pengaruh penerapan model active...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING DENGAN STRATEGI GROUP RESUME TERHADAP HASIL
BELAJAR KIMIA SISWA (Penelitian Kuasi Eksperimen di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH : ZAENAL ARIFIN
NIM. 105016200566
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H /2010 M
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING
DENGAN STRATEGI GROUP RESUME TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH :
ZAENAL ARIFIN NIM. 105016200566
Dibawah Bimbingan.
Pembimbing I,
Ir. H. Mahmud M. Siregar M.Si NIP. 19540310198803 1001
Pembimbing II,
Tonih Faronika M.Pd NIP. 19760107200501 1007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H / 2010 M
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ”Pengaruh Penerapan Model Active Learning dengan Strategi
Group Resume terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa”. Diajukan kepada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
dan dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 12 Agutus 2010 di hadapan
dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana strata I (S.Pd)
dalam bidang pendidikan kimia.
Jakarta. 12 Agustus 2010
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal
Tanda tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan P. IPA)
Baiq Hana Susanti, M.Sc NIP. 197002092000032001
..........................
.........................
Sekretaris (Sekretaris Jurusan P. IPA)
Nengsih Juanengsih, M.Pd NIP. 197905102006042001
...........................
.........................
Penguji I
Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd NIP. 196501151987031020
...........................
........................
Penguji II
Dedi Irwandi, M.Si NIP. 197105282000031002
..........................
.........................
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A NIP. 195710051987031003
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING
DENGAN STRATEGI GROUP RESUME TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH :
ZAENAL ARIFIN NIM. 105016200566
Dibawah Bimbingan.
Pembimbing I,
Ir. H. Mahmud M. Siregar M.Si NIP. 19540310198803 1001
Pembimbing II,
Tonih Faronika M.Pd NIP. 19760107200501 1007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H / 2010 M
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ”Pengaruh Penerapan Model Active Learning dengan Strategi
Group Resume terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa”. Diajukan kepada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
dan dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 12 Agutus 2010 di hadapan
dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana strata I (S.Pd)
dalam bidang pendidikan kimia.
Jakarta. 12 Agustus 2010
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal
Tanda tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan P. IPA)
Baiq Hana Susanti, M.Sc NIP. 197002092000032001
..........................
.........................
Sekretaris (Sekretaris Jurusan P. IPA)
Nengsih Juanengsih, M.Pd NIP. 197905102006042001
...........................
.........................
Penguji I
Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd NIP. 196501151987031020
...........................
........................
Penguji II
Dedi Irwandi, M.Si NIP. 197105282000031002
..........................
.........................
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A NIP. 195710051987031003
ABSTRACT
Zaenal Arifin, Effect of Adoption of Active Learning Model With Strategic Group Resumes Against Chemistry Student Learning Outcomes (Experiments in SMA Muhammadiyah 8 Ciputat). Chemical Education Courses, Majority in Natural Science, Faculty of tarbiya and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, 2010.
This study aimed to determine whether the learning outcomes of students on the subject of the chemistry of carbon compounds by applying the active learning model with a strategy group resume is better than the method of lecture. This research was conducted in SMA Muhammadiyah 8 Ciputat. Sample used purposive sampling technique. research sample consisted of two groups, namely X-A graders numbered 23 students as the experimental group and X-B graders numbered 22 students as a control class. The data collection instrument using achievement test (post test) of 20 multiple choice questions that had previously tested instrument analysis. Hypothesis is the null hypothesis (Ho) that have no effect on the application of active learning model with group strategy resumes to chemistry students 'learning outcomes and the alternative hypothesis (Ha) is there any effect the application of active learning model with strategy group resumes to chemistry students' learning outcomes. Data analysis using hypothesis testing by t-test. In this study was obtained t count equal to 3.171, with significance level 5% obtained t-table for 2,021. Thus the t-test bigger than t-table (3.171 > 2.021). This means the null hypothesis (Ho) refused and Alternative Hypothesis (Ha) accepted. It can be concluded that there was a significant influence on the application of active learning model with strategy group resume to chemistry student learning outcomes.
Keywords: Active learning, Group Resumes , Results of Studying Chemistry
i
ii
ABSTRAK
Zaenal Arifin, Pengaruh Penerapan Model Active Learning Dengan Strategi Group Resume Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa (Eksperimen di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat). Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar kimia siswa pada konsep senyawa karbon dengan menerapkan model pembelajaran aktif dengan strategi resum kelompok lebih baik dibandingkan dengan metode ceramah. penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat. sampel digunakan dengan teknik purpossive sampling. sampel penelitian terdiri dari dua kelompok, yaitu siswa kelas X-A berjumlah 23 siswa sebagai kelompok eksperimen dan Siswa kelas X-B berjumlah 22 siswa sebagai kelas kontrol. pengambilan data mengunakan instrumen tes hasil belajar (postest) sebanyak 20 soal pilihan ganda yang sebelumnya telah diuji analisis butir soalnya. hipotesis yang diajukan adalah hipotesis nihil (Ho) yaitu tidak terdapat pengaruh penerapan model active learning dengan strategi group resume terhadap hasil belajar kimia siswa dan hipotesis alternatif (Ha) yaitu terdapat pengaruh penerapan model active learning dengan strategi group resume terhadap hasil belajar kimia siswa. analisis data menggunakan pengujian hipotesis dengan uji t. dalam penelitian ini diperoleh t-hitung sebesar 3,171 degan taraf signifikansi 0.05 diperoleh t-tabel sebesar 2.021. dengan demikian t-hitung lebih besar dibandingkan t-tabel (3,171 > 2.021). hal ini berarti hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan model pembelajaran aktif dengan strategi resum kelompok terhadap hasil belajar kimia siswa.
Kata kunci : Pembelajaran Aktif, Resum Kelompok, Hasil Belajar Kimia.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamien…. kalimat syukur paling awal yang penulis
ucapkan seraya suluruh puja serta puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya kepada penulis. sehingga penulis
mampu menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan Model
Active Learning dengan Strategi Group Resume terhadap Hasil Belajar Kimia
Siswa.”
Salawat serta salam yang terindah penulis curahkan pada junjungan besar
seluruh umat Islam di dunia, Nabi Muhammad SAW. Nabi akhir zaman, guru sampai
akhir jaman, penyempurna ajaran dan penegak kebenaran yang berhasil membawa
manusia keluar dari gerbang kejahiliahan menuju gerbang kemuliaan.
Dalam penyelesaian skripsi ini, tidak akan terlupakan rasa terimakasih penulis
yang sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya kepada seluruh pihak yang telah
memberikan semangat dan dukungan, yang tidak dapat diungkapkan dengan rangkaian
bahasa dan kata-kata yang indah, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
dan Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen penasehat akademik.
4. Bapak Ir. H. Mahmud M Siregar, M.Si, dosen pembimbing I dan Bapak Tonih
Faronika, M.Pd, dosen pembimbing II yang tidak kenal lelah dan bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing penulis, terimakasih atas kritikannya selama
penyusunan skripsi ini, semoga Allah SWT membalas budi baik bapak.
5. Bapak Drs. Endang Surahman, MA, Kepala SMA Muhammadiyah 8 Ciputat yang
telah memberikan perizinan dan kemudahan pada penulis untuk melaksanakan
penelitian disekolah tersebut.
6. Ayahanda tercinta Suja’i dan Ibunda tercinta Een Haeni yang dengan ikhlas
mengasuh, mendidik dan mengajar penulis dengan cucuran keringat dan linangan
i
ii
air mata. kasih sayang kalian tiada tara dan akan penulis rasakan sampai akhir
hayat, kiranya sampai detik ini penulis belum mampu membalas cinta dan kasih
sayang kalian yang begitu besar. kepada Allah penulis akan terus berdoa, keringat
dan air mata yang kalian tumpahkan selama hayat hanya Allah yang mampu
membalas keikhlasan kalian dengan balasan yang lebih baik. tak lupa penulis selalu
meminta keridhoan doa untuk penulis.
7. Teh Euis dan Aa wiwin, teh Dini dan Aa Ibad, Aa Yusep dan teh Eli serta Aa Kiki
dan teh Nani yang telah membantu secara moril dan materi sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Trabiyah dan Keguruan yang talah memberikan ilmu,
pengalaman dan bimbingannya, dan tak ketinggalan staf dan karyawan fakultas,
terimakasih atas pelayanan akademik selama menyelesaikan studi di UIN Syaraif
Hidayatullah Jakarta.
9. Keluarga besar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Ciputat teman
seperjuangan Indra, Rizal, Toto, Amir, Jajang, Hasbi, Nunung, Tarsih, Pipit dan
semuanya yang pernah berjuang bersama.
10. Ade Sudarmaji, Obay, Soni, Achep, Ahmad, Hawasi, Zulkifli, Ichan dan semua
teman-teman pendidikan kima, biologi dan fisika angkatan 2005.
11. Untuk dinda Ririn Zikriyah yang terus memberikan dorongan, motivasi semangat
yang tak kenal lelah mendampingi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, untuk
Nunung Nurjanah yang senantiasa membantu, ikhlas direpotkan dalam pengerjaan
skripsi ini.
Kata ucapan terima kasih di atas betapapun tulusnya, penulis sadari tidak akan
mampu untuk mengungkapkan seluruh tumpahan rasa terimakasih yang terbaik dalam
diri penulis, sehingga penulis menyadari tidak akan mampu untuk membalasnya.
Diharapkan penelitian ini memberikan sumbangan positif pada pembaca dan semua
pihak yang bergelut dalam bidang pendidikan. hanya pada Allah SWT harapan tertuju
semoga apa yang telah diikhlaskan untuk penelitian ini mendapat balasan yang lebih
baik di sisi-Nya. Amin
Ciputat, 21 Juni 2010
Penulis
Zaenal Arifin
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. . Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 8
D. Perumusan Masalah ...................................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 9
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESISI
A. Deskripsi Teoretis ........................................................................................ 11
1. Hakikat Model Pembelajaran ................................................................. 11
2. Model-model pembelajaran konstruktivisme ........................................ 13
3. Model Pembelajaran Active Learning .................................................... 15
a. Model Active Learning ....................................................................... 15
b. Keunggulan Belajar Active Learning ................................................ 22
c. Prosedur pelaksanaan Pembelajaran Active Learning ...................... 24
d. Active Learning dengan strategi Group Resume ................................ 26
4. Hakikat Belajar Kimia ........................................................................... 28
5. Hakikat Hasil Belajar ............................................................................ 33
6. Konsep Senyawa Karbon ....................................................................... 40
B. Kerangka Pikir .............................................................................................. 46
C. Pengajuan Hipotesis .................................................................................... 48
i
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 49
B. Metode dan Desains Penelitian ................................................................... 49
C. Populasi dan Sampel .................................................................................... 50
D. Alur Penelitian. ............................................................................................. 51
E. Variabel Penelitian ....................................................................................... 51
F. Teknik Pegumpulan Data ............................................................................. 52
1. Suber data ............................................................................................... 52
2. Jenis data ................................................................................................ 52
3. Cara pengambilan data ........................................................................... 52
G. Instrumen Penelitian .................................................................................... 53
H. Analisis Butir Soal Instrumen ....................................................................... 53
I. Teknik Analisis Data .................................................................................... 55
1. Pengujian Persyaratan Analisis .............................................................. 55
2. Analisis Data Hasil Belajar ................................................................... 56
3. Analisisi Lembar Observas .................................................................... 58
J. Hipotesis Statistik ......................................................................................... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................................. 59
1. Data Hasil Penelitian .............................................................................. 59
2. Pengujian Prasyarat Analisis ................................................................... 63
3. Pengujian Hipotesis ................................................................................ 65
C. Pembahasan ................................................................................................... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................................... 72
B. Saran ............................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 74
LAMPIRAN – LAMPIRAN ..................................................................................... 78
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Keunggulan model Active Learning .................................................... 23
Tabel 3.1 Desain Penelitian ................................................................................. 50
Tabel 3.2 Populasi kelas X SMA Muhammadiyah 8 Ciputat .............................. 50
Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan data .................................................................... 53
Tabel 4.1 Pemahaman Konsep Siswa Berdasarkan Postest
Kelompok Eksperimen ......................................................................... 60
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar kimia (Postest)
Kelompok Eksperimen ......................................................................... 61
Tabel 4.3 Pemahaman Konsep Siswa Berdasarkan Postest
Kelompok Kontrol ............................................................................... 62
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar kimia (Postest)
Kelompok Kontrol ............................................................................... 62
Tabel 4.5 Deskripsi Perbandingan Data Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol ........................................................................ 64
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas dengan uji Chi-square ...................................... 65
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Fisher ........................................... 66
Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis dengan Uji t .......................................................... 66
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Diagram Proses Belajar ........................................................................ 2
Gambar 2.1 Hakikat Hirarkis Model Pembelajaran .................................................. 12
Gambar. 2.2 Tahapan Pembelajaran Active Learning ............................................... 25
Gambar 2.3 Proses Hasil Belajar .............................................................................. 37
Gambar 2.4 Kerangka pikir ....................................................................................... 48
Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen .................................... 61
Gambar 4.2 Grafik Distribusi Frekuensi Kelas control ............................................ 63
Gambar 4.3 Perbandingan Data Mean Postest kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol ......................................................................... 64
iv
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus Pembelajaran ........................................................................... 80
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..................................................... 82
Lampiran 3. Materi Senyawa Karbon ....................................................................... 88
Lampiran 4. Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar ........................................................ 92
Lampiran 5. Soal Untuk Validasi Instrumen ............................................................ 102
Lampiran 6. Soal Ulangan Senyawa Karbon ............................................................ 108
Lampiran 7. Kunci Jawaban Ulangan ....................................................................... 112
Lampiran 8. Analisis Butir Soal Instrument ............................................................. 113
Lampiran 9. Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kontrol ....................................... 115
Lampiran 10. Evaluasi Kegiatan Pembelajaran (Observasi Kelas) ............................ 117
Lampiran 11. Perhitungan Data Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen ........... 119
Lampiran 12. Perhitungan Data Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol ................. 122
Lampiran 13. Perhitungan Uji Normalitas .................................................................. 125
Lampiran 14. Perhitungan Uji Homogenitas .............................................................. 129
Lampiran 15. Perhitungan Uji Signifikansi dengan t-tes ............................................ 130
Lampiran 16. Foto-foto Kegiatan Pembelajaran Group Resume ................................ 131
Lampiran 17. Keterangan Melaksanakan Penelitian dari SMA
Muhammadiyah 8 Ciputat................................................................... 132
Lampiran 18. Surat Bimbingan dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ............. 133
Lampiran 19. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ........ 134
Lampiran 20. Lembar Uji Referensi ........................................................................... 135
Lampiran 21. Biodata Penulis ..................................................................................... 137
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan salah satu lembaga yang sangat penting dalam
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara serta dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia
dipengaruhi dan ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diperolehnya.
Peningkatan kualitas pendidikan tidak terlepas dari upaya peningkatan
komponen-komponen yang ada di dalamnya yang saling terkait antara satu
dengan yang lainya dalam suatu sistem, komponen yang dimaksud adalah
guru, siswa, kurikulum, model pengajaran, media pengajaran, sarana dan
prasarana sekolah dan lain sebagainya.
Sesuai dengan isi dari tujuan pendidikan Nasional yang tercantum
dalam Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional, yang berbunyi: ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang bertaqwa
kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung
jawab.”1
Belajar adalah merupakan suatu proses.2 Karena belajar merupakan
suatu proses, maka sudah pasti ada yang diproses (input) dan hasil dari
proses itu sendiri (output), dan sudah menjadi hal yang lumrah jika ada
hal-hal atau faktor-faktor yang dapat mempengaruhi suatu proses,
begitupun dengan belajar dan hasil belajar tidak sedikit hal atau faktor
yang mempengaruhiya. Faktor yang dimaksud adalah masukan lingkungan
1 Anwar Arifin, Memahami Pradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-
Undang Sisdiknas, (Jakarta: Ditjen kelembagaan Agama Islam Depag, 2003) Cet 3, hlm 37 2 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), Cet.
22, hlm. 26
1
2
(environmental input) dan faktor yang sengaja dirancang (instrumental
input). Dengan demikian kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai
berikut:3
TEACHING – LEARNING PROCESS
ENVIRONMENTAL INPUT
INSRTUMENTAL INPUT
OUT PUT RAW INPUT
Gambar 1.1 Diagram proses belajar
Dalam proses belajar mengajar (teaching learning process) siswa
merupakan masukan mentah (raw input) atau bahan baku yang perlu
diolah dalam hal ini objek yang diberi pengalaman belajar tertentu, akan
tetapi yang perlu dipahami bahwa setiap individu siswa memiliki
karakteristik tertentu baik fisiologis maupun psikologis yang dapat
mempengaruhi bagaimana proses dan hasil belajarnya.4 Sedangkan yang
dimaksud environmental input atau masukan lingkungan sebagai faktor
alam yang memang harus diperhatikan dalam pemberian pengalaman pada
siswa, baik secara langsung maupun tidak, akan membawa pengaruh
terhadap belajar dan hasil belajarnya, dan yang dimaksud instrumental
input atau faktor yang sengaja dirancang adalah kurikulum atau bahan
pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta
manajemen yang berlaku di sekolah. Maka insrtumental input juga
merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan pencapaian hasil
belajar yang dikehendaki.
Faktor yang dirancang juga menentukan pengalaman belajar apa
yang hendak diberikan kepada siswa, yang sesuai dengan perkembangan
fisiologis dan psikologis siswa itu sendiri. Di jenjang sekolah menengah
atas (SMA) dan perguruan tinggi pengalaman belajar atau pembelajaran
lebih cenderung pada bagaimana mengaplikasikannya. Pada pembelajaran
3 Ibid., hlm.106. 4 Ibid., hlm.106.
3
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di jenjang sekolah menengah atas
pemberian pengalaman IPA sudah mengalami pengkhususan mata
palajaran di antaranya yaitu mata pelajaran kimia.
Kimia merupakan salah satu bidang ilmu yang telah berkembang
secara pesat. Dan kimia dipandang sebagai salah satu dasar bagi
perkembangan ilmu dan teknologi. Ilmu kimia adalah ilmu yang
berdasarkan percobaan, yaitu berupa fakta-fakta yang di generalisir
menjadi konsep-konsep dan teori-teori.
Dalam naskah standar isi mata pelajaran kimia dinyatakan bahwa
mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut :5
1) Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan
dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa.
2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis, dan
dapat bekerja sama dengan orang lain.
3) Memperoleh pengalaman melalui percobaan atau eksperimen dalam
penerapan metode ilmiah. Dimana siswa melakukan pengujian
hipotesis dengan merancang eksperimen melalui pemasangan
instrumen, pengambilan, pengolahan dan interpretasi data serta
mengkomunikasikan hasil eksperimen secara lisan maupun tulisan.
4) Meningkatkan kesadaran tentang aflikasi sains (kimia) yang dapat
bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat dan
linkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan
lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.
5) Memahami konsep, prinsip, hukum, dan tori kimia serta saling
keterkaitannya dan penerapannya untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari dan teknologi
5 Bambang Soehendro, Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengan.
(Jakarta: Badan Standar Nasional pendidikan. 2006) hlm, 460
4
Tapi fenomena yang terjadi di kalangan siswa bahwa pentingnya
kimia dalam kehidupan malah dianggap sebaliknya oleh siswa. Dari apa
yang telah peneliti amati dan beberapa penelitian terdahulu, siswa
menganggap pelajaran kimia adalah salah satu pelajaran yang kurang
diminati dan dianggap sulit serta membosankan, hal ini dapat dilihat dari
hasil belajar siswa dengan perolehan nilai rata-rata relatif masih rendah.
Dengan demikian tidak mengherankan bila sebagian siswa menganggap
ilmu kimia menakutkan.
Ketidak tahuan peserta didik mengenai kegunaan ilmu kimia dalam
kehidupan sehari-hari menjadi penyebab mereka cepat jenuh dan tidak
berminat pada pembelajaran kimia. Di samping itu guru bidang studi
kimia dalam mengajar monoton hanya menggunakan metode ceramah,
pemanfaatan model pembelajaran yang kurang bervariasi dan hanya
berpegang pada buku-buku paket saja.
Kesulitan siswa yang berakibat rendahnya penguasaan konsep-
konsep kimia tidak terlepas dari berbagai faktor, salah satunya adalah
guru. Dalam kegiatan belajar mengajar guru memiliki posisi yang
menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama adalah
merancang, mengolah dan mengevaluasi pembelajaran.
Dalam pembelajaran kimia di SMA/MA, masih banyak guru yang
kurang inovatif dan kreatif dalam mencari dan menciptakan model
pembelajaran yang dapat merangsang dan memacu motivasi belajar siswa.
Sebagian besar guru masih menggunakan metode ceramah dalam
menyampaikan konsep, prinsip dan hukum kimia dalam bentuk yang
sudah jadi kepada siswa. Siswa tidak diajak untuk mencari sendiri,
berdiskusi serta memecahkan masalah secara kelompok sehingga
menyebabkan mereka lebih individualis dan cenderung bersifat pasif
dalam belajar. Hal yang seperti ini dalam pembelajaran, menyebabkan
siswa kurang berperan aktif sehingga tidak terjadi perkembangan struktur
kognitif dalam pikiran siswa, oleh sebab itu metode yang digunakan guru
menjadi membosankan dan kurang merangsang siswa untuk berpikir.
5
Dengan demikian salah satu upaya untuk mengatasi hal diatas diperlukan
kreativitas guru dalam melakukan suatu pendekatan dalam pembelajaran
kimia sehingga akan mencapai sasaran yang diharapkan dalam pendidikan
yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Mata pelajaran kimia di kelas X merupakan pelajaran yang masih
baru bagi siswa. Karena mereka baru mendapatkan materi kimia secara
utuh sebagai satu mata pelajaran di SMA/MA. Hal ini memungkinkan
siswa mendapat kesulitan dalam pembelajarannya. Oleh sebab itu
diharapkan tenaga pengajar kimia dapat memberikan motivasi dan
mengenalkan kimia dengan lebih menarik, menyenangkan dan bersahabat.
Dengan demikin anggapan dan penilaian siswa terhadap pelajaran kimia
selama ini, bahwa pelajaran kimia sulit dan menjenuhkan adalah tidak
benar.
Dalam pembelajaran kimia, profesionalitas guru juga sangat
mempengaruhi pandangan siswa yang tadinya menganggap kimia sebagai
mata pelajaran yang sulit menjadi mata pelajaran yang mudah dan
menyenangkan. Untuk mengubah pandangan tersebut, seorang guru harus
memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai materi yang akan
disampaikan, serta mampu mengolah materi dengan baik. Seorang guru
juga harus memiliki model (penerapan pendekatan, strategi, motode, taktik
dan teknik) belajar mengajar yang tepat, sehingga kegiatan belajar
mengajar berjalan dengan baik.
Penyajian materi dan pemilihan model yang tepat dalam proses
pembelajaran sangat penting dalam menarik minat dan perhatian siswa.
Model pembelajaran berfungsi sebagai daya dukung dan penunjang
terjadinya keefektifan kegiatan pembelajaran, sehingga dapat
mempermudah dan meningkatkan semangat siswa dalam belajar.
Kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran kimia merupakan upaya
bagaimana konsep-konsep dan teori yang ada dapat dipahami oleh siswa.
pemahaman siswa dapat diperoleh dari proses pembelajaran dan dapat
dilihat dari hasil belajar (output) siswa yang diukur melalui pemberian tes
6
pada siswa. Karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mencari
pendekatan, strategi, metode, taktik, teknik serta model pembelajaran yang
efektif dalam kegiatan belajar mengajar dalam kelas sehinga pada akhirnya
dapat memberikan alternatif instrumental input yang memungkinkan
untuk diterapkan dalam proses pembelajaran kimia
Salah satu instrumental input dalam hal ini model pembelajaran
yang diharapkan mampu memberikan peran aktif pada siswa adalah model
pembelajaran aktif (active learning). adalah model pembelajaran yang
mengajak siswa untuk belajar secara aktif, dengan menggunakan otak,
baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan
masalah, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka ketahui ke dalam
persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.6
Model pembelajaran active learning dimaksudkan untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik,
sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan
sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu
pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga
perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.7
Salah satu strategi dalam pembelajaran active learning adalah
group resume (resume kelompok). Teknik resume secara khusus
menggambarkan sebuah prestasi, kecakapan, dan pencapaian individual.
Sedangkan group resume (resum kelompok) merupakan cara yang
menyenangkan untuk membantu siswa lebih mengenal atau melakukan
kegiatan membangun tim (tim belajar) dari sebuah kelompok yang para
anggotanya telah mengenal satu sama lain. Tim ini akan bekerja sama
dalam kelompok untuk membuat resume yang telah ditentukan oleh guru.
6 Aristha Shintawati , Model Active Learning Dalam Pembelajaran Fiqih Di Madrasah
Aliyah Keagamaan Khusnul Khotimah. Skipsi. UM Surakarta. 2008. hlm .4 7 Hartono. “Strategi Pembelajaran Active Learning; Suatu Strategi Pembelajaran Student
Centered”, artikel diakses tanggal 3 agustus 2009, dari http://edu.article.com (http://sditalqalam.wordpress.com/2008/01/09/ strategi-pembelajaran-active-learning/.)
7
Strategi group resume (resume kelompok) ini mengacu kepada
strategi pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok kecil
untuk saling membantu dalam belajar. Siswa dilarutkan dalam
pembelajaran yang mengasah koneksi, komunikasi dan kerjasama.
Kegiatan itu diperlukan dalam rangka keutuhan proses belajar, kaitannya
dengan komunikasi Jourdan dalam bukunya Yusup 1990, mengungkapkan
“Pendidikan hanya bisa berjalan melalui komunikasi”.8 Dimana setiap
siswa dapat memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah
memahami seluruh materi yang dibahas serta mampu menyampaikan
kembali materi yang telah difahami pada teman sebayanya, sehingga dapat
memberikan suatu penilaian. Kegiatan ini juga diperlukan dalam rangka
persiapan untuk mengerjakan ujian atau soal. Mereka belajar, bekerja dan
menilai dalam suatu format belajar kelompok. Melalui kelompok ini
diharapkan diperoleh hasil yang optimal. Di samping itu juga akan
memupuk sikap gotong royong, toleransi, demokrasi, dan memupuk
keterampilan mengadakan interaksi sosial. Lebih dari itu kegiatan ini akan
menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa sehingga siswa akan
lebih senang dalam belajar.
Melihat pentingnya inovasi-inovasi baru dalam kegiatan belajar
mengajar disekolah sebagai rekayasa positif dalam rangka pencapaian
tujuan pendidikan nasional. Serta alasan-alasan di atas yang mendasari
peneliti untuk meneliti suatu model pembelajaran yang lebih mengaktifkan
siswa dalam belajar kimia, diantara tujuannya adalah untuk meningkatkan
hasil berlajar siswa serta diharapkan siswa menjadi aktif dalam proses
pembelajaran. Berdasarkan alasan inilah peneliti memberi judul skripsi :
"PENGARUH PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING
DENGAN STRATEGI GROUP RESUME TERHADAP HASIL
BELAJAR KIMIA SISWA"
8 Ahmad Syahid, Komunikasi Pembelajaran,(Jurnal Pendidikan & Pembelajaran, vol. 9,
no. 2, oktober 2002: 132-139), hlm. 132.
8
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang di atas, terlihat
bahwa banyak faktor yang mempengaruhi minat dan hasil belajar kimia
siswa, maka peneliti dapat mengidentifikasi beberapa masalah, diantaranya
adalah :
1. Siswa tidak mengetahui manfaat ilmu kimia dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga menjadi penyebab mereka cepat jenuh dan tidak
berminat pada pembelajaran kimia
2. Di kalangan siswa pembelajaran kimia masih dianggap sulit dan
membosankan. Sehingga kurangnya minat, perhatian dan motivasi
siswa pada pembelajaran kimia.
3. Dominasi guru dalam kegiatan belajar mengajar cenderung membuat
siswa bersifat pasif dalam belajar.
4. Masih banyak guru yang mengunakan metode ceramah dan sedikit
yang mengunakan model, pendekatan, metode pembelajaran yang
mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar kimia
5. Dalam pembelajaran siswa jarang diajak untuk saling berbagi
pengalaman dan pengetahuan dengan siswa lain dalam bentuk diskusi
atau kerja kelompok
C. Pembatasan Masalah
Masalah yang timbul dalam identifikasi sedemikian banyaknya,
sehingga pada kesempatan ini sulit untuk dapat diteliti semuanya. Oleh
karena itu, agar penelitian ini mempunyai arahan yang jelas maka dalam
penelitian eksperimen pengaruh penerapan model active learning dengan
strategi group resume terhadap hasil belajar kimia siswa ini dibatasi pada:
1. Pembelajaran kimia dengan menerapkan model active learning dengan
strategi group resume pada konsep senyawa karbon
2. Pemahaman siswa dilihat dari hasil belajar siswa pada ranah kognitif
dengan tes kemampuan (Posstes) yang diambil setelah pembelajaran
selesai.
9
D. Perumusan Masalah
Dari pembahasan diatas maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah pengaruh penerapan model
active learning dengan strategi group resume terhadap hasil belajar kimia
siswa?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah sebagai upaya
peningkatan minat dan aktivitas belajar kimia siswa dalam rangka
meningkatan hasil belajar siswa secara lokal maupun nasional
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari
penerapan model active learning (pembelajaran aktif) dengan strategi
group resume (resum kelompok) terhadap hasil belajar kimia.
Sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memilih model
pembelajaran yang mampu meningkatkan minat, perhatian, motivasi
serta aktivitas siswa pada pembelajaran kimia.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan :
1. Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan model
pembelajaran aktif terhadap hasil belajar kimia siswa, sehingga dapat
dijadikan bahan masukan bagi sistem pendidikan dan pengajaran di
Indonesia umumnya dan bagi pendidikan dan pengajaran kimia pada
khususnya.
10
2. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi para guru dalam
mengajar kimia di SMA dan dapat dimanfaatkan guru sebagai salah
satu model alternatif dalam pembelajaran kimia sehingga proses
pembelajaran berjalan aktif, efektif, efisien dan menyenangkan serta
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
3. Penelitian ini juga dapat memberikan informasi kepada pemegang
kebijakan publik khususnya yang berkaitan dengan masalah
pendidikan disetiap lapisan pemerintahan untuk lebih konsen pada
peningkatan kualitas, kuantitas guru sehingga guru kedepan akan terus
termotivasi untuk melakukan inovasi-inovasi baru dalam
pengajarannya untuk mewujudkan cita-cita tujuan pendidikan nasional.
4. Sedang manfaat untuk peneliti sediri, diharapkan hasil dari penelitian
ini mampu memberi motivasi agar lebih mengembangkan model
pembelajaran active learning (pembelajaran aktif) dengan strategi
group resume (resume kelompok), dan dapat terpacu untuk membuat
lebih banyak lagi model-model pembelajaran yang dapat digunakan
dalam pembelajaran kimia.
11
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis
1. Hakikat Model pembelajaran
Model pembelajaran terbentuk apabila antara pendekatan, strategi,
metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi
satu kesatuan yang utuh. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
strategi, metode, dan teknik pembelajaran.1
Pemahaman hakikat model pembelajaran seperti yang telah di
ungkapkan diatas tidak terlepas dari pengertian penyusun yang
membentuk suatu model pembelajaran itu sendiri. Berikut paparan
pengertiannya, dengan harapan dapat memberikan kejelasan tentang
hakikat model pembelajaran : 2
a. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk
pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu.
b. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien.
c. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
1 Akhmad Sudrajat, Pengertian-Pendekatan-Strategi-Metode-Teknik-Taktik-Dan-Model-Pembelajaran http://akhmadsudrajat.wordpress.com, //2008/09/12/, hlm. 1–3.
2 Ibid., hlm. 1–3.
11
12
d. Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik.
e. Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam
melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang
sifatnya individual.
Untuk lebih jelasnya, posisi hirarkis dari masing-masing istilah
tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Hakikat Hirarkis Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-peragkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film,
komputer, kurikulum dll. Selanjutnya Joyce mengatakan bahwa setiap
model pembelajaran mengarahkan kita kedalam mendesain pembelajaran
untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai.3
Adapun Sukamto dkk dalam buku Nurulwati, mengemukakan,
model pembelajaran adalah : "kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
3 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konstruktivistik,
(Jakarta:Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 5
13
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar".4 Jadi dapat dijelaskan bahwa model
pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
Sejalan dengan usulan Tolman dalam buku (George R. Taylor and Loretta
MacKenney),5 bahwa perilaku diorientasikan pada tujuan. Kita termotivasi
untuk menjangkau tujuan khusus dan terus untuk mengalami itu sampai
kita memperolehnya, guru membangun aktivitas belajar yang
dikehendaki, memotivasi prestasi merupakan tujuan positif untuk anak-
anak dengan menyediakan secara kultural relevan instruksi dan material.
Pemanfaatan model pembelajaran yang beragam diyakini mampu
mengurangi faktor kejenuhan belajar siswa, model pembelajaran juga
dapat membantu guru dalam meningkatkan kapasitasnya untuk
menjangkau semua siswa serta menciptakan lingkungan belajar yang lebih
kaya dan beragam.6 Jadi dapat disimpulkan, model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
2 . Model-model Pembelajaran Konstruktivisme
Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme
telah melahirkan berbagai macam model-model pembelajaran, dan dari
berbagai model pembelajaran tersebut terdapat pandangan yang sama,
bahwa dalam proses pembelajaran siswa adalah pelaku aktif kegiatan
belajar dengan membangun sendiri pengetahuan berdasarkan pengalaman-
pengalaman yang dimilikinya. Beberapa model pembelajaran yang
didasarkan pada prinsip konstruktivisme antara lain :7
1. Discovery Learning yaitu siswa didorong untuk belajar dengan
diri sendiri. Siswa belajar aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-
4 Ibid., hlm. 5. 5 George R. Taylor and Loretta MacKenney, Improving Human Learning in the
Classroom: Theories and Teaching Practices, (ROWMAN & LITTLEFIELD EDUCATION Lanham • New York • Toronto • Plymouth, UK, 2008). hlm. 102. www.eBook.com
6 Yusri Panggabean, Dkk. Strategi, Model dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006, (Bandung : Bina Media Informasi, 2007) hlm. 7.
7 Burhanudin & Esa N.W. Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2009) hlm.128
14
prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman-
pengalaman tersebut untuk memperoleh prinsip-prinsip bagi diri
sendiri. Keuntungan discovery learning antara lain siswa memiliki
motivasi dari dalam diri sendiri untuk dapat menyelesaikan
pekerjaannya sampai mereka menemukan jawaban-jawaban atas
problem yang dihadapi mereka. Siswa juga belajar sendiri dalam
memecahkan masalah dan memiliki keterampilan berfikir kritis,
karena mereka harus menganalisis dan mengelola informasi.
2. Assisted Learning mempunyai peran penting dalam perkembangan
kognitif individu. Dalam belajar dengan bantuan atau perantara
lain, guru adalah agen budaya yang dengan bimbingan dan
pengajaran siswa dapat menginternalisasikan dan menguasai
keterampilan yang membutuhkan fungsi kognitif yang lebih tinggi,
secara teknis scaffolding dalam belajar adalah membantu siswa
pada awal pelajaran untuk mencapai pemahaman dan keterampilan
dan secara perlahan-lahan bantuan tersebut dikurangi sampai
akhirnya siswa dapat belajar sendiri.
3. Active Learning artinya pembelajaran aktif. Menurut silberman
belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampai
informasi pada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental
dan tindakan sekaligus. Cara belajar dengan cara mendengarkan
akan lupa, dengan cara mendengarkan, melihat dan mendiskusikan
serta melakukan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan,
dan cara untuk menguasai pelajaran terbaik adalah dengan cara
mengajarkan.
4. The accelerated Learning adalah pembelajaran yang dipercepat.
konsep dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu
berlangsung secara cepat, menyenangkan dan memuaskan,
tentunya dengan upaya yang normal. Bobi Deporter menganggap
model ini memungkinkan siswa belajar dengan cepat yang
mengesankan, dengan upaya yang normal dibarengi dengan
15
kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur semisal hiburan,
permainan, warna, cara berfikir positif, kebugaran fisik dan
kesehatan emosional.
5. Quantum Learning mengasumsikan bahwa siswa jika mampu
mengunakan potensi dasar dan emosinya secara jitu, akan mampu
membuat loncatan prestasi yang tidak bisa terduga sebelumnya.
Model ini berusaha mengubah suasana belajar yang monoton dan
membosankan kedalam suasana belajar yang meriah dan gembira
dengan memadukan potensi fisik, psikis dan emosi siswa menjadi
satu kesatuan kekuatan yang integral.
6. Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari.
3 . Model Pembelajaran Active Learning
a. Model Active Learning
Perubahan kurikulum yang saat ini tejadi dilingkungan sekolah
khususnya Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau
yang kita kenal dengan singkatan KTSP, membuat guru harus mendesain
suatu pembelajaran yang mampu merubah siswa menjadi lebih aktif yang
tentunya harus disesuaikan dengan keadaan sekolah serta kondisi dan
kebutuhan peserta didik.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan seorang guru
untuk dapat membangkitkan daya berfikir dan aktivitas siswa dalam
belajar adalah model active learning. Bila dikaji secara bahasa, active
learning berasal dari bahasa inggris yakni active dan learning. Active
memiliki arti aktif, gesit, giat dan bersemangat.8 Sedangkan kata learning
8 Jhon M.Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2007) hlm. 9
16
yang di ambil dari kata learn memiliki arti belajar.9 Jadi bila kedua kata
ini diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia mengandung arti belajar aktif
atau pembelajaran aktif.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa active learning adalah salah
satu model pembelajaran yang berlandaskan prinsip atau teori belajar
konstuktivisme. Filsafat konstruktivisme menjadi landasan bagi banyak
strategi pembelajaran, terutama yang dikenal dengan nama student
centered learning, yang digunakan adalah pembelajaran bukan belajar
mengajar. Hal ini perlu dipahami berdasarkan premis dasar
konstruktivisme yang mengutamakan keaktivan siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan interaksinya dalam pengalaman
belajar yang diperoleh. Vadeboncoeur juga berpendapat bahwa
konstruktivisme adalah pendekatan yang berpusat pada anak yang
bertujuan untuk mengidentifikasi, melalui kajian ilmiah, jalur alami
perkembangan kognitif.10
Adapun Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang
diterapkan dalam belajar mengajar adalah: 11
1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid,
kecuali hanya dengan keaktivan murid sendiri untuk menalar
3) Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu
terjadi perubahan konsep ilmiah
4) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar
proses konstruksi berjalan lancar
5) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
6) Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan
9 Ibid., hlm.23 10 Abdal-Haqq, Ismat. Constructivism in Teacher Education: Considerations for Those
Who Would Link Practice to Theory Article ERIC Identifier,(ERIC Clearinghouse on Teaching and Teacher Education Washington DC : 1998) hlm 2
11 Anonim, Teori Pembelajaran Konstruktivisme. artikel diakses pada16 februari 2009 http://warnadunia.com/teori-pembelajaran-konstruktivisme
17
7) mencari dan menilai pendapat siswa
8) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Hakikat dari teori konstruktivisme adalah keyakinan bahwa
siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, sedang posisi guru
adalah menyediakan fasilitas, kondisi, lingkungan dan sarana agar siswa
dapat membangun sendiri pengetahuannya.12 Pernyataan ini sejalan
dengan apa yang diungkapkan Strommen dan Lincoln, “The
constructivists regard learning as a process of mental formation. The
students learn the new information by installing them in their previous
knowledge”.13
Dari beberapa pernyataan tentang teori kontruktivisme, ada satu
prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata
memberikan pengetahuan kepada siswa. siswa harus membangun
pengetahuan didalam benaknya sendiri. Artinya belajar konstruktivisme
lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan
pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa
yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain,
siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan
mereka melalui asimilasi dan akomodasi.14 hal itu juga sejalan dengan
apa yang diungkap oleh Jhon Dewey dalam bukunya demokrasi dan
pendidikan.sebagai berikut :
Defined education as a process to restructure the individual experience by reflective thinking through expanding one’s present experience. Individual experience is the core of knowledge, not knowledge offered by others. Thus, continuous development of the child must be stimulated through his interaction to his environment to create meaningful knowledge. 15
12 Panggabean. Strategi, Model dan Evaluasi hlm. 73. 13 Mustafa Dooru and Suna Kalender, Applying the Subject “Cell” Through
Constructivist Approach during Science Lessons and the Teacher’s View,( International Journal of Environmental & Science Education, 2007, 2 (1), 3 – 13)
14 Abrar, Adzka. “Penerapan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar”. Artikel di http//www.google.com.
15 Jong Suk kim. The Effects of a Constructivist Teaching Approach on Student Academic Achievement, Self-concept, and Learning Strategies. (Chungnam National University
18
Bahwa Pendidikan didefinisikan sebagai suatu proses untuk
merestrukturisasi pengalaman individu dengan berpikir reflektif melalui
pengalaman ini memperluas seseorang Individu. pengalaman Individual
adalah inti dari pengetahuan, bukan pengetahuan yang ditawarkan oleh
orang lain. Dengan demikian, pengembangan yang berkesinambungan
anak harus dirangsang melalui interaksinya dengan lingkungan untuk
menciptakan pengetahuan yang bermakna.
Paham active learning ini pada awalnya diperkenalkan oleh
confusius sekitar 2400 tahun yang lalu. dia mengatakan bahwa : “what I
hear, I forgot ; what I see, I remember ; what I do, I understand. Apa
yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya liat, saya ingat. Apa yang
saya kerjakan, saya pahami”.16 Tiga pernyataan sederhana ini banyak
bicara tentang perlunya belajar aktif.
Kata-kata bijak Confusius diatas kemudian dimodifikasi,
diperluas dan dikembangkan oleh Silberman menjadi apa yang dia
sebut belajar aktif. “What I hear, I forgot ; what I hear and see, I
remember a little ; what I hear, see and ask question about or discuss
with someone else, I begin to understand ; what I hear, see, discuss
and do, I acquire knowledge and skill ; what I teach to another, I
master. Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan
lihat, saya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau
diskusikan dengan beberapa teman, saya mulai paham. Apa yang saya
dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan
dan keterampilan. Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya
menguasainya.”17
Dua pernyataan diatas diperkuat dengan beberapa penelitian
yang membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang bersamaan
Korea : 2005) , journal Asia Pacific Education Review Copyright 2005 by Education Research Institute Vol. 6, No. 1, 7-19. hlm 8
16 Mel Silberman. Active Learning ; 101 strategi pembelajaran aktif terj. Sarjuli dkk (Yogyakarta; Yapendis, 2002 ) hlm.1
17 Ibid., hlm.1
19
dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio menunjukkan bahwa siswa
dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari
waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie
menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perthatian siswa
dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu
20 menit terakhir.18
Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang
sering terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya
terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan
anak didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera
pendengarannya dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di
kelas tersebut cenderung untuk dilupakan.
Ada beberapa alasan penyebab mengapa kebanyakan orang
cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu jawaban
yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara
guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang
disampaikan guru. karena siswa mendengarkan pembicaraan guru
sambil berpikir. Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder
yang mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan
waktu yang sama dengan waktu pengucapan.
Otak manusia selalu mempertanyakan setiap informasi yang
masuk ke dalamnya, dan otak juga memproses setiap informasi yang ia
terima, sehingga perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus secara
menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang dipelajari dapat
diingat dengan baik. Dengan penambahan visual di samping auditori
dalam pembelajaran kesan yang masuk dalam diri anak didik semakin
kuat sehingga dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan hanya
menggunakan audio (pendengaran) saja. Hal ini disebabkan karena
fungsi sensasi perhatian yang dimiliki siswa saling menguatkan, apa
18 Hartono. “Strategi Pembelajaran Active Learning; Suatu Strategi Pembelajaran
Student Centered”, artikel diakses tanggal 3 agustus 2009, dari http://edu.article.com
20
yang didengar dikuatkan oleh penglihatan (visual), dan apa yang dilihat
dikuatkan oleh audio (pendengaran).
Penelitian mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa belahan
kanan korteks otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan
kiri otak sadar. Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan
kecepatan kata. Otak limbik (bagian otak yang lebih dalam) bekerja
10.000 kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta mengatur dan
mengarahkan seluruh proses otak kanan.19
Sebagian proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman
atau pemikiran sadar seseorang. Strategi pembelajaran konvensional
pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak
sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada
pembelajaran dengan active learning (pembelajaran aktif)
pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan.
Thorndike mengemukakan 3 hukum belajar, yaitu :20
a. Law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat
memperlancar hubungan antara stimulus dan respons.
b. Law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang
selalu dikerjakan maka hubungan antara stimulus dan respons
akan menjadi lancar
c. Law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan
menjadi lebih baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang
menyenangkan, dan hal ini cenderung akan selalu diulang.
Active learning (pembelajaran aktif) pada dasarnya berusaha
untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik
dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang
menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka.
Dengan memberikan model active learning (pembelajaran aktif) pada
anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka
19 Ibid., hlm 5 20 Ibid., hlm 9
21
dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini
kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional.
Dalam model active learning (pembelajaran aktif) setiap materi
pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan
pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru
disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar
murid dapat belajar secara aktif, guru perlu menciptakan strategi yang
tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai
motivasi yang tinggi untuk belajar.
Active learning juga berarti belajar kebermaknaan, mengarah
pada pentingnya melibatkan dan partisipasi siswa secara aktif dalam
proses belajar, merupakan pendekaan dari berbagai macam model, dan
siswa sebagai obyeknya. Sejalan dengan yang diungkapakan silberman
bahwa pembelajaran aktif merupakan kesatuan sumber, kumpulan
strategi-strategi pembelajaran yang komprehensif.
Dapat dikatakan bahwa active learning lebih memfokuskan
kepada keaktifan siswa, yang ditandai dengan siswa sebagai subyek
belajar, siswa beraktivitas, bergerak dan melakukan sesuatu dengan
aktif, baik aktif secara fisik maupun aktif menggunakan otaknya. Serta
dalam kegiatan pembelajaran diterapkan berbagai model, strategi dan
berbagai macam sumber belajar. Dalam active learning pun dijelaskan
perlunya penerapkan-penerapan strategi dalam membuka, membangun
tim dan menutup sebuah pembelajaran.
Pada intinya penerapan strategi yang telah disebutkan diatas
bertujuan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Dimana keaktifan siswa akan membuat siswa melatih kemampuan
berfikirnya, semakin dipacu siswa untuk berpikir semakin lama siswa
mampu memikirkan hal-hal yang absrtak dan luas dehingga mampu
menemukan gagasan-gagasan yang baru.
22
Dari pemaparan tentang active learning, maka dapat
disimpulkan bahwa active learning adalah pembelajaran yang di desain
untuk mengaktifkan siswa dalam belajar yang berisi penerapan berbagai
model, strategi, media dan sumber belajar.
b. Keunggulan Active Learning
Hartono menjelaskan, active learning atau pembelajaran aktif
pada dasarnya “berusaha untuk membantu memperkuat dan
memperlancar stimulus dan respon siswa dalam pembelajaran sehingga
proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi
hal yang membosankan bagi mereka”.21 Dengan diterapkan model
active learning pada siswa dapat membantu ingatan (memori) mereka
sehingga mereka dapat diarahkan pada tujuan pendidikan yang sukses
hal tesebut sesuai dengan apa yang dikatakan Bruner. 1961 “The
overarching concept behind active learning is the assumption that
learners, who actively engage with the material will find it easier to
recall information” Konsep menyeluruh di belakang pembelajaran aktif
adalah asumsi bahwa peserta didik, yang secara aktif terlibat dengan
materi akan lebih mudah untuk mengingat informasi.22
Berbeda dalam pembelajaran konvensional fenomena-
fenomena yang sama dengan pembelajaran aktif Sangat kurang
diperhatikan. Berikut ini adalah tabel beberapa perbedaan dan
keunggulan active learning dibandingakan dengan pembelajaran
konvensional.23
21 Ibid., hlm 12 22 Peter Klappa. 2009, Promoting active learning through ‘pub quizzes’ — a case study
at the University of Kent, www.bioscience.heacademy.ac.uk/journal/vol14/des 2009 23 Hartono. “Strategi Pembelajaran Active Learning; Suatu Strategi hlm. 13.
23
Pembelajaran Active Learning Pembelajaran konvensional
1. Berpusat pada siswa 2. Sangat menyenangkan 3. Memberdayakan semua indra
dan potensi anak didik
4. Menggunakan banyak metode 5. Menggunakan banyak media
6. Disesuaikan dengan
pengetahuan yang sudah ada
1. Berpusat pada guru 2. Kurang menyenangkan 3. Kurang memberdayakan
semua indera dan potensi anak didik
4. Mengunakan metode yang monoton
5. Sedikit media yang digunakan
6. Tidak perlu disesuaikan denga pengetahuan yang sudah ada
Table. 2.1 Keunggulan model Active Learning
Perbandingan kedua model pembelajaran tersebut dapat
dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk menerapkan model
active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di kelas. Selain itu
sebagai bahan pertimbangan bahwa active learning juga ada tanggung
jawab dimana suatu proses belajar yang memberi wewenang pada
siswa, mendorong siswa untuk kritis, giru lebih banyak mendengarkan
dari pada berbicara, menghormati ide-ide siswa, memberi pilihan dan
kesempatan pada siswa untuk mengambil keputusan sendiri.
Beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak
didik tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka
perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggota
kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting
adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu
pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir
yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan
mengevaluasi. Dalam arti kata menggunakan active learning (belajar
aktif) di kelas menjadi sangat penting karena memiliki pengaruh yang
besar terhadap belajar siswa.
24
c. Prosedur Pelaksanaan Active Learning
Penerapan pembelajaran aktif atau active learning oleh peneliti
pada hakikatnya merupakan pembelajaran yang di desain dengan lebih
mengaktifkan siswa dalam proses belajar dikelas. Mel Silberman
memaparkan bahwa hendaknya guru atau pengajar perlu mengetahuai
inti dan kerangka belajar aktif atau active learning sebagai berikut :24
1. Sepuluh rancangan tata ruang kelas
2. Sepuluh metode untuk memperoleh partisipasi siswa setiap saat
3. Sepuluh tugas untuk memberi partner belajar
4. Sepuluh Pertanyaan untuk menggali harapan-harapan siswa
5. Sepuluh cara untuk memperbaiki ceramah
6. Sepuluh stategi untuk membentuk kelompok-kelompok belajar
7. Sepuluh alternatif dalam memilih ketua kelompok dan mengisi
tugas-tugas lain
8. Sepuluh petunjuk untuk memfasilitasi diskusi
9. Sepuluh langkah ketika memfasilitasi aktivitas pengalaman
10. Sepuluh Pilihan untuk bermain peran
11. Sepuluh cara menghemat waktu ketika belajar aktif
Beberapa petunjuk perlu diketahui oleh seorang pengajar atau
guru dalam menerapkan active learning. Dengan tujuan demi
membantu guru mengidentifikasi dan memfasilitasi belajar aktif
menjadi lebih mudah. Dalam penelitian ini untuk mempermudah
pelaksanaan active learning. Peneliti menyusun tahapan-tahapan
seperti dibawah ini :
1. Terlebih dahulu mencari model pembelajaran yang mampu
menyelesaikan masalah pembelajar
2. Menetapkan konsep materi yang akan diterapkan
3. Menentukan strategi yang tepat untuk konsep yang dipilih
4. Mendesain pembelajaran yang berisi :
24 Mel Silberman. Active Learning ; 101 strategi hlm. 11
25
a. Penerapan strategi
b. Penerapan berbagai metode
c. Penerapan berbagai sumber belajar
d. Penerapan berbagai media
5. Melakukan evaluasi pembelajaran
Adapun tahapan–tahapan tersebut dapat digambarkan pada
diagram sebagai berikut :
Model pembelajaran
Pokok Bahasan
Penetapan strategi
Desain Pembelajaran
Strategi Pembuka
Berbagai Metode
Berbagai Media
Berbagai Sumber belajar
Evaluasi Pembelajaran
Gambar. 2.2 Tahapan Pembelajaran Active Learning
Dalam penelitian eksperimen penerapan model pembelajaran
aktif (active learning) kali ini, peneliti menetapkan strategi resume
kelompok (group resume) sebagai proses kegiatan siswa dikelas dalam
rangka mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
d. Active Learning dengan strategi Group Resume
Banyak riset yang menunjukkan bahwa dibandingkan dengan
pembelajaran tradisional (pembelajaran satu arah), pembelajaran aktif
ini memberikan peluang bagi siswa untuk dapat menyerap lebih banyak
materi pelajaran, mengingat dan memahami lebih lama, dan yang
terpenting adalah menyukai aktivitas belajar itu sendiri. Fink
menyarankan bahwa siswa harus melakukan hal yang lebih daripada
sekedar mendengarkan. Dalam active learning (pembelajaran aktif),
26
siswa tidak belajar sendiri tetapi mereka dapat belajar dengan
pendampingan guru selaku instruktur atau teman sekelasnya.25
Dialog dengan diri sendiri adalah proses dimana anak didik
atau siswa mulai berpikir secara reflektif mengenai topik yang
dipelajari. Mereka menanyakan pada diri mereka sendiri mengenai apa
yang mereka pikir atau yang harus mereka pikirkan, apa yang mereka
rasakan mengenai topik yang dipelajari. Pada tahap ini guru dapat
meminta anak didik untuk membaca sebuah jurnal atau teks dan
meminta mereka menulis apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka
belajar, apa pengaruh bacaan tersebut terhadap diri mereka. Dialog
dengan orang lain bukan dimaksudkan sebagai dialog parsial
sebagaimana yang terjadi pada pengajaran tradisional, tetapi dialog
yang lebih aktif dan dinamis ketika guru membuat diskusi kelompok
kecil tentang topik yang dipelajari. Observasi terjadi ketika siswa
memperhatikan atau mendengar seseorang yang sedang melakukan
sesuatu hal yang berhubungan dengan apa yang mereka pelajari, apakah
itu guru atau teman mereka sendiri. Doing atau berbuat merupakan
aktivitas belajar di mana siswa berbuat sesuatu, seperti membuat suatu
eksperimen, mengkritik sebuah argumen atau sebuah tulisan dan lain
sebagainya.
Ada banyak strategi atau metode yang dapat digunakan dalam
menerapkan active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di
sekolah. Mel Silberman mengemukakan 101 bentuk metode yang dapat
digunakan dalam pembelajaran aktif.26 Strategi ini sejalan dengan apa
disampaikan oleh Hisam Zaini dkk. Bahwasanya ada 12 strategi
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, diantaranya:27
25 Neila Ramdhani. Active learning and soft skill, artikel diakses 29 januari 2010 di
http://www.google.com. 26 Silberman. Active Learning ; 101 strategi hlm. 11 27 Yekti Lestari. SKRIPSI ; Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran
Matematika Melalui Strategi Group Resum. UM Surakarta 2008. hlm 23
27
1. Critical Insident (pengalaman penting) 2. Prediction Guide (tebak pelajaran) 3. Group Resume (resume kelompok) 4. Assesmen search (menilai kelas ) 5. Question student have (pertanyaan siswa) 6. Active knowledge sharing (saling tukar pengetahuan) 7. Listening team ( tim pendengar) 8. Synergetic Teaching (pengajaran sinergis) 9. Active Debate (debat aktif) 10. Card Sort (memilah dan memilih kartu) 11. Jigsaw learning (belajar model jigsaw) 12. Everyone is Teacher (setiap orang adalah guru)
Kesemuanya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas,
sesuai dengan jenis materi dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai
oleh anak didik. Menurut Silberman ada tiga tujuan penting yang harus
dicapai dalam pembelajaran aktif antara lain : (a) Pembentukan tim,
Membantu siswa untuk mengenal satu sama lain dan menciptakan
semangat kerja sama. (b) Penilaian sederhana, pelajari sikap,
pengetahuan dan pengalaman siswa. (c) keterlibatan belajar langsung,
ciptakan minat awal pada pelajaran.
Salah satu strategi yang disarankan oleh Mel Silbermen dalam
rangka meningkatkan kreativitas dan aktivitas siswa di kelas adalah
strategi group resume.28 Hisyam Zaini memaparkan bahwa Teknik
resume secara khusus menggambarkan sebuah prestasi, kecakapan, dan
pencapaian individual. Sedangkan resume kelompok (group resume)
merupakan cara yang menyenangkan untuk membantu siswa lebih
mengenal atau melakukan kegiatan membangun tim dari sebuah
kelompok yang para anggotanya telah mengenal satu sama lain.29
Tim akan bekerja sama dalam kelompok untuk membuat
resume yang telah ditentukan oleh guru. Melalui kelompok ini
diharapkan diperoleh hasil yang optimal. Di samping itu juga akan
memupuk sikap gotong royong, toleransi, demokrasi, dan memupuk
28 Mel Silberman. Active Learning ; 101 strategi hlm. 69. 29 Yekti Lestari. Upaya Peningkatan Kreativitas hlm. 5.
28
keterampilan mengadakan interaksi sosial. Lebih dari itu kegiatan ini
akan menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa sehingga
siswa akan lebih senang dalam belajar.
Dalam meningkatkan kreativitas dan aktivitas siswa dalam
pembelajaran kimia melalui strategi group resume, dimana dengan
strategi group resume ini siswa akan diaktifkan dengan kegiatan
membaca, memahami, mendiskusikan, menuliskan dan menyampaikan
apa yang telah mereka pahami pada teman sekelasnya. Jelasnya
kegiatan siswa tersebut dirangkai dalam langkah-langkah atau prosedur
strategi group resume sebagai beriku: 30
1) Bagilah siswa kedalam beberapa kelompok (tim) setiap
kelompok terdiri antara 3 sampai 6 siswa
2) Beritahukan kepada siswa bahwa kelas memiliki kesatuan
bakat dan pengalaman yang sangat hebat.
3) Sarankan bahwa salah satu cara untuk mengenal dan
menyampaikan sumber mata pelajaran adalah dengan membuat
resum kelompok (anda mungkin ingin menyarankan suatu
indakan atau kontak imajiner yang bisa diusahakan untuk
diperoleh)
4) Berikan kelompok – kelompok tersebut contoh berarti dan
penilaian untuk menunjukan resume mereka. Resume tersebut
harus memasukan informasi yang bisa mengenalkan kelompok
tersebut secara keseluruhan.
5) Ajaklah masing-masing kelompok menyampaikan ringkasan
dan merayakan semua sumber yang ada dalam seluruh
kelompok tersebut.
4. Hakikat Belajar Kimia
Belajar adalah suatu proses, maka belajar disini adalah merupakan
proses aktif siswa untuk menpelajari dan memahami konsep-konsep yang
30 Mel Silberman. Active Learning ; 101 strategi hlm. 47.
29
dikembangkan dalam proses belajar mengajar, baik individual maupun
kelompok, baik mandiri maupun dibimbing.31
Pernyataan tentang belajar tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip
belajar yang dikemukakan oleh Jacques Delosr sebagai ketua Komisi
Internasional tentang pendidikan untuk abad XXI, dalam laporannya yang
berjudul "Learning: The Treasure Within" (Belajar: Harta Karun di
Dalamnya) sebagi berikut:32 Empat sokoguru atau pilar belajar yang tidak
terpisahkan satu dengan yang lainnya, saling terkait, saling berpengaruh
dan saling mengisi dan melegkapi.
a. Belajar untuk mengetahui (Learning to know)
b. Belajar untuk berbuat (Learningh to do),
c. Belajar untuk hidup bersama, hidup dengan orang-orang lain
(Learning to live together, learning to live with others)
d. Belajar untuk menjadi seseorang (Learning to be)
Kimia adalah mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang
pendidikan menengah, baik menengah pertama maupun menengah atas.
Sebagai perluasan dan pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
a. Pengertian Ilmu Kimia
Ilmu kimia adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan pada eksperimen yang mencari jawaban apa, mengapa dan
bagaimana gejala-gejala alam. Khususnya yang berkaitan dengan
komposisi, stuktur, sifat, transformasi, dinamika dan energi zat.33
Pelajaran kimia difokuskan pada pemberian pengalaman langsung
menerapkan konsep, prinsif, fakta sains, temuan sains. Dalam hal ini
peserta didik perlu dibantu untuk dapat mengembangkan keterampilan
ilmiah untuk memahami perilaku dan gejala alam. Keterampilan yang
dimaksud adalah keterampilan mengamati dengan semua indra,
31 Mulyati, Arifin. Dkk. Strategi Belar Mengajar Kimia, Prinsif Dan Aflikasinya Menuju
Pembelajaran Yang Efektif, ( Bandung : UN Yogyakarta, 2000) hlm, 8. 32 Napitupulu, Untuk Apa Belajar?, ( Jakarta: Universitas Satya Negara Indonesia, 1998)
hlm, 4. 33 Bambang Soehendro, Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengan, (Jakarta: Badan Standar Nasional pendidikan. 2006) hlm, 459
30
mengunakan alat dan bahan, mengajukan pertanyaan, merencanakan
eksperimen, merumuskan hipotesa, melakukan percobaan, menyimpulkan
dan mengkomunikasikan temuan.
Hakikat belajar kimia adalah pengembangan komponen adaftif
yang berhubungan dengan perubahan kondisi saat ini dengan kondisi yang
akan datang. Kemampuan ini terbingkai dalam kerja ilmiah yang meliputi
kemampuan merencanakan dan melakukakan percobaan, memilih,
memilah, dan menata informasi, menyimpulkan, mengkomunikasikan dan
menyempurnakan temuan.
b. Fungsi dan Tujuan Pelajaran Kimia.34
1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan YME, berdasarkan
keindakan yang terkandung dalam alam ciptaan-Nya
2) Memupuk sikap ilmiah yang mencakup :
a) Sikap jujur dan obyektif terhadap data
b) Sikap Terbuka, yakni sikap menerima pendapat orang lain,
serta lapang dada
c) Ulet dan tidak cepat putus asa
d) Kritis terhadap pernyataan ilmiah, tidak mudah percaya tanpa
ada dukungan hasil observasi empiris
e) Dapat bekerjasama dengan orang lain
3) Memperoleh pengalaman melalui percobaan atau eksperimen
dalam penerapan metode ilmiah. Dimana siswa melakukan
pengujian hipotesis dengan merancang eksperimen melalui
pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan interpretasi
data serta mengkomunikasikan hasil eksperimen secara lisan
maupun tulisan.
4) Meningkatkan kesadaran tentang aplikasi sains yang dapat
bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat dan
lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan
melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.
34 Ibid., hlm, 460.
31
5) Memahami konsep-konsep kimia serta keterkaitannya dengan
penerapannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari dan teknologi
6) Pembentukan sikap yang positif terhadap kimia, yaitu merasa
tertarik untuk mempelajari kimia lebih lanjut karena merasakan
keindahan dalam keteraturan prilaku alam serta kemampuan kimia
dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penerapannya
dalam teknologi.
c. Ruang Lingkup Mata Pelajaraan Kimia
Materi kimia di SMA dan MA diorganisasikan dalam 5 lingkup,
yaitu:35
1) Melakukan kerja ilmiah
2) Struktur dan sifat
3) Dinamika
4) Energetika Zat
5) Kimia Terapan
Lingkup bahan kajian kimia di SMA dan MA kelas X pada
semester ganjil meliputi : seputar ilmu kimia, materi dan perubahannya,
sitem periodik unsur dan struktur atom, ikatan kimia. pada penelitian ini
peneliti mengunakan konsep senyawa karbon yang temasuk lingkup ajar
dengan melakukan pembelajaran active learning dengan strategi group
resume.
Untuk dapat memahami konsep-konsep kimia sesuai tujuan
kurikulum, pembelajaran kimia harus mampu mengembangkan
keterampilan berpikir siswa. Berpikir merupakan keaktifan pribadi
manusia yang mengakibatkan penemuan (pengetahuan) yang terarah pada
satu tujuan.36 Dalam proses berfikir terjadi manipulasi keaktifan karena
adanya rangsangan dari luar untuk membentuk pemikiran, penalaran,
35 Ibid., hlm, 460 36 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), cet
22, hlm. 43
32
keputusan serta mengembangkan aturan yang sudah ada untuk
memecahkan masalah.
Pemecahan masalah keterampilam berpikir dapat dibedakan
menjadi keterampilan berpikir Induktif, Deduktif dan Analogis. Proses
berpikir induktif ialah proses berpikir yang berlangsung dari hal yang
khusus menuju kepada yang umun, dan proses berpikir deduktif adalah
prosesnya berlangsung dari yang umum menuju pada yang khusus,
aktivitas yang termasuk keterampilan berpikir tersebut adalah, menghafal,
membayangkan, mengelompokan, menggeneralisasikan, mengevaluasi,
menganalisis, mendeduksi dan menyimpulkan. Sedang proses berpikir
analogis adalah berpikir dengan jalan menyamakan atau
memperbandidingkan fenomena-fenomena yang biasa atau pernah
terjadi.37
Dalam menumbuhkan proses berpikir dan kaitannya dalam
kehidupan masyarakat guru memiliki peranan yang sangat penting, karena
guru adalah satu diantara pembentuk utama calon pemimpin masyarakat.
Namun masih ada yang meragukan tanggung jawab seorang guru.
Tanggung jawab guru dimulai ketika orang tua memasukan putra -
putinya kesekolah untuk dididik agar menjadi orang yang berilmu
pengetahuan di kemudian hari, kepercayaan orang tua anak diterima
dengan kesadaran dan keiklasan, dan tanggung jawab guru tidak hanya
pada seorang anak tapi dalam julmlah yang cukup banyak, dari latar
belakang dan karakteristik yang berbeda - beda.38
Tugas seorang guru adalah mengajar. Mengajar pada umumnya
usaha guru untuk menciptakan kondidi-kondisi atau mengatur lingkungan
belajar sedemikian rupa, sehingga terjadi interaksi positif antara siswa
dengan lingkungannya lebih jauh lagi pada hubunga individu manusia
dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.39
37 Ibid., hlm. 47- 48. 38 Saiful B.D dan Aswan Z. Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta , 2006) cet, 3
hlm. 113 39 Nasution M.A. Teknologi Pendidikan, (Bandung: c.v Jemmars. 1982) hlm. 54
33
Peranan guru yang amat penting adalah menjadi fasilitator belajar.
Yang bertujuan mempermudah proses belajar. cara yang dilakukan guru
anatara lain :40
1) Membimbing siswa belajar
2) Menyediakan media dan sumber belajar
3) Memberi penguatan belajar
4) Menjadi teman dalam mengevaluasi pelaksanaan, cara, dan hasil
belajar
5) Memberi kesempatan pada siswa untuk memperbaiki diri.
5. Hakikat Hasil Belajar
a. Konsep Belajar
1) Pengertian Belajar
Belajar adalah “key term (istilah kunci) yang paling penting atau
vital dalam setiap usaha pendidikan, sehinnga tanpa belajar sesungguhnya
tak pernah ada pendidikan”.41 Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu
mendapat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan
upaya pendidikan. Menurut Morgan dalam buku Purwanto,
mendefinisikan belajar sebagai berikut : “ belajar adalah setiap perubahan
yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil
dari latihan dan pengalaman”.42
Pendapat searah juga diungkapkan oleh O. Whittaker dalam buku
Sumanto, bahwa belajar adalah “proses dimana tingkah laku ditimbulkan
atau diubah melalui latihan atau pengalaman”.43 Dengan demikian, belajar
yang efektif adalah mealalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang
40 Dimyati dan Mudjiono, belajar dan pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006)
Cet. 3, hlm. 164 41 Muhibin Syah, psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung: Remaja
Rosadakarya, 2007) cet. Ke-13, hlm. 94 42 Purwanto, Psikologi Pendidikan, hlm. 84 43 Wasty Soemanto, Psikologi pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan),
(Jakarta : Rineka Cipta, 2006) cet. 5, hlm. 104
34
berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua
alat indranya.
Proses dasar dari perkembanagan manusia adalah belajar. Dengan
belajar manausia melakukan peubahan kalitatif individu sehingga tingkah
lakunya berkembang. Aktivitas dan kemampuan manusia tidak lain dari
hasil belajar.
Dalam fase perkembangannya, proses belajar menjadikan manusia
yang tadinya lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa menjadi manusia yang
mampu mengusai berbagai skill (keterampilan) maupun pengetahuan.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa belajar suatu usaha individu
dengan menggunakan potensi yang dimilikinya untuk melakukan
perubahan fisik, mental dan juga tingkah laku yang juga harus didukung
oleh lingkungannya.
2) Tujuan Belajar
Belajar merupakan aktivitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada
yang benar-benar disadari dan ada pula yang kurang bergitu disadari oleh
orang yang belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan
perubahan atau pembentukan tingkah laku tertentu. Tujuan belajar tersebut
dalam dunia pendidikan kita sekarang lebih dikenal dengan tujuan
pendidikan menurut Taksonomi Bloom yaitu tujuan belajar diarahkan
untuk mencapai ketiga ranah : kognitif, afektif dan psikomotorik.44
Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh pengetahuan fakta atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, dan kemampuan berfikir analisis, sintesis
dan evaluasi. Tujuan belajar afektif untuk memperoleh sikap, apresiasi,
karakreristik dan tujuan psikomotorik untuk memperoleh keterampilan
fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan
ekspresi verbal dan non verbal.
44 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996). Cet. 1 hlm.
58
35
3) Ciri – ciri Belajar
Berdasarkan pengertian atau definisi belajar yang telah diuraikan
diatas maka belajar sebagai suatu kegiatan maka dapat diidentifikasi ciri-
ciri kegiatannya sebagai berikut:45
a) Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri
individu yang belajar (perubahan tingkah laku) baik aktual
maupun potensial.
b) perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan
baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
c) perubahan itu terjadi karena ada usaha (dengan sengaja).
Ciri-ciri yang menunjukan bahwa seseorang melakukan kegiatan
belajar dapat ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang aktual
dan potensial dan Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar di atas,
bagi individu merupakan kemampuan baru dalam ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik. Serta adanya usaha atau aktivitas yang sengaja
dilakukan oleh orang yang belajar dengan pengalaman (memperhatikan,
mengamati, memikirkan, merasakan, menghayati dan sebagainya) atau
dengan latihan (melatih, menirukan).
4) Faktor – faktor yang Mempengaruhi Belajar
Dalam proses belajar ternyata banyak faktor yang
mempengaruhinya, Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya, faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam:46
a) Faktor internal (faktor dari dalam siswa) yakni keadaan atau
kondisi jasmani dan rohani siswa
b) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi
lingkungan disekitar siswa.
c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yakni upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
45 Ibid., hlm. 56 46 Muhibin syah, psikologi pendidikan hlm. 132
36
digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-
materi pelajaran.
Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar, adapun
faktor yang mempengaruhinya mentut M. Alisuf Sabri sebagai berikut :47
a) Faktor-faktor yang berasal dari luar siswa (eksternal) yang
terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor
lingkungan yakni faktor sosial dan non sosial sedangkan faktor
instrumental adalah beraupa sarana yang menunjang proses
belajar.
b) Faktor – faktor dari dalam diri siswa (internal) adalah berupa
faktor fisiologis dan faktor psikologis dalam diri siswa.
Secara garis besar, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar
siswa dibagi menjadi dua yaitu internal dan eksternal siswa. faktor intenal
siswa meliputi faktor psikologis dan fisiologis siswa itu sendiri. Dan
faktor eksternal siswa meliputi lingkungan dan instrumental diluar diri
siswa.
b. Konsep Hasil Belajar
Dari definisi yang telah diungkapkan tentang belajar, dijelaskan
bahwa belajar adalah sebuah proses. Jika belajar adalah proses maka dapat
dikatakan bahawa hasil belajar adalah hasil dari sebuah proses. Proses
perubahan tingkah laku melaui pengalaman atau latihan yang mengadakan
kemampuan, kecakapan dan skill sebagai suatu hasil belajar yang dimiliki
seorang individu.
Slameto mengungkapkan bahwa “kreativitas adalah hasil belajar
dalam kecakapan kognitif,”48 kreatif dapat dipelajari melalui proses
belajar mengajar. Hasil belajar dalam kecakapan kognitif itu mempunyai
hirarki, adapun hirarki yang dimaksud adalah sebagai berikut :49
47 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, hlm. 59 48 Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta:
Bumi Aksara, 1991) cet. ke-1 h1m. 131 49 Ibid., hlm. 131
37
1) Informasi non verbal
2) Informasi fakta dan pengetahuan verbal
3) Konsep dan prinsip
4) Pemecahan masalah dan kreatifitas
Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari
prilakunya, baik prilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan,
keterampilan berpikir maupun keterampilan motoriknya. Dengan demikian
perilaku seseorang didasarkan pada tingkat pengetahuan terhadap sesuatu
yang dipelajari yang kemudian dapat diketahui melalui tes. Yang pada
akhirnya didapat nilai hasil belajar. Dapat digambarkan dalam bagan
sebagai berikut:
Pengetahuan
Belajar
Perilaku
Hasil Belajar Tes
Nilai
Gambar 2.3 Proses Hasil Belajar
Transfer belajar berkenaan dengan konsep yang telah
diorganisasikan dalam struktur kognitif siswa. Transfer belajar dapat
terwujud jika siswa berhasil menguasai pengetahuan dan keterampilan
kimia untuk memecahkan masalah, baik permasalahan kimia maupun
permasalahan lain dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan
keterampilan yang dimaksud diperoleh dari pengalaman dan latihan dalam
belajar. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapakan oleh Nana
Sudjana bahwa kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah
mereka mengalami pengalaman belajar yang disebut hasil belajar.
38
Pencapaian hasil belajar siswa melalui proses pembelajaran yang
yang maksimal cenderung akan mewujudkan hasil yang meimiki ciri
sebagai berikut :50
1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi
belajar intrinsik pada diri siswa.
2) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.
3) Hasil belajar yang dicapai berarti bagi dirinya.
4) Hasil belajar siswa diperoleh secara menyeluruh.
5) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan
mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil maupun
menilai dan mengendalikan proses belajarnya dan usaha
belajarnya.
Hasil belajar yang dimaksud adalah sesuatu yang diketahui,
diperoleh dan didapat setelah melalui proses belajar, baik karena belajar
bersamama guru yang mengajar ataupun siswa sendiri yang belajar dengan
memanfatakan lingkungannya.
Hasil belajar yang dicapai merupakan hasil yang didapat siswa
setelah berinteraksi dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya baik
faktor internal (dalam diri siswa) maupun faktor Eksternal (luar diri
siswa). Faktor internal seperti minat belajar, kesehatan, perhatian,
ketenangan jiwa waktu belajar, motivasi, kegairahan diri, cita-cita,
kebugaran jasmani dan kepekaan alat-alat indra dalam belajar. Dan faktor
eksternal seperti keadaan lingkungan sekolah (suasana kelas), cuaca, letak
sekolah, faktor interaksi sosial dengan teman sebangku, dan peserta didik
dengan pendidikan.
Hasil belajar merupakan perolehan perubahan tingkah laku yang
meliputi : pengamatan, pengenalan, pengertian, perbuatan, keterampilan,
perasaan, minat dan bakat. Dalam dunia pendidikan hasil belajar dijadikan
umpan balik sebagai pendorong siswa untuk meningkatkan ilmu
50 Nana Sudjana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001), hal.56 - 57
39
pengetahuan dan teknologi, yang bertujuan meningkatkan mutu
pendidikan.
c. Hubungan Model Active Learning dengan Hasil Belajar kimia
siswa
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa hasil belajar itu dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor, secara umum faktor yang dimaksud
adakah faktor internal dan eksternal siswa atau peserta didik. Begitupun
dalam pembelajaran kimia, faktor-faktor yang dimaksud pun tentunya
akan mempengaruhi hasil belajar kimia siswa.
Kimia merupakan bagian dari ilmu sains, Sebagaimana ilmu sains
yang dipahami sebagai ilmu eksakta dan tidak berubah. Dan merupakan
keilmuan terstruktur yang sudah terbentuk, yang diajarkan darisekolah
tingkat pertama sampai ke perguruan tinggi. Dengan demikian pemahaman
konsep ilmu sains khususnya kimia, memungkinkan siswa harus berulang-
ulang memahami konsep itu sendiri.
Dalam pembelajaran kimia, faktor-faktor belajar siswa yang akan
mempengaruhi proses siswa dalam belajar, memahami konsep, berlatih
dalam rangka pencapaian hasil belajar yang oftimal perlu dimanipulasi
agar faktor belajar yang dimaksud dapat diarakan pada peningkatan hasil
belajar siswa.
Salah satu faktor yang dapat dimanipulasi oleh seorang guru untuk
menigkatkan hasil belajar kimia siswa adalah faktor instrumen. Faktor
instrumen yang dimaksud adalah model pembelajaran. Diyakini bahwa
pemilihan model pembelajaran yang tepat dengan materi pembelajaran,
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran serta mendapat respon yang
positif dari siswa, mampu mempengaruhi hasil belajar siswa kearah yang
lebih baik.
Salah satu alternatif pilihan model pembelajaran yang diharapakan
mampu meningkatkan hasil belajar siswa yakni model pembelajaran active
learning yang membangun motivasi, serta membangun siswa yang aktif,
40
kreatif dan inovatif. Serta dengan menerapkan strategi group resume
dalam pembelajaran aktif ini minimal pembelajaran akan memiliki ciri
menyenangkan dan efektif. Ciri menyenangkan diwakili siswa akan larut
dalam permaianan yang akan memacu semangat dan terhindar dari rasa
jenuh. Menyenangkan juga berarti suasana belajar-mengajar yang jauh dari
rasa bosan dan takut sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya
secara penuh pada pembelajaran sehingga waktu curah perhatiannya pada
pembelajaran tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah
perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar.51
Strategi group resume memiliki ciri efektif, karena model
pembelajaran aktif dengan strategi resume kelompok akan mengaktifkan
siswa dalam membaca yakni siswa mencari dan memahami sendiri topik
yang sedang dipelajari, berdiskusi yakni siswa berbagai pengalaman,
berbagai pengetahuan dan membicarakan serta memecahkan masalah
dengan teman satu timnya, serta mengajarkan yakni menyampai materi
atau topik yang telah mereka kuasai kepada teman sekelasnya selain itu
menggunakan media karton sehinga siswa lebih fokus dalam memahami
konsep.
Disadari atau tidak hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh
situasi dan kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas, dan menerapkan
model pembelajaran yang sesuai adalah merupakan salah satu faktor
terbentuknya proses belajar yang menyenangkan dan kondusif.
6. Konsep Senyawa Hidrokarbon
Hidrokarbon adalah golongan senyawa karbon yang paling
sederhana, hanya terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H). meskipun
hanya terdiri dari dua jenis unsur hidrokarbon merupakan merupakan suatu
kelompok besar senyawa.52 Hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang
51 Anonim. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (Pakem). Artikel.
http//www.google.com. 52 Unggul Sudarmo., kimia untuk SMA kelas X, (Jakarta: Erlangga 2004)
41
dipelajari di SMA/MA kelas X semeter II (dua). Hidrokarbon digolongkan
berdasarkan bentuk rantai karbon dan jenis ikatannya. Berdasarkan bentuk
rantai karbonnya, hidrokarbon digolongkan ke dalam hidrokarbon alifatik
dan alisiklik. Sedangkan berdasarkan bentuk ikatannya hidrokarbon
digolongkan kedalam hidrokarbon jenuh (ikatan tunggal) dan hidrokarbon
tak jenuh (ikatan rangkap).
Hidrokarbon merupakan salah satu dari konsep ilmu kimia cukup
syarat dan susah untuk dipahami siswa, hal ini karena siswa disamping
harus mengingat jenis-jenis senyawanya, juga harus mengenal gugus
(struktur dasar) fungsionalnya dan dapat menuliskan ataupun
menggambarkan rumus struktur dari senyawanya.
Adapun indikator-indikator yang harus dicapai pada konsep
senyawa karbon adalah sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi unsur C, H, dan O dalam senyawa karbon.
2) Mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam senyawa karbon
3) Membedakan atom C primer, sekunder, tertier dan kuarterner.
4) Mengelompokkan senyawa hidrokarbon berdasarkan kejenuhan
ikatan dan tatanamanya
Adapaun konsep senyawa karbon yang dipelajari di SMA/MA
dapat dilihat pada pemaparan materi senyawa karbon sebagai berikut :
a. Keberadaan Senyawa Karbon di Alam
Bahan yang berasal dari mahluk hidup umumnya merupkan
senyawa karbon. Hal ini dapat kita buktika dalam kehidupan sehari-hari.
Perhatikan apa yang terjadi pada sampel organik, seperti : kayu, telur,
daging atau beras dibakar pada suhu yang cukup tinggi bahah itu akan
gosong, bukan? Hal ini terjadi karena pemanasan menyebabkan senyawa
karbon dalam bahan tersebut terurai menjadi karbon yang berwarna hitam
(arang).
Senyawa karbon biasa juga disebut dengan senyawa organik, ini
karena senyawa yang berasal dari mahluk hidup banyak mengandung
42
karbon. Pada setiap senyawa organik selalu terdapat unsur karbon dan
hidrogen, secara lebih pasti dapat ditunjukan dengan percobaan sederhana,
yakni dengan uji pembakaran. Adapun reaksi pembakarannya adalah
sebagai berikut : (jika pembakaran berlangsung sempurna)
Sampel Organik + O2(g) CO2(g) + H2O(g)
Keberadaan karbon (C) terlihat dari terbentuknya gas CO2 dan
hidrogen (H) terbentuknya gas H2O atau uap air. Selain karbon dan
hidrogen, unsur yang sering terdapat dalam senyawa karbon adalah
oksigen, nitrogen, fosforus, halogen dan beberapa unsur logam.
b. Perbedaan Sifat Senyawa Organik dan Anorganik
Para ahli membedakan senyawa-senyawa di alam ini kedalam
Senyawa organik dan anorganik. Senyawa organik merupakan senyawa
yang berasal dari makhluk hidup seperti gula, kabohidrat, protein, dll.
Sementara itu, senyawa anorganik adalah senyawa yang bukan dari
mahkluk hidup seperti air, garam, pasir dll.
Berdasarkan sifat-sifatnya, kedua kelompok senyawa tersebut
mempunyai ciri-ciri umum yang berbeda. Berikut ini perbedaan yang
utama dintara keduanya:
1) Pada umumnya, senyawa organik mempunyai titik didih dan lebur
relatif rendah, sedangkan senyawa anorganik mempunyai titik
didih dan lebur yang relatif tinggi.
2) Pada umumnya, senyawa organik kurang larut dalam air atau
pelarut polar lainnya, tetapi mudah larut dalam pelarut nonpolar,
sedangkan senyawa anorganik mudah larut dalam air atau senyawa
polar lainnya dan tidak larut dalam senyawa nonpolar.
3) Pada umumnya, senyawa organik mudah terbakar atau tidak tahan
terhadap pembakaran dibandingkan senyawa organik, tetapi
senyawa organik kurang reaktif terhadap zat lain
4) Ikatan kimia senyawa organik merupakan senyawa kovalen,
sedangkan ikatan senyawa anorganik pada umumnya adalah
merupakan ikatan ion
43
5) Senyawa organik tidak dapat menghantarkan panas atau listrik
sedang senyawa anorganik dapat menghantarkan panas atau listrik.
c. Kekhasan atau Keistimewaan Atom Karbon
Karbon merupkan satu unsur kimia nonlogam yang dilambangkan
dengan C, nama karbon diambil dari nama latin yakni karbo yang artinya
arang.53 Telah disebutkan bahwa jumlah senyawa karbon sangat banyak,
jauh melampaui senyawa yang tidak mengandung karbon. Apa
keistimewaan atom karbon yang tidak dimiliki atom lain? Ternyata
keistimewaan atom karbon berkaitan dengan keberadaannya pada sistem
periodik unsur. Dimana nomor atom karbon (Z = 6). Terletak pada periode
ke-2 dan golongan IVA. Posisi itulah yang memberikan keistimewaan
atom karbon. Adapaun keistimewaan itu antaralain :
1) Karbon mempunyai 4 elektron valensi
Seperti atom unsur lainnya, elektron-elektron dalam atom karbon
terletak pada kulit-kulit disekitar intinya. Untuk memenuhi aturan oktet
maka atom karbon dengan nomor atom (Z = 6) akan memiliki kofigurasi
elektron pada kulit K = 2 dan kulit L = 4. Jadi karbon memiliki 2 buah
elekton pada kulit terdalam dan 4 elektron valensi pada kulit terluar. Suatu
atom pada umumnya stabil jika kulit terluarnya terisi penuh elektron,
untuk mencapai kulit terluar yang penuh atau membentuk konfigurasi
oktet, atom karbon membentuk 4 ikatan kovalen dengan atom-atom lain.
Atom karbon dapat membentuk 4 ikatan kovalen dengan atom
unsur logam maupun nonlogam. Unsur-unsur yang paling banyak
ditemukan membentuk ikatan kovalen dengan atom karbon adalah
hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N) dan unsur-unsur halogen (F, Cl,
Br dan I).
2) Atom karbon dapat membentuk rantai karbon
Bagaimana cara karbon dapat membentuk banyak persenyawaan?
Ini bisa dijelaskan dengan keistimewaan atom karbon yakni kemampuan
53 Sunardi. Kimia Billingual untuk SMA kelas X Semester 1 dan 2. KTSP (Yrama whidya:
Bandung. 2007). hlm.222
44
atom karbon untuk membentuk rantai karbon. Atom karbon dengan 4
elektron valensi dapat membentuk ikatan atom karbon dan membentuk
rantai karbon dijelaskan sebagai berikut.
• Ikatan karbon dapat membentuk ikatan tunggal, rangkap dua atau
rangkap tiga. Dan jika dilihat dari kejenuhannya ikatan karbon
yang membentuk ikatan tunggal itu artinya ikatan itu bersifat jenuh
sedang ikatan rangkap maupun rangkap tiga bersifat tidak jenuh.54
CH3 - CH3 CH2 = CH2 CH ≡ CH tunggal rangkap dua rangkap tiga jenuh tidak jenuh tidak jenuh
• Rantai atom karbon yang terbentuk dapat berupa rantai terbuka
dan rantai tertutup/lingkar (siklik) contoh.
- rantai lurus (tebuka) : CH3 – CH2 – CH2 – CH3
- rantai bercabang (terbuka) : CH3 – CH – CH3 |
CH3
- Rantai terturtup (tertutup) : CH2 – CH2 | | CH2 – CH2
3) Ukuran atom karbon relatif kecil
Berdasarkan konfigurasi elektronnya, atom karbon hanya
mempunyai dua kulit yakni K dan L, sehingga ukuran jari-jari atom
karbon relatif kecil. Oleh karena itu, pada saat atom karbon berikatan
dengan atom unsur lain atau dengan sesama atom karbon pasangan
elektronnya akan lebih kuat ke inti. Akibatnya ikatan kovalen yang di
bentuk karbon cukup kuat.55
d. Jenis Atom Karbon Dalam Senyawanya
Berdasarkan jumlah atom yang diikatnya, atom karbon dengan
empat elektron valensi atau emapat ikatan kovalen tunggal dibedakan atas
54 Sunardi. Kimia Billingual untuk SMA kelas X Semester 1 dan 2. KTSP (Yrama whidya:
Bandung. 2007) hlm.226 55 Michael Purba. Kimia untuk SMA Kelas X. KTSP 2006. (Erlangga: Jakarta. 2006)
hlm.199
45
atom karbon primer (1o), Sekunder (2o), tersier (3o) dan kuarterner (4o).
Dimana :56
• Atom C primer (1o) : atom karbon yang mengikat 1 atom C yang
lainnya. primer
| | contoh : – C – C – | |
• Atom C sekunder (2o) : atom karbon yang mengikat 2 atom C yang
lainnya. sekunder
| | | Contoh : – C – C – C – | | |
• Atom C tersier (3o) : atom karbon yang mengikat 3 atom C yang
lainnya. tersier
| | | Contoh : – C – C – C – | | |
– C – |
• Atom C kuarterner (4o) : atom karbon yang mengikat 4 atom C yang
lainnya.
| – C – tersier
| | | Contoh : – C – C – C – | | |
– C – |
Senyawa karbon atau konsep hidrokarbon selama ini diajarakan
melalui penyampaian yang umumnya hafalan terhadap kumpulan fakta.
Siswa melihat konsep ini tidak lebih dari kumpulan berbagai senyawa
kimia, gugus fungsional dan reaksi-reaksi kimia yang seakan tiada
batasnya. Dengan demikian materi yang cukup luas tersebut menjadi
56 Omay Sumarna Dkk. Kimia untuk SMA/MA Kelas X. (Bogor: CV Regina, 2006). hlm
155
46
beban belajar bagi siswa, itu sebabnya pemahaman dan penguasan siswa
terhadap konsep ini masih rendah. Kondisi belajar yang berkesan dan
bermakna sangat diperlukan bagi siswa di dalam kelas yang menjadikan
siswa memahami dan menguasai konsep hidrokarbon tersebut dengan
baik.
Penerapan model active learning dengan strategi group resume
dalam penelitian ini memberikan keuntungan bagi siswa sebagai cara yang
baik untuk membantu mereka memahami dan menguasai pelajaran penuh
makna dengan kreatif dan aktif tentang konsep-konsep kimia. Hal lain
keuntungan penerapan model active learning selain memberikan
keuntungan bagi siswa, juga membantu guru dalam menerapkan
pembelajaran yang bebasis student centered sesuai kurikulum yang saat ini
tengah diterapkan di dunia pendidikan kita yakni KTSP. Hal ini juga
memberikan tangung jawab penuh pada siswa untuk belajar mandiri
disamping bimbingan dari guru sebagai fasilitator.
B. Kerangka Pikir
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antar individu dan individu dengan
lingkungannya. Belajar dalam kimia dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
yang bersifat eksperimen guna mengungkap rahasia alam. Kunci pokok
untuk memperoleh ukuran dan hasil belajar siswa sebagaimana yang
terurai adalah mengetahui garis-garis indikator dikaitkan dengan jenis
prestasi atau hasil belajar yang hendak diungkapkan atau diukur.
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran
kimia, guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang efektif,
susana belajar yang efektif dapat ditunjukan kesenangan siswa pada proses
pembelajaran dan hasil belajar yang optimal.
47
Dalam pembelajaran kimia, salah satu hal yang harus diperhatikan
oleh guru dalam mengajarkan suatu konsep adalah pemilihan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, karena melihat
kondisi siswa yang mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya dalam menerima materi pelajaran yang disajikan guru
di kelas, ada siswa yang mempunyai daya serap cepat dan ada pula siswa
yang mempunyai daya tanggap yang lama. Walau demikian harus kita
pahami dan siswa juga pahami bahwa semua siswa memiliki kesatuan
bakat dan kemampuan yang sama.
Perlu digunakan model pembelajaran active learning dengan
strategi group resume, yaitu membagi siswa dalam beberapa kelompok
yang terdiri dari 3-6 orang siswa dan setiap kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang beragam, ada yang pintar, sedang, dan ada pula yang
tingkat kemampuannya kurang. Kemudian setiap anggota kelompok
diberikan tanggung jawab untuk memahami topik dengan meresum
(membaca, berdiskusi, menyampaikan). Serta memecahkan masalah atau
soal dalam kelompoknya dan diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat
tanpa merasa takut salah.
Oleh karena itu tidak tampak lagi mana siswa yang unggul, karena
semuanya berbaur dalam satu kelompok dan sama-sama bertanggung
jawab terhadap kelompoknya. Khususnya pada konsep senyawa karbon,
guru perlu menerapkan model pembelajaran active learning dengan
strategi group resume dalam proses pembelajarannya, karena daya serap
siswa dalam menerima konsep senyawa karbon tidak sama, maka
diharapkan dengan model pembelajaran active learning setiap siswa akan
mempunyai tingkat kemampuan yang relatif sama terhadap materi
senyawa karbon dan pada akhirnya prestasi belajar siswa akan lebih baik.
Jadi dengan demikian penerapan model active learning dengan
strategi group resume, memang sengaja dirancang dengan tujuan
meningkatkan hasil belajar dan prestasi siswa dalam pelajaran kimia.
48
Proses Pembelajaran
Hasil Belajar
Faktor internal - intelegensi - sikap - minat - bakat
Faktor external - guru - teman - lingkungan
Model Pembelajaran aktif
atau ACTIVE LEARNING
Strategi Group Resume (Resume Kelompok)
Gambar 2.4 Kerangka pikir
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis penelitian dapat
ditulis sebagai berikut:
Terdapat pengaruh penerapan model active learning dengan
strategi group resume terhadap hasil belajar kimia siswa. Hipotesis
dirumuskan oleh dua variabel yakni variabel bebas (X) Model Active
Learning dengan strategi Group Resume dan variabel terikat (Y) Hasil
Belajar Kimia Siswa. Maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho : Tidak ada pengaruh penerapan model active learning dengan
strategi group resume terhadap skor rata-rata hasil belajar
kimia siswa
Ha : Ada pengaruh penerapan model active learning dengan strategi
group resume terhadap skor rata-rata hasil belajar kimia siswa.
Pembuka Tim/kelompok,
Apersepsi, Games
inti Baca, Diskusi,
resume,ajarkan, Hargai.
Penutup Penghargaan, kesimpulan
Berbagai Media,
Bahan Ajar
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan maret - april
disemester genap tahun ajaran 2009 - 2010. dan tempat yang dipilih
sebagai lapangan Penelitian adalah SMA Muhammadiyah 8 Ciputat
Tangerang Selatan, Banten.
B. Metode dan Desains Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Quasi
Eksperimen (eksperimen semu), ciri penelitian ekperimen semu secara
khas mengenai keadaan praktis, yakni tidak mungkin untuk
mengontrol semua variabel yang relevan kecuali beberapa dari pariabel
tersebut.1
Metode Quasi Eksperimen yang dimaksud adalah metode yang
mendekati percobaan sungguhan, dimana dalam penelitian ini
pengujian hipotesis berbentuk hubungan sebab-akibat melalui suatu
perlakuan yakni menerapkan model active learning dengan strategi
group resume dan menguji perubahan hasil belajar kimia yang
diakibatkan oleh perlakuan tersebut.
2. Desains Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah The static
group comparison design2, yaitu penelitian eksperimen dimana
sejumlah subjek diambil dari populasi yang dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen dilakukan perlakuan dalam waktu tertentu, lalu
kedua kelompok tersebut dikenai pengukuran yang sama yakni tes
1 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 92
2 Ibid., hlm. 117
49
50
kasil belajar (postest). Perbedaan yang ada dianggap bersumber pada
perlakuan.
Adapun rancangan penelitiannya sebagai berikut:
Kelompok Treatment Postest E X T
C - T Tabel 3.1 Desains Penelitian
Keterangan:
E : Kelompok kelas eksperimen (kelompok yang menerapakan
model Active Learning)
C : Kelompok kontrol (kelompok yang tidak menerapakan model
Active Learning)
T : Postest (tes akhir yang sama pada kedua kelompok )
X : Perlakuan (penerapan model active learning dengan strategi
group resume)
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Adalah semua anggota kelompok individu yang tinggal
bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target
simpulan dari akhir penelitian.3 Populasi dapat dibedakan sebagai
berikut :
a. Populasi target adalah seluruh siswa SMA Muhammadiyah 8
Ciputat, semester II (genap) tahun pelajaran 2009-2010.
b. Populasi terjangkau adalah siswa kelas X SMA Muhammadiyah 8
Ciputat semester II (genap) tahun pelajaran 2009-2010.
Dapat dilihat dari tabel berikut :
Kelas X-A X-B jumlah siswa 23 Orang 22 Orang
Tabel. 3.2 Populasi kelas X SMA Muhammadiyah 8 Ciputat.
3 Sukardi, Metodologi Penelitian pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2008) Cet.ke-V
hlm. 66
51
2. Sampel
Adalah bagian dari populasi yang dijadikan sebagai sumber
informasi.4 Sampel diambil dari populasi terjangkau yang terdiri dari
kelas. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
purposive sampling,5 yaitu penentuan kelas didasarkan atas
pertimbangan peneliti dan guru yakni dilihat dari kondisi kelas dan
kondisi siswa yang memang dalam kegiatan belajar siswa terlihat
masih pasif dan tidak saling membantu dalam proses belajar. Adapun
kelas yang dijadikan sampel adalah kelas XA yang berjumlah 23 orang
siswa dan kelas XB yang berjumlah 22 orang siswa.
D. Alur Penelitian.
1. Faktor yang diteliti
Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang di
lihat dari aspek kognitif, hasil kognitif siswa diukur dengan tes objektif
(pilihan ganda).
2. Prosedur penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari tahap persiapan, tahap uji coba dan
tahap pelaksanaan penelitian.
a. Tahap Persiapan
1). Observasi mengenai materi yang mendukung penelitian
2). Membuat kisi-kisi instrumen penelitian berdasarkan indikator
ranah afektif dan kognitif
3) Menyusun instrumen proses dan hasil belajar.
b. Tahap Uji Coba
1) Instrumen diuji coba untuk menentukan validitas dan
reliabilitanya
2). Menganalisis serta memberi skor hasil tes uji coba, untuk
menentukan instrumen yang akan digunakan dalam peneliti
4 Ibid., hlm. 66 5 Ibid., hlm. 64
52
c. Tahap pelaksanaan penelitian
Penelitian dilakukan dengan penerapan model pembelajaran active
learning dengan strategi group resume pada kelas eksperimen.
d. Pengolahan dan analisis data.
Pengolahan dan analisis data dilakukan untuk memperoleh hasil
berlajar siswa setelah dilakukan pengambilan data, dan hasil
analisis dijadikan acuan untuk mengambil kesimpulan dalam
penelitian.
E. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan dua variabel, yakni :
1. Variabel bebas (X) adalah model active learning dengan strategi
group resume, dan
2. Variabel terikat (Y) adalah hasil belajar kimia siswa
F. Teknik Pegumpulan Data
1. Suber data
Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas X SMA
Muhammadiyah 8 Ciputat, guru serta lingkungan yang mendukung
terlaksananya penelitian
2. Jenis data
Data yang diharapkan adalah data kuantitatif, dimana data kuantitatif
diperoleh dari tes hasil belajar pada ranah kognitif sesudah diberi
pembelajaran active learning dengan strategi group resume.
3. Cara pengambilan data
Data yang diambil adalah tes hasil belajar. Adapun pengertian tes
menurut Webster's Collegiate adalah sebagai berikut.6
"test = any series of questios or exercises or orther means of measuring the skill, knowledge, intellegence, capacities of aptitudes or an individual or group"
6 Suharsini Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara.2006).
hlm. 33
53
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan atau bakat baik individu
maupun kelompok. Tes dalam penelitian ini adalah tes prestasi atau
achievment test. Yaitu tes untuk menilai apa yang telah diperoleh
setelah siswa itu diberi suatu pelajaran.7 Dalam penelitian ini tes
digunakan untuk mengukur hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen.
Tes yang digunakan adalah Postest. Postest adalah tes hasil belajar
berupa tes obyektif pilihan ganda sebanyak 20 soal yang diberikan
setelah penerapan model active learning dengan strategi group resume.
Dan juga dapat digambarkan dengan tabel sebagi berikut :
Sumber Data
Jenis Data Teknik Pengumpulan Data
Instrumen Penelitian
Siswa Hasil belajar siswa sesudah dilakukan perlakuan dengan model pembelajaran active learning dengan strategi group resume
Melaksanakan, observasi dan postest
tes objektif. Butir soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban.
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan data
G. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Proses Belajar (observasi)
Instrumen proses belajar yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar observasi yang dibuat oleh peneliti dan disetujui oleh
pembimbing. Metode observasi menurut Suharsisni adalah
pengamatan dan pencatatan sistematis fenomena yang diteliti. Metode
ini penulis gunakan untuk mengamati, mendengarkan, dan mencatat
langsung kegitan pembelajaran. Dimana instrumen proses belajar ini
didasarkan pada fenomena-fenomena aktivitas siswa yang terlihat
disetiap tahapan pelaksanaan model active learning dengan strategi
group resume.
7 Ibid., hlm. 144
54
2. Instrumen Hasil Belajar
Instrumen hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes. Tes yang digunakan adalah tes objektif berupa soal pilihan
berganda pada konsep senyawa karbon. Jumlah butir soal yang
diberikan pada siswa sebanyak 20 butir soal dimana setiap butir soal
dilengkapi dengan lima pilihan jawaban yakni A, B, C, D atau. E
H. Analisis Butir Soal Instrumen
Analisis instrumen merupakan analisis untuk mengetahui, validitas,
reliabilitas, indeks kesukaran dan daya beda soal. Ini bertujuan untuk
mendapat butir soal atau tes yang memiliki karakter yang baik untuk
penelitian.
1. Validitas
Validitas dalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan pungsi ukurnya.8 Artinya, valid tidaknya alat ukur
ditentukan mampu tidaknya alat tersebut mencapai tujuan pengukuran
yang dikehendaki. Dari hasil analisis butir instrumen, sebanyak 30 butir
soal yang diujikan didapat 21 butir soal yang mampu mengukur apa yang
hendak diukur atau bisa dikatakan valid.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah keterpecayan, kestabilan atau konsistensi.9
Yakni sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan konsisten.
Dimana secara empirik tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukan oleh
angka koefisien reliabilitas. Dari hasil analisis butir instrument didapat
simpangan baku sebesar 5.56, korelasiXY sebesar 0.85 dan reliabilitas
tesnya sebesar 0.92 ini menunjukan koefisien reliabilitasnya sangat tinggi.
dengan demikian dapat dikatakan instrument hasil belajar sebanyak 21
butir soal valid adalah reliabel.
8 Ahmad sofyan Dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (jakarta: UIN Syahid. 2006), Cet.1 hlm. 105
9 Ibid., hlm. 105
55
3. Tingkat kesukaran
Indeks kesukaran adalah proporsi atau perbandingan antara siswa
yang menjawab benar dengan keseluruhan siswa yang mengukuti tes.10
indeks kesukaran Rentangnya dari 0.0 – 1.0. Semakin besar indeks
menunjukan semakin mudah butir soal, sebaliknya semakin kecil atau
tidak ada sama sekali siswa yang menjawab benar menunjukan butir soal
sukar. Dari hasil analisis buti soal intrumen tingkat kesukaran instrumen
hasil belajar termasuk dalam kategori mudah dan sedang.
4. Daya beda soal
Daya beda digunakan untuk mengetahui kemempuan butir soal
dalam membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang
pandai.11 Dimana keadaan tersebut mengacu pada distribusi normal. Dari
hasil analisis instrumen dapat dikatakan instrumen hasil belajar memiliki
daya beda yang baik karena mampu membedakan kemampuan kelas atas
dan kelas bawah dengan n = 7.
Analisis instrumen ini dilakukan sebelum diberikan pada
sampel. Soal instrumen tersebut terlebih dahulu diuji cobakan pada siswa
kelas XI SMAN 6 Tangerang Selatan. Uji coba ini tentu saja
dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal instrumen tersebut telah
memenuhi persyaratan seperti di atas. Adapun analisis butir soal instrumen
ini dilakukan dengan cara menggunakan software Anates versi 4.0
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipakai adalah kesamaan dua rata-rata
dan uji statistik yang digunakan adalah uji-t. Namun sebelum analisis
statistik dilakukan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji
homogenitas sebagai syarat dapat dilakukannya analisis data.
10 Ibid., hlm. 103 11 Ibid., hlm.104
56
1. Pengujian Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas Data
Untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi
normal atau tidak. Karena data tunggal, uji normalitas yang
digunakan adalah uji atau rumus kai kuadrat ( chi square ):12
( )Ei
EiOiX2
2 −= ∑
Hipotesis uji normalitas dijelaskan sebagai berikut :
Ho : data berasal dari populasi berdistribusi normal
Ha : data berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
Adapun Kriteria pada uji normalaitas adalah sebagi berikut :
pada taraf signifikansi α = 0.05, jika X2hitung < X2
tabel , maka sampel
berdistribusi normal. dan Maka pada keadaan lain data tidak
berdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Disamping pengujian terhadap normal tidaknya distribusi
data pada sampel, perlu kiranya melakukan pengujian terhadap
kesamaan beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya
variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama.13
Sedang menurut Ruseffendi dalam bukunya, adalah pengujian
sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih.14
Atau dengan kata lain uji homogenitas ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah kedua kelompok siswa (eksperimen dan
control) dalam penelitian ini berasal dari populasi yang homogen
(sama) atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji
homogenitas dua varians atau uji Fisher.15 Dengan rumus sebagai
berikut :
12 Subana. Statistik pendidikan . ( Bandung : Pustaka Setia, 2005 ), hlm 170 13 Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek hlm 289 14 Ruseffendi, Statistik Dasar Untuk Penelitin Pendidikan, (Bandung: IKIP Bandung
press /cv Andira Bandung, 1998) cet. Ke 1 hlm. 294 15 Ibid., hlm. 294
57
,22
21
SSF = 2
/2dim yxSDSana =
Keterangan :
F : Homogenitas 2
1S : varians data pertama/varians data terbesar 22S : varians data kedua/varian data terkecil
Menentukan Ftabel = F(a) (db1,db2)
Adapun kriteria pengujian uji homogenitas adalah :
Jika Fhitung < Ftabel , maka Ho diterima, sehingga varians kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol homogen.
Jika Fhitung > Ftabel , maka Ho ditolak, sehingga varians kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol tidak homogen.
yx
yx
nnS
XXt
11+
−=
2. Analisis Data
Setelah selesai dilaksanakan eksperimen dan telah
dilakukan uji prasyarat diamana data dinyatakan berdistribusi normal
dan homogen. maka tes hasil kognitif (postest) diolah dan dilakukan
pengujian hipotesis. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
penerapan model aktive learning dengan strategi group resume
terhadap hasil belajar kimia. Untuk mengkaji hipotesis, rumus yang
digunakan adalah uji- t atau t-test.
Rumus uji t sebagi berikut : pada tarap signifikansi 1% (α = 0.01).16
, Dimana ( ) ( )
( )211 22
−+
−+−=
nnSnSn
Sx
yyxx
Keterangan :
16 Subana. Statistik pendidikan, hlm 171
58
t = Angka indeks t
Xx = Nilai rata-rata hasil kelompok eksperimen
Xy = Nilai rata-rata hasil kelompok kontrol
nx = Jumlah sampel pada kelompok eksperimen
ny = Jumlah sampel pada kelompok kontrol
S = Standar deviasi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Sebelum menentukan harga thitung maka terlebih dahulu
menentukan jumlah standar deviasi (S) gabungan dari kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dengan rumus sebagai berikut :17
( ) ( )( )2
11 22
−+
−+−=
yx
yyxx
nnSnSn
S
dimana:
S = strandar deviasi gabungan kelompok eksperimen dan kontrol
Sx2 = standar deviasi/varians kelompok eksperimen
Sy2 = standar deviasi/varians kelompok kontrol
nx = jumlah sampel pada kelompok eksperimen
ny = jumlah sampel pada kelompok kontrol
Adapun kriteria penerimaan atau penolakan Ho dengan uji t (t-tes)
adalah sebagai berikut :
a. Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima
b. Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha di tolak
3. Analisis Hasil Lembar Observasi Proses Pembelajaran
Analisis lembar observasi dilakukan setelah seluruh kegiatan
pebelajaran selesai dilaksanakan. Analisis lembar observasi proses
pembelajaran dengan strategi group resume ini dilakukan berdasarkan
fenomena apa saja atau aktivitas siswa apa saja yang terjadi pada
17 Ibid., hlm 171
59
setiap tahapan dalam pelaksanaan strategi group resume yang dicatat
berdasarkan kenyataan dilapangan yang dapat diamati peneliti.
Aktivitas siswa itu dikaitkan dengan kegiatan dan pengalaman belajar
siswa yang memungkinkan dapat mempengaruhi siswa dalam
mengkonstruk pengetahuan dan pemahamannya tentang materi yang
sedang dipelajari, aktivitas siswa juga dihubungkan dengan bagaimana
aktivitas siswa itu mampu mempengaruhi hasil belajar.
J. Hipotesis Statistik
Pasangan hipotesis yang akan di uji pada penelitian ini adalah:
Ho : µ1 ≤ µ2, maka Ho ditrima dan Ha ditolak
Ha : µ1 > µ2, maka Ha diterima dan Ho ditolak
Keterangan:
Ho : Tidak ada pengaruh model active learning dengan strategi
group resume terhadap hasil belajar kimia siswa
Ha : Terdapat pengaruh model active learning dengan strategi
group resume terhadap hasil belajar kimia siswa
µ1 : Rata-rata skor postest yang menerapkan model pembelajaran
active learning dengan strategi group resume
µ2 : Rata-rata skor postest yang tidak menerapkan pembelajaran
active learning dengan strategi group resume
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan
di SMA Muhammadyah 8 Ciputat, yang dilaksanakan pada bulan april -
maret 2010. Sampel diambil dari kelas X-A sebanyak 23 orang siswa dan
kelas X-B sebanyak 22 orang siswa, hasil belajar siswa berupa aspek kognitif
dijaring dengan menggunakan instrument tes berupa pilihan ganda sebanyak
20 soal yang diberikan sesudah pembelajaran (postest).
Dalam penelitian ini pengambilan data dilakukan setelah pembelajaran
selesai (postest), sedangkan data sebelum pembelajaran dilaksanakan (pretest)
tidak diambil. Hal ini karena kelas eksperimen maupun kelas kontrol yang
akan diteliti memiliki karakteristik yang sama sehingga peneliti hanya
mengambil data postest untuk dilakukan uji hipotesis. Data hasil postest dari
kelompok eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada lampiran 11 dan 12.
Adapun data hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Data Hasil Penelitian
a. Deskripsi Data Postest Kelompok Eksperimen
Hasil postest kelas eksperimen yang menerapkan model
pembelajaran active learning dengan strategi group resume pada
konsep senyawa karbon disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1. Pemahaman Konsep Siswa Berdasarkan Postest Kelompok Eksperimen
Deskripsi Nilai Maksimal 95 Minimal 60
Mean 77,39 Median 80 Modus 80
Standar Deviasi 9.99
60
61
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar kimia (Postest) Kelompok Eksperimen
No Kelas
Interval Titik
Tengah Batas
Bawah Batas Atas
Frekuensi
Absolut Relatif 1 60-65 62,5 59,5 65,5 5 22% 2 66-71 68,5 65,5 71,5 2 8,7% 3 72-77 74,5 71,5 77,5 3 13% 4 78-83 80,5 77,5 83,5 7 30,3% 5 84-89 86,5 83,5 89,5 2 8,7% 6 90-95 92,5 89,5 95,5 4 17,3%
Jumlah 23 100%
Jika diinterpretasikan, maka nilai yang berada pada interval
kelas 78 sampai 83 merupakan nilai yang paling banyak diperoleh oleh
siswa dengan presentasi sebanyak 30.3%, dengan rata-rata (Mean)
yang diperoleh siswa sebesar 77,39. Dengan demikian nilai yang
berada di interval kelas 4, 5 dan 6 termasuk nilai ditas rata-rata.
Hasil belajar kimia siswa kelas group resume (kelompok
eksperimen) pada konsep senyawa karbon juga dapat ditunjukan
dengan grafik histogram sebagai berikut :
0
1
2
3
4
5
6
7
Gambar 4.1. Grafik Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen
Frekue
nsi
Interval kelas
Histogram hasil belajar kimia siswa
60‐65
66‐71
72‐77
78‐83
84‐89
90‐95
62
Keterangan :
Berdasarkan grafik histogram pada gambar 4.1, terlihat
sebanyak 26% sampel mendapat skor 84–95 sedangkan yang
mendapat skor 72–83 sebanyak 43.3% dan skor yang paling sedikit
sebanyak 8,7% pada skor antara 66–71 dan 84–89.
b. Deskripsi Data Postest Kelompok Kontrol
Hasil postest kelas kontrol yang menerapkan metode ceramah
dan tanya jawab pada konsep senyawa karbon disajikan dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel. 4.3. Pemahaman Konsep Siswa Berdasarkan Postest Kelompok Kontrol
Deskripsi Nilai Maksimal 80 Minimal 40
Mean 59,55 Median 60 Modus 60
Standar Deviasi 11,27
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar kimia (Postest) Kelompok Kontrol
no Kelas
Interval Titik
Tengah Batas
Bawah Batas Atas
Frekuensi
Absolut Relatif 1 40-46 43 39,5 46,5 3 13,6% 2 47-53 50 46,5 53,5 4 18,2% 3 54-60 57 53,5 60,5 7 31,8% 4 61-67 64 60,5 67,5 2 9,1% 5 68-74 71 67,5 74,5 2 9,1% 6 75-81 78 74,5 81,5 4 18,2%
Jumlah 22 100%
63
Jika diinterpretasikan, maka nilai yang berada pada interval
kelas 54 sampai 60 merupakan nilai yang paling banyak diperoleh oleh
siswa sebayak 31.8% dengan rata-rata (Mean) yang diperoleh siswa
yaitu sebesar 59,55. Dengan demikian nilai-nilai yang berada di
interval kelas 3, 4, 5 dan 6 termasuk nilai di atas rata-rata.
Hasil belajar kimia siswa kelas ceramah (kelompok kontrol)
pada konsep senyawa karbon juga dapat ditunjukan dengan grafik
histogram sebagai berikut :
0
1
2
3
4
5
6
7
frekue
nsi
Interval Kelas
Histogram Hasil Belajar Kimia Siswa
40‐46
47‐53
54‐60
61‐67
68‐74
75‐81
Gambar 4.2. Grafik Distribusi Frekuensi Kelas control
Keterangan :
Berdasarkan grafik histogram pada gambar 4.2, terlihat
sebanyak 27.3% sampel mendapat skor 68 – 81 sedangkan yang
mendapat skor 54–67 sebanyak 40.9% dan skor yang paling sedikit
sebanyak 9,1% pada skor antara 61–67 dan 68–74.
64
c. Perbandingan Rata-rata Kelompok Eksperimen Dan Kelompok
Kontrol
Perbandingan hasil belajar siswa diambil dari rata-rata
kelompok eksperimen dan kelompok control seperti pada tabel 4.5
dibawah ini :
Tabel 4.5 Deskripsi perbandingan data kelompok eksperimen dan kelompok konrol
No. Data Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol 1 Jumlah siswa (N) 23 22 2 Rata-rata (mean) 77.39 59.55 3 Standar Deviasi 9.99 11.27
Tabel 4.5 di atas menunjukan bahwa ada perbandingan hasil
belajar siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Perbandingan pemahaman siswa terhadap konsep pada masing-masing
kelompok atau kelas digambarkan dengan grafik histogram berikut :
77.39
59.55
0102030
405060
708090
Eksperimen Kontrol
Rata‐rata (m
ean)
Kelas
Postest
Gambar 4.3 Perbandingan Data Mean Postest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
2. Pengujian Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah
sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
65
hasil belajar dilakukan dengan uji Chi-square atau chi kuadrat (χ2)
dengan kriteria χ2hitung < χ2
tabel dan pada taraf signifikansi 0.01.
Berdasarkan perhitungan uji normalitas postest pada kelas
eksperimen, di peroleh χ2hitung postest sebesar 8.09 dengan jumlah
sampel sebanyak 23 siswa dan pada taraf signifikansi 0.01, maka
diperoleh χ2tabel sebesar 11.34. dari data tersebut dapat diketahui
bahwa χ2hitung < χ2
tabel maka Hipotesis nol (Ho) diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data sampel kelas eksperimen
berdistribusi normal.
Sedangkan dari perhitungan uji normalitas postest pada kelas
kontrol, di peroleh χ2hitung postest sebesar 10.00 dengan jumlah sampel
sebanyak 22 siswa dan pada taraf signifikansi 0.01, maka diperoleh
χ2tabel sebesar 11.34. dari data tersebut dapat diketahui bahwa χ2
hitung <
χ2tabel maka Hipotesis nol (Ho) diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data sampel kelas kontrol berdistribusi normal.
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas dengan hji Chi-square1
Kelompok Jumlah Sampel χ2 Hitung χ2
Tabel Kesimpulan Eksperimen 23 8.09 11,34 Ho diterima
Kontrol 22 10.00 11,34 Ho diterima
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas (kesamaan varian) dilakukan dengan uji
Fisher. dimana uji fisher ini menghitung varian data terbesar dibagi
varian data terkecil. dengan kriteria Fhitung < Ftabel pada tarap
signifikansi 0.05. dari hasil perhitungan uji homogenitas untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol diperoleh Fhitung sebesar 1.28 dan Ftabel
sebesar 2.38. dari data tersebut, dapat dilihat bahwa Fhitung < Ftabel,
maka hipotesis nol (Ho) diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kedua sampel bersifat homogen.
1 Lampiran uji normalitas dan homogenitas hlm 125 - 129
66
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Dengan Uji Fisher2
Kelompok Jumlah Sampel F Hitung F Tabel kesimpulan Eksperimen 23 1,28 2,38 Ho diterima Kontrol 22
3. Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan uji prasyarat analisis (normalitas dan
homogenitas), diketahui bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan
bersifat homogen. Karena kedua kelompok normal dan homogen, maka
hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan uji “t” atau t-tes. Uji t
dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan model active learning
dengan strategi group resume terhadap hasil belajar kimia siswa pada
konsep senyawa karbon dengan perbandingan nilai postest antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Dari hasil perhitungan, diperoleh thitung Untuk membandingkan
nilai postest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebesar
3.171. sedangkan ttabel untuk dk = 43 pada taraf signifikansi 0,05 adalah
sebesar 2.021. thitung yang diperoleh berada pada daerah penolakan Ho.
Maka hipotesis nol ditolak. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan nilai postest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis Dengan Uji “t”
α Nilai thitung ttabel Kesimpulan 0.05 Postest 3.171 2.021 Ho ditolak/Ha diteima
B. Pembahasan
Skor rata-rata hasil belajar kimia kelas eksperimen lebih besar
dibandingkan skor rata-rata siswa kelas kontrol. ini dibuktikan dengan data-
data yang menujukan adanya perbedaan skor hasil belajar kimia yang
diperoleh dari kedua kelompok tersebut. Data-data tersebut adalah pada
kelompok eksperimen dari jumlah siswa 23 dengan nilai rata-rata kelas adalah
sebesar 77,39 sedangkan pada kelompok kontrol dari jumlah siswa 22 nilai
2 Lampiran uji normalitas dan homogenitas hlm 125 -129
67
rata-rata kelasnya adalah 59.55. berdasarkan data tersebut, menunjukan bahwa
hasil belajar kimia siswa kelompok eksperimen lebih baik atau lebih tingi
dibandingkan dengan hasil belajar kimia siswa kelompok kontrol. Dan pada
uji hipotesis dengan menggunakan uji t, didapat thitung sebesar 3.171 dan ttabel
sebesar 2.021. dengan demikian thitung > ttabel, (3,171 > 2.021). berdasarkan
perhitungan analisis data melaui uji hipotesis dengan uji t, maka perbedaan
skor hasil belajar kimia siswa dari kedua kelompok tersebut signifikan.
Hasil belajar kimia siswa dari hasil analisis pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol, menunjukan perbedaan yang menunjukan hasil belajar kelas
eksperimen yang menerapakan model aktive learning dengan strategi group
resume lebih baik atau lebih tinggi dibandingkan dengan kelas control yang
mengunakan metode ceramah dan tanya jawab. Hal ini identik dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Imam Mustaqim bahwa : “Siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan strategi group resume memiliki
minat dan prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan metode ceramah”.3 Berdasarkan kenyataan tersebut
dapat disimpulkan bahwa penerapan model active learning dengan strategi
group resume ternyata cukup efektif untuk dimanfaatkan sebagai model
pembelajaran yang berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa khususnya
pada konsep senyawa karbon.
Hasil belajar lebih tinggi atau lebih baik yang di dapat kelompok
eksperimen tentu tidak begitu saja didapat akan tetapi ada usaha yang
disengaja untuk lebih mengaktifkan siswa dalam belajar. Dengan tujuan agar
siswa menguasi apa yang dipelajari dan mampu berprestasi. Sejalan dengan
yang sampaikan Djuairiyah bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai
oleh seseorang setelah melakukan suatu pekerjaan / aktivitas tertentu.4
3 Imam Mustakim,. Pengaruh Penerapan Strategi Group Resume Pada Sub Bab Sistem
Peredaran Darah Pada Manusia Terhadap Minat Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII MTsN Prambanan Sleman Yogyakarta. (Skripsi. UIN Sunan Kalijaga Yog : 2009)
4 Siti djuariyah. Makalah : Penerapan metode belajar aktif Sebagai upaya membantu meningkatkan Prestasi belajar pada siswa kelas . ( Jardiknas : Probolinggo, 2007). Hlm 6.
68
Pada kelas eksperimen dalam kegiatan belajarnya diterapkan model
pembelajaran aktif (active learning) dengan strategi resume kelompok (group
resume). Model pembelajaran seperti ini merupakan model pembelajaran yang
berpusat pada siswa atau strudent centered yang mengutamakan keaktifan dan
kreatifitas siswa untuk memahami konsep dalam pembelajarannya, ini sejalan
dengan yang diungkapkan Dina Gasong bahwa kreatifitas dan keaktifan siswa
akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif
siswa5.
Dalam pengamatan peneliti berdasarkan lembar observasi proses
belajar,6 dalam kelas group resume pada kegiatan awal pembelajaran,
keaktifan siswa jelas terlihat. Keaktifan siswa itu ditunjukan dengan siwa
merespon perangkat pembelajaran yang disiapkan guru dikelas. Perangkat
pembelajaran dalam group resume seperti spidol dan karton memang
disiapkan sebagai stimulus awal untuk melihat respon siswa terhadap kegiatan
pembelajaran. respon siswa ditunjukan dengan mengajukan beberapa
pertanyaan mengenai kegiatan pembelajaran apa yang akan dilakukan. contoh
pertanyaannya seperti : “Pak itu karton buat apa? Atau Pak kita mau belajar
apa?. Hal ini didukung dengan pernyataan Thorndike. Menurut Thorndike,
belajar adalah proses interaksi antara stimulus yang mungkin berupa pikiran,
perasaan atau gerakan dan respon yang juga bisa berupa pikiran, perasaan atau
gerakan).7 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa respon siswa terhadap
stimulus berupa karton dan spidol yang disiapkan guru dalam pembelajaran
group resume menunjukan kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran
dikelas
Selanjutnya pada tahap pengondisian kelas, Keaktifan siswa dilihat
dalam hal : antusias siswa dalam membentuk kelompok belajar di kelas yang
disarankan oleh guru. antusias siswa telihat dari hampir keseluruhan siswa
5 Dina Gasong, Model Pembelajaran Konstruktivistik Sebagai Alternative Mengatasi
Masalah Pembelajaran. Artikel. www.google.com 6 Lampiran lembar observasi Proses belajar, hlm. 119 7 Hayatuddin Fataruba, Pengkondisian Belajar (Conditioning Learning) Dalam Rangka
Memperkuat Motivasi Anak Pada Proses Pembelajaran. (Artikel, Sula Paedagog Community : 2010). Hlm 3
69
didalam kelas berdiri, gaduh, dan berisik, untuk mencari teman kelompoknya.
ini karena pembentukan kelompok atau tim dibangun dengan cara
menyenangkan. Sikap siswa yang demikian sesuai dengan yang dikatakan
Silberman bahwa belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemanagat dan
penuh gairah, siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka,
bergerak leluasa dan berfikir keras ( moving about dan thingking aloud).8 Ini
artinya siswa sudah masuk dalam kegiatan belajar, dengan demikian antusias
siswa berupa gerakan atau tingkah laku siswa dalam membentuk kelompok
belajar merupakan ketertarikan dan partisifasi siswa terhadap pelaksanaan
strategi group resume yang diberikan guru dalam kegiatan pembelajaran di
kelas.
Pada tahap melakukan apersepsi atau prediksi oleh guru, keaktifan
siswa dapat dilihat dari : sebagian besar siswa membaca bahan bacaan yang
mereka miliki mengenai konsep yang dipelajari, selain itu beberapa siswa
mulai berdiskusi dengan satu atau dua orang teman di kelompoknya
mengenai prediksi yang diajukan oleh guru. Sesuai dengan yang di ungkap
oleh James Eison mengenai aktifitas dalam Active Learning. sebagai berikut 9
“Engage students in thinking critically or creatively about course content,
speaking with a partner, talking in a small group, sharing one's ideas with the
entire class” bahwa siswa dilibatkan berfikir kritis atau kreatif tentang konsep
yang dipelajari, berbicara dengan pasangan, berbicara dalam kelompok kecil,
berbagi ide dengan seseorang dan seluruh kelas. Dengan demikian pemberian
apersepsi atau prediksi mampu mengaktifkan siswa dilihat dari siswa
membaca bahan bacaan dan mulai bekomunikasi dengan temannya.
Pada tahap kegiatan inti atau aktifitas pembelajara siswa, aktifitas
siswa terlihat jelas karena memang pada kegiatan ini guru hanya sebagai
fasilitator atau hanya sebatas mengarahkan. Aktivitas siswa terlihat dalam hal
: membaca dan mencermati beberapa bahan bacaan (buku paket, LKS,
8 Silberman. Active Learning : 101 Cara Belajar Siswa Aktif. (Bandung : Nusamedia.
2006) Cet. III, hlm. 9 9 James Eison. Active Learning. (Teaching and Learning Horizon, Universitas Kristen
Maranatha : vol. 1 No. 1. Agustus 2008). Hlm. 1
70
artikel) yang disediakan oleh guru dan beberapa yang mereka siapkan sendiri
mengenai konsep yang dipelajari dan yang harus mereka pahami mengenai
senyawa karbon, hal itu sejalan dengan yang di sampaikan Yulaelawati bahwa
adanya bahan ajar dapat memacu terjadinya belajar aktif, atau dikenal dengan
cara belajar siswa aktif, dalam cara belajar ini, siswa belajar secara aktif
memutuskan apa yang akan dipelajari dan cara mempelajarinya.10 Selain itu
siswa aktif berdiskusi atau bertanya antar teman kelompok, berdiskusi atau
bertanya antara siswa dan guru, bekerja berama dalam meresum, menuliskan
atau menyajikan hasil resum dan mengkaji ulang hasil resum yang mereka
buat. Aktifitas siswa yang demikian merupakan aktifitas yang diinginkan
dalam kegitan belajar dengan strategi group resume. karena pada proses inilah
siswa mampu mengkonstruk dan membangun pengalaman belajarnya sendiri
yang memungkinkan mereka menguasai materi yang sedang dipelajari
Dalam diskusi yang lebih besar atau diskusi kelas siswa per
kelompok terlihat aktif atau berantusias dalam mempresentasikan atau
mengajarkan apa yang telah meraka pahami pada teman sekelasnya dan
keaktifan siswa pun terlihat dari beberapa pertanyaan yang diajukan siswa
pada kelompok presenter tentang hasil resume yang belum mereka pahami.
Dalam proses ini pun siswa terlihat tidak malu atau ragu dalam
menyampaikan pendapat atau idenya mengenai hasil resum kelompoknya,
bahkan siswa tidak merasa takut untuk mengkritik atau memberi masukan
tentang kelengkapan isi dari resume kelompok presenter. Ini juga dikuatkan
oleh James Eison bahwa pembelajaran aktif itu terlihat dari kegiatan siswa
seperti:11 Mengekspresikan ide-ide seseorang melalui tulisan, menghargai
pengalaman pribadi seseorang, sikap dan nilai-nilai, memberi dan/atau
menerima umpan balik, serta belajar merenungkan pengalaman sendiri dan
orang lain. Dari proses pembelajaran inilah siswa akan tertantang
kreatifitasnya selain itu proses pembelajaran ini menurut Yekti Lestari
10 Hadir Yakub & Sunyono, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Mata Kuliah Ikatan
Kimia Melalui Penerapan Metode Belajar Mahasiswa Aktif Dan Konsistensi Pelaksanaan Evaluasi. Penelitian ( FKIP Universitas lampung:2005) hlm. 4
11 Eison. Active Learning. hlm 1
71
akan memupuk sikap gotong royong, toleransi, demokrasi, dan memupuk
keterampilan mengadakan interaksi sosial. Lebih dari itu kegiatan ini akan
menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa sehingga siswa akan lebih
senang dalam belajar.12
Fenomena-fenomena dalam kelas eksperimen jarang sekali
ditemukan pada proses pembelajaran pada kelas kontrol yang menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab. Dalam kelas kontrol siswa terlihat pasif
dengan mendengarkan penjelasan materi oleh guru walaupun sesekali
beberapa siswa ada yang bertanya mengenai materi yang belum dipahami.
Bahkan beberapa siswa di barisan belakang terlihat mengobrol dengan teman
sebangkunya atau bahkan ada yang mengambar dalam buku tulis.
Fenomena yang terjadi dikelas kontrol dikarenan kejenuhan siswa
terhadap metode pembelajaran yang monoton yang dilakukan guru dalam
mengajar. dimana guru mendominasi kelas dengan pengajaran tradisional
dengan mengandalkan buku paket hal ini sejalan dengan apa yan dikatakan
Suk Kim seperti berikut bahwa guru dalam pembelaran tradisional
mendominasi kelas dengan penggunaan lebih dari buku teks.13 Dengan
demikian siswa menjadi pasif dalam belajar, sehingga siswa tidak terpacu dan
bahkan tidak memiliki kesempatan untuk menggali serta mengembangkan
keterampilan berpikir yang dimilikinya, selain itu siswa kurang inisiatif, siswa
juga tidak mempunyai keberanian dan sulit untuk mengemukakan ide dan
pertanyaan. Disamping itu perhatian siswa terhadap pembelajaran pun sangat
kurang.
Bedasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model
active learning dengan strategi group resume mempengaruhi hasil belajar
kimia siswa pada konsep senyawa karbon. Hal ini juga menguatkan apa yang
12 Yekti Lestari. Upaya Peningkatan Kreatifitas Siswa Dalam Pelajaran Matematika Melalui Strategi Group Resume, Skripsi PTK. (Unipersitas Mukammadiyah Surakarta : 2008). hlm 5.
13 Jong Suk kim. The Effects of a Constructivist Teaching Approach on Student Academic Achievement, Self-concept, and Learning Strategies. (Chungnam National University Korea : 2005) , journal Asia Pacific Education Review Copyright 2005 by Education Research Institute Vol. 6, No. 1, 7-19. hlm 2
72
telah dijelaskan pada Bab I bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantarannya adalah faktor instrumental input atau faktor yang
sengaja dirancang dimana dalam penelitian ini faktor yang dimaksud adalah
penerapan model active learning dengan strategi group resume dalam
kegiatan pembelajarannya.
73
73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian, analisis data dan pengujian
hipotesis yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. maka hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, terdapat perbedaan hasil belajar
siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dimana hasil belajar kimia
siswa kelas eksperimen lebih baik atau lebih tinggi dibandingkan dengan
hasil belajar kimia kelas kontrol. Ini dibuktikan dengan nilai rata-rata kelas
Eksperimen adalah 77,39 sedangkan kelas kontrol nilai rata-rata kelasnya
adalah 59.55. Hal ini dibuktikan dengan uji statistik menggunakan uji-t
yaitu diperoleh thitung sebesar 3,171 dan nilai ttabel sebesar 2.021 karena
thitung > ttabel, ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat
pengaruh yang signifikan penerapan model active learning dengan strategi
group resume terhadap hasil belajar kimia siswa.
B. Saran
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan simpulan penelitian ini
penulis mengajukan saran yang insyaallah bermanfaat, yang bisa dijadikan
pertimbangan dalam meningkatkan hasil belajar siswa, yakni :
1. kiranya guru dapat berkomunikasi dengan baik dengan siswa dalam
pembelajaran dengan cara menerapakan model, strategi, media, metode
dan pendekatan yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa.
2. kiranya sekolah sebagai intansi pendidikan formal, dapat memfasilitasi
guru dengan perangkat penunjang pembelajaran secara utuh guna
memudahkan penyampaian materi dan siswa mudah dalam menguasai
materi pembelajaran sehingga pencapain tujuan pembeljaran yang
diharapkan dapat tercapai.
73
74
3. Dalam penerapan model active learning dengan strategi group resume,
untuk memaksimalkan hasil belajar hendaknya proses pembelajaran
dilakukan dalam waktu yang relative sedikit lebih lama.
4. Dalam menerapakan active learning dengan strategi group resume
dalam proses pembelajaran, guru hendaknya menghindari materi atau
konsep yang bersifat hitungan, rumus-rumus dan semacamnya.
Lampiran. 21 140
BIODATA PENULIS
ZAENAL ARIFIN, yang lahir disuatu desa di Kabupaten Bogor tepatnya pada
tanggal 23 bulan februari tahun 1987 ini biasa disapa akrab oleh teman-teman dekatnya
dengan panggilan ipin. Terlahir dari keluarga guru sehingga dalam diri penulis mengalir
darah guru, dididik dan dibesarkan oleh cucuran keringat dua orang guru. Oleh karena itu
ketika menginjak ke jenjang pendidikan perguruan tinggi penulis didirong dan terdorong
untuk mengambil jurusan kependidikan atau keguruan, dengan memfokuskan diri di
jurusan kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
Riwayat pendidikan penulis dimulai dari Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Muhammadiyah Curugbitung Nanggung Bogor lulus tahun 1999. Setelah menyelesaikan
sekolah dasar melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mualimien Muhammadiyah
Leuwiliang Bogor lulus tahun 2002. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikannya ke
Madrasah Aliyah (MA) Mualimien Muhammadiyah Leuwiliang Bogor lulus tahun 2005.
Setelah menamatkan jenjang sekolah menengah, penulis melanjutkan pendidikanya ke
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan lulus sarjana starata-1 (S1) bidang pendidikan kimia
pada tanggal 12 Agustus 2010 dengan predikat amat baik.
Ketika penulis menjalani studi di jenjang sekolah menengah, sudah aktif dalam
berbagai kegiatan kesiswaan dan organisasi kesiswaan. Selain itu penulis juga aktif
dalam kegiatan kegiatan organisasi pelajar dan keremajaan desa. Pada waktu kuliah
terlibat aktif dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Ciputat. Selain aktif di
organisasi ektra, terlibat aktif juga dalam organisasi intra yaitu UKM FORSA (Unit
Kegiatan Mahasiswa Federasi Olahraga Mahasiswa). Saat ini aktif mengajar Kimia di
SMK Media Informatika Jakarta dan mengajar Penjaskes di SMA Dwi Putra Ciputat.
Saat ini domisili penulis di Pisangan, Ciputat, Tangerang selatan. Telp/Hp
085691445996. E-mail. [email protected].
75
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (Pakem). Artikel. http//www.google.com.
Anonim. 2009, Teori Pembelajaran Konstruktivisme. http://warnadunia.com/teori-
pembelajaran-konstruktivisme. Abrar, Adzka. “Penerapan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar”. Artikel di http//www.google.com. Arifin, Anwar. 2003, Memahami Pradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-
Undang Sisdiknas, Jakarta: Ditjen kelembagaan Agama Islam Depag. Arifin, Mulyati, Dkk. 2000, Strategi Belar Mengajar Kimia, prinsif dan aflikasinya
menuju pembelajaran yang efektif, Bandung : UN Yogyakarta. Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. Burhanudin & Esa N.W, 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz
media. Dewey. Jhon, 2008, Moral Principles in Education, (Release Date: April 25, [EBook
#25172] ) the Project Gutenberg License included with this eBook or online at www.gutenberg.net.
Dimyati dan Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Djuariyah, Siti. 2007. Makalah : Penerapan Metode Belajar Aktif Sebagai Upaya
Membantu Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas . Jardiknas : Probolinggo.
Dooru, Mustafa and Kalende, Sunar, 2007, Applying the Subject “Cell” Through
Constructivist Approach during Science Lessons and the Teacher’s View, International Journal of Environmental & Science Education.
Fataruba, Hayatuddin. 2010. Pengkondisian Belajar (Conditioning Learning) Dalam
Rangka Memperkuat Motivasi Anak Pada Proses Pembelajaran. Artikel, Sula Paedagog Community.
Gasong, Dina Artikel Model Pembelajaran Konstruktivistik Sebagai Alternative Mengatasi Masalah Pembelajaran.. www.google.com.
75
76
Hartono. 2009, Artikel : Strategi Pembelajaran Active Learning; Suatu Strategi Pembelajaran Student Centered”, http://edu.article.com (http://sditalqalam.wordpress.com/trategi-pembelajaran-active-learning/.)
Ismat, Abdal-Haqq. 1998. Constructivism in Teacher Education: Considerations for
Those Who Would Link Practice to Theory Article ERIC Identifier, ERIC Clearinghouse on Teaching and Teacher Education Washington DC.
Jhon Echols dan Hasan Shadily, 2007. Kamus Inggris Indonesia Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Katu, Nggandi, Belajar Paling Efektif Jika Menyenangkan, jurnal :Universitas Pelita
Harapan. kim, Jong Suk. 2005. The Effects of a Constructivist Teaching Approach on Student
Academic Achievement, Self-concept, and Learning Strategies. Chungnam National University Korea , Journal Asia Pacific Education Review. by Education Research Institute Vol. 6, No. 1, 7-19.
Klappa, Peter. 2009, Promoting active learning through ‘pub quizzes’ — a case study at
the University of Kent, www.bioscience.heacademy.ac.uk/journal/vol14/des. Lestari, Yekti, 2008. Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran
Matematika Melalui Strategi Group Resum. SKRIPSI. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
M Alisuf Sabri, 1996, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya. Mulyasa, E. 2007, Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. Mustakim, Imam. 2009. Skripsi: Pengaruh Penerapan Strategi Group Resume Pada
Sub Bab Sistem Peredaran Darah Pada Manusia Terhadap Minat Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII MTSN Prambanan Sleman Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Nana Sudjana, 2001, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja
Rosdakarya. Napitupulu, W.P. 1998, Untuk Apa Belajar?, Jakarta: Universitas Satya Negara
Indonesia. Nasution, S. 1982, Teknologi Pendidikan, Bandung: c.v Jemmars. Panggabean, Yusri. Dkk. 2007, Strategi, Model dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum
2006, Bandung : Bina media Informasi.
77
Purwanto, Ngalim. 2007, Psikologi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Ramdhani, Neila. 2010, Active learning and soft skill, artikel diakses 29 januari di
http://www.google.com. Ruseffendi. 1998. Statistik Dasar Untuk Penelitin Pendidikan, Bandung: CV Andira
Bandung. Saiful dan Aswan . 2006, Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Rineka Cipta. Shintawati, Aristha, 2008. Skipsi : Model Active Learning Dalam Pembelajaran Fiqih
Di Madrasah Aliyah Keagamaan Khusnul Khotimah. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Silberman, Melvin. 2002, Active Learning ; 101 strategi pembelajaran aktif Terj.
Sarjuli dkk . Yogyakarta : Yapendis. Slameto, 1991, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), Jakarta:
Bumi Aksara. Soehendro, Bambang. 2006, Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar
dan Menengan, Jakatra: Badan Standar Nasional pendidikan. Soekisno, R. Bambang Aryan, 2008, "Bentang Penggajen” : Adalah pembelajaran
matematika yang simpel, fun dan efektif untuk membengun skill komonikasi matematika dan nilai moral siswa, www.Google.com.
Soemanto, Wasty, 2006, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan), Jakarta : Rineka Cipta. Sofyan, Ahmad, Dkk. 2006, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah. Sudarmo, Unggul. 2004, Kimia untuk SMA Kelas X, Jakarta: Erlangga. Sudrajat, Akhmad, 2008. Pengertian-Pendekatan-Strategi-Metode-Teknik-Taktik-dan-
Model-Pembelajaran, http://akhmadsudrajat.wordpress.com. Sukardi, 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sumarna, Omay. dkk. Kimia untuk SMA/MA Kelas X, (Bogor: CV Regina, 2006). Sunardi, 2007, Kimia Bilingual : untuk SMA/MA Kelas X Semester 1 dan 2, Bandung :
Yrama Dana. Suryabrata, Sumardi. 2008, Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
78
Syah, Muhibbin, 2001. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syahid. Ahmad, 2002, Komunikasi Pembelajaran, Jurnal Pendidikan & Pembelajaran,
vol. 9, no. 2, Oktober. Taylor. George and MacKenney. Loretta, 2008, Improving Human Learning in the
Classroom: Theories and Teaching Practices, (ROWMAN & LITTLEFIELD EDUCATION Lanham • New York • Toronto • Plymouth, UK,) www.eBook.com.
Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,
Jakarta: Prestasi Pustaka. Yakub, Hadir & Sunyono. 2005. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Mata Kuliah
Ikatan Kimia Melalui Penerapan Metode Belajar Mahasiswa Aktif Dan Konsistensi Pelaksanaan Evaluasi. Penelitian FKIP Universitas lampung.