2.1 pemilihan umum (pemilu) -...

31
BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang konsep teori yang menjadi referensi atau alat bantu dalam pemecahan masalah, antara lain berisi teori pemilihan umum, konsep e-Government, pengertian e-voting, teori UTAUT, teori HOT dan two factor authentication (2FA). 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu media demokrasi yang digunakan untuk mewujudkan partisipasi rakyat. Pemilu dianggap penting dalam proses dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, Pemilihan umum sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari suatu negara demokrasi, jika kita melihat hampir seluruh negara demokrasi melaksanakan pemilihan umum. Dalam negara hukum yang demokratis, kegiatan memilih orang atau sekelompok orang menjadi pemimpin idealnya dilakukan melalui pemilu dengan berasaskan prinsip pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (LUBERDIL). Namun meskipun prinsip tersebut terus dijadikan pedoman dan asas demokrasi, namun bukan berarti pemilu tidak bebas dari perselisihan-perselisihan lainnya. Indonesia menjadikan pemilu sebagai bagian yang sangat penting dalam kegiatan bernegara, peraturan tertinggi mengenai pemilu diatur dalam Undang- Undang Dasar (UUD) 1945 hasil amandemen. Pemilu secara tegas diatur pada UUD 9

Upload: truongbao

Post on 08-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

9

9  

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang konsep teori yang menjadi referensi atau alat bantu dalam

pemecahan masalah, antara lain berisi teori pemilihan umum, konsep

e-Government, pengertian e-voting, teori UTAUT, teori HOT dan two factor

authentication (2FA).

2.1 Pemilihan Umum (Pemilu)

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu media demokrasi yang

digunakan untuk mewujudkan partisipasi rakyat. Pemilu dianggap penting dalam

proses dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, Pemilihan umum sudah

menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari suatu negara demokrasi, jika kita melihat

hampir seluruh negara demokrasi melaksanakan pemilihan umum.

Dalam negara hukum yang demokratis, kegiatan memilih orang atau

sekelompok orang menjadi pemimpin idealnya dilakukan melalui pemilu dengan

berasaskan prinsip pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil

(LUBERDIL). Namun meskipun prinsip tersebut terus dijadikan pedoman dan asas

demokrasi, namun bukan berarti pemilu tidak bebas dari perselisihan-perselisihan

lainnya.

Indonesia menjadikan pemilu sebagai bagian yang sangat penting dalam

kegiatan bernegara, peraturan tertinggi mengenai pemilu diatur dalam Undang-

Undang Dasar (UUD) 1945 hasil amandemen. Pemilu secara tegas diatur pada UUD

9

Page 2: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

10

10  

1945 perubahan III, Bab VIIB tentang Pemilihan Umum, pasal 22E. Berikut ini

adalah isi pasal tersebut.

1. Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,

dan adil setiap lima tahun sekali.

2. Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

3. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat

dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.

4. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah

adalah perseorangan.

5. Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang

bersifat nasional, tetap, dan mandiri.

6. Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-

undang.

Pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dinyatakan pemilihan umum secara langsung oleh rakyat

merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan

negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pelaksanaan Pemilu diselenggarakan dalam beberapa tahapan sebagai berikut.

1. Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih.

Page 3: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

11

11  

2. Pendaftaran peserta Pemilu.

3. Penetapan peserta Pemilu.

4. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan.

5. Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.

6. Masa kampanye.

7. Masa tenang.

8. Pemungutan dan penghitungan suara.

9. Penetapan hasil Pemilu.

10. Pengucapan sumpah / janji anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota.

Pelaksanaan seluruh proses pemilihan umum (Pemilu) di Indonesia

melibatkan beberapa pihak yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

Gambar 1 menunjukkan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan pemilihan

umum sesuai dengan Undang-Undang No 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara

Pemilihan Umum.

Berikut ini adalah penjelasan setiap bagian Pihak yang terkait Pemilu.

1. Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan lembaga penyelenggara Pemilu

yang sifatnya nasional, tetap, dan mandiri.

2. KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota merupakan penyelenggara Pemilu

ditingkat Provinsi dan Kabupaten/ Kota.

Page 4: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

12

12  

3. Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) merupakan panitia yang dibentuk oleh

KPU Kabupaten/Kota, bertugas untuk menyelenggarakan Pemilu pada tingkat

Kecamatan.

4. Panitia Pemungutan Suara (PPS) merupakan panitia yang dibentuk oleh KPU

Kabupaten/Kota, bertugas untuk menyelenggarakan Pemilu di tingkat Desa/

Kelurahan.

5. Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) merupakan panitia yang dibentuk oleh

KPU untuk menyelenggarakan seluruh proses Pemilu di luar negeri.

6. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) adalah kelompok yang

dibentuk oleh PPS untuk menyelenggarakan pemungutan suara di tempat

pemungutan suara.

7. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN)

merupakan kelompok yang dibentuk oleh PPLN untuk menyelenggarakan

pemungutan suara di tempat pemungutan suara di luar negeri.

8. Badan Pengawas Pemilu (Banwaslu) merupakan badan yang bertugas

mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh Indonesia.

9. Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota

merupakan panitia yang dibentuk oleh Banwaslu dan bertugas untuk

mengawasi penyelenggaran Pemilu di tingkat Provinsi dan Kabupaten/ Kota.

10. Panwaslu Kecamatan merupakan panitia yang dibentuk oleh Panwaslu

Kabupaten/Kota untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di tingkat

Kecamatan.

Page 5: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

13

13  

11. Pengawas Pemilu Lapangan merupakan petugas yang dibentuk oleh Panwaslu

Kecamatan, bertugas untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di Desa/

Kelurahan.

12. Pemilih adalah warga negara Indonesia yang telah berusia sekurang-

kurangnya 17 tahun atau telah/ sudah pernah menikah dan tidak sedang

dicabut hak pilihnya.

13. Peserta Pemilu difungsikan dalam beberapa waktu, diantaranya.

a. Pada pemilihan anggota DPR, DPRD tingkat 1, dan DPRD tingkat 2

peserta Pemilu adalah partai politik.

b. Pada Pemilu anggota DPD, peserta Pemilu adalah perorangan.

c. Pada pemilihan presiden / wakil presiden, peserta Pemilu adalah wakil

partai politik.

d. Sedangkan pada pemilihan kepala daerah / wakil kepala daerah,

peserta Pemilu adalah wakil partai politik atau perorangan.

Page 6: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

14

14  

 

GAMBAR 1. Pihak yang Terkait Langsung Pemilihan Umum

 

 

2.2 Tingkat Partisipasi Pemilu

KPU merilis daftar partisipasi masyakat berdasarkan Provinsi dalam Pemilu

Legislatif dalam Pemilihan Umum Presiden 2009. Data tersebut memperlihatkan peta

persebaran angka DPT (daftar pemilih tetap), angka golput, surat sah dan surat tidak

sah. Data detail dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 7: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

15

15  

TABEL 1. Daftar Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Legislatif 2009

 

Data diatas menunjukan bahwa tingkat golput tertinggi berada di Provinsi DKI

Jakarta, tercatat dari daftar DPT sebanyak 8.502 juta pemilih yang menggunakan hak

suaranya hanya 4.327 juta pemilih, sedangkan sisa angka golput sebesar 4.175 juta

pemilih. Sedangkan Provinsi Banten berada diurutan kedua dalam hal golput dengan

angka golput sebesar 1.865 juta pemilih dari daftar DPT sebesar 6.581 juta pemilih.

Page 8: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

16

16  

2.3 E-Government

E-government adalah pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

(TIK/ICT) guna pelaksanaan pemerintahan yang efisien dan murah, dengan

meningkatkan pelayanan masyarakat dengan cara menyediakan sarana publik

sehingga masyarakat mudah mendapatkan informasi, dan menciptakan pemerintahan

(Caldow, disertasi Indrajit, 2006).

Definisi lain dari referensi world bank:

E-government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah

(seperti : Wide Area Network, Internet dan mobile computing) yang memungkinkan

pemerintah untuk mentransformasikan hubungan dengan masyarakat, dunia bisnis

dan pihak yang berkepentingan, dalam prakteknya, e-Government adalah penggunaan

internet untuk melaksanakan urusan pemerintah dan penyediaan pelayanan publik

yang lebih baik dan cara yang berorientasi pada pelayanan masyarakat

(www.worldbank.org, disertasi Indrajit, 2006). Pada intinya e-Government adalah

penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara

Pemerintah dan pihak-pihak lain. Penggunaan teknologi informasi ini kemudian

menghasilkan hubungan bentuk baru seperti: G2C (Government to Citizen), G2B

(Government to Business Enterprises), dan G2G (inter-agency relationship).

Page 9: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

17

17  

TABEL 2. Palvia and Sharma Framework for e-Government vs e-Governance

2.3.1 Model E-Government  

Banyak lembaga pemerintah telah memanfaatkan revolusi dijital dan

menyediakan berbagai layanan pemerintah dan layanan informasi publik secara

online untuk para stakeholder e-government. Stakeholder tersebut meiliputi:

• Masyarakat

• Kalangan bisnis

• Pegawai pemerintahan

• Lembaga, departemen, dan kementerian pemerintah

• Pemimpin perserikatan

• Pemimpin masyarakat, organisasi nirlaba

• Politikus

• Investor asing

• dan lain-lain

Page 10: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

18

18  

2.4 Electronic Voting (E-Voting)

Definisi e-voting memiliki beberapa versi namun yang lebih kita lihat cermati

adalah tujuannya yaitu lebih mengacu kepada proses pemanfaatan perangkat

elektronik untuk lebih memudahkan dan melancarkan proses dan mengotomatisasi

segala kemungkinan campur tangan individu dalam tiap prosesnya (Smith dan Clark,

2005). Salah satu definisi e-voting diantaranya, e-voting adalah suatu sistem

pemilihan dimana data dicatat, disimpan, dan diproses dalam bentuk informasi digital

(VoteHere Inc, April 2002). Centinkaya dan Centinkaya menambahkan definisi

e-voting bahwa e-voting refers to the use of computers or computerised voting

equipment to cast ballots in an election (Centinkaya & Cetinkaya, 2007).  Electronic

Voting (E-Voting) merupakan bagian dari e-government dengan jenis hubungan G2C

(Government to Citizen), perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi (IPTEK)

sudah selayaknya dapat dimanfaatkan guna memajukan dan memudahkan aktivitas

proses kebutuhan manusia baik yang sifatnya personal maupun interpersonal.

E-voting telah digunakan oleh banyak negara seperti Amerika Serikat, Australia,

Austria, Belanda, Belgia, Brazil, Estonia, Inggris, Irlandia, Jerman, Kanada,

Norwegia, Perancis, Philipina, Portugal, Spanyol dan Swiss.

Riera dan Brown (2003) serta de Vuyst, B dan Fairchild, A (2005)

menjelaskan berbagai manfaat yang dapat diperoleh dalam penggunaan e-voting,

diantaranya :

1. Mempercepat proses perhitungan suara.

2. Hasil perhitungan yang lebih akurat.

Page 11: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

19

19  

3. Menghemat biaya pencetakan khususnya kertas suara.

4. Menghemat biaya distribusi kertas suara.

5. Akses yang lebih baik bagi kaum yang mempunyai keterbatasan fisik

(cacat).

6. Akses yang lebih baik dari sisi waktu untuk datang ke tempat pemilihan

suara (TPS).

7. Kertas suara dapat dibuat berbagai versi bahasa, bisa bahasa international

maupun bahasa daerah setempat.

8. Akses infromasi yang lebih banyak berkenaan dengan pilihan suara.

9. Dapat mengendalikan pihak yang tidak berhak untuk memilih misalnya

dari sisi umur yang telah diatur sebelumnya.

Selain manfaat yang disebutkan diatas, berikutnya adalah bagaimana metode

E-voting berbasis online dapat dilaksanakan (Gritzalis, 2002).

1. Sistem pemindaian optik. Kertas suara khusus yang dapat discan sehingga

hasilnya dapat direkam dan dihitung secara elektronik. Metode ini mahal

dan rawan terjadi kesalahan perhitungan, biasanya sistem ini disebut

e-counting.

2. Sistem Direct Recording Electronic (DRE). Metode TPS elektronik,

fungsinya menggantikan pemilihan konvensional dimana perangkat kertas

diganti oleh perangkat elektronik berupa monitor touch screen atau panel

suara elektronik. Hasil suara disimpan dalam memori, dan dapat

disampaikan baik online maupun offline.

Page 12: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

20

20  

3. Remote Voting System (RVS/REVS). Pemilih dapat memberikan suara

dimanapun mereka berada secara online melalui komputer/notebook yang

terhubung dengan jaringan dimana pemungutan suara di TPS dan langsung

terekam secara terpusat. Metode ini biasanya membutuhkan jaringan

komunikasi data yang berpita lebar dan tingkat keamanan yang handal.

Cranor (2000) mengidentifikasi kriteria desain utama sebuah Electronic

Voting System (EVS), yaitu accuracy democracy, privacy, verifiability, convenience,

flexibility, dan mobility. Kriteria desain utama Cranor (2000) sejatinya terkait dengan

teori UTAUT, seperti accuracy mengacu kepada hasil suara yang akurat sesuai

dengan performance expectancy. Convenience (kenyamanan) mengacu kepada

peralatan minimum yang sesuai dengan effort expectancy dan facility condition.

Kriteria lain yang sesuai desain khusus Cranor yang dijadikan dasar dari setiap

pemilu adalah democracy (demokrasi), privacy (privasi) dan verifiability (kepastian).

Democracy mengacu kepada satu orang hanya berhak memilih satu kali, privacy

mengacu kepada kerahasiaan suara seseorang, dan verifiability kepastian hasil dalam

perhitungan akhir. Dalam pemungutan suara dengan lingkup kecil dapat dibantu

dengan teknologi seperti password atau smartcard.

 

 

 

 

Page 13: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

21

21  

2.4.1 Penerapan E-Voting di Luar Negeri  

Penerapan e-voting secara luas telah digunakan sebagai bagian dari demokrasi

khususnya di negara-negara eropa (Harun Husein, 2011).

A. Australia

Penggunaan e-voting untuk demokrasi dimulai pada bulan oktober 2001, e-

voting telah digunakan pertama kali dalam pemilihan anggota parlemen Australia.

Pemilu tersebut diiikuti oleh 16.559 pemilih yang menggunakan hak pilihnya secara

elektronik di empat tempat pemungutan suara (TPS). Kemudian Pemerintah Negara

Bagian Victoria memperkenalkan e-voting sebagai uji coba pada tahun 2006. Pada

tahun 2007 para personil angkatan bersenjata Australia yang ditempatkan di Irak,

Afghanistan, Timor Leste, dan Kepulauan Solomon telah diberi kesempatan untuk

menggunakan hak pilihnya melalui jaringan khusus departemen pertahanan sebagai

bagian dari proyek kerjasama antara departemen pertahanan dengan komisi pemilu

Australia. Setelah mereka menggunakan hak pilih kemudian datanya dienskripsi dan

dikirimkan melalui Citrix server ke database. Sebanyak 2.012 personil terdaftar

sebagai pemilih dan dari jumlah tersebut 1.511 orang berhasil menggunakan hak

pilihnya.

B. Estonia

E-voting di Estonia telah dimulai pada bulan Oktober 2005 pada pemilu lokal.

Estonia menjadi negara pertama yang menyelenggarakan pemilu melalui Internet dan

telah dinyatakan berhasil oleh pejabat pemilu Estonia. Sebanyak 9.317 orang telah

Page 14: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

22

22  

menggunakan hak pilihnya secara online. Pada tahun 2007 Estonia dinobatkan

sebagai negara yang menyelenggarakan e-voting melalui Internet secara nasional.

Pemilu telah dilaksanakan selama dua hari pada 26-28 Februari dan telah berhasil

menjaring 30.275 orang yang menggunakan hak pilih melalui Internet. Tahun 2009

pada pemilu lokal kotapraja telah berhasil memfasilitasi 104.415 orang yang

menggunakan hak pilih melalui Internet. Presentase menunjukan bahwa 9,5% dari

total pemilih telah menggunakan hak pilihnya melalui Internet, tahun 2011 pada

pemilihan anggota parlemen pada tanggal 24 Februari sampai dengan 2 Maret

sebanyak 2.140.846 orang telah memilih secara online, 95% pemilih menggunakan

hak pilih di dalam negeri dan sisanya memilih dari luar negeri yang tersebar di 106

negara.

C. Perancis

Januari 2007 Partai Union for a Popular Movement (UMP) menyelenggarakan

pemilihan presiden dengan menggunakan remote e-voting dan juga melalui 750 TPS

yang menyediakan layar sentuh. Pemilihan telah diikuti 230.000 suara yang mewakili

hampir 70% dari daftar pemilih. Pemilu di Perancis diselenggarakan secara online

melalui Internet untuk pertama kali pada tahun 2003 ketika warga negara Perancis

yang berdomisili di Amerika Serikat memilih wakil mereka yang akan duduk dalam

Majelis Warga Perancis di luar negeri. Lebih dari 60% pemilih menggunakan haknya

melalui Internet dan bukan menggunakan pemilihan berbasis kertas.

Page 15: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

23

23  

D. India

India merupakan satu-satunya negara yang menggunakan e-voting dalam skala

besar, India merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar kedua di

dunia, atas dasar itu pelaksanaan e-voting di India harus menjadi perhatian bagi

Indonesia, perbedaan ekonomi antara Indonesia dan India tidak terlampau jauh karena

sama-sama dikategorikan negara berkembang. E-voting di india telah diperkenalkan

pertama kali pada tahun 1982 dan digunakan pada waktu uji coba untuk pemilihan

Majelis Bort Parur di Negara Bagian Kerala. Namun demikian Mahkamah Agung

India membatalkan hasil pemilu tersebut karena tidak sesuai dengan hukum yang

berlaku di sana. Atas dasar ini kemudian dilakukan amandemen terhadap Undang-

undang Perwakilan Rakyat untuk mengesahkan pemilu yang diselenggarakan melalui

Electronic Voting Machine (EVMs). Pada tahun 2003 semua pemilu di negara bagian

telah menggunakan EVMs. Alat ini juga telah digunakan pada pemilu nasional untuk

memilih anggota parlemen India pada tahun 2004 dan 2009. Menurut data statistik

yang bersumber dari media massa utama di India, lebih dari 400 juta pemilih (60%

dari pemilih yang terdaftar) telah menggunakan hak mereka melalui EVMs pada

pemilu tahun 2009.

Keberhasilan penerapan e-voting di India bukan semata-mata karena soal

teknologi, tapi juga karena sistem pemilunya yang sederhana. India menggunakan

system first past the post atau sistem distrik yang merupakan varian paling sederhana

dan mudah dalam keluarga sistem mayoritas/pluralitas. Yaitu, hanya ada satu

kandidat dari setiap partai di surat suara (single member distric). Jika yang diterapkan

adalah sistem proporsional terbuka seperti Indonesia, di mana setiap partai

Page 16: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

24

24  

mengirimkan 120% caleg dari total kursi yang diperebutkan di sebuah daerah

pemilihan (distrik), problemnya tentulah tak sederhana. Panel elektronik atau layar

sentuhnya harus dibuat luar biasa besar.

E. Filipina

Pada bulan Mei 2010 Pemerintah Filipina telah merencanakan untuk

menyelenggarakan pemilu secara eletronik untuk pertama kali dengan menggunakan

optical scan voting system. Pemerintah telah mengeluarkan dana sebesar $160 juta

untuk pembiayaan sistem baru. Dana ini termasuk untuk pengadaan EVMs, printer,

server, genset, memory card, baterai, dan peralatan transmisi satelit dan broadband.

Penerapan e-voting secara nasional dimaksudkan untuk meningkatkan akurasi dan

kecepatan dalam penghitungan suara. Juga diharapkan dapat mengurangi kecurangan

dan korupsi sebagaimana ditemukan pada pemilu-pemilu di Filipina yang telah

diadakan sebelumnya. Pada tanggal 3 Mei 2010, Filipina telah melakukan pre-test

terhadap sistem e-voting. Komisi Pemilu (Comelec) telah menemukan 76.000 dari

total 82.000 mesin scan optik terdapat kegagalan dalam kartu memori. Mesin telah

salah menghitung dan memberikan suara kepada kandidat lawan. Setelah dilakukan

penyesuaian antara penghitungan manual dan elektronik, kartu memori kemudian

diganti untuk seluruh wilayah. Akhirnya banyak pemilih yang skeptis terhadap

penerapan e-voting setelah kejadian tersebut. Tanggal 10 Mei 2010 rakyat Filipina

telah memilih presiden menggunakan e-voting untuk kali pertama. KPU Filipina

melaporkan bahwa hanya 400 dari 82.000 mesin e-voting yang tidak berfungsi.

Page 17: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

25

25  

Kebanyakan pemilih mengeluhkan panjangnya antrian dan butuh waktu lama untuk

mempelajari teknologi baru.

F. Amerika Serikat

Menurut data Aceproject, di Amerika penggunaan e-voting baru mencakup

sepertiga jumlah pemilih. Pada pemilihan presiden tahun 2004, muncul kegagalan di

sejumlah tempat pemungutan suara, pemilih tidak bisa memverifikasi apakah mesin

e-voting benar-benar mencatat suara seperti yang mereka maksudkan, disisi lain

petugas pemilu pun tidak mungkin melakukan penghitungan ulang. Maka munculah

kekhawatiran terhadap keamanan penggunaan mesin e-voting. Muncul pula

perdebatan serius soal bagaimana menjamin integritas hasil pemilihan presiden yang

digelar saat itu, pada 2004 pemilu presiden diikuti George W Bush dari Republik, dan

John Kerry dari Demokrat. Efek dari persmasalahan tersebut, muncul gagasan untuk

melengkapi mesin e-voting dengan teknologi tambahan yang memungkinkan suara

yang telah masuk dapat diverifikasi, bentuknya berupa struk yang keluar dari mesin e-

voting sebagai bukti dalam pemilu. Teknologi ini kemudian biasa dikenal dengan

sebutan (voter verifiable paper audit trail, VVPAT), saat itu sebanyak tujuh negara

bagian langsung mengajukan undang-undang mengadopsi VVPAT, dan 14 negara

bagian lain mengajukan legislasi yang sama. Anggota House of Representatives (DPR

federal) pun akhirnya mempertimbangkan untuk mereformasi e-voting dengan

menambahkan VVPAT.

Meski demikian persoalan e-voting di Amerika tidak terbatas pada persoalan

mesinnya. Laporan Electronic Frontier Foundation (EFF) menyebutkan persoalan

Page 18: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

26

26  

lain yang muncul adalah masalah SDM yang tidak terlatih. Selain itu, lembaga ini,

dalam situsnya, eff.org, menyatakan teknisi dari vendor mesin e-voting pun masih

memiliki akses tak terawasi terhadap peralatan e-voting, staf KPU lokal pun kerap

menolak apabila data akan di audit. Masalah juga terjadi pada teknologi internet

voting (remote e-voting), teknologi ini digunakan 100 ribu orang Amerika yang

berada di luar negeri (ekspatriat). Tapi, teknologi yang disebut sebagai Secure

Electronic Registration and Voting Experiment (SERVE), itu, dihentikan pada tahun

2004, setelah petugas dari Departemen Pertahanan AS menemukan bahwa sistem itu

tidak cukup aman untuk mentransfer suara pemilih.

Penasihat Pemilu Senior International Foundation for Electoral System

(IFES), Peter Erben, menyebut Amerika gagal dalam menerapkan program e-voting,

mengikuti negara-negara gagal lainnya seperti Jerman, Belanda, dan Irlandia.

2.4.2 Metode Remote Electronic Voting System (REVS)

REVS merupakan metode pemilihan yang seluruhnya dilakukan secara

otomatis dengan menggunakan komputer dan teknologi telekomunikasi untuk akses

jarak jauh (nirkabel). REVS adalah sebagai salah satu bagian Electronic Voting

System (EVS), REVS umumnya menghilangkan verifikasi pendaftaran secara manual,

memfasilitasi pemantauan suara dan menghitung suara, dan memberikan hasil yang

akurat dan up to date. REVS mengatasi beberapa keterbatasan dari teknologi pemilu

yang berlaku secara konvensional, namun tidak mengherankan munculnya teknologi

REVS dalam pemilihan umum seringkali memunculkan isu-isu baru.

Page 19: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

27

27  

2.5 Keamanan E-Voting

Keamanan sebuah sistem informasi merupakan sebuah nilai keharusan yang

selalu terus diperhatikan dan ditingkatkan, ancaman-ancaman untuk menggagalkan

proses pemilu tidak akan pernah berhenti karena sifat dari pemilu itu sendiri yang

memegang banyak kepentingan berbagai oknum baik pemerintah maupun para

kandidat. Ancaman yang muncul dalam tekologi e-voting dilakukan melalui beberapa

cara seperti dengan menggunakan skenario Denial of Services (DoS) (Hapsara, 2011).

Sebuah serangan dengan mekanisme DoS akan terdisitribusi ke ribuan mesin dan

dikoordinasikan untuk dapat menyerang sebuah target primer secara simultan dan

dapat digunakan untuk melumpuhkan sebuah sistem yang dianggap hebat sekalipun.

Skenario ini merupakan salah satu perhatian yang layak diperhitungkan, biasanya

masalah ini timbul dikalangan bisnis virtual baik e-banking maupun e-commerce

yang menyedot banyak kalangan untuk memperhatikan masalah tersebut, selayaknya

skenario ini pula ditujukan bagi sebuah sistem e-voting (Hapsara, 2011) untuk

menentukan layak tidaknya sebuat sistem diadopsi.

Selain skenario melalui serangan DoS terdapat skenario lain yang dapat

dijalankan seperti dengan memanfaatkan Trojan. Dalam dunia komputer, istilah

Trojan biasanya berupa program yang diaktifkan dalam sistem komputer tanpa

sepengetahuan pemilik, dan secara langsung dapat memberikan akses kepada pihak

luar untuk menggunakan sistem tersebut (PJKevin, 2002). Trojan mampu melakukan

manuver yang lebih merusak seperti mencuri password, mengubah data, menjalankan

program tertentu, dan lain-lain. Beberapa skenario penggunaan Trojan terdiri dari 4

Page 20: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

28

28  

skenario yang digunakan (Weldemariam, Kemmerer & Villafiorita, 2008) untuk

mengekspos sistem e-voting buatan ES&S. ES&S merupakan salah satu pabrikan

pembuat mesin e-voting yang popular, ES&S menggunakan fungsi verifikasi VVPAT

(Voter-Verified Paper Audit Trail) suara yang diberikan melalui sistem, akan tercetak

dalam bentuk kertas suara. Mekanisme ini memberikan kepastian pemilih bahwa data

pemilihannya telah tersimpan ke dalam sistem.

1. Changing the vote for an inattentive voter. Seringkali pemilih tidak menyadari

pentingnya fungsi verifikasi. Pemilih dengan karakteristik demikian biasanya

melakukan proses pemberian suara secara normal dan setelah selesai tidak

memeriksa apakah suara yang ia berikan telah terekam dengan baik dalam sistem.

Trojan biasanya disimpan dalam sistem dan diaktivasi untuk: (1) memotong

proses penyimpanan suara sesaat sebelum review suara ditampilkan dalam

electronic ballot; (2) mengubah nilai suara yang telah diberikan menjadi nilai

untuk kandidat lain. Skenario ini mengandalkan kecenderungan inattentive voters

mengabaikan nilai suara akhir yang ditampilkan dalam electronic ballot, dan

ketidaksesuaian suara pemilih dengan kertas rekaman suara tercetak. Skenario ini

akan gagal jika pemilih menyadari ketidaksesuaian tersebut dan memutuskan

untuk melakukan pemberian suara ulang. Jika hal ini terjadi, Trojan akan

mendeteksi identitas pemilih dan menghentikan proses pengubahan nilai suara

untuk sementara. Jika sebaliknya, maka nilai suara yang akan direkam adalah nilai

yang telah diubah oleh Trojan. Yang demikian akan sulit untuk dideteksi apabila

telah sampai pada proses perhitungan suara hingga akan sangat merugikan

sebagian kandidat. Pencegahan dari teknik Trojan ini adalah kewaspadaan dan

Page 21: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

29

29  

ketelitian pemilihakan apa yang telah dihasilkan oleh kertas suara (struk

rekap/email rekap) jika dirasa apa yang dipilih bukan cerminan sesungguhnya

maka hendaknya melaporkan kepada panitia yang bersangkutan.

2. Changing the vote for a careful voter. Dalam skenario ini, pemilih diasumsikan

melakukan proses pemberian suara normal dan mereka cukup berhati-hati dengan

juga memperhatikan review yang ditampilkan dalam electronic ballot. Kelemahan

yang diserang disini adalah kekurangmengertian pemilih tentang informasi yang

disampaikan dalam kertas rekaman suara tercetak. Untuk itu, pengubahan nilai

suara tidak dilakukan sebelum review nilai suara dalam electronic ballot

melainkan sesudahnya. Ketidaksesuaian terjadi antara nilai suara yang di-review

dengan kertas rekaman suara tercetak. Sama dengan yang terjadi dalam skenario

sebelumnya, jika tidak perubahan nilai suara tidak terdeteksi sejak dini, maka

suara tersebutlah yang akan ditabulasikan.

3. Canceling/completing the vote for a fleeing voter. Harus diakui bahwa

penggunaan electronic ballot dalam proses pemungutan suara dapat menyebabkan

ketidaknyamanan bagi sebagian pemilih. Hal ini dapat terjadi salah satunya akibat

dipengaruhi kebiasaan dalam menggunakan paper ballot. Proses pemberian suara

menggunakan electronic ballot yang berbelit-belit, keharusan untuk menunggu

review nilai suara yang diberikan; menyebabkan sebagian pemilih memilih untuk

tidak menyelesaikan proses pemberian suara. Pemilih yang demikian disebut

sebagai fleeing voters, dan skenario ini memanfaat tipe pemilih ini. Perlu

diketahui bahwa ES&S memiliki fitur alarm untuk memberitahu petugas di TPS

bila seorang pemilih tidak menyelesaikan proses pemberian suaranya. Trojan

Page 22: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

30

30  

dapat melakukan 2 (dua) hal disini: (1) jika pemilih memilih kandidat yang tidak

diinginkan, membiarkan alarm berbunyi agar petugas TPS mengetahui proses

pemberiaan suara belum selesai dan membuang suara yang belum dikonfirmasi;

atau (2) jika pemilih memilih kandidat yang diinginkan, menghentikan alarm dan

menyelesaikan proses pemberian suara hingga suara terekam.

4. Faking a fleeing voter to cancel a vote. Jika di skenario sebelumnya, serangan

dilakukan dengan memanfaatkan fleeing voters, dalam skenario ini Trojan

“memalsukan” fleeing voters. Pemilih yang memilih kandidat yang tidak

diinginkan dan telah melakukan pemberian suara normal akan disodorkan

tampilan dalam electronic ballot yang menunjukkan bahwa seolah-olah suara

mereka telah terekam. Sesungguhnya Trojan menahan suara pemilih tersebut

hingga setelah pemilih meninggalkan TPS, Trojan akan mengaktivasi alarm.

Petugas TPS akan menyangka bahwa pemilih tersebut adalah fleeing voter dan

membuang suara yang belum dikonfirmasi tersebut.

Ancaman tersebut merupakan sesuatu yang perlu ditangani agar independensi dari

teknologi REVS tetap terjamin sehingga dapat mempengaruhi penerimaan REVS.

2.6 2 Factor Authentication (2FA)  

Otentikasi merupakan penggunaan satu atau lebih mekanisme untuk

membuktikan bahwa informasi betul-betul asli, orang yang mengakses atau

memberikan informasi adalah betul-betul orang yang dimaksud. Schneier (2005)

Page 23: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

31

31  

menjelaskan bahwa 2FA merupakan mechanism which implements two of the above

mentioned factors and is therefore considered stronger and more secure than the

traditionally implemented one factor authentication system. Tiga faktor otentikasi

yang diakui secara universal yang ada saat ini diantaranya what you know (password

misalnya), what you have (misalnya kartu ATM atau token), dan what you are

(misalnya biometrik). Two factor authentification adalah sebuah mekanisme yang

mengimplementasikan dua faktor tersebut di atas dan karena itu dianggap lebih kuat

dan lebih aman dibandingkan dengan sistem tradisional dengan menerapkan satu

faktor otentikasi (Schneier, 2005).

Dalam kasus penarikan uang pada mesin ATM telah menggunakan otentikasi

twofactor, dimana pengguna harus memiliki kartu ATM, yaitu what you have, dan

harus tahu nomor identifikasi pibadi yang unik (PIN), yaitu what you know. Sandi

dikenal sebagai salah satu target termudah hacker. Oleh karena itu, kebanyakan

organisasi sedang mencari metode yang lebih aman untuk melindungi pelanggan dan

karyawan. Biometrics yang dikenal sangat aman dan digunakan dalam organisasi

khusus, tetapi tidak banyak digunakan dalam transaksi online atau mesin ATM karena

harga perangkat keras dan biaya maintenance yang mahal. Sebaliknya, bank dan

perusahaan menggunakan token sebagai two factor authentification (2FA).

Pada tingkat kesulitan authentication, password merupakan proses

authentication yang paling mudah ditembus, sedangkan security token termasuk

kategori smart card, satu tingkat di bawah biometrics, yang merupakan tingkat yang

paling tinggi pada saat sekarang (Thales, 2005).

Page 24: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

32

32  

GAMBAR 2 : Authentication Option (Thales, 2005)

2.6.1 Authentication Token

Media telekomunikasi khususnya handphone sudah berkembang begitu pesat

baik tingkat teknologi maupun tingkat penggunaannya, handphone sendiri dapat

digunakan sebagai salah satu kandidat security token. Security token adalah piranti

untuk melakukan autentikasi dan berbagai transaksi dengan tingkat keamanan yang

tinggi. Autentikasi sendiri adalah proses untuk membuktikan bahwa seseorang adalah

benar dirinya. Dengan demikian, ketika transaksi atau konfirmasi data terjadi, tidak

mungkin dilakukan oleh orang lain.

Token sendiri dapat berwujud fisik seperti kalkulator kecil, dan juga berwujud

software atau yang biasa disebut virtual token. Sebenarnya token fisik maupun virtual

sama saja, karena itu dalam penelitian ini digunakan token virtual dengan piranti

mobile yang dibuat dengan java mobile sehingga bisa diinstall di handphone yang

Page 25: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

33

33  

telah mendukung java. Nantinya wujud fisik token yang berbentuk kalkulator bisa

digantikan dengan wujud fisik handphone dengan bantuan software MobileOTP.

Dalam sistem ini, one tipe password (OTP) didapat dengan mengambil 6

karakter pertama hasil perhitungan hash dengan fungsi MD5. Granularity dalam

sistem ini adalah 10 detik, dengan kata lain setiap 10 detik token akan menghasilkan

OTP yang berbeda.

Untuk mensinkronkan antara time waktu server dan client, umur OTP diset

dalam waktu 3 menit, artinya server harus menghitung semua OTP dalam time

window 6 menit, yaitu 3 menit kebelakang dan 3 menit kedepan relatif terhadap

waktu ketika server melakukan otentifikasi.

2.6.2 Design Security

Keamanan yang digunakan dalam penelitian REVS ini menggunakan mobile

based system sebagai pengganti hardware dan computer based sebuah token. Sistem

keamanannya memiliki 2 model operasi, diantaranya :

• Connection-Less Authentication System : merupakan mekanisme dimana one

time password (OTP) digenerate tanpa terhubung antara client ke server.

Mobile phone dijadikan token untuk menghasilkan kode unik OTP secara

local.

• SMS-Based Authentication System : ini dilakukan apabila terjadi kondisi

kegagalan sistem, password ditolak, client dan server tidak sinkron, mobile

phone dapat meminta one time password (OTP) secara langsung ke server

Page 26: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

34

34  

tanpa generate OTP local terlebih dulu. Server akan memverifikasi identitas

user, server akan mengecek konten SMS dan jika sesuai akan dikirimkan

generate OTP secara random, user harus menggunakannya sebelum waktu

yang ditentukan habis. Dengan model ini client dan server diharuskan

membayar biaya telekomunikasi dalam pengiriman SMSnya.

Untuk penelitian ini penggunaan model tersebut terfokus pada Connection-

Less Authentication System, karena penggunaan salah satu model sudah

mencerminkan penggunaan 2 factor authentication (2FA).

2.7 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology

(UTAUT)

Model UTAUT merupakan sebuah model berbasis teori yang dikembangkan

oleh Vankatesh, et al. pada tahun 2003. Model ini menggambarkan berbagai faktor

yang mempengaruhi penerimaan individu terhadap suatu teknologi informasi (TI).

UTAUT dikembangkan melalui pengkajian delapan model teori penerimaan/adopsi

teknologi yang banyak digunakan dalam penelitian TI sebelumnya.

Delapan teori/model yang dimaksud adalah :

a. Theory of Reasoned Action (TRA)

b. Technology Acceptance Model (TAM)

c. Motivational Model (MM)

d. Theory of Planned Behavior (TPB)

e. Combined TAM and TPB (C-TAM-TPB)

Page 27: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

35

35  

f. Model of PC Utilization (MPCU)

g. Innovation Diffusion Theory (IDT)

h. Social Cognitive Theory (SCT)

Dalam UTAUT terdapat empat variable/konstruk yang menjadi faktor penentu

langsung yang bersifat signifikan terhadap penerimaan maupun penggunaan

teknologi. Keempat variabel tersebut adalah performance expectancy, effort

expectancy, social influence, dan facilitating condition. Terdapat pula empat

moderator : gender, age, voluntariness, dan experience yang diposisikan untuk

memoderasi dampak dari empat konstruk utama pada behavioral intention dan use

behavior. Gambar 4 merupakan keterkaitan antara determinan-determinan dan

moderator pendukung.

GAMBAR 3. Keterkaitan antara Determinan dan Moderator Pendukung UTAUT

Page 28: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

36

36  

Performance expectancy adalah sejauh mana suatu individu percaya bahwa

menggunakan sistem akan membantunya dalam mencapai keuntungan dalam kinerja

pekerjaan (Venkatesh et al, 2003., h. 447), effort expectancy mengacu kepada tingkat

kemudahan penggunaan sistem, social influence adalah sejauh mana seorang individu

memahami bahwa orang lain dapat meyakinkan bahwa ia harus menggunakan sistem

baru, facilitating condition adalah dukungan infrastruktur organisasi dan teknis yang

dimiliki individu dalam menggunakan teknologi.

2.8 Human Organization Technology (HOT)

Yusof et al. (2006) menjelaskan suatu kerangka baru dalam mengevaluasi

sistem informasi yang disebut Human-Organization-Technology (HOT) Fit Model.

Model terdiri dari beberapa komponen penting dalam sistem informasi diantaranya

Manusia (Human), Organisasi (Organization) dan Teknologi (Technology). dan

kesesuaian hubungan di antaranya.

Berikut disampaikan penjelasan tiap komponen model human organization

technology (HOT) :

1. Komponen Manusia (Human) dimana cara menilai sistem dilihat dari sisi

penggunaan sistem (system use) pada frekwensi dan luasnya fungsi dan

penyelidikan sistem informasi. System use berhubungan erat dengan siapa

yang menggunakan (who use it), bagaimana level penggunanya (level of

user), pelatihan, pengetahuan, harapan dan sikap menerima (acceptance) atau

menolak (resistance) sistem. Selain melihat dari aspek penggunaan sistem,

Page 29: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

37

37  

komponen ini juga menilai sistem berdasarkan aspek kepuasan pengguna

(user satisfaction). User satisfaction dapat berhubungan dengan persepsi

manfaat (usefulness) dan sikap pengguna (user) terhadap sistem informasi

yang kadang dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing individu.

2. Komponen Organisasi (Organization) adalah cara menilai sistem berdasarkan

aspek struktur organisasi dan lingkungan organisasi baik intern maupun

ekstern. Struktur organisasi bertipe, kultur, politik, hierarki, perencanaan dan

pengendalian sistem, strategi , manajemen dan komunikasi. Dukungan dari

seluruh lini organisasi merupakan bagian terpenting dalam mengukur

keberhasilan sistem, seperti dukungan dari tingkat top level manajemen

hingga level staff. Sedangkan untuk tipe lingkungan organisasi terdiri terdiri

dari beberapa bagian, antara lain sumber pembiayaan, pemerintahan, politik,

kompetisi, hubungan interorganisasional dan komunikasi.

3. Komponen teknologi (technology) dibagi dalam beberapa bagian antara lain

kualitas sistem (system quality), kualitas informasi (information quality) dan

kualitas layanan (service quality). Kualitas sistem dalam sistem informasi

dalam hal ini REVS menyangkut hubungan antara fitur dalam sistem

termasuk performa sistem dan user interface. Kemudahan penggunaan (ease

of use), kemudahan untuk dipelajari (ease of learning), response time,

usefulness, ketersediaan, fleksibilitas, dan sekuritas merupakan variabel atau

faktor yang dapat dinilai dari kualitas sistem. Sedangkan kualitas informasi

merupakan output informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi misalnya

rekapitulasi data pemilih hingga rekapitulasi hasil pemilihan. Beberapa

Page 30: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

38

38  

kriteria yang bisa dijadikan acuan untuk menilai kualitas informasi antara

lain adalah kelengkapan, keakuratan, ketepatan waktu, ketersediaan,

relevansi, konsistensi, dan data entry. Selanjutnya untuk kualitas layanan

(service quality) berfokus lebih kepada keseluruhan dukungan yang diterima

oleh service provider sistem atau teknologi. Service quality dapat dinilai

dengan kecepatan respon, dan tindak lanjut layanan (after sales).

 

GAMBAR 4. Keterkaitan Model HOT

 

2.9 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang tingkat penerimaan suatu teknologi yang telah dilakukan

oleh peneliti-peneliti terdahulu ditemukan suatu model yang memperlihatkan tingkat

penerimaan terhadap teknologi yaitu UTAUT. Penelitian tentang penerimaan

penggunaan teknologi informasi dengan model UTAUT telah banyak dikeluarkan

oleh para peneliti, beberapa diantaranya berkaitan langsung dengan penelitian ini

secara singkat dapat terlihat pada Tabel 3.

Page 31: 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2012-0082 2.pdf · merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan

39

39  

TABEL 3. Ikhtisar Beberapa Penelitian Terdahulu Tentang UTAUT

No Peneliti Tahun Objek

Penelitian Hasil Penelitian

1 Anderson, John

E, et al

2006 Tingkat

penerimaan

Tablet PC

terhadap

fakultas di

salah satu

sekolah bisnis

Pengaruh penggunaan Tablet PC

ditentukan oleh performance

expectancy, effort expectancy,

facilitating condition, dan experience

sedangkan social influence tidak

berpengaruh secara langsung.

2 Farida, Budi

Hermana

2007 Karyawan

pengguna e-

payment

system

sebanyak 30

orang

Wanita cenderung menunjukan

persepsi kinerja payment system yang

lebih rendah dibanding pria dan

ekspektasi usaha hanya dipengaruhi

masa kerja.

3 Yurong Yao,

Lisa Murphy

2007 137 MBA

student

Ketersediaan, kemudahan dan

kerahasiaan berpengaruh terhadap

partisipasi pemilu.

4 Sahu, Gupta 2007 163 pekerja

terdiri dari

asistensi

pajak,

operator,

inspector

Penggunaan e-government

dipengaruhi oleh variabel attitude,

effort expectancy, performance

expectancy, perceived strength of

control, anxiety, social influences,

self efficacy, dan top management

support.

5 Teddy Oswari,

Suhendra,

Harmoni

2008 UKM wilayah

Jabodetabek

Tingkat penggunaan TI

mempengaruhi secara nyata terhadap

kinerja perusahaan.