penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group .../penerapan... · bab ii kajian teori,...

156
i PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA RAKYAT PADA SISWA KELAS X F SMA NEGERI 1 GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009-2010 TES IS Untuk Memenuhi Sebagian Persy aratan M encapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Oleh : Sumanti S.840209120 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: doanxuyen

Post on 02-Mar-2019

252 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

i

PEN ERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP

INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENGAPRES IASI CERITA RAKYAT PADA S IS WA KELAS X F

S MA NEGERI 1 GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2009-2010

TES IS

Untuk Memenuhi Sebagian Persy aratan M encapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Bahasa Indon esia

Oleh :

Sumanti

S.840209120

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

ii

PEN ERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP

INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENGAPRES IASI CERITA RAKYAT PADA S IS WA KELAS X F

S MA NEGERI 1 GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2009-2010

Diajukan Oleh :

Sumanti

NIM : S.840209120

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing I Prof. Dr. S arwiji S uwandi, MPd ....................... .................... NIP. 19620407198703 1 001 Pembimbing II Dr. Bu dhi S etiawan, MPd ......................... ..................... NIP. 19610524198901 1 001 M engetahui

Ketua Program Pendidikan Bahasa Indonesia

Prof. Dr. Herman J. Waluyo, MPd NIP 194403151978041001

Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

iii

PEN ERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP

INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENGAPRES IASI CERITA RAKYAT PADA S IS WA KELAS X F

S MA NEGERI 1 GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2009-2010

Disusun Oleh:

Sumanti

S .840209120

Telah Disetujui dan Disahkan oleh Team Penguji

Pada Tanggal: ………………….

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua : Prof. Dr. Herman J.Waluyo, MPd …………………

Sekretaris : Dr.Nugraheni Eko Wardani, M.Hum …………………

Anggota : 1. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, MPd. ....………………

2. Dr. Budhi Setiawan, MPd. ………………....

Surakarta,…………………………

M engetahui

Direktur Program Pascasarjana

Prof. Dr. S uranto, MSc, PhD. NIP. 195708201985031004

M engetahui

Ketua Program Pendidikan Bahasa Indonesia

Prof. Dr. Herman J. Waluyo, MPd . NIP. 194403151978041001

Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Sumanti

NIM : S.840209120

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul ” PENERAPAN

MODEL PEM BELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI)

UNTUK M ENINGKATKAN KEMAM PUAN MENGAPRESIASI CERITA

RAKYAT PADA SISWA KELAS X F SMA NEGERI 1 GEM OLONG

KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009-2010” adalah betul-betul

karya saya sendiri.

Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut ditunjukkan dalam

daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berup a pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, M ei 2010

Yang membuat pernyataan

Sumanti

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

v

MOTTO

1. Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “ Berlapang-

lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi

kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka

berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajad.

Dan Allah M aha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

( QS. Al Mujaadilah. 11)

2. Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah

menyelesaikan (urusan dunia), bersungguh-sungguhlah (dalam beribadah) dan

hanya kepada Tuhanmulah berharap.

(Q.S. Al-Insyirah: 6-8)

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

vi

PERSEMBAHAN

Tesis ini Penulis persembahkan kepada:

1. Bapak Karno Suharjo dan Ibu Sih Kartini (alm), kedua

orang tuaku yang telah menyayangiku.

2. Bapak Pawirorejo (alm) dan Ibu Suminah, kedua

mertuaku yang telah memberiku dukun gan.

3. Drs. M arno, M.Pd, suami tercinta yang telah

mendukung dan menyemangatiku.

4. Asri Wahyu Azzahro, M aulida Niswatul Asri

M unawaroh, Funica Asri Rahmawaty, Rosa Alba Asri

Larasati, buah hatiku yang menjadi nafas hidup ku.

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa p enulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang M aha Esa atas

karunia dan pertolongan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan makalah

kualifikasi ini. Dalam menyelesaikan makalah kualifikasi yang berjudul “Penerapan

M odel Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk M eningkatkan

Kemampuan M engapresiasi Cerita Rakyat Kelas Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1

Gemolong Kabupaten Sragen” ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan

pengarahan dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada p ihak-p ihak

yang telah mendukung terselesaikannya tesis ini:

1. Prof. Dr. M uch. Syamsul Hadi, dr. Sp Kj (K), Rektor Universitas Sebelas M aret

Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menempuh

studi sampai selesai di Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan Universitas

Sebelas M aret Surakarta.

2. Prof. Drs. Suranto, M .Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas

Sebelas M aret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis

sehingga penulis mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam melakukan

penelitian.

3. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

yang telah memberi dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan

makalah ini;

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

viii

4. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M .Pd, yang telah memberi pengarahan dan

pembimbingan secara teliti dan penuh kesabaran;

5. Dr. Budhi Setiawan, M .Pd, Pembimbing II yang telah memberi pengarahan,

petunjuk, dan masukan berharga sehingga tesis ini dapat diselesaikan;

6. Drs. Mohammad Amir Zubaidi, selaku Kepala Sekolah SMA N 1 Gemolong

yang telah memberi izin p enelitian untuk penyusunan tesis ini;

7. Jumadi, S.Pd, selaku guru Bahasa Indon esia Kelas X F SMA N 1 Gemolong

yang telah menjadi mitra peneliti dalam penelitian tesis ini;

8. Bapak Karno Suharjo dan Ibu Sih Kartini (alm), kedua orang tuaku yang

senantiasa mencurahkan kasih sayangnya;

9. Drs. Marno, M. Pd, suami tercinta yang selalu mendukung dan memberiku

semangat dalam penyusunan tesis ini;

10. Anak-anakku (Asri Wahyu Azzahro, M aulida Niswatul Asri M unawaroh, Funica

Asri Rahmawaty, Rosa Alba Asri Larasati) yang sangat penulis sayangi.

Akhirnya, penulis hanya dapat berdoa semoga Tuhan Yang M aha Esa

melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada semua pihak tersebut di atas, dan

mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, Juni 2010

Penulis

Page 9: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

ix

DAFTAR ISI Halaman

JUDUL …………………………………………….………....................

PERSETUJUAN ......................................................................................

PENGESAHAN ......................................................................................

PERNYATAAN ......................................................................................

MOTTO ...................................................................................................

PERSEMBAHAN ...................................................................................

KATA PENGANTAR .............................................................................

DAFTAR ISI ...........................................................................................

DAFTAR TABEL ...................................................................................

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

ABSTRAK ..............................................................................................

ABSTRACT ............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................

B. Perumusan M asalah .........................................................

C. Tujuan Penelitian ............................................................

D. Manfaat Penelitian ..........................................................

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

ix

xi

xiv

xvii

xix

xx

1

7

7

7

Page 10: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

x

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA

BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori ........................................................................

1. Hakekat Kemampuan M engapresiasi Cerita Rakyat..........

2. Hakekat Model Pembelajaran Kooperatif Type Group

Investigation (GI)................................................................

B. Penelitian yang Relevan .....................................................

C. Kerangka Berpikir ..............................................................

D. Hipotesis .............................................................................

BAB III M ETODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian...............................................................

B. Subjek Penelitian...............................................................

C. Sumber Data.......................................................................

D. Teknik Pengumpulan Data..................................................

E. Uji Validitas Data ..............................................................

F. Teknik Analisis Data ..........................................................

G. Indikator Kinerja ................................................................

H. Prosedur Penelitian ...........................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEM BAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal ...................................................

B. Pelaksanaan Penelitianaan................................................

1. Siklus I...........................................................................

10

10

27

40

42

43

44

45

46

46

48

49

50

51

55

61

62

Halaman

Page 11: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

xi

2. Siklus II ........................................................................

3. Siklus III .......................................................................

C. Hasil Penelitian ..................................................................

1. Penerapan M odel Pembelajaran Kooperatif Type Group

Investigation (GI) dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita

Rakyat............................................................................

2. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Apresiasi Cerita

Rakyat.............................................................................

D. Pembahasan Hasil Penelitian ..............................................

1. Penerapan M odel Pembelajaran Kooperatif Type Group

Investigation (GI) dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita

Rakyat..............................................................................

2. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Apresiasi Cerita

Rakyat...................................................................................

BAB V SIM PULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan ................................................................................

B. Implikasi......................................................................................

C. Saran ...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

82

99

112

112

113

116

116

119

129

130

133

135

Halaman

Page 12: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

xii

DAFTAR TABEL Tabel Halaman

1. Pergeseran Pembelajaran ......... …………………………….. 1

2. Langkah-langkah M odel Pembelajaran Koop eratif ................ 33

3. Perbandingan Pendekatan dalam Pembelajaran Koop eratif.... 40

4. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian…..…………... 45

5. Lembar Observasi Penilaian Kinerja Guru …..……………... 72

6. Lembar Penilaian Proses Pembelajaran……………………... 77

7. Daftar Nilai Kemampuan Apresiasi Cerita Rakyat……….… 78

8. Skor/Nilai Kemampuan Apresiasi Cerita Rakyat......………. 127

Page 13: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1.

2.

3.

Penilaian Proses Siklus I .........................................................

Nilai Kemampuan M engapresiasi Cerita Rakyat ..................

Perbandingan Nilai Kemampuan Mengapresiasi Cerita

Rakyat Siklus II dan III ....................………………………..

78

79

110

4. Perbandingan Nilai Kemampuan Mengapresiasi Cerita

Rakyat Pratindakan dan Siklus I............................................

125

5. Perbandingan Nilai Kemampuan Mengapresiasi Cerita

Rakyat Siklus I dan II.............................................................

126

6. Perbandingan Nilai Kemampuan Mengapresiasi Cerita

Rakyat Prasiklus, Siklus I, II dan III …..……………….…...

128

Page 14: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Berp ikir ......... …………………….............…….. 43

2. Lokasi SMA N 1 Gemolong ................................................. 44

3. Siklus Rancangan Penelitian .................................................. 52

4. Alur Penelitian Tindakan Kelas …………….…..…………... 52

5. Wawancara Peneliti dengan Siswa…………………..……... 57

6. Wawancara peneliti dengan Guru …………………………... 62

7. Guru M embuka Pelajaran .…………………….…………… 66

8. Kelompok Siswa sedang Presentasi .................................... 68

9. Kelompok Siswa sedang Presentasi..................................... 70

10. Siswa Sedang Bertanya ....................................................... 75

11. Siswa Berdiskusi Kelompok …….……....…………….…... 87

12. Siswa M enyiapkan Laporan Hasil Investigasi………..…... 89

13. Guru sedang M enyimpulkan Pembelajaran ……………….. 92

14. Aiswa sedang Berb icara dengan Teman ……………...….… 93

15.

16.

17.

18.

19.

Siswa sedang Bertanya ................................……….............

Kelompok sedang Presentasi dan M enjawab Pertanyaan.......

Siswa sedang M engerjakan Tes .............................................

Peneliti Duduk di Kursi Belakang ........................................

Kelompok Siswa sedang Presentasi ......................................

Siswa sedang Bertanya ..........................................................

94

95

97

105

106

106

Page 15: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1.1. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Peneliti dengan Guru

(Survey Awal)……………… …………………………….

139

1.2. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Peneliti dengan

Siswa ……………………………………………………...

143

1.3. Catatan Lapangan Hasil Observasi Pratindakan…………. 147

1.4. Kisi- Kisi Angket M otivasi Belajar ………………........... 151

1.5. Angket Pembelajaran Cerita Rakyat …………………….. 152

1.6. Lembar Kerja Siswa Pratindakan ……………………….. 157

1.7. Rekap Nilai Hasil Uji Pratindakan ...................................... 160

2.1. Catatan Hasil Wawancara Peneliti dengan Guru (Pasca Uji

Coba Pratindakan) ...............................................................

161

2.2. Silabus ................................................................................. 164

2.3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ........................ 165

2.4. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Siklus I .............................. 174

2.5. Angket Evaluasi Kinerja Anggota Kelompok Siklus I ....... 177

2.6. Rekap Hasil Angket Evaluasi Kinerja Anggota Kelompok

Siklus I ................................................................................

178

2.7. Lembar Observasi Penilaian Kinerja Guru Siklus I ............ 179

Page 16: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

xvi

2.8. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus I Pertemuan

Pertama ...............................................................................

181

2.9. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus I Pertemuan

kedua...................................................................................

184

2.10. Rekap Penilaian Proses Siklus I .......................................... 187

2.11. Rekap Nilai Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat

Siklus I................................................................................

188

3.1. Silabus ................................................................................. 189

3.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .................... 190

3.3. Lembar Kegiatan Siswa ..................................................... 196

3.4. Angket Evaluasi Kinerja Kelompok Siklus II …………… 199

3.5. Rekap hasil angket Evaluasi Kinerja Kelompok Siklus II .. 200

3.6. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II ......................... 201

3.7. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus II Pertemuan

Pertama ...............................................................................

204

3.8. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus II Pertemuan

Kedua ..................................................................................

207

3.9. Rekap Penilaian Proses Siklus II ........................................ 209

3.10. Rekap Nilai Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat

Siklus II …………………………………………………...

210

4.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ................... 211

Halaman

Page 17: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

xvii

4.2. Rekap Nilai Kemampuan M engapresiasi Cerita Rakyat

Siklus III ..............................................................................

217

4.3. Angket Evaluasi Kinerja Anggota Kelompok Kelompok

Siklus III .............................................................................

218

4.4. Rekap Hasil Angket Evaluasi Kinerja Anggota Kelompok

Siklus III ..............................................................................

219

4.5. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus III ........................ 220

4.6. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus III Pertemuan

Pertama ...............................................................................

223

4.7. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus III Pertemuan

Kedua ..................................................................................

226

4.8. Lembar Penilaian Proses Siklus III ..................................... 229

4.9. Permohonan Ijin Penelitian Dari Direktur Program

Pascasarjana Universitas Sebels M aret Surakarta ………

230

4.10 Surat Keterangan M elaksanakan Penelitian Dari Kepala

SM A Negeri 1 Gemolong ...................................................

231

4.11 Hasil Pekerjaan Siswa ......................................................... 232

Halaman

Page 18: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

xviii

ABSTRAK Sumanti, S.840209120.2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat pada Siswa Kelas XF SMA Negeri 1 Gemolong, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010. Tesis: Program Pascasar jana Universitas Sebelas M aret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan, menjelaskan pelaksanaan model pembelajaran Group Investigation (GI) dan dengan penerapan model pembelajaran tersebut untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita rakyat pada siswa kelas XF SMA Negeri 1 Gemolong.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang diaksanakan dalam tiga siklus dan tiap-tiap siklus terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Subyek penelitian adalah siswa kelas XF SMA Negeri 1 Gemolong Kabup aten Sragen tahun pelajaran 2009/2010. Sumber data diperoleh dari guru dan siswa , tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran dan doku mentasi. Teknik dan alat pengumpulan data menggunakan angket, observasi, dan wawancara. Validitas data menggunakan trianggulai sumber data. Analisis data menggunakan analisis kualitatif.

Hasil penelitian menun jukkan bahwa sebelum diadakan penelitian tindakan kelas, rata-rata kemampuan siswa dalam mengapresiasikan cerita rakyat mendapat skor 64,16, setelah diadakan siklus pertama, mereka mendapat skor 68,32, setelah siklus kedua 72,65, dan setelah siklus ketiga mendapat skor 80,16. Sementara, pembelajaran mengapresiasi cerita rakyat juga meningkat st iap siklus, siklus pertama 73,26, siklus kedua 74,84, dan siklus ketiga 78.81. Berdasarkan hasil observ asi kinerja guru juga mengalami peningkatan sehingga hal tersebut mempengaruhi kemampuan mengapresiasi cerita rakyat siswa kelas XF SM A Negeri 1 Gemolong.

Berdasarkan hasi l penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Group Investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita rakyat siswa kelas XF SMA Negeri 1 Gemolong, kabup aten Sragen tahun pelajaran 2009/2010.

Page 19: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

xix

ABSTRACT Sumanti, S.840209120.2010. The Application of Co-operative Teaching and Learning Model of the Investigation Group (GI) to Increase the Appreciating Folktale Ability on the Tenth Grade Students of F at SMA 1 Gemolong, Sragen Regency in 2009/2010. Thesis: Post Graduate Program of Sebelas M aret University.

The aim of this research is to describe, to explain the app lication of teaching and learn ing model of the Investigation Group (GI) and to increase the appreciating folktale ability on the tenth grade students of F at SMA 1 Gemolong by applying this model.

This research is as classroom action research done three times and each cycle consists of planning, action, observation, and reflection. The research subject is the students of the tenth grade of F at SMA 1 Gemolong, Sregen regency in 2009/2010. The source of d ata is taken fro m the teacher and the students, the p lace and the event of teaching and learn ing process activity, and documents. The technique and the data collecting use quest ionnaires, observ ation, and interview. The data validity uses the data triangulation. The data analysis uses the qualitative analysis.

The result of this research shows that before being held the classroom action research, the average of the students’ ability in appreciating fo lktale 64,16, 68,32 after getting the first cycle, 72,65 on the second cycle, and 80,16 on the third cycle. M eanwhile, based on the evaluation process, teaching and learning of folktale appreciation also increases in every cycle, 73,26 on the first cycle, 74,84 on the second cycle, and 78,81 on the third cycle. Based on the observation of teacher’s work also supp orts his increase so that it influences the appreciating folktale ability on the tenth grade students of F at SM A 1 Gemolong.

Based on the result of the above r esearch, it is concluded that application of co-operative teaching and learning model of the Invest igation Group (GI) can increase the appreciating folktale ability on the tenth grade students at SM A 1 Gemolong, Sragen regency in 2009/2010.

Page 20: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan proses yang panjang untuk menciptakan manusia-

mnusia berkualitas. Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengabaikan nilai-nilai

kemanusiaan. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-

insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berbudi

pekerti luhur.

Paradigma pembelajaran dewasa ini telah bergeser dari pembelajaran

tradisional ke pembelajaran baru. Pergeseran pembelajaran itu dapat dilihat pada

Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Pergeseran Pembelajaran

Traditional Learning New Learning Teacher Centered Single Media Isolated Work Information Delivery Factual, Knowledge Push

Student Centered Multimedia Collaborative Work Informatioan Exchang e Critical Thinking and Informed Decision Making Pull

Source: ISTE National Education Technology Standards for Teachers (USA).

Tony Chen, dalam Suyanto (2007: 2 )

Pendidikan merupakan inti dari proses memajukan suatu bangsa. Pendidikan

di Indonesia dalam perkembangannya belum menunjukkan hasil seperti yang

diharapkan. Hal ini terlihat dari perny ataan yang dikeluarkan oleh UNESCO yang

1

Page 21: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

2

menempatkan Indonesia di peringkat 119. Laporan UNDP tahun 2000 menunjukkan

mutu sumber daya manusia Indonesia berada pada urutan 109, jauh dibawah

M alaysia dan Brunai yang berada pada urutan ke - 69 dan ke - 32 (Paulus Hariyono,

2005: 4).

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa upaya peningkatan mutu yang

selama ini dilakukan belum dapat memecahkan masalah dasar pendidikan. Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan

bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana

pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, d inamis dan dialogis,

mempuny ai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan serta

memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai

dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk melakukan inovasi dalam

dunia pendidikan. Inovasi yang dilakukan biasanya mempertimbangkan tiga alasan,

yaitu efisien, efektif dan keny amanan. Efisien artinya waktu yang tersedia bagi guru

harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Efektif artinya pelajaran yang diberikan harus

menghasilkan manfaat bagi siswa atau masyarakat. Kenyamanan artinya sumber

belajar, media alat bantu belajar, metode yang ditentukan sedemikian rupa sehingga

memberikan gairah belajar mengajar bagi siswa dan guru.

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, usaha-usaha yang telah

dilakukan pemerintah belum menunjukkan hasil yang memuaskan, khususnya mata

Page 22: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

3

pelajaran bahasa Indonesia pada kompetensi dasar sastra. Hal ini dapat dilihat dari

nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) pada KD sast ra menunjukkan hasi l yang relatif

rendah dibandingkan dengan KD kebahasaan.

Faktor guru sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan proses belajar

mengajar. Keberhasilan proses pembelajaran tidak lepas dari peran guru. Guru

dituntut untuk melaksanakan tugasny a dengan profesional. Guru profesional harus

memiliki empat kompetensi yaitu: kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional,

dan sosial. Guru tersebut diharapkan mampu mengaplikasikan berbagai teori belajar

dalam pembelajaran, mampu memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang

efektif dan efisien, mampu melibatkan siswa berpartisipasi aktif, dan mampu

menciptakan suasana belajar yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Proses

pembelajaran tidak berpusat pada guru tetap i pada siswa sehingga siswa yang aktif

dan guru hanya sebagai fasilitator dalam belajar. Guru harus mampu menerapkan

metode yang sesuai dengan kondisi siswa dengan harapan dapat mencapai tujuan

pembelajaran yang sudah ditentukan.

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sa lah satu upaya untuk

meningkatkan kemampuan siswa agar dapat berkomunikasi dengan baik, mampu

menggunakan bahasa dengan tepat dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran bahasa

dan sastra Indonesia masing- masing memiliki empat aspek keterampilan yaitu

mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis baik kebahasaan maupun

kesusastraan. Keempat keterampilan ini harus dikuasai oleh siswa karena merupakan

keterampilan dasar yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 23: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

4

Pada kenyataannya, pembelajaran sastra belum mendapatkan porsi yang sama

jika dibandingkan dengan pembelajaran bahasa. Porsi waktu dan muatan materinya

kurang mendukung siswa untuk belajar sastra dengan baik. Banyak kalangan yang

menganggap bahwa pembelajaran sastra kurang penting. Padahal fungsi pembelajaran

sastra sangat penting yaitu untuk penghalusan bud i , peningkatan rasa kemanusiaan

dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya, penyaluran gagasan, imajinasi,

dan eksp resi secara konstruktif baik secara lisan maupun secara tertulis (Depdiknas,

2004: 5).

Rendahny a minat terhadap pembelajaran sastra , termasuk p embelajaran cerita

rakyat perlu segera di atasi. M elalui cerita rakyat dapat diketahui kekayaan budaya

bangsa d an kebesaran masa lampau untuk kepentingan pembentukan nilai dan budaya

sekarang dan masa yang akan datang.

Pembelajaran cerita rakyat dan hasil kemampuan mengapresiasi cerita rakyat

di kelas X F SMA N 1 Gemolong belum memuaskan. Hal ini terjadi karena guru

dalam memberikan materi sebagian besar dengan ceramah. Guru mendominasi

pembelajaran. Siswa cenderung pasif. Siswa tidak dilibatkan dalam pembelajaran.

M ateri yang disampaikan guru sudah ada di buku paket. Contoh cerita rakyat juga

diambil dari paket. Hal ini menyebabkan siswa bosan mengikuti pembelajaran cerita

rakyat. Akhirnya hasil pembelajaran cerita rakyat yang diperoleh siswa rendah. Kelas

X F mempunyai rata-rata kelas 64,16 untuk materi cerita rakyat.

Berdasarkan hasi l wawancara dengan guru bahasa dan sastra Indonesia kelas

X F pada hari Jumat, 5 Februari 2010 di ruang guru SMA N 1 Gemolong dapat

Page 24: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

5

diketahui bahwa nilai siswa untuk KD cerita rakyat masih rendah, metode yang

digunakan guru adalah ceramah, siswa banyak yang berbisik-bisik dengan teman

semejanya, bahk an ada yang berbincang-bincang dengan teman. Siswa sering merasa

kesulitan dalam mengapresiasi cerita rakyat. Siswa kurang antusias. Ketika guru

membuka tanya jawab yang bertanya hanya dua siswa, sedangkan siswa yang lain

diam. Siswa sering mengalami kesulitan dalam mengapresiasi cerita rakyat. Siswa

beranggapan bahwa cerita rakyat kurang bermanfaat dalam kehidupan nyata dan

dianggap sudah kuno.

Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan yang d ilaksanakan pada 4 Februari

2010 di kelas X F guru kurang tegas dalam mengajar. Ketika ada siswa yang

berbisik-bisik dengan teman semejanya atau berbincang-bincang, guru hanya diam

saja. Guru belum menggunakan pendekatan tertentu untuk mengapresiasi cerita

rakyat misalnya pendekatan kooperatif tipe Group Investigation (GI).

Dari hasil wawancara dengan siswa kelas X F yang bernama Siti Nasibah

pada hari Jumat, 5 Februari 2010 pukul 9.15 – 9.30 WIB diperoleh informasi bahwa

pembelajaran cerita rakyat kurang menarik atau kurang menyenangkan. Hal ini

karena guru dalam memberikan materi dengan ceramah dan penugasan, guru tidak

menggunakan media pembelajaran, akibatnya siswa kurang aktif.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti di kelas X F disimpulkan

bahwa hasil pekerjaan siswa untuk mengapresiasi cerita rakyat belum memuaskan.

Siswa belum paham antara perwatakan tokoh dengan pendeskripsian tokoh. Siswa

juga belum begitu memahami latar cerita. M ereka mayoritas hanya menyebutkan latar

Page 25: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

6

tempat, sedangkan latar waktu dan suasana banyak yang belum paham. Untuk nilai-

nilai sastra, siswa hanya menyebutkan nilainya tidak memberi contoh.

Pada kenyataannya dalam pembelajaran memahami cerita rakyat yang

dituturkan guru menerapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 68. Untuk

memenuhi kriteria ini siswa harus mampu mangapresiasi cerita rakyat, antara lain

siswa harus mampu menulis kembali isi cerita dengan bahasa yang efektif, mampu

menemukan tema, amanat, latar, dan hal-hal yang menarik dari cerita tersebut. Agar

tujuan pembelajaran apresiasi cerita rakyat tercapai, siswa harus senang

mendengarkan dan membaca cerita rakyat. Siswa harus banyak berlatih

mengapresiasi cerita rakyat.

Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan pada hari

Kamis, 4 Februari 2010 di kelas X F, dengan jumlah siswa 31 setelah diadakan

ulangan cerita rakyat diperoleh nilai 41 – 50 = 1 siswa, 51 – 60 = 9 siswa, 61 – 70 =

19 siswa, 71 – 80 = 3 siswa. Jadi, dapat disimpulkan siswa yang memenuhi KKM

hanya 10 siswa sedangkan 21 siswa belum memenuhi KKM .

Kegiatan pembelajaran sast ra khusunya memahami cerita rakyat diharapkan

dapat mencapai hasil yang maksimal. Semua siswa diharapkan dapat mencapai

Kriteria Ketuntasan M inimal (KKM ) yang sudah ditetapkan di SMA N 1 Gemolong

sebesar 68. M asalah rendahny a kompetensi sastra khususnya memahami cerita rakyat

pada siswa kelas X F tersebut perlu diberi pemecahan berupa usaha untuk

meningkatkan kompetensi dasar tersebut.

Page 26: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

7

Dari uraian yang telah diungkapkan di atas, maka penelitian tentang

pembelajaran cerita rakyat pada siswa kelas X F di SM A N 1 Gemolong ini perlu

segera dilaksanakan.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah yang ingin diteliti pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah proses penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation (GI) dalam pembelajaran mengapresiasi cerita r akyat pada kelas

X F SMA N 1 Gemolong?

2. Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

(GI) dapat meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita rakyat?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini untuk:

1. Mendeskripsikan dan menjelaskan pelaksanaan pembelajaran apresiasi cerita

rakyat dengan menerapkan model pembelajaran GI pada siswa kelas X F

SMA N 1 Gemolong.

2. M eningkatkan kemampuan apresiasi cerita rakyat dengan menerapkan model

pembelajaran GI pada siswa kelas X F SMA N 1 Gemolong.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai referensi

atau acuan dalam pembelajaran sastra terutama pembelajaran cerita rakyat

yang dipengaruhi oleh model pembelajaran GI.

Page 27: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

8

2. Secara Praktis

a. Bagi Siswa;

Hasil penelitian ini diharapkan siswa;

1) dapat meningkatkan kemampuan apresiasi cerita rakyat;

2) dapat berinteraksi dengan sesama temannya, melatih kerja sama dalam

tim, melatih tanggung jawab individu, dan sebagainya;

3) dapat lebih aktif dan kreatif.

b. Bagi Guru;

Hasil penelitian ini diharapkan guru dapat;

1) memperoleh informasi tentang tingkat kemampuan siswa dalam

mempelajari apresiasi cerita rakyat untuk menjadi acuan pada

pembelajaran berikutnya;

2) melaksanakan pembelajaran dengan metode yang inovatif yaitu dengan

Group Investigation (GI) terutama terhadap pembelajaran sastra

khususnya pada apresiasi cerita rakyat;

3) memberi solusi pada kesulitan pelaksanaan pembelajaran sastra

khususnya pada apresiasi cerita rakyat;

4) meningkatkan kualitas mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

c. Bagi S ekolah;

Hasil penelitian ini diharapkan sekolah dapat;

1) masukan dalam rangka pembinaan dan peningkatan profesionalisme

guru;

Page 28: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

9

2) menerapkan model pembelajaran yang bervariasi pada pembelajaran

apresiasi cerita rakyat yang dapat pula diterapkan untuk mata pelajaran

yang lain;

3) menumbuhkan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga tercipta

kualitas pembelajaran aktif, inov atif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan (PAIKEM).

Page 29: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

10

BAB II

KAJIAN TEORI, PEN ELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR,

HIPOTES IS TINDAKAN

A. Kajian Teori

1. Hakikat Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat

a. Hakikat Kemampuan

Kemampuan atau kompetensi adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan

nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berp ikir dan bertindak

(Depdiknas, 2004: 5). Kemampuan atau kompetensi adalah suatu keterampilan

untuk mengeluarkan sumber daya internal atau bakat dalam diri seseorang yang

dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Kemampuan terus

berkembang dan berproses sesuai dengan bertambahnya usia seseorang.

Kemampuan seseorang dapat berkembang dengan baik jika disertai dengan

usaha yang sungguh-sungguh. Senada dengan hal tersebut, Mulyasa (2007: 215)

menegaskan bahwa kompetensi yang harus dimiliki peserta didik perlu dinyatakan

sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar yang mengacu

pada pengalaman langsung.

Kemampuan belajar digunakan untuk menyebutkan kemampuan individu

yang berfungsi dalam lingkungan yang membutuhkan suatu usaha yang bersifat

kognitif.

Kemampuan dapat juga diartikan sebagai suatu kompetensi seseorang

dalam penguasaan suatu aspek keterampilan. Setiap manusia mempuny ai

10

Page 30: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

11

kemampuan yang berbeda-beda misalnya ada yang terampil menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis. M enurut Martinis Yamin (2007: 1) kompetensi adalah

kemampuan yang dapat dilakukan siswa yang mencakup tiga aspek, yaitu;

pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Setiap kompetensi harus merupakan perpaduan dari pengetahuan,

keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berp ikir dan

bertindak (M ulyasa, 2007: 215). Kemampuan mengapresiasi berarti kemampuan

seseorang yang diwujudk an dalam penguasaan keterampilan untuk dapat

mengapresiasi.

Kemampuan mengapresiasi karya sastra seseorang sebagaimana

kemampuan pencapaian belajar lainnya dapat diukur dengan tes. Ada empat

tingkatan tes kesastraan menurut M oody dalam Burhan Nurgiyantoro (1987: 308-

314), yaitu mulai dari yang sederhana hingga tingkatan yang kompleks. Keempat

tingkatan tersebut adalah: a) tingkat informasi, berkaitan dengan hal-hal pokok

yang berkenaan dengan data-data atau fakta-fakta dalam cerita; b) t ingkat konsep,

berkaitan dengan persepsi tentang bagaimana data-data atau fakta-fakta serta

unsur-unsur cerita itu diorganisasikan; c) tingkat persp ektif, berkaitan tentang

pandangan pembaca sehubungan dengan unsur-unsur cerita yang dibacanya; d)

tingkat apresiasi, berkaitan dengan permasalahan pemakaian bahasa atau unsur

linguist ik yang dipandang dari asp ek keefektifan dalam pengungkapan cerita.

Menurut Sarwiji Suwandi (2009 : 45) tes digunakan untuk mengukur

tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan dalam kegiatan belajar

Page 31: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

12

mengajar. Tingkat keberhasi lan siswa ini dimaksudkan juga tingkat kemampuan

siswa yang diperoleh setelah atau sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

adalah suatu kekuatan yang memerlukan keterampilan, sikap, pengetahuan untuk

melakukan sesuatu dengan tepat dan dapat diukur.

b. Hakikat Apresiasi Cerita Rakyat

1) Pengertian Apresiasi

Kata apresiasi berasal dari bahasa Inggris “appreciation” secara harfiah dapat

diberi pengertian sebagai pemahaman, pengenalan, pertimbangan, penilaian, dan

pernyataan yang berisi evaluasi (Hornby dalam Herman J Waluyo dan Nugraheni Eko

Wardani, 2009 : 43).

Kata apresiasi secara harfiah berarti “penghargaan” terhadap suatu objek, hal,

kejadian, atau pun peristiwa. Apabila yang dimaksud sesuatu itu karya sastra maka

apresiasi artinya menghargai karya sastra baik prosa maupun puisi dengan sebaik-

baiknya. Untuk dapat memberi penghargaan terhadap karya sastra, harus mengenal

karya sastra itu dengan baik. Tujuan mengenal karya sastra dengan baik adalah agar

dapat bertindak dengan seadil-adilnya terhadap karya tersebut. Dengan demikian,

diharapkan dalam pemberian penghargaan dapat objektif.

Hakikat apresiasi sastra adalah sikap menghargai sastra secara proporsional

(pada tempatnya). M enghargai sast ra artinya memberikan harga pada sastra sehingga

sastra memiliki “kapling” dalam hati kita, dalam batin kita (Abdul Rozak Zaidan,

2007: 1). Maksud istilah “kapling” tersebut adalah sastra mempuny ai tempat di hati

Page 32: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

13

dan di batin pembacanya. M asih menurut Abdul Rozak Zaidan (2001: 21) bahwa

apresiasi sastra itu berlangsung dalam sebuah proses yang mencakup pemahaman,

penikmatan, dan penghayatan.

Effendi, (1978: 18) memberikan definisi apresiasi sast ra adalah kegiatan

menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian,

penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap

cipta sastra. Hornby dalam Wilson Nadeak (1989: 44) menjelaskan bahwa apresiasi

yaitu penimbangan, penilaian, pengalaman, dan pengenalan secara memadai atau

dapat diartikan sebagai menimbang nilai dengan tepat akan sesuatu, mengerti dan

menikmatinya.

Apresiasi merupakan hasil usaha pembaca dalam mencari dan menemukan

nilai hakiki suatu karya lewat pemahaman dan penafsiran sistematik yang dapat

dinyatakan dalam bentuk tertulis (Suminto A. Sayuti, 2002: 365).

Herman J. Waluyo (2005: 44-45) mengemukakan bahwa sy arat untuk dapat

mengapresiasi adalah kepekaan batin terhadap nilai-nilai karya sast ra, sehingga

seseorang dapat mengenal, memahami, mampu menafsirkan, mampu menghayati,

dan dapat menikmati karya sastra tersebut. Dick Hartoko dalam Herman J. Waluyo

(2005: 45) menyebutkan ada empat tingkatan apresiasi yaitu: tingkat menggemari,

tingkat menikmati, tingkat mereaksi, dan tingkat produktif. Pendapat ini sama dengan

IG. A. K. Wardani (1981: 1) bahwa ada empat tahap dalam mengapresiasi karya

sastra. Keempat tahap tersebut adalah :

Page 33: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

14

(1) tingkat menggemari, yang ditandai oleh adanya rasa tertarik pada buku-buku

sastra serta ada keinginan untuk membacanya;

(2) tingkat menikmati, yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra karena mulai

tumbuh p engertian;

(3) tingkat mereaksi, yaitu mulai ada keinginan untuk menyatakan pemdapat

tentang cipta sastra yang dinikmati misalnya dengan menulis sebuah resensi

atau debat dalam diskusi sastra;

(4) tingkat produksi, yaitu mulai ikut menghasilkan cipta sastra.

Pendapat lain dari M aidar Arsjad dalam Sofa (2008: 2) bahwa ada lima tahap

dalam mengapresiasi sastra sebagai berikut:

(1) tahap penikmatan atau menyenangi. Tindakan operasionalnya adalah membaca

karya sastra ( cerita rakyat, cerpen, novel, puisi);

(2) tahap penghargaan. Tindakan operasionalnya, antara lain melihat kebaikan,

nilai, atau manfaat karya sast ra, dan merasakan pengaruh karya sastra ke dalam

jiwanya;

(3) tahap pemahaman. Tindakan operasionalnya adalah meneliti dan menganalisis

unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik suatu karya sastra, serta berusaha

menyimpulkannya;

(4) tahap penghayatan. Tindakan op erasionalnya mencari hakikat atau makna suatu

karya sastra.

(5) tahap penerapan. Tindakan operasionalnya adalah melahirkan ide baru,

mengamalkan penemuan, atau mendayagunakan hasil operasi dalam mencapai

material, moral, dan struktural untuk kepentingan sosial, politik, dan budaya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tahap mengapresiasi karya sastra

meliputi menyenangi, menghargai, memahami, menghayati dan memproduksi. Tahap

paling rendah adalah menyenangi sedangkan tahap paling tinggi adalah

memproduksi. Namun demikian, pembelajaran apresiasi sastra tidak semata-mata

Page 34: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

15

mencetak sastrawan. Tujuan pembelajaran sastra (Indonesia) di sekolah menurut

M aman S. M ahayana (2007: 1) adalah agar siswa dapat menikmati dan

memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi p ekerti,

serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Selain itu, para siswa

agar dapat menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya

dan intelektual manusia Indonesia.

2) Pengertian Cerita Rakyat

Cerita rakyat merupakan sastra lisan yang berkembang di masyarakat,

terutama pada masa lalu. Cerita rakyat adalah cerita yang pada dasarnya disampaikan

oleh seseorang kepada orang lain melalui penuturan lisan, yakni penciptaan,

penyebaran, dan pewarisanny a dilakukan secara lisan melalui tutur kata dari mulut ke

mulut di kalangan masyarakat pendukungnya secara turun – temurun dari satu

generasi ke generasi. C erita rakyat terdiri dari berbagai versi, biasanya tidak diketahui

pengarangnya (anonim).

Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk folklor yang banyak dijumpai di

Indonesia. M enurut James Danandjaya (1972: 4) kata folklor berasal dari bahasa

Inggris, yaitu folk dan lore. Folk adalah kolektifa dari orang-orang yang memiliki

ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari kelompok lain. Ciri-ciri

pengenal tersebut dapat berupa: mata pencaharian yang sama, bahasa yang sama,

agama yang sama, tingkat pendidikan yang sama, dan lain sebagainya. Dalam hal ini

yang terpenting mereka telah mempuny ai suatu tradisi berupa kebudayaan yang telah

diwariskan secara turun-menurun, yang dapat mereka akui sebagai milik

Page 35: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

16

kelompoknya dan menyebabkan mereka sadar akan identitas kelompok mereka

sendiri (Dundes, 1965: 2).

Alan Dundes dalam James Danandjaja (2007: 1) berpendapat bahwa kata

folk berarti:

Sekelompok orang yang mempuny ai ciri-ciri pengenal fisik, sosial,

kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainny a.

Ciri-cir i pengenal itu dapat berwujud warna kulit yang sama, mata

pencaharian yang sama serta bahasa, taraf pendidikan, dan agama yang sama.

Namun yang lebih penting bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi yakni

kebudayaan yang telah mereka warisi secara turun- temurun. Di samping itu,

yang penting pula adalah bahwa mereka sadar akan identitas kelompoknya.

Kata lore adalah tradisi dari folk, yaitu sebagian kebudayaan yang diwarisi

secara turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan

gerak isyarat atau alat pembantu pengingat yang lain (mnemonic device). Pendapat

tersebut sejalan dengan Bruvand (1968: 5) yang mendefinisikan folklor sebagai

berikut: “Folklore may be defined as those materials in culture that circulate that

circulate traditionally among members of any group in different versions, whether in

oral or by means of customary example”. Dalam pendapatnya ini Bruvand

menekankan bahwa folklor adalah bagian dari kebudayaan yang diwariskan secara

turun-temurun secara tradisional dalam versi yang berbeda.

M enurut Achyar (2009: 1) folklor adalah sekelompok orang yang memiliki

ciri-ciri khas yang unik sehingga dapat dibedakan dengan kelompok lainnya. Folklor

diwariskan secara turun-temurun secara lisan dengan isy arat. M aksud dari pendapat

Page 36: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

17

ini adalah folklor yang ada di Indonesia berbeda-beda. M isalnya daerah M inang

Kabau dengan Papua dalam upacara pernikahan akan berbeda. Daerah M inang Kabau

pakaian adat pengantin tertutup sedangkan di Papua agak terbuka. Jadi, folklor yang

ada di setiap daerah berb eda-beda.

Pengertian folklor dijelaskan dalam Undang-Undang Hak Cipta pasal 10

nomor 19 tahun 2002 sebagai berikut:

Folklor adalah sebagian sekumpulan ciptaan tradisional, baik yang dibuat oleh

kelompok maupun perorangan dalam masy arakat yang menunjukk an identitas

sosial dan budayanya berdasarkan standar dan nilai-nilai yang diucapkan atau

diikuti secara turun-temurun.

Folklor secara umum didefinisikan sebagai bagian kebudayaan kolektif yang

tersebar dan diwariskan secara turun - temurun. Pengertian folklor menurut Bascom

dalam Nani Pollard (2009: 1) bahwa folklor mencerminkan suatu aspek kebudayaan,

baik yang langsung maupun yang tidak langsung, dan tema-tema yang mendasar,

misalnya; kelahiran, k ehidupan keluarga, bencana alam yang universal.

Cerita t radisi lisan atau folklor yang berasal dari berbagai pulau di Indon esia

yang berbeda ini mengandung norma-norma kehidupan yang pantas dijadikan contoh

dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya di lingkun gan sosial tertentu, tetapi juga

dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas (Nani Pollard, 2009: 1). Senada dengan

pendapat di atas, Suci Budhi Hariyani ( 2008: 2) berpendapat bahwa folklor

mempuny ai dua fungsi yaitu fungsi sosial dan pengelompokan sosial. Fungsi sosial

meliputi pengendalian sosial, media sosial, dan norma sosial.

Page 37: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

18

Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk (genre) dari folklor. Folklor dapat

disejajarkan dengan kebuday aan rakyat sehingga mempunyai pengertian dan lingkup

yang lebih luas daripada cerita rakyat. Sejalan dengan hal ini, James Danandjaja

(2007: 14) menyatakan bahwa koleksi folklor Indonesia terdiri dari: kepercayaan

rakyat, upacara, cerita prosa rakyat (mite, legenda, dan dongeng), nyany ian kanak-

kanak, arsitektur rakyat, teater rakyat, musik rakyat, dan lain-lain.

Dalam masyarakat Jawa, cerita rakyat adalah ragam cerita yang berkembang

dalam masyarakat. Cerita ini telah mengakar di hati masy arakat. Dalam cerita rakyat

ini, ada yang berbau dongeng. M enurut Ema Husnan, Bachtiar, M artono dan

Kumalaningrum (1984: 82) dongeng adalah cerita khayal atau fantasi semata-mata,

atau adakalanya yang dikaitkan dengan keadaan sebenarnya tetapi ditambah atau

dibumbui dengan keanehan dan keajaiban sesuatu yang tidak masuk akal. M asyarakat

Jawa pada umumnya menganggap cerita itu disebut dongeng jika tokohnya binatang,

tumbuhan atau yang lainnya. Mereka beranggapan jika cerita itu tokohny a manusia

disebut cerita rakyat. Pemahaman sepert i itu perlu diluruskan agar tidak terjadi

penafsiran yang keliru tentang cerita rakyat.

3) Ciri-Ciri Cerita Rakyat

Berikut ini adalah ciri-ciri fo lklor yang dapat membedakan antara folklor

dengan kebuday aan lain. M enurut James Danandjaja (2007: 3-4) ciri-cir i folklor

dapat dirumuskan sebagai berikut:

a) penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni

disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut (atau dengan suatu contoh

Page 38: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

19

yang disertai dengan gerak isyarat, dan alat pembantu pengingat) dari satu

generasi ke generasi b erikutnya;

b) folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau

dalam bentuk standar. Disebarkan di antara koleksi tertentu dalam waktu yang

cukup lama (paling sedikit dua generasi);

c) Folklor ada (exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal

ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut (lisan), biasanya

bukan melalui cetakan atau rekaman.

d) folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptaannya sudah tidak diketahui lagi;

e) folklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berp ola;

f) folklor mempuny ai kegunaan dalam kehidupan bersama suatu kolektif. Cerita

rakyat mempunyai kegunaan sebagai berikut; alat pendidik, pelipur lara,

protes social, dan proy eksi keinginan terpendam;

g) folklor bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai

dengan logika umum;

h) folklor menjadi milik bersama (collective) dari ko lektif tertentu. Hal ini

disebabkan karena penciptaannya yang pertama sudah tidak diketahui lagi,

sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya;

i) folklor pada umumya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali

kelihatannya kasar,terlalu sp ontan.

4). Bentuk-Bentuk Cerita Rakyat

Cerita rakyat tidak dapat dipisahkan dari folklor karena cerita rakyat bagian

dari folklor. M enurut Brunvand dalam James Danandjaja (2007: 21-22) bahwa

folklor dapat digolongkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:

a) folklor lisan adalah folklor yang memang murni lisan. Bentuk-bentuk

folklor ini antara lain : bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan,

titel kebangsawanan ; ungkapan tradisional seperti peribahasa, pepatah,

Page 39: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

20

pemeo ; pertanyaan tradisional, sepert i teka-teki ; puisi rakyat, seperti

pantun, gurindam, dan sy air ; cerita prosa fiksi, seperti mite, legenda,

dongeng ; dan nyany ian rakyat.

b) folklor sebagian lisan merupakan fok lor yang bentuknya berupa campuran

unsur lisan dan unsur bukan lisan. Bentuk folklor jenis ini adalah

kepercayaan rakyat, permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat

istiadat, upacara, pesta rakyat, dan lain-lain.

c) folklor bukan lisan merupakan folklor yang bentuknya bukan lisan

meskipun cara pembuatanny a diajarkan secara lisan. Bentuk folklor jenis

ini antara lain arsitektur rakyat, kerajinan tangan rakyat, pakaian dan

perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman rakyat, obat-obatan

tradisional, gerak isyarat tradisional (gesture), buny i isyarat untuk

komunikasi, dan musik rakyat.

Sejalan dengan pendapat di atas, Inne Inge (2007: 2) berpendapat di

Indonesia folklor dibagi menjadi tiga yaitu folklor lisan (verbal folklor), folklor

sebagian lisan (partly verbal folklor), dan folklor bukan lisan (non verbal). Folklor

lisan adalah fo lklor yang bentuknya murni lisan. Folklor sebagian lisan adalah folk lor

yang bentukny a merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor buk an

lisan adalah folklor yang bentuknya selain bentuk lisan walaupun cara pembuatannya

diajarkan secara lisan.

William R. Bascom dalam James Danandjaja (2007 : 50) membagi cerita

rakyat atau cerita prosa rakyat (folk literature) ke dalam tiga kelompok, yaitu (1)

mite, (myth) (2) legenda (legend), (3) dongeng (folktale). Sejalan pembagian yang

dilakukan oleh Bascom, Haviland (1993 : 230) juga membagi cerita rakyat ke dalam

tiga kelompok besar, yaitu (1) mitos, (2) legenda, (3) dongeng.

Page 40: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

21

Menurut Suripan Sadi Hutomo (1991 : 62-65) membagi cerita prosa rakyat

menjadi enam yaitu: (1) cerita-cerita biasa (tales), (2) mite (myths), (3) legenda

(legends), (4) ep ik (epical), (5) cerita tutur (ballads), dan memori (memorates).

Berikut ini penjelasan tentang jenis cerita rakyat yang hanya dibatasi

pada mite/mitos, legenda, dan dongeng.

a) Mite/Mitos

Mite atau mitos bersal dari bahasa Yunani mythos yang berarti cerita yakni

cerita tentang dewa-dewa dan pahlawan-pahlawan yang dipuja-puja. M itos adalah

cerita tentang dewa-dewa suci yang mendukung sistem kepercayaan atau agama

(religi), contohny a adalah cerita-cerita yang menerangkan asal usul dunia, kehidupan

manusia dan kegiatan-kegiatan hidup seperti bercocok tanam, misa lnya tentang

kepercayaan Dewi Sri atau adat istiadat yang lain (Suripan Sadi Hutomo, 1991 : 63).

Senada dengan pendapat di atas, Ema Husnan, Bachtiar, S. M artono, dan

Kumalaningrum (1984: 84) berpendapat mite adalah cerita tentang dewa-dewi atau

pahlawan yang dikaitkan dengan kepercayaan kepada roh-roh halus atau bekas-bekas

kepercayaan animisme. Sejalan dengan Husnan, Setya Yuwana Sudikan (1985: 42)

menyatakan bahwa mite adalah cerita tentang roh-roh halus dan dewa-dewa yang ada

di kayangan. Panuti Sudjiman (1986: 32) mite adalah cerita rakyat legendaris atau

tradisional, biasanya bertokoh makhluk y ang luar biasa dan mengisahkan perist iwa-

peristiwa yang tidak dijelaskan secara rasional.

James Danandjaja (2007 : 50-51) menyatakan bahwa mite (mitos) adalah

prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang

Page 41: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

22

empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Pada

umumya mite mengisahkan terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama,

terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, gejala alam, dan sebagainya.

M ite juga mengisahkan petualangan para dewa, kisah percintaan mereka, kisah

perang mereka, dan sebagainya.

M ite bercerita tentang makhluk setengah dewa, dewa-dewi, asal- usul dunia,

asal-usul manusia, dan lain sebagainya. Contoh cerita tentang dewa-dewi adalah

Dewi Sri. M enurut cerita mite jenazahya menitis menjadi padi, sehingga Dewi Sri

dipercaya sebagai Dewi Padi dan lambang kesuburan. Pemahaman terhadap cerita

mitos sering menjadi sebuah keyakinan. Keyakinan ini dapat mengarah ke takhayul

jika keyakinannya secara berlebihan. Akibatnya banyak masyarakat yang

menganggap keramat terhadap suatu mitos. M ite yang berkembang luas dalam

kehidupan masyarakat Jawa adalah Nyi Loro Kidul, Ki Ageng Sela, dan sebagainya.

b) Legenda

Legenda adalah cerita yang mengisahkan asal-usul satu tempat atau peristiwa

zaman silam. M enurut Panuti Sudjiman (1986: 29) legenda adalah cerita rakyat

tentang tokoh, p eristiwa, atau tempat tertentu yang mencampurkan fakta historis dan

mitos. Sudikan (1985: 43) berpendapat bahwa legenda adalah sebuah cerita yang

dihubungkan dengan keajaiban alam.

Menurut Haviland (1993: 230) legenda adalah cerita- cerita semihistoris

yang memaparkan perbuatan para pahlawan, perpindahan penduduk, dan terciptanya

adat kebiasaan lokal, dan selalu berupa campuran antara realisme dan yang

Page 42: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

23

supernatural yang luar biasa. Legenda dapat memuat tentang keterangan langsung

atau tidak langsung tentang se jarah, kelembagaan, hubun gan, nilai, dan gagasan-

gagasan.

Legenda memang erat dengan sejarah kehidupan masa lampau meskipun

masa lampau tingkat keberadaannya seringkali tidak bersifat murni lagi. M asyarakat

yang mempuny ai cerita tersebut, legenda dianggap sebagai perist iwa-peristiwa

sejarah, maka ada yang mengatakan bahwa legenda adalah ‘sejarah rakyat’ (Suripan

Sadi Hutomo, 1991: 64). Menurut William R. Bascon dalam Raminah Bar ibin (1986:

6) legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri mirip mite dan dianggap benar-

benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Tokoh di dalam legenda ini ialah manusia

biasa yang kadang-kadang mempuny ai sifat yang luar biasa atau sering juga dibantu

oleh makhluk gaib.

Bruvand dalam James Danandjaja (2007: 67) membagi legenda ke dalam

empat kelompok, y aitu: (1) legenda keagamaan (religius legend), (2) legenda alam

gaib (supernatural legend), (3) legenda perorangan (personal legend), dan (4)

legenda setempat (local legend).

Legenda keagamaan biasanya berhubungan dengan agama tertentu, misalnya

mengisahkan orang-orang suci dalam Nasrani. Legenda untuk orang-orang saleh di

Jawa namanya Wali Sanga. Legenda alam gaib biasanya berbentuk kisah yang benar-

benar terjadi dan pernah dialami seseorang yang bercerita tentang makhluk gaib,

hantu, siluman, gejala-gejala alam gaib, dan sebagainya. Fungsiny a adalah untuk

memperkuat kebenaran ’takhayul’ atau kepercayaan rakyat, contohny a Sundel

Page 43: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

24

Bolong di Jawa Tengah. Legenda perseorangan merupakan jenis legenda yang

menceritakan tokoh-tokoh tertentu yang dianggap oleh pemilik cerita benar-benar

terjadi (James Danandjaja, 2007: 73-75). M isalnya; Jaka Tingkir di Jawa Tengah,

cerita Panji di Jawa Timur, dan sebagainya. Legenda setempat adalah legenda yang

berhubungan dengan asal mula suatu tempat, nama tempat dan topografi, yaitu bentuk

permukaan suatu daerah yang berbukit-bukit, berjurang, dan sebagainya (James

Danandjaja, 2007: 75-83). Contoh legenda adalah C andi Loro Jonggrang, Tangkub an

Perahu, Danau Toba, dan sebagainya.

c) Dongeng

M enurut Panuti Sudjiman ( 1986: 15) dongeng adalah cerita tentang makhluk

khayalis. M akhluk khayali yang menjadi tokoh-tokoh cerita semacam itu biasanya

ditampilkan sebagai tokoh yang memiliki kebijaksanaan untuk mengatur masalah

manusia dengan segala macam cara. Bascom dalam James Danandjaja ( 2007: 50)

menyatakan bahwa dongeng adalah cerita prosa rakyat yang dianggap tidak benar-

benar terjadi oleh yang mempuny ai cerita, dan dongeng tidak terikat oleh waktu

maupun tempat. Dongeng merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi terutama

pada zaman dahulu.

Dongeng dapat dibagi ke dalam empat golongan besar, yaitu:

(1) dongeng binatang (animal tales), yakni don geng yang tokohny a banatang

yang dapat berbicara dan memiliki akal budi seperti manusia. Bentuk khusus

dongeng binatan g adalah fabel. Fabel yang terkenal di Jawa adalah dongeng

Kancil. Variasi dongeng Kancil menjadi menjadi beberapa sub dongeng,

Page 44: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

25

antara lain: (a) Kancil Nyolong Timun, (b) Kancil dengan Buaya, (c) Kancil

dengan Siput, (d) Kancil dengan Buaya, (e) Kancil dengan Kera, dan

sebagainya;

(2) dongeng biasa (ordinary folk tales), yaitu dongeng yang tokohny a manusia

dan biasanya ada kisah suka dan duk a seseorang. M isalnya: Bawang M erah

dan Bawang Putih, Ande-Ande Lumut, dan sebagainya;

(3) lelucon dan anekdot (fokes and anecdotes), lelucon adalah kisah lucu anggota

suatu kolektif berupa sifat atau tabiatnya sehingga menyebabkan tertawa,

sedangkan anekdot adalah kisah lucu pribadi seseorang atau beberapa tokoh

yang benar-benar ada;

(4) dongeng berumus (formula tales) yaitu dongeng yang strukturnya terdiri dari

pengulangan-pengulangan atau berantai. Dongeng-don geng berumus

mempuny ai beberapa subbentuk, yaitu: (a) dongeng bertimbun banyak atau

dongeng berantai (chain tales) yaitu dongeng yang dibentuk dengan cara

menambah keterangan lebih terperinci pada setiap pengulangan inti cerita; (b)

dongeng untuk mempermainkan orang (cacth tales) adalah cerita yang khusus

untuk memperdayai orang karena akan menyebabkan pendengarnya

mengeluarkan pendapat bodoh. (c) dongeng yang tidak mempunyai akhir

(endless tales) adalah dongeng yang jika diteruskan tidak akan sampai pada

batas akhir.

Senada dengan Antti Aarne dan Stith Thomson dalam Maria Indra Rukmi (1978:

23-24) yang termasuk dongeng adalah lelucon dan anekdot. Antara keduany a

Page 45: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

26

dibedakan sebagai berikut: lelucon itu tidak menyangkut kisah pribadi seorang tokoh

yang benar-benar hidup (contoh cerita Pak Belalang). Sedangkan anekdot

menyangkut kisah pribadi seorang tokoh yang benar-benar hidup. Selanjutnya lelucon

dan anekdot dibagi lagi menjadi:

(1) dongeng menganai orang-orang pandir (unskull stories),

(2) dongeng mengenai sepasang suami isteri (stories about married a coup le),

(3) dongeng mengenai seorang wanita atau gadis (stories about a woman,girl),

(4) dongeng mengenai seorang laki-laki atau anak laki-laki (stories about a man,

boy). Dongeng ini terbagi lagi atas :

(a) orang laki-laki cerdik ( the clever man),

(b) kecelakaan yang membawa keberuntungan ( lucky accidents),

(c) orang laki-laki bodoh ( the stupid man),

(d) lelucon mengenai pejabat-pejabat agama dan badan-badan keagamaan (joces

about person and religious onders), yaitu lelucon mengenai pendeta Nasrani

dan para haji,

(e) anekdot mengenai kelompok lain (anecdote about o ther groups of people),

(f) anekdot mengenai tokoh-tokoh mayarakat atau negara,

(g) anekdot mengenai orang laki-laki malang.

5). Fungsi Cerita Rakyat

Cerita rakyat dalam wujudny a banyak yang berupa sastra lisan. Folklor p ada

umumnya mempunyai kegunaan atau fungsi dalam kehidupan bersama suatu ko lektif

misalnya cerita rakyat sebagai alat pendidik, hiburan, protes sosial, dan proyeksi

Page 46: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

27

suatu keinginan yang terpendam. M enurut Bascom dalam James Danandjaja ( 2007:

19) pengkajian sast ra lisan termasuk cerita rakyat memiliki fungsi, antara lain: (a)

sebagai sistem proy eksi, yakni yang mencerminkan angan-angan kelompok (b)

sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebud ayaan; (c)

sebagai alat pendidik anak; dan (d) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-

norma masyarakat akan selalu dipatuhi oleh kolektifnya ( Suripan Sadi Hutomo,

1991: 69). Keempat fungsi inilah yang mendorong pentingnya kajian tentang cerita

rakyat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat sangat penting

diajarkan kepada siswa karena mengandung nilai moral, budaya, sosial, pendidikan,

dan cerita rakyat berfungsi sebagai hiburan, kritik sosial, proyeksi suatu keinginan,

dan alat pendidikan. Dengan demikian, peserta didik diharapkan dapat menerapkan

nilai-nilai cerita tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)

a. Pembelajaran kooperatif

1) Landasan Pemikiran

Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan p restasi belajar siswa.

M odel pembelajaran ini ada beberapa macam antara lain STAD, TGT, Jigsaw, GI,

TAI, dan lain sebagainya. Hampir semua model pembelajaran koop eratif berdampak

positif bagi pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Johnson, Johnson, dan

Stanne (2000: 1) bahwa :

Page 47: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

28

All eight cooperative learning methods had a significant positive impact on

student achievement. When the impact of cooperative learning was compared

with competitive learning, Learning Together (LT) promoted the greatest

effect, followed by Academic Controversy (AC), Student-Team-Achievement-

Divisions (STAD), Teams-Games-Tournaments (TGT), Group Investigation

(GI), Jigsaw, Teams-Assisted-Individualization (TAI), and finally Cooperative

Integrated Reading and Composition (CIRC). When the impact o f cooperative

lessons was compared with individualistic learning, LT promotes the greatest

effect, followed by AC, GI, TGT, TAI, STAD, Jigsaw, and CIRC. The

consistency of the results and the diversity of the cooperative learning

methods provide strong validation for its effectiveness.

M aksud kutipan di atas adalah kedelapan model pembelajaran kooperatif

yaitu LT, AC, STAD, TGT, GI, Jigsaw, TAI, dan CIRC mempuny ai dampak yang

signifikan dalam kesuksesan siswa . Ketika pembelajaran dibandingkan dengan

pembelajaran kompetisi, Learning Together memberikan efek terbesar baru diikuti

oleh model pembelajaran yang lain. Konsistensi hasil dan keanekaragaman

pembelajaran kooperatif menghasi lkan validasi yang baik untuk efektivitas

pembelajaran.

Pembelajaran yang bernaung dalam teori kontruktivis adalah kooperatif. Para

kontrukt ivis berargumen tentang lingkungan belajar dalam konteks yang kaya (rich

environment). Pengetahuan dan keterampilan yang kokoh dan bermakna- guna

(meaningful-use) dapat dikonstruk melalui tugas-tugas dan pekerjaan yang otentik

(CORD, 2001: 1). Pembelajaran koop eratif muncul dari konsep bahwa siswa akan

lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling

Page 48: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

29

berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk

saling membantu memecahkan masalah-masalah yang komp leks. M enurut Gokhale,

1995: 6 bahwa model pembelajaran kooperatif diyakini dapat memberi peluang pada

siswa untuk terlibat dalam diskusi, berpikir kr itis, berani dan mau mengambil

tanggung jawab untuk p embelajaran sendiri.

Sejalan dengan pendapat Gokhale, Wong &Wong (2010: 1) berpendapat

bahwa :

Cooperatif learning is not so much learning to cooperate as it is cooperating to

learn. Most researchers of the pass fifty years have come to the consensus that

cooperative learning increases student achievement and develops socialization

sk ills.

M aksud dari pendapat Wong &Wong di atas adalah pembelajaaran kooperatif

tidak seperti belajar kelompok yang lain yaitu bekerja sama untuk belajar. Sebagian

besar peneliti selama 50 tahun terakhir berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif

dapat meningkatkan p restasi belajar dan keterampilan sosialisasi.

M odel pembelajaran kooperatif beranjak dari pemikiran ”getting better

together,” yang menekankan pada pembelajaran kesempatan belajar y ang lebih luas

dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh dan mengembangkan

pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-ketarampilan sosial yang bermanfaat

bagi kehidupannya di masy arakat. Dalam pembelajaran ini siswa tidak hanya belajar

dan menerima apa yang disajikan guru dalam PBM , tetapi bisa juga belajar dari siswa

lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain

(Arief Achmad, 2005: 2).

Page 49: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

30

M odel pembelajaran adalah representasi realitas yang disajikan dengan suatu

derajat st ruktur dan urutan Richey dalam Burh anudin dan Soejoto (2008: 5). M odel

pembelajaran kooperatif mengutamakan peran aktif siswa bukan berarti guru tidak

berpartisipasi, sebab dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai perancang,

fasilitator, dan pembimbing proses pembelajaran. Dalam implementasi, setiap

kelompok presentasi atas hasil invest igasi di depan kelas. Tugas kelompok lain ketika

satu kelompok p resentasi di depan kelas adalah melakukan evaluasi sajian kelompok

(Sutama, 2007 : 1). Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif,

siswa dapat aktif belajar baik dari guru, diri sendiri, maupun teman yang lainny a

bahkan siswa dapat membelajarkan kepada teman-teman di kelas.

Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok

kecil yang terdiri dari 4 - 6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan,

jenis kelamin, suku/ ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya

kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kep ada semua siswa untuk

dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja

dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang

disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompokny a untuk mencapai

ketuntasan belajar.

Sebagaimana model – model pembelajaran lain, model pembelajaran

kooperatif memiliki tujuan-tujuan, langkah – langkah, dan lingkun gan belajar dan

sistem pengelolaan yang khas.

Page 50: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

31

2) Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok st rategi pengajaran

yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama

(Enggen and Kauchak, 1996: 279 ). Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebu ah

usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman

sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan

kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama – sama siswa yang

berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda

yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk

mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan

berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di

luar sekolah.

Struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka

hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut.

Tujuan – tujuan pembelajaran ini mencakup tiga hal penting, yaitu hasil belajar

akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial

(Ibrahim M, Rachmadiarti F., Nur M ., Ismono, 2000 : 7 ).

Pembelajaran kooperatif juga mempunyai efek yang berarti terhadap

keragaman ras, budaya, agama, st rata sosial, kemampuan dan ketidakmampuan

Ibrahim M., Rachmadiarti F., Nur M., Ismono dalam Trianto ( 2007: 44).

Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar

belakang untuk bekerja sama dalam mengerjakan tugas-tugas mereka. Pembelajaran

Page 51: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

32

kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatih keterampilan-keterampilan bekerja

sama dan kolaborasi serta keterampilan tanya-jawab Ibrahim M ., Rachmadiarti F.,

Nur M ., Ismono dalam Trianto ( 2007: 44-45).

Pembelajaran kooperatif dapat mencegah dan mengobati masalah sosial

sepert i keragaman rasisme, seksisme, perilaku antisosial (kenakalan, kekerasan,

ketidaksopanan), kurangnya nilai-nilai dan sebagainya. Hal ini sesuai pendapat

Johnson, Johnson, Stanne (2000: 2) di bawah ini.

The diverse and positive outcomes that simultaneously result from cooperative

efforts have sparked numerous research studies on cooperative learning focused

on preventing and treating a wide variety of social problems such as diversity

(racism, sexism, inclusion of handicapped), antisocial behavior (delinquency,

drug abuse, bullying, violence, incivility), lack of prosocial values and

egocentrism, aliena tion and loneliness, psychological pathology, low self-esteem,

and many more (see reviews by Cohen, 1994a; Johnson & Johnson, 1974, 1989,

1999a; Johnson, Johnson, & Maruyama, 1983; Kohn, 1992; Sharan, 1980;

Slavin, 1991). For preventing and a lleviating many of the social problems related

to children, adolescents, and young adults, cooperative learning is the

instructional method of choice.

M aksud kutipan di atas adalah hasil penelitian pembelajaran kooperatif

dinyatakan berhasil kemudian menyulut berbagai penelitian dibidang penelitian

kooperatif yang difokuskan untuk mencegah dan mengobati berbagai masalah

keragaman seperti rasisme, seksisme, p erilaku antisosial (kenakalan, penyalahgunaan

narkoba, kekerasan, ketidaksopanan), kurangnya nilai-nilai prososial dan

egosentrisme, keterasingan dan kesep ian, rendah diri dan masih banyak lagi. Untuk

Page 52: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

33

mencegah dan mengurangi banyak masalah yang berkaitan dengan anak-anak,

remaja, dan dewasa, pembelajaran kooperatif adalah p ilihan yang tepat.

3) Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan

Pembelajaran kooperatif bertitik tolak dari pandangan John Dewey dan

Herbert yang menyatakan bahwa pendidikan dalam masyarakat yang demokratis

seyogyanya mengajarkan proses demokratis secara langsung. Tingkah laku kooperatif

dipandang dasar demokrasi dan sekolah merupakan laboratorium untuk

mengembangkan tingkah laku demokrasi.

Ciri pembelajaran kooperatif adalah proses demokrasi dan peran aktif

siswa. Dalam pembentukan kelompok, guru menerapkan st ruktur t ingkat tinggi, dan

mendefinisikan semua prosedur. Akan tetapi, guru tidak boleh mengelola tingkah

laku siswa dalam kelompok, dan siswa bebas melakukan aktivitas-aktivitas di dalam

kelompoknya. Pembelajaran koop eratif akan efektif jika materi pembelajaran

tersedia lengkap di kelas, ruang guru, perpustakaan, ataupun di pusat media Ibrahim,

dkk, dalam Trianto ( 2007: 45).

Pembelajaran kooperatif akan berjalan lancar dan sesuai dengan harapan

apabila siswa mempunyai keterampilan koop eratif. Keterampilan tersebut berfungsi

untuk melancarkan peranan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat

dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok sedangkan

peranan tugas dapat dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok.

Page 53: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

34

4) Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam langkah utama dalam pembelajaran koop eratif. Langkah-

langkah itu ditunjukkan pada tabel 1 ber ikut ini.

Tabel 2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi

siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa belajar.

Fase- 2

Menyajikan informasi

Guru menyaj ikan inrformasi dengan demonstrasi atau lewat bahan

bacaan .

Fase- 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompok kooperatif

Guru menjelaskan cara membentuk kelompok belajar dan membantu

setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase- 4

Membimbing kelompok bekerja dan

belajar

Guru membimbing kelompok – kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka.

Fase- 5

Evaluasi

Guru mengev aluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari

atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase- 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar

individu dan kelompok.

Sumber: Ibrahim, dkk dalam Trianto, (2007: 48-49)

Pembelajaran kooperatif seperti yang disebutkan oleh Oslen dan Kagan dalam

Richards dan Rodgers (2001: 192) bahwa pembelajaran kooperatif adalah:

Cooperative learning is group learning activity organized so that learning is

dependent on the socially structured exchange of information between

learners in groups and in which each learner is held accoun table for his or

her own learning and is motivated to increase the learning o f others.

M aksud dari kutipan di atas adalah pembelajaran koop eratif adalah kelompok

belajar yang mengutamakan aktivitas setiap anggota kelompok. Dengan demikian

Page 54: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

35

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

mengutamakan kerja sama dengan anggota kelompok maupun antar kelompok lain

sehingga terjadi tukar informasi dan membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar.

b. Model Pembelajaran Kooperatit Tipe Group Investigation (GI)

1) Pengertian Group Investigation (GI)

M odel pembelajaran kelompok invest igasi (group investigation) adalah suatu

model pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan

pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasi l belajar sesuai pengembangan

yang dilalui siswa (Al Krismanto, 2003: 7). Group Investigation merupakan

perencanaan pengaturan kelas yang umum di mana para siswa bekerja dalam

kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, p erencanaan

dan proyek ( Sharan dan Sharan dalam Slavin, 2009: 24). M enurut Setiawan (2006:

7), dalam investigasi siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mengembangkan sikap

dan pengetahuannya tentang materi yang dipelajari sesuai dengan kemampuan

masing-masing, sehingga memberikan hasi l yang lebih bermakna pada siswa.

Pada kenyataannya, model pembelajaran GI tidak dapat lepas dari belajar

kelompok. Akan tetapi, tidak semua belajar kelompok itu termasuk model

pembelajaran GI. M enurut Sardiman (2006: 114) belajar kelompok merupakan

kebutuhan sosial siswa. Guru harus dapat menciptakan suasana kerja sama antar

siswa dengan harapan dapat melahirkan suatu pengalaman belajar yang lebih baik.

Lebih lanjut, Oemar Hamalik (2000: 152) berpendapat bahwa belajar kelompok

dilaksanakan dalam suatu proses kelompok. Para anggota kelompok saling

Page 55: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

36

berhubungan dan berpartisipasi, memberikan sumbangan untuk mencapai tujuan

bersama. Pada pembelajaran kooperatif tipe GI, John Dewey dalam Slavin (2009:

214-215) berpendapat bahwa kooperasi di dalam kelas sebagai prasyarat untuk bisa

menghadapi masalah kehidup an yang kompleks dalam masyarakat demokrasi. Kelas

adalah tempat kreativitas guru dan siswa membangun proses pembelajaran yang

didasarkan pada perencanaan mutual dari berbagai pengalaman, kapasitas, dan

kebutuhan mereka masing-masing.

M odel kooperatif tipe GI dapat mengubah pembelajaran yang positif di kelas.

Netherlands (2005: 1) berpendapat sebagai berikut:

A modified GI method was implemented during the course of an action

research effort consisting of two yearlong projects. Students’ writings, which

had been produced twice a year, were ana lyzed to reveal their reflections

concerning the GI method. The students were positive about how GI altered

the ways their learning occurred in the classrooms. They also reported

several positive learning outcomes resulting from the GI implementation.

M aksud kutipan di atas adalah pembelajaran di kelas menjadi berbeda setelah

GI diterapkan. Hasil pekerjaan siswa menjadi lebih baik. M ereka juga mempuny ai

beberapa keuntungan setelah penerapan GI.

2) Implementasi Group Investigation

M odel pembelajaran Group Investigation merupakan model pembelajaran

yang melibatkan siswa mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi.Penerapan GI

dalam pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan p restasi belajar peserta didik dan

peserta didik diharapkan dapat mengatasi masalah sosial.

Page 56: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

37

M enurut Wong &Wong (2010 : 1) Group Investigation adalah :

Group Investigation. These activities are open-ended problem solving

investigations. The group is given a topic or an issue, which the students

divede into smaller parts. Each student is accountable for one of these

subtopics, into which he or she much conduct research. Working together as a

group, the students create and end product that syn the sizes the information

from each subtopic. They then present theisr findings on the main top ic or

their solutions to the issue to the class in a formal presentation, as a group.

M aksud dari kutipan tersebut adalah kegiatan dalam GI merupakan

penyelidikan masalah secara terbuka untuk diselesaikan. Kelompok diberikan suatu

topik atau masalah dan siswa bertanggung jawab untuk salah satu top ik tersebut.

M ereka bekerja dalam sebuah kelompok. Para siswa membuat produk akhirnya

mensintesiskan informasi dari setiap subtopik. Setelah diskusi selesai, mereka

mempresentasikan hasil kelompokny a.

Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau

kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin

dipelajarinya, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtop ik yang telah

dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara

keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi

kelompok menurut Slavin (2009: 218-220) dapat dikemukakan sebagai berikut :

Tahap I Mengidentifikasi Topik dan M engatur M urid ke dalam Kelompok. Tahap II

M erencanakan tugas yang dipelajari. Tahap III M elaksanakan Investigasi. Tahap IV

Page 57: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

38

M enyiapkan laporan akhir. Tahap V Mempresentasikan laporan akhir. Tahap VI

Evaluasi.

Tahap pertama pembelajaran GI adalah mengidentifikasi top ik dan mengatur

murid ke dalam kelompok berdasarkan kesenangan pada topik yang sama. Guru

memberikan beberapa topic, siswa memilih topik yang disenangi. Tahap kedua

adalah merencanakan tugas yang akan dipelajari. Para siswa merencanakan bersama

mengenai apa yang akan dipelajari. M isalnya: guru memberikan topik cerita rakyat

dari berbagai daerah di Indonesia. Setiap kelompok memilih topik cerita rakyat dari

daerah mana yang akan dipelajari.

Tahap ketiga adalah melaksanakan invest igasi. M aksudny a adalah setiap

kelompok setelah memilih top ik cerita rakyat tersebut, kemudian membagi anggota

kelompoknya untuk menginvestigasi cerita. M isalnya siswa A menginvestigasi

karakteristik cerita rakyat, siswa B menginvest igasi unsur intrinsik, siswa C

menginvestigasi nilai-n ilai sastra, dan siswa D membuat sinopsis.

Tahap keempat adalah menyiapkan laporan akhir. Setiap anggota kelompok

menentukan pesan-pesan penting dari proyek mereka. Anggota kelompok

merencanakan apa yang akan dilaporkan misalnya karakteristik cerita rakyat, unsur

intrinsik, nilai-nilai sastra, dan sinopsis cerita. Kemudian wakil-wakil kelompok

membentuk panitia acara untuk presentasi.

Tahap kelima adalah mempresentasikan laporan akhir. Setiap kelompok

mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Ada yang menjadi moderator, penyaji dan

notulis. Anggota kelompok yang lain memperhatikan dan mencatat hasil kelompok

Page 58: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

39

yang sedang presentasi. Setelah kelompok yang presentasi selesai memaparkan

hasilnya, anggota kelompok y ang lain diberi waktu untuk menanggapi. Tanggapan itu

dapat berupa pertanyaan, kritikan, atau saran.

Tahap terakhir adalah evaluasi. Pada tahap ini para siswa saling memberikan

umpan balik mengenai topik yang telah dipresentasikan. Guru dan siswa saling

berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran yang telah berlangsung. Setiap

anggota kelompok diperbolehkan untuk bertanya kepada anggota kelompok yang lain

tentang materi yang telah dipresentasikan. Para siswa juga boleh bertanya kepada

guru tentang materia atau topik yang telah dibahas. Baik siswa maupun guru yang

mendapatkan pertanyaan menjawab soal yang diajukan. Jadi, dalam pembelajaran GI

siswa tidak hanya bertanya kepada guru saja, tetapi boleh juga bertanya kepada teman

antarkelompok maupun teman dalam kelompoknya.

Keenam tahap pembelajaran GI tersebut dilaksanakan guru dan siswa secara

berurutan agar dapat mencapai hasil yang maksimal. Khusus pada tahap evaluasi,

guru dan siswa dapat berkolaborasi dalam membuat soal tes. M isalnya dalam satu

kelas ada 7 kelompok, setiap kelompok disuruh mengumpulkan soal sebanyak lima

buah. Guru dapat memilih dua soal dari setiap kelompok. Jadi, jika satu kelas ada 7

kelompok berarti ada 14 soal tes yang dapat digunakan guru untuk mengevaluasi

siswanya.

3) Variasi Model Cooperative Learning

Pembelajaran koop eratif ada empat model yaitu STAD, JIGSAW, GI

(Group Investisation) dan pendekatan st ruktural, yang meliputi Think Pair Share

Page 59: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

40

(TPS) dan Numbered Head Together (NHT). Tabel 2 berikut ini mengikhtisarkan dan

membandingkan empat pendekatan dalam pembelajaran menurut Ibrahim,dkk, dalam

Trianto (2007: 50-51).

Tabel 3. Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif

STAD Jigsaw Investigasi Kelompo k

Pendekatan Struktural

Tujuan

Kognitif

Informasi

Akademik sederhana

Informasi akademik

sederhana

Informasi akademik

tingkat tinggi & keterampilan inkuiri

Informasi akademik

sederhana

Tujuan Sosial

Kerja kelompok dan kerjasama

Kerja kelompok dan kerjasama

Kerjasama dalam kelompok kompleks

Keterampilan kelompok &

keterampilan sosial Strutur Tim Kelompok belajar

heterogen dengan 4-5 orang

Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota menggunakan pola kelompok ’asal’ & kelompok ’ ahli’

Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 anggota homogen

Bervariasi, berdua, bertiga, kelompok dengan 4-5 orang anggota

Pemilihan Topik

Biasanya guru Biasanya guru Biasanya guru Biasanya guru

Tugas

Utama

Siswa dapat

menggunakan lembar kegiatan dan saling

me mbantu untuk menuntaskan materi belajarnya

Siswa mempelajari

materi dalam kelompok ’ ahli’ kemudian me mbantu anggota

kelompok asal me mpelajari materi itu

Siswa menyelesaikan

inkuiri kompleks

Siswa mengerjakan

tugas-tugas yang diberikan secara sosial dan kognitif

Penilaian Tes Mingguan Bervariasi dapat berupa

tes mingguan

Menyelesaikan

proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes

uraian

Bervariasi

Pengakuan Lembar pengetahuan & publikasi lain

P ublikasi lain Lembar pengakuan dan publikasi lain

Bervariasi

Sumber: Ibrahim (dalam Trianto, 2007: 50-51)

B. Penelitian yang Relevan

Asror Juwaini (2008) dalam tesisnya yang berjudul ” Penerapan Pembelajaran

Kooperatif M odel Group Investigation (GI) untuk M eningkatkan Kemampuan

M embaca Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Bangkal 01 Kecamatan Binangun

Page 60: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

41

Kabupaten Cilacap” menunjukkan adanya aktivitas belajar yang efektif dalam

pembelajaran membaca pemahaman.

Sutrisno, A.B (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Kemampuan

Pemecahan M asalah Siswa dalam Geometri M elalui Model Pembelajaran Investigasi

Kelompok : Studi Eksp erimen pada Siswa Kelas II SLTPN 4 Bandar Lampung”,

memperoleh kesimpulan bahwa rataan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam

geometri yang pembelajarannya menggunakan investigasi kelompok lebih baik

daripada siswa yang menggunakan model tradisional dalam pembelajarannya.

Penelitian Asror Juwaini dengan penelitian yang akan penulis lakukan ada

perbedaan pada materi ajarnya. Jika Asror Juwaini memilih materi membaca

pemahaman, maka penulis memilih materi cerita rakyat. Sedangkan persamaannya

adalah sama-sama penelitian tindakan kelas dan menggunakan model koop eratif tipe

GI.

Penelitian Sutrisno, A.B dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti juga

ada persamaan dan perbedaannya. Persamaannya adalah sama-sama menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe GI. Perbedaannya adalah Sutrisno, A.B termasuk

penelitian eksperimen sedangkan peneliti PTK. Perbedaan yang lain adalah Sutrisno,

A.B meneliti matematika khususnya geometri, sedangkan peneliti memilih materi

pembelajaran apresiasi cerita rakyat.

Peneliti memilih model pembelajaran koop eratif tipe GI dalam

mengapresiasi cerita rakyat dengan harapan siswa lebih tertarik atau senang dengan

model pembelajaran yang inovatif tersebut. Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe

Page 61: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

42

GI ini dapat mengatasi masalah sosial, antara lain siswa yang dulu ego diharapkan

tidak ego setelah menerapkan GI. Siswa yang du lu antisosial menjadi punya rasa

sosial. Siswa yang minder menjadi percaya diri, dan pembelajaran GI membantu

remaja untuk keluar dar i berbagai masalahny a.

Peneliti memilih materi apresiasi cerita rakyat karena dalam cerita rakyat ini

mengandung nilai moral, sosial, budaya, pendidikan yang baik untuk dicontoh oleh

generasi muda khususnya siswa SMA. Selain itu, siswa dapat memperhalus budi

pekerti lewat pembelajaran sastra khususnya cerita rakyat. Dengan demikian,

diharapkan siswa setelah melaksanakan pembelajaran apresiasi cerita rakyat dengan

model GI dapat mengatasi masalah sosial dan dapat menerapkan nilai-nilai cerita

tersebut dalam kehidupan sehari-hari serta dapat memperhalus budi pekertinya.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berp ikir penelitian ini adalah kondisi awal sebelum tindakan

dilaksanakan, diperoleh gambaran (yang dilakukan pada kegiatan prasurvei dengan

observasi, wawancara, dan angket) bahwa pembelajaran cerita rakyat yang selama ini

berlangsung di SMA Negeri 1 Gemolong, (1) nilai kemampuan mengapresiasi cerita

rakyat masih rendah, dan (2) guru menggunakan metode ceramah dalam

penyampaian materi sehingga siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran.

(3) siswa kurang tertarik atau kurang senang dengan materi pelajaran cerita rakyat

karena mereka menganggap kurang bermanfaat dalam kehidupan nyata dan cerita

rakyat itu kuno. Dari kondisi ini, peneliti mencoba menawarkan pembelajaran

kooperatif model Group Investigation (GI) untuk pembelajaran apresiasi cerita

Page 62: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

43

rakyat. M odel pembelajaran melalui enam tahap yaitu pertama mengidentifikasikan

topik, kedua merencanakan tugas yang akan dipelajari, tiga melaksanakan invest igasi,

empat menyiapkan laporan akhir, lima mempresentasikan laporan akhir, dan tahap

enam evaluasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 ber ikut.

Gambar 1. Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Terjadi Peningkatan Kualitas Proses dan Hasil

Kemampuan M engapresiasi Cerita Rakyat dengan M enerapkan M odel Pembelajaran

Guru

Perencanaan Tindakan Pelaksanaan Tindakan

Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat M eningkat

Observasi dan Interp retasi

Kondisi Awal 1. Kemampuan mengapresiasi cerita

rakyat rendah. 2. Guru menggunakan metode ceramah. 3. Siswa kurang tertarik atau kurang

senang dengan materi cerita rakyat

Analisis dan Refleksi

PTK Penerapan M etode GI

Page 63: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

44

Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) pada Siswa Kelas X F SMA N 1

Gemolong, Sragen.

Page 64: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Seting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Gemolong, Sragen yang beralamat di

Jalan Citrosancakan , Gemolong, Sragen. Sekolah ini mempunyai 21 kelas. Tindakan

penelitian ini dilaksanakan di kelas X F karena pada kelas ini terdapat permasalahan

yang perlu segera diatasi.

Hasil belajar siswa untuk apresiasi cerita rakyat masih rendah. Kriteria

Ketuntasan M inimal (KKM ) untuk materi apresiasi cerita rakyat adalah 68. Hasi l

belajar siswa kelas X F rata-rata belum mencapai 75% dari KKM . Siswa kelas X F

berjumlah 31 siswa.

Gambar 2. Lokasi SMA N 1 Gemolong

44

Page 65: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

46

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester dua bulan Januari sampai bulan

M ei 2010. Prosedur kegiatan dan jadwal penelitian meliputi tahap persiapan, tahap

pelaksanaan penelitian, analisis data dan penyusunan laporan penelitian. Secara rinci

tahapan pelaksanaan penelitian adalah sesuai pada tabel 3 ber ikut ini.

Tabel 4. Rincian Waktu dan Jenis kegiatan Penelitian

No

Waktu Ke giatan 2009/2010

Januari Februari Mare t Apr il Mei

Minggu 1 2 4 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan survai awa l

x x

2 Persiapan instrumen dan alat

x

3 Uj i pratindakan dan pelaksanaan

x

4 Pelaksanaan

Siklus 1

x

Siklus 2

x x

Siklus 3

x

5 Ana lisis data

x x x x x X x x

6 Peny usunan laporan

x x x x

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X F SM A N 1 Gemolong tahun

ajaran 2009-2010. Siswa kelas tersebut berjumlah 31 anak. Pembelajaran apresiasi

cerita rakyat dengan menggunakan model GI yang akan dilaksanakan berdasarkan

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan Kuriku lum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) Kelas X semester 2. Guru dalam hal ini bertindak sebagai mitra

peneliti.

Page 66: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

47

C. Sumber Data

Sumber data penelitian meliputi:

1. Tempat dan peristiwa penelitian, yakni berbagai kegiatan pembelajaran apresiasi

cerita rakyat yang berlangsung di dalam kelas yang dialami oleh siswa dan guru

baik sebelum tindakan (survei awal) maupun setelah tindakan dengan

menggunakan model pembelajaran GI, dan setelah dilaksanakan kegiatan.

2. Informan dalam penelitian ini adalah Jumadi, S.Pd guru bahasa dan sastra

Indonesia dan seluruh siswa kelas X F SMA N 1 Gemolong, Sragen.

3. Dokumen yang berupa silabus, RPP, foto kegiatan pembelajaran apresiasi cerita

rakyat dengan model pembelajaran GI, angket, hasil pekerjaan siswa, buku

pelajaran Bahasa dan Sast ra Indonesia, dan daftar nilai.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi: observasi, wawancara, dan

angket. Teknik pengumpulan data ini dilakukan untuk mengamati kinerja guru, dan

kinerja siswa. Format kinerja guru dan k inerja siswa terlampir di lamp iran.

1. Observasi

Teknik ini digunakan untuk mengamati perkembangan pembelajaran

yang dilakukan siswa dan guru sejak sebelum diberikan tindakan, pada saat

pelaksanaan tindakan, sampai akhir tindakan. Kegiatan yang diamati meliputi

pembelajaran cerita rakyat yang dilakukan oleh guru sesuai dengan RPP y ang

dibuat oleh peneliti dan guru. Peran peneliti dalam kegiatan ini adalah sebagai

partisipan pasif. Peneliti mengambil tempat duduk paling belakang,

Page 67: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

48

mengamati jalannya proses pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu yang

terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.

Hasil observasi didiskusikan dengan guru yang bersangkutan, kemudian

dianalisis untuk mengetahui berbagai kelemahan yang ada dan untuk mencari

solusi terhadap kelemahan tersebut. Hasil diskusi berupa solusi untuk

berbagai kelemahan tersebut kemudian dilaksanakan dalam siklus berikutnya.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap siswa, guru, serta informan lain jika

diperlukan untuk menggali data tentang kemampuan mengapresiasi cerita

rakyat, serta hambatan yang dihadapi guru saat pembelajaran apresiasi cerita

rakyat.

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari informan tentang

pelaksanaan pembelajaran, berbagai infor masi mengenai kesulitan yang

dialami guru dalam pembelajaran dan faktor penyebabnya. Wawancara

dengan siswa untuk mengetahui tanggapan mereka terhadap metode GI yang

diterapkan dalam pembelajaran cerita r akyat. Dalam hal ini tidak semua siswa

diwawancarai tetapi diambil sampel beberapa siswa saja.

3. Angket

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara meminta siswa

menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pelaksanaan

penelitian. Jenis angket yang digunakan peneliti adalah angket tak langsung

yang tertutup. Artinya angket tak langsung adalah bila ítem pertanyaannya

Page 68: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

49

bermaksud menggali atau merekam informasi dari apa yang diketahui

responden mengenai objek atau subjek tertentu, dan informasi dimaksud tidak

berbicara langsung mengenai diri resp onden bersangkutan. Sedangkan angket

tertutup adalah bila ítem pertanyaannya pada angket disertai kemungkinan

jawaban yang dinilainya paling sesuai (Sanapiah Faisal, 1981: 4-5). Angket

dalam penelitian ini diterapkan pada siswa kelas X F yang berjumlah 31

orang. Format angket untuk penelitian ini terlampir di lampiran.

E. Uji Validitas Data

Agar penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka

diperlukan adanya validitas data. Teknik validitas data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik trianggulasi, yaitu trianggulasi sumber data dan

trianggulasi metode.

a. Trianggulasi sumber data yaitu menggali data yang sejenis dari berbagai sumber

data yang berbeda. Peneliti menggali dari informan yang berbeda- beda posisinya

dengan wawancara sehingga informasi dari informan satu dapat dibandingkan

dengan informan lain. Selain itu, peneliti juga menggali data dari arsip atau

dokumen, dan hasi l observasi terhadap aktivitas p embelajaran yang dilakukan.

b. Trianggulasi metode adalah menggali data yang sama dengan menggunakan

metode pengumpulan data yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk menggali data

tentang pelaksanaan pembelajaran apresiasi cerita rakyat yang diperoleh dari

metode wawancara dengan informan guru dan siswa, dari metode análisis

Page 69: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

50

dokumen berupa persiapan tertulis yang sudah dibuat oleh guru dan dari observasi

pelaksanaan pembelajaran apresiasi cerita rakyat yang berlangsung.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menganalisis secara

deskriptif dan kualitatif. Menurut Suharsimi Arikunto, dkk., (2008: 131-132), analisis

deskritif adalah menganalisis data kuant itatif yang berupa nilai hasil belajar siswa.

Teknik analisis deskriptif dapat digunakan untuk mengolah data yang

berkaitan dengan menjumlah, merata-rata, mencari persentasi, dan menyajikan data

secara menarik, mudah dibaca dan diikuti alur berpikirnya (tabel, grafik, chart).

Teknik ini digunakan untuk membandingkan nilai tes antarsiklus. Peneliti

membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus.

Teknik analisis data secara kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berupa

informasi berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang tingkat pemahaman

(kognitif) siswa, pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru

(afektif), dan aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Untuk data kualitatif yang

berupa hasil wawancara baik wawancara peneliti dengan guru maupun peneliti

dengan siswa, hasil pengamatan, dan angket, peneliti biasanya melakukan proses

koding untuk mengorganisasi data. Tahapan proses koding adalah membuat matrik

dari data yang terkumpul, memberi kode untuk masing-masing se l, membaca data

secara menyeluruh dan menentukan sesuai tema, mengelompokkan masing-masing

pernyataan ke dalam kotak-kotak sel, mengaitkan antara sel sehingga mengandun g

makna, membuat interpretasi dari data yang terdapat dalam sel, dan mendeskripsikan

Page 70: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

51

secara jelas data dalam sel atau matrik sehingga menjadi suatu kesimpulan (Suharsimi

Arikunto, dkk., 2008: 132). Ananlisis data merupakan usaha (proses) memilih,

memilah, membuang dan menggolongkan data untuk menjawab dua permasalahan

pokok, yaitu : (1) tema apa yang dapat ditemukan pada data-data ini dan (2) seberapa

jauh data-data ini dapat menyokong tema tersebut (Sukidin, Basrowi, Suranto: 2008:

111).

Hasil analisis deskriptif maupun analisis kualitatif dijadikan dasar dalam

menyusun p erencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang

ada. Analisis data dilakukan bersamaan dan atau setelah pengumpulan data.

G. Indikator Kinerja

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMA N 1

Gemolong, Kabupaten Sragen pada kelas X F untuk meningkatkan kemampuan

mengapresiasi cerita rakyat dengan model pembelajaran koop eratif tipe Group

Investigation (GI), indikator proses pembelajaran yang harus dicapai antara lain:

1. siswa merasa tertarik atau senang dengan pembelajaran apresiasi cerita rakyat;

2. siswa mampu mengapresiasi cerita rakyat antara lain; siswa dapat menemukan

karakterist ik cerita rakyat, unsur intrinsik, nilai-nilai cerita rakyat, dan dapat

membuat sinopsis;

3. guru mampu membangkitkan minat siswa terhadap materi cerita rakyat;

Page 71: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

52

4. guru mampu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI;

5. guru mampu mengelola kelas.

Indikator yang harus dicapai dalam meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita

rakyat meliputi:

1. siswa mampu menemukan karakterist ik cerita rakyat, unsur intrinsik cerita dan

nilai-nilai cerita rakyat yang disertai data tekstual yang mendukung, serta mampu

membuat sinopsis cerita rakyat dengan bahasa y ang efektif;

2. siswa mampu beker ja sama dan berdiskusi dengan anggota kelompok dan antar

kelompok untuk memecahkan suatu masalah sesuai top ik yang dipilih

kelompokny a;

3. siswa mampu mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas;

4. siswa mampu menanggapi kelompok lain dengan pertanyaan, kritik, maupun

saran untuk p erbaikan pembelajaran di kelas.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal

sampai akhir. Prosedur PTK ini menurut Suharsimi Arikunto, dkk (2008: 74)

mencakup tahap-tahap : (1) perencanaan, (2) pelaksanaa, (3) pengamatan, (4) refleksi.

Keempat kegiatan tersebut saling terkait dan secara urut membentuk sebuah siklus.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

Page 72: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

53

Gambar 3. Siklus Rancangan Penelitian Tindakan

PTK merupakan penelitian yang bersiklus. Artinya penelitian dilakukan

secara berulang dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai, apabila

dalam satu siklus belum berhasil maka dilanjutkan ke siklus ber ikutnya. Alur PTK

dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

PPPPPPP

Gambar 4. Alur Penelitian Tindakan Kelas

Adapun prosedur penelitian tindakan ini secara rinci diuraikan sebagai

berikut:

Pengembangan Perangkat

Tindakan

Observasi

Refleksi

Rencana

P ermasalahan Perencanaan

Tindakan I

P engamatan/Pengu mpulan data 1

Refleksi 1

Perencanaan

Tindakan II

Refleksi II

Dilanjutkan dengan siklus berikutnya

P elaksanaan Tindakan II

P engamatan/Pengu

mpulan Data II

P elaksanaan Tindakan

I

Apabila ada

permasalahan

Permasalahan Baru

Hasil Refleksi

revisi

(Suharsimi Arikunto,dkk. 2008: 74)

Page 73: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

54

1. Rancangan Siklus I

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini, menyusun rencana penerapan metode GI dalam pembelajaran

apresiasi cerita rakyat, yang antara lain berisi upay a:

1) peneliti bersama guru menyusun RPP Bahasa Indonesia sesuai dengan

silabus;

2) peneliti bersama guru menetapkan aspek-aspek yang perlu dibina dalam

meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita rakyat;.

3) peneliti bersama guru menyusun sistem penilaian yang meliputi penilaian

proses dan penilaian hasil.

b.Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, guru melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan RPP y ang telah disusun bersama peneliti dengan menerapkan metode

GI untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita rakyat siswa.

c. Tahap Observasi

Pada tahap ini dilakukan pengamatan langsung dan penginterpretasian

terhadap tindakan guru maupun siswa selama pembelajaran cerita rakyat

dengan menerapkan metode GI untuk mendapatkan data tentang kekurangan

dan kemajuan aplikasi t indakan pertama.

d. Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi, dilaksanakan dengan menganalisis dan mengevaluasi

hasil observasi (pengamatan langsung) dan interpretasinya sehingga diperoleh

Page 74: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

55

simpulan, pada bagian mana yang perlu dibina, diperbaiki, atau

disempurnakan, dan pada bagian mana yang telah mencapai keberhasilan.

2. Rancangan Siklus II

Pada siklus II perencanaan tindakan dilakukan dengan bercermin pada hasil

yang telah dicapai pada tindakan dalam siklus I sebagai upaya perbaikan dari

siklus tersebut.

3. Rancangan Siklus III

Pada siklus ini perencanaan tindakan dilakukan dengan bercermin pada hasi l

yang telah dicapai pada tindakan sik lus II sebagai upaya perbaikan dari siklus

tersebut.

Page 75: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

56

BAB IV

HAS IL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian sebagai jawaban atas rumusan masalah disajikan dalam Bab

IV ini. Sebelum hasi l penelitian dipaparkan, terlebih dahulu diuraikan mengenai

kondisi awal (pratindakan) pembelajaran apresiasi cerita rakyat siswa kelas X F SMA

Negeri 1 Gemolong. Deskripsi hasil penelitian meliputi: (1) kondisi awal proses

pembelajaran serta kemampuan mengapresiasi cerita rakyat siswa kelas X F SMA

Negeri 1 Gemolong, (2) pelaksanaan tindakan dari hasil penelitian, (3) temuan hasil

penelitian, (4) p embahasan hasil penelitian.

Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam 3 siklus dengan empat tahap dalam

tiap siklusnya, yaitu tahap: (1) Perencanaan (Planning), (2) Tindakan (Acting), (3)

Pengamatan (Observ ing) dan (4) Refleksi (Reflekting).

A. Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal pembelajaran mengapresiasi cerita rakyat dan tes kemampunan

awal siswa dalam mengapresiasi cerita rakyat pada kelas X F masih rendah

berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada hari Kamis, 4 Februari 2010 pukul

08.30-9.15 dan 9.30-10.15 WIB. Sedangkan hasil wawancara dengan guru ada

indikasi bahwa siswa merasa kurang tertarik terhadap materi cerita rakyat. Di

samping itu siswa beranggapan bahwa cerita rakyat itu kuno dan kurang bermanfaat

dalam kehidupan nyata. Kondisi serupa juga diungkapkan siswa berdasarkan hasi l

wawancara yaitu siswa kurang antusias dan kurang aktif karena metode yang dipakai

55

Page 76: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

57

guru masih monoton (ceramah) dan kurang variatif sehingga minat siswa terhadap

pembelajaran apresiasi cerita rakyat rendah. Dengan demikian kondisi ini perlu

ditindaklanjut untuk materi apresiasi cerita rakyat agar siswa lebih termotivasi

(tertatrik) melalui model pembelajaran Group Investigation (GI).

Kegiatan pratindakan untuk mengawali penelitian. Kegiatan ini meliputi (a)

pembahasan tentang permasalahan dalam proses pembelajaran apresiasi cerita rakyat;

(b) p elaksanaan uji pratindakan; (c) pembahasan tentang upaya peningkatan kualitas

proses pembelajaran khususny a pada apresiasi cerita rakyat.

Kegiatan awal penelitian melalui wawancara terhadap guru pada hari Jumat,

5 Februari 2010. Hal ini untuk membahas permasalahan yang dihadapi guru dalam

proses pembelajaran yang berlangsung. Dari hasil wawancara, dapat diketahui bahwa

pembelajaran apresiasi cerita rakyat siswa memperoleh nilai rendah. Kondisi ini

disebabkan karena siswa sering mengalami kesulitan dalam mengapresiasi cerita

rakyat. Selain itu, siswa beranggapan bahwa mempelajari cerita rakyat kurang

memberi manfaat dalam kehidupan nyata dan dianggapnya sudah kuno. Pendapat ini

mengakibatkan rendahnya minat siswa untuk mempelajari cerita rakyat, sehingga

mereka kurang sungguh-sungguh dalam mengapresiasi cerita rakyat.

Alasan lain yaitu selama ini, metode yang digunakan oleh guru dalam proses

pembelajaran masih didominasi dengan metode ceramah (monoton) dan pemberian

tugas. Peran guru yang masih mendominasi pelajaran seh ingga kurang memberi

kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak menggauli karya sastra dengan

membaca sendiri berbagai bentuk karya sastra khususnya cerita rakyat. Siswa kur ang

Page 77: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

58

dapat memahami unsur-unsur inst rinsik dalam cerita rakyat, atau untuk menceritakan

kembali cerita rakyat yang telah didengar atau dibaca.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas X F dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran cerita rakyat kurang menarik atau kurang menyenangkan. Hal

ini terjadi karena guru dalam menyampaikan materi dengan ceramah. Guru tidak

menggunakan media pembelajaran. Siswa kurang semangat dalam mengikuti

pembelajaran. Siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam pelajaran.

Gambar 5. Wawancara Peneliti dengan Siswa.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa permasalahan yang

dihadapi guru dalam pembelajaran apresiasi cerita rakyat adalah metode

pembelajaran yang kurang variatif, sehingga kurang dapat membangkitkan motivasi

siswa dalm belajar.

Pelaksanaan uji pratindakan bertujuan untuk mengetahui kondisi awal

terhadap 31 siswa kelas X F SM A Negeri 1 Gemolong tahun pelajaran 2009-2010,

kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 6 Februari 2010. M ateri uji pratindakan

Page 78: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

59

adalah cerita rakyat “Pak Belalang”. Dari hasil uji pratindakan yang diberikan

dengan lima soal uraian yang berkaitan dengan ciri-ciri cerita rakyat, unsur intrinsik

cerita, dan hal-hal yang menarik dari cerita hanya 10 siswa (32, 25 %) yang

memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), siswa yang lainny a

yaitu 21 siswa (67,74%) memperoleh nilai di bawah KKM (rekap nilai pratindakan

terlampir di lampiran 1.7). Nilai rata-rata yang dicapai juga rendah, yaitu 64,16

masih di bawah KKM yang ditetapkan dalam kurikulum. Berdasarkan hasil tes yang

telah dilakukan tersebut diketahui bahwa kemampuan apresiasi cerita rakyat siswa

masih rendah dan perlu ditingkatkan sesuai dengan tujuan dan harapan yang sudah

ditetapkan dalam KTSP SMA N 1 Gemolong, yaitu nilai ketuntasan minimal adalah

68 dan ketuntasan klasikal minimal adalah 75%.

Dari hasil pengamatan peneliti selama proses uji pratindakan dilaksanakan,

dapat dijelaskan bahwa kegiatan p embelajaran tersebut masih bersifat konvensional.

Pembelajaran masih berpusat pada guru meskipun siswa diberi kesempatan untuk

bertanya. M etode yang diterapkan pun kurang bervariatif. Pembelajaran yang

dilakukan masih berorientasi pada metode ceramah, dan penugasan, siswa

mendengarkan, dan mencatat materi sehingga keaktifan siswa sangat rendah.

Sikap siswa juga menunjukkan kurang proaktif, siswa terlihat pasif dan

kurang tertarik dengan materi cerita rakyat. Beberapa siswa memang tampak

memperhatikan penjelasan guru namun ada pula siswa yang berbisik-b isik dengan

teman semejanya, bahkan ada yang berbincang-bincang sendir i. Sikap siswa seperti

ini sangat berpengaruh terhadap prestasi kemampuan mengapresiasi cerita rakyat

Page 79: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

60

yang dipelajari. Akhirnya kemampuan mengapresiasi cerita rakyat siswa rendah

sebagaimana hasil uji pratindakan di awal. Hal ini perlu segera diatasi dengan cara

mengubah paradigma pengajaran menjadi pembelajaran. Guru sebagai fasilitator

dalam pembelajaran di kelas harus dapat memilih dan menerapkan metode

pembelajaran yang tepat, yaitu metode pembelajaran yang menarik dan melibatkan

siswa dalam proses pembelajaran.

Dari pengamatan selama uji pratindakan dilaksanakan dan wawancara yang

telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran apresiasi

cerita rakyat masih rendah sehingga perlu untuk segera ditingkatkan. Adapun

penyebab rendahnya kemampuan apresiasi cerita rakyat diantaranya adalah dalam

proses pembelajaran yang berlangsung :

1) Guru masih menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran yaitu

dengan ceramah.

2) Guru belum menggunakan media pembelajaran.

3) Siswa kurang tertarik atau kurang senang dengan materi cerita rakyat karena

mereka beranggapan bahwa cerita rakyat kurang bermanfaat bagi kehidupan

nyata dan kuno.

Dari proses yang dilakukan pada survei awal diketahui bahwa kemampuan

mengapresiasi cerita rakyat siswa kelas X F SMA Negeri 1 Gemolong masih

tergolong rendah. Rendahny a kemampuan mengapresiasi cerita rakyat tersebut

tampak dalam indikator berikut ini :

Page 80: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

61

1) siswa belum mampu menemukan unsur-unsur intrinsik dari cerita rakyat yang

dipelajri;

2) siswa belum mampu menyusun urutan peristiwa dari cerita rakyat yang dipelajari

dengan bahasa yang efektif;

3) siswa belum mempunyai keberanian untuk menceritakan kembali cerita rakyat

yang sudah dipelajari.

Dari hasil uji pratindakan di atas, perlu segera diambli solusi sebagai upaya

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan peningkatan kemampuan

mengapresiasi cerita rakyat. Peneliti berasumsi bahwa tindakan perlu dilakukan untuk

mengatasi permasalahan tersebut. Pada kesempatan diskusi dengan guru, peneliti

menawarkan metode tipe Group Investigation (GI). Alasan pemilihan metode ini

karena diperkirakan akan mampu mengatasi permasalahan di atas. M etode ini

termasuk ke dalam metode diskusi kelompok berbasis pembelajaran kooperatif

dengan menempatkan siswa dalam kelompok heterogen. Pembagian kelompok juga

didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat. Hal ini sangat

memungkinkan siswa untuk belajar mengapresiasi cerita rakyat secara kelompok

dengan memanfaatkan potensi interaksi dan ker ja sama antarsiswa. Namun demikian,

kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa lebih ditekankan pada kompetensi

individual meskipun dilakukan dalam bentuk diskusi kelompok.

Dalam metode ini, siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan

empat sampai enam orang dengan karakteristik yang heterogen. Guru

mengidentifikasikan top ik dan mengatur murid ke dalam kelompok. Para siswa

Page 81: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

62

meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah top ik, dan mengategor ikan saran-

saran. Kemudian para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari

topik yang telah mereka pilih. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan

siswa pada topik yang sama dan bersifat heterogen. Guru membantu dalam

pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan. Guru merencanakan tugas

yang akan dipelajari. Para siswa merencanakan bersama mengenai; apa yang akan

dipelajari, bagaimana kita mempelajarinya, untuk tujuan apa kita menginvestigasi

topik ini.

Tahap berikutnya melaksanakan invest igasi. Para siswa mengumpulkan

informasi, dan saling berdiskusi, mengklarifikasi dan mensintesis semua gagasan.

Para siswa menyiapkan laporan akhir, kemudian mempresentasikan laporan tersebut,

dan diakhiri dengan evaluasi.

M etode ini pun dibantu oleh metode penugasan, dan tanya jawab sehingga

ketuntasan materi dapat terwujud.

B. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan tindakan kelas yang dilakukan melalui tiga siklus yang

berkelanjutan dari siklus pertama, kedua, ketiga. Setiap siklus terdiri dari empat

tahap, yakni : (a) tahap perencanaan (plann ing), (b) tahap implementsi tindakan

(acting), (c) tahap observasi (observing), dan (d) tahap refleksi (reflecting).

1. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan Siklus I

Page 82: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

63

Berdasar pada survei awal yang dilakukan dari kegiatan pratindakan,

diketahui bahwa ada dua permasalahan utama dalam pembelajaran apresiasi

cerita rakyat, yaitu proses pembelajaran yang masih menggunakan metode

pembelajaran konvensional atau ceramah dan masih rendahnya kemampuan

siswa dalam mengapresiasi cerita rakyat. Sesuai dengan penawaran dari peneliti

tentang pemilihan metode GI untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi

cerita rakyat yang sudah disepakati oleh guru, maka dirancang Penelitian

Tindakan Kelas, pada siklus I tahap perencanaan.

Kegiatan perencanaan dilaksanakan oleh guru dan peneliti pada 15

Februari 2010, bertempat di ruang tamu kepala sekolah.

Pada kesempatan ini peneliti berdiskusi dengan guru. Hal-hal yang

didiskusikan antara lain :

1) peneliti menyamakan persepsi dengan guru mengenai penelitian yang

dilakukan;

2) sesuai dengan usul peneliti pada diskusi sebelumnya, bahwa akan diterapkan

metode Group Investigation (GI) dalam pembelajaran apresiasi cerita rakyat

serta menjelaskan cara penerapannya;

3) peneliti dan guru bersama-sama menyusun RPP untuk siklus I;

Gambar 6. Wawancara Peneliti dengan Guru

Page 83: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

64

4) peneliti dan guru bersama-sama merumuskan ind ikator pencapaian tujuan;

5) guru dan peneliti bersama-sama membuat lembar penilaian siswa yaitu

inst rumen penelitian berupa tes dan non tes. Instrumen tes berupa lembar

kegiatan siswa (LKS) yang berisi butir-butir soal digunakan untuk menilai

kemampuan mengapresiasi cerita rakyat. Instrumen non tes digunakan untuk

menilai sikap siswa dalam pembelajaran apresiasi cerita rakyat. Instrumen

non tes ini berbentuk lembar observasi dengan kriteria penilaian yang sudah

ditentukan, dan

6) menentukan jadwal pelaksanaan tindakan.

Adapun urutan tindakan yang sudah direncanakan dan akan d iterapkan

dalam sik lus I sebagai berikut :

1) Guru mengondisikan kelas dengan mengabsen siswa yang tidak masuk,

kemudian melakuk an apersepsi dengan tanya jawab ringan dengan siswa

tentang cerita rakyat yang pernah dibaca di bangku SM P.

2) Guru menerangkan karakterist ik atau cirri-ciri cerita rakyat juga

menjelaskan unsur intrinsik cerita rakyat yang meliputi; latar/setting, tokoh

dan penokohan, amanat, dan nilai-nilai cerita rakyat secara singkat.

3) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang sudah ditentukan

berdasarkan kesenangan dalam memilih topik. M asing-masing kelompok

terdiri dari 4 - 6 anak. Guru memberi bacaan cerita rakyat dari berbagai

daerah di nusantara beserta dengan LKS;

Page 84: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

65

4) Guru menugaskan semua kelompok untuk menginvest igasi karakteristik

cerita rakyat, isi, latar, hal-hal yang menarik dari tokoh, amanat, dan nilai-

nilai dari cerita rakyat, secara berdiskusi dengan anggota kelompoknya;

5) Guru mengamati jalannya diskusi yang dilakukan oleh anggota kelompok

tentang materi cerita rakyat yang dipilihnya;

6) Guru menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa yang

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok;

7) Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak untuk mempresentasikan

hasil diskusi, sedangkan kelompok y ang lain mengamati dengan seksama;

8) Guru bersama-sama siswa merangkum materi yang telah didiskusikan

anggota kelompok;

9) Guru memberikan evaluasi berupa tes uraian singkat untuk mengetahui

kemampuan mengapresiasi cerita rakyat siswa;

10) Guru menyimpulkan pembelajaran dan memberikan tugas PR, kemudian

kemudian menutup kegiatan belajar mengajar dengan salam.

Dari kegiatan diskusi tersebut disepakati pula bahwa tindakan dalam

siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pada hari Kamis, 18

Februari 2010 dan hari Sabtu, 20 Februari 2010.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

1) Pertemuan Pertama

Sesuai dengan perencanaan, tindakan pada siklus I pertemuan pertama

dilaksanakan pada hari Kamis, 18 Februari 2010 selama 2 x 45 menit yaitu pada

Page 85: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

66

jam pelajaran ke 3-4. Pada pertemuan pertama ini, guru akan menerapkan metode

GI dalam pembelajaran apresiasi cerita rakyat.

Pada pertemuan ini, guru akan mengajak siswa untuk mengapresiasi

cerita rakyat dari berbagai daerah di nusantara. Guru menyampaikan kompetensi

dasar yang harus dicapai oleh siswa melalui beberapa indikator. Guru

menjelaskan kepada siswa bahwa metode yang akan diterapkan adalah GI. Agar

siswa tertarik dengan metode pembelajaran tersebut guru menyampaikan manfaat

dari penerapan metode ini, yaitu dapat menumbuhkan jiwa sosial, dapat

mengurangi rasa ego, kenakalan remaja, kekerasan, seksisme. dan menanamkan

keyakinan bahwa di dunia ini tidak ada kesuksesan tanpa adanya kerja sama yang

baik dengan orang lain.

Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran cerita rakyat

pada tindakan siklus I ini adalah sebagai berikut :

a). Pembukaan

Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam dengan ucapan

assalamualaikum, mengondisikan kelas, menanyakan siswa yang tidak masuk,

mengadakan apersepsi, menjelaskan SK, KD, dan tujuan pembelajaran serta

memberitahu bahwa pembelajaran akan menggunakan model kooperatif learning

tipe Group Investigation (GI).

Page 86: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

67

Gambar 7. Guru M embuka Pembelajaran.

b). Kegiatan Inti

Guru mengidentifikasikan top ik cerita rakyat dari berbagai daerah di

nusantara antara lain dari Sulawesi yang berjudul “La Dana dan Kerbaunya,”

dari Jawa Barat dengan judul “Telaga Warna” dan dari Jawa Tengah yang

berjudul “Jaka Tingkir”. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok

heterogen yang d idasarkan kesamaan kesenangan dalam memilih top ik. Masing-

masing kelompok terdiri dari 4 anak. Tempat duduk siswa diatur memutar.

Langkah guru selanjutnya adalah memberikan bacaan cerita rakyat dari

berbagai daerah di nusantara tersebut p ada masing-masing kelompok. Kemudian

guru membacakan cerita rakyat “ La Dana dan Kerbaunya” dengan lafal,

intonasi, dan penghayatan yang tepat. Siswa menyimak dengan sungguh-

sungguh. Aktivitas selanjutnya adalah setiap anggota kelompok berdiskusi

dengan teman kelompoknya. Ketua kelompok membagi anggotanya untuk

Page 87: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

68

menginvestigasi cerita. Anggota A, mencari karakterististik cerita rakyat, anggota

B menemukan unsur intrinsic cerita, anggota C mencari nilai-nilai sastra, dan

anggota D membuat sinopsis. Mereka mengumpulkan informasi, menganalisis

data dan saling bertukar informasi.

Langkah berikutnya, anggota kelompok menyiapkan laporan tentang

cerita rakyat yang diinvest igasi. Guru mengamati jalannya diskusi. Guru

menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa yang mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan tugas kelompok. Guru menugaskan salah satu kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Presentasi tersebut berisi antara

lain karakteristik cerita rakyat, isi, amanat, hal-hal yang menarik dari tokoh, dan

nilai-nilai cerita rakyat. Kelompok yang lain memperhatikan dengan seksama.

Gambar 8. Kelompok Siswa sedang Presentasi.

Guru dan siswa merangkum materi yang telah dibahas di kelas X F

tersebut. Kemudian guru memberikan kuis kepada siswa untuk dikerjakan.

Waktu mengerjakan ku is 10 menit. Sekali-kali guru mengingatkan agar siswa

Page 88: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

69

mengerjakan send iri dan tidak bekerja sama dengan teman semejanya. Guru juga

mengingatkan agar teliti dalam mengerjakan kuis. Setelah waktu habis, guru

menyuruh siswa untuk mengumpulkan pekerjaannya di meja guru.

c). Penutup

Guru menyimpulkan materi, memberikan kesempatan untuk bertanya

bagi siswa yang belum jelas, dan memberi PR pada kelompok yang belum

mempresentasikan laporan akhir untuk menyelesaikan di rumah. Kemudian guru

menutup pelajaran dengan bacaan wasalamualaikum.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Februari 2010 jam ke

5-6 yaitu pukul 10.15-11.45 WIB, bertempat di ruang kelas X F. Guru

menyampaikan hasil kuis pertemuan pertama.

2) Pertemuan Kedua

Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan

kedua dalam pelaksanaan tindakan siklus I adalah :

a). Pembukaan

Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan assalamualaikum.

Guru mengondisikan kelas dengan menyuruh siswa untuk berkelompok

sesuai dengan kelompokny a pada pertemuan pertama. Kemudian siswa

disuruh mempersiapkan pekerjaan mereka pada pertemuan sebelumnya,

yaitu mempresentasikan hasil diskusi kelompok tentang karakteristik cerita

rakyat, isi, amanat, latar, hal-hal yang menarik dari tokoh, nilai-nilai dan

sinop sis singkat cerita.

Page 89: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

70

b). Kegiatan Inti

Guru menunjuk kelompok y ang belum maju pada pertemuan pertama.

Kelompok yang lain menyimak dengan seksama sambil mencatat informasi

yang disampaikan kelompok tersebut. Para siswa saling memberikan umpan

balik mengenai top ik cerita rakyat yang disampaikan kelompok lain. Setelah

semua kelompok selesai presentasi, guru dan siswa berkolaborasi dalam

mengevaluasi pembelajaran cerita rakyat.

Gambar 9. Kelompok Siswa sedang Presentasi.

Kemudian guru memberi kuis kepada siswa untuk mengetahui

kemajuan dalam mengapresiasi cerita rakyat. Guru mengingatkan bahwa

mereka tidak boleh bekerja sama dengan anggota kelompok maupun antar

kelompok. Guru juga mengingatkan agar siswa dalam mengerjakan kuis

teliti dan cermat. Setelah waktu habis, guru meminta siswa untuk

mengumpulkan pekerjaannya di meja guru.

c). Penutup

Page 90: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

71

Guru berkolaborasi dengan siswa menyimpulkan pembelajaran. Guru

menutup pelajaran dengan mengucapkan wassalamualikum. Bel berbunyi

tiga kali menandakan istirahat kedua telah tiba. Guru dan peneliti

meninggalkan ruang kelas X F diikuti para siswa untuk beristirahat.

Guru dapat menyelesaikan semua langkah tersebut sesuai dengan

waktu yang tersedia. Begitu bel tanda istirahat kedua berbunyi, guru sudah

pada tahap menutup pelajaran. Dalam tahap ini, guru bertindak sebagai

pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran apresiasi cerita rakyat di dalam

kelas, sedangkan peneliti hanya bertindak sebagai partisipan pasif.

c. Observasi Siklus I

Obervasi dilakukan saat pembelajaran apresiasi cerita rakyat dengan model

koop eratif tipe GI berlangsung pada Kamis, 18 Februari 2010 pukul 08.30 –

10.15 WIB (jam ke 3 – 4) dan Sabtu, 20 Februari 2010 pukul 10.15 – 11.45 WIB

(jam ke 5 – 6). Observasi difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran,

kegiatan yang dilaksanakan guru serta aktivitas siswa dalam pembelajaran

apresiasi cerita dengan menerapkan model GI. Dalam observasi ini, peneliti

menggunakan pedoman observasi (terlampir pada lampiran). Pada saat observasi,

peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan duduk di bangku p aling belakang.

1) Pengamatan terhadap Guru

Pada pertemuan pertama siklus 1 ini, guru berusaha melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah disusun bersama peneliti.

Guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang heterogen dan juga

Page 91: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

72

berdasarkan kesamaan kesenangan dalam memilih topik. Guru memberi

kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya mengenai permasalahan kelompok

yang mereka hadapi selama diskusi. Pada pertemuan pertama siklus I ini, guru

masih terlihat belum dapat mengontrol dengan baik jalanny a kerja kelompok.

M asih didapatinya siswa yang hanya diam saja, atau ada siswa yang berbicara

dengan teman semejanya tentang topik yang lain. Kegiatan guru dalam proses

pembelajaran belum dapat berjalan dengan baik. Suasana sangat gaduh ketika

siswa sibuk mencari anggota kelompok dan menata tempat duduknya.

Pada pertemuan kedua siklus I ini, peneliti menggunakan lembar penilaian

kinerja guru yang meliputi indikator sebagai ber ikut :

a) Guru melaksanakan p embelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun.

b) Guru menjalin komunikasi dan interaksi multi arah.

c) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

d) Guru mampu menciptakan suasana yang menyenangkan.

e) Guru berkeliling mengontrol kerja masing-masing kelompok.

f) Guru memberikan motivasi kepada siswa yang belum berpartisipasi dalam

kerja kelompok.

g) Guru mengingatkan bahwa setiap anggota kelompok harus melakukan

invest igasi.

h) Guru menekankan pentingnya kerja sama dalam pembelajaran kooperatif.

i) Guru menekankan kepada siswa bahwa kepahaman anggota kelompok

terhadap materi pelajaran menjadi tanggung jawab kelompok.

Page 92: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

73

j) Guru menyimpulkan materi sebelum mengakhiri proses pembelajaran.

Tabel 5. Lembar Observasi Penilaian Kinerja Guru

Lembar Observasi Penilaian Kinerja Guru

No. Indikator 1 2 3 1 Jumlah

Keterangan :

1. Selalu, skor : 3

2. Kadang-kadang, skor : 2

3. Tidak pernah, skor : 1

Penghitungan nilai akhir dalam skala 0-100 adalah sebagai berikut :

Nilai akhir = � � � � � � � � � � � � �

� � � � � � � � � � � � (� � ) × Skor Ideal (100) = ......

Berdasarkan lembar pengamatan dan penilaian, diperoleh hasil

bahwa kinerja guru pada siklus I mencapai skor 76,67. Dari indikator y ang

ditentukan diketahui bahwa guru masih pada posisi jawaban “kadang-

kadang” dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini wajar karena

guru belum terbiasa melaksanakan model kooperatif tipe GI, tetapi pada

pertengahan pelajaran guru mulai dapat melaksanakan tugasny a dengan

lebih baik. Guru lebih bersemangat dalam membimbing siswa untuk

menyelesaikan tugas kelompok mereka. Guru mulai aktif mengontrol

kegiatan kelompok secara bergiliran dan suasana kelas lebih hidup. Guru

kadang-kadang memberi masukan kepada kelompok yang tampil ke depan

Page 93: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

74

kelas untuk menyampaikan karakteristik cerita rakyat, isi singkat, amanat,

latar, hal-hal yang menarik dari tokoh cerita rakyat, dan nilai-nilai yang

terkandung di dalam cerita rakyat.

2) Pengamatan terhadap S iswa

Pada pertemuan pertama siklus I yang dilaksanakan pada hari

Kamis, 18 Februari 2010, siswa tampak belum aktif dan masih tampak

bingung dengan apa yang harus dikerjakan. Hal ini karena baik guru

maupun siswa belum terbiasa dengan pembelajaran dengan model

koop eratif tipe GI. Siswa sangat gaduh ketika mencari anggota

kelompokny a dan ketika menata tempat duduk kelompokny a. Didapati

beberapa siswa hanya diam saja, tidak mampu berpendapat, tetapi ada juga

siswa yang sangat aktif di dalam kelompoknya. Namun, siswa yang aktif

ini hanya beberapa orang sa ja. Ketika guru menunjuk secara acak anggota

kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi, kebetulan yang ditunjuk

guru kelompok 6 yang beranggotakan Anang, Andryas, Dian, dan Novilia.

Kelompok ini dalam mempresentasikan hasil diskusi sangat monoton,

kurang menarik, sehingga kelompok yang lain ramai sendiri. Pada saat

kelompok 6 membuka tanya jawab, terlihat hanya dua siswa yang

mengacungkan tangan. Penanya pertama (Siti) mengkritik tulisan yang di

tayangkan kurang jelas karena bagrounnya sangat mencolok dan

Page 94: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

75

menanyakan contoh latar suasana yang menegangkan, sedangkan penanya

kedua (Eti) menanyakan gaya bahasa yang menarik dalam cerita rakyat

“Jaka Tingkir”.

Gambar 10. Siswa sedang Bertanya (berdiri).

Aktivitas siswa dalam berdiskusi membuat suasana kelas sangat

ramai. Guru masih belum dapat mengendalikan situasi tersebut. Dalam hal

ini, penilaian yang dilakukan oleh guru difokuskan pada partisipasi siswa

dalam menyumbangkan pikirannya, bukan pada kualitas jawaban siswa

benar atau salah.

Pertemuan kedua pada sik lus 1 ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 20

Februari 2010. Pada pertemuan kedua ini mulai ada peningkatan. Siswa

sudah mulai aktif dalam kegiatan pembelajaran. Suasana ke las sudah tidak

seramai seperti pada pertemuan pertama. Siswa menjalankan tugasnya

dalam berdiskusi kelompok lebih tertib. Guru menunjuk kelompok 3 untuk

mempresentasikan hasil diskusinya dengan judul “Asal M ula Sragen.”

Page 95: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

76

Kelompok 3 beranggotakan Fandy , Kurniawan, Muh Anggie, dan M uh

Jafar. Presentasi kelompok ini sudah tidak monoton. Ada variasi dalam

penyampaian materi. Ketika kelompok ini membuka tanya jawab juga ada

dua penanya. Penanya pertama (Arni) menanyakan inti cerita tersebut.

Sedangkan penanya kedua (Dian Kirana) menanyakan tokoh utama,

setting, dan alur cerita. Dalam menjawab pertanyaan kelompok 3 masih

membaca teks, belum menggunakan bahasanya sendiri. Hal ini wajar

karena siswa belum terbiasa presentasi dan belum terbiasa menjawab

pertanyaan teman di depan kelas. Penerapan model kooperatif tipe GI

untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita rakyat belum dapat

berjalan dengan op timal. M asih ada sebagian siswa yang dalam berdiskusi

kelompok belum berpartisipasi aktif, baru sekedar mendengarkan saja.

Mereka masih menggantungkan jawaban pada teman yang pandai.

Berdasarkan hasi l angket yang diberikan kepada siswa tentang

kinerja anggota kelompok yang diberikan setelah pembelajaran dengan

model koop eratif tipe GI siklus I diketahui bahwa dalam kerja kelompok

GI, partisipasi siswa sebagai peserta diskusi masih rendah. M ereka belum

dapat melakukan kerja sama dengan baik dan kerja kelompok masih

didominasi oleh anggota kelompok tertentu. Penilaian proses untuk

individu berdasarkan lembar penilaian proses yang dised iakan diperoleh

hasil sebagai berikut :

Tabel 6. Lembar Penilaian Proses Pembelajaran

Page 96: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

77

Lembar Penilaian Proses

Pembelajaran Apresiasi Cerita Rakyat dengan Menerapkan Model GI

S IKLUS I

No Nama Siswa 1 2 3 4 5 N 1

Jumlah Keterangan :

Aspek Nilai

1. Kedisip linan 10-20

2. Minat 10-20

3. Kerjasama 10-20

4. Keaktifan 10-20

5. Tanggung jawab 10-20

Penghitungan nilai akhir dalam skala 10-100

Berdasarkan p enilaian proses pembelajaran yang dilakukan diperoleh n ilai

rata-rata kelas 73,26 dengan nilai tertinggi 86 dan terendah 65 (rekap hasil penelitian

terlampir di lampiran 2.10 Siklus I).

Perhatikan grafik 1. Penilaian Proses M engapresiasi Cerita Rakyat berikut ini .

Grafik 1. Penilaian Proses Siklus I

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

Sisw a

Nila

i ya

ng D

iper

ole

h

SIKLUS I

Page 97: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

78

Penilaian kemampuan mengapresiasi cerita rakyat dengan aspek penilaian : (1)

ketepatan mengungkapkan isi cerita rakyat; (2) kemampuan menjelaskan amanat

cerita dengan data yang mendukung; (3) ketepatan menemukan n ilai-nilai dalam

cerita rakyat; (4) kemampuan membandingkan nilai-nilai cerita rakyat yang telah

dipelajari; (5) kemampuan membuat synopsis cerita rakyat yang dipelajari. Dari

indikator di atas diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 7. Daftar Nilai Kemampuan Apresiasi Cerita Rakyat

Daftar Nilai Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat Siklus I

Kelas X F S MA N 1 Gemolong

No Nama Siswa I

(0-20) II

(0-20) III

(0-20) IV

(0-20) V (0-

20) Jumlah Rata-rata

Keterangan :

I = Ketepatan mengungkapkan isi cerita rakyat secara tepat.

II = Kemampuan menjelaskan amanat yang terdapat dalam cerita

dengan data yang mendukung.

III = Ketepatan menemukan n ilai-nilai dalam cerita rakyat.

IV = Kemampuan membandingkan nilai-nilai cerita rakyat dengan

kehidupan masa kini.

V = Kemampuan membuat sinopsis cerita rakyat yang dipelajari.

Berdasarkan lembar penilaian kemampuan mengapresiasi cerita

rakyat pada siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 68,32 dengan

nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 49 (terlampir di lampiran 2.11).

Page 98: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

79

Perhatikan grafik 2. Nilai Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat

berikut ini .

Grafik 2. Nilai Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat

d. Analisis dan Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasi l pengamatan penelitian pada siklus I, dapat

dikemukakan bahwa kualitas pembelajaran apresiasi cerita rakyat belum

mengalami peningkatan yang cukup berarti. Hal ini ditandai oleh beberapa hal

berikut.

1) Siswa yang mampu memperoleh nilai di atas batas ketuntasan minimal

(KKM ) baru 16 siswa atau 51,61%.

2) Keaktifan siswa dalam pembelajaran yang berlangsung dalam kerja

kelompok belum maksimal. Hal ini terbukti dari jawaban siswa yang

menjawab kadang-kadang masih tinggi yaitu 49,03%, yang menjawab selalu

hanya 26,45%, dan yang menjawab tidak pernah 24,52% (rekap hasil angket

evaluasi kinerja kelompok terlampir di lampiran 2.6). Partisipasi seluruh

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 3 5 7 9 11 1 3 15 17 19 21 23 25 27 29 31

Siswa

Nila

i ya

ng

Dip

ero

leh

SIKLUS I

Page 99: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

80

anggota kelompok, tukar pendapat, bertanya dan saling membantu antar

anggota kelompok masih rendah. M ereka masih terlihat pasif dan

pembicaraan dalam kelompok masih didominasi oleh beberapa orang.

3) Siswa kurang aktif dalam pembelajaran, kurang konsentrasi, sehingga

mereka juga kurang dalam kedisiplinan, ker ja sama, dan kurang bertanggung

jawab dalam kerja kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.

Ketika proses kerja atau diskusi kelompok berlangsung maupun saat ada

kelompok yang presentasi di depan, masih saja ada siswa yang berbincang-

bincang sendir i.

4) Guru sudah mampu mengelola kelas dengan menerapkan model kooperatif

tipe GI namun belum maksimal. Rata-rata kinerja guru baru 76,67 (rekap

observasi penilaian kinerja guru terlampir di lampiran 2.7). Guru belum

mampu menciptakan situasi pembelajaran yang mendukung siswa untuk

aktif, berkonsentrasi, serta termotivasi untuk belajar. Pengawasan guru

dalam kelompok masih kurang.

Berdasarkan analisis hasil tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai

dari kegiatan pembelajaran belum terpenuhi. Suasana pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI belum dapat berjalan dengan

baik. Berdasarkan analisis tersebut, berikut ini dikemukakan refleksi dari

kekurangan yang d itemukan.

Page 100: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

81

1) Guru diharapkan lebih aktif dalam melakukan pengawasan dalam kinerja

masing-masing kelompok. Selain itu, guru juga harus menguasai semua

prosedur dalam pembelajaran dengan model GI, dan cara penilaiannya.

2) Siswa diharapkan lebih aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung,

dengan menyumbangkan pemikirannya dalam kerja kelompok. Siswa yang

begitu mendominasi jalanny a kerja kelompok seharusnya disadarkan agar ia

juga memberi kesempatan kepada temanny a.

3) Siswa yang belum aktif dalam pembelajarannya, guru dimohon membimbing

siswa agar mampu mengeluarkan pendapat.

Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus I

dikatakan berhasi l akan tetapi belum mencapai hasil yang maksimal. Peningkatan

memang terjadi pada beberapa indikator yang telah ditentukan pada survei awal

antara lain siswa sudah dapat menemukan latar suasana, waktu, siswa sudah

dapat menentukan nilai-nilai cerita beserta bukt i pendukungnya. Pada survei

awal atau pratindakan mereka mayoritas hanya mengetahui latar waktu dan

dalam menyebutkan nilai-nilai cerita tidak disertai bukt i pendukung. Nilai rata-

rata apresiasi cerita rakyat siswa masih di bawah batas Kriteria Ketuntasan

M inimal (KKM = 68). Oleh karena itu, siklus II sebagai perbaikan proses

pembelajaran pada siklus I perlu dilaksanakan. Pelaksanaan siklus II in i disetujui

oleh guru setelah peneliti mengajukan hasil analisis dan refleksi siklus I pada hari

Kamis, 25 Februari 2010.

Page 101: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

82

2. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, disepakati bahwa siklus II perlu

dilakukan. Persiapan dan perencanaan tindakan dilakukan pada hari Kamis, 25

Februari 2010 di ruang guru SMA Negeri 1 Gemolong. Peneliti menyampaikan

kembali hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran apresiasi cerita rakyat

dengan menerapkan pembelajaran koop eratif tipe GI yang dilakukan pada siklus

I. Kepada guru yang bersangkutan disampaikan segala kelebihan dan kekurangan

proses pembelajaran apresiasi cerita yang telah dilakukan.

Untuk mengatasi h al tersebut, akhirnya disepakati hal-hal yang sebaiknya

dilakukan oleh guru sebagai upaya perbaikan pada siklus I. Dalam diskusi

kelompok, siswa belum melaksanakan dengan op timal. M asih ada anggota

kelompok yang belum berpartisipasi aktif, sehingga terkesan mengikut teman-

teman dalam kelompokny a. Juga masih ada kelompok yang didominasi oleh

siswa yang pandai bicara, sehingga diskusi masih terkesan kaku dan kuran g

hidup . Hal-hal tersebut yang akan diperbaiki pada siklus II.

Pada perencanaan tindakan ini, guru dan peneliti menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pembelajaran apresiasi cerita rakyat dengan

menerapkan pembelajaran koop eratif tipe GI. Dalam diskusi antara guru dan

peneliti disepakati bahwa cerita rakyat yang akan dipelajari adalah “Telaga

Warna” cerita rakyat Jawa Barat. Pada siklus II, proses penilaian lebih

ditekankan p ada penilaian proses dan penilaian hasil.

Page 102: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

83

Penilaian proses pembelajaran dengan menggunakan lembar penilaian

sikap (afektif) yang terdiri dari aspek : (1) kedisiplinan (2) minat; (3) kerja sama;

(4) keaktifan; (5) tanggung jawab. Penilaian hasil apresiasi cerita rakyat

digunakan untuk mengetahui kompetensi siswa dalam menanggapi cerita rakyat,

aspek yang dinilai meliputi : (1) ketepatan mengungkapkan isi cerita rakyat; (2)

kemampuan menjelaskan latar cerita dengan data yang mendukung; (3) k etepatan

menjelaskan hal-hal yang menarik dari latar cerita rakyat; (4) kemampuan

menyebutkan nilai-nilai yang terdapat dalam cerita rakyat yang telah dipelajari;

(5) kemampuan membandingkan nilai-nilai cerita rakyat dengan kehidupan masa

kini. Lembar penilaian yang digunakan sama dengan yang digunakan pada sik lus

I.

Disepakati bahwa tindakan siklus II dilaksanakan dalam dua kali

pertemuan, yaitu Kamis, 4 Maret 2010 pukul 08.30 – 10.15 WIB (jam ke 3-4 )

dan Sabtu, 6 Maret 2010 pukul 10.15 – 11.45 WIB ( jam ke 5-6) di ruang kelas X

F SMA N 1 Gemolong. Adapun urutan tindakan yang sudah direncanakan dan

akan diterapkan dalam siklus II sebagai berikut :

1) guru mengondisikan kelas dengan mengucapkan salam kemudian

mengabsen siswa siapa yang tidak masuk, kemudian melakukan apersepsi

tentang cerita rakyat dan tanya jawab tentang cerita rakyat;

2) guru menerangkan relevansi cerita rakyat dengan situasi dan kehidupan

sekarang;

Page 103: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

84

3) guru memberikan motivasi pada siswa dengan memaparkan manfaat model

pembelajaran kooperatif tipe GI.

4) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok seperti siklus I dan

memberi alokasi waktu bagi masing-masing kelompok untuk

menginvest igasi cerita rakyat yang berjudul “Kisah Telaga Warna”.

5) Guru memberi bacaan cerita rakyat yang berjudul “Kisah Telaga Warna”.

6) Guru menugaskan siswa untuk menginvest igasi cerita rakyat “Kisah Telaga

Warna” tentan g isi, latar, hal-hal yabg menarik dari latar, nilai-n ilai yang

terdapat dalam cerita, dan membandingkan nilai-nilai tersebut dengan

kehidupan masa kini.

7) Guru menunjuk kelompok secara acak dan siswa yang merasa kelompokny a

ditunjuk maju untuk mempresentasikan hasil diskusi.

8) Guru dan siswa (anggota kelompok yang lain) mengevaluasi kejelasan dan

penampilan kelompok yang maju.

9) Guru menyimpulkan pembelajaran, siswa yang belum jelas dipersilahkan

bertanya;

10) Guru memberikan tes uraian singkat untuk mengetahui peningkatan

kemampuan siswa dalam mengapresiasi cerita rakyat;

11) Guru menutup pelajaran.

Page 104: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

85

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

1) Pertemuan Pertama

Sesuai yang telah direncanakan, maka tahap tindakan siklus II

dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu Kamis, 4 Februari 2010 dan

Sabtu, 6 M aret 2010 di ruang kelas X F SMA N 1 Gemolong. Pada

pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada Kamis, 4 Februari 2010

mulai pukul 08.30-10.15 WIB (jam ke 3-4). Langkah-langkah yang

dilakukan guru dalam pembelajaran apresiasi cerita rakyat pada tindakan

siklus II ini adalah sebagai berikut

a) Pembukaan

Guru membuka pelajaran dengan mengucap assalamualaikum. Guru

mengondisikan kelas dengan melakukan presensi, apersepsi, menerangkan

relevansi cerita rakyat dengan kehidupan sekarang dan memberikan

motivasi pada siswa dengan memaparkan manfaat model pembelajaran

koop eratif tipe GI.

b) Kegiatan Inti

Guru membagi kelompok sepert i pada siklus I. Kemudian guru

membagikan bacaan cerita rakyat yang berjudul “Kisah Telaga Warna.”

Setelah siswa duduk sesuai kelompoknya, guru memberi waktu bagi masing-

masing kelompok untuk menginvestigasi cerita rakyat “Kisah Telaga

Warna”. Guru menyuruh tiap kelompok untuk mengumpulkan informasi

tentang cerita rakyat “Kisah Telaga Warna”. Tiap anggota kelompok

Page 105: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

86

berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompok. Misalnya

kelompok V anggota A menemukan isi, anggota B mencari latar, anggota C

mencari hal-hal yang menarik dari latar, anggota D menemukan nilai-nilai

dalam cerita dan seterusnya.

Gambar 11. Siswa Berdiskusi Kelompok.

Para siswa dalam kelompok itu saling bertukar informasi, berdiskusi,

mengklarifikasi semua gagasan. Guru mengingatkan tiap kelompok untuk

menyiapkan laporan akhir. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan

mereka laporkan. Guru menekankan keaktifan dari masing-masing anggota

kelompok dengan menjelaskan bahwa aspek yang dinilai dalam proses

pembelajaran adalah : a) kedisiplinan; b) minat; c) kerja sama; d) keaktifan;

dan e) tanggungjawab. Kelompok yang seluruh anggotanya menunjukkan

kinerja sesuai dengan indikator tersebut dengan baik akan mendapatkan

point yang bagus. Guru menekankan kepada siswa bahwa setiap anggota

berpartisipasi aktif sesuai tugas yang diberikan oleh kelompoknya. Ketika

para siswa sedang bekerja dalam kelompok, guru berkeliling kelas, memberi

Page 106: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

87

pujian kepada kelompok yang bekerja dengan baik, dan kadang guru duduk

dengan tiap kelompok untuk mendengarkan bagaimana para anggota

kelompok bekerja.

c) Penutup

Sampai pada langkah ketujuh ini, bel berbunyi menunjukkan bahwa

waktu pelajaran sudah selesai. Guru menyuruh tiap kelompok untuk

mempresentasikan hasil investigasi pada pertemuan berikutnya. Kemudian

guru menutup pelajaran. Pembelajaran dilanjutkan pertemuan selanjutnya

pada hari Sabtu, 6 M aret 2010 pukul 10.15-11.45 WIB (jam ke 5-6).

2) Pertemuan Kedua

Sesuai kesepakatan dengan guru, maka pertemuan kedua pada siklus

II ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 6 M aret 2010 pukul 10.15-11.45 WIB

(jam ke 5-6). Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada

pertemuan kedua dalam pelaksanaan tindakan siklus II adalah :

a) Pembukaan

Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam. Guru

mengondisikan kelas dengan melakukan p resensi dan menyuruh siswa untuk

berkelompok sesuai dengan kelompokny a pada saat pertemuan pertama

siklus II.

Page 107: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

88

b) Kegiatan Inti

Guru menyuruh siswa mempersiapkan pekerjaan mereka pada

pertemuan sebelumnya, yaitu mempresentasikan hasil investigasi cerita

rakyat “Kisah Telaga Warna.”

Gambar 12. Siswa Menyiapkan Laporan Hasil Investigasi.

Presentasi itu antara lain berisi tentang isi, latar, hal-hal yang menarik

dari latar, nilai-nilai yang terdapat dalam “Kisah Telaga Warna”, dan

perbandingan nilai-nilai dalam cerita tersebut dengan kehidupan masa kini.

Guru menunjuk kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil

invest igasi dari cerita rakyat “Kisah Telaga Warna” tersebut. Setelah semua

kelompok maju, guru dan siswa mengevaluasi penampilan tiap kelompok.

Guru dan siswa berkolaborasi mnyimpulkan pembelajaran cerita rakyat

“Kisah Telaga Warna.” Guru memberi evaluasi berupa tes uraian tentang

cerita rakyat “Telaga Warna”. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui

kemampuan mengapresiasi cerita rakyat yang telah dipelajari. Semua siswa

Page 108: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

89

mengerjakan evaluasi secara individu. Siswa diminta mengumpulkan kertas

jawaban hasil tes ketika waktu yang ditetapkan guru sudah selesai.

c) Penutup

Guru menutup pelajaran dengan salam. Buny i bel tanda ist irahat kedua

berbunyi. Guru dan peneliti serta siswa keluar kelas untuk beristirahat.

Guru dapat menyelesaikan semua langkah tersebut sesuai dengan

waktu yang tersedia. Begitu bel tanda pergantian pelajaran berbunyi, guru

sudah pada tahap menutup pelajaran. Dalam tahap ini, guru bertindak

sebagai fasilitator jalannya kegiatan pembelajaran apresiasi cerita rakyat di

dalam kelas, sedangkan penelti hanya bertindak sebagai partisipan pasif.

c. Observasi Siklus II

Observasi dilaksanakan saat pembelajaran apresiasi cerita rakyat dengan

model GI berlangsung pada Kamis, 4 M aret 2010 pukul 08.30-10.15 WIB ( jam

ke 3-4 ) dan hari Sabtu, 6 Maret 2010 pukul 10.15-11.45 WIB (jam ke 5-6 ).

Observasi difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran apresiasi cerita

dengan menerapkan model GI, kegiatan yang dilaksanakan guru dan aktivitas

siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam observasi ini, peneliti

ikut melakukan penilaian dengan memegang lembar penilaian proses kegiatan

anggota kelompok dan lembar penilaian apresiasi cerita rakyat. Pada saat

observasi, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan duduk di bangku palin g

belakang.

Page 109: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

90

1) Pengamatan terhadap Guru

Pengamatan kepada guru dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian

dan observasi kinerja guru yang sama seperti pada siklus I. Dari hasil penilaian

yang dilakukan diperoleh skor 83,33 untuk kinerja guru. Guru berusaha

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah disusun

bersama peneliti. Setelah guru membagi siswa dalam kelompok kecil sesuai

kelompok yang sudah ditetapkan, guru mengontrol jalannya diskusi kelompok.

Guru sudah menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan kooperatif.

Guru telah mampu membangkitkan minat, keaktifan dan tanggung jawab siswa.

Guru terlihat lebih aktif dalam memantau kinerja setiap kelompok. Guru

menekankan kepada siswa bahwa mereka mempunyai hak yang sama untuk

mengeluarkan pendapatnya. Ketika para siswa sedang bekerja dalam kelompok,

guru berkeliling kelas, menjelaskan pertanyaan yang diajukan siswa dalam

kelompok tersebut. Kadang-kadang guru duduk dengan tiap kelompok untuk

mendengarkan bagaimana para anggota kelompok bekerja.

Pada akhir pelajaran guru menyimpulkan pembelajaran dengan memberi

kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Guru dapat menguasai penerapan

model pembelajaran koop eratif tipe GI.

Page 110: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

91

Gambar 13. Guru sedang M enyimpulkan Pembelajaran.

2) Pengamatan terhadap Siswa

Pada pertemuan pertama siklus II yang dilaksanakan pada har i Kamis,

4 M aret 2010, siswa tampak lebih aktif daripada pelaksanaan tindakan

siklus I. Namun, siswa masih sangat gaduh ketika mencari anggota

kelompoknya dan ketika menata tempat duduk kelompoknya. Didapati pada

awal pelajaran siswa masih kurang memperhatikan tugasnya. Ketika guru

menulis beberapa topik cerita rakyat, beberapa siswa masih berbicara

sendiri. Meskipun demikian, setelah berjalan beberapa waktu siswa dapat

berdiskusi dengan teman anggota kelompoknya.

Page 111: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

92

Gambar 14. Siswa sedang Berbicara dengan Teman Semejanya.

Pembelajaran pada siklus II difokuskan agar siswa dapat menjelaskan

isi, latar, hal-hal yang menarik dari latar, nilai-nilai dalam cerita rakyat,

perbandingan nilai-nilai cerita rakyat tersebut dengan kehidupan masa kini.

Siswa sudah tampak antusias dan memiliki motivasi yang tinggi dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran. Siswa menjadi terpacu untuk

membuat kelompokny a menjadi kelompok yang terbaik. Mereka terlibat

lebih aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab

mereka. Misalnya; ketika kelompok 7 yang beranggotakan Agustina, Ismi,

Leyla, dan Purnama tampil mempresentasikan hasil invest igasi, ada

beberapa siswa yang menanggapi. Hal ini berbeda pada siklus I dulu, siswa

yang menanggapi paling banyak dua orang.

Page 112: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

93

Gambar 15. Siswa sedang Bertanya.

Pada pertemuan kedua siklus II yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 6

Maret 2010, kegiatan pembelajaran dapat berlangsung sesuai rencana. Siswa

semakin antusias mengikuti kegiatan pembelajaran. Suasana agak ramai

karena siswa berdiskusi, saling mengeluarkan pendapat adalah hal yang

wajar terjadi dalam pembelajaran koop eratif. Dengan demikian dapat

melatih siswa untuk dapat menyelesaikan permasalahan secara bekerja sama,

memacu kreativitas dan kekritisan mereka. Siswa sudah dapat merasakan

manfaat pembelajaran dengan diskusi kelompok dengan model GI.

Partisipasi dan tanggung jawab siswa untuk dapat menyelesaikan tugas

semakin meningkat. Tampak mereka membantu anggota kelompok yang

belum paham atau untuk menemukan jawaban. Ketika anggota kelompok

presentasi, kelompok yang lain aktif bertanya dan memberikan saran.

Page 113: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

94

Demikian pula untuk kelompok yang sedang presentasi, semua anggotanya

lancar memberikan jawaban dari pertanyaan kelompok lain.

Gambar 16. Kelompok sedang Presentasi dan M enjawab Pertanyaan.

Namun demikian, masih ada beberapa siswa yang masih kurang

percaya diri dan tidak mau bertanya, tetapi sudah ada peningkatan daripada

pertemuan pada siklus I. Dari 8 (delapan) kelompok yang presentasi ada 5

kelompok yang sudah bagus, sedangkan 3 kelompok belum bagus karena

penyampaiannya masih monoton, bahasa yang digunakan kurang efektif dan

dalam menjawab pertanyaan dari kelompok lain kurang jelas.

Dalam kinerja kelompok, mereka juga berlatih untuk merencanakan

tugas y ang akan dipelajari, mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan

menyimpulkan cerita rakyat yang diinvestigasi. Ketika mereka presentasi,

tanggapan dan saran dari kelompok lain juga mengalami peningkatan. Hal

tersebut selain berdasarkan hasil pengamatan peneliti, juga ditunjukkan

melalui hasi l angket proses kinerja kelompok.

Page 114: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

95

Berdasarkan angket yang telah disebarkan dapat dijelaskan bahwa

dalam kerja kelompok GI, partisipasi siswa sebagai peserta diskusi sudah

mengalami peningkatan dibandingkan dengan partisipasi pada siklus I.

Peningkatan dilihat dari jumlah siswa yang menjawab “selalu” dari setiap

point pertanyaan mengalami peningkatan dari 26,45% menjadi 43,23%,

yang menyatakan “kadang-kadang” sebesar 38,70% sedangkan yang

menyatakan “tidak pernah” sebesar 18,07% (rekap hasil evaluasi kinerja

kelompok siklus II terlampir di lampiran 3.5). Hal ini menunjukkan bahwa

rata-rata siswa sudah mengalami peningkatan dalam kinerja kelompok,

walaupun peningkatan tersebut belum mencapai sesuai yang diharapkan.

Selain dari angket, peneliti juga melakukan penilaian proses

pembelajaran apresiasi cerita rakyat dengan menerapkan model GI seperti

pada siklus I, dengan indikator meliputi : a) kedisiplinan; b) minat; c) kerja

sama; d) keaktifan; dan e) tanggung jawab. Berdasarkan penilaian proses

pembelajaran yang dilakukan diperoleh nilai rata-rata kelas 74,84 dengan

nilai tertinggi 86 dan terendah 63 (rekap hasil penilaian terlampir di lampiran

3.9 Siklus II).

Nilai hasil tes yang diambil dari tes yang diberikan pada akhir siklus

II ini diperoleh hasil yang cukup bagus, dengan nilai rata-rata kelas 72,65

nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 53 (terlampir di lampiran 3.10 siklus II).

Namun, masih banyak siswa yang belum mampu menjelaskan hal-hal yang

menarik dari latar. Dari hasil siklus II ini, baru 24 siswa atau 77,41% siswa

Page 115: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

96

yang mampu mengerjakan soal tes y ang diberikan dengan nilai di atas KKM .

Masih ada 7 siswa atau 22,59% yang masih di bawah KKM.

Gambar 17. Siswa sedang M engerjakan Tes.

d. Analisis dan Refleksi Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan penelitian pada siklus II, dapat

dikemukakan bahwa kualitas pembelajaran apresiasi cerita rakyat sudah

mengalami peningkatan yang cukup berarti, tetapi belum sesuai dengan yang

diharapkan. Hal ini ditandai dengan beberapa hal berikut :

a) Siswa yang memperoleh nilai di bawah ketuntasan minimal (KKM) masih

cukup tinggi yaitu 22,59%.

b) Keaktifan siswa dalam pembelajaran yang berlangsung dalam kerja

kelompok sudah mengalami peningkatan tetapi belum maksimal. Partisipasi

seluruh anggota kelompok, tukar pendapat, bertanya dan saling membantu

antar anggota kelompok masih belum maksimal, dari angket yang diisi oleh

Page 116: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

97

siswa masih banyak yang menyatakan kadang-kadang dan tidak pernah.

Keaktifan mereka masih kurang maksimal dan pembicaraan dalam

kelompok masih didominasi oleh satu orang.

c) Keseriusan dan konsentrasi siswa masih kurang, sehingga mereka juga

kurang dalam kedisip linan, kerja sama, keaktifan dan tanggung jawab dalam

kerja kelompok menyelesaikan tugas yang diberikan. Ketika proses kerja

atau diskusi kelompok berlangsung maupun saat ada kelompok yang

presentasi di depan, masih saja ada siswa yang berb incang-bincang send iri.

d) Keterampilan guru dalam mengelola kelas meningkat. Guru telah mampu

mengelola kelas dengan menggunakan model GI dengan baik. Guru telah

mampu menciptakan situasi pembelajaran yang mendukung siswa untuk

aktif, berkonsentrasi, serta termotivasi untuk belajar. Kontrol atau

pengawasan guru dalam kelompok cukup baik, bahkan guru berkeliling ke

tiap-tiap kelompok dan kadang duduk untuk mendengarkan pembicaraan

siswa dalam berdiskusi dengan anggota kelompoknya.

Berdasarkan analisis hasil tersebut, dapat diungkapkan bahwa kualitas

proses pembelajaran sudah baik. Kekurangan ditemui pada sikap siswa yang

masih kurang konsentrasi dan serius, terkadang bercakap-cakap dengan siswa

yang lain. Siswa yang nilainya belum mencapai KKM masih ada 7 siswa atau

masih 22,58%. Keaktifan, tanggungjawab, kerja sama dan kedisiplinan siswa

juga masih perlu ditingkatkan. Suasana pembelajaran dengan menerapkan

cooperative learn ing dengan model GI belum dapat berjalan dengan baik.

Page 117: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

98

Berdasarkan analisis tersebut, berikut ini dikemukakan refleksi dari kekurangan

yang ditemukan.

Berdasarkan hasi l analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus II

dikatakan berhasi l akan tetapi belum mencapai hasil yang maksimal. Peningkatan

memang terjadi pada beberapa indikator dibandingkan siklus sebelumnya, tetapi

masih banyak kekurangan seperti yang disebutkan di atas. Oleh karena itu, siklus

III sebagai proses perbaikan pembelajaran pada siklus II perlu dilaksanakan.

Pelaksanaan siklus III disetujui oleh guru setelah peneliti mengajukan hasil

analisis dan refleksi siklus II pada Senin, 8 Maret 2010.

3. Siklus III

a. Perencanaan Tindakan Siklus III

Berdasarkan hasi l refleksi pada siklus II, disepakati bahwa siklus III perlu

dilaksanakan. Persiapan dan perencanaan tindakan dilakukan pada hari Senin, 8

M aret 2010 di ruang guru SMA Negeri 1 Gemolong, setelah peneliti

menyampaikan hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran yang

dilakukan pada siklus II. Peneliti menyampaikan kepada guru yang bersangkutan

segala kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran apresiasi cerita rakyat

yang telah dilakukan.

Pada perencanaan tindakan ini, guru dan peneliti menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pembelajaran apresiasi cerita rakyat dengan

menerapkan model GI. Dalam diskusi antara guru dan peneliti disepakati bahwa

cerita rakyat yang akan dipelajari adalah “Cerita Rakyat dari Daerah Sekitar

Page 118: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

99

Siswa.” Pada siklus III, proses penilaian tetap ditekankan pada penilaian proses

dan penilaian hasi l. Kegiatan pembelajaran lebih ditekankan pada kompetensi

dasar “menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang

disampaikan secara langsung atau melalui rekaman.

Lembar penilaian yang digunakan pada siklus III adalah penilaian proyek

dan penilaian proses. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap

suatu tugas yang harus diselesa ikan dalam waktu tertentu (Sarwiji Suwandi,

2009: 86). Indikator penilaian proses dengan menggunakan lembar penilaian

sikap (afektif) yang terdiri atas asp ek : (1) kedisiplinan; (2) minat; (3) kerja sama;

(4) keaktifan; dan (5) tanggung jawab.

Penilaian proyek apresiasi cerita rakyat digunakan untuk mengetahui

kompetensi siswa dalam menanggapi cerita rakyat, aspek yang dinilai meliputi ;

(1) perencanaan terdiri dari persiapan dan rumusan judul, (2) pelaksanaan terdiri

dari sistematika penulisan, keakuratan sumber data, kuantitas sumber data,

analisis sumber data, dan penarikan kesimpulan , (3) laporan proyek terdiri dari

performans dan penguasaan materi (Sarwiji Suwandi, 2009 : 87). Isi proyek

meliputi:

1) M engidentifikasi unsur intrinsik cerita, yaitu (1) ketepatan mengungkapkan

hal-hal yang menarik dari tokoh disertai data tekstual; (2) kemampuan

menjelaskan amanat yang terkandung dalam cerita; (3) kemampuan

menjelaskan latar cerita dengan data yang mendukung; (4) kemampuan

menemukan nilai-nilai cerita rakyat dengan tepat.

Page 119: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

100

2) Kemampuan menuliskan kembali cerita rakyat yang telah dipelajari atau

membuat sinop sis cerita.

Disepakati bahwa tindakan siklus III dilaksanakan dalam dua kali

pertemuan yaitu Kamis, 11 Maret 2010 dan Sabtu, 13 M aret 2010 di ruang kelas

X F SMA Negeri 1 Gemolong. Adapun urutan tindakan yang sudah direncanakan

dan akan diterapkan dalam siklus III sebagai berikut :

Kegiatan Awal

1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

2) Guru dan siswa bertanya jawab tentang relevansi isi cerita rakyat dengan

kehidupan masa kini.

Kegiatan Inti

1) Guru menjelaskan teknik penulisan narasi d an deskripsi.

2) Guru menyuruh siswa untuk berkelompok sesuai siklus II.

3) Setiap kelompok melakukan invest igasi untuk menentukan top ik cerita

rakyat yang dipilih.

4) Setiap kelompok mendata informasi, menganalisis, dan menyimpulkan

masukan dari anggota kelompok terutama tentang unsur intrinsik dan

synopsis cerita rakyat.

5) Setiap anggota kelompok berkontribusi terhadap kelompoknya.

6) Guru menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi.

Setelah semua kelompok selesai presentasi, guru dan siswa mengevaluasi

pembelajaran cerita rakyat dari berbagai daerah d i sekitar siswa.

Page 120: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

101

7) Guru memberi penilaian pada hasil pekerjaan (p royek) setiap kelompok dan

pada saat presentasi.

Kegiatan Penutup

1) Guru mengumpulkan hasil pekerjaan kelompok (p royek) untuk dinilai.

2) Guru menyimpulkan pembelajaran dan menutup dengan salam.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III

Sesuai yang telah direncanakan, maka tahap tindakan siklus III

dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu Kamis, 11 Maret 2010 p ukul 08.30

– 10.15 WIB dan Sabtu, 13 Maret 2010 pukul 10.15-11.45 WIB di ruang kelas X

F SMA Negeri 1 Gemolong. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam

pembelajaran apresiasi cerita rakyat pada tindakan siklus III sebagai berikut.

1) Pertemuan pertama

Pertemuan pertama yang dilaksanakan pada hari Kamis, 11 M aret 2010 pukul

08.30-10.15 WIB adalah sebagai berikut:

a) Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam;

b) Guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi, guru memberikan

motivasi pada siswa dengan memaparkan manfaat model pembelajaran

kooperatif tipe GI;

c) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang relevansi cerita rakyat dengan

kehidupan sekarang;

Page 121: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

102

d) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok sesuai dengan kelompok

pada siklus II, guru menyuruh siswa membuat proyek tentang cerita rakyat

yang ada di daerah sekitar siswa;

e) Guru menugaskan kelompok untuk mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik

cerita rakyat yang dibuat proyek dan menemukan nilai-nilai dalam cerita

rakyat tersebut;

Guru menyuruh siswa untuk melanjutkan tugas di rumah. Kemudian guru

dan siswa berkolaborasi untuk mengevaluasi pembelajaran cerita rakyat pada

hari itu. Guru menutup pelajaran dengan salam.

Pada langkah kelima ini bel tanda pergantian pelajaran telah berbunyi.

Pertemuan kedua akan dilaksanakan pada har i Sabtu, 13 M aret 2010.

2) Pertemuan kedua

a) Guru membuka pelajaran dengan salam.

b) Guru menyuruh kelompok untuk menyiapkan proyek tentang cerita

rakyat terutama unsur intrinsik dan sinopsis sebagai bahan presentasi;

c) Guru menunjuk kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil

diskusi kelompok. Kelompok yang lain menanggapi penampilan

kelompok y ang maju.

d) Setelah semua kelompok presentasi, guru dan siswa berkolaborasi

mengevaluasi pembelajaran cerita rakyat dari berbagai daerah yang telah

didiskusikan.

Page 122: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

103

e) Guru memberi evaluasi pada setiap kelompok pada saat presentasi dan

hasil pekerjaan (p royek) yang dikumpulkan.

f) Guru menyimpulkan pembelajaran dan menutup pelajaran dengan salam.

Guru dapat menyelesaikan semua langkah tersebut sesuai dengan waktu

yang tersedia baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua. Begitu bel

tanda pergantian pelajaran berbunyi, guru sudah pada tahap menutup pelajaran.

Dalam tahap ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalanny a kegiatan

pembelajaran apresiasi cerita rakyat di dalam kelas, sedangkan peneliti hanya

bertindak sebagai partisipan pasif.

c. Observasi Siklus III

Observasi dilaksanakan saat pembelajaran apresiasi cerita rakyat dengan

model pembelajaran kooperatif tipe GI dalam tindakan siklus III yang

berlangsung pada hari Kamis, 11 Maret 2010 pukul 08.30 WIB -10.15 WIB ( jam

ke 3 - 4) dan Sabtu, 13 M aret 2010 WIB pukul 10.15 – 11.45 WIB (jam ke 5 –

6). Seperti pada siklus II, observasi difokuskan pada situasi pelaksanaan

pembelajaran apresiasi cerita rakyat dengan menerapkan model GI, kegiatan

yang dilaksanakan guru, serta aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran

berlangsung. Dalam observasi ini, peneliti menggunakan pedoman observasi

(terlampir pada lampiran) serta ikut melakukan penilaian dengan memegan g

lembar penilaian proses kegiatan anggota kelompok dan lembar penilaian proyek

apresiasi cerita rakyat. Pada saat observasi, peneliti bertindak sebagai partisipan

pasif dan duduk di bangku p aling belakang.

Page 123: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

104

Gambar 18. Peneliti Duduk di Kursi Belakang.

a) Pengamatan terhadap Guru

Guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan

yang telah disusun bersama peneliti. Guru sudah menciptakan suasana

pembelajaran yang kondusif dan koop eratif. Guru telah mampu

membangkitkan minat, keaktifan dan tanggung jawab siswa. Guru terlihat

lebih aktif dalam memantau kinerja setiap kelompok. Guru menekankan

kepada setiap anggota kelompok bahwa mereka mempunyai tanggung jawab

untuk melakukan investigasi. Guru juga menegaskan bahwa dalam membuat

proyek cerita lebih ditekankan pada kerja masing-masing anggota kelompok,

kemudian hasil tulisan kelompok dip resentasikan di depan kelas.

Page 124: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

105

Gambar 19. Kelompok Siswa sedang Presentasi.

Kelompok yang lain mendengarkan dan memberikan komentar,

berupa pertanyaan, saran atau pujian. Memang suara gaduh, riuh, dan ramai

masih tampak. Akan tetapi, suasana ramai tersebut mengarah pada situasi

yang kondusif.

Gambar 20. Siswa sedang Bertanya.

Sewaktu para siswa sedang bekerja dalam kelompok, guru

berkeliling kelas dan kadang guru duduk dengan tiap kelompok untuk

mendengarkan bagaimana para anggota kelompok bekerja. Langkah

Page 125: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

106

selanjutnya, guru menugaskan siswa untuk mengisi angket yang disiapkan

oleh peneliti. Angket tersebut digunakan peneliti untuk mengetahui sikap

serta minat mereka terhadap pembelajaran apresiasi cerita rakyat pasca

tindakan berupa penerapan model GI. Pada kesempatan tersebut, peneliti

menyampaikan terima kasih kepada siswa dan guru yang telah membantu

penelitian. Tepat pukul 11.45 WIB pembelajaran diakhiri dengan

mengucapkan salam. Pada tahap ini guru bertindak sebagai pemimpin

jalannya kegiatan pembelajaran cerita rakyat di dalam kelas sedangkan

peneliti hanya bertindak sebagai partisipan pasif.

b) Pengamatan terhadap Siswa

Pada pertemuan pertama siklus III yang dilaksanakan pada hari

Kamis, 11 M aret 2010, siswa tampak lebih aktif daripada pelaksanaan

tindakan pada siklus II. Proses pembelajaran pada siklus III ini situasi kelas

sudah lebih kondusif. Pada saat guru mengawali pembelajaran dengan

menanyakan tentang pemberian tugas (proyek) melalui diskusi kelompok

model GI, siswa menjawabnya bahwa pelajaran lebih menyenangkan

sehingga pembelajaran terasa lebih mudah. Siswa dapat menikmati proses

pembelajaran dengan keterlibatan siswa secara langsung dalam

mengapresiasi cerita rakyat.

Suasana kelas tampak terkendali, walaupun memang agak ramai

karena masing-masing siswa dalam kelompok bekerja dan berdiskusi.

Pembelajaran berlangsung efektif dan tepat waktu. Siswa mempuny ai

Page 126: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

107

antusias yang tinggi untuk menjadikan kelompoknya menjadi kelompok

yang terbaik.

Kelompok demi kelompok telah tampil untuk presentasi semua,

ternyata ada satu kelompok yang kurang tepat dalam memilih top ik, yaitu

kelompok 2. Kelompok ini beranggotakan Atik, Felina, Meykawati, dan

Olivia. Kelompok itu memilih cerita rakyat dari Lampung Selatan. Padahal

guru menyuruh setiap kelompok untuk memilih cerita rakyat dari daerah

sekitar siswa. Jika siswa dari Gemolong kabupaten Sragen dan sekitarnya

mengambil cerita rakyat dari Lampung Selatan, maka terlalu jauh. Isi proyek

dari kelompok 2 sudah cukup bagus. Jadi, dari 8 kelompok hanya satu

kelompok yang kurang tepat dalam memilih topik.

Siswa sudah dapat memahami tugas dan tanggung jawabnya dalam

kelompok. M ereka juga memahami pentingnya kedisiplinan dan kerja sama

dalam mengerjakan tugas. M ereka menyatakan bahwa dengan GI

menjadikan mereka lebih percaya diri. M ereka dapat berkomunikasi lebih

lancar tanpa rasa minder. Kerja sama yang dibangun menjadikan hubun gan

antarsiswa lebih akrab dan komunikatif. Saling berpendapat, bertanya,

memberikan saran dan komentar sudah menjadi hal yang biasa di antara

siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil angket tentang sikap siswa setelah

mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan angket yang sudah diisi oleh siswa dapat diketahui

bahwa dalam kerja kelompok GI, partisipasi siswa sebagai peserta diskusi

Page 127: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

108

sudah mengalami peningkatan yang cukup tajam dibandingkan dengan

partisipasi pada siklus II. M ereka sudah saling membantu, saling

mendengarkan, saling memberi komentar ketika ada kelompok yang

mempresentasikan hasil proyekny a. Hasil angket untuk point pertanyaan

tentang adanya siswa yang mendominasi kerja kelompok sudah semakin

sedikit ditunjukkan dengan yang menjawab selalu hanya 4 siswa atau

12,90%. Rata-rata keaktifan dengan indikator jawaban “selalu” sudah

menunjukkan rata-rata 77,41%, jawaban “kadang-kadang” hanya 13,50%,

dan jawaban “tidak pernah” 10,90% (rekap hasil evaluasi kinerja kelompok

siklus III terlampir di lampiran 4.4).

Selanjutnya untuk nilai kemampuan mengapresiasi cerita rakyat dari

proyek diperoleh hasil yang sangat bagus, terutama kemampuan kelompok

menuliskan sinopsis cerita rakyat yang sudah diinvest igasi dengan bahasa

mereka sendiri. Kelompok yang sudah mampu membuat proyek apresiasi

cerita rakyat yang diinvestigasi secara runtut meningkat dibandingkan

dengan siklus II. Dari hasi l siklus III ini, diperoleh nilai rata-rata kelas 80,16

dengan nilai tertinggi 92 dan terendah 60. M asih ada tiga siswa yang belum

tuntas atau 9,67%. Pada siklus II siswa yang mampu mengerjakan soal tes

cerita rakyat di atas KKM adalah 77,41% sedangkan pada siklus III siswa

yang mampu mengerjakan soal tes cerita rakyat di atas KKM adalah 90,33%

(rekap nilai hasil kemampuan mengapresiasi cerita rakyat terlampir di

Page 128: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

109

lampiran 4.2 siklus III). Perbandingan nilai kemampuan mengapresiasi cerita

rakyat antara siklus II dan siklus III dapat di lihat pada grafik 3. berikut.

d. Analisis dan Refleksi Siklus III

Berdasarkan hasi l pengamatan penelitian pada siklus III, dapat

dikemukakan bahwa pembelajaran apresiasi cerita rakyat dengan menerapkan

model pembelajaran tipe GI sudah mengalami peningkatan yang sangat bagus.

Proses pembelajaran dapat berjalan dengan lebih efektif, lebih lancar, bahkan

lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus sebelumnya, baik

siklus I maupun siklus II. Hal ini ditandai dengan beberapa hal berikut :

1) Siswa yang memperoleh nilai di atas batas ketuntasan minimal (KKM) 28

siswa atau ketuntasan klasikal 90,33%, dengan nilai rata-rata kelas 80,16.

2)Keaktifan siswa dalam pembelajaran yang berlangsung dalam kerja kelompok

sudah mengalami peningkatan. Partisipasi seluruh anggota kelompok, tukar

pendapat, bertanya dan saling membantu antar anggota kelompok sudah cukup

Page 129: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

110

bagus, hal ini dilihat dari pengamatan peneliti juga dari angket yang diisi oleh

siswa. Siswa yang menyatakan “selalu” untuk point pertanyaan partisipasi, saling

menanggapi, kedisiplinan, k erja sama dan tanggung jawab semakin meningkat.

3) Keseriusan dan konsentrasi siswa meningkat, walaupun memang masih saja

ada siswa yang berbincang-bincang sendiri. Kedisip linan, kerja sama,

keaktifan, dan tanggung jawab dalam kerja kelompok menyelesaikan tugas

yang diberikan sudah semakin bagus.

4) Keterampilan guru dalam mengelola kelas meningkat. Guru telah mampu

mengelola kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI

dengan baik. Guru telah mampu menciptakan situasi pembelajaran yang

mendukung siswa untuk aktif, berkonsentrasi, serta termotivasi untuk

belajar. Kontrol atau pengawasan guru dalam kelompok cukup baik, bahkan

guru berkeliling ke tiap-tiap kelompok dan kadang duduk untuk

mendengarkan pembicaraan siswa dalam berdiskusi dengan anggota

kelompoknya.

Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus III

dikatakan berhasil. Peningkatan terjadi pada beberapa indikator dibandingkan

siklus sebelumnya. Nilai rata-rata kelas sudah mencapai batas ketuntasan

meskipun masih ada siswa yang belum mencapai nilai di atas KKM . Meskipun

demikian, penelitian dipandang cukup untuk dilaksanakan dengan berbagai

pertimbangan, antara lain alokasi waktu untuk materi apresiasi cerita rakyat

dianggap cukup dengan mempertimbangkan materi yang lain.

Page 130: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

111

C. Hasil Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan yang dirumuskan dalam bagian pendahuluan

dan deskripsi hasil penelitian, berikut ini dirumuskan hasil penelitian penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe GI pada pembelajaran apresiasi cerita rakyat di

kelas X F SMA Negeri 1 Gemolong.

1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)

dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita Rakyat

Sebelum tindakan penelitian ini dilaksanakan, siswa telihat kuran g

tertarik mengikuti pembelajaran cerita rakyat. Siswa menganggap bahwa cerita

rakyat adalah cerita kuno yang kurang menarik, dan kurang bermanfaat dalam

kehidupan nyata. Proses pembelajaran masih didominasi oleh guru dengan

menggunakan metode ceramah sehingga siswa pasif dan potensi kerja sama

antarsiswa belum dioptimalkan. Setelah pembelajaran dilaksanakan dengan

model koop eratif tipe GI, siswa menjadi tertarik dan antusias. Model kooperatif

tipe GI dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, mereka

terlibat langsung dalam mengapresiasi cerita rakyat yang dipelajari.

Suasana kelas dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI

memang agak gaduh dan ramai, karena siswa saling berdiskusi, berpendapat,

mengkritik, atau menanggapi temanny a. Pada saat pindah tempat duduk dan

berkelompok dengan teman satu kelompoknya suasana ramai lebih terasa. Akan

tetapi, kelas yang ramai tetap terarah pada pencapaian tujuan pembelajaran.

Page 131: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

112

Peran guru sebagai motivator, fasilitator, evaluator, sangat mendukun g

keberhasilan proses pembejalaran. Guru dituntut lebih aktif dan kreatif dalam

penyiapan bahan dan melakukan pengawasan pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Dari peneltian yang dilakukan, guru lebih siap dalam mengajar

mulai dari tahap perencanaan pembelajaran, penguasaan materi pembelajaran

sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung lebih terarah.

2. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Apresiasi Cerita Rakyat

Proses pembelajaran yang berkualitas lebih mudah untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran apresiasi cerita rakyat dilihat

dari faktor-faktor berikut :

a) Keaktifan Siswa

Keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat dilihat dengan

lembar penilaian sikap (afektif) yang terdiri dari asp ek : (1) kedisiplinan; (2)

minat; (3) kerja sama; (4) keaktifan; dan (5) tanggungjawab. Keaktifan siswa

diamati selama proses pembelajaran berlangsung.

b) Minat dan M otivasi Siswa

Siswa lebih berminat dan termotivasi mengikuti pembelajaran

apresiasi cerita rakyat. Minat dan motivasi sangat menentukan keberhasilan

belajar siswa. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dapat

menumbuhkan motivasi internal dalam diri siswa sehingga siswa lebih

berminat dan tertarik dalam belajar.

c) Tanggung Jawab dan Keberanian

Page 132: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

113

Penerapan model pembelajaran koop eratif tipe GI dapat melatih rasa

sosial siswa, diantaranya adalah rasa tanggung jawab terhadap keberhasilan

belajar teman-temannya dalam satu kelompok. Tanggung jawab dan

keberanian siswa meningkat dalam proses pembelajaran yang dilakukan.

Diharapkan tanggung jawab dan keberanian siswa akan terasah untuk proses

pembelajaran selanjutnya.

d) Keterampilan Guru dalam M engelola Kelas

Guru lebih terampil dalam melakukan proses pembelajaran dan

kesiapan guru lebih matang. Mulai dari tahap persiapan RPP, penyiapan

materi, dan media. Pengkondisian kelas dengan kelompok kecil perlu

pengontrolan yang tepat dari guru. Peran guru semakin bagus dari siklus I, II

dan III. Guru semakin menguasa i kelas dan mampu menciptakan suasana

pembelajaran yang menyenangkan.

e) Peningkatan Kemampuan Siswa dalam M engapresiasi Cerita Rakyat

Peningkatan kemampuan siswa dalam mengapresiasi cerita rakyat

dilihat dari nilai hasil tes yang dilakukan sesuai dengan indikator yang telah

ditentukan.

f) Kelebihan dan Kekurangan M odel Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

1) Kelebihan model GI yaitu mampu membangun jiwa sosial siswa dengan

menerapkan sikap kerja sama, mengurangi rasa rendah diri siswa,

membantu siswa terhindar dari rasa ego, kekerasan, dan bertanggung

jawab terhadap keberhasilan kelompoknya, meningkatkan keberanian

Page 133: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

114

siswa, minat dan keaktifan siswa seh ingga tujuan pembelajaran lebih

tercapai.

2) Kekurangan model GI, bahwa dalam penerapan model GI dapat memicu

munculnya potensi penghalang, yaitu adanya siswa yang pandai dan

percaya diri mendominasi pembicaraan dalam kelompok sehingga

semua tugas dikerjakan oleh seorang siswa. Kemungkinan kedua yaitu

siswa yang tidak banyak berpartisipasi dan hanya mengikut temannya

yang pandai. Hal tersebut memunculkan pembagian tugas yang tidak

merata dalam satu kelompok. Kedua kelemahan ini dapat diatasi dengan

membuat siswa bertanggung jawab secara individual atas pembelajaran

mereka. M asing-masing kelompok dihargai berdasarkan jumlah skor

individual atau hasil kerja individual lainnya.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan yang dirumuskan dalam bagian pendahuluan

serta deskripsi hasil penelitian, berikut ini dijabarkan pembahasan hasil penelitian

penerapan model pembelajaran koop eratif tipe GI untuk meningkatkan kemampuan

mengapresiasi cerita rakyat di kelas X F SMA Negeri 1 Gemolong.

1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)

dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita Rakyat

Berdasarkan hasil survei awal, diperoleh gambaran bahwa minat dan

motivasi siswa dalam pembelajaran apresiasi cerita rakyat masih rendah. Siswa

kurang tertarik dengan cerita rakyat dan pembelajarannya. Hal tersebut

Page 134: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

115

merupakan akibat dari proses pembelajaran yang kurang memperhatikan

keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Dari hasil pengamatan awal diperoleh

permasalahan sebagai berikut : (a) kemampuan mengapresiasi cerita rakyat siswa

rendah, (b) guru menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan mater i

sehingga siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam KBM , dan (c) siswa kurang

tertarik atau kurang senang dengan materi cerita rakyat.

Guru masih menjadi pusat pembelajaran, akibatnya pembelajaran menjadi

kurang kondusif dan kurang menyenangkan. Kondisi tersebut membawa dampak

yang negatif terhadap kemampuan mengapresiasi cerita rakyat siswa. Dari hasil

uji pratindakan, dengan materi uji pratindakan “Pak Belalang” dengan lima soal

uraian yang berkaitan mengenai unsur intrinsik cerita, hanya 10 siswa (32,25%)

yang memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan M inimal (KKM) y aitu 68,00.

Jadi, masih ada 21 siswa (67,74%) memperoleh nilai di bawah KKM . Nilai rata-

rata yang dicapai juga rendah, yaitu 64,16 masih di bawah KKM yang ditetapkan

dalam kur ikulum.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa antara proses pembelajaran

dan hasil mempuny ai hubungan timbal balik yang erat. Guru harus mengubah

paradigma dalam pembelajaran sesuai dengan perkembangan zaman. Pemilihan

model pembelajaran yang efektif menjadi hal penting bagi guru. Berdasarkan

permasalahan tersebut, tindakan yang telah dilakukan dalam penelitian adalah

menerapkan model pembelajaran koop eratif tipe GI untuk meningkatkan

kemampuan mengapresiasi cerita rakyat. Alasan pemilihan model ini karena

Page 135: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

116

diperkirakan akan mampu mengatasi permasalahan di atas. M odel ini termasuk

ke dalam metode diskusi kelompok berbasis pembelajaran kooperatif dengan

menempatkan siswa dalam kelompok heterogen juga berdasarkan kesamaan

kesenangan dalam memilih top ik. Hal ini sangat memungkinkan siswa untuk

belajar mengapresisi cerita rakyat secara berkelompok dengan memanfaatkan

potensi interaksi dan kerja sama antarsiswa.

Dengan model pembelajaran koop eratif tipe GI dapat menjadikan siswa

lebih aktif dalam proses pembelajaran, mereka terlibat lansung dalam menyimak

(mendengarkan), membaca, memahami, menganalisis dan membuat sinopsis

cerita rakyat yang dipelajari. Pembelajaran ini disusun dalam sebuah usaha untuk

meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap

kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa

yang berbeda latar belakangnya. Dengan bekerja secara ko laboratif untuk

mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan

keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat berguna

bagi kehidupan di luar sekolah.

M odel pembelajaran kooperatif tipe GI telah diterapkan dalam

pembelajaran apresiasi cerita rakyat melalui tindakan sebanyak tiga siklus. Pada

siklus I, siklus II, dan siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.

Berdasarkan hasi l observasi dan hasil tes yang telah dilakuk an dari sik lus I

sampai siklus III p embelajaran apresiasi cerita rakyat mengalami p eningkatakan.

Page 136: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

117

Peningkatan mencakup peningkatan kualitas proses pembelajaran apresiasi cerita

rakyat dan peningkatan kemampuan mengapresiasi cerita rakyat siswa kelas X F

SMA N 1 Gemolong.

2. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Apresiasi Cerita Rakyat

Setelah diterapkan model pembelajaran koop eratif tipe GI dalam

pembelajaran apresiasi cerita rakyat, maka dalam proses pembelajaran selama

berlangsung terasa lebih hidup daripada sebelumnya. Tindakan-tindakan yang

dilaksanakan dalam tiap siklus mampu meningkatkan kualitas pembelajaran

apresiasi cerita rakyat siswa kelas X F SMA Negeri 1 Gemolong. Hal ini dapat

dilihat pada indikator-indikator berikut :

a) Keaktifan Siswa

Keaktifan siswa dalam pembelajaran apresiasi cerita rakyat

mengalami peningkatan. Keterlibatan siswa yang diwujudkan dalam kerja

sama antarsiswa dalam kelompok selama proses pembelajaran meningkat.

Keaktifan siswa dalam pembelajaran dipantau dengan lembar penilaian sikap

(afektif) yang terdiri dari aspek : (1) kedisip linan; (2) minat; (3) kerja sama;

(4) keaktifan; dan (5) tanggung jawab.

Dari pantauan peneliti dan dari angket yang diisi siswa pada setiap

akhir siklus, didapatkan bahwa pada siklus I hanya 26,45% yang

menyatakan bahwa setiap anggota kelompok sudah berpartisipasi. Pada

siklus II mengalami peningkatan sebesar 16,78% sehingga siswa yang aktif

Page 137: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

118

berpartisipasi dalam kerja kelompok menjadi 43,23%. Siklus III keaktifan

siswa mengalami kenaikan sebesar 34,18 sehingga menjadi 77,41%.

Sesuai dengan konstruktivisme dalam pembelajaran dan perubahan

paradigma dalam pembelajaran, maka siswa sebagai subjek dalam

pembelajaran bukan objek sehingga siswa yang harus aktif. Teori kognitif

memandang pelajar sebagai seseor ang yang bertindak, memben tuk, dan

merancang daripada sekedar menerima rangsangan (stimulus) dari

lingkun ganny a. Belajar adalah pemerolehan keterampilan kognitif yang

kompleks, sehingga belajar harus menjadi “belajar yang bermakna” yaitu

belajar y ang dapat dihubungkan dengan yang sudah diketahui, bukan belajar

hafalan (Hadley, 1993: 53). Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

menjadi sangat penting sehingga harus dipahami oleh guru, bahwa guru

harus menciptakan proses pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai

subjek dan guru tidak mendo minasi dalam proses pembelajaran.

b) Minat dan Motivasi Siswa

Setelah dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe GI siswa tampak lebih berminat dan termotivasi mengikuti

pembelajaran apresiasi cerita rakyat.

Minat dan motivasi dapat dibangkitkan dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe GI dari struktur tujuannya yaitu tujuan

kooperatif yang melakukan usaha beror ientasi tujuan dari tiap individu

memberi kont ribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain (Slavin, 2009:

Page 138: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

119

34). Siswa yang bekerja keras dan membantu temanny a akan dipuji dan

didukung oleh teman-teman satu kelompokny a.

c) Tanggung Jawab dan Keberanian Siswa

Pembelajaran kooperatif dengan model GI dapat melatih tanggung

jawab siswa untuk mengerjakan tugas kelompoknya, juga bertanggung

jawab terhadap teman sekelompoknya untuk dapat memahami apa yang

dibahas. Siswa menyatakan bahwa model GI menjadikan mereka lebih

percaya diri. M ereka dapat berkomunikasi lebih lancar tanpa rasa minder.

Kerja sama yang dibangun menjadikan hubungan antarsiswa lebih akrab dan

komunikatif. Saling berpendapat, bertanya, memberikan saran dan komentar

sudah menjadi hal yang biasa di antara siswa. Keberanian siswa untuk

presentasi hasil investigasi cerita rakyat yang sudah dipelajari di depan kelas

meningkat.

Keberanian siswa sangat berkaitan dengan rasa harga diri. Seperti

yang diungkapkan Slavin (2009: 122) bahwa rasa harga diri yang dimiliki

oleh siswa adalah perasaan bahwa mereka memang disukai oleh teman-

teman mereka dan perasaan bahwa siswa dapat melakukan hal-hal yang

berbau akademik. Para siswa merasa keberadaannya dapat diterima oleh

teman-temannya.

d) Keterampilan Guru dalam Mengelola Kelas

Kemampuan guru dalam mengelola kelas merupakan salah satu

penentu keberhasilan proses pembelajaran. Guru yang profesional

Page 139: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

120

mempunyai ciri-ciri : (1) memiliki kepribadian yang matang dan

berkembang; (2) penguasaan ilmu yang kuat; (3) keterampilan untuk

membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan (4)

pengembangan profesi secara berkesinambungan. Dalam pembelajaran

kooperatif dengan model GI, peran guru sebagai pengontrol kegiatan diskusi

kelompok. Pembelajaran sudah tidak didominasi dengan metode ceramah.

Guru sudah menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan

kooperatif. Guru telah membangkitkan minat, keaktifan, dan tanggung jawab

siswa. Guru aktif dalam memantau k inerja setiap kelompok dan menekankan

kepada siswa bahwa mereka mempunyai tanggung jawab untuk memastikan

bahwa teman satu kelompok mereka telah mempelajari materinya. Sewaktu

para siswa sedang bekerja dalam kelompok, guru berkeliling kelas, dan

kadang guru duduk dengan tiap kelompok untuk mendengarkan bagaimana

para anggota kelompok bekerja.

e) Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Rakyat

Peningkatan kualitas pembelajaran apresiasi cerita rakyat juga

berimplikasi pada kemampuan siswa dalam mengapresiasi cerita rakyat.

Berdasarkan hasil pengamatan awal dan hasi l pra-tindakan, diperoleh nilai

siswa yang rendah. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran yang

belum menyentuh taraf apresiatif. Keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran masih kurang, juga belum memanfaatkan potensi kerja sama

antarsiswa. Hasil uji pratindakan sebelum tindakan dengan nilai rata-rata

Page 140: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

121

yang dicapai masih rendah, yaitu 64,16 masih dibawah KKM yang

ditetapkan dalam kurikulum yaitu 68,00. Berdasarkan permasalahan tersebut

peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan

kemampuan mengapresiasi siswa terhadap karya sast ra khususnya cerita

rakyat dengan menerapkan model GI. Tujuannya agar siswa memiliki

kemampuan sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan, juga

mencapai batas KKM yang ditetapkan dalam kurikulum yakni 68,00 dan

daya serap mencapai 75%.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan menerapkan model

GI baru pertama kali dialami oleh siswa. Kerja kelompok yang pernah

dilakukan merupakan kerja kelompok biasa. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa para siswa belum memiliki pengalaman belajar dengan

kerja kelompok model GI. Guru pun menyadari bahwa minat siswa terhadap

cerita rakyat masih rendah sehingga berpengaruh terhadap nilai mereka.

Guru belum pernah menerapkan st rategi pembelajaran khusus yang mampu

membangkitkan minat siswa dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses

pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran apresiasi cerita

rakyat belum berjalan dengan baik. Setelah diterapkan model pembelajaran

kooperatif tipe GI dalam pembelajaran aprsiasi cerita rakyat dari siklus satu

sampai siklus tiga mengalami peningkatan yang bagus.

Peningkatan tersebut dilihat dari penilaian p roses dan penilaian hasil.

Penilaian proses sudah dijelaskan di depan, sedangkan penilaian hasil yang

Page 141: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

122

digunakan untuk mengetahui kompetensi siswa dalam menanggapi cerita

rakyat. Penilaian hasi l pada siklus I dan siklus II ditekankan pada

kemampuan siswa mengapresiasi cerita rakyat yang diperdengarkan

kemudian mampu menemukan unsur-unsur intrinsik, hal-hal yang menarik,

relevansi isi cerita rakyat dengan situasi kehidupan sekarang, serta

kemampuan membuat sinop sis cerita rakyat yang sudah d iinvestigasi. Asp ek

yang dinilai meliputi : (1) ketepatan menyebutkan karakteristik cerita rakyat;

(2) ketepatan mengungkapkan isi cerita dan amanat; (3) kemampuan

menjelaskan latar cerita dengan data yang mendukung dan hal-hal yang

menarik dari latar tersebut;(4) kemampuan menemukan hal-hal yang

menarik dari tokoh (5) ketepatan menemukan nilai-n ilai dalam cerita rakyat

dan kemampuan membandingkan nilai-nilai cerita rakyat dengan kehidupan

masa kini; (6) kemampuan menuliskan kembali cerita rakyat yang telah

dipelajari.

Pada siklus I jumlah siswa yang mencapai KKM masih belum

mencapai 75%. Namun ada peningkatan dari uji pratindakan, yaitu dari 10

siswa (32,25%) yang memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM ) meningkat menjadi 16 siswa (51,61%). Kenaikan sebesar 19,36%.

Setelah dilakuk an analisis dan refleksi kekurangan pada sik lus I, disepakati

untuk dilaksanakan sikus II. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada grafik 4

berikut ini.

Page 142: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

123

Pada siklus II siswa diberikan pembelajaran apresiasi cerita rakyat

dengan tetap menerapkan pembelajaran koopretarif tipe GI tetapi diiringi

dengan beberapa perbaikan. Guru membantu kelompok yang mengalami

kesulitan dalam menginvestigasi cerita rakyat. Peran guru dalam melakukan

pengawasan dan pengontrolan lebih diperhatikan. Pada siklus II mengalami

peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Nilai yang diperoleh di

siklus II meningkat sebanyak 24 siswa atau 77,41% sudah mencapai KKM

atau peningkatan sangat besar yaitu sebesar 25,8% dari siklus I. Siswa yang

belum tuntas masih 7 siswa atau 22,59% sehingga pembelajaran apresiasi

cerita rakyat dilanjutkan pada siklus III. Peningkatan tersebut tampak pada

grafik 5. berikut ini.

Page 143: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

124

Pada siklus III p embelajaran apresiasi cerita r akyat dilakukan dengan

menerapkan pembelajaran kooperatif tipe GI dengan beberapa perbaikan-

perbaikan atas kekurangan pada siklus II. Siklus III ini juga mengalami

peningkatan dilihat dari penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian

proses seperti dijelaskan sebelumnya, sedangkan penilaian hasil yang

digunakan untuk mengetahui kompetensi siswa dalam menanggapi cerita

rakyat. Penilaian hasil pada siklus III ditekankan pada kemampuan :

1) M engidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita rakyat dari berbagai

daerah yang meliputi : (1) ketepatan mengungkapkan tokoh-tokoh

dengan penokohannya atau karakterist ik tokoh disertai data tekstual; (2)

kemampuan menjelaskan amanat yang terkandung dalam cerita; (3)

kemampuan menjelaskan latar cerita dengan data yang mendukung;

2) M ampu menyebutkan urut-urutan peristiwa dalam cerita rakyat sebagai

bahan untuk menulis sinopsis;

Page 144: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

125

3) M ampu menuliskan kembali sinopsis cerita dengan bahasa sendir i yang

efektif.

Setelah dilakukan uji kompetensi siklus III siswa yang dapat

mencapai KKM sebanyak 28 siswa atau 90,32%. Sebelumnya 24 siswa atau

77,41%. Pada siklus III ini pencapaian ketuntasan klasikal sebesar 75%

dapat tercapai dan hanya tiga siswa yang belum memenuhi KKM sebesar

68,00 sehingga penelitian tindakan kelas yang dilakukan dinyatakan berhasil

dan dianggap selesai. Peningkatan nilai siswa dijelaskan dalam tabel 7

berikut.

Tabel 8. S kor/Nilai Kemampuan Apresiasi Cerita Rakyat

Kelas X F S MA Negeri 1 Gemolong

Tindakan Nilai

Terendah

Nilai

Tertinggi

Nilai

Rata-

rata

Siswa

Mencapai

KKM

Siswa

Belum

M encapai

KKM

Pratindakan 50 77 64,16 10 21

Siklus I 49 85 68,32 16 15

Siklus II 53 90 72,65 24 7

Siklus III 60 92 80,16 28 3

Page 145: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

126

Perbandingan nilai kemampuan mengapresiasi cerita rakyat pada

pratindakan, siklus I, siklus II, dan siklus III dapat dijelaskan pada grafik 6.

berikut ini.

GRAFIK 6. PERBANDINGAN NILAI KEMAMPUAN MENGAPRESIASI

CERIT A RAKYAT PRASIKLUS, SIKLUS I, II DAN III

Berdasarkan grafik di atas tergambar jelas bahwa bahwa secara teoretis dan

secara empiris hasil penelitian tersebut cukup bermanfaat dalam meningkatkan

kualitas pembelajaran dan meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita rakyat.

Secara teoretis penelitian yang dilakuk an oleh peneliti didukung dengan teori-teori

yang relavan dengan masalah yang dihadapi. Secara empiris tindakan-tindakan yang

dilakukan oleh peneliti memiliki dampak yang bermanfaat bagi peningkatan

kemampuan mengapresiasi cerita rakyat.

Terhadap tiga siswa yang belum mencapai batas Kriteria Ketuntasan

M inimal (KKM ) yaitu 68,00, peneliti telah melakukan wawancara mendalam baik

pada siswa tersebut maupun pada guru yang bersangkutan. Dari wawancara pada

guru terungkap bahwa ketiga siswa tersebut tergolong siswa yang rajin dan patuh,

Page 146: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

127

akan tetapi dalam bidang akademik memang berbeda dengan teman-teman

sekelasnya. Siswa tersebut memang lebih lambat dalam pembelajaran. Ketiga siswa

tersebut mendapat nilai kurang dibandingkan dengan siswa yang lain. Biasanya guru

memberikan remidi lagi untuk siswa yang nilaianya masih kurang.

Page 147: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

128

BAB V

S IMPULAN, IMPLIKASI, DAN S ARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dalam

pembelajaran mengapresiasi cerita rakyat pada kelas X F SMA N 1 Gemolon g

dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam KBM. Siswa lebih antusias dalam

mengikuti pembelajaran karena secara langsung siswa dilibatkan mulai

pemilihan topik, p engumpulan informasi, penyiapan laporan, pembuatan laporan,

presentasi, dan evaluasi. Guru tidak lagi mendominasi pembelajaran. Sebelum

guru menerapkan model pembelajaran koop eratif tipe GI yaitu dan masih

menggunakan metode ceramah, siswa kurang tertarik dan kurang antusias siswa

pasif. Kemudian guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI

sehingga siswa tertarik dan antusias dalam mengikuti KBM. Selain itu, guru juga

memilih bahan dan sumber pembelajaran dari beberapa sumber tidak hanya dari

buku paket. Media yang digunakan guru tidak hanya papan tulis, kapur, spidol,

tetapi juga menggunakan LCD sehingga siswa lebih tertarik dalam mengikuti

KBM .

2. M elalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)

ternyata dapat meningkatkan hasil kemampuan mengapresiasi cerita rakyat pada

siswa kelas X F SMA N 1 Gemolong. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil nilai

kemampuan mengapresiasi cerita rakyat siswa dari pratindakan, siklus I, sik lus

129

Page 148: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

129

II, dan siklus III. Nilai rata-rata pratindakan adalah 64,16 naik menjadi 68,32

pada silus I. Siklus II nilai rata-rata 72,65 dan siklus III nilai rata-rata menjadi

80,16. Jumlah siswa yang memenuhi KKM juga mengalami kenaikan. Pada

pratindakan siswa yang memenuhi KKM hanya 10 siswa sedangkan 21 siswa di

bawah KKM. Setelah dilakukan tindakan siklus I siswa yang memenuhi KKM

menjadi 16, yang belum memenuhi KKM 15 siswa. Pada siklus II siswa yang di

atas KKM naik menjadi 24 siswa (77,41%) dan yang di bawah KKM 7 siswa

(22,59%). Siklus III siswa yang memenuhi KKM 28 siswa (90,33%), dan yang

belum memenuhi KKM hanya 3 siswa (9,67%).

Selain kenaikan nilai kemampuan tersebut juga terjadi kenaikan pada

kinerja guru dan penilaian p roses. Kinerja guru pada siklus I, nilai akhirnya 76,67

menjadi 83,33 pada siklus II. Pada siklus III nilai akhir kinerja guru mengalami

kenaikan sebesar 3,34 seh ingga menjadi 86,67. Penilaian proses ternyata juga

mengalami kenaikan. Rata-rata penilaian proses siklus I adalah 73,26, siklus II

74,84, dan siklus III menjadi 78,81. Jadi, dapat disimpulkan antara proses

pembelajaran, kinerja guru, dan nilai kemampuan mengapresiasi cerita rakyat

saling terkait. Semakin bagus proses pembelajaran dan kinerja guru

mengakibatkan nilai yang diraih siswa juga bagus.

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan di atas, dinyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran

apresiasi cerita rakyat di kelas X F SMA Negeri 1 Gemolong Kabup aten Sragen dapat

berjalan dengan efektif dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigation

Page 149: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

130

(GI). Kemampuan mengapresiasi cerita rakyat siswa dapat meningkat setelah

melakukan tindakan-tindakan dalam penelitian yang dilakuk an pada masing-masing

siklus. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan proses pembelajaran dan

peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu : guru, siswa,

model pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar. Keterampilan guru

dalam mengelola kelas dan memilih serta menerapkan model pembelajaran yang

kurang akan menjadi siswa tidak berminat sehingga tidak memperhatikan pelajaran.

M odel pembelajaran GI merupakan salah satu jenis kooperatif learning yang dapat

mengatasi berbagai permasalahan siswa antara lain siswa menjadi tidak minder,

terhindar dari egoeisme, kekerasan, dan sebagainya, sehingga dapat menimbuhk an

minat dan motivasi siswa. Dalam pembelajaran kooperatif model GI, siswa

ditempatkan sebagai subjek belajar sehingga siswa yang aktif dan dilibatkan mulai

pemilihan top ik, mengumpulkan informasi, menyiapkan laporan, membuat laporan,

mempresentasikan atau melaporkan sampai pada tahap evaluasi. Dengan demikian,

belajar akan menjadi bermakna.

Jadi, tujuan utama pembelajaran sastra di sekolah adalah menumbuhkan dan

mengembangkan daya apresiasi siswa terhadap karya-karya sastra. M engapresiasi

sastra berarti menanggapi sastra dengan kemampuan afektif.

Pemberian tindakan pada siklus I, siklus II, dan siklus III menggambarkan

bahwa ada bebarapa kelemahan dalam pembelajaran apresiasi cerita rakyat. Dari

kegiatan analisis dan refleksi yang dilaksanakan setelah tindakan, diketahui terdapat

peningkatan baik kualitas proses maupun hasil berupa kemampuan siswa dalam

Page 150: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

131

mengapresiasi cerita rakyat mulai dari menganalisis unsur-unsur intrinsiknya,

menemukan hal-hal yang menarik dari cerita rakyat, menemukan relevansi cerita

rakyat dengan situasi kehidupan sekarang, kemampuan mempresentasikan hasi l

diskusi, dan menulis sinopsis cerita yang dipelajari. Segi proses, terdapat peningkatan

keterampilan guru dalam mengelola kelas, keaktifan, perhatian, konsentrasi, minat

dan motivasi siswa dalam pembelajaran. Adapun dari segi hasil, terdapat peningkatan

nilai rata-rata siswa siklus I sampai siklus III. Dari penerapan tersebut menunjukkan

bahwa model pembelajaran GI sangat baik diterapkan oleh guru dalam proses

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

C. S aran

Saran yang dapat dikemukakan dalam peneliti ini adalah ,

1. Kepala Sekolah

a. M embuat kebijakan untuk meningkatkan kompetensi guru melalui kegiatan

IHT, Workshop, pertemuan forum-forum ilmiah seperti seminar, dan diklat.

b. M emotivasi guru untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif melalui berbagai

model pembelajaran.

c. M enyediakan sarana prasarana penunjang pembelajaran yang memadai,

sepert i kelengkapan koleksi buku-buku di perpustakaan, CD interaktif, dan

sebagainya.

2. Guru

a. Guru sebaiknya membuat RPP yang jelas dan lengkap sebelum proses

pembelajaran dilaksanakan.

Page 151: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

132

b. Guru perlu mengembangkan pembelajaran apresiasi sastra yang inovatif

misalnya dengan menerapkan model pembelajaran GI karena model ini

melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan kemampuan mengapresiasi siswa.

c. Guru sebaiknya sering memberikan motivasi kepada siswa, terutama siswa

yang belum aktif dalam pembelajaran dan juga memberikan bimbingan

kepada siswa yang kemampuanya rendah.

d. Guru harus segera mengetahui berbagai bentuk hambatan yang terjadi selama

proses pembelajaran dan mampu untuk mengatasiny a.

e. Guru harus membuat evaluasi dan sistem penilaian yang tepat untuk

mnengetahui keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan.

3. Siswa

a. Siswa sebaiknya melakukan kerja sama yang baik dengan teman-temannya,

dengan sering melakukan diskusi dan tukar pengalaman dengan membentuk

kelompok belajar.

b. Siswa harus banyak menambah wawasan dengan sering membaca buku-buku

di perpustakaan, sering membuka internet yang memuat sast ra khususnya

cerita rakyat, berlatih soal-soal, dan tidak malu untuk meminta bimbingan

kepada guru.

Harapan peneliti semoga memberikan manfaat dan sumbangan bagi

pengembangan pembelajaran secara umum.

Page 152: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

134

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rozak Zaidan. 2001. Pedoman Penyuluhan Apresiasi Sastra. Jakarta: Depdiknas

________.2007.Apresiasi Sastra dalam http://jokp in.blogsp ot.com/2007/09/apresiasi-

sast ra 13. html. diunduh tanggal 28 April 2010 pukul 07.39 WIB Achyar. 2009. Folklor dan Kearifan Bangsa, dalam http://achyar89.wordp ress.

com/2009/01/13/folklor-kearifan-bangsa/diunduh tanggal 29 April 2010 pukul 09.30 WIB

Al Krismanto. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi Dalam Pembelajaran

Matematika (Makalah Pelatihan Instruktur/ Pengembang SMU). Yogyakarta: Dirjen Dikdasmen. Depdiknas. PPPG. Matematika.

Arief Achmad. 2005. Implementasi Model Cooperative Learning Dalam Pendidikan

IPS Di Tingkat Persekolahan dalam http://www.co-peration.org/pages/cl-Methods.html. diunduh tanggal 20 Januari 2010 pukul 11.15 WIB

Asror Juwaini. 2008. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group

Investigation (GI) untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Bangkal 01 Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap dalam http://pasca.uns.ac.18p m345 diunduh tanggal 26 Januari 2010 pukul 10.00 WIB

Bruvand, Jan Harold. 1968. The Study of American Folklore: An Introduction. New

York: W.W. Norton & Company Inc. Burhan Nurgiyantoro. 1987. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Yogyakarta: BPFE Burhanuddin dan Soeyoto. 2008. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Geografi

Melalui Model pembelajaran GI, dalam http://ptkguru.wordpress.com/2008/05/19/penelitian-tindakan-kelas-ptk-upaya-meningkatkan-minat-belajar-geografi diunduh tanggal 29 April 2010 pukul 09.50 WIB

CORD. 2001. Contextual Learning Resource dalam

http://www.cord.org/lev2.cfm/65.diunduh tanggal 12 Februari 2010 pukul 12.30 WIB

134

Page 153: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

135

Depdiknas. 2004. Stándar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas.

Dundes, Alan. 1965. The Study of Folklor. Englewood Cliffs, Nj., Prentice-Hall,Inc. Effendi, S. 1978. Bimbingan Apresiasi Puisi. Jakarta : Nusa Indah Ema Husnan, Bachtiar, S. M artono dan Kumalaningrum. 1984. Apresiasi Sastra

Indonesia. Bandung: An gkasa Enggen, Paul D & Kaucak, Donald, P. 1996. Strategis for Teachers Teaching Content

and Thinking Skills. Boston: Allyn and Bacon Gokhale, A.A. 1995. “Collaborative Learning Enhances Critical Thinking”, Journa l

of Technology Education 7(1) diunduh tanggal 9 februar i 2010 pukul 8.30 WIB

Hadley, Alice Omoggio. 1993. Teaching Language in Context. Boston:

Heinle&Heninly Publidhers. Haviland, William A. 1993. Antropologi. Terjemahan R. G. Soekodijo. Jakarta:

Erlangga Herman J. Waluyo. 2005. Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: PT

Gramedia M edia Utama Herman J. Waluyo dan Nugraheni Eko Wardani. 2009. Pengkajian Prosa Fiksi.

Surakarta: Pro gram Pascasarjana UNS Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Nur, M ., dan Ismoyo. 2000. Pembelajaran Kooperatif.

Surabaya: University Press IG. A.K. Wardani. 1981. Pengkajian Apresiasi Prosa. Jakarta: P3G Depdikbud Undang-Undang Hak Cip ta No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Inne Inge. 2007. Tradisi & Folklor dalam

http://innegypt.blogsp ot.com/2007/07/tradisi-dan-folklore.html diunduh tanggal 28 April 2010 pukul 13.36 WIB

James Danandjaja. 1972. Penuntun Cara Pengumpulan Folklore bagi Pengarsipan.

Jakarta, diperbanyak oleh Panitia Nasional Tahun Buku Internasional, d.a. Jalan Merdeka Selatan 11.

Page 154: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

136

----------. 2007. Folklor Indonesia: Ilmu gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta:

Grafiti. Johnson, David W., Roger Johnson, dan M ary Beth Stanne. 2000. “Cooperative

Learning Methods: A Meta-Analysi is” Vol. 2 Number 3/june 2000. International journal of Science and M athematics Education dalam http://www.co-operation.org/pages/cl-methodeds.html.2000. diunduh tanggal 22 Februari pukul 12.30 WIB

M aman S. M ahayana. 2007. Apresiasi Sastra Indonesia di Sekolah dalam

http://Johnherf.wordpress. com/2009/02/apresiasi-satra-indonesia-di-sekolah diunduh tanggal 28 ap ril 2010 pukul 08.30 WIB

M aria Indra Rukmi. 1978. Pak Belalang Suatu Cerita Humor Melayu. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebuday aan. M artinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Sastra. Jakarta: Gaung Persada Press M ulyasa E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Prak tis.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nani Pollard. 2006. Penga jaran Bahasa Indonesia untuk Pembelajaran Asing

Melalui Cerita Tradisi Lisan dalam http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/Nani Pollard. doc. diunduh tanggal 28 April 2010 pukul 09.24 WIB

Netherlands, Springer. 2005. “Students’ Reflection on Implemen tation of Group

Investigation in Korean Secondary Science Classrooms” Volume 3 Number 2/june 2005. International Journal of Science and Mathematics Education dalam http://www.Springerlink.com/content/u34u634q340ju13 diunduh tanggal 22 Februari p ikul 13.00 WIB

Oemar Hamalik. 2000. Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti Panuti Sudjiman. 1986. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia. Paulus Haryono. 2005. Pendidikan Berbasis Realitas. Makalah Seminar Nasional. Unika Soegijapranata, Semarang. Raminah Baribin. 1986. “Cerita Panji Jejak dan Pengaruhny a dalam Kesusasteraan

Indonesia” makalah yang dipersembehkan kepada Prof. Dr. Zoetmul ier pada peringatan hari ulang tahunn ya.

Page 155: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

137

Richards, Jack dan Theodore S. Rodgers. 2001. Approaches and Methods in Language Teaching. Chambridge University Press.

Sanapiah Faisal. 1981. Dasar dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya : Usaha

Nasional Sardiman, A.M . 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada Sarwiji Suwandi. 2009. Model Assesment dalam Pembelajaran. Surakarta: Panitia

Sertifikasi Guru Rayon 13 Setiawan. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Investigasi

(Makalah Pelatihan Instruktur Pengembangan SMU). Yogyakarta: Dirjen Dikdasmen Depdiknas. PPPG Matematika Yogyakarta

Setya Yuwana Sudikan. 1985. Apresiasi Sastra Untuk Anda (Pengantar Teori dan

Perkembangan Sastra Indonesia Lama). Surabaya: Sinar wijaya Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Prak tik. Terjemahan

Linda. Bandun g: Nusa Media Sofa. 2008. Apresiasi Prosa Indonesia dalam http://massofa.

Wordp ress.com/2008/03/07/apresiasi-prosa-indonesia diunduh tanggal 5 Februari 2009 pukul 13.05 WIB

Suci Budi Hariyani. 2008. Kajian Folklor Upacara Adat Suran di Desa Sarirejo

Kecamatan Pati Kabupaten Pati, Jateng dalam http://krp2.krpdiy.org/elearning/sherefik/file/19112008200639 M PP New doc diunduh tanggal 29 april 2010 p ukul 11.15 WIB

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Bumi Aksara Sukidin, Basrowi, Suranto. 2008. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

Insan Cendikiawan Suminto A. Sayuti. 2002. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama M edia

Page 156: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP .../Penerapan... · BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN ... model pembelajaran Group

138

Suripan Sadi Hutomo. 1991. Mutiara yang Terlupakan Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya: HISKI Jawa Timur.

Sutama. 2007. “Model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk

Pengembangan Kreativitas Mahasiswa “ Varidika.Vol.19.no.1, Juni 2007. Journal International dalam http://eprint.ums.ac.id/760 diunduh tanggal 12 Februari 2010 pukul 12.50

Sutrisno A.B. 2006. “Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa dalam Geometri

Melalui Model Pembelajan Investigasi Kelompok: Studi Eksp erimen pada Siswa Kelas II SLTP N 4 Bandar Lampung” Tesis tidak diterbitkan. PPS UPI Bandung.

Suyanto. 2007. ”Tantangan Profesional Guru di Era Global”. Makalah disampaikan

dalam rangka Dies Natalis ke 43 Universitas Negeri Yokyakarta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kon truktivistik

Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka

Wilson Nadeak. 1989. Pengajaran Apresiasi Puisi untuk sekolah Lanjutan Atas.

Bandung: Sinar Baru Wong & Wong. 2010. Cooperatif learning dalam

http://edweb.sdsu.edu/eet/articles/cooperativeling/index.html diunduh tanggal 29 April 2010 pukul 14.10 WIB