bab ii kajian teoritis dan hipotesis 2.1 kajian...

27
9 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Prestasi Belajar Pada hakekatnya, prestasi belajar adalah hasil belajar siswa yang dapat diketahui dari perubahan tingkah laku, pengetahuan serta dapat dilihat dari hasil belajar itu sendiri. Seperti yang dikemukakan Hendrawati (dalam Sutikno, 2004:32) bahwa pengertian prestasi belajar dan karakteristik prestasi belajar adalah sebagai berikut: 1) Prestasi belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang measurable (dapat diukur). Untuk mengukur perubahan perilaku tersebut dilakukan tes prestasi belajar (achievement). 2) Prestasi belajar menunjukkan kepada individu sebagai sebab artinya individu sebagai pelaku. 3) prestasi belajar dapat di evaluasi tinggi rendahnya berdasarkan kriteria yang ditetapkan menurut standar maupun yang ditetapkan kelompok. 4) Prestasi belajar menunjukkan kepada hasil dari kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Adapun pengertian prestasi belajar yang diungkapkan Syah (2010:141) adalah “Hasil interaksi dari sebagian faktor yang mempengaruhi proses belajar secara keseluruhan”. Pendapat tersebut

Upload: hoangduong

Post on 29-Jul-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Prestasi Belajar

Pada hakekatnya, prestasi belajar adalah hasil belajar siswa

yang dapat diketahui dari perubahan tingkah laku, pengetahuan serta

dapat dilihat dari hasil belajar itu sendiri. Seperti yang dikemukakan

Hendrawati (dalam Sutikno, 2004:32) bahwa pengertian prestasi belajar

dan karakteristik prestasi belajar adalah sebagai berikut: 1) Prestasi

belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang measurable (dapat

diukur). Untuk mengukur perubahan perilaku tersebut dilakukan tes

prestasi belajar (achievement). 2) Prestasi belajar menunjukkan kepada

individu sebagai sebab artinya individu sebagai pelaku. 3) prestasi belajar

dapat di evaluasi tinggi rendahnya berdasarkan kriteria yang ditetapkan

menurut standar maupun yang ditetapkan kelompok. 4) Prestasi belajar

menunjukkan kepada hasil dari kegiatan yang dilakukan secara sengaja

dan disadari.

Adapun pengertian prestasi belajar yang diungkapkan Syah

(2010:141) adalah “Hasil interaksi dari sebagian faktor yang

mempengaruhi proses belajar secara keseluruhan”. Pendapat tersebut

10

didukung oleh Usman dan Lilis (1993:10) bahwa “Prestasi belajar siswa

yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara

berbagai faktor yaitu faktor yang berasal dari dirinya (faktor internal) dan

faktor diluar dirinya (faktor eksternal).

Selain itu, Winkel (dalam Riduwan, 2010:2) mengatakan bahwa

“Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau

kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya

sesuai dengan bobot yang dicapainya”.

Senada dengan pendapat-pendapat tersebut Syaodih (2005:124)

menjelaskan bahwa “Prestasi belajar merupakan segala perilaku yang

dimiliki siswa sebagai akibat dalam proses belajar yang ditempuhnya,

meliputi semua akibat dari proses belajar yang berlangsung disekolah

maupun diluar sekolah yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotor

yang disengaja maupun tidak disengaja”.

2.1.2 Indikator Prestasi Belajar

Menurut Syah (2010:148) “Pengungkapan hasil belajar melalui

ranah psikologis yang merubah sebagai akibat pengalaman dan proses

belajar mengajar mengajar siswa”. Namun demikian pengungkapan

perubahan tingkah laku seluruh ranah, khususnya afektif sangat sulit.

Pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai

indikator-indikator prestasi belajar sangat diperlukan ketika seseorang

11

akan menggunakan dan kiat evaluasi. Seperti yang dikemukakan oleh

Syah (2010:148) “bahwa urgensi pengetahuan dan pemahaman yang

mendalam mengenai penggunaan alat evaluasi akan menjadi lebih tepat,

reliabel dan valid”.

Selanjutnya Syah (2010:148) menyimpulkan bahwa “Indikator

prestasi belajar sebagai suatu hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan

yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari

hasil aktivitas belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Prestasi merupakan hasil akhir dari suatu proses pembelajaran secara

keseluruhan maka untuk mengetahui prestasi belajar siswa, kita dapat

menukurnya melalui evaluasi belajar yang dapat berupa tes sumatif

maupun ujian nasional. Agar lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 2.2 Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi

Ranah/ Jenis Prestasi

Indikator Cara Evaluasi

A. Ranah Kognitif

1. Pengamatan

2. Ingatan

1. Dapat menunjukan 2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan 1. Dapat menyebutkan 2. Dapat menunjukan kembali

1. Dapat menjelaskan

1) Tes Lisan 2) Tes Tertulis 3) Observasi 1) Tes Lisan 2) Tes Tertulis 3) Observasi 1) Tes Lisan

12

3. Pemahaman

4. Penerapan

5. Analisis

6. Sintesis

2. Dapat mendefiniskan dengan lisan sendiri.

1. Dapat memberikan contoh 2. Dapat menggunakan secara

cepat

1. Dapat menguraikan 2. Dapat mengklasifikasikan 1. Dapat menghubungkan 2. Dapat menyimpulkan.

2) Tes Tertulis 1) Tes Tertulis 2) Pemberian

Tugas 3) Observasi 1) Tes Tertulis 2) Pemberian

Tugas 1) Tes Tertulis 2) Pemberian

Tugas

B. Ranah Efektif

1. Penerimaan

2. Sambutan

3. Apresiasi (Sikap Menghargai)

1. Menunjukkan sikap menerima 2. Menujukkan sikap menolak

1. Kesediaan

berpartisipasi/terlibat 2. Kesediaan memanfaatkan

1. Menganggap penting dan

bermanfaat. 2. Menganggap indah dan

harmonis 3. Mengagumi

1) Tes Tertulis 2) Tes Skala

Sikap 3) Observasi 1) Tes Tertulis 2) Pemberian

Tugas 3) Observasi 1) Tes Skala

Sikap 2) Pemberian

Tugas 3) Observasi

4. Internalisasi (Pendalaman)

5. Karakterisasi (Pengahayatan)

1. Mengakui dan meyakini 2. Mengingkari

1. Melembagakan atau

meniadakan 2. Menjelmakan dalam pribadi

dan perilaku sehari-hari.

1) Tes Skala Sikap

2) Pemberian Tugas

3) Observasi 1) Pemberian

Tugas 2) Observasi

C. Ranah Psikomotor

1. Keterampilan bergerak dan bertindak

2. Kecakapan

1. Mengkoordinasi gerak mata,

telinga, kaki dan anggota tubuh lainnya.

1. Mengucapkan 2. Membuat mimik dan gerakan

1) Observasi 2) Tes Tindakan

1) Tes lisan 2) Observasi

13

ekspresi verbal dan non verbal

jasmani 3) Tes Tindakan

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

1) Faktor Dari Diri Siswa

Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu dibahas

menurut Slameto (1995:54-70) yaitu faktor jasmani, faktor psikologi dan

faktor kelelahan.

a. Faktor Jasmani

Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor

kesehatan dan faktor cacat tubuh.

1. Faktor kesehatan

Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar

siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah,

kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika keadaan

badannya lemah dan kurang darah ataupun ada gangguan

kelainan alat inderanya.

2. Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau

kurang sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat ini

14

berupa buta, setengah buta, tulis, patah kaki, patah tangan,

lumpuh, dan lain-lain.

b. Faktor psikologis

Dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi,

kematangan, kesiapan.

1. Intelegensi

Intelegensi atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan

untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru

dan cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang

abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya

dengan cepat.

2. Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun

bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal atau

sekumpulan obyek. Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka

siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang

dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa,

maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.

Agar siswa belajar dengan baik, usahakan buku pelajaran itu

sesuai dengan hobi dan bakatnya.

15

3. Bakat

Bakat adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah

kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi

pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih.

Kemudian menurut Muhibbin (2003:136) bahwa bakat adalah

kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

4. Minat

Minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara

bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas

belajar siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat

memperoleh berbagai pengetahuan dan teknologi. Dengan

demikian, wawasan akan bertambah luas sehingga akan sangat

mempengaruhi peningkatan atau pencapaian prestasi belajar

siswa yang seoptimal mungkin karena siswa yang memiliki minat

terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-

sungguh karena ada daya tarik baginya.

5. Motivasi

Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan

dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat

disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu

16

berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah

motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.

6. Kematangan

Kematangan adalah sesuatu tingkah atau fase dalam

pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap

melaksanakan kecakapan baru. Berdasarkan pendapat di atas,

maka kematangan adalah suatu organ atau alat tubuhnya

dikatakan sudah matang apabila dalam diri makhluk telah

mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-

masing kematang itu datang atau tiba waktunya dengan

sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil jika

anak itu sudah siap atau matang untuk mengikuti proses belajar

mengajar.

7. Kesiapan

Preparedes to respon or react, artinya kesediaan untuk

memberikan respon atau reaksi. Jadi, dari pendapat di atas dapat

diasumsikan bahwa kesiapan siswa dalam proses belajar

mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dengan

demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak positif bilamana

siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam menerima suatu

mata pelajaran dengan baik.

17

c. Faktor kelelahan

Ada beberapa faktor kelelahan yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar siswa antara lain dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Sebagaimana

dikemukakan oleh Slameto (2003:59) sebagai berikut: “Kelelahan

jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul

kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi

karena ada substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga

darah kurang lancar pada bagian tertentu. Sedangkan kelelahan

rohani dapat terus menerus karena memikirkan masalah yang berarti

tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa, tidak sesuai

dengan minat dan perhatian”.

Dari uraian di atas maka kelelahan jasmani dan rohani dapat

mempengaruhi prestasi belajar dan agar siswa belajar dengan baik

haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam

belajarnya seperti lemah lunglainya tubuh. Sehingga perlu

diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan rohani seperti

memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan

sesuatu karena terpaksa tidak sesuai dengan minat dan perhatian. Ini

semua besar sekali pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi

18

belajar siswa. Agar siswa selaku pelajar dengan baik harus tidak

terjadi kelelahan fisik dan psikis.

2) Faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern)

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapatlah

dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah

dan faktor masyarakat (Slameto, 2003 : 60).

a. Faktor keluarga

Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat

mempengaruhi dari keluarga antara lain: cara orang tua mendidik,

relasi antara anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang

tua, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan

suasana rumah.

1. Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi

belajar anak, hal ini dipertegas oleh Wirowidjojo dalam Slameto (2003

: 60) mengemukakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan

yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk

mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan mutu

pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa dan negara.

Dari pendapat di atas dapat dipahami betapa pentingnya peranan

19

keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang mendidik anaknya

akan berpengaruh terhadap belajarnya.

2. Relasi antar anggota keluarga

Yang penting dalam keluarga adalah relasi orang tua dan anaknya.

Selain itu juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan keluarga

yang lain turut mempengaruhi belajar anak. Wujud dari relasi adalah

apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu keras atau

sikap acuh tak acuh, dan sebagainya.

3. Keadaan keluarga

Keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak karena

dipengaruhi oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat

menimbulkan perbedaan individu seperti kultur keluarga, pendidikan

orang tua, tingkat ekonomi, hubungan antara orang tua, sikap

keluarga terhadap masalah sosial dan realitas kehidupan.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa keadaan keluarga dapa

mempengaruhi prestasi belajar anak sehingga faktor inilah yang

memberikan pengalaman kepada anak untuk dapat menimbulkan

prestasi, minat, sikap dan pemahamannya sehingga proses belajar

yang dicapai oleh anak itu dapat dipengaruhi oleh orang tua yang

tidak berpendidikan atau kurang ilmu pengetahuannya.

20

4. Pengertian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak

sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Kadang-

kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi

pengertian dan mendorongnya sedapat mungkin untuk mengatasi

kesulitan yang dialaminya.

5. Keadaan ekonomi keluarga.

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.

Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya,

misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain,

juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi,

penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya.

6. Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi

sikap anak dalam belajar (Roestiyah, 1989: 156). Oleh karena itu

perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, agar

mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal.

7. Suasana rumah

Suasana rumah sangat mempengaruhi prestasi belajar, hal ini sesuai

dengan pendapat Slameto (2003 : 63) yang mengemukakan bahwa

suasana rumah merupakan situasi atau kejadian yang sering terjadi di

21

dalam keluarga di mana anak-anak berada dan belajar. Suasana

rumah yang gaduh, bising dan semwarut tidak akan memberikan

ketenangan terhadap diri anak untuk belajar.Suasana ini dapat terjadi

pada keluarga yang besar terlalu banyak penghuninya. Suasana yang

tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota

keluarga yang lain yang menyebabkan anak bosan tinggal di rumah,

suka keluar rumah yang akibatnya belajarnya kacau serta prestasinya

rendah.

b. Faktor sekolah

Faktor sekolah dapat berupa cara guru mengajar, ala-alat pelajaran,

kurikulum, waktu sekolah, interaksi guru dan murid, disiplin sekolah, dan

media pendidikan, yaitu :

1. Guru dan cara mengajar

Menurut Purwanto (2004 : 104) faktor guru dan cara mengajarnya

merupakan faktor penting, bagaimana sikap dan kepribadian guru,

tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan bagaimana

cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak

didiknya turut menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.

Sedangkan menurut Nana Sudjana dalam Djamarah (2006 : 39)

mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses , yaitu proses

mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik,

22

sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan

proses belajar. Dalam kegiatan belajar, guru berperan sebagai

pembimbing. Dalam perannya sebagai pembimbing, guru harus

berusaha menhidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses

interaksi yang kondusif. Dengan demikian cara mengajar guru harus

efektif dan dimengerti oleh anak didiknya, baik dalam menggunakan

model, tehnik ataupun metode dalam mengajar yang akan

disampaikan kepada anak didiknya dalam proses belajar mengajar

dan disesuaikan dengan konsep yang diajarkan berdasarkan

kebutuhan siswa dalam proses belajar mengajar

2. Model pembelajaran

Model atau metode pembelajaran sangat penting dan berpengaruh

sekali terhadap prestasi belajar siswa, terutama pada pelajaran

matematika. Dalam hal ini model atau metode pembelajaran yang

digunakan oleh guru tidak hanya terpaku pada satu model

pembelajaran saja, akan tetapi harus bervariasi yang disesuaikan

dengan konsep yang diajarkan dan sesuai dengan kebutuhan siswa,

terutama pada guru matematika. Dimana guru matematika harus bisa

menilih dan menentukan metode pembelajaran yang tepat untuk

digunakan dalam pembelajaran. Adapun model-model pembelajaran

23

itu, misalnya : model pembelajaran kooperatif, pembelajaran

kontekstual, realistik matematika problem solving dan lain sebagainya.

3. Alat-alat pelajaran

Untuk dapat hasil yang sempurna dalam belajar, alat-alat belajar

adalah suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa, misalnya perpustakaan, laboratorium, dan

sebagaianya. Menurut Purwanto (2004 : 105) menjelaskan bahwa

sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang

diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik

dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu,

akan mempermudah dan mempercepat belajar anak.

4. Kurikulum

Kurikulum diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa,

kegiatan itu sebagian besar menyajikan bahan pelajaran agar siswa

menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.

Menurut Slameto (2003 : 63) bahwa kurikulum yang tidak baik akan

berpengaruh tidak baik terhadap proses belajar maupun prestasi

belajar siswa.

5. Waktu sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di

sekolah, waktu sekolah dapat pagi hari, siang, sore bahkan malam

24

hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa (Slameto, 2003

: 68).

6. Interaksi guru dan murid

Menurut Roestiyah (1989 : 151) bahwa guru yang kurang berinteraksi

dengan murid secara intim, menyebabkan proses belajar mengajar itu

kurang lancar. Oleh karena itu, siswa merasa jenuh dari guru, maka

segan berpartisipasi secara aktif di dalam belajar.

7. Disiplin sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam

sekolah dan juga dalam belajar (Slameto, 2003:67). Kedisiplinan

sekolah ini misalnya mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar

dengan pelaksanaan tata tertib, kedisiplinan pengawas atau karyawan

dalam pekerjaan administrasi dan keberhasilan atau keteraturan

kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain-lain.

8. Media pendidikan

Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk

sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya

belaajr anak dalam jumlah yang besar pula (Roestiyah, 1989:152).

Media pendidikan ini misalnya seperti buku-buku di perpustakaan,

laboratorium atau media lainnya yang dapat mendukung tercapainya

prestasi belajar dengan baik.

25

c. Faktor Lingkungan Masyarakat

Faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa antara lain

teman bergaul, kegiatan lain di luar sekolah dan cara hidup di lingkungan

keluarganya.

1. Kegiatan siswa dalam masyarakat

Menurut Slameto (2003:70) mengatakan bahwa kegiatan siswa dalam

masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan

pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat

yang telalu banyak misalnya berorganisasi, kegiatan sosial,

keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika

tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.

2. Teman Bergaul

Anak perlu bergaul dengan anak lain, untik mengembangkan

sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman

bergaul yang buruk perangainya. Perbuatan tidak baik mudah

berpengaruh terhadap orang lain, maka perlu dikontrol dengan siapa

mereka bergaul. Menurut Slameto (2003 : 73) agar siswa dapat

belajar, teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri

siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek perangainya

pasti mempengaruhi sifat buruknya juga, maka perlu diusahakan agar

siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan

26

pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik

harus bijaksana.

3. Cara Hidup Lingkungan

Cara hidup tetangga disekitar rumah di mana anak tinggal, besar

pengaruh terhadap pertumbuhan anak (Roestiyah, 1989 : 155). Hal

ini misalnya anak tinggal di lingkungan orang-orang rajib belajar,

otomatis anak tersebut akan berpengaruh rajin juga tanpa disuruh.

2.1.4 Pengertian Keterampilan Dasar Mengajar

Keterampilan adalah kemampuan atau kompetensi yang dimiliki

seseorang. Secara sederhana keterampilan dasar dapat dikatakan

sebagai suatu kemampuan dasar untuk mengubah sesuatu yang ada

menjadi apa yang dikehendaki sesuai dengna rencana. Seperti yang

dikatakan oleh Sardiman (2008:47) “Mengajar pada dasarnya merupakan

suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang

mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar”.

Usman (2008:6) mengatakan bahwa “Mengajar pada prinsipnya

membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung

pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorgansasi

lingkungan dalam hubungannya dengan akan didik dan bahan

pengajaran yang menimbulkan proses belajar”.

27

Menurut Glicman (dalam Sukirman, 2011:3) bahwa “Keterampilan

dasar mengajar (Teaching Skills) adalah kemampuan atau keterampilan

yang bersifat khusus (most specific intructional behaviors) yang harus

dimiliki oleh guru, dosen, instruktur, widyaiswara agar dapat

melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan professional”.

Sedangkan Sukirman (2011:3) mengatakan bahwa “Keterampilan

dasar mengajar berkenaan dengan beberapa kemampuan atau

keterampilan yang bersifat mendasar dan melekat harus dimiliki dan

diaktualisasikan oleh setiap guru, dosen, instruktue atau widyaiswara

dalam melaksanakan tugas mengajarnya”.

Lebih lanjut Sanjaya (2009:32) mengatakan bahwa “Keterampilan

dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan

perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran. Sehingga

pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Disamping itu,

keterampilan dasar merupakan syarat mutlak agar guru bisa

mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran”.

Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan

keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan atau

kecakapan guru dalam melatih atau membimbing aktifitas dan

pengalaman seseorang sera membantunya berkembang dan

menyesuaikan dari kepada lingkungan.

28

2.1.5 Komponen-Komponen Keterampilan Dasar Mengajar

Komponen-komponen keterampilan dasar mengajar guru

merupakan kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menciptakan

kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien. Ada sembilan

keterampilan dasar yang mutlak harus dimiliki seorang guru untuk

menjadi tenaga pendidik yang baik, seperti menurut Suryono dan

Hariyanto (2011:213-235):

1. Bertanya, Mengajukan Pertanyaan

Guru bertanya dan menanyakan sesuatu kepada siswa bukanlah

tanpa tujuan. Umumnya tujuan pertanyaan guru terhadap siswa terkait

dengan hal-hal sebagai berikut:

a. Mengetahui tingkat kemampuan siswa

b. Meningkatkan minat belajar siswa dengan memunculkan rasa ingin

tahu (kuiositas) siswa

c. Meningkatkan perhatian siswa terhadap sesuatu permasalahan,

dengan mengarahkan perhatian siswa agar tetap fokus pada

materi pelajaran.

d. Mengembangkan pembelajaran aktif

e. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa

29

f. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan

gagasannya, berargumen, atau menanyakan kembali materi

pembelajarn yang dipelajarinya.

g. Membangun suasana demokratis dan keterbukaan dalam

pembelajaran.

2. Menjelaskan, Menerangkan

Menjelaskan, menerangkan atau memberikan informasi sama dengan

memberi kuliah, memberi ceramah dengan menyampaikan wacana

tentang subjek khusus yang terbuka bagi umum, biasanya di dalam

suatu kelas. Dalam penyampaiannya kegiatan menjelaskan,

menerangkan ini sering menggunakan metode ceramah atau metode

lain yang erat dengan kegiatan menjelaskan yaitu metode tanya jawab

dan metode diskusi.

3. Modeling

Dalam metode modelng guru mengajar dengan bantuan model-model.

Model-model dapat merupakan alat peraga dua dimensi seperti

gambar, foto, grafik, peta, denah, skema, coretan peta pikiran dan

sebagainya. Atau merupakan alat peraga tiga dimensi sperti globe

(bola dunia), boneka, model geometri dalam pembelajaran

matematika, prototipe, dan lain sebagainya.

30

4. Demonstrasi

Demonstrasi artinya guru menunjukkan perilku dan sifat-sifat sesuatu,

mencoba sesuatu di hadapan siswa tanpa ada keharusan bagi siswa

untuk mencobanya sendiri. Demonstrasi dapat dilakukan guru di

dalam kelas, di dalam laboratorium, atau bahkan di luar kelas, di

bawah udara terbuka, di taman, kebun dan lain sebagainya.

5. Membangun kolaborasi (Collaborating)

Diskusi dalam kelompok kecil terbukti sebagai cara pembelajaran

yang paling efektif. Kolaborasi akan efektif jika ruang kelas di tata

sedemikian rupa sehingga tidak menggambarkan situasi klasikal,

tetapi dapat berbentuk setengah lingkaran,, huruf U, kelompok tatap

muka empat-empat, dobel stengah lingkaran dan lan sebagainya.

6. Memberikan Penguatan

Guru harus mampu mendorong dan memotivasi siswa untuk dapat

belajar dengan baik. Hal ini misalnya dapat dilakukan guru pada awal

pembelajaran terkait dengan apersepsi, atau pada saat menjelang

akhir pelajaran terkait dengan refleksi.

7. Memberikan Variasi

Menggunakan variasi diartikan sebagai aktivitas guru dalam konteks

proses pembelajaran yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa,

sehingga dalam proses belajar siswa selalu menunjukkan ketekunan,

31

perhatian, keantusiasan, motivasi yang tinggi dan kesediaan berperan

serta secara aktif.

8. Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran

Membuka pelajaran dapat diartikan dengan aktivitas guru untuk

menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan atensi siswa agar

terpusat kepada apa yang akan dipelajari. Menutup pelajaran adalah

aktivitas guru untuk mengakhiri kegiatan init pembelajaran. Hal ini

terkait dengan pemberian gambaran menyeluruh tentang apa yang

telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan

tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran.

9. Learning by Teaching

Metode ini memang banyak di kembangkan di Jerman. Dengan

pionirnya Jean Pol Martin yang mengembangkan secara sistematis

dan menambahkan sejumlah latar belakang teori. Pengertian LDL

(Lernen durch lehren) yang merupakan bahasa jerman dari Learning

by Teacing (belajar sambil mengajar) jangan disamakan dengan

kegiatan siswa yang sedang melakukan presentasi atau ceramah di

depan kelas sebagai bagian dari tugas pembelajaran.

2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan

Adapun kajian penelitian yang relevan dalam penelitian ini dapat

dilihat melalui tabel di bawah ini:

32

Tabel 2.3 Kajian Penelitian Yang Relevan

No

Nama/ Tahun

Judul Penelitian Variabel

Penelitian Kesimpulan

1 Sofyan

Dunggio,2013

Pengaruh Kompetensi

Profesional Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran Ekonomi(Penelitian

Pada Kelas VIII SMP Negeri 1 Paguyaman

Pantai)”.

Variabel X (Kompetensi Profesional

Guru).

Variabel Y (Prestasi Belajar Siswa)

berdasarkan perhitungan di peroleh = 0,7744 sesuai

dengan kriteria pengujian

hipotesis terima jika <

dengan α =

0,05 dk = n-2, = 2,0315dengan demikian

(0,7744 2,0315) telah berada di daerah

penerimaan , atau menolak dan menerima

sehingga dapat di simpulkan bahwa Hipotesis yang berbunyi diduga terdapat “Kompetensi Profesional Guru Berpengaruh Positif Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Kelas VIII SMP Negeri 1 Paguyaman Pantai” dinyatakan tidak signifikan dan tidak dapat di terima.

2

Moch. Bayu

Saputra Prawira,

2012

Pengaruh Keterampilan Dasar Mengajar Guru dan

Motivasi Belajar Siswa Jurusan Akuntansi Pada Mata Pelajaran

Produktif Akuntansi di SMK PGSRI 2

Cimahi.

Variabel X1 (Keteramipil

an Dasar Mengajar).

Variabel X2 (Motivasi belajar).

Variabel Y (Prestasi

Berhdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa hipotesis yang berbunyi: 1. Keterampilan dasar

mengajar guru

berpengaruh positif

terhadap prestasi belajar

siswa pada mata

pelajaran akuntansi

2. Motivasi belajar

33

Belajar Siswa)

berpengaruh positif

terhadap prestasi belajar

siswa pada mata

pelajaran akuntansi

3. Keterampilan dasar

mengajar guur dan

motivasi belajar memiliki

pengaruh positif terhadap

prestasi belajar pada

mata pelajaran

akuntansi. Di Terima.

2.3 Kerangka Pikir

Hasil belajar merupakan hasil penguasaan pengetahuan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes

atau nilai angka yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar yang dicapai

oleh siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun

faktor eksternal.

Dalam proses belajar di sekolah, seorang guru harus benar-benar

memperhatikan kegiatannya dalam mengajar, kegiatan tersebut berkaitan

dengan keterampilan guru dalam membuka, mengisi, dan menutup

pelajaran dalam proses belajar mengjaar yang berkualitas yang dapat

menumbuhkan dan mendorong siswa untuk melakukan proses belajar

optimal yang tentunya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

34

Seorang guru harus memiliki keterampilan dasar mengajar yang

diperlukan untuk melaksanakan proses pembelajaran. Keterampilan

dasar mengajar wajib dimiliki oleh seorang guru karena keterampilan

tersebut diperlukan guru untuk dapat melaksanakan peran-perannya di

dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut Suryono

dan Hariyano (2011:213-235) mengemukakan keterampilan dasar

mengajar guru yang harus dimiliki oleh guru, keterampilan itu antara lain:

1) Bertanya, Mengajukan Pertanyaan, 2) Menjelaskan, Menerangkan, 3)

Modeling, 4) Demonstrasi, 5) Membangun Kolaborasi, 6) Memberikan

Penguatan, 7) Memberikan Variasi, 8) Keterampilan Membuka dan

Menutup Pelajaran. Berdasarkan kajian teortis maka saya menyusun

kerangka berfikir sebagai berikut:

Gambar 2.1: Kerangka Pikir

Keterampilan Dasar

Mengajar

PRESTASI

BELAJAR SISWA

1. Bertanya, Mengajukan

Pertanyaan

2. Menjelaskan, Menerangkan

3. Modeling

4. Demonstrasi

5. Membangun Kolaborasi

6. Memberikan Penguatan

7. Memberikan Variasi

8. Keterampilan Membuka dan

Menutup Pelajaran

Menurut Suryono dan Hariyano

(2011:213-235)

Hasil belajar siswa Kelas VII

pada mata pelajaran IPS Terpadu

semester Ganjil Tahun Ajaran

2012/2013 diperoleh bahwa dari

288 orang diperoleh 127 orang

siswa (44,1%) sudah tuntas sesuai

KKM dan sisanya 161 orang siswa

(55,9) belum mencapai KKM yang

telah ditetapkan yaitu 75

35

2.4 Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan sebelumnya,

maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Terdapat Pengaruh

Keterampilan Dasar Mengajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII SMP Negeri 2 Gorontalo”.