bab ii kajian teoritis dan hipotesis 1.1 konsep tentang...

26
7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 1.1 Konsep Tentang Status Sosial Ekonomi 2.1.1 Pengertian Status Sosial Ekonomi Santrock (2007: 282), status sosioekonomi sebagai pengelompokan orang-orang berdasarkan kesamaan karakteristik pekerjaan, pendidikan ekonomi. Status sosioekonomi menunjukan ketidak setaraan terentu. Secara umum anggota masyarakat memiliki (1) pekerjaan yang bervarias prestisenya, dan beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pekerjaan berstatus lebih tinggi dibanding orang lain; (2) tingkat pendidikan yang berbeda, ada beberapa individual memiliki akses yang lebih besar terhadap pendidikan yang lebih baik dibanding orang lain; (3) sumber daya ekonomi yang berbeda; (4) tingkat kekuasaan untuk mempengaruhi institusi masyarakat. Perbeedaan dalam kemampuan mengontrol sumber daya dan berpartisipasi dalam ganjaran masyarakat menghasilkan kesempatan yang tidak setara. Sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau posisi sesorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi, sedangkan menurut Soekanto (2001) sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan

Upload: vannhu

Post on 06-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

1.1 Konsep Tentang Status Sosial Ekonomi

2.1.1 Pengertian Status Sosial Ekonomi

Santrock (2007: 282), status sosioekonomi sebagai

pengelompokan orang-orang berdasarkan kesamaan karakteristik

pekerjaan, pendidikan ekonomi. Status sosioekonomi menunjukan

ketidak setaraan terentu. Secara umum anggota masyarakat memiliki (1)

pekerjaan yang bervarias prestisenya, dan beberapa individu memiliki

akses yang lebih besar terhadap pekerjaan berstatus lebih tinggi

dibanding orang lain; (2) tingkat pendidikan yang berbeda, ada beberapa

individual memiliki akses yang lebih besar terhadap pendidikan yang lebih

baik dibanding orang lain; (3) sumber daya ekonomi yang berbeda; (4)

tingkat kekuasaan untuk mempengaruhi institusi masyarakat. Perbeedaan

dalam kemampuan mengontrol sumber daya dan berpartisipasi dalam

ganjaran masyarakat menghasilkan kesempatan yang tidak setara.

Sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau

posisi sesorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis

aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal,

dan jabatan dalam organisasi, sedangkan menurut Soekanto (2001)

sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan

8

dengan orang lain dalam arti lingkungan peragulan, prestasinya, dan hak-

hak serta kewajibannya dalam hubunganya dengan sumber daya.

Menurut Russel (1993:164-165) sistem distribusi menentukan

pembagian masyarakat menjadi kelas-kelas, dan dimana terdapat kelas,

maka kelas-kelas yang berbeda akan menerima jenis pendidikan yang

berbeda. Pada masyarakat kapitalis, kaum buruh mendapatkan

pendidikan yang paling sedikit, dan mereka yang berkeinginan memasuki

suatu profesiyang terpelajar memperoleh pendidikan terbanyak,

sedangkan kuantitas pendidikan yang sedang dianggap cocok bagi

mereka yang akan menjadi “orang-orang terhormat” atau usahawan.

Sebagai suatu kaidah umum, seorang anak lelaki atau perempuanmenjadi

bagian dari kelas sosial yang sama sepertikedua orang tuanya.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan

pengertian status sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah latarbelakang

ekonomi keluarga atau orang tua yang diukur dengan tingkat pendidikan,

tingkat pendapatan, pemilikan kekayaan atau fasilitas serta jenis

pekerjaan.

2.1.2 Faktor-faktor yang Menentukan Sosial Ekonomi.

Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya

sosial ekonomi orang tua di masyarakat, diantaranya tingkat pendidikan,

jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi lingkungan tempat tingal,

pemilikan kekayaan, dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari

komunitasnya. Dalam hal ini uraiannya dibatasi hanya 4 faktor yang

9

menentukan yaitu tingkat pendidikan, pendapatan, dan kepemilikan

kekayaan, dan jenis pekerjaan.

1. Tingkat Pendidikan

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pada dasarnya jenjang

pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan

tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan

kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didika secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha

untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi

pribadinya, yaitu rokhani (pikir, cipta, rasa, dan hati nurani) serta jasmani

(panca indera dan keterampilan-keterampilan).

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Pendidikan bertujuan

untuk “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan

dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap

dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Untuk

mencapai tujuan tersebut, pendidikan diselenggarakan melalui jalur

10

pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan jalur pendidikan luar sekolah

(pendidikan non formal). Jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal)

terdapat jenjang pendidikan sekolah, jenjang pendidikan sekolah pada

dasarnya terdiri dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan tinggi.

1) Pendidikan prasekolah.

Menurut PP No. 27 tahun 1990 dalam Kunaryo (2000), pendidikan

prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani peserta didik di luar lingkungan

keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang

diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan

luar sekolah.

2) Pendidikan dasar

Menurut PP No. 28 tahun 1990 dalam Kunaryo (2000) pendidikan

dasar adalah pendidikan umum yang lamanya sembilan tahun.

Diselengarakan selama enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun

di sekolah menengah lanjutan tingkat pertama atau satuan

pendidikan yang sederajat. Tujuan pendidikan dasar adalah untuk

memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk

mengembangkan kehidupan sebagai pribadi anggota masyarakat,

warga Negara dan anggota umat manusias serta mempersiapkan

peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

3) Pendidikan Menegah

11

Menurut PP No. 29 tahun 1990 dalam Kunaryo (2000), pendidikan

menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi pendidikan

dasar. Bentuk satuan pendidikan yang terdiri atas: Sekolah

Menengah Umum, Sekolah Menengah Kejuruan, Sekolah Menengah

Keagamaan, Sekolah Menengah Kedinasan, dan Sekolah Menengah

Luar Biasa.

4) Pendidikan Tinggi

Menurut UU No. 2 tahun 1989 dalam Kunaryo (2000), pendidikan

tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang

diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau professional

yang dapat menerapkan, mengembangkan, atau menciptakan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Satuan pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi, yang

dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau

universitas.

Dalam penelitian ini tingkat pendidikan orang tua dilihat dari jenjang

pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua siswa, selain itu

juga pendidikan informla yang pernah diikuti berpa kursus dan lain-lain..

Karena tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap kerja dan

tentunya juga pendapatan yang diperoleh.

12

2. Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah semua pendapatan kepala keluarga

maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang

dan barang. Menurut Sumardi dalam Yerikho (2007) mengemukakan

bahwa pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan yang dimilikinya. Dengan pendidikan yang tinggi

mereka akan dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk

mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai pendapatan yang lebih

besar. Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah akan

mendapat pekerjaan dengan pendapatan yang kecil.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan orang tua

adalah penghasilan yang di terima orang tua dalam bentuk uang dari hasil

kerja baik secara formal maupun informal . Berdasarkan

penggolongannya, BPS membedakan pendapatan penduduk menjadi 4

golongan yaitu :

1. Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata

lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan

2. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara

Rp. 2.500.000,00 s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan

3. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata

dibawh antara Rp. 1.500.000 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan

13

4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp.

1.500.000,00 per bulan kebawah.

Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa pendapatan juga

sangat berpengaruh terhadap tingkat ekonomi seseorang. Apabila

seseorang mempunyai pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan

bahwa tingkat ekonominya tinggi juga. Disamping memiliki penghasilan

pokok setiap Keluarga biasanya memiliki penghasilan lain yang meliputi

penghasilan tambahan dan penghasilan insidentil.

http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-22748-

BAB%20II.pdf

3. Pemilikan Kekayaan atau Fasilitas

Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kekayaan dalam bentuk

barang-barang dimana masih bermanfaat dalam menunjang kehidupan

ekonominya. Fasilitas atau kekayaan itu antara lain:

1) Barang-barang berharga

Menurut Abdulsyani (1994), bahwa pemilikan kekayaan yang bernilai

ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti perhiasan,

televisi, kulkas dan lain-lain dapat menunjukkan adanya pelapisan

dalam masyarakat.

2) Jenis-jenis kendaraan pribadi.

Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi

rendahnya tingkat sosial ekonomi orang tua. Misalnya: orang yang

14

mempunyai mobil akan merasa lebih tinggi tingkat taraf ekonominya

dari pada orang yang mempunyai sepeda motor.

Dalam penelitian ini, kepemilikan kekayaan yaitu harta benda yang

dimiliki oleh orang tua siswa berupaharta yang bergerak berupa mobil,

kendaraan bermotor dan harta yang tidak bergerak seperti tanah, sawah,

rumah dll. Yang digunakan untuk membiayai pendidikan siswa.

4. Jenis Pekerjaan

Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari

bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaaan tidak hanya

mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan

kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah, berupa barang dan jasa

akan terpenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan seseorang akan

mempengaruhi kemampuan ekonominya, untuk itu bekerja merupakan

suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja mengandung

dua segi, kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan hidup.

http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-22748

BAB%20II.pdf

Menurut Manginsihi (2013: 15), pekerjaan adalah kegiatan yang

dilakukan oleh orang tua siswa untuk mencari nafkah. Pekerjaan yang

ditekuni oleh stiap orang berbeda-beda, perbedaan itu akan menyebabkan

perbedaan tingkat penghasilanyang rendah sampai padatingkat

penghasilan yang tinggi, tergantung pada pekerjaan yang ditekuninya.

Contoh pekerjaan berstatus sosioekonomi rendah adalah pekerja pabrik,

15

buruh manual, penerima dana kesejahteraan, dan pekerja pemeliharaan.

Santrock (2007: 282)

Jadi untuk menentukan status sosial ekonomi yang dilihat dari

pekerjaan, maka jenis pekerjaan dapat diberi batasan sebagai berikut:

a. Pekerjaan yang berstatus tinggi, yaitu tenaga ahli teknik dan ahli

jenis, pemimpin ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik

pemerintah maupun swasta, tenaga administrasi tata usaha.

b. Pekerjaan yang berstatus sedang, yaitu pekerjaan di bidang

penjualan dan jasa.

c. pekerjaan yang berstatus rendah, yaitu petani dan operator alat

angkut/bengkel. http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED

Undergraduate-22748-BAB%20II.pdf

2.2 Motivasi Belajar

2.2.1 Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang

untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Pernyataan

tersebut, dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan tujuan adalah

sesuatu yang berada di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih

terarah karena seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam

berbuat sesuatu. Konsep motivasi yang berhubungan dengan tingkah laku

seseorang dapat diklasifikasi sebagai berikut: (1) seseorang senang

terhadap sesuatu, apabila ia dapat mempertahankan rasa senangnya

16

maka akan termotivasi untuk melakukan kegiatan itu, dan (2) apabila

seseorang merasa yakin mampu menghadapi tantangan maka biasanya

orang tersebut terdorong melakukan kegiatan tersebut. B. Uno (2008: 8).

Sardiman (2006: 75), motivasi belajar adalah merupakan faktor

psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam

hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.

Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk

melakukan kegiatan belajar. Selanjutnya Aunurrahman (2009: 180)

motivasi dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi

teanaga pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-potensi

yang ada diluar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar. Siswa yang

memiliki motivasi belajar akan nampak melalui kesungguhan untuk terlibat

di dalam proses belajar, antara lain nampak melalui keaktifan bertanya,

mengemukakan pendapat, menyimpulkan pelajaran, mencatat, membuat

resume, mempraktekkan sesuatu, mengerjakan latihan-latihan dan

evaluasi sesuai tuntutan pembelajaran. Didalam aktivitas belajar sendiri,

motivasi individu dimanifestasikan dalam bentuk ketahanan atau

ketekunandalam belajar, kesungguhan dalam menyimak isi pelajaran,

kesungguhan dan ketelatenan dalam mengerjakan tugas dan sebagainya.

Motivasi siswa dapat timbul dari dalam diri individu (motivasi

intrinsic) dan dapat timbul dari luar diri siswa/motivasi ekstrinsik (Uzer

Usman, 2008). Motivasi instrinsik merupakan motivasi yang timbul sebagai

akibat dari dalam diri individu tanpa ada paksanan dan dorongan dari

17

orang lain, misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu

pengetahuan atau ingin mendapatkan keterampilan tertentu, ia akan rajin

belajar tanpa ada suruhan dari orang lain. Sebaliknya motivasi ekstrinsik

timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan,

suruhan atau paksaan dari orang lain, lingkunag sosio ekonomi sehingga

dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau belajar.

Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa

diantaranya adalah sebagai berikut:

Metode mengajar guru. Metode dan cara-cara mengajar guru yang

monoton dan tidak menyenangkan akan mempengaruhi motivasi

belajar siswa

Tujuan kurikulum dan pengajaran yang tidak jelas

Tidak adanya relevansi kurikulum dengan kebutuhan dan minat siswa

Latar belakang ekonomi dan social budaya siswa

Sebagian besar siswa yang berekonomi lemah tidak mempunyai

motivasi yang kuat untuk belajar dan melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi. Contohnya siswa yang berasal dari pesisir

pantai misalnya lebih memilih langsung bekerja melaut dari pada

bersekolah, .

Kemajuan teknologi dan informasi. Siswa hanya memanfaatkan produk

teknologi dan informasi untuk memuaskan kebutuhan kesenangan

saja.

18

Merasa kurang mampu terhadap mata pelajaran tertentu, seperti

matematika, dan bahasa inggris

Masalah pribadi siswa baik dengan orang tua, teman maupun dengan

lingkungan sekitarnya.

Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman A. M, 2006: 74) motivasi

mengandung tiga elemen penting.

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada

diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan

membawa beberapa perubahan energi didalam sistem

“neurophysiological” yang ada pada organisme manusia (walaupun

motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya

akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/”feeling”, afeksi

seseorang. Dalam hal inimotivasi relevan dengan persoalan-

persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan

tingkah-laku manusia.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi

dalam hal ini sebenarnya respons dari suatu aksi, yakni tujuan.

2.2.2 Peran Motivasi dalam Belajar

Menurut B. Uno (2008: 23), Motivasi dan belajar merupakan dua

hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku

secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari

19

praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk

mencapai tujuan tertentu.

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat

dan keinginanberhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan

cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,

lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan

tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas

belajar yang lebih giat dan semangat. B. Uno (2008: 23).

Menurut Sofyan dan B. Uno (2003: 31-33), motivasi pada dasarnya

dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu,

termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan

penting dari motivasi itu dalam belajar dan pembelajaran, antara lain

dalam (a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, (b)

memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ragam

kendali terhadap rangsangan belajar, (d) menentukan ketekunan belajar.

2.2.3 Pengertian Belajar

Beberapa ahli mengemukakan pengertian belajar dalam

memberikan gambaran tentang pengertian belajar. Menurut Morgan et.al.

dalam Catharina (2004) menyatakan bahwa belajar merupakan

perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau

pengalaman. Menurut Slameto (2010) belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

20

laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksinya dengan lingkungan. Belajar merupakan suatu proses penting

bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang

dipikirkan dan dikerjakan.

Dari berbagai pendapat mengenai pengertian belajar yang

dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat diambil pengertian bahwa belajar

pada dasarnya belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang.

Hampir semua kehidupan manusia diwarnai dengan kegiatan belajar.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang

lingkungannya.

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.

Arden N Frandsen dalam Suryabrata Sumadi (1995:253)

mengatakan bahwa hal yang dapat mendorong manusia atau seseorang

untuk belajar karena sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang luas,

sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu

maju, keinginan untuk mendapatkan simpati dari teman-teman, orang tua

dan guru, keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan

usaha yang baru, adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila

menguasai pelajaran dan ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada

belajar.

Menurut slameto, secara umum faktor yang mempengaruhi belajar

adalah faktor intern dan faktor ekstern Slameto (2010:54).

21

a. Faktor intern meliputi, faktor jasmaniah, kelelahan dan psikologis.

Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor

kelelahan meliputi kelelaha jasmani dan rohani, sedangkan faktor

psikologis meliputi:

1) Intelegensi

Intelegensis adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis kecakapan,

yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam

situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/

menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektir,

mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat, (Slameto,

2010: 56). Jadi intelegensi adalah kesanggupan seseorang untuk

beradaptasi dalam berbagai situasi dan dapat diabstraksikan pada

suatu kualitas yang sama.

2) Minat

Menurut Hilgard dalam Slameto (2010: 57) minat adalah

kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan

terus menerus disertai dengan rasa senang dan dari situ diperoleh

kepuasan. Jadi minat adalah sesuatu yang timbul karena keinginan

sendiri tanpa adanya paksan dari orang lain atau kecenderungan jiwa

seseorang kepada sesuatu yang biasanya disertai dengan perasaan

senang.

3) Bakat

22

Menurut Hilgard dalam Slameto (2010: 57) bakat adalah kemampuan

untuk belajar. Jadi bakat adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa

sejak lahir diperoleh melalui proseses genetik yang akan terealisasi

menjadi kecakapan sesudah belajar. Anak dapat menyalurkan bakat

atau yang dimilikinya, sehingga hal ini dapat menggali potensi yang

dimiliki agar dapat meningkatkan potensi diri anak.

4) Motivasi

Motivasi adalah motif yang sudah aktif, saat orang melakukan suatu

aktivitas, (Darsono, 2000). Jadi motivasi adalah keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,

yang menjamin kelangsungan dalam kegiatan belajar sehingga

tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

b. Faktor ekstern meliputi faktor keluarga, sekolah, masyarakat.

Faktor keluarga meliputi,

1) Cara mendidik, orang tua yang memanjakkan anaknya, maka setelah

anak sekolah akan menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab

dan takut menghadapi tantangan kesulitan. Juga orang tua yang

terlalu keras mendidik anak mengakibatkan anak menjadi penakut.

2) Suasana keluarga, hubungan keluarga yang kurang harmonis,

menyebabkan anak kurang semangat untuk belajar. Suasana yang

menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang akan memberi

motivasi yang mendalam.

23

3) Pengertian orang tua, anak dalam belajar perlu dorongan dan

pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu

tugas-tugas rumah. Apabila anak mengalami kesulitan di sekolah

diharapkan orang tua untuk membantu memecahkan kesulitan

tersebut, orang tua memberi dorongan semangat kepada anaknya.

4) Keadaan sosial ekonomi keluarga, anak dalam belajar kadang-

kadang memerlukan sarana yang kadang-kadang mahal. Bila

keadaan ekonomi keluarga tidak mencukupi, dapat menjadi

penghambat anak dalam belajar.

5) Latar belakang kebudayaan, tingkat pendidikan atau kebiasaan di

dalam keluarga, mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu

ditanamkan kepada anak kebiasaan-kebiasaan yang baik agar

mendorong semangat anak dalam belajar.

Faktor yang berasal dari sekolah meliputi,

1) Interaksi guru dengan murid.Guru yang kurang berinteraksi dengan

murid menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar arena

siswa merasa jauh dengan guru, sehingga siswa akan segan

beradaptasi secara aktif dengan guru.

2) Cara penyajian. Guru menggunakan beberapa metode dapat

membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan

meningkatkan kegiatan belajar mengajar serta minat siswa untuk

belajar.

24

3) Hubungan antar murid. Guru harus mengendalikan kelas supaya

dapat bekerja sama dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

4) Standar pelajaran di atas ukuran, maksudnya guru berpendirian

untuk mempertahankan wibawanya dengan memberikan pelajaran di

atas ukuran standar. Akibatnya, anak merasa kurang mampu dan

takut kepada guru. Guru dalam menuntut penguasaan kepada murid

harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing, yang

penting tujuan yang dirumuskan dapat tercapai.

5) Media pendidikan. Jumlah alat bantu mengajar akan menentukan

lancar tidaknya kegiatan belajar mengajar. Antara lain seperti buku di

perpustakaan, peralatan alat laboratorium atau media lainnya.

6) Kurikulum. Sistem intruksional sekarang menghendaki proses belajar

mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu

mendalami materi dengan baik, harus mempunyai perencanaan agar

dapat melayani siswa secara individual.

7) Metode belajar, banyak siswa melakukan cara belajar yang salah.

Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur. Belajar teratur setiap hari

dengan pembagian waktu yang tepat dan cukup istirahat akan

meningkatkan hasil belajar.

8) Tugas rumah, guru jangan terlalu banyak memberikan tugas rumah,

sehingga anak tidak mempunyai waktu untuk belajar ataupun

kegiatan lain.

25

9) Keadaan gedung. Banyaknya siswa dalam satu ruang kelas dapat

mengakibatkan ketidak efektifannya kegiatan belajar mengajar

berlangsung.

10) Waktu sekolah. Akibat meledakanya jumlah anak yang masuk

sekolah dan penambahan gedung sekolah yang kurang, akibatnya

ada pembagian dalam kelas yaitu kelas pagi dan kelas sore.

11) Pelaksaan disiplin. Untuk mengembangkan motivasi yang kuat,

proses belajar siswa perlu disiplin.

Faktor yang datang dari masyarakat meliputi :

1) Media massa, kadang anak membaca buku selain buku pelajaran,

sehingga lupa akan tugas belajar. Maka bacaan anak perlu diawasi

dan diseleksi.

2) Teman bergaul, untuk mengembangkan sosialisasinya, anak perlu

bergaul dengan anak lain, tetapi perlu diawasi agar jangan sampai

mendapatkan teman bergaul yang kurang baik pengaruhnya, karena

perbuatan yang kurang baik akan mudah menular pada orang lain.

3) Cara hidup lingkungan , cara hidup lingkungan sekitar besar

pengaruhnya pada pertumbuhan anak.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil salah satu faktor yang

mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu faktor keluarga, khususnya

latar belakang ekonomi orang tua.

Dari penjelasan diatas, maka pada dasarnya hakikat motivasi

belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang

26

sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada

umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal ini

mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.

Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1)

adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan

kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan;

(4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan menarik

dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga

memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. B. Uno (2008:

23).

2.3 Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Motivasi Belajar

Keluarga dengan pendapatan cukup atau tinggi pada umumnya

akan lebih mudah memenuhi segala kebutuhan sekolah dan keperluan

lain. Berbeda dengan keluarga yang mempunyai penghasilan relatif

rendah, pada umumnya mengalami kesulitan dalam pembiayaan sekolah,

begitu juga dengan keperluan lainnya. Menurut Hamalik (1983) keadaan

sosial ekonomi yang baik dapat yang menghambat ataupun mendorong

dalam belajar. Masalah biaya pendidikan juga merupakan sumber

kekuatan dalam belajar karena kurangnya biaya pendidikan akan sangat

mengganggu kelancaran belajar. Salah satu fakta yang mempengaruhi

tingkat pendidikan anak adalah pendapatan keluarga. Tingkat sosial

ekonomi keluarga mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap prestasi

27

belajar siswa di sekolah, sebab segala kebutuhan anak yang berkenaan

dengan pendidikan akan membutuhkan sosial ekonomi orang tua.

Menurut Chapman perbedaan status sosioekonomi juga

mempengaruhi orientasi intelektual anak. Sedangkan menurut McLoyd

sperti orang tua mereka, anak-anak dengan latar belakang status

sosioekonomi rendah beresiko tinggi mengalami masalah kesehatan

mental. Masalah seperti depresi, kepercayaan diri rendah, konflik sebaya,

dan kenakalan renmaja lebih banyak terjadi di antara anak-anak yang

hidup di keluarga yang status sosioekonomi rendah dibanding di anak-

anak yang lebih beruntung secara ekonomi, menurut Gibbs dan Huang.

Santrock (2007: 283)

2.4 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap

Motivasi Belajar Siswa telah banyak diteliti oleh peneliti terdahulu,

diantaranya yang dilakukan oleh Yusrin Musa yang meneliti tentang

Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar

Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Bongomeme Kecamatan Bongomeme

Kabupaten Gorontalo, menyimpulkan:

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan untuk mengetahui

pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap motivasi belajar siswa

kelas XI SMA Negeri 1 Bongomeme kecamatan bongomeme kabupaten

gorontalo, dengan menggunakan teknik analisis regresi linear, maka

diperoleh Ỳ = 12.21 + 0.69. hal ini berarti bahwa setiap terjadi perubahan

28

sebesar satu unit pada status sosial ekonomi orang tua (variabel X) akan

menyebabkan peningkatan motivasi belajar siswa (Variabel Y) demikian

pula sebaliknya. Sedangkan untuk nilai r=0.6306 dengan mengkuadratka

koefesien korelasi yaitu (r²)= 39.76% hal ini menunjukan pengaruh status

sosial orang tua terhadap motivasi belajar siswa di kelas XI SMA Negeri 1

Bongomeme kecamatan bongomeme Kabupaten Gorontalo.

Dalam pengujian hipotesis, hasilnya menunjukan bahwa hipotesis

(Ho) yang diuji ditolak, yang artinya signifikan, dan hipotesis penelitian

(Hₐ) yang diajukan diterima. Hal ini terlihat dari Fhitung ≥ Fdaftar pada

taraf signifikan α = 0,01. Adapun hipotesis yang diajukan adalah status

sosial ekonomi orang tua berpengaruh positif terhadap motivasi belajar

siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bongomeme.

Dengan demikian secara keseluruhan dapat dikemukakan secara

keseluruhan variabel yang dianalisis yaitu status sosial ekonomi orang tua

mempunyaipengaruh terhadap motivasi belajar siswa XI SMA Negeri 1

bongomeme kecamatan bongomeme Kabupaten Gorontalo, dengan

asumsi bahwa faktor-faktor diluar dari pada variabel-variabel yang diteliti

dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini dapat membuktikan bahwa

status sosial ekonomi orang tua siswa yang baik motivasi belajar yang

dimiliki siswa juga membaik.

Selain itu juga Olvan Manginsihi meneliti juga tentang Pengaruh

Status Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X

29

SMK Negeri 4 Gorontalo yang menyimpulkan berdasarkan hasil

pengujuian hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, yaitu

diperoleh kesimpulan sebagai berikut: “ terdapat pengaruh yang signifikan

dari status sosial ekonomi keluarga terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini

berarti bahwa untuk mencapai prestasi belajar siswa. Hal ini berarti bahwa

untuk mencapai prestasibelajar yang tinggi harus didukung oleh status

sosial ekonomi yang tinggi”.

Lis Riyanti Tambung meneliti tentang Pengaruh Kondisi Ekonomi

Orang Tua Terhadap Aktivitas Belajar Siswa di SMP Negeri 13 Kota

Gorontalo menyimpulkan bahwa:

Aktifitas belajar Siswa di SMP Negeri 13 Kota Gorontalo berada

pada klasifikasi sedang. Hal ini menunjukan bahwa siswa dalam

melakukan aktifitas belajar mengacu pada kriteria aktifitas seperti latihan

atau praktik, menulis dan mencatat, membaca membuat ikhtisar,

ringkasan, mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, dan bagan-bagan,

menyusun paper atau kertas kerja dan mendengarkan.

Kondisi ekonomi orang tua SMP Negeri 13 Kota Gorontalo berada

pada klasifikasi sedang hal ini ditunjukan dengan tingkat ekonomi orang

tua yang berada pada tingkat sejahtera I dan sejahtera II sehingga dapat

memberikan dukungan bagi peningkatan aktifivats belajar siswa.

Terdapat pengaruh yang berarti antara aktivitas belajar siswa

dengan kondisi ekonomi orang tua di SMP Negeri 13 Kota Gorontalo

30

dengan demikian maka aktifitas belajar siswa SMP Negeri 13 Kota

Gorontalo dipengaruhi oleh kondisi ekonomi orang tua.

2.5 Kerangka Pikir

Motivasi belajar siswa didorong oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik

(dalam diri) dan faktor ekstrinsik (luar diri) atau lingkungan. Dorongan

yang datang dari dalam diri siwa terutama faktor berupa hasrat dan

keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-

cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,

lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik serta

sosial ekonomi.

Menurut Slameto (2010: 64), sosial ekonomi menjadi bagian yang

akan mempengaruhi motivasi belajar. Jika anak hidup dalam keluarga

yang miskin, kebutuhan pokok kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan

anak terganggu, sehingga belajar anak juga terganggu. Akibat yang lain

anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan

teman yang lain, hal ini pasti mengganggu belajar anak.bahkan anak

harus bekerja mencari nafkah sebagai pembantu orang tuanya walaupun

sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja, halyang begitu juga akan

mengganggu belajar anak.

Salah satu yang mempengaruhi motivasi belajar ialah status

sosioekonomi. Semakin tinggi tingkat sosioekonmi memberikan dorongan

besar tarhada motivasi siswa untuk belajar. Hal ini terlihat karena faktor

31

terpenuhinya keinginan siswa terhadap kebutuhan pendidikan yang

sangat besar dan hal itu bisa diadakan dengan tingkat ekonomi (biaya)

yang tinggi oleh orang tua yang memiliki status sosioekonomi diatas.

Sebalinya jika orang tua yang memiliki status sosioekonomi dibawah

tentunya memiliki kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang

begitu besar sehingga mempengaruhi pola berpikir orang tua terkait

dengan pendidikan anak.

Berdasarkan uraian diatas, maka pengaruh antara faktor yang

mempengaruhi status sosioekonomi(Variabel Bebas) dan Motivasi belajar

(Variabel Terikat), kerangka pikir dari penelitian ini di skemakan sebagai

berikut:

Gambar 1: Kerangka Pikir

- Tingkat pendidikan

- Pendapatan

- Pemilikan kekayaan atau

fasilitas

- Jenis Pekerjaan

Abdulsyani (1994)

Status sosial Ekonomi

Variabel bebas (X)

Motivasi Belajar

- Intrinsik

- Ekstrinsik

B. Uno (2008)

Motivasi Belajar Siswa

Variabel terikat (Y)

32

2.6 Penganjuan Hipotesis

Menurut Arikunto (2006) hipotesis adalah suatu jawaban yang

bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti

melalui data yang terkumpul.

Sehubungan dengan penelitian ini maka penulis merumuskan

hipotesis sebagai berikut:”Diduga status sosioekonomi orang tua

berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa kelas XI SMK Negeri

1 Limboto.