamaan dengan
pengembangan bisnis sambil mengendalikan biaya di bidang teknologi
informasi. Teknologi informasi dapat meningkatkan dukungannya
terhadap bisnis perusahaan dan dampaknya pada bottom-line, tetapi
dengan tingkat biaya sekaran.
3. Tujuan “sweet spot”
Sasarannya adalah titik ideal “sweet spot” yaitu mencapai kombinasi
pengurangan biaya dan memperbaiki dampak pada bottom line.
Teknologi informasi dapat mengurangi biaya dan juga meningkatkan
kinerjanya dengan dampak pada bottom line.
2.10 Praktek New Information Economics
Praktek dalam NIE pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu lima praktek
dasar (demand/supply planning, innovation, prioritization, alignment, performance
33
measurement) dan tiga praktek pendukung (IT impact management, portfolio
management, culture management).
Gambar 2.5 praktek New Information Economics
Lima praktek dasar dalam New Information Economics menciptakan
sekumpulan alat untuk teknologi informasi dan manajer bisnis, mencakup pada proses
bisnis untuk menterjemahkan strategi bisnis perusahaan ke program dan inisiatif lainnya
yang dapat diimplementasikan teknologi informasi (Benson, R.J., Bugnitz, T.L.,
Walton, W.B., 2004, p9-p10). Penjelasan dari kelima praktek dasar tersebut adalah:
1. Demand/Supply Planning
Memberikan gambaran arah yang jelas kepada divisi teknologi informasi
mengenai strategi bisnis perusahaan dan apa yang diharapkan
perusahaan. Manajer bisnis dan teknologi informasi mendapatkan
34
petunjuk arah dan tujuan perusahaan dan apa yang dapat dilakukan divisi
teknologi informasi untuk mendukung hal tersebut.
2. Innovation
Teknologi informasi biasanya merespon pada kebutuhan bisnis dan tidak
jarang arah perubahan bisnis tergantung pada apa yang mungkin dapat
didukung oleh teknologi informasi. Praktek ini secara eksplisit
menggerakkan manajemen bisnis untuk membuka kesempatan bisnis
yang dimungkinkan oleh teknologi informasi dan juga menyediakan cara
mengubah kesempatan tersebut menjadi strategi bisnis sehingga
menghasilkan kumpulan kesempatan bisnis yang lebih kompetitif dan
kuat.
3. Prioritization
Menganalisis dampak bisnis dari inisiatif teknologi informasi, member
prioritas pada proyek, dan lebih berorientasi pada proyek bernilai tinggi.
Perusahaan seharusnya menggunakan uang hanya untuk proyek yang
secara langsung berhubungan dengan harapa strateginya.
4. Alignment
Tidak semua kegiatan operasional yang ada pada saat ini mendukung dan
kritis bagi perusahaan. Agar perusahaan dapat menentukan prioritas dan
kebijksanaan yang tepat dalam bidang teknologi informasi, maka setiap
aktifitas di bidang teknologi informasi harus sejalan dengan strategi
bisnis perusahaan sehingga dapat memudahkan manajer teknologi
35
informasi dan bisnis dalam mengambil keputusan untuk menentukan
prioritas perusahaan dalam berinvestasi di bidang teknologi informasi.
5. Performance measurement
Mengukur seberapa besar pengaruh teknologi informasi dalam
mendukung strategi bisnis perusahaan. Pada umumnya lebih dalam
menghitung kinerja teknologi informasi pada tahap operasional dan
taktis, tetapi sangat sulit untuk mengukur kinerja dan dampak teknologi
informasi pada tahap bisnis perusahaan. Praktek ini menggabungkan
keduanya dan memungkinkan teknologi informasi untuk mengetahui apa
yang harus diukur, dan bagaimana mengelola teknologi informasi
berdasarkan informasi tersebut.
Tiga praktek pendukung dalam New Information Economics
adalah manajemen dampak teknologi informasi, manajemen portfolio,
dan manajemen pengelolaan budaya.
1. Manajemen dampak teknologi informasi (IT impact management)
Pengelolaan dampak teknologi informasi bagi perusahaan berhubungan
dengan pengelolaan budaya perusahaan dan menawarkan kerangka kerja
untuk menegaskan hal apa saja yang penting bagi perusahaan.
2. Manajemen portfolio (Portfolio management)
Pengelolaan portfolio memungkinkan adanya pertimbangan terhadap
pengeluaran keseluruhan untuk teknologi informasi dan menyediakan
kerangka kerja holistic untuk membuat prioritas dan kebutuhan
pengelolaan manajemen.
36
3. Manajemen pengelolaan budaya (culture management)
Pengelolaan budaya memungkinkan perusahaan untuk berhubungan
dengan budaya yang ada di perusahaan dengan tujuan menghilangkan
hambatan pada proses perubaahan manajemen.
2.11 Tujuan New Information Economics
Tujuan New Information Economics adalah: (Benson et al, 2004, p68-69)
• Menyediakan kemampuan melihat secara lengkap pengeluaran di bidang
teknologi informasi.
• Menetapkan sebuah kerangka kerja (framework) untuk perencanaan melalui
anggaran dengan tujuan mendukung rantai nilai strategi ke bottom-line
(strategy-to-bottom-line value chain)
Praktek dasar New Information Economics untuk Demand/supply planning dan
innovation bertujuan untuk
• Menghubungkan sumber daya yang ada dan yang dibutuhkan dengan tujuan
strategis perusahaan.
• Membuat pondasi untuk mengakses portfolio yang ada dan mendefinisikan
portfolio strategi yang akan datang.
• Membuat istilah-istilah yang konsisten antara teknologi informasi dengan
bisnis.
37
• Menjelaskan kea rah mana sumber daya teknologi informasi akan diterapkan
dan menghubungkannya dengan anggaran perusahaan dan proses
perencanaan.
• Menyediakan kerangka kerja untuk mendefinisikan kebutuhan teknologi
informasi, termasuk pembaharuan dan pertumbuhannya.
• Membuat hubungan dengan pengukuran kinerja.
Praktek dasar New Information Economics untuk Prioritization bertujuan untuk:
• Menetapkan dasar strategic intentionss untuk melakukan alokasi dan
prioritas sumber daya yang ada.
• Menyediakan gambaran untuk kebutuhan investasi di masa yang akan
datang.
• Menyediakan dasar untuk melakukan penaksiran risiko prouek dan
manfaatnya.
Praktek dasar New Information Economics untuk alignment bertujuan untuk:
• Membuat dasar untuk melakukan pelayanan, standard kualitas, kehandalan,
dan perkiraan risiko yang akan dihadapi.
• Menetapkan informasi untuk jangka waktu beberapa tahun ke depan untuk
penyetaraan.
• Mengaitkan sepenuhnya pengeluaran untuk teknologi informasi dan
menghubungkan pengeluaran tersebut ke tujuan strategis dari teknologi
informasi.
38
Praktek dasar New Information Economics untuk measurement bertujuan untuk:
• Menyediakan sebuah kerangka kerja untuk melakukan pengukuran kinerja
secara lengkap mengenai biaya teknologi informasi.
• Menghubungkan pengukuran kinerja dengan perencanaan strategi.
• Menghubungkan kinerja bisnis yang dipengaruhi oleh portfolio teknologi
informasi.
2.12 Pedoman untuk mendapatkan Hasil New Information
Economics
Menurut Benson, et al (2004, p19), untuk mendapatkan hasil dalam New
Information Economics dapat digunakan pedoman berupa jawaban dari pihak
manajemen atas 2 jenis pertanyaan dasar di bawah ini:
1. Affordability questions
• Apa yang dapat kita peroleh dari investasi di bidang teknologi
informasi?
• Apakah kita dapat mengurangi biaya untuk teknologi informasi
yang tidak perlu?
• Apakah kita dapat menggunakan lagi biaya untuk mendukung
kebutuhan proyek?
2. Impact questions
• Apakah investasi terhadap teknologi informasi sudah tepat
sasaran?
39
• Apakah strategi bisnis mendorong tindakan teknologi informasi
dan menghasilkan dampak pada bottom-line?
• Apakah strategi bisnis mendorong tindakan teknologi informasi
dan menghasilkan dampak pada bottom-line?
• Apakah kita mendapatkan dampak bottom-line(hasil nilai nilai
yang wajar) dari sumber lights-on?
2.13 Portfolio dalam praktek New Information Economics
Menurut Benson et al(2004, p47), portfolio adlaah kumpulan sumber daya(
resource). Portfolio dalam praktek New Information Economics digunakan untuk
menganalisis seluruh sumber daya (resources) yang dimiliki untuk digunakan dalam
investasi di bidang teknologi informasi. Portofolio adalah dasar dari praktek New
Information Economics.
2.14 Empat konsep Portfolio TI
Menurut Benson et al(2004, pp56-60), Portofolio TI memiliki 4 konsep dasar,
yaitu:
Konsep 1: manajemen Portofolio diaplikasikan ke seluruh sumber daya TI, yaitu seratus
persen dari sumber daya TI, mencakup anggaran operasional dan modal.
Konsep 2: sumber daya TI dibagi menjadi investasi baru (new investment) dan
pengeluaran TI yang suda ada(Lights-On). Kategori investasi baru adalah proyek,
mencakup modal dan anggaran biaya. Sedangkan lights-on adalah aplikasi yang sudah
ada, infrastruktur, service dan aktivitas manajemen.
40
Gambar 2.6 pembagian sumber TI pada Portofolio
Konsep 3: pengeluaran Lights-On diklasifikasikan dari perspektif TI dan yang terkait
pada portofolio manajemen teknologi. Semua sumber daya lights-on pada TI
diklasifikasikan menjadi:
• Aplikasi: aplikasi dioperasikan dan mendukung organisasi bisnis.
• Infrastruktur: infrastruktur dibangun untuk mendukung aplikasi dan service.
• Service: service memperluas organisasi bisnis.
• Manajemen portofolio: sekumpulan aktivitas seperti perencanaan, budgeting dan
sumber daya manusia(untuk aktivitas TI).
41
Gambar 2.7 empat portofolio Lights-On
Konsep 4: investasi baru juga diklasifikasikan berdasarkan perspektif bisnis(identik
dengan investasi keuangan). Investasi baru terdiri dari strategic, mandatory, new
strategic, dan factory. Tujuan dari pembagian ini agar pihak manajemen dapat
menyeimbangkan investasi diantara kategori investasi, terutama ditujukkan pada risiko
dan pengembalian investasi perusahaan pada TI dan terlebih lagi pada apa yang
perusahaan dapat lakukan.
42
Gambar 2.8 empat portofolio New Investment
2.15 Empat faktor Portofolio Lights-On
Menurut Benson et al(2004, p160), portfolio lights-on memiliki 4 faktor antara
lain:
1. Tingkat layanan, terdiri dari:
• Ketersediaan: ketersediaan sebagai masalah bagi proses kerja
atau proses bisnis.
• Kecepatan merespon: kecepatan merespon pada kebutuhan proses
kerja atau proses bisnis.
2. Kualitas, terdiri dari:
43
• Fungsionalitas: fungsionalitas dari aplikasi, infrastruktur, layanan
yang berhubungan dengan kebutuhan proses kerja atau proses
bisnis.
• Keakuratan: keakuratan data atau layanan yang dihasilkan
aplikasi, infrastruktur atau layanan yang berhubungan dengan
kebutuhan proses kerja atau proses bisnis.
3. Teknologi, terdiri dari:
• Arsitektur: tingkat pemenuhan standar aturan arsitektur
perusahaan
• Dukungan vendor dan stabilitas: tingkat dimana dukungan vendor
menjado maslaah dalam mempertemukan kebutuhan.
• Dukungan teknis: tingkat dimana dukungan staf teknis
diperlukan.
• Ketersediaan dukungan pasar atau industry: tingkat dimana
dukungan yang diperlukan tersedia oleh pasar.
4. Intensitas pengguna, terdiri dari:
• Ketergantungan: tingkat dimana aplikasi, infrastruktur atau
layanan adalah penting bagi proses bisnis, organisasi ataupun
pengguna individu.
• Jangkauan pengguna: seberapa besar pengguna aplikasi,
infrastruktur, atau layanan ini dalam organisasi perusahaan.
44
2.16 Dua Faktor Portofolio Proyek TI
Menurut Benson et al(2004, p147), portfolio TI memiliki 2 faktor antara lain:
1. Dampak, nilai penyelarasan sistem aplikasi dengan strategic intentions
perusahaan.
2. Risiko, nilai-nilai risiko proyek yang terbagi atas:
• Risiko proyek atau organisasi: tingkat dimana kesuksesan proyek
bergantung pada keahlian bisnis yang belum dicoba atau
pengalaman baru. Risiko ini juga mencakup tingkat dimana
organisasi bisnis mampu melakukan perubahan yang dibutuhkan
oleh proyek.
• Ketidak pastian pendefinisian: tingkat dimana kebutuhan bisnis
terdefinisi dengan baik dan jelas, serta secara akurat dapat diubah
kedalam informasi dan fungsionalitas aplikasi sistem.
• Ketidak pastian teknis: tingkat dimana proyek ketergantungan
dengan teknologi baru, dan tingkat dimana perusahaan harus
melakukan desain dan membuat aplikasi dengan teknologi
tersebut.
• Risiko infrastruktur sistem informasi: tingkat dimana lingkungan
teknis membutuhkan bebrapa faktor, antara lain administrasi data,
komunikasi, manajemen proyek dan pengembangan.
• Risiko teknis: tingkat dimana penggunaan teknologi tertentu
membutuhkan keterampilan pengembangan, analisis, dan
45
manajemen baru. Faktor risiko meliputi apakah keterampilan
tersedia dari vendor atau dari pasar dan apakah training atau
perekrutan baru dapat menyediakan keahlian teknis yang
dibutuhkan.
• Risiko investasi: tingkat dimana investasi proyek dibutuhkan
untuk menciptakan kesuksesan proyek.
• Risiko manajemen proyek: tingkat dimana manajer proyek
tersedia dan mampu menangani kompleksitas proyek dari segi
teknis dan organisasi.
2.17 Value chain(rantai nilai)
Menurut Benson et al(2004, p11-12), rantai nilai strategi pada bottom-line
merupakan rantai nilai dari proses manajemen mulai dari strategi sampai tindakan.
Rantai nilai tersebut diekspresikan dengan 12 pengantar spesifik dari proses
manajemen. Elemen rantai nilai ini dimulai dari perencanaan strategi bisnis dan
dilanjutkan dengan perencanaan operasional yang mencakup tindakan dari setiap unit
bisnis, baik bisnis maupun teknologi informasi. Hasil pada tahap praktek New
Information Economics menghasilkan dasar dan hubungan untuk menghasilkan elemen-
elemen rantai nilai ini. Kuncinya, elemen tersebut sudah ada pada perusahaan, namun
triknya adalah mengkoordinasikan dan menghubungkan mereka melalui praktek New
Information Economics.
46
Gambar 2.9 Strategy-to-Bottom-Line Value Chain
2.18 Critical Success Factor
Kita dapat mengetahui bagaimana perusahaan dapat menghasilkan proyek yang
lebih baik, pilihan proyek yang tepat, pengurangan biaya yang tidak perlu, peningkatan
kinerja dari pengeluaran yang sudah ada, dan tindakan manajemen yang tepat dengan
menganalisis apakah:
• Proses bisnis dan perencanaan TI telah terhubung secara penuh dan terintegrasi.
• Inovasi teknologi informasi berdampak pada perencanaan bisnis dan hasilnya
pada strategi bisnis yang baru dan meningkatkan cara mengimplementasikan
strategi bisnis yang ada.
• Investasi TI menjadi prioritas dalam strategi bisnis.
• Pengeluaran keseluruhan TI – mencakup pengembangan, operasional,
perawatan, dan layanan- setara dengan strategi bisnis.
• Perencanaan dan proses manajemen berfokus pada kesleuruhan investasi TI.
47
• Manajer TI dan bisnis berpartisipasi secara efektif pada proses manajemen ini.
2.19 Perbedaan antara Information Economics dengan New
Information Economics
pada Information Economics mendasarkan pada beberapa tahap yang
mendefinisikan nilai-nilai TI yaitu antara lain:
• melakukan identifikasi terhadap nilai-nilai dan biaya secara
keseluruhan termasuk resiko-resiko dan biaya yang tidak terduga
pada setiap proyek TI.
• Menerapkan kriteria ekonomis secara luas dalam setiap proses
pengambilan keputusan.
• Menentukan beberapa alternatif.
• Mengalokasikan sumber daya TI untuk proyek yang memiliki nilai
terbesar.
Dilain pihak new information economics menjabarkan kedalaman
beberapa tahapan yang mendefinisikan aset TI yang sedang berjalan/ lights-on
dan proyek, keduanya dipisahkan kedalam masing-masing portofolio dan
menjabarkan nilai investasi dari kedua portofolio tersebut. Analisis pada masing-
masing tahapan memiliki iutput yang terkoneksi satu dengan lainnya sehingga
membantu pihak manajemen dalam menyusun manajemen agenda guna
membantu dalam membuat keputusan yang benar dan hasil yang tepat.