bab ii kajian teori dan hipotesis tindakan 2.1 kajian...
TRANSCRIPT
1
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu tindakan ataupun cara yang dapat
dilakukan oleh guru untuk dapat mengukur tingkat pemahaman dan
penguasaan materi oleh peserta didik, hasil belajar juga merupakan
proses evaluasi baik secara lisan maupun tulisan. Menurut Gagne (dalam
Suprijono 2012 : 5) “Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”. Hasil
belajar berupa :
a) Informasi verbal adalah kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulisan. Kemampuan
merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan
tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah
maupun penerapan aturan.
b) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengategorikan, kemampuan analitis-sisitesis fakta-konsep dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual
merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
2
c) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitfnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d) Keterampilan monotorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
e) .Sikap adalah kemampuan menerima dan menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Menurut Bloom (dalam Suprijono 2012:6) “Hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif,afektif dan psikomotorik”. Domain kognitif adalah
knowledge (pengertian, ingatan), comprehension (pemahaman,
menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analisis
(menguaraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).
Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding
(memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi),
characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-
routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan
produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara
menurut Lidgren (dalam Suprijono 2012:7) “ Hasil belajar meliputi
kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap ”. Yang harus di ingat, hasil
3
belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah
satu aspek potensi kemanusiaan saja. Slameto (dalam Syarifudin
2010:33) “Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku individu yang
mempunyai cita-cita : a) perubahan dalam belajar terjadi secara sadar, b)
perubahan dalam belajar mempunyai tujuan, c) perubahan belajar secara
positif, d) perubahan dalam belajar bersifat kontinu, e) perubahan dalam
belajar bersifat permanen”. S. Nasution (dalam Syarifudin 2010:33) “Hasil
belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar,
bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga pengetahuan
untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan,
dan penghargaan dalam diri individu yang belajar”.
Benyamin Bloom (dalam Syarifudin 2010:34) “Mengemukakan tipe-
tipe hasil belajar mengenai tujuan belajar meliputi : kognitif, afektif dan
psikomotor”.
A. Berikut tipe hasil belajar kognitif sebagaimana diringkaskan oleh
Benyamin Bloom dapat di uraikan sebagai berikut:
a) Hasil belajar pengetahuan akan terlihat dari kemampuan: (mengetahui
tentang hal-hal khusus, peristilahan, fakta-fakta khusus, prinsip-prinsip,
kaidah-kaidah)
b) Hasil belajar pemahaman akan terlihat dari kemampuan: (mampu
menerjemahkan, menafsirkan, menentukan, memperkiraan,
mengartikan)
4
c) Hasil belajar penerapan akan terlihat dari kemampuan: (mampu
memecahkan masalah, membuat bagan/grafik, menggunakan istilah
atau konsep-konsep)
d) Hasil belajar analisis akan nampak pada peserta didik dalam bentuk
kemampuan: (mampu mengenali kesalahan, membedakan,
menganalisis unsur-unsur,hubungan-hubungan, dan prinsip-prinsip
organisasi)
e) Hasil belajar sistesis akan terlihat pada diri peserta didik berupa
kemampuan-kemampuan: (mampu menghasilkan, menyusun kembali,
merumuskan)
f) Hasil belajar evaluasi dapat dilihat pada diri peserta didik sejumlah
kemampuan: (mampu menilai berdasarkan norma tertentu,
mempertimbangkan, memilih alternatif).
B. Berikut tipe hasil belajar afektif sebagaimana diringkaskan oleh
Benyamin Bloom dapat di uraikan sebagai berikut:
a) Hasil belajar penerimaan akan terlihat dari sikap dan perilaku: (mampu
menunjukan, mengakui, mendengarkan dengan sungguh-sungguh)
b) Hasil belajar dalam bentuk partisipasi akan terlihat dalam sikap dan
peilaku: (mematuhi, ikut serta aktif)
c) Hasil belajar penilaian/penentuan sikap akan terlihat dari sikap:
(mampu menerima suatu nilai, menyukai, menyepakati, menghargai)
5
d) Hasil belajar mengorganisasikan akan terlihat dalam bentuk: (mampu
membentuk system nilai, menangkap relasi/hubungan antar nilai,
bertanggung jawab, menyatukan nilai)
e) Hasil belajar membentuk pola hidup akan terlihat dalam bentuk sikap
dan perilaku: (mampu menunjukan, mempertimbangkan, melibatkan
diri)
C. Berikut tipe hasil belajar psikomotor sebagaimana diringkaskan oleh
Benyamin Bloom dapat di uraikan sebagai berikut:
a) Hasil belajar persepsi akan terlihat dari perbuatan: (mampu
menafsirkan rangsangan, peka terhadap rangsangan,
mendiskriminasikan)
b) Hasil belajar kesiapan akan terbentuk dalam bentuk perbuatan:
(mampu berkonsentrasi, menyiapkan diri/fisik dan mental)
c) Hasil belajar gerakan terbimbing akan terlihat dari kemampuan:
(mampu meniru contoh)
d) Hasil gerakan terbiasa akan terlihat dari penguasaan: (mampu
berketerampilan, berpegang pada pola)
e) Hasil belajar gerakan kompleks akan terlihat dari kemampuan peserta
didik yang meliputi: (berketerampilan secara lancer, luwes, gesit,
lincah)
f) Hasil belajar penyesuaian pola gerakan akan terlihat dalam bentuk
perbuatan meliputi: (Mampu Menyesuaikan diri/beradaptasi)
6
g) Hasil belajar kreatif akan terlihat dari aktivitas-aktivitas: (mampu
menciptakan yang baru/ide baru).
2.1.2 Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi
pada diri persta didik karena adanya interaksi antara individu yang satu
dengan individu yang lainnya yaitu antar peserta didik dengan guru dan
antara sesama peserta didik. Dalam pengertian lain belajar diartikan
dengan proses perubahan yang terjadi dalam kepribadian peserta didik
yang membentuk pola baru sebagai reaksi dari pengajaran yang dilakukan
guru berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian, suatu pengertian.
Menurut Komalasari (2010:1) Perubahan seseorang yang asalnya tidak
tahu merupakan hasil dari proses belajar. Misalnya orang yang tadinya
tidak dapat berbahasa inggris , sekarang mahir berbahasa inggris. Akan
tetapi tidak semua perubahan terjadi dalam diri seseorang merupakan
hasil proses belajar. Kita lihat perubahan yang terjadi pada bayi, misalnya
bayi yang tadinya tidak dapat tengkurep lalu dapt tengkurep, perubahan
ini terjadi karena kematangan. Lalu ada kategori lain mengenai perubahan
yakni perubahan yang berjalan singkat, misalnya ada orang secara
kebetulan dapat memperbaiki barang elektronik, tetapi ketika harus
mengerjakan hal yang sama dalam waktu yang berbeda menemui
kesulitan. Kejadian tersebut dapat dikatakan sebenarnya dia belum belajar
hal-hal yang berhubungan dengan kecakapan memperbaiki barang
7
elektronik. Yang harus digaris bawahi bahwa perubahan hasil belajar
diperoleh karena individu yang bersangkutan berusaha untuk belajar.
Dari uraian diatas dapat didefinisikan ciri-ciri kegiatan belajar yaitu :
a) Belajar adalah aktivitas yang dapat menghasilkan perubahan dalam diri
seseorang, baik secara actual maupun potensial. b) Perubahan yang
didapat sesungguhnya adalah kemampuan yang baru dan ditempuh
dalam jangka waktu yang lama. c) Perubahan terjadi karena ada usaha
dari dalam diri setiap individu.
Menurut Syarifudin (2010:55) Mengajar adalah membimbing
kegiatan peserta didik untuk memperoleh informasi dan pengetahuan
serta mengarahkan perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang
meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dan proses belajar
mengajar adalah peraturan dan pengorganisasian komponen yang terdiri
dari: tujuan, bahan, peserta didik, metode, situasi, lingkungan dan
evaluasi yang dilakukan oleh guru dengan tujuan agar peserta didik
melakukan kegiatan dan pengalaman belajar. Dalam proses belajar
mengajar terjadi interaksi belajar antara guru dan peserta didik dan
sesame peserta didik.
Gagne (dalam Komalasari 2010:2) mendefinisikan “Belajar sebagai
suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan
kecendrungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan
kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan
berbagai jenis kinerja”. Menurut Sunaryo (dalam Slameto 2010:2) “Belajar
8
merupakan suatu kegiatan di mana sesorang membuat atau
menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dlam
pengetahuan, sikap, dan keterampilan”.
Jika dikaitkan dengan pendapat diatas, maka perubahan yang
terjadi melalui belajar tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga
keterampilan untuk hidup (life skills) bermasyarakat meliputi keterampilan
berpikir (memecahkan masalah) dan keterampilan social, juga yang tidak
kalah pentingnya adalah nilai dan sikap. Jadi jika disimpulkan, belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan
dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi disebabkan oleh adanya
kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal.
Menurut Komalasari (2010:3) Pembelajaran dapat didefinisikan
sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek
didik/pembelajaran yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan
dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Pembelajaran dapat
dipandang dari dua sudut, pertama pembelajaran dipandang sebagai
suatu system, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang
terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga,
pengorganisasian kelas, evaluasi belajar dan tindak lanjut pembelajaran
(remedial dan pengayaan). Kedua, pembelajaran dipandang sebagai
9
suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau
kegiatan guru dalam rangka membuat peserta didik belajar, proses
tersebut meliputi :
a) Persiapan, dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan,
semester, dan penyusunan persiapan mengajar, berikut penyiapan
perangkat kelengkapannya, antara lain berupa alat peraga dan alat-
alat evaluasi. Persiapan pembelajaran ini juga mencakup kegiatan
guru untuk membaca buku-buku atau media cetak lainnya yang akan
disajikannya kepada para peserta didik dan mengecek jumlah dan
keberfungsian alat peraga yang akan digunakan.
b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada
persiapan pembelajaran yang telah dibuatnya. Pada tahap
pelaksanaan pembelajaran ini, struktur dan situasi pembelajaran yang
diwujudkan guru akan banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau
strategi dan metode-metode pembelajaran yang telah dipilih dan
dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru,
persepsi, dan sikapnya terhadap peserta ddik.
c) Menindak lanujuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan
pascapembelajaran ini dapat berbentuk pengayaan dan dapat pula
berupa pemberian layanan remedial bagi peserta didik yang kesulitan
belajar.
10
2.1.3 Prinsip-prinsip belajar
Belajar sebagai kegiatan sistematis dan kontinu memiliki prinsip-
prinsip dasar sebagai berikut.
a) Belajar berlangsung seumur hidup
Belajar merupakan proses perubahan perilaku peserta didik
sepanjang hayat (long life education) dari mulai buaian hidup ibu
sampai menjelang masuk ke liang lahat yang berlangsung tanpa henti
(never ending), serasi dan selaras dengan periodesisasi tugas
perkembangannya (development task) peserta didik.
b) Proses belajar adalah kompleks, tetapi terorganisir
Proses belajar banyak aspek yang mempengaruhinya, antara lain
kualitas dan kuantitas peserta didik dengan segala latar belakangnya,
instrumental input, dan environmental input yang kesemuannya
diorganisasikan secara terpadu (integratif) dan sistematis dalam
rangka mencapai tujuan belajar.
c) Belajar berlangsung dari yang sederhana menuju yang kompleks
Proses pembelajaran disesuaikan dengan tugas perkembangan
dan tingkat kematangan peserta didik, baik secara fisik maupun
kewajiban dari mulai bahan ajar yang sederhana menuju bahan ajar
yang kompleks.
d) Belajar dari mulai faktual menuju konseptual
Proses pembelajaran merupakan proses yang sistematis dan
integrative di mana penyajian bahan ajar disesuaikan dengan tingkat
11
kemampuan peserta didik yang dimulai dengan bahan ajar yang
bersifat factual yang mudah diamati oleh panca indra menuju bahan
ajar yang membutuhkan imajinasi berpikir tingkat tinggi.
e) Belajar mulai dari yang kongkret menuju abstrak
Proses pembelajaran berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik dari mulai bahan ajar yang mudah diamati
secara nyata (kongkret) menuju proses pembelajaran yang
memerlukan daya nalar yang imajinatif, proyektif, dan prospektif.
f) Belajar merupakan bagian dari perkembangan
Proses pembelajaran merupakan mata rantai perjalanan kehidupan
peserta didik. Episode perkembangan peserta didik harus di isi dengan
berbagai pengalaman yang bermakna paling mendasar dan mendesak
harus didahulukan, serasi, selaras, dan seimbang dengan tingkat
perkembangan mental, dan umur kalender peserta didik.
g) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor bawaan, lingkungan,
kematangan, serta usaha keras peserta didik itu sendiri.
h) Belajar mencakup semua asfek kehidupan yang penuh makna, dalam
rangka membangun manusia seutuhnya dan bulat, baik dari sisi
agama, ideology, politik, ekonomi, social, budaya dan ketahanan.
i) Kegiatan belajar berlangsung pada tempat dan waktu, baik dalam
lingkungan keluarga, sebagai pendidikan awal bagi lingkungan
masyarakat, dan lingkungan sekolah
j) Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru
12
Proses pembelajaran di abad modern ini guru bukanlah satu-
satunya sumber belajar, tetapi masih banyak sumber belajar
lainnya.misalnya, teman sebaya, perpustakaan manual, perpustakaan
dunia maya(internet) dan lingkungan sekitar secara kontestual.
k) Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.
l) Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan lingkungan internal
seperti hambatan fsikis dan fisik, dan eksternal, seperti lingkungan
yang kurang mendukung baik sosial, budaya,ekonomi,keamanan, dan
sebagainya.
m) Kegiatan belajar tertentu di perlukan adanya bimbingan dari orang lain,
mengingat tidak semua bahan ajar dapat dipelajari sendiri.dengan
bimbingan peserta didik akan mampu berepleksi untuk berkaca diri,
memahammi diri, mengenali kekuatan,kelemahan, peluang dan
ancaman, menerimah diri, atau menolak diri, mengarahkan diri,
mengembangkan diri, dan menyesuaikan diri.
2.1.4 Tujuan belajar
Belajar pada hakekatnya merupakan proses kegiatan secara
berkelanjutan dalam rangka perubahan perilaku peserta didik secara
konstruktif. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
13
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan ahlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Menurut Suprijono (2012:5) tujuan belajar sebenarnya sangat
banyak bervariasi. Tujuan belajar yang jelas diusahakan untuk di capai
dengan tindakan pengajaran yang biasa berbentuk pengetahuan dan
keterampilan. Sementara itu, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai
tujuan belajar pengajaran berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif,
sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain dan sebagainya.
Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi”
suatu system kingkungan belajar tertentu.
2.1.5 Karakteristik Pembelajaran Stenografi
Stenografi merupakan mata pelajaran yang sudah lama diajarkan
dan merupakan mata pelajaran khusus dan sangat istimewa yang hanya
terdapat pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khususnya pada
jurusan perkantoran. Bahkan stenografi ini sering dijuluki sebagai identitas
dari jurusan perkantoran, karena mata pelajaran stenografi hanya dapat
ditemui atau diajarkan pada satu jurusan yang ada di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) yaitu jurusan perkantoran. Dalam penelitian di kelas X
Administrasi perkantoran 3 SMK Negeri 1 Limboto yang standar
kompotensi dan kompotensi dasarnya Mencatat Dikte untuk
Mempersiapkan naskah. Metode pembelajaran yang cocok diterapkan
adalah metode pembelajaran aktif tipe The Learning Cell (Sel Belajar).
14
Dilihat dari perkembangannya menurut Sumaryati (1994:9)
stenografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari (dua) kata yaitu
kata “Stenos” dan “Graphein”. Stenos berarti singkatan atau pendek, dan
Graphein berarti tulisan. Jadi stenografi berarti tulisan singkat atau tulisan
pendek. Karena singkatannya itulah yang mengakibatkan cepat. dengan
demikian, kalau ada orang mengatakan, bahwa stenografi itu tulisan
cepat, istilah itu salah. Stenografi tersebut menggunakan tanda-tanda
khusus yang lebih singkat daripada tulisan panjangnya (Latinnya),
kemudian disempurnakan dengan singkatan-singkatan, sehingga waktu
yang digunakan untuk menulis stenogramnya paling tidak hampir sama
dengan waktu mengucapkan kata yang dimaksud.
Stenografi pada hakikatnya berkembang mulai beberapa abad
sebelum Masehi. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan-penemuan
dibeberapa tempat di dunia. Misalnya didapatkannya Hieroglyphys, yaitu
tulisan mesir kuno pada tahun 3100 sebelum masehi dan yang dianggap
sebagai steno tertua dalam sejarah. Tachigraphy ciptaan Marcus Tulius
Tiro dari Roma pada tahun 63 sebelum masehi yang dipergunakan di
Romawi dan Yunani. Mulai abad ke 16 tumbuh beberapa system
stenografi di negara-negara yang sudah relative maju, dan hal ini
disebabkan karena adanya tuntunan dari perkembangan masyarakat.
Perkembangan stenografi tersebut dapat terlihat di Negara-negara
tertentu, misalnya :”
15
a) stenografi yang dikarang oleh Timothy Bright pada tahun 1588 John
Willis pada tahun 1602 dan J. Pitman yang semuanya dari Inggris
(London).
b) Stenografi yang dikarang oleh Greeg dan John Comstock Evans.
c) Di jerman terdapat pengarang F. I. Gabelsbelger pada tahun 1824.
d) Stenografi oleh Able Duploge tahun 1862 dan Prevost Delanncy tahun
1878 dari Perancis.
e) Di Belanda terdapat pengarang A. W. Groote pada tahun 1899 dan
disusul oleh Gerard Schaap.
f) Di Indonesia terdapat pengarang J. Paat / Sabirin dan Karundeng pada
tahun 1925.
Berdasarkan Surat Keputusan No. 51/19 No. 51/1968 tanggal 1
Januari 1968 telah ditetapkan Sistem Karundeng sebagai system
stenografi standar mata pelajaran pada Lembaga-Lembaga Pendidikan
dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Oleh karena
itu stenografi system Karundeng merupakan sistem Nasional. Di Indonesia
sendiri stenografi yang sering dipakai terdiri dari (dua) jenis, yaitu
Stenografi Bahasa Indonesia dan Stenografi Bahasa ingris. Menurut
Sumaryati (1996:11) salah satu perbedaan Stenografi Indonesia dan
Stenografi Inggris (dengan Sistem Karundeng) adalah adanya tuntunan
bahwa peserta didik harus mengetahui/mengenal tanda-tanda atau
simbol-simbol fonetik yang biasanya tercantum dalam setiap kamus
bahasa. Tanda-tanda fonetik ini akan membimbing para peserta didik
16
(disamping bimbingan secara lisan tentunya) untuk dapat
melafalkan/mengucapkan setiap kata dalam bahasa inggris dengan tepat.
Dengan prasyarat pengetahuan mengenai hal ini, para peserta didik
diharapkan akan lebih mudah untuk mengenal, mengerti dan memahami
teknik dasar Stenografi Bahasa ingris system karundeng.
Tanda-tanda fonetik secara umum dapat dipahami sebagai symbol
untuk menyuarakan, membunyikan, atau melafalkan suatu huruf, baik
berupa huruf hidup (vokal), huruf mati (konsonan) atau huruf kombinasi
keduanya (diftong), baik yang berdiri sendiri sebagai satu satuan suku
kata atau yang membangun sebuah kata/kalimat. Tanda-tanda/symbol
fonetik merupakan, lambang bunyi yang digunakan secara internasional
sebagai tuntunan/pedoman dalam pelafalan (pronounciation) huruf, kata
atau kalimat dalam sebuah bahasa.
Dalam bahasa Indonesia, huruf „e‟ seperti dalam kata pena
dilambangkan dengan abjad fonetik „e‟, untuk membedakan dengan bunyi
huruf „e‟ dengan lambang abjad fonetik „e‟ dalam kata enau atau endapan.
Mata pelajaran stenografi adalah salah satu mata pelajaran
produktif yang ada di SMK Negeri 1 Limboto khususnya pada jurusan
perkantoran yang merupakan mata pelajaran yang sudah lama diajarkan
di sekolah tersebut, namun seiring perkembangan zaman yang semakin
modern ini, Mereka menganggap bahwa mata pelajaran ini sudah tidak
terlalu bermanfaat untuk dipakai di zaman sekarang ini serta hanyalah
mata pelajaran yang disyaratkan sekedar mengikuti dan harus lulus dalam
17
mata pelajaran tersebut agar bisa naik kelas, tanpa memahami dan
mengkaji manfaatnya.
Padahal jika dilihat dari pengertian dan manfaat umum mata
pelajaran stenografi, Mata pelajaran stenografi merupakan pelajaran skill
atau keterampilan yang kegiatannya berkisar pada kegiatan membaca
dan menulis yang bersifat rahasia. Oleh karena itu kegiatan-kegiatan
menulis dan membaca tersebut harus sering dilakukan Karena tidaklah
mungkin, apabila belajar stenografi itu hanya sekedar dilihat dan dihafal
saja. Siapa yang rajin membaca dan menulis maka akan terampil
mempraktekan pelajaran stenografi.
Adapun manfaat dari stenografi ini menurut Tedjasutina (1999:9) adalah
sebagai berikut:
a) Untuk membuat hasil persidangan atau risalah lengkap.
b) Untuk menyusun dan mencatat hasil sidang notulis, atau panitra siding
pengadilan.
c) Untuk dapat mencatat berita atau pesan melalui pesawat telepon atau
berupa sandi-sandi, baik bagi operator, sekretaris maupun bagi
petugas airport.
d) Untuk mencatat dikte atau perintah dari direktur.
e) Membantu peserta didik/mahapeserta didik yang pekerjaanya setiap
hari menulis.
18
f) Bagi wartawawan yang pekerjaan mencari berita, menulis berita, dan
mewawancarai orang, apabila disaat yang bersamaan peralatan
peliputan beritanya ketinggalan di kantor atau rusak
g) Untuk menterjemahkan rekaman hasil sidang atau rapat karena steno
dapat di terjemahkan.
h) Untuk mencatat dan membuat informasi yang bersifat rahasia.
i) Untuk membantu dosen dalam proses belajar mengajar, dalam hal ini
bagi yang lulusan SMK khususnya dari jurusan perkantoran yang
menguasai stenografi.
2.2 Pengertian Metode Pembelajaran Aktif
Menurut Suprijono (2012:111) Metode pembelajaran aktif
diperuntukan untuk mengarahkan atensi peserta didik terhadap materi
yang dipelajarinya. Sedangkan menurut Zaini (2008:xiv) pembelajaran
aktif adalah pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar
secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang
mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif
menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi kuliah,
memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang mereka baru
pelajari kedalam satu persoalan yang ada pada kehidupan nyata. Dengan
belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses
pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi melibatkan fisik. Dengan
cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih
menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
19
Menurut Hartono (2012:11) Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses
pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa
sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan. Belajar merupakan suatu proses aktif dari
peserta didik dalam membangun pengetahuan, bukan proses pasif yang
hanya menerima penjelasan guru tentang pengetahuan. Apabila
pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat
belajar. Peran aktif peserta didik sangatlah penting dalam rangka
pembentukan generasi yang kreatif, yang menghasilkan sesuatu untuk
kepentingan dirinya dan orang lain.
Di samping itu, kondisi aktif dan menyenangkan belumlah cukup
apabila roses pembelajaran tidak efektif. Proses pembelajarn hendaknya
menghasilkan apa yang harus dikuasai peserta didik setelah menjalani
proses pembelajaran. Hal ini karena pembelajaran memiliki sejumlah
tujuan yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan
menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut adalah
sama persis dengan bermain secara umum.
Adapun syarat kelas yang efektif adalah adanya keterlibatan,
tanggung jawab, umpan balik dari peserta didik. Keterlibatan peserta didik
merupakan syarat pertama dan utama dalam kegiatan pembelajaran.
Peserta didik perlu menyadari tentang tanggung jawab mereka dalam
proses pembelajaran, karena merekalah yang melakukan aktivitas-
20
aktivitas pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran.
Lebih lanjut umpan dari peserta didik akan berguna bagi guru untuk
mengetahui tingkat perubahan yang alami peserta didik.
Secara garis besar, aktif dapat digambarkan secara berikut:
a) Peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar
melalui berbuat.
b) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam
membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik,
menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik.
c) Guru mengatur kelas memanjang buku-buku dan bahan belajar yang
lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”.
d) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,
termasuk cara belajar kelompok.
e) Guru mendorong peserta didik untuk menemukan cara-caranya sendiri
dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan
gagasannya, dan melibatkan peserta didik dalam menciptakan
lingkungan sekolahnya.
Menurut Jauhar (2011:1) Dalam aktif digunakan prinsip-prinsip
pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajran berbasis kompetensi
adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian
kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil pembelajaran
21
adalah meningkatkan kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam
pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannnya. Dalam Permendiknas
Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses juga diamanatkan bahwa
dalam kegiatan inti pembelajaran harus dilakukan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Kegiatan pembelajaran
ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. Jadi secara yudiris pembelajaran berbasis aktif
sudah jadi keharusan dilaksanakan dalam pembelajaran disekolah.
2.2.1 Metode Pembelajaran Aktif tipe The Learning Cell (Sel Belajar)
Menurut Zaini (2008:86) salah satu dari beberapa metode
pembelajaran terbaik yang dapat digunakan dalam metode pembelajaran
aktif untuk membantu pasangan peserta didik belajar dengan lebih efektif
adalah “The Learning Cell (Sel Belajar)”, yang di kembangkan oleh
Goldschmid dari Swiss Federal institute of technology di Lausanne,
Goldscmid (dalam Zaini 2008:86). The Learning Cell atau peserta didik
berpasangan, menunjukan pada suatu bentuk belajar kooperatif dalam
bentuk berpasangan, dimana peserta didik bertanya dan menjawab
pertanyaan secara bergantian berdasar pada materi bacaan yang sama.
Adapun langkah-langkah pembelajaran The Learning Cell (Sel Belajar )
sebagai berikut:
22
Langkah Awal Langkah Modifikasi
a)
b)
c)
Sebagai persiapan, peserta
didik diberi tugas membaca
sebuah bacaan kemudian
menulis pertanyaan yang
berhubungan dengan masalah
pokok yang muncul dari
bacaan atau materi terkait
lainnya.
Pada awal setiap pertemuan
kelas, peserta didik ditunjukan
untuk berpasangan secara
acak dan seorang partner.
Peserta didik A mulai dengan
pertanyaan pertama dan
dijawab oleh peserta didik B.
Setelah mendapatkan jawaban
dan mungkin telah dilakukan
Sebagai persiapan, peserta didik
diberi tugas mencari masing-
masing 1 kalimat berdasarkan
pengalaman yang berhubungan
dengan Agama, Pendidikan,
kesenian, Perkantoran dan Cinta.
kemudian menulis 5 kalimat yang
berhubungan dengan masalah
pokok yang muncul berdasarkan
apa yang menjadi pengalaman
setiap peserta didik.
Selanjutnya peserta didik ditunjuk
untuk berpasangan secara acak
dan seorang partner. Peserta
didik A mulai dengan 5 kalimat
dengan tulisan latin pertama dan
dijawab(diartikan dalam tulisan
stenografi) oleh peserta didik B.
Setelah diartikan dalam tulisan
stenografi dan mungkin telah
23
d)
e)
koreksi atau diberi tambahan
informasi, giliran peserta didik
B mengajukan pertanyaan
yang harus dijawab oleh
peserta didik A.
Jika peserta didik A selesai
mengajukan satu pertanyaan
kemudian dijawab oleh peserta
didik B, ganti B yang bertanya,
dan begitu seterusnya.
Selama berlangsung Tanya
jawab, guru bergerak dari satu
pasangan kepasangan yang
lain sambil memberi masukan
atau penjelasan dengan
bertanya dan menjawab
pertanyaan.
dilakukan koreksi atau diberi
tambahan informasi, giliran
peserta didik B menulis 5 kalimat
dengan tulisan latin yang harus
diartikan dalam tulisan stenografi
oleh peserta didik A.
Jika peserta didik A selesai
menjawab/mengartikan 5 kalimat
dalam tulisan stenografi oleh
peserta didik B, maka peserta
didik B memeriksa dan
mengoreksi apa yang telah ditulis
oleh peserta didik A.
Selama berlangsung proses
pembelajaran, guru bergerak dari
satu pasangan kepasangan yang
lain sambil memberi masukan
atau penjelasan dengan bertanya
dan menjawab.
24
Dengan metode pembelajaran aktif diharapkan dapat
mengembalikan rasa humanis di antara kita, harapan ini bukanlah hal
yang berlebihan karena dengan metode pembelajaran ini kita terlatih dan
terbiasa untuk tidak sekedar bekerja bersama-sama namun benar-benar
bekerjasama dan masing-masing dari kita memberikan kontribusi demi
keberhasilan bersama. Selain itu kita juga dibiasakan untuk saling
menghargai dan tidak merasa benar sendiri.
Jika metode pembelajaran seperti ini dilakukan disemua sekolah
mulai dari jenjang pendidikan paling dasar sampai dengan jenjang
pendidikan tertinggi. Maka akan memberikan suatu dampak positif bagi
pendidikan di Indonesia. Penempatan metode pembelajaran yang tepat
juga dapat membantu memberikan pemahaman cepat kepada peserta
didik.
2.3 Hasil Penelitian Relevan
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Nadhifah (2009) pada
peserta didik XI/IPASMA Islam Duduk sampeyan Gresik. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa pengaruh penerapan learning cell terhadap
motivasi belajar berdasarkan analisis adalah cukup. Hal ini berdasarkan
tabel interpretasi nilai r, dimana r hitung 0, 472 berada antara 0,400
sampai dengan 0,700 yang berartikorelasinya cukup. Dan untuk hasil
belajar menggunakan learning cell memberikan hasil yang cukup bagus.
Peneliti sebelumnya juga dilakukan oleh Tiara DwiYulianti (2009),
menyimpulkan bahwa strategi the learning cell ternyata memberikan
25
pengaruh yang positif terhadap kemampuan membaca kritis peserta didik
kelas VII SMP di SMP N 47 Jakarta Pusat, dengan diperolehnya terhitung
= 5,73 > t tabel = 1,67. Hal ini menyatakan bahwahipotesis di terima.
Rentangan skor kelas eksperimenadalah 52-91 dengan skor rata-rata
72,27, sedangkanrentangan skor posttest kelas kontrol adalah 29-
78dengan skor rata-rata 51,89.
Pada pelaksanaan pembelajaran IPS materi sejarah dengan
mengimplementasikan metode pembelajaran The Learning Cell (Sel
Belajar) yang prosesnya meliputi 2 siklus. Siklus I dengan
mengimplementasikan metode Pembelajaran The Learning Cell (Sel
Belajar) dan berlangsung melalui empat tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi memperoleh nilai rata-rata 78,18.
Siklus II dengan tahapan yang sama memperoleh nilai rata-rata 80,91.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dengan mengimplementasikan
metode pembelajaran The Learning Cell (Sel Belajar) dapat meningkatkan
prestasi belajar IPS materi sejarah di SMK Kristen “Penabur” Purworejo.
Dari beberapa penelitian terdahulu di atas peneliti dapat
menyimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran The Learning Cell
(Sel Belajar) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Jika digunakan metode pembelajaran aktif tipe The Learning Cell (Sel
Belajar) pada mata pelajaran stenografi di kelas X Administrasi
26
Perkantoran 3 SMK Negeri I Limboto maka akan meningkatkan hasil
belajar peserta didik.