bab ii kajian pustaka, kerangka berpikir dan hipotesis · kajian pustaka, kerangka berpikir dan...

28
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas (PTK) sudah dikenal lama dalam dunia pendidikan. Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru dan dosen di kelas (sekolah dan perguruan tinggi) tempat ia mengajar yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan kuantitas proses pembelajaran di kelas. Dibawah ini merupakan pengertian penelitian tindakan kelas menurut beberapa ahli, antara lain : 1) Arikunto mengemukakan Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan(Iskandar, 2012:20). Kegiatan pencermatan ini dilakukan oleh guru bersama dengan orang lain atau kolaborator yang bertujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki mutu proses pembelajaran dikelasnya dari hasil refleksi yang dilakukan oleh guru itu sendiri. 2) Menurut Hopkins Penelitian tindakan kelas adalah kajian yang sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dalam melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut (Iskandar, 2012;21). Penelitian tindakan ini dilakukan oleh guru didalam kelasnya melalui

Upload: others

Post on 06-Nov-2019

15 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian Tindakan Kelas

a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas (PTK) sudah dikenal lama dalam dunia

pendidikan. Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action

Research (CAR). Penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari

penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru dan dosen

di kelas (sekolah dan perguruan tinggi) tempat ia mengajar yang

bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan kuantitas proses

pembelajaran di kelas. Dibawah ini merupakan pengertian penelitian

tindakan kelas menurut beberapa ahli, antara lain :

1) Arikunto mengemukakan “Penelitian tindakan kelas

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran

berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi

dalam sebuah kelas secara bersamaan” (Iskandar, 2012:20).

Kegiatan pencermatan ini dilakukan oleh guru bersama dengan

orang lain atau kolaborator yang bertujuan untuk meningkatkan

atau memperbaiki mutu proses pembelajaran dikelasnya dari

hasil refleksi yang dilakukan oleh guru itu sendiri.

2) Menurut Hopkins

Penelitian tindakan kelas adalah kajian yang sistematik dari

upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh

sekelompok guru dalam melakukan tindakan-tindakan dalam

pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari

tindakan-tindakan tersebut (Iskandar, 2012;21). Penelitian

tindakan ini dilakukan oleh guru didalam kelasnya melalui

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

9

refleksi diri tentang bagaimana proses pembelajaran dilakukan.

Apabila terdapat hal yang tidak sesuai maka guru tersebut

melakukan penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk

memperbaiki pelaksanaan pendidikan dan juga untuk

memperbaiki kinerja guru.

3) A. Suhaenah Suparno mendefiniskan penelitian tindakan kelas

adalah suatu cara pengembangan profesionalitas guru dengan

jalan memberdayakan mereka untuk memahami kinerjanya

sendiri dan menyusun rencana untuk melakukan perbaikan

secara terus-menerus (Trianto, 2011;15). Guru sebagai tenaga

pendidik juga harus melakukan refleksi terhadap kinerjanya

sendiri dan dengan itu guru juga wajib melakukan perbaikan

dalam proses pembelajarannya dikelas. Hal ini dilakukan agar

kinerja guru dapat meningkat dengan baik dan dapat

memperbaiki hasil belajar peserta didik itu sendiri.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh pelaku

pendidikan untuk memperbaiki dan juga meningkatkan mutu

pembelajaran di kelas dengan tujuan utama untuk meningkatkan hasil

belajar peserta didik.

b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis penelitian tindakan

kelas memiliki karakteristik yang relatif agak berbeda jika dibandingkan

dengan jenis penelitian yang lain.

1) Adanya masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran

pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini

dikelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Dengan

perkataan lain, guru merasa bahwa ada sesuatu yang perlu

diperbaiki dalam praktik pembelajaran yang dilakukannya

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

10

selama ini dan perbaikan tersebut diprakarsai dari dalam diri

guru sendiri, bukan oleh orang dari luar.

2) Peneliti melalui refleksi diri merupakan ciri PTK yang paling

esensial. Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan

data dari lapangan atau objek atau tempat lain sebagai

responden, maka PTK mempersyaratkan guru mengumpulkan

data dari praktiknya sendiri melalui refleksi diri. Ini berarti,

guru mencoba mengingat kembali apa yang dikerjakannya di

dalam kelas; apa dampak tindakan tersebut bagi siswa, dan

kemudian yang terpenting guru mencoba memikirkan mengapa

dampaknya seperti itu.

3) Penelitian tindakan kelas dilakukan didalam kelas, sehingga

fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupa

perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi.

4) Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki

pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus-

menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena

itu, dalam PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola:

perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi

(perencanaan ulang). Ini tentu berbeda dengan penelitian biasa,

yang biasanya tidak disertai dengan perlakuan yang berupa

siklus. Ciri ini merupakan ciri khas penelitian tindakan, yaitu

adanya tindakan yang berulang-ulang sampai didapat hasil

terbaik.

c. Tujuan Guru Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas

Tujuan utama guru dan peneliti lainnya mengadakan Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) adalah untuk memecahkan permasalahan yang terjadi dalam

proses pembelajaran di kelas. Suhardjono (Iskandar, 2012:33) tujuan

penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan

mutu proses dan hasil pembelajaran, dikelas mencari jawaban atau solusi

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

11

ilmiah mengapa masalah tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan,

meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik dan menumbuhkan budaya

akademik. Secara lebih rinci, tujuan Penelitian Tindakan Kelas sebagai

berikut :

1) Memperbaiki dan meningkatkan mutu isi, masukan, proses,

serta hasil pendidikan dan pembelajaran dikelas, sekolah.

2) Membantu guru, serta tenaga kependidikan lainnya mengatasi

masalah pembelajaran didalam dan luar kelas.

3) Mencari jawaban secara ilmiah (rasional, sistematis, empiris)

mengapa masalah tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan.

4) Meningkatkan sikap profesionalisme sebagai pendidik.

5) Menumbuh kembangkan budaya akademik di lingkungan

sekolah, sehingga tercipta perbaikan dan peningkatan mutu

atau kualitas pembelajaran secara berkelanjutan.

Dengan terlaksananya tujuan Penelitian Tindakan Kelas tersebut, maka

diharapkan dapat menghasilkan perbaikan dan peningkatan mutu proses

dan hasil pembelajaran, sebagai berikut :

1) Perbaikan dan peningkatan mutu isi, masukan, proses, hasil

pembelajaran.

2) Perbaikan dan peningkatan terhadap prestasi belajar peserta

didik di kelas.

3) Perbaikan dan peningkatan terhadap materi, metode dan

penggunaan media pembelajaran dikelas.

d. Jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas

Ada empat jenis penelitian tindakan kelas yaitu (1) PTK diagnostik, (2)

PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein,

Cook, dan Harding 1990) dalam (Iskandar, 2012:27). Untuk lebih jelas

berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK

tersebut.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

12

1) Penelitian Tindakan Kelas Diagnostik; yang dimaksud dengan

PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang dengan

menuntut peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti

mendiagnosis dan memasuki situasi yang terdapat di dalam

latar penelitian. Kemudian menganalisis semua data dan

memberikan rekomendasi tentang penyelesaian perselisihan

tersebut.

2) Penelitian Tindakan Kelas Partisipan; suatu penelitian

dikatakan sebagai partisipan ialah apabila orang yang akan

melaksanakan penilaian harus terlibat langsung dalam proses

penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa

laporan. PTK disini peneliti dituntut keterlibatannya secara

langsung dan terus-menerus sejak awal sampai berakhir

penelitian.

3) Penelitian Tindakan Kelas Empiris; yang dimaksud dengan

PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan

sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang

dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada

prinsipnya proses penelitinya berkenaan dengan penyimpanan

catatan dan pengumpulan pengalaman peneliti dalam pekerjaan

sehari-hari.

4) Penelitian Tindakan Kelas Eksperimental; jenis eksperimental

memiliki nilai potensial terbesar dalam kemajuan pengetahuan

ilmiah, yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah

apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan

berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam

suatu kegiatan belajar –mengajar. Dengan diterapkannya PTK

ini diharapakan peneliti dapat menentukan cara mana yang

paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

13

Dari berbagai jenis penelitian tindakan kelas diatas penelitian yang

dilakukan oleh peneliti termasuk kedalam penelitian tindakan kelas partisipan.

Hal ini dikarenakan dalam penelitian tersebut peneliti dituntut harus terlibat

langsung kedalam proses penelitian sejak awal dari perencanaan, pelaksanaan

tindakan, observasi hingga refleksi serta berakhir pada melaporkan hasil

penelitiannya.

2. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Belajar, kata belajar ini sudah tidak asing lagi sejak dimulai dalam

dunia pendidikan. Menurut Sadiman “Belajar (learning) adalah suatu

proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung

seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai ke liang lahat nanti” (Bambang

Warsita, 2008:62). Belajar dapat terjadi dirumah, disekolah, ditempat

kerja, ditempat ibadah dan di masyarakat, serta berlangsung dengan cara

apa saja, dari apa saja, dan dengan siapa saja. Bahkan kemampuan orang

untuk belajar ini merupakan salah satu ciri penting yang membedakan

dengan makhluk yang lain. Menurut Pidarta “Belajar adalah perubahan

perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil

perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya

pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang

lain” (Bambang Warsita, 2008:62). Konsep belajar sebagai suatu upaya

atau proses perubahan perilaku seseorang sebagai akibat interaksi peserta

didik dengan berbagai sumber belajar yang ada di sekitarnya. Sedangkan,

menurut Morgan “Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat

permanen sebagai hasil dari pengalaman” (Agus Suprijono, 2009:2).

Belajar merupakan suatu proses pribadi yang tidak harus dan atau

merupakan akibat dari kegiatan belajar mengajar. Guru melakukan

kegiatan mengajar tidak selalu diikuti terjadinya kegiatan belajar mengajar

pada peserta didik.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

14

Ada beberapa prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum

yang dapat dijadikan dasar atau acuan dalam kegiatan belajar dan

pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Bambang Warsita,

2008:64) prinsip-prinsip belajar yang mendidik itu berkaitan dengan : a)

perhatian dan motivasi belajar peserta didik; b) keaktifan belajar dan

keterlibatan langsung/pengalaman dalam belajar; c) pengulangan belajar;

d) tantangan semangat belajar; e) pemberian balikan dan penguatan

belajar; serta f) adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar. Oleh

karena itu menuntut para guru perancang pembelajaran, dan

mengembangkan program-program pembelajaran untuk memusatkan

perhatian, mengelola, menganalisis dan mengaplikasikan prinsip-prinsip

belajar tersebut.

Jadi, dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah sebuah proses pribadi yang berasal dari kegiatan belajar-

mengajar yang bisa berlangsung dimana saja, dengan siapa saja dan kapan

saja sebagai hasil dari pengalaman yang mampu membedakan makhluk

hidup satu dengan yang lainnya.

b. Teori-teori Belajar

Belajar merupakan kegiatan orang sehari-hari. Belajar adalah suatu

proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung

seumur hidup. Kegiatan belajar yang berupa perilaku kompleks itu telah

lama menjadi objek peneliti ilmuwan. Ada banyak teori-teori belajar,

setiap teori memiliki konsep atau prinsip-prinsip sendiri tentang belajar

yang mempengaruhi bentuk atau model penerapannya dalam kegiatan

pembelajaran. Setiap teori belajar memiliki titik fokus yang menjadi pusat

perhatian.

1) Teori Belajar Behaviorisme

Teori behaviorisme ini sangat menekankan pada apa yang

dapat dilihat yaitu tingkah laku, tidak memperhatikan apa yang

terjadi di dalam pikiran manusia. Dengan kata lain lebih

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

15

menekankan pada hasil dari pada proses belajar. Oleh karena itu

mengabaikan proses belajar. Prinsip-prinsip teori behaviorisme

yang banyak diterapkan di dunia pendidikan menurut Hartley

dan Davies (Bambang Warsita, 2008:67) meliputi sebagai

berikut : 1) proses belajar dapat terjadi dengan baik bila peserta

didik ikut terlibat aktif di dalamnya; 2) materi pelajaran disusun

dalam urutan yang logis supaya peserta didik mudah

mempelajarinya dan dapat memberikan respons tertentu; 3) tiap-

tiap respons harus diberi umpan balik (feedback) secara

langsung supaya peserta didik dapat mengetahui apakah respons

yang diberikannya telah benar; 4) setiap kali peserta didik

memberikan respons yang benar perlu diberi penguatan

(reinforcement). Prinsip behaviorisme ini telah banyak

digunakan dan diterapkan dalam berbagai program

pembelajaran. Dalam menerapkan teori behaviorisme ini yang

terpenting adalah para guru, perancang pembelajaran dan

pengembang program-program pembelajaran harus memahami

karakteristik peserta didik dan karakteristik lingkungan belajar

agar tingkat keberhasilan peserta didik selama kegiatan

pembelajaran dapat diketahui.

2) Teori Belajar Kognitif

Kelompok teori kognitif beranggapan bahwa belajar adalah

pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk

memperoleh keuntungan. Prinsip-prinsip teori kognitif, belajar

adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu

dapat dilihat sebagai tingkah laku. Teori ini menekankan pada

gagasan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan

dalam konteks situasi secara keseluruhan. Dengan demikian,

belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks dan

mementingkan proses belajar. Yang termasuk kedalam teori ini

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

16

adalah teori perkembangan Piaget, teori kognitif Bruner, dan

teori belajar bermakna Ausebel. Menurut Piaget (Bambang

Warsita, 2008:69) yaitu :

“Perkembangan kognitif merupakan suatu proses

genetika yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme

biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Dengan

bertambahnya umur maka susunan syaraf seseorang

akan semakin kompleks dan ini memungkinkan

kemampuannya meningkat”

Oleh karena itu, proses belajar seseorang akan mengikuti pola

dan tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya.

Penjenjangan ini bersifat hierarki yaitu melalui tahap-tahap

terntentu sesuai dengan umurnya, seseorang tidak dapat

mempelajari sesuatu di luar kemampuan kognitifnya.

Menurut Bruner (Bambang Warsita, 2008:71)

perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang

ditentukan oleh caranya melihat lingkungan. Tahap pertama

adalah tahap enaktif, peserta didik melakukan aktivitas-

aktivitasnya dalam usaha memahami lingkungan. Peserta didik

melakukan observasi dengan cara mengalami secara langsung

suatu realitas. Tahap kedua adalah tahap ikonik, peserta didik

melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal.

Tahap ketiga adalah tahap simbolik, peserta didik mempunyai

gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan

logika serta komunikasi dilakukan dengan pertolongan sistem

simbol. Semakin seseorang sistem simbol ini semakin dominan.

Menurut Bruner untuk belajar sesuatu tidak usah ditunggu

sampai peserta didik mencapai tahap perkembangan tertentu.

Yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka

dapat diberikan kepadanya. Dengan kata lain perkembangan

kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

17

bahan belajar yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai

dengan tingkat perkembangannya.

3) Teori Belajar Humanisme

Menurut teori humanisme proses belajar harus dimulai dan

ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia, yaitu

mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri dan realisasi diri

peserta didik yang belajar secara optimal. Proses belajar

dianggap berhasil apabila peserta didik telah memahami

lingkungannya dan dirinya sendiri. Teori humanism sangat

mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu

sendiri. Maka teori ini berupaya untuk menjelaskan konsep-

konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-

citakan dan bentuk proses belajar yang paling ideal. Dengan

demikian teori humanisme ini cenderung bersifat eklektik,

artinya memanfaatkan teknik belajar apa pun asalkan tujuan

belajar peserta didik tercapai. Selain itu, teori humanisme ini

juga mementingkan faktor pengalaman atau keterlibatan aktif

peserta didik dalam proses pembelajaran.

4) Teori Belajar Konstruktivisme

Belajar menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses

pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan

oleh peserta didik sendiri. Maka para guru, perancang

pembelajaran, dan pengembang program-program pembelajaran

ini berperan untuk menciptakan lingkungan yang

memungkinkan terjadinya belajar. Keaktifan peserta didik

menjadi unsur yang amat penting menjadi unsure yang amat

penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas

mandiri merupakan jaminan untuk mencapai hasil belajar yang

sejati. Strategi belajar yang digunakan sangat menentukan

proses dan hasil belajar peserta didik, oleh karena itu peserta

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

18

didik itu harus diberikan kesempatan untuk menerapkan cara

berpikir dan belajar yang paling cocok untuk dirinya sendiri.

Pada teori belajar kontruktivisme adalah penyajian isi

menekankan pada penggunaan pengetahuan secara bermakna,

oleh karena itu pembelajaran lebih banyak melayani peserta

didik dalam mengikuti setap proses pembelajaran.

Berdasarkan beberapa teori belajar diatas, model Problem Based

Learning yang digunakan oleh peneliti sesuai dengan teori belajar

kontruktivisme. Budiningsih (Bambang Warsita, 2008 : 78) mengemukakan

bahwa peserta didik harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun

konsep dan memberi makna sesuatu yang dipelajarinya. Dari pendapat yang

dikemukakan Budiningsih tersebut model Problem Based Learning lebih

menekankan pembelajaran pada prosesnya bukan hanya hasil dari peserta

didik.

c. Hasil Belajar

Menurut Suprijono (Muhammad T dan Arif M, 2013:22) “Hasil

belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne (Agus

Suprijono, 2009:5), hasil belajar berupa : informasi verbal, keterampilan

intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Dengan itu,

menurut Gagne hasil belajar itu mencakup dari semua komponen dan

tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif saja. Konsep belajar itu

merupakan selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku

atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Hal

pokok dalam pengertian belajar adalah belajar itu membawa perubahan

tingkah laku karena pengalaman dan latihan, perubahan itu pada pokoknya

didapatkannya karena kecakapan baru dan perubahan itu terjadi karena

usaha. Perubahan tingkah laku bisa dilihat dari perilaku berbicara,

menulis, mengingat, memecahkan masalah dan berbuat kreatif, perubahan

ini lah merupakan perubahan dari hasil belajar.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

19

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek

potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang

dikategorisasikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas

tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, tetapi secara komprehensif.

d. Pembelajaran

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas

pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan

pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,

mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar

dilakukan oleh peserta didik atau murid. Pembelajaran menurut Dimyati

dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2014:62) adalah kegiatan guru secara

terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar

secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai

proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas

berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat

meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai

upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Menurut Degeng (Made Wena, 2009:2) bahwa “Pembelajaran

berarti upaya membelajarkan siswa”. Dengan demikian, strategi

pembelajaran berarti cara untuk menggunakan semua sumber belajar

dalam upaya membelajarkan peserta didik. Sebagai suatu cara, strategi

pembelajaran dikembangkan dengan kaidah-kaidah tertentu sehingga

membentuk suatu bidang pengetahuan tersendiri. Sebagai suatu bidang

pengetahuan, strategi pembelajaran dapat dipelajari dan kemudian

diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan strategi

pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena untuk

mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

20

optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terarah

sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara

optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara

efektif dan efisien. Bagi peserta didik penggunaan strategi pembelajaran

dapat mempermudah dan mempercepat proses belajar dalam memahami

isi pembelajaran, karena setiap strategi pembelajaran dirancang untuk

mempermudah proses belajar peserta didik.

Sedangkan, menurut Miarso (Martinis Y, 2013:71) pembelajaran

adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang

lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang

lain. Usaha tersebut dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang

yang memiliki kemampuan atau kompetensi dalam merancang dan atau

mengembangkan sumber belajar yang diperlukan.

Dengan berbagai pendapat di atas tampaklah bahwa pembelajaran

bukan menitik beratkan pada apa yang dipelajari, melainkan bagaimana

membuat pembelajar mengalami proses belajar. Yaitu cara-cara yang

dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaitan denan cara

pengorganisasian materi, cara penyampaian pelajaran dan cara mengelola

pembelajaran.

3. Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu merupakan suatu metode pembelajaran yang

mencoba memadukan beberapa pokok bahasan. Secara umum pembelajaran

terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan perkembangan siswa

secara optimal, oleh karena itu dibutuhkan peran aktif siswa dalam proses

pembelajaran. Menurut Wolfinger (Sri Anitah, 2009:62) “Pembelajaran

terpadu adalah metode pengorganisasian isi pembelajaran dengan

memanfaatkan bidang-bidang studi atau mata pelajaran yang sesuai untuk

mengembangkan konsep-konsep yang dipilih oleh guru”. Pembelajaran

terpadu dapat memanfaatkan pusat sebagai bagian dari keseluruhan urutan

pembelajaran. Pembelajaran terpadu didasarkan pada tiga konsep tentang

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

21

proses belajar pada anak, yaitu : Pertama, bahwa anak-anak tidak

membedakan antara bidang-bidang mata pelajaran. Anak memandang bidang

mata pelajaran sebagai suatu yang berkaitan secara keseluruhan. Karena

pembelajaran terpadu lebih memandang bidang studi secara keseluruhan

daripada kesatuan yang terpisah-pisah, maka pembelajaran ini efektif bagi

peserta didik. Kedua, pembelajaran terpadu berdasarkan pada konsep bahwa

berbagai mata pelajaran dapat digunakan untuk meningkatkan belajar. Ketiga,

pembelajaran terpadu berdasarkan metode mengajar induktif, yang

menghubungkan berbagai kegiatan dengan topik tertentu diintegrasikan ke

dalam satu kesatuan. Misalkan saja seorang guru sudah menentukan tema

“beruang”, selanjutnya guru menetapkan konsep-konsep yang akan dipelajari

dengan tema tersebut. Misalnya menentukan pola hidup beruang, beruang

merupakan hewan jinak atau buas dan juga bisa menyebutkan pola makan dari

beruang.

Konsep-konsep tersebut akan dipelajari melalui berbagai cara ,

pembelajaran terpadu banyak jenisnya, antara lain :

a. Connected (Keterhubungan)

Salah satu model yang paling sederhana adalah model

keterhubungan, yang dikembangkan oleh Fogarty (Sri Anitah,

2009:64). Kunci model ini yaitu, lebih menunjukkan adanya

pengaruh yang disengaja untuk menghubungkan antar materi dalam

suatu bidang studi, daripada mengasumsikan bahwa anak akan

memahami sendiri kaitannya secara otomatis. Keuntungannya,

dengan menghubungkan ide-ide di dalam suatu mata pelajaran,

peserta didik akan memperoleh suatu gambaran besar, juga

memfokuskan belajar pada suatu aspek. Dengan mempelajari

konsep mendalam dari waktu ke waktu, akan terjadi internalisasi

dalam diri peserta didik. Pemaduan antar ide dalam satu mata

pelajaran, memungkinkan peserta didik mereview,

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

22

mengonseptualisasikan dan mengasimilasikan, serta memungkinkan

adanya transfer.

b. Pembelajaran Tematik (Jaring Laba-laba)

Untuk membedakan pembelajaran tradisional mata pelajaran

yang terdiri dari mata pelajaran yang terpisah-pisah dengan

pembelajaran terpadu, berikut ini digambarkan perbedaanya oleh

Mathews & Cleary (Sri Anitah, 2009:65).

Tabel 2.1 Perbedaan pendekatan : Tradisional - Tematik – Terpadu

Tradisional Tematik Terpadu

Diarahkan guru Guru memilih tema,

tetapi ada input dari

peserta didik

Student-centered,

topik dari peserta

didik, program

dinegoisasi

Mata pelajaran

diajarkan secara

terpisah-pisah

Unit dikembangkan

dalam suatu tema

Topik dipadukan

lintas seluruh mata

pelajaran dalam

kurikulum

Keterampilan

diajarkan secara

terpisah

Keterampilan

diidentifikasi guru

dan dikembangkan

salam suatu tema

Keterampilan

diajarkan secara

inklusif

Kelas berjalan rutin

dan sangat

terstruktur

Guru tetap

mengontrol, tetapi

input peserta didik

diperhatikan

Tingkat fleksibilitas

dalam lingkungan

kelas dan metode,

tinggi

Orientasi drill,

pertanyaan tertutup

Diskoversi terjadi

dengan di tetapkan

oleh guru

Diskoversi

ditingkatkan,

pertanyaan open-

ended

(Sumber: Peneliti, 2016 : 22)

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

23

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa kelas tradisional, mata

pelajaran diajarkan secara terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran

tematik tema ditentukan oleh guru, namun masih memperhatikan

pendapat peserta didik. Dalam pembelajaran terpadu, peserta didik

banyak didorong untuk berinisiatif (student-centered learning).

Dengan pembelajaran tematik, guru memilih suatu topik atau tema,

kemudian memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dipelajari

melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan sumber belajar yang

luas, yang mempertimbangkan kebutuhan dan minat anak.

Dengan itu model Problem Based Learning yang digunakan

oleh peneliti termasuk kedalam pendekatan terpadu. Hal tersebut

dikarenakan dalam pendekatan terpadu yang sudah dijelaskan

diatas lebih menginginkan peserta didik yang harus berpartisipasi

aktif kedalam pembelajaran yang dilakukan. Dan juga

meningkatkan keterampilan peserta didik untuk mendukung hasil

belajar yang maksimal.

c. Problem Based Learning

1) Pengertian Problem Based Learning

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning) sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui proses

menuju pemahaman akan sebuah masalah. PBL ini merupakan

sebuah tipe pembelajaran yang meliputi masalah-masalah yang

dipilih dan dirancang dengan cermat untuk menuntut upaya

kritis peserta didik untuk menyelesaikan masalah, belajar

mandiri dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Di

bawah ini merupakan pengertian PBL menurut beberapa ahli,

antara lain :

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

24

a) Menurut Ward dan Stepien

PBL adalah suatu model pembelajaran yang

melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah

melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa

dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan

dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki

keterampilan untuk memecahkan masalah (Ngalimun,

2012:89). Pemecahan masalah dengan metode ilmiah

misalkan saja bisa dilakukan dengan merancang

percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan

data, menginterprestasikan data, membuat kesimpulan,

mempresentasikan, berdiskusi dan membuat laporan.

Keadaan tersebut dapat memberikan pengalaman

kepada siswa tentang apa yang mereka pelajari dan juga

mampu menerapkannya dalam kondisi nyata.

b) Menurut Boud, Felleti dan Fogarty

PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran

dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar

(siswa/mahasiswa) dengan masalah-masalah praktis,

berbentuk ill-structured atau open ended melalui

stimulus dalam belajar (Ngalimun, 2012:89). Dengan

ini pembelajaran PBL dimulai oleh adanya masalah

kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang

apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka

perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut

sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam proses

pembelajaran.

c) Menurut Scott dan Laura

PBL adalah seperangkat model mengajar yang

menggunakan masalah sebagai fokus untuk

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

25

mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,

materi dan pengaturan diri (Paul E & Don K, 2012).

Berawal dari masalah sehingga membuat siswa tertarik

untuk memecahkan masalah tersebut dan memberikan

tanggung jawab yang besar kepada pebelajar dalam

membentuk dan menjalankan secara langsung proses

belajar mereka sendiri, hal ini mampu meningkatkan

keterampilan siswa dalam mengikuti setiap proses

pembelajaran.

Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa model Problem Based Learning adalah sebuah

pembelajaran dengan fokus pemecahan masalah oleh peserta didik

yang mampu meningkatkan cara berpikir dan juga partisipasi

peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu, model

Problem Based Learning mampu memadukan materi dengan kasus

yang diberikan sehingga peserta didik dapat dengan mudah

memahami materi yang sedang dipelajari. Ketika peserta didik

mampu memahami materi yang dipelajari, maka peserta didik

tersebut dapat mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dan hal

tersebut berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar peserta

didik.

2) Karakteristik-karakteristik PBL

Pelajaran dari Problem Based Learning ini memiliki

tiga karakteristik yang dijelaskan oleh Scott dan Laura (Paul E

& Don K,2012) , antara lain :

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

26

Pertama, pelajaran berawal dari satu masalah dan

memecahkan masalah adalah tujuan dari masing-masing

pelajaran. Ketika peserta didik itu bisa memadukan materi

dengan masalah yang diberikan maka peserta didik mampu

memecahkan masalah yang diberikan oleh guru dan

dikaitkannya dengan materi yang dipelajari. Sehingga, peserta

didik pun mampu memahami materi yang dipelajar dengan

mudah.

Kedua, siswa bertanggung jawab untuk menyusun

strategi dan memecahkan masalah. Model Problem Based

Learning biasanya dilakukan secara berkelompok, yang cukup

kecil sehingga semua siswa terlibat aktif dalam setiap

prosesnya. Dan setap peserta didik mendapatkan pembagian

tugas yang merata sehingga mampu melatih keterampilan

peserta didik itu sendiri dalam memecahkan sebuah masalah.

Ketiga, guru menuntun upaya peserta didik dengan

mengajukan pertanyaan dan memberikan dukungan pengajaran

lain saat peserta didik berusaha memecahkan masalah.

Karakteristik ini penting dan menuntut keterampilan serta

pertimbangan yang sangat professional untuk memastikan

kesuksesan pelajaran Problem Based Learning.

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan

dan kekurangan. Menurut Uden & Beaumont kelebihan PBL

dalam Suprihatiningrum (2013:222) adalah

Pelajaran berfokus pada memecahkan

masalah

Tanggung jawab untuk memecahkan masalah adalah bertumpu

pada siswa

Guru mendukung proses saat siswa mengerjakan

masalah

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

27

“(a) Mampu mengingat dengan baik informasi dan

pengetahuannya: (b) mengembangkan kemampuan

pemecahan masalah, berpikir kritis dan keterampilan

komunikasi: (c) mengembangkan basis pengetahuan

secara integrasi: (d) menikmati belajar: (e)

meningkatkan motivasi: (f) bagus dalam kerja

kelompok: (g) mengembangkan belajar strategi belajar:

(h) meningkatkan keterampilan berkomunikasi”.

Jadi, menurut pendapat diatas peserta didik dalam

melaksanakan PBL akan dapat dengan mudah mengingat apa

yang dipelajari, dapat memecahkan suatu masalah yang

diberikan, meningkatkan keaktifan dan juga mampu

meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi.

Sedangkan kekurangan dalam model pembelajaran

Problem Based Learning bahwa PBL tidak bisa diterapkan

pada setiap materi pelajaran, karena ada materi yang harus

disampaikan oleh guru. Selain itu, dalam suatu kelas terdapat

tingkat pemahaman peserta didik yang berbeda-beda, sehingga

terjadi kesulitan dalam pembagian tugas. Dengan ini, PBL itu

tidak dapat diterapkan dalam setiap mata pelajaran, hanya

pembelajaran tertentu saja yang dapat diawali dengan sebuah

permasalahan.

3) Langkah-langkah PBL

Ada beberapa cara menerapkan PBL dalam

pembelajaran. Secara umum penerapan model ini mulai dengan

adanya masalah yang harus dipecahkan atau dicari

pemecahannya oleh peserta didik. Masalah tersebut dapat

berasal dari peserta didik atau mungkin juga diberikan oleh

pengajar. Peserta didik akan memusatkan pembelajaran

disekitaran masalah tersebut, dengan arti lain siswa belajar

teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang

menjadi pusat perhatian. Arend dalam (Ngalimun, 2012:95)

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

28

merinci langkah-langkah pelaksanaan PBL dalam pengajaran,

terdapat 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk

mengimplementasikan PBL. Perhatikan tabel berikut ini :

Tabel 2.2 Tabel Sintaks Problem Based Learning

Fase Aktivitas Guru

Fase 1:

Mengorientasikan peserta didik

pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran,

logistik yang diperlukan,

memotivasi peserta didik terlibat

aktif pada aktivitas pemecahan

masalah yang dipilih

Fase 2 :

Mengorganisasi peserta didik untuk

belajar

Membantu peserta didik membatasi

dan mengorganisasi tugas belajar

yang berhubungan dengan masalah

yang dihadapi

Fse 3 :

Membimbing penyelidikan individu

maupun kelompok

Mendorong peserta didik

mengumpulkan informasi yang

sesuai, melaksanakan eksperimen

dan mencari untuk penjelasan dan

pemecahan

Fase 4 :

Mengembangkan dan menyajikan

hasil karya

Membantu peserta didik

merencanakan dan menyiapkan

karya yang sesuai seperti laporan,

video dan model dan membantu

mereka untuk berbagi tugas dengan

temannya

Fase 5 :

Menganalisis dan mengevaluasi

proses pemecahan masalah

Membantu peserta didik melakukan

refleksi terhadap penyelidikan dan

proses-proses yang digunakan

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

29

selama berlangsungnya pemecahan

masalah

(Sumber : Peneliti, 2016: 28-29)

Selain itu menurut Pannen dalam (Ngalimun, 2012:94)

langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL

paling sedikit ada delapan tahapan, yaitu : (1) mengidentifikasi

masalah, (2) mengumpulkan data, (3) menganalisis data, (4)

memecahkan masalah berdasarkan data yang ada dan

analisisnya, (5) memilih cara untuk memecahkan masalah, (6)

merencanakan penerapan pemecahan masalah, (7) melakukan

uji coba terhadap rencana yang telah ditetapkan dan (8)

melakukan tindakan untuk memecahkan masalah. Langkah

mengidentifikasi masalah merupakan tahapan yang sangat

penting dalam PBL. Pemilihan masalah yang tepat agar dapat

memberikan pengalaman belajar yang mencirikan kerja ilmiah

seringkali menjadi “masalah” bagi guru dan siswa. Artinya,

pemilihan masalah yang kurang luas, kurang relevan dengan

konteks materi pembelajaran, atau suatu masalah yang sangat

menyimpang dengan tingkat berpikir siswa dapat

menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran.

4. Pembelajaran Sosiologi

a. Pembelajaran Sosiologi di Kurikulum

Dalam dunia pendidikan untuk saat ini ada dua kurikulum yang sedang

dijalankan yaitu KTSP atau Kurikulum 2006 dan K 13 atau Kurikulum

2013. Kurikulum 2013 dijalankan oleh sekolah-sekolah yang telah

menerapkan kurikulum 2013 minimal satu tahun. Untuk sekolah yang

belum siap menggunakan kurikulum 2013 diperbolehkan untuk

menerapkan KTSP.

Menurut Permendikbud No 69 Tahun 2013, menyatakan bahwa :

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

30

“Kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah

(MA) dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta

didik belajar berdasarkan minat mereka. Struktur kurikulum

memperkenankan peserta didik melakukan pilihan dalam

bentuk pilihan Kelompok Peminatan dan pilihan Mata

pelajaran antar Kelompok Peminatan”

Pada kurikulum 2013 pembelajaran sosiologi berada pada peminatan

sosial atau program Ilmu-ilmu Sosial atau IIS. Sehingga, untuk peserta

didik program MIA dapat mempelajari sosiologi dengan memilih program

lintas minat. Sosiologi merupakan ilmu terapan dimana peserta didik

diharapkan mampu menerapkan ilmu yang dipelajarinya dalam kehidupan

sehari-hari.

Pembelajaran sosiologi dalam kurikulum 2013 menekankan pada

kegiatan 5M. Kegiatan 5M tersebut adalah mengamati, menanya,

mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Dalam kegiatan

mengamati, peserta didik melakukan pengamatan terhadap gambar atau

video yang diberikan oleh guru sesuai dengan materi yang diajarkan.

Setelah peserta didik melihat tayangan yang diberikan oleh guru, kegiatan

selanjutnya adalah menanya. Pada kegiatan ini peserta didik diberikan

kesempatan untuk mengajukan pertanyaan tentang materi yang

disampaikan. Untuk kegiatan ketiga yaitu mengeksplorasi, dalam kegiatan

ini peserta didik diperbolehkan mencari informasi dari sumber lain untuk

membantu mempermudah pemahaman materi. Selanjutnya adalah

kegiatan mengasosiasi, kegiatan mengasosiasi ini merupakan kegiatan

pembelajaran yang berupa pengolahan informasi yang sudah dikumpulkan

oleh peserta didik itu sendiri. Dan yang terakhir adalah

mengkomunikasikan, kegiatan mengkomunikasikan ini peserta didik

menyampaikan hasil pengamatan atau analisis yang telah dilakukan.

b. Pokok Bahasan Sosiologi dalam Penelitian

Berdasarkan Permendikbud No 69 Tahun 2013 kompetensi yang

harus dicapai oleh peserta diidk adalah Kompetensi Inti (KI) dan

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

31

Kompetensi Dasar (KD). KI meliputi dari 4 aspek yaitu KI 1 berkenaan

dengan sikap spiritual, KI 2 berkenaan dengan sikap sosial, KI 3

berkenaan dengan pengetahuan dan KI 4 berkenaan dengan keterampilan.

Adapun KI dan KD berdasarkan Permendikbud No 69 Tahun 2013

baik kelas X, XI, dan XII peneliti cantumkan pada lampiran 3 halaman

120.

Pokok bahasan yang peneliti gunakan sebagai materi pembelajaran

dalam penerapan Problem Based Learning adalah materi bab pertama

kelas X pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Materi bab 1

adalah Penyimpangan Sosial Budaya.

Berikut merupakan tabel KD (Kompetensi Dasar) dan indikator

pencapaian kompetensi dalam pokok bahasan dalam penelitian :

Tabel 2.3 Materi pokok, Kompetensi Dasar, Indikator dan Pembahasan

Materi

Pokok

Kompetensi

Dasar

Indikator Pembahasan

Penyimpa

ngan

Sosial

Budaya

3.4 Mengkaji

adanya bentuk

perilaku

menyimpang

atau sub

kebudayaan

menyimpang

sebagai

konsekuensi

dari

ketidakharmo

nisan

hubungan

sosial

Perilaku menyimpang :

1) Peserta didik mampu

mendefinisikan

pengertian perilaku

menyimpang

2) Peserta didik mampu

menjelaskan bentuk-

bentuk perilaku

menyimpang

Perilaku

menyimpang :

Mengamati :

mengamati gambar

atau video tentang

perilaku

menyimpang yang

ada dalam

masyarakat

Menanya :

menumbuhkan rasa

ingin tahu terhadap

bentuk-bentuk

perilaku

menyimpang

Mengeksplorasi :

mengidentifikasi

bentuk-bentuk

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

32

Pengendalian

sosial :

1) Peserta didik mampu

mendefinisikan

pengendalian sosial

2) Peserta didik mampu

menjelaskan cara-cara

pengendalian sosial

3) Peserta didik mampu

menjelaskan proses

pengendalian sosial

4) Peserta didik mampu

menjelaskan lembaga

pengendalian sosial

perilaku

menyimpang

Mengasosiasi :

menganalisis dan

mendiskusikan

bentuk-bentuk

perilaku

menyimpang yang

ada di masyarakat

Mengkomunikasikan

:

mempresentasikan

hasil diskusi

Pengendalian sosial :

Mengamati :

Mengamati gambar

atau video tentang

pengendalian sosial

yang dilakukan

dalam masyarakat

Menanya :

Menumbuhkan rasa

ingin tahu tentang

cara pengendalian

sosial

Mengeksplorasi :

Mengidentifikasi

proses pengendalian

sosial

Mengasosiasi :

menganalisis dan

mendiskusikan

proses pengendalian

sosial yang

dilakukan

Mengkomunikasikan

:

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

33

Mempresentasikan

hasil diskusi

(Sumber : Peneliti, 2016 : 31-33)

Berikut merupakan materi pembelajaran yang dipelajari dalam

penelitian dengan menerapkan model Problem Based Learning. Dan

penjabaran peta konsep berikut ini :

Gambar 2.1 Peta Konsep Perilaku Menyimpang dan Pengendalian Sosial

(Sumber: Peneliti, 2016: 33)

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan data awal yang diperoleh ketika kegiatan pra tindakan

dikelas X IIS 3 SMA Negeri 6 Surakarta, terdapat beberapa permasalahan

yang timbul didalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Banyak

pembelajaran yang ada tetapi dari sekian banyak model tersebut Problem

Pengertian Perilaku

Menyimpang

Bentuk-bentuk

Perilaku Menyimpang

Pengertian Perilaku

Menyimpang

Pengendalian Sosial

Lembaga

Pengendalian Sosial

Proses Pengendalian

Sosial

Cara-Cara

Pengendalian Sosial

Pengertian

Pengendalian Sosial

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

34

Based Learning dipilih peneliti untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik

pada mata pelajaran Sosiologi. Penggunaan model pembelajaran ini

diharapkan keseluruhan peserta didik mampu memecahkan masalah dan

meningkatkan hasil belajar peserta didik tersebut. Untuk lebih jelasnya berikut

alur kerangka berpikir yang digunakan peneliti dalam menerapkan model

Problem Based Learning :

Peserta Didik

Banyaknya peserta didik

yang kurang fokus

Kurangnya minat dan

perhatian peserta didik

Kurangnya keberanian

peserta didik dalam

menyampaikan pendapat

Rendahnya hasil belajar

peserta didik

Kurangnya kolaborasi antara

guru dengan peserta didik

Guru kurang bisa

mengkondisikan keadaan kelas

Meningkatnya hasil

belajar peserta didik

Penerapan Problem

Based Learning

Siklus I

Peserta didik mulai

fokus terhadap proses

pembelajaran

Siklus I

Gambar 2.2 Alur Kerangka Berpikir(Sumber :

Peneliti, 2016 : 34)

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS · KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan

35

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir diatas maka hipotesis tindakan dalam

penelitian ini yaitu : Melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL)

untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran sosiologi

di kelas X IIS 3 SMA Negeri 6 Surakarta.