bab 2 landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/tsa-2014-0038...

43
9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Anggaran 2.1.1 Pengertian Anggaran Anggaran dapat diartikan sebagai rencana keuangan yang mencerminkan pilihan kebijakan suatu organisasi untuk suatu periode di masa yang akan datang (Mawardi, 2005). Anggaran merupakan suatu perencanaan dan pengendalian terpadu yang dilaksanakan dengan tujuan agar perencanaan dan pengendalian tersebut mempunyai daya guna dan hasil guna yang maksimal, untuk mencapai produktivitas pendapatan efisiensi yang tinggi bagi instansi pemerintah. Sebagai alat perencanaan, anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta target-target yang harus dicapai oleh instansi pemerintah. Sebagai alat pengendalian, anggaran berfungsi sebagai tolok ukur, sebagai pembanding untuk mengevaluasi kinerja bagian instansi di masa yang akan datang. Anggaran merupakan elemen penting dalam sistem pengendalian manajemen karena anggaran tidak saja sebagai alat perencanaan keuangan, tetapi juga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan motivasi untuk mencapai hasil yang maksimal (Ramandei, 2009). Ekananta (2006) menyatakan penyusunan anggaran adalah kegiatan perencanaan keuangan instansi dengan melakukan alokasi sumber daya selama satu tahun dalam mendukung program-program yang telah dicanangkan. Kegiatan penyusunan anggaran memiliki peran yang sangat penting dalam keseluruhan

Upload: phamcong

Post on 10-Jul-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Anggaran

2.1.1 Pengertian Anggaran

Anggaran dapat diartikan sebagai rencana keuangan yang mencerminkan

pilihan kebijakan suatu organisasi untuk suatu periode di masa yang akan datang

(Mawardi, 2005). Anggaran merupakan suatu perencanaan dan pengendalian

terpadu yang dilaksanakan dengan tujuan agar perencanaan dan pengendalian

tersebut mempunyai daya guna dan hasil guna yang maksimal, untuk mencapai

produktivitas pendapatan efisiensi yang tinggi bagi instansi pemerintah. Sebagai

alat perencanaan, anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan

arah serta target-target yang harus dicapai oleh instansi pemerintah. Sebagai alat

pengendalian, anggaran berfungsi sebagai tolok ukur, sebagai pembanding untuk

mengevaluasi kinerja bagian instansi di masa yang akan datang.

Anggaran merupakan elemen penting dalam sistem pengendalian

manajemen karena anggaran tidak saja sebagai alat perencanaan keuangan, tetapi

juga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

motivasi untuk mencapai hasil yang maksimal (Ramandei, 2009).

Ekananta (2006) menyatakan penyusunan anggaran adalah kegiatan

perencanaan keuangan instansi dengan melakukan alokasi sumber daya selama

satu tahun dalam mendukung program-program yang telah dicanangkan. Kegiatan

penyusunan anggaran memiliki peran yang sangat penting dalam keseluruhan

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

10

kegiatan perencanaan dan pengendalian manajemen di sebuah lembaga.

Penyusunan anggaran dalam suatu instansi akan sangat membantu instansi

tersebut dalam mencapai tujuannya (Sundjaja, Tundjung, & Puspita, 2011).

2.1.2 Manfaat Anggaran

Secara umum manfaat anggaran adalah untuk memudahkan perusahaan

dalam menjalankan kegiatannya. Dengan mengadakan penyusunan anggaran,

sebuah perusahaan dapat dengan mudah mengevaluasi kinerja, mengoptimalisasi

efisiensi, lebih mudah mewujudkan produktivitas, dan mengoptimalisasi

efektivitas (Sundjaja, Tundjung, & Puspita, 2011).

Anggaran mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut (Puspaningsih,

2002) :

a. Anggaran merupakan hasil proses perencanaan yang merupakan hasil dari

negosiasi di antara anggota-anggota dominan di dalam suatu organisasi, maka

anggaran dapat mewakili mengenai tujuan di masa yang akan datang.

b. Anggaran sebagai blueprint kegiatan pada suatu lembaga, sehingga anggaran

dapat merefleksikan prioritas alokasi sumber daya yang dimiliki lembaga

tersebut.

c. Anggaran merupakan alat komunikasi internal yang menghubungkan antar

unit kerja dalam organisasi maupun dengan top management.

d. Anggaran menyediakan informasi tentang hasil kegiatan yang sesungguhnya

dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.

e. Anggaran sebagai alat pengendalian yang memberikan informasi kepada

manajemen untuk menentukan bagian dari lembaga yang kuat dan yang

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

11

lemah, sehingga dapat mengarahkan manajemen untuk mengambil

tindakan/koreksi yang harus diambil.

f. Anggaran mempengaruhi dan memotivasi manajer (pimpinan lembaga) dan

karyawan untuk bekerja dengan konsisten, efektif dan efisien dalam kondisi

kesesuaian tujuan antara tujuan lembaga dengan tujuan karyawan.

2.1.3 Proses Penganggaran

Penganggaran merupakan bagian dari proses sistem perencanaan dan

pengendalian manajemen yang mencakup kegiatan perencanaan dan

pengendalian. Hasil dari proses penganggaran (budgeting) ini disebut dengan

anggaran (budget) (Sundjaja, Tundjung, & Puspita, 2011).

Proses penganggaran mempunyai tahapan sebagai berikut: 1). Penetapan

Sasaran, 2). Implementasi, 3). Pengendalian dan Evaluasi Kerja (Puspaningsih,

2002), dimana :

1. Tahap Penetapan Sasaran

Merupakan penetapkan arah tujuan lembaga, yang lebih lanjut dirinci

kedalam sasaran (goal) dan dibebankan pencapaiannya kepada manajer

(pimpinan lembaga). Penyusunan anggaran pada hakekatnya merupakan goal

setting process dan sekaligus merupakan role setting process yang

dibebankan kepada pimpinan lembaga untuk bertanggungjawab dalam

menentukan sumber daya yang diperlukan (Puspaningsih, 2002). Dalam

tahap ini yang dilakukan adalah menetapkan akuntabilitas organisasi yang

mencakup Impact (misi/sasaran K/L), Outcome (kinerja program), dan

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

12

Output (kinerja kegiatan) (Langkah Teknis Penyusunan Program dan

Kegiatan, 2010).

2. Tahap Implementasi

Anggaran berfungsi sebagai blueprint dan perlu dikomunikasikan antar unit

kerja (Puspaningsih, 2002). Hal tersebut dilakukan agar seluruh karyawan

organisasi berperan dalam pencapaian standar dan sasaran (baik pagu

maupun volume) yang telah ditetapkan dalam anggaran. Dalam tahapan ini

diperlukan kerjasama dan kordinasi antar unit kerja agar proses implementasi

dapat berjalan dengan baik dan tidak terjadi tumpang tindih program dan

kegiatan yang ada antar unit kerja.

3. Tahap Pengendalian dan Evaluasi

Dalam tahap ini kinerja yang sesungguhnya dibandingkan dengan standar

yang sudah ditetapkan dalam anggaran. Hal ini dimaksudkan untuk

mengetahui bagian organisasi yang mempunyai kinerja dibawah standard dan

untuk mengambil tindakan koreksi bagi bagian tersebut (Puspaningsih,

2002).

2.1.4 Sistem Penganggaran

Penganggaran sebagai suatu sistem mengatur terutama berkenaan

dengan proses penyiapan penganggaran (budget preparation) yang mengatur

3 (tiga) materi pokok, yaitu: pendekatan penyusunan anggaran, klasifikasi

anggaran, dan proses penganggaran. Pendekatan yang digunakan dalam

penganggararan terdiri dari pendekatan: penganggaran terpadu, penganggaran

berbasis kinerja (PBK), dan kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM).

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

13

Klasifikasi anggaran yang digunakan dalam penganggaran meliputi

klasifikasi: organisasi, fungsi, dan jenis belanja (ekonomi). Proses

penganggaran merupakan uraian mengenai proses dan mekanisme

penganganggarannya dimulai dari Pagu Indikatif sampai dengan penetapan

Pagu Alokasi Anggaran K/L yang bersifat final. Sistem penganggaran ini harus

dipahami secara baik dan benar oleh pemangku kepentingan (stakeholder) agar

dapat dihasilkan APBN yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan

(PMK RI No: 93/PMK.02/2011).

2.1.4.1 Pendekatan Penyusunan Anggaran

Dalam PMK RI No: 93/PMK.02/2011, pendekatan penganggaran yang

berlaku di Indonesia antara lain :

a. Penganggaran Terpadu

Penganggaran terpadu merupakan unsur yang paling mendasar dan

merupakan kondisi yang harus terwujud terlebih dahulu bagi penerapan

pendekatan penyusunan anggaran lainnya yaitu, Penganggaran Berbasis Kinerja

(PBK) dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM). Dilakukan dengan

mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan

K/L untuk menghasilkan dokumen RKA- K/L dengan klasifikasi anggaran

menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Integrasi atau keterpaduan proses

perencanaan dan penganggaran dimaksudkan agar tidak terjadi duplikasi dalam

penyediaan dana untuk K/L baik yang bersifat investasi maupun untuk keperluan

biaya operasional.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

14

Penerapan penganggaran terpadu juga diharapkan dapat mewujudkan

Satuan Kerja (Satker) sebagai satu-satunya entitas akuntansi yang bertanggung

jawab terhadap aset dan kewajiban yang dimilikinya, serta adanya akun

(pendapatan dan/atau belanja) untuk satu transaksi sehingga dipastikan tidak ada

duplikasi dalam penggunaannya.

b. Pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK)

Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) merupakan suatu pendekatan

dalam sistem penganggaran yang memperhatikan keterkaitan antara pendanaan

dan kinerja yang diharapkan, serta memperhatikan efisiensi dalam pencapaian

kinerja tersebut. Yang dimaksud kinerja adalah prestasi kerja yang berupa

keluaran dari suatu Kegiatan atau hasil dari suatu Program dengan kuantitas dan

kualitas yang terukur.

Landasan konseptual yang mendasari penerapan PBK meliputi:

1. Pengalokasian anggaran berorientasi pada kinerja (output and outcome

oriented);

2. Pengalokasian anggaran Program/Kegiatan didasarkan pada tugas-fungsi

Unit Kerja yang dilekatkan pada struktur organisasi (Money follow function);

3. Terdapatnya fleksibilitas pengelolaan anggaran dengan tetap menjaga prinsip

akuntabilitas (let the manager manages).

Landasan konseptual tersebut di atas dalam rangka penerapan PBK

bertujuan untuk:

1. Menunjukan keterkaitan antara pendanaan dengan kinerja yang akan dicapai

(directly linkages between performance and budget);

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

15

2. Meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam penganggaran (operational

efficiency);

3. Meningkatkan fleksibilitas dan akuntabilitas unit dalam melaksanakan tugas

dan pengelolaan anggaran (more flexibility and accountability).

Agar penerapan PBK tersebut dapat dioperasionalkan maka PBK

menggunakan instrumen sebagai berikut:

1. Indikator kinerja, merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur

Kinerja;

2. Standar biaya, adalah satuan biaya yang ditetapkan baik berupa standar

biaya masukan maupun standar biaya keluaran sebagai acuan perhitungan

kebutuhan anggaran;

3. Evaluasi Kinerja, merupakan penilaian terhadap capaian Sasaran Kinerja,

konsistensi perencanan dan implementasi, serta realisasi penyerapan

anggaran.

Berdasarkan landasan konseptual, tujuan penerapan PBK, dan instrumen

yang digunakan PBK dapat disimpulkan bahwa secara operasional prinsip utama

penerapan PBK adalah adanya keterkaitan yang jelas antara kebijakan yang

terdapat dalam dokumen perencanaan nasional dan alokasi anggaran yang

dikelola K/L sesuai tugas-fungsinya (yang tercermin dalam struktur organisasi

K/L). Dokumen perencanaan tersebut meliputi Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

dan Renja-K/L. Sedangkan alokasi anggaran yang dikelola K/L tercermin dalam

dokumen RKA-K/L dan DIPA yang juga merupakan dokumen perencanaan dan

penganggaran yang bersifat tahunan serta mempunyai keterkaitan erat. Hubungan

antara dokumen tersebut digambarkan di bawah ini.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

16

Gambar 2.1 Hubungan antara Dokumen Perencanaan dan Penganggaran

(Sumber : PMK RI No: 93/PMK.02/2011)

Pemerintah menentukan prioritas pembangunan beserta kegiatan-kegiatan

yang akan dilaksanakan dalam dokumen RKP. Hasil yang diharapkan adalah hasil

secara nasional (national outcomes) sebagaimana amanat Undang-Undang Dasar.

Selanjutnya berdasarkan tugas-fungsi yang diemban dan mengacu RKP

dimaksud, K/L menyusun :

1. Program, Indikator Kinerja Utama (IKU) Program, dan hasil pada Unit

Eselon I sesuai dengan tugas-fungsinya;

2. Kegiatan, Indikator kinerja Kegiatan (IKK), dan keluaran pada Unit

pengeluaran (spending unit) pada tingkat Satker atau Eselon II di lingkungan

Unit Eselon I sesuai Program yang menjadi tanggung jawabnya.

K/L merumuskan program dan kegiatan mengacu Surat Edaran

Bersama antara Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Menteri

Keuangan.

c. Pendekatan KPJM

KPJM adalah pendekatan penyusunan anggaran berdasarkan kebijakan,

dengan pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran dalam

jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun anggaran.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

17

Secara umum penyusunan KPJM yang komprehensif memerlukan suatu

tahapan proses penyusunan perencanaan jangka menengah meliputi:

a. penyusunan proyeksi/rencana kerangka (asumsi) ekonomi makro untuk

jangka menengah;

b. penyusunan proyeksi/rencana /target-target fiskal (seperti tax ratio, defisit,

dan rasio utang pemerintah) jangka menengah;

c. rencana kerangka anggaran (penerimaan, pengeluaran, dan pembiayaan)

jangka menengah (medium term budget framework), yang menghasilkan pagu

total belanja pemerintah (resources envelope);

d. pendistribusian total pagu belanja jangka menengah ke masing-masing K/L

(line ministries ceilings). Indikasi pagu K/L dalam jangka menengah tersebut

merupakan perkiraan batas tertinggi anggaran belanja dalam jangka

menengah;

e. penjabaran pengeluaran jangka menengah (line ministries ceilings) masing-

masing K/L ke masing-masing program dan kegiatan berdasarkan indikasi

pagu jangka menengah yang telah ditetapkan.

Tahapan penyusunan proyeksi/rencana (a) sampai dengan (d) merupakan

proses top down sedangkan tahapan (e) merupakan proses bottom up. Proses

estimasi bottom up seringkali dipisah atas proyeksi mengenai biaya dari

pelaksanaan kebijakan yang sedang berjalan (ongoing policies) dan

penyesuaiannya sehubungan dengan upaya-upaya rasionalisasi program/kegiatan

melalui proses evaluasi program/kegiatan, serta prakiraan atas biaya dari

kebijakan baru (new policies).

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

18

Dalam rangka penyusunan RKA-KL dengan pendekatan KPJM, K/L perlu

menyelaraskan kegiatan/program dengan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJM Nasional) dan Rencana Strategi (Renstra) K/L, yang

pada tahap sebelumnya juga menjadi acuan dalam menyusun RKP dan Renja-KL.

2.1.4.2 Klasifikasi Anggaran

Klasifikasi anggaran merupakan pengelompokan anggaran berdasarkan

organisasi, fungsi, dan jenis belanja (ekonomi). Pengelompokan tersebut

bertujuan untuk melihat besaran alokasi anggaran menurut organiasasi K/L,

tugas-fungsi pemerintah, dan belanja K/L.

a. Klasifikasi Menurut Organisasi

Klasifikasi organisasi merupakan pengelompokan alokasi anggaran

belanja sesuai dengan struktur organisasi K/L. Yang dimaksud organisasi adalah

K/L yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-

Undang Dasar 1945 dan peraturan perundangan yang berlaku. Suatu K/L dapat

terdiri dari unit-unit organisasi (Unit Eselon I) yang merupakan bagian dari suatu

K/L. Dan suatu unit organisasi bisa didukung oleh satuan kerja (Satker) yang

bertanggungjawab melaksanakan kegiatan dari program unit eselon I atau

kebijakan pemerintah dan berfungsi sebagai Kuasa Pengguna Anggaran.

Klasifikasi anggaran belanja berdasarkan organisasi menurut K/L disebut

Bagian Anggaran (BA). Dilihat dari apa yang dikelola, BA dapat dikelompokkan

dalam 2 (dua) jenis. Pertama, Bagian Anggaran K/L yang selanjutnya disebut

BA-KL adalah kelompok anggaran yang dikuasakan kepada Menteri/Pimpinan

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

19

Lembaga selaku Pengguna Anggaran. Kedua, Bagian Anggaran Bendahara

Umum Negara, yang selanjutnya disebut BA-BUN adalah kelompok anggaran

yang dikelola oleh Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal.

Selanjutnya unit organisasi pada K/L adalah Unit Eselon I yang

bertanggung jawab atas pencapaian sasaran program/hasil (outcome) dan

pengkoordinasian atas pelaksanaan kegiatan oleh satuan kerja. Dalam hal ini

yang bertanggung jawab terhadap suatu program sebagian besar adalah Unit

Eselon IA.

Sedangkan satuan kerja pada unit organisasi K/L adalah satker baik di

kantor pusat maupun kantor daerah atau satuan kerja yang memperoleh

penugasan dari unit organisasi K/L. Suatu satker ditetapkan sebagai Kuasa

Pengguna Anggaran dalam rangka pengelolaan anggaran.

b. Klasifikasi Menurut Fungsi

Klasifikasi anggaran menurut fungsi, merinci anggaran belanja menurut

fungsi dan subfungsi. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang

tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.

Subfungsi merupakan penjabaran lebih lanjut dari fungsi.

Penggunaan fungsi dan subfungsi disesuaikan dengan tugas pokok dan

fungsi masing-masing K/L. Penggunaannya dikaitkan dengan kegiatan

(merupakan penjabaran program) yang dilaksanakan, sehingga suatu program

dapat menggunakan lebih dari satu fungsi. Yang dimaksud program adalah

penjabaran kebijakan K/L di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam bentuk

upaya yang berisi satu atau beberapa kegiatan dengan menggunakan sumber daya

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

20

yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misinya yang

dilaksanakan instansi atau masyarakat dalam koordinasi K/L yang bersangkutan.

c. Klasifikasi Jenis Belanja (Ekonomi)

Jenis belanja dalam klasifikasi belanja digunakan dalam dokumen

anggaran baik dalam proses penyusunan anggaran, pelaksanan anggaran, dan

pertangungjawaban/pelaporan anggaran. Namun penggunaan jenis belanja dalam

dokumen tersebut mempunyai tujuan berbeda. Berkenaan dengan proses

penyusunan anggaran dalam dokumen RKA-K/L, tujuan penggunaan jenis

belanja ini dimaksudkan untuk mengetahui pendistribusian alokasi anggaran

kedalam jenis-jenis belanja. Jenis-jenis belanja yang digunakan dalam

penyusunan RKA-K/L adalah berikut:

a. Belanja Pegawai

Belanja Pegawai adalah kompensasi dalam bentuk uang maupun barang yang

diberikan kepada pegawai pemerintah (pejabat negara, pegawai negeri sipil,

dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS)

yang bertugas di dalam maupun di luar negeri sebagai imbalan atas pekerjaan

yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan

pembentukan modal dan/atau kegiatan yang mempunyai output dalam

kategori belanja barang.

b. Belanja Barang

Belanja Barang yaitu pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan

jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan

maupun yang tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

21

untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan.

Dalam pengertian belanja tersebut termasuk honorarium yang diberikan dalam

rangka pelaksanaan kegiatan untuk menghasilkan barang/jasa. Belanja Barang

dapat dibedakan menjadi Belanja Barang (Operasional dan Non-Operasional),

Belanja Jasa, Belanja Pemeliharaan, serta Belanja Perjalanan Dinas.

c. Belanja Modal

Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam

rangka memperoleh atau menambah nilai aset tetap dan aset lainnya yang

memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan

minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah.

Aset tetap tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu

satuan kerja atau dipergunakan oleh masyarakat/publik namun tercatat dalam

registrasi aset K/L terkait serta bukan untuk dijual.

d. Bunga Utang

Bunga yaitu pembayaran yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok

utang (principal outstanding), baik utang dalam negeri maupun utang luar

negeri yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman. Jenis belanja ini khusus

digunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran BUN.

e. Subsidi

Subsidi yaitu alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga

yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa

untuk memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga

jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat. Belanja ini antara lain digunakan

untuk penyaluran subsidi kepada perusahaan negara dan perusahaan swasta.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

22

Jenis belanja ini khusus digunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran

BUN.

f. Bantuan sosial

Belanja Bantuan Sosial yaitu transfer uang atau barang yang diberikan oleh

Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi dari

kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung

diberikan kepada anggota masyarakat dan/ atau lembaga kemasyarakatan

termasuk didalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang

pendidikan, keagamaan, dan bidang lain yang berperan untuk melindungi

individu, kelompok dan/ atau masyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko

sosial.

Belanja bantuan sosial diberikan dalam bentuk uang, barang, dan jasa. Belanja

bantuan sosial bersifat sementara atau berkelanjutan guna memberikan

rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial,

dan penanggulangan kemiskinan agar dapat meningkatkan taraf

kesejahteraan, kualitas kelangsungan hidup, dan memulihkan fungsi sosial

dalam rangka mencapai kemandirian. Belanja bantuan sosial diberikan dalam

bentuk : (1) bantuan langsung; (2) penyediaan aksessibilitas, dan/ atau (3)

penguatan kelembagaan.

g. Hibah

Merupakan belanja pemerintah pusat kepada pemerintah negara lain,

organisasi internasional, dan pemerintah daerah yang bersifat sukarela, tidak

wajib, tidak mengikat, dan tidak perlu dibayar kembali serta tidak terus

menerus dan dilakukan dengan naskah perjanjian antara pemberi hibah dan

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

23

penerima hibah dengan pengalihan hak dalam bentuk uang, barang, atau jasa.

Termasuk dalam belanja hibah adalah pinjaman dan/ atau hibah luar negeri

yang diterushibahkan ke daerah.

h. Belanja lain-lain

Pengeluaran negara untuk pembayaran atas kewajiban pemerintah yang tidak

masuk dalam katagori belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja

pembayaran utang, belanja subsidi, belanja hibah, dan belanja bantuan sosial

serta bersifat mendesak dan tidak dapat diprediksi sebelumnya.

2.1.4.3 Proses Penganggaran RKA-K/L

Dalam penulisan ini, penulis akan memfokuskan pada sistem informasi

penganggaran khususnya dalam penyusunan dokumen RKA-K/L yang merupakan

bagian dari Sistem Penganggaran yang sedang berjalan, dimana RKA-K/L

tersebut merupakan salah satu sistem informasi penganggaran yang dikeluarkan

oleh Kementerian Keuangan RI.

Proses penganggaran RKA-K/L dibagi dalam tahapan sebagai berikut:

Januari

1. Presiden menetapkan arah kebijakan dan prioritas anggaran.

2. K/L mengevaluasi baseline.

3. K/L dapat menyusun rencana inisiatif baru.

4. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dan

Kementerian Keuangan mengevaluasi baseline dan mengkaji usulan inisiatif

baru.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

24

Februari - Juli

5. Kementerian Keuangan menyusun perkiraan kapasitas fiskal

Kementerian Keuangan menyusun perkiraan kapasitas fiskal untuk

penyusunan Pagu Indikatif tahun anggaran yang direncanakan, termasuk

penyesuaian indikasi pagu anggaran jangka menengah paling lambat

pertengahan bulan Februari.

6. Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala

Bappenas menyusun Pagu Indikatif.

Penyusunan Pagu Indikatif tersebut memperhatikan kapasitas fiskal dan

pemenuhan prioritas pembangunan nasional. Pagu Indikatif dimaksud dirinci

menurut unit organisasi, program, kegiatan, dan indikasi pendanaan untuk

mendukung Arah Kebijakan yang telah ditetapkan oleh Presiden. Pagu

Indikatif yang sudah ditetapkan beserta prioritas pembangunan nasional yang

dituangkan dalam rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

disampaikan kepada K/L dengan surat yang ditandatangani Menteri

Keuangan bersama Menteri Perencanaan pada bulan Maret.

7. Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun Rencana Kerja K/L (Renja-K/L)

Penyusunan Renja-K/L ini berpedoman pada surat mengenai Pagu Indikatif.

Renja-K/L dimaksud disusun dengan pendekatan berbasis Kinerja, kerangka

pengeluaran jangka menengah, dan penganggaran terpadu yang memuat:

a. kebijakan;

b. program; dan

c. kegiatan.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

25

8. Trilateral Meeting

Proses penyusunan Renja-K/L dilakukan pertemuan 3 (tiga) pihak antara

Kementerian/Lembaga, Kementerian Perencanaan, dan Kementerian

Keuangan.

9. K/L menyampaikan Renja-K/L kepada Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional/Bappenas dan Kementerian Keuangan.

Menteri/Pimpinan Lembaga menyampaikan Renja-K/L kepada Kementerian

Perencanaan dan Kementerian Keuangan untuk bahan penyempurnaan

rancangan awal RKP dan penyusunan rincian pagu menurut unit organisasi,

fungsi, program, dan kegiatan sebagai bagian dari bahan pembicaraan

pendahuluan Rancangan APBN.

10. Menteri Keuangan menetapkan Pagu Anggaran K/L

Menteri Keuangan dalam rangka penyusunan RKA-K/L, menetapkan Pagu

Anggaran K/L dengan berpedoman kapasitas fiskal, besaran Pagu Indikatif,

Renja-K/L, dan memperhatikan hasil evaluasi Kinerja

Kementerian/Lembaga. Pagu Anggaran K/L sebagaimana dimaksud

menggambarkan Arah Kebijakan yang telah ditetapkan oleh Presiden yang

dirinci paling sedikit menurut unit organisasi dan program.

Pagu Anggaran K/L disampaikan kepada setiap Kementerian/Lembaga paling

lambat akhir bulan Juni.

11. Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun RKA-K/L Menteri/Pimpinan

Lembaga menyusun RKA-K/L berdasarkan:

a. Pagu Anggaran K/L;

b. Renja-K/L;

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

26

c. RKP hasil kesepakatan Pemerintah dan DPR dalam pembicaraan

pendahuluan Rancangan APBN; dan

d. Standar biaya.

Penyusunan RKA-K/L dimaksud termasuk menampung usulan Inisiatif Baru.

RKA-K/L merupakan bahan penyusunan Rancangan Undang-Undang

tentang APBN setelah terlebih dahulu ditelaah dalam forum penelaahan

antara Kementerian/Lembaga dengan Kementerian Keuangan dan

Kementerian Perencanaan.

12. K/L melakukan pembahasan RKA-K/L dengan DPR

Dalam hal K/L melakukan pembahasan RKA-K/L dengan DPR dalam rangka

pembicaraan pendahuluan Rancangan APBN, pembahasan tersebut

difokuskan pada konsultasi atas usulan Inisiatif Baru.

13. Penyesuaian atas usulan inisiatif baru

Dalam hal pembahasan RKA-K/L dengan DPR dilakukan, dapat dilakukan

penyesuaian atas usulan inisiatif baru sepanjang:

a. Sesuai RKP

b. Pencapaian sasaran kinerja K/L

c. Tidak melampaui Pagu Anggaran K/L

14. Penelaahan RKA-K/L

Penelaahan RKA-K/L tersebut diselesaikan paling lambat akhir bulan Juli.

Penelaahan RKA-K/L dilakukan secara terintegrasi, yang meliputi:

a. Kelayakan anggaran terhadap sasaran kinerja;

b. Konsistensi sasaran kinerja K/L dengan RKP.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

27

Menkeu mengkoordinasikan penelaahan RKA-K/L dalam rangka penetapan

Pagu RKA- K/L yang bersifat final.

Agustus - Desember

15. Penggunaan RKA-K/L dalam RAPBN

Kementerian Keuangan menghimpun RKA-K/L hasil penelaahan untuk

digunakan sebagai:

a. bahan penyusunan Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangan

Undang- Undang tentang APBN; dan

b. dokumen pendukung pembahasan Rancangan APBN.

Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangan Undang-Undang tentang

APBN dibahas dalam Sidang Kabinet untuk kemudian hasilnya disampaikan

oleh Pemerintah kepada DPR pada bulan Agustus.

16. Pembahasan anggaran dengan DPR

Pemerintah menyelesaikan pembahasan Rancangan APBN dan Rancangan

Undang- Undang tentang APBN dengan DPR paling lambat akhir bulan

Oktober. Dalam hal pembahasan Rancangan APBN dan Rancangan Undang-

Undang tentang APBN menghasilkan optimalisasi pagu anggaran,

optimalisasi pagu anggaran tersebut digunakan oleh Pemerintah sesuai

dengan Arah Kebijakan yang telah ditetapkan oleh Presiden.

17. Penyesuaian RKA-K/L

Hasil pembahasan Rancangan APBN dan Rancangan Undang-Undang

tentang APBN dituangkan dalam berita acara hasil kesepakatan pembahasan

Rancangan APBN dan Rancangan Undang-Undang tentang APBN dan

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

28

bersifat final yang disampaikan oleh Menteri Keuangan kepada

Kementerian/Lembaga untuk dilakukan penyesuaian RKA- K/L.

18. Penetapan alokasi anggaran Kementerian/Lembaga

Alokasi anggaran Kementerian/Lembaga dirinci menurut:

a. kebutuhan Pemerintah Pusat; dan

b. transfer kepada daerah.

Presiden menetapkan alokasi anggaran Kementerian/Lembaga dan

Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara paling lambat

tanggal 30 November.

19. Penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran

Menteri Keuangan mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran yang

disusun oleh Menteri/Pimpinan Lembaga menggunakan RKA- K/L yang

telah disepakati dalam pembahasan dengan DPR paling lambat tanggal 31

Desember.

2.1.5 Struktur Anggaran dalam Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja

Penerapan PBK mengacu pada struktur organisasi K/L. Dimana

hubungan struktur organisasi dan kinerja yang akan dicapai terlihat pada

gambar di bawah ini:

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

29

Gambar 2.2 Kerangka PBK pada Tingkat K/L (Sumber : PMK RI No: 93/PMK.02/2011)

Struktur Anggaran dalam penerapan PBK, lebih memperhatikan

keterkaitan secara jelas hubungan antara perencanaan dan penganggaran yang

merefleksikan keselarasan antara kebijakan (top down) dan pelaksanaan

kebijakan (bottom up). Struktur Anggaran merupakan penggambaran satu

kesatuan perencanaan dan penganggaran dalam unit organisasi K/L. Satu

kesatuan yang dimaksud adalah kesatuan dalam kebutuhan sumber daya yang

diperlukan oleh Satker dalam rangka pelaksanaan Kegiatan yang menjadi

tanggung jawabnya sebagaimana tugas fungsi yang diemban Satker (bottom up).

Hal ini harus sejalan dengan rancangan kebijakan yang diputuskan pada tingkat

Organisasi Pemerintah yang telah dikoordinasikan oleh Unit-Unit Organisasinya

(top down) yang bertanggung jawab terhadap Program.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

30

Gambar 2.3 Struktur Anggaran Penerapan PBK

(Sumber : PMK RI No: 93/PMK.02/2011)

Bagian-bagian dan fungsi struktur anggaran sebagai berikut:

1. Program :

a. Program merupakan penjabaran dari kebijakan sesuai dengan visi dan misi

K/L yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi unit Eselon I atau

unit K/L yang berisi Kegiatan untuk mencapai hasil dengan indikator

kinerja yang terukur.

b. Rumusan Program merupakan hasil restrukturisasi tahun 2011 dan

penyesuaiannya.

c. Rumusan Program dalam dokumen RKA-K/L haras sesuai dengan

rumusan Program yang ada dalam dokumen Renja-K/L.

2. Indikator Kinerja Utama (IKU) Program :

a. IKU Program merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur

hasil pada tingkat Program.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

31

b. Pendekatan yang digunakan dalam menyusun IKU Program berorientasi

pada kuantitas, kualitas, dan/ atau harga.

c. Dalam menetapkan IKU Program, K/L berkoordinasi dengan Kementerian

Keuangan dan Kementerian Perencanaan.

d. Rumusan IKU Program dalam dokumen RKA-K/L harus sesuai dengan

rumusan IKU Program yang ada dalam dokumen Renja-K/L.

3. Hasil (Outcome):

a. Hasil merupakan prestasi kerja yang berupa segala sesuatu yang

mencerminkan berfungsinya output dari Kegiatan dalam satu Program.

b. Secara umum kriteria dari hasil sebuah Program adalah :

1) Mencerminkan Sasaran Kinerja unit Eselon I sesuai dengan visi, misi

dan tugas- fungsinya;

2) Mendukung Sasaran Strategis K/L;

3) Dapat dilakukan evaluasi.

c. Rumusan Hasil dalam dokumen RKA-K/L harus sesuai dengan rumusan

hasil yang ada dalam dokumen Renja-K/L.

4. Kegiatan :

a. Kegiatan merupakan penjabaran dari Program yang rumusannya

mencerminkan tugas dan fungsi Satker atau penugasan tertentu K/L yang

berisi komponen Kegiatan untuk mencapai output dengan indikator

kinerja yang terukur.

b. Rumusan Kegiatan hasil restrukturisasi tahun 2011 dan penyesuaiannya.

c. Rumusan Kegiatan dalam dokumen RKA-K/L harus sesuai dengan

rumusan Kegiatan yang ada dalam dokumen Renja-K/L.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

32

5. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) :

a. IKK merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur output pada

tingkat Kegiatan.

b. Pendekatan yang digunakan dalam menyusun IKK berorientasi pada

kuantitas, kualitas, dan/ atau harga.

c. Dalam menetapkan IKK, K/L berkoordinasi dengan Kementerian

Keuangan dan Kementerian Perencanaan.

d. Rumusan IKK dalam dokumen RKA-K/L harus sesuai dengan rumusan

IKK yang ada dalam dokumen Renja-K/L.

6. Output

a. Output merupakan prestasi kerja berupa barang atau jasa yang dihasilkan

oleh suatu Kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian

sasaran dan tujuan program dan kebijakan.

b. Rumusan output dalam dokumen RKA-K/L berupa barang atau jasa,

sedangkan rumusan output dalam dokumen Renja-K/L berupa output

statement.

c. Rumusan output berupa barang atau jasa berupa :

1) Jenis output, merupakan uraian mengenai identitas dari setiap output

yang mencerminkan tugas fungsi unit Satker secara spesifik.

2) Volume output, merupakan data mengenai jumlah/banyaknya

kuantitas Output yg dihasilkan.

3) Satuan output, merupakan uraian mengenai satuan ukur yang

digunakan dalam rangka pengukuran kuantitas (volume) output sesuai

dengan sesuai karakteristiknya.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

33

d. Secara umum kriteria dari output adalah :

1) Mencerminkan sasaran kinerja Satker sesuai Tugas-fungsi atau

penugasan prioritas pembangunan nasional;

2) Merupakan produk utama/akhir yang dihasilkan oleh Satker

penanggung jawab kegiatan;

3) Bersifat spesifik dan terukur;

4) Untuk Kegiatan Fungsional sebagian besar output yang dihasilkan

berupa regulasi sesuai tugas-fungsi Satker;

5) Untuk Kegiatan penugasan (Prioritas Pembangunan Nasional)

menghasilkan output prioritas pembangunan nasional yang

mempunyai dampak secara nasional;

6) Setiap Kegiatan bisa menghasilkan output lebih dari satu jenis;

7) Setiap Output didukung oleh komponen masukan dalam

implementasinya;

8) Revisi rumusan output dimungkinkan pada penyusunan RKA-K/L

dengan mengacu pada Pagu Anggaran K/L atau Alokasi Anggaran

K/L.

7. Proses Pencapaian Output terbagi dalam:

a. Suboutput

1) Suboutput pada hakekatnya merupakan output

2) Output yang dinyatakan sebagai Suboutput adalah output-output yang

mempunyai kesamaan dalam jenis dan satuannya.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

34

3) Suboutput digunakan sebagai penjabaran dari masing-masing barang

atau jasa dalam kumpulan barang atau jasa sejenis yang dirangkum

dalam satu output.

4) Banyaknya Sub-suboutput atau akumulasi dari volume Sub-suboutput

mencerminkan jumlah volume output.

5) Suboutput sifatnya opsional (boleh digunakan, boleh tidak).

6) Suboutput hanya digunakan pada output yang merupakan rangkuman

dari barang atau jasa yang sejenis.

7) Output yang sudah spesifik dan berdiri sendiri (bukan rangkuman dari

barang atau jasa yang sejenis) tidak memerlukan Suboutput.

b. Komponen

1) Komponen merupakan tahapan dari proses pencapaian output, yang

berupa paket-paket pekerjaan.

2) Komponen bisa langsung mendukung pada output atau pada

Suboutput.

3) Komponen disusun berdasarkan relevansinya terhadap pencapaian

output, baik terhadap volume maupun kualitasnya.

4) Antar komponen mempunyai keterkaitan yang saling mendukung

dalam pencapaian output, sehingga ketidakterlaksanaan/keterlambatan

salah satu komponen bisa menyebabkan ketidakterlaksanaan/

keterlambatan komponen yang lain dan juga bisa berdampak pada

penurunan kualitas, penurunan kuantitas maupun kegagalan dalam

pencapaian output.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

35

c. Subkomponen

1) Subkomponen merupakan kelompok-kelompok detil belanja, yang

disusun dalam rangka memudahkan dalam pelaksanaan Komponen.

2) Subkomponen sifatnya opsional (boleh digunakan, boleh tidak).

d. Detil Belanja

Detil Belanja merupakan rincian kebutuhan belanja dalam tiap-tiap jenis

belanja yang berisikan item-item belanja.

2.1.6 Anggaran sebagai Sistem Kontrol/Pengendali

Karakteristik anggaran yang baik adalah anggaran disusun berdasarkan

program, dan karakteristik pusat pertanggungjawaban yang dibentuk dalam

organisasi institusi, dan anggaran yang berfungsi sebagai alat perencanaan dan

pengendalian. Kunci pada kinerja efektif adalah tercapainya tujuan-tujuan

anggaran dan partisipasi sangat berperan penting dalam mewujudkannya (Chris,

1955). Ketika bawahan memiliki informasi lebih baik dari pada atasannya, maka

sistem kontrol manajemen partisipatif memungkinkan bawahan untuk

mengungkapkan informasi pribadinya, yang dapat dimasukkan dalam anggaran

pada saat kinerja mereka dinilai.

2.2 Model

Modelling selalu menjadi inti pengembangan desain organisasi dan

pembangunan sistem informasi (IS). Model memungkinkan para pembuat

keputusan untuk menyaring kompleksitas relevan dari dunia nyata, sehingga

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

36

upaya dapat diarahkan bagian yang paling penting dari sistem yang diteliti

(Giaglis, 2001).

Pemodelan sering digunakan dalam pengembangan sistem perangkat

lunak. Karena itu, pemahaman terhadapnya penting bagi system developer. Suatu

model sistem mewakili bagian dari dunia nyata. Dan suatu model berbeda dari

kenyataan dalam hal konsentrasinya pada aspek-aspek tertentu, sedangkan aspek-

aspek yang lain diabaikan, inilah yang disebut abstraksi. Pemodelan adalah proses

abstraksi dan mengorganisasikan fitur-fitur penting dari bagian dunia nyata, atau

bagaimana kita menginginkannya seperti apa (Britton & Doake, 2001).

Sebuah model harus mampu menyediakan unsur-unsur berbagai informasi

untuk para penggunanya. Unsur-unsur termasuk, misalnya (Giaglis, 2001):

• Apa saja kegiatan yang merupakan proses?

• Siapa yang melakukan kegiatan tersebut?

• Apa elemen data yang diperlukan?

• Kapan dan di mana kegiatan ini dilakukan?

• Bagaimana kegiatan ini dijalankan?

Suatu model seharusnya merefleksikan hubungan konseptual yang relevan

dari problem domain, yang harus jelas, dan harus mudah dan cepat untuk dapat

digunakan. Fondasi untuk perancangan komponen model adalah model object-

oriented dari analisa kegiatan. Model ini menggambarkan problem domain

dengan menggunakan classes, objects, structure, dan behavior-nya. Tugas utama

dalam perancangan komponen model adalah untuk merepresentasikan events

dengan menggunakan mekanisme yang ada dalam bahasa pemrograman object-

oriented (Mathiassen, Madsen, Nielsen, & Stage, 2000).

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

37

Proses pemodelan membutuhkan model alur kerja disertai dengan teknik

untuk meng-capture dan menggambarkan proses, dengan pemodelan alur kerja

berbasis aktifitas (di mana alur kerja terdiri dari bagian atau keseluruhan tugas-

tugas yang berurutan, yang bagian maupun keseluruhan operasi yang berurutan,

ataupun gambaran dari kegiatan manusia) (Glassey, 2008).

Teknik pemodelan yang paling cocok dengan fokus atau tujuan harus

dipilih (Giaglis, 2001).

2.3 Unified Modeling Language (UML)

Unified Modeling Language (UML) adalah bahasa yang menyediakan

notasi komprehensif untuk mengkomunikasikan kebutuhan, arsitektur,

pelaksanaan, penyebaran, dan status dari suatu sistem. Tujuan UML adalah untuk

memberikan gambaran lain dari orientasi obyek dan teknik diagram yang

memberikan gambaran cukup baik untuk model pengembangan proyek dari

analisa sistem maupun implementasi (Ang & Brahmawong, 2009).

UML mendefinisikan notasi standar untuk sistem berorientasi objek.

Dengan menggunakan UML akan meningkatkan komunikasi antara para ahli

domain, spesialis alur kerja, desainer perangkat lunak dan profesional lainnya

dengan latar belakang yang berbeda. UML dapat digunakan pada tingkat umum,

yang intuitif bagi para pengguna sistem alur kerja. Meskipun demikian, simbol

UML juga sudah tepat didefinisikan sebagai semantik, yang berarti bahwa

penjelasan alur kerja visual dapat digunakan sebagai spesifikasi perangkat lunak

(Hruby, nd).

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

38

UML adalah standar bahasa penggambaran grafis yang dapat digunakan

dalam proses pemodelan domain yang secara khusus dikembangkan untuk sistem

informasi. UML secara de facto yang secara khusus dikembangkan untuk sistem

informasi. UML secara de facto adalah standar untuk pemodelan yang memiliki

banyak software alat bantu (Glassey, 2008).

UML mempunyai tiga kategori utama yaitu struktur diagram, behaviour

diagram dan interaction diagram. Dimana masing-masing kategori tersebut

memiliki diagram yang menjelaskan arsitektur sistem dan saling terintegrasi

(Haviluddin, 2011).

Semantik untuk semua notasi UML dalam model structural dan model

behavioral (Michael, 2004). Model Structural (model statis) menekankan

struktur obyek dalam sebuah sistem, menyangkut kelas-kelas, interface, attribute

dan hubungan antar komponen. Model Behavioral (model dinamis) menekankan

perilaku obyek dalam sebuah sistem, termasuk metode, interaksi, kolaborasi dan

state history.

UML adalah notasi yang kaya dan rumit untuk menggambarkan sistem

perangkat lunak sehingga sulit untuk menjadi intuitif dan user-friendly. Namun,

UML memiliki dua keunggulan, yang membuatnya cocok untuk mewakili sistem

manajemen alur kerja. Pertama, UML adalah standar notasi yang berlaku umum

dalam komunitas perangkat lunak dan kedua, UML dapat digunakan pada tingkat

umum, di mana detail pelaksanaan ditekan (Hruby, nd).

UML memiliki beberapa diagram grafis untuk membuat suatu model yaitu

(Anggraini, Widiastuti, & Zega, 2008):

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

39

• Use-Case Diagram

Menjelaskan manfaat sistem jika dilihat menurut pandangan orang yang

berada di luar sistem (actor). Diagram ini menunjukkan fungsionalitas suatu

sistem atau kelas dan bagaimana sistem berinteraksi dengan dunia luar.

• Class Diagram

Membantu dalam visualisasi struktur kelas-kelas dari suatu sistem dan

merupakan tipe diagram yang paling banyak dipakai. Class diagram

memperlihatkan hubungan antar kelas dan penjelasan detail tiap-tiap kelas di

dalam perancangan model dari suatu sistem.

• Statechart Diagram

Digunakan untuk memodelkan perilaku dinamis satu kelas atau obyek.

Statechart diagram memperlihatkan urutan keadaan sesaat (state) yang

dilalui sebuah obyek, kejadian yang menyebabkan sebuah transisi dari satu

state atau aktivitas kepada yang lainnya dan aksi yang menyebabkan

perubahan state atau aktivitas.

• Activity Diagram

Memodelkan alur kerja sebuah proses bisnis dan urutan aktivitas dalam suatu

proses. Activity diagram dapat memodelkan alur kerja dari satu aktivitas ke

aktivitas lainnya atau dari satu aktivitas ke dalam keadaan sesaat (state). Juga

sangat berguna ketika ingin menggambarkan perilaku paralel atau

menjelaskan bagaimana perilaku dalam berbagai use-case berinteraksi.

• Sequence Diagram

Menjelaskan interaksi obyek yang disusun dalam suatu urutan waktu, secara

khusus berhubungan dengan use-case. Sequence diagram memperlihatkan

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

40

tahap demi tahap apa yang seharusnya teirjadi untuk menghasilkan sesuatu di

dalam use-case.

• Collaboration Diagram

Melihat pada interaksi dan hubungan terstruktur antar obyek, menekankan

pada hubungan (relationship) antar obyek. Collaboration diagram digunakan

sebagai alat untuk menggambarkan interaksi yang mengungkapkan keputusan

mengenai perilaku sistem.

• Component Diagram

Menggambarkan alokasi semua kelas dan obyek ke dalam komponen-

komponen dalam rancangan fisik sistem software. Diagram ini

memperlihatkan pengaturan dan kebergantungan antara komponen-

komponen software seperti source code, binary code dan komponen

tereksekusi.

Setiap model hanya memiliki satu diagram deployment. Diagram ini

memperlihatkan pemotretan software kepada hardware. Diagram ini

menggambarkan detail bagaimana komponen di-deploy dalam infrastruktur

sistem, di mana komponen akan terletak, bagaimana kemampuan jaringan pada

lokasi tersebut dan hal lain yang bersifat fisik.

Ada 4 diagram UML yang paling umum digunakan untuk membuat suatu

model yaitu (Kendall & Kendall, 2011):

• Use-Case Diagram, menggambarkan bagaimana system digunakan. Biasanya

analisa sistem dimulai dengan diagram ini.

• Activity Diagram, menggambarkan alur kegiatan.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

41

• Sequence Diagram, menggambarkan rangkaian kegiatan dan hubungan antar

class.

• Class Diagram, menggambarkan hubungan antar class.

Gambar 2.4 Hubungan antar UML Diagram (Sumber : Kendall&Kendall, 2011)

2.4 Sistem Informasi Rencana Kerja Anggaran

Sistem Informasi Rencana Kerja Anggaran merupakan sistem informasi

yang dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, mengolah, dan menyediakan

informasi anggaran dalam proses rencana kerja anggaran di ANRI. Data Anggaran

meliputi target program, kegiatan, output, volume, satuan, dan berbagai ketentuan

anggaran yang telah ditetapkan. Sistem ini dirancang secara terkomputerisasi

dengan tujuan untuk mengintegrasikan data dan informasi yang dibutuhkan

sehingga mempermudah bagian-bagian yang terkait dalam mengambil keputusan.

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

42

2.4.1 Model Sistem Informasi Rencana Kerja Anggaran

Kegiatan Pembangunan Model Sistem dengan menggunakan alat bantu

Unified Modeling Language (UML) yang menggunakan Class Diagram, Use

Case Diagram, Sequence Diagram, dan Activity Diagram. Kemudian dilanjutkan

dengan rancangan User Interface atau View Model.

2.4.2 Problem dari Penyusunan Rencana Kerja Anggaran di ANRI

Kegiatan Penyusunan Anggaran di organisasi pemerintahan merupakan

kegiatan periodik untuk merancang perancanaan anggaran di tahun yang akan

datang. Kegiatan Perencanaan Anggaran adalah kegiatan yang berkaitan erat

untuk kontrol/kendali penyusunan anggaran baik dari program, kegiatan, output,

volume, satuan maupun kesesuaian dengan goals (tujuan) unit kerja yang ingin

dicapai. Hal tersebutlah yang merupakan problem yang sering terjadi dalam

proses penyusunan di ANRI.

2.4.3 Desain Sistem Rencana Kerja Anggaran

Dalam penyusunan rencana kerja anggaran tidak hanya berguna sebagai

pendukung keputusan top management, tetapi juga sangat berguna untuk

memastikan kesesuaian dengan target dan ketentuan dalam usulan anggaran yang

telah disepakati. Desain sistem SIRKA juga dilengkapi dengan fitur-fitur yang

dapat mendukung bisnis proses dalam kegiatan penyusunan anggaran seperti

persetujuan elektronik, access control, forum, dan notifikasi otomatis.

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

43

2.4.3.1 Persetujuan (Approval) Elektronik

Persetujuan memegang salah satu peranan penting dalam jalannya suatu kegiatan.

Proses persetujuan yang cepat dan praktis dapat meningkatkan efisiensi dan

efektifitas suatu perusahaan/instansi. Namun, proses persetujuan yang dilakukan

dengan tanda tangan tradisional masih memiliki permasalahan dalam hal faktor

keamanan, biaya, serta distribusi dokumennya. Disamping masalah keamanan,

proses distribusi dokumen pada tanda tangan biasa cenderung lebih lambat

daripada dokumen elektronik dengan tanda tangan elektronik. Oleh karena itu,

tanda tangan elektronik dengan sistem electronic approval lebih tepat digunakan

dalam mengatasi permasalahan persetujuan yang cepat. Salah satu tanda tangan

elektronik yang dapat digunakan untuk electronic approval adalah digital

signature. (Lesmana, Nugroho, Anggrahito, & Jaya, 2008).

2.4.3.2 Access Control melalui Authentication, dan Authorization

Sebuah institusi yang besar terutama institusi yang tulang punggung

eksistensinya menggunakan teknologi informasi membutuhkan penanganan yang

baik agar sistem informasi yang ada dapat berjalan dengan optimal. Banyak faktor

yang mempengaruhi keoptimalan kinerja sistem informasi, salah satu yang

terpenting adalah keamanan sistem (Febyatmoko, Hidayat, & Andri, 2006).

Otentikasi seringkali diasumsikan identik dengan otorisasi, banyak

protokol keamanan dan peraturan yang berdasarkan asumsi ini. Akan tetapi,

penggunaan istilah autentikasi yang lebih tepat adalah pembuktian sebagai proses

pengecekan identitas seorang pengguna, sedangkan autorisasi adalah proses

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

44

pengecekan bahwa pengguna yang dikenal memiliki kekuasaan untuk melakukan

tindakan tertentu (Khosyi’in, 2012).

Khosyi’in (2012) menyatakan pula otentikasi adalah proses usaha

pembuktian identitas seorang pengguna sistem komunikasi pada proses login ke

dalam sebuah sistem. Pengguna yang telah terbukti identitasnya adalah pengguna

resmi pada sistem, orang yang memiliki otoritas atas sistem. Penggunaan sistem

otentikasi diharapkan dapat membentuk sebuah sistem khusus, yang hanya dapat

dipergunakan oleh orang-orang yang memiliki hak akses.

Sedangkan proses otorisasi digunakan untuk mengontrol akses yang

mensyaratkan bahwa sistem bisa mengidentifikasi dan membedakan antara setiap

pengguna. Kendali akses (access rules) atau otorisasi menspesifikasikan siapa

yang bisa melakukan akses terhadap sesuatu. Sebagai contoh, pengendalian akses

seringkali berbasis pada least privilege atau sedikit kewenangan, yang

menunjukkan bahwa setiap pengguna hanya diberi wewenang untuk mengakses

objek sistem sesuai jabatannya (Al-Safi, nd).

2.4.3.3 Forum

Forum merupakan salah satu tool yang memungkinkan untuk

meningkatkan interaksi pengguna. Tujuan utamanya adalah sebagai wadah untuk

diskusi secara online melalui media internet yang memungkinkan pengguna untuk

memulai suatu topik dan mendiskusikannya dengan yang lain. Secara umum

merupakan tempat bagi pengguna untuk posting topik (thread). Pengguna yang

lain dapat memberikan tanggapan terhadap topik tersebut atau membuat topik

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

45

baru sesuai keinginannya. Dengan adanya forum diharapkan dapat meningkatkan

komunikasi, pertukaran informasi dan kolaborasi (Buliali, Lili, & Zuber, 2008).

2.4.3.4 Autonomous Notification

Ketepatan waktu, respon yang cepat, dan penyebaran informasi yang

efisien memegang peranan penting dalam manajemen. Sebuah peringatan

(notifikasi) biasanya dibuat untuk mengingatkan akan mekanisme yang sedang

berjalan. Proses notifikasi secara manual membutuhkan waktu yang cukup lama

dalam prosesnya. Untuk itu dibuat notifikasi yang dapat secara otomatis di

generate oleh sistem dan dikirimkan kepada user yang memiliki akses terhadap

sistem. Hal tersebut sangat mendukung dalam komunikasi dan koordinasi melalui

media internet (Mahamud, Norwawi, Katuk, & Deris, 2008).

2.5 Technology Acceptance Model (TAM)

Model TAM diaplikasikan secara luas untuk mengetahui sikap pengguna

dalam bidang sistem informasi/teknologi informasi (Chen, Li, & Li, 2011). Model

TAM ini merupakan model yang paling banyak dipergunakan dalam penelitian

sistem informasi, karena menghasilkan validitas yang baik.

Gambar 2.5 . Model TAM Original (Sumber : Chen, Li, & Li, 2011)

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

46

Model ini menjelaskan faktor-faktor perilaku pengguna terhadap

penerimaan penggunaan teknologi. Terdapat beberapa variabel yang

mempengaruhi penerimaan teknologi oleh user, yaitu perceived ease of use,

perceived usefulness, attitude toward using, intention to use, dan actual usage.

Perceived ease of use dan perceived usefulness adalah sebagai prediktor terhadap

attitude toward using, intention to use, dan actual usage.

Pertanyaan-pertanyaan penelitian yang digunakan dalam kuesioner

mengadopsi pertanyaan-pertanyaan dari Model TAM. Dan karena penelitian ini

baru merupakan rancangan model, maka variabel yang digunakan adalah

perceived ease of use, perceived usefulness, attitude toward using, dan intention

to use, di mana dimensi-dimensi yang digunakan untuk mengukur masing-masing

variabel dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Variabel dan Indikator untuk Mengukur Penerimaan Pengguna terhadap Model Sistem

NO VARIABEL DIMENSI 1. Perceived Ease of Use

(PEoU) 1. Kemudahan untuk mengakses 2. Kemudahan untuk dipelajari atau

dipahami 3. Kemudahan untuk digunakan 4. Kemudahan untuk berinteraksi

2. Perceived Usefulness (PU) 1. Meningkatkan efektifitas 2. Menjawab kebutuhan informasi 3. Meningkatkan kinerja 4. Meningkatkan efisiensi

3. Attitude Toward Using (ATU)

1. Sikap penerimaan untuk menggunakan teknologi

2. Sikap penolakan untuk menggunakan teknologi

4. Intention to Use (ITU) 1. Motivasi tetap menggunakan 2. Memotivasi ke pengguna lain

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

47

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai perancangan sistem informasi telah banyak dilakukan

oleh peneliti baik dari Indonesia maupun di luar Indonesia. Masalah yang

dihadapi perusahaan saat ini adalah tidak baiknya sistem pengendalian internal,

dan tidak terdapatnya dokumen pendukung yang kuat atas transaksi yang terjadi.

Oleh karena itu diperlukan prosedur baru yang memenuhi kriteria pengendalian

internal yang baik pada perusahaan.

Dengan melakukan pengamatan proses bisnis dan pengumpulan data kerja

perusahaan, kemudian dilakukan pendekatan dengan analisis Object Oriented

Analysis and Design (OOAD) dapat dibuat perancangan suatu alur kerja

terkomputerisasi melalui proses perancangan komponen model, komponen fungsi,

dan database serta komponen user interface yang menghasilkan sistem baru.

Sistem baru yang diusulkan memberikan manfaat dalam meningkatkan kinerja

perusahaan serta memenuhi unsur sistem pengendalian internal yang baik pada

perusahaan sehingga berbagai kesalahan dan masalah sebelumnya dapat diatasi

(Heripracoyo, 2009).

Begitu juga penelitian lain yang dilakukan oleh (Sundjaja, Tundjung, &

Puspita, 2011) yang berkaitan dengan pengendalian internal dalam bidang

penganggaran, dengan metode perancangan berorientasi objek menggunakan

notasi UML. Dengan disusunnya perancangan Sistem Informasi Budgeting dapat

memenuhi tujuan perencanaan, pengawasan, serta sebagai tolok ukur kinerja

melalui laporan kinerja, yang akan membandingkan anggaran dengan kegiatan

aktual. Sistem Informasi Anggaran dimaksudkan untuk bisa digunakan dalam

mengelola data anggaran rutin perkantoran dengan cepat dan akurat, karena pada

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

48

dasarnya anggaran merupakan salah satu penggerak bagi jalannya kegiatan

perkantoran (Nugraheni, 2003).

Perancangan arsitektur sistem dengan memahami bisnis proses perusahaan

dimaksudkan untuk membangun sistem yang efektif. Peneliti secara hati-hati

melakukan tinjauan terhadap lingkungan/objek secara berkala dan mengamati

bisnis proses yang dilakukan. Observasi dan wawancara dilakukan secara personal

dengan key person dari masing-masing unit. Selain itu juga dibutuhkan dokumen-

dokumen sebagai bahan analisa dan merancang sistem informasi dengan

mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari bisnis proses yang ada (Li, Huang,

& Lin, 2007).

(Hruby, nd) menggambarkan pemetaan antara konsep alur kerja yang khas

dengan konsep UML dan menyarankan struktur desain dapat menelusuri

informasi antara definisi proses bisnis dan desain perangkat lunak berorientasi

objek. Struktur ini mengasumsikan bahwa proses bisnis dapat dianggap sebagai

kolaborasi antara obyek bisnis, peran tim dan kasus contoh lain dalam sistem

bisnis. Struktur ini didasarkan pada empat pola desain yang saling terkait yang

mewakili hubungan classifier, interaksi, tanggung jawab dan siklus hidup.

Pemodelan dengan UML dapat menghasilkan gambaran yang jelas dan

memberikan kemudahan dalam menganalisis dan mendesain sistem (Sumarta,

Siswoyo, & Juhana, nd).

Tujuan utama dari membuat Sistem Informasi Budgeting (Tesic, 2011)

adalah untuk memberikan dukungan terhadap kualitas informasi yang dibutuhkan

manjemen dalam membuat keputusan, dan memungkinkan untuk mengefektifkan

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

49

proses kunci dari penganggaran yang sesuai dengan kebutuhan manajemen dari

semua level.

Dengan sistem yang terkomputerisasi menghasilkan sistem informasi yang

dirancang untuk meminimalkan pengolahan data oleh karyawan sehingga

mengurangi human error, dan mengurangi waktu pemrosesan. Dengan

menggunakan database akan mengurangi redundansi karena meningkatkan

integritas/kualitas data/informasi dan menghasilkan laporan untuk mendukung

pengambilan keputusan dengan mempersingkat waktu, memberikan layanan

terhadap user dengan lebih baik, dengan informasi yang selalu up to date (Ang &

Brahmawong, 2009).

Untuk mengurangi kemungkinan kesalahan manusia, data harus

dimasukkan pada titik transaksi. Thramboulidis (2004) dalam penelitiannya

menggunakan notasi UML untuk menghasilkan model dari sistem kontrol. Profil

UML untuk penjadwalan, kinerja, dan waktu digunakan untuk mengembangkan

proses dan menganalisa penjadwalan dalam sistem yang dapat dipergunakan

dalam proses pengambilan keputusan.

Penerapan sistem otentikasi dan otorisasi koneksi user memberikan level

keamanan yang lebih baik. User yang dapat menggunakan layanan harus terdaftar

dalam sistem sehingga tidak semua orang dapat menggunakan layanan pada

sistem. Dengan adanya mekanisme pelaporan detail yang dilakukan user,

memudahkan administrator dalam memonitor pengguna layanan (Febyatmoko,

Hidayat, & Andri, 2006).

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

50

Tabel 2.2 memperlihatkan penelitian yang memiliki signifikansi untuk

menjadi masukan dalam membuat usulan model dan mengevaluasi penerimaan

user terhadap sistem informasi anggaran dalam penelitian ini.

Tabel 2.2 Matriks Signifikansi Penelitian PENELITIAN PENULIS KONSEP

PENELITIAN METODE

Object Oriented System Analyze and Design of Revenue Information System using UML

Ang & Brahmawong, (2009)

pengamatan proses bisnis dan melihat bagaimana sistem berinteraksi dengan lingkungannya

pendekatan Object Oriented dengan notasi Unified Modeling Language (UML)

Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Pembelian dan Persediaan pada PT. Oliser Indonesia

Heripracoyo, (2009)

pengamatan proses bisnis dan pengumpulan data perusahaan dan mengusulkan solusi untuk mengatasi permasalahan

Object Oriented Analysis (OOA), Object Oriented Design (OOD)

Developing a Continuous Auditing Assistance System Based on Information Process Models

Li, Huang, & Lin, (2007)

identifikasi proses bisnis dan aliran data/struktur data sistem informasi

Use Case Diagram, Data Flow Diagram, dan Entity Relationship Diagram

Sistem Informasi Budgeting untuk Perguruan Tinggi

Sundjaja, Tundjung, & Puspita (2011)

analisis dengan studi kepustakaan dan studi lapangan

metode perancangan berbasis OOAD (Object Oriented Analysis and Design)

The TAM Models Application in Technology Transition

Amirkhani, Salehahmadi, Kheiri, & Hajialiasgari, (2011).

berbagai variabel dapat dikorelasikan untuk mengkaji teknologi baru

meninjau variabel TAM dan variabel yang mengadopsi dari berbagai teori lain untuk mengkaji internal aplikasi di Iran

The Role of Technology Acceptance Model In Explaining Effect on E-Commerce Application Systems

Johar & Awalluddin, (2011)

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan berkontribusi terhadap niat pelanggan untuk menggunakan sistem e-commerce

faktor-faktor utama yang digunakan sebagai variabel mengadaptasi dari Model TAM

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0038 2.pdfjuga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan

51

Pengukuran kesuksesan dari Model Sistem Informasi perlu dilakukan

untuk menjelaskan bagaimana user dapat dengan dengan segera menerima sistem

baru. Salah satu pengukuran menggunakan Technology Acceptance Model (TAM)

yang diperkenalkan oleh Davis (1989). “Acceptance” atau penerimaan tidaklah

setara dengan kesuksesan, meskipun penerimaan adalah salah satu syarat yang

diperlukan dalam kesuksesan suatu Sistem Informasi (Petter, DeLone, & McLean,

2008).