bab ii kajian teoritis 1.1 eksistensi guru...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN TEORITIS
1.1 Eksistensi Guru dalamMengajar
Kompetensi mengajar adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh semua
tenaga pengajar. Berbagai konsep dikemukakan untuk mengungkap apa dan
bagaimana kemampuan yang harus dikuasai oleh tenaga pengajar di berbagai
tingkatan sekolah. Misalnya, Gagne (dalam Poerwanti, 2010:1) mengemukakan bahwa
dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat tiga kemampuan pokok yang dituntut dari
seorang guru yakni: kemampuan dalam merencanakan materi dan kegiatan belajar
mengajar, kemampuan melaksanakan dan mengelola kegiatan belajar mengajar, serta
menilai hasil belajar siswa. Memang tiga hal pokok tersebut menjadi tanggungjawab
guru selama menjadi tenaga pengajar, dan sertiap guru memiliki dan mengamalkan hal
tersebut sesuai dengan tuntutan tuju pembelajaran. Namun, sejauh ini dalam
implementasinya masih mengalami kendala, bahkan sulit untuk dicapai dengan tujuan
pembelajaran sebagaimana di amanatkan dalam UU Pendidikan. Karena beberapa alas
an itu, sehingga itu muncul berbagai macam alternatif pembelajaran yang diciptakan
dengan berbagai macam eksperiman, dan hasilnya banyak model pembelajaran dan
metode yang bisa digunakan dalam menunjang kinerja pendidik dalam hal ini guru.
Misalnya saja, variasi dalam proses belajar mengajar, ini sebetulnya telah dimiliki oleh
setiap individu guru, namun belum diolah dengan maksimal.
1.2 Variasi Mengajar Guru
Sebagai pembuka dalam tulisan ini, ilustrasi pola hidup yang akan digambarkan
di bawah ini akan menimbulkan hal psikis bagi seseorang dalam aktivitas keseharian.
Berikut iluastrasi yang dikemukakan oleh Djamarah dan Zain 2010:160) bahwa variasi
sebagai sesuatu yang membuat tidak membosankan. Pada dasarnya semua orang
tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang membosankan
adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Merasakan makanan yang sama secara
terus-menerus akan menimbulkan kebosanan; melihat film yang sama dua kali saja
orang sudah tidak mau, juga karena bosan. Orang akan lebih suka bila hidup itu diisi
dengan penuh variasi dalam arti yang positif. Makan makanan yang bervariasi
(bermacam – macam) akan merangsang untuk makan. Mendengarkan lagu – lagu baru
lebih menyenangkan daripada lagu – lagu yang tiap hari didengar. Reaksi pada
dasarnya juga mengurangi kebosanan pandangan di tempat asallnya. Mengatur alat
rumah tangga sering berganti, akan membuat orang lebih senang di rumah daripada
pergi. demikian juga dalam proses belajar mengajar bila tidak menggunakan variasi
maka akan menimbulkan kebosasanan bagi siswa, perhatian siswa berkurang,
mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak tecapai, oleh karena itu penting variasi
bagi guru.
Kegiatan belajar mengajar dalam Syaiful dan Zain (2006) adalah suatu kondisi
yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan
anak didik. Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk
menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ke tujuan.
Suasana belajar yang tidak menyenangkan bagi anak didik biasanya lebih banyak
mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis. Anak didik gelisah
duduk berlama-lama dikursi mereka masing-masing. Kondisi ini tentu menjadi kendala
yang serius bagi tercapainya tujuan pengajaran. Semua kendala yang terjadi dan dapat
menghambat jalannya proses belajar mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku
anak didik maupun yang bersumber dari luar diri anak didik harus guru hilangkan.
Karena keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam
mengelola kelas.
Gejala adanya anak didik yang kurang senang menerima pelajaran dari guru
tidak harus terjadi, karena hal itu akan menghambat proses belajar mengajar. Disinilah
diperlukan peranan guru, bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar yang
mampu mendorong anak didik untuk senang dan bergairah belajar. Untuk hal ini, cara
akurat yang mesti guru lakukan adalah mengembangkan variasi dalam gaya mengajar,
dalam penggunaan media, dan dalam interaksi guru dengan anak didik. Ketiga
komponen variasi mengajar menyeret kegiatan belajar anak didik kedalam berbagai
pengalaman yang menarik pada berbagai tingkat kognitif. Anak didik bergairah belajar.
Sardiman (2009) menyatakan dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi.
“Motivation is an essential condition of learning”. Hasil belajar akan menjadi optimal,
kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula
pengajaran itu. Jadi motivasi senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para
siswa. Dalam R. Ibrahim dan Nana Syaodih (2003) menyatakan upaya-upaya yang
dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa berhubungan dengan
komponen keterampilan mengajar guru dalam mengadakan variasi yang meliputi gaya
mengajar, penggunaan media dan interaksi yang bervariasi.
1.2.1 Definisi Fariasi Mengajar Guru
Kemampuan mengajar adalah kemampuan essensial yang harus dimiliki olehguru, tidak lain
karena tugas guru yang paling utama adalah mengajar. Yang dihadapi oleh guru adalah para siswa
yang dinamis, baik sebagai akibat dari dinamika internal yang berasal dari diri siswa maupun sebagai
akibat dari dinamika lingkungan yangsedikit banyak berpengaruh terhadap siswa. Oleh karena itu,
kemampuan mengajar guruharuslah dinamis juga, sebagai akibat dari tuntutan-tuntutan dinamika
siswa yang tak terelakkan.Variasi mengajar adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses
interaksibelajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalamsituasi
belajar-mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, sertapenuh partisipasi
(Wardani, 2005).Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar meliputi
tigaaspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan
bahanpengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.
1.2.2 Hakikat Belajar Mengajar
Belajar merupakan suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksidengan
lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstan. Belajar pada
hakikatnya adalah ”perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang yang terjadi di dalam
diri seseorang setelah berakhirnya melakukan akivitas belajar. Namun, tidak semua perubahan
termasuk kategori belajar seperti perubahan fisik,mabuk, gila, dan sebagainya.Proses belajar
mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secarakeseluruhan dengan guru sebagai pemegang
peranan utama. Proses belajar mengajarmerupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atasdasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapaitujuan tertentu.Proses belajar mengajar mempunyai pengertian dan makna yang
berbeda denganmengajar. Dalam proses belajar mengajar terdapat tersirat adanya satu kesatuan
kegiatanyang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara
keduakegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang.
1.2.3 Tujuan Variasi Mengajar
Penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi, danbelajar
siswa. Tujuan mengadakan variasi mengajarmenurut Djamarah dan Zain (2010 : 165) adalah:
1. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajarmengajar.
Dalam proses pembelajaran perhatian siswa terhadap materi pelajaran yangdiajarkan sangat
dituntut. Tidak diharapkan sedikitpun terdapat siswa yang tidak atau kurang memperhatikan
penjelasan yang diberikan guru, karena hal tersebutakan membuat siswa tidak memahami
akan bahan yang diajarkan oleh guru.Dalam jumlah siswa yang besar sering ditemukan
kesulitan untuk mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi pelajaran yang
diberikan.Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Misalnya faktor penjelasan
guruyang kurang mengenai sasaran, situasi di luar kelas yang lebih menarik dibandingkan
dengan materi pelajaran yang diberikan guru, siswa yang kurangmenyenangi materi pelajaran
yang diberikan guru.Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar
mengajar,karena dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang
guru jelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran tersebut bila
setiapsiswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu
pertemuankelas. Indiktor penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah
terjadinyaperubahan dalam diri siswa. Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak
bisadikesampingkan dalam konteks percapaian tujuan pembelajaran.Karena itu, guru selalu
memperhatikan variasi mengajarnya apakah sudahdapat meningkatkan dan memelihara
perhatian siswa terhadap materi yangdijelaskan atau belum.
2. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi. Motivasi memegang peran
penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akandapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak
ada motivasi di dalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan
kegiatan belajar makadari itu, guru siswa tidak adak melakukan kegiatan belajar. Maka dari itu,
guruselalu memperhatikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak dalam diri
setiap siswa selama pengajaran berlangsung. Dalam proses belajar mengajar di kelas, tidak
setiap siswa mempunyai motivasi yang sama terhadap suatu bahan pelajaran. Untuk bahan
tertentu mungkinseorang siswa menyenanginya, tetapi untuk bahan yang lain boleh jadi siswa
tersebut tidak menyenanginya. Ini merupakan masalah bagi guru dalam setiap kalimengadakan
pertemuan. Guru selalu dihadapkan pada masalah motivasi. Guru selalu ingin memberikan
motivasi terhadap siswanya yang kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan. Bagi
siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru.
Dalam diri siswa yang seperti ini sudah tertanam motivasi untuk belajar yang disebut motivasi
intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan sendirinya memperhatikan penjelasan guru.
Rasa ingin tahunyalebih tinggi terhadap materi pelajaran yang diberikan. Lain halnya bagi siswa
yang tidak ada motivasi di dalam dirinya. Untuk siswa yang seperti ini motivasi ekstrinsik yang
merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak dibutuhkan. Disini peran guru lebih diinginkan untuk
memerankan fungsi guru sebagai motivator, yaitu memotivasi sebagai alat yang mendorong
manusia untuk berbuat, motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan, danmotivasi
sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan (Hamalik, 2006).
3. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah. Masih sering dijumpai disetiap sekolah
terdapat siswa tertentu yang kurangsenang terhadap seorang guru. Konsekuensinya bidang studi
yang dipegang olehguru tersebut juga menjadi tidak disenangi. Kecuekan selalu ditunjukkan lewat
sikap dan perbuatan ketika guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran dikelas.Kurang
senangnya seorang siswa terhadap guru bisa jadi disebabkan gayamengajar guru yang monoton
tidak bervariasi atau guru kurang datap menguasai kelas. Kegaduhan biasanya sering terjadi
pada sudut-sudut kelas. Akibatnya jalannya proses pembelajaran tidak efektif. Guru
gagal menciptakan suasana belajar yang menbangkitkan kreativitas dan kegairahan belajar
siswa.
4. Memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual. Sebagai seorang guru yang
profesional dituntut mempunyai keterampilan-keterampilan yang mendukung tugasnya dalam
proses pembelajaran. Penguasaan metode mengajar yang dituntut kepada guru tidak hanya
satu atau dua metode, tetapi lebih banyak dari itu. Penguasaan terhadap berbagai
penggunaan media merupakan keterampilan lain yang harus dimiliki bagi guru. Fasilitas
merupakan kelengkapan balajar yanag harus ada di sekolah yangberguna sebagai alat bantu
pengajaran. Lengkap tidaknya fasilitas belajar mempengaruhi pemilihan yang harus guru
lakukan. Sangat terbatasnya fasilitas belajar cenderung lebih sedikit alternatif yang tersedia
untuk melakukan pemilihan.
5. Mendorong siswa untuk belajar. Membuat suasana belajar yang nyaman adalah tugas guru.
Kewajiban belajaradalah tugas siswa. Kedua kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi
pengajaran yang disebut interaksi edukatif. Lingkungan pembelajaran yang kondusif adalah
lingkungan yang mampu mendorong siswa untuk selalu belajar.Gejala adanya siswa yang
kurang senang menerima pelajaran dari guru tidak semestinya terjadi, karena hal ini akan
menghambat proses pembelajaran. Disinilah diperlukan peranan guru, bagaimana upaya
menciptakan lingkungan belajar yang mampu mendorong siswa untuk senang dan bergairah
belajar.Untuk hal ini cara yang tepat yang mesti dilakukan oleh guru adalah mengembangkan
varisai mengajar, baik dalam gaya mengajar, dalam menggunakan media dan bahan
pengajaran maupun dalam interaksi guru dengan siswa.
1.2.4 Prinsip Penggunaan Variasi Mengajar
Dalam proses belajar mengajar kegiatan siswa adalah yang menjadi fokusperhatian. Apapun
kegiatan yang guru lakukan tidak lain adalah suatu upaya bagaimana lingkungan ang tercipta itu
menyenangkan hati semua siswa dan dapat menggairahkanbelajar siswa. Itu berarti tidak ada
seorang guru pun yang ingin agar siswanya tidak senang dan tidak bergairah dalam belajar, maka
akan mengganggu kelancaran kegiatanpengajaran. Apalagi jika sebagian besar siswanya tidak mau
memperhatikan penjelasan yang diberikan guru, atau tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan
guru untuk materi tertentu. Agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif
belajar,tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya ke arah ituadalah
dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalammengajar. Menurut
Djamarah dan Zain (2010 : 160) beberapa prinsip penggunaan ini sangat penting untuk diperhatikan
dan betul-betul harus dihayati guna mendukung pelaksanaan tugas mengajar di kelas. Prinsip-prinsip
penggunaan variasi mengajar itu adalah seagai berikut:
1. Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasidigunakan, selain juga
harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi. Semua itu untuk mencapai
tujuan belajar.
2. Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga momenproses belajar
mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian siswa dan proses tidak terganggu.
3. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktrur dan direncanakan oleh guru.
Karena itu memerlukan penggunaan yang luwes sesuai dengan umpanbalik yang diterima dari
siswa.
1.2.5 Komponen-komponen Variasi Mengajar
a. Variasi gaya mengajar
Variasi gaya mengajar pada dasarnya meliputi variasi suara, variasi anggota badan, dan
variasi perpindahan posisi guru dalam kelas. Bagi siswa variasi tersebutdilihat sebagai sesuatu yang
energik, antusias, bersemangat, dan semuanya memilikirelevensi dengan hasil belajar. Perilaku guru
seperti itu dalam proses belajarmengajar akan menjadi dinamis dan mempertinggi komunikasi antara
guru dansiswa, menarik perhatian siswa, menolong penerimaan bahan pelajaran, danmemberi
stimulasi. Variasi gaya mengajar ini menurut Djamarah dan Zain (2010 : 167) adalah sebagai berikut:
a. Variasi suara. Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada, volume, dan kecepatan.Guru
dapat mendramatisasi suatu perstiwa, menunjukkan hal-hal yangdianggap penting, berbicara
secara pelan dengan seorang siswa, atauberbicara secara tajam dengan siswa yang kurang
perhatian, dan seterusnya.
b. Penekanan (ocusing).Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting
atau aspek kunci, guru dapat menggunakan ”penekanan secara verbal”;
misalnya,”Perhatikan baik -baik. Nah, ini yang penting. Ini adalah bagian yang
sukar,dengarkan baik-baik!” penekanan seperti itu biasanya dikombinasikan dengan
gerakan anggota badan yang dapat menunjukkan dengan jari ataumemberi tanda pada papan
tulis.
c. Pemberian waktu (pausing) Untuk menarik perhatian siswa, dapat dilakukan dengan mengubah
yangbersuara mejadi sepi, dari akhir bagian pelajaran ke bagian berikutnya.
d. Dalam keterampilan bertanya, pemberian waktu dapat diberikan setelah guru mengajukan
beberapa pertanyaan, untuk mengubahnya menjadi pertanyaan yang lebih tinggi tingkatannya
setelah keadaan memungkinkan. Bagi siswa, pemberian waktu dipakai untuk mengorganisasi
jawaban agar menjadi lengkap.
e. Kontak pandang. Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan siswa, sebaiknya mengarahkan
pandangannya ke seluruh kelas, menatap mata setiap siswa untuk dapat membentuk hubungan
yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian. Guru dapat membantu siswa dengan
menggunakan matanya menyampaikan informasi, dan dengan pandangannya dapat menarik
perhatian siswa.
f. Gerakan anggota badan (gesturing).Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan
merupakan bagian yangpenting dalam komunikasi. Tidak hanya untuk menarik perhatian saja,
tetapi juga menolong dalam menyampaikman arti pembicaraan.
g. Perpindahan posisi guru (teachers movement).Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas
dapat membantu menarik perhatian siswa, dapat meningkatkan kepribadian guru. Perhatian
posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri kesisi kanan, atau diantara
siswa dari belakang ke samping siswa. Dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri kemudian
berubah menjadi posisi duduk. Yang penting dalam perubahan posisi ialah harus ada tujuannya,
dan tidak sekedar mondar-mandir. Guru yang kaku adalah tidak menarik dan mejemukan, dan
bilabervariasi dilakuhan secara berlebikan akan mengganggu.
b. Variasi media dan bahan ajaran
Setiap siswa mempunyai kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran maupun
penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara. Adayang lebih enak atau senang membaca,
ada yang lebih suka mendengarkan dulu baru membaca, dan sebaliknya. Dengan variasi
menggunaan media, kelemahan indra yang dimiliki tiap siswa misalnya, guru dapat memulai dengan
berbicara terlebih dahulu kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan dengan melihat contoh konkret.
Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulasi terhadapa indra siswa.Ada tiga komponen dalam
variasi penggunaan media, yaitu media pandang,media dengar, dan media taktil. Bila guru dalam
menggunakan media bervariasi dari satu ke yang lain, atau variasi bahan ajaran dalam satu
komponen media akan banyak sekali memerlukan penyesuaian indra siswa, membuat perhatian
siswa menjadi lebih meningkatkan kemampuan belajar.
a. Variasi media pandang. Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggubaan alat
danbahan ajaran khusus untuk komunikasi seperti buku, majalah, globe, peta,majalah dinding,
film, film strip. televisi, radio, recorder, gambar grafik,model, demonstrasi, dan lain-lain.
Penggunaan yang lebih luas dari alat-alattersebut memiliki keuntungan:
1) Membantu secara konkret konsep berpikir, dan mengurangi respon yangkurang bermanfaat.
2) Memiliki secara potensial perhatian siswa pada tingkat yang tinggi.
3) Dapat membuat hasil belajar yang riil yang akan mendorong kegiatan mandiri anak didik.
4) Mengembangkan cara berpikir dan berkesinambungan, seperti halnya dalam film.
5) Mememberi pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh alat lain.
6) Menambah frekuensi kerja, lebih dalam, dan variasi belajar.
b. Variasi media dengarPada umumnya dalam proses belajar mengajar di kelas suara guru adalah
alatutama dalam komunikasi. Variasi dalam penggunaaan media denganmemerlukan sekali
saling bergantian atau berkombinasi dengan mediapandang dengan media taktil. Sudah barang
tentu ada sejumlah media dengaryang dapat dipakai untuk itu diantaranya ialah pembicaraan
siswa, rekamanbunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara, bahkanrekaman
suara ikan lumba-lumba, yang semuanya itu dapat memilikirelevansi dengan pelajaran.
c. Variasi Media Taktil.Komponen terakhir dari keterampilan variasi media dan bahan ajar
adalahpenggunaan media yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyentuh dan
memanipulasi benda atau bahan ajaran. Dalam hal ini akanmelibatkan siswa dalam kegiatan
penyusunan atau pembuatan model, yanghasilnya dapat disebutkan sebagai media taktil.
Kegiatan tersebut dapatdilakukan secara individu ataupun kelompok kecil. Contohnya dalam
bidangstudi sejarah dapat membuat maket desa zaman Majapahit, dalam bidangstudi geografi
dapat membuat model lapisan tanah; megumpulkan berbagai jenis mata uang logam contoh
untuk bidang studi ekonomi.
c. Variasi Interaktif
Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan siswanya memilikirentangaan yang bergerak
dari dua kutub, yaitu: Siswa bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru.Siswa
mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru, di managuru berbicara kepada siswa.
Diantara kedua kutub itu hanya memungkinkan dapat terjadi. Misalnya, guru berbicara dengan
sekelompok kecil siswa melalui mengajukan beberapa pertanyaanatau guru berbincang dengan
siswa secara individual, atau guru menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga antar siswa dapat
saling tukar menukar pendapat melalui penampilan diri, demonstrasi, atau diskusi. Bila guru yang
berbicara, dapat melalui beberapa kategori: Filling persetujuan, penghargaan atau peningkatan,
menggunakan pendapat siswa, bertanya, ceramah, memberi petunjuk, dan mengeritik. Sebaliknya
siswa dapat berbicara melalui pemberian respons dan pengambilan prakarsa. Bila guru mengajukan
pertanyaan dapat juga divariasi sesuai dengan domain kognitif dari Bloom (dalam Murni, 2010)
pertanyaan dapat diajukan ke seluruh kelas atau ditujukan kepada siswa, maka dapat berbentuk:
mendengarkan ceramah guru, mengajukan pendapat pada diskusi kelompok kecil. Bekerja individual
atau kerja kelompok, membaca secara keras atau secara pelan, melihat film, bekerja di laboraturium,
baik bahasa maupun alam, bekerja atau belajar bebas, atau dapat juga menciptakan kegiatan sendiri.
1.3 Motivasi Belajar
1.3.1 Definisi Belajar
Banyak pakar yang telah memberikan definisi tentang belajar. Menurut burton
(dalam Wardani, 2005: 69) Mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan diri
individu sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dan
menjadikannya lebih mampu melestarikan lingkungan secara memadai.Selanjutnya
Traves (dalam Wardani, 2005: 71) Mengemukakan bahwa belajar sebagai cakupan
perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku sebagai akibat penyikapan dalam
terhadap kondisi dalam lingkungan.
Menurut Sardiman (2006:22) belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri
manusia (id-ego-super ego) dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi,
fakta, konsep ataupun teori. Dalam hal ini, terkandung suatu maksud bahwa proses
interaksi tersebut meliputi proses internalisasi dari sesuatu kedalam diri yang belajar
serta dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera turut berperan.
Menurut Hamalik (2005:27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman. Dari pengertian tersebut, Humalik (2005:27)
Menegaskan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu
hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni
mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan
kelakuan.
Menurut Sudjana (2009:28) belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan,
proses berbuat melalui pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, dan
memahami sesuatu.Hakim, (dalam Faturrohman, dkk, 2007:6) Mengemukakan belajar
merupakan suatu proses perubahan-perubahan didalam kepribadian manusia, dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tinggkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, ketrampilan, daya pikir dan lain-lain kemampuannya.
Menurut Winkel (2005;59) Belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu relatif
konstan dan berbekas.
Dari beberapa rumusan dan definisi belajar trsebut diatas, istilah yang terdapat
pada semua definisi adalah perubahan dan pengalaman. Dengan demikian, belajar
adalah suatu proses yang menimbulkan atau merubah perilaku, pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap melalui latihan atau pengalaman.Pada
dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,
menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak
melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Menurut Alderfer(dalam Nashar, 2004:42) Motivasi belajar adalah
kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat
untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.Motivasi dipandang sebagai
dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk
perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu
belajar (Koeswara, 1989 ; Siagia, 1989 ; Sehein, 1991 ; Biggs dan Tefler, 1987 dalam
Dimyati dan Mudjiono, 2006)
Untuk peningkatan motivasi belajar menurut Syamsudin (1996) yang dapat kita
lakukan adalah mengidentifikasi beberapa indikatoryna dalam tahap-tahap tertentu.
Indikator motivasi antara lain: 1) Durasi kegiatan, 2) Frekuensi kegiatan, 3)
Presistensinya pada tujuan kegiatan, 4) Ketabahan, keuletan dan kemampuannya
dalam menghadapi kegiatan dan kesulitan untuk mencapai tujuan, 5) Pengabdian dan
pengorbanan untuk mencapai tujuan, 6) Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai
dengan kegiatan yang dilakukan, 7) Tingkat kualifikasi prestasi, 8) Arah sikapnya
terhadap sasaran kegiatan.
1.3.2 Definis Motivasi
Motivasi merupakan suatu kondisi dalam diri individu atau peserta didik yang
mendorong atau menggerakkan individu atau peserta didik melakukan kegiatan
mencapai sesuatu tujuan (Sukmadinata, 2007: 381). Menurut Hamalik (2005: 158)
motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam hal belajar motivasi
diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan
serangkaian kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Mc. Donald motivation is an energy change within the person
characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction (Hamalik, 2005: 158).
Didalam perumusan ini terdapat tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu :
1) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.
Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan tertentu didalam
sistem neuropisiologis dalam organisme manusia, misalnya terjadi perubahan dalam
sisem pencernaan maka timbul motif lapar.
2) Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective arousal).
Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi.
Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif.
3) Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
Pribadi yang bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju ke arah suatu
tujuan. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh
perubahan energi dalam dirinya.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan motivasi merupakan daya
penggerak seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dimana ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
1.3.3 Motivasi Belajar
Seperti diuraikan dimuka bahwa motivasi merupakan daya penggerak seseorang
untuk melakukan suatu kegiatan dimana ditandai dengan timbulnya perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
yang relatif menetap pada individu sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya dimana perubahan itu dapat berupa perubahan-
perubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan-kecakapan (skills) atau dalam ketiga
aspek yakni pengetahuan (kognitif), sikap (affektif), dan ketrampilan (psikomotor). IPS
adalah ilmu tentang konsep fenomena, interaksi social, budaya bahkan sampai
persoalan ilmu penetahuan.
Berdasarkan ketiga pengertian tersebut maka motivasi belajar dapat diartikan
sebagai daya penggerak individu untuk melakukan suatu proses mengembangkan cara
berfikir yang berhubungan dengan bentuk aktivitas social serta kehidupan social yang
ditandai dengan perubahan tingkah laku yang relatif menetap pada individu sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya; perubahan
itu dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan-kecakapan
(skills) atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan (kognitif), sikap (affektif), dan
ketrampilan (psikomotor); dimana ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan belajar.
1.3.4 Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi memiliki dua aspek fungsi (Sukmadinata, 2007: 382), yaitu:
1) Mengarahkan (directional function)
Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi berperan mendekatkan atau menjauhkan
individu dari sasaran yang akan dicapai. Apabila suatu sasaran atau tujuan
merupakan sesuatu yang diinginkan, maka motivasi berperan mendekatkan
(approach motivation), dan bila sasaran atau tujuan tidak diinginkan oleh individu,
maka motivasi berperan menjauhi sasaran (avoidance motivation).
2) Mengaktifkan atau meningkatkan kegiatan (activating and energizing function)
Perbuatan atau kegiatan belajar yang tidak bermotif atau motifnya sangat lemah
akan dilakukan tidak dengan sungguh-sungguh, tidak terarah dan kemungkinan
besar tidak akan membawa hasil. Sebaliknya apabila motivasi belajarnya besar atau
kuat, maka akan dilakukan dengan sungguh-sungguh, terarah, penuh semangat,
sehingga kemungkinan keberhasilannya akan lebih besar.
Selanjutnya menurut Hamalik (2005: 159), motivasi memiliki dua komponen,
yakni komponen dalam (inner component) dan komponen luar (outer component).
Komponen dalam ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas,
dan ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan
yang menjadi arah kelakuannya. Jadi, komponen dalam ialah kebutuhan-kebutuhan
yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar ialah tujuan yang hendak dicapai.
1.3.5 Tipe Motivasi
Motivasi belajar siswa dapat timbul dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan
dapat timbul dari luar diri siswa (motivasi ekstrinsik). Terdapat dua tipe motivasi
(Sardiman, 2006: 89-91) yaitu :
1) Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Jika dilihat dari segi tujuan kegiatan
yang dilakukannya (kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi
intrinsik adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung didalam perbuatan belajar
itu sendiri. Seorang siswa belajar karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan,
nilai atau ketrampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara kostruktif, tidak
karena tujuan yang lain-lain.
Intrinsic motivations are inherent in the learning situations and meet pupil-needs and
purposes. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk
motivasi yang didalamnya aktivitas belajarnya dimulai dan diteruskan berdasarkan
suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas
belajarnya. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi
orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu.
2) Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar. Motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk
motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan
dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin
komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik
bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
Berdasarkan tipe motivasi di atas maka dikatakan bahwa timbulnya motivasi yang
menyebabkan seseorang menggerakkan tingkah lakunya dipengaruhi adanya
motivasi dari dalam dirinya. Motivasi ini lebih dipengaruhi oleh upaya untuk
memenuhi kebutuhannya. Di samping itu juga karena adanya dorongan dan
tuntutan serta pengaruh dari lingkungan luar untuk melakukan tindakan yang sesuai
dengan perkembangan yang terjadi.
1.3.6 Usaha dalam Membangkitkan Motivasi
Guru merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan dan proses
belajar mengajar. Oleh karena itu, guru tersebut harus berperan aktif dan mampu
menempatkan kedudukannya secara profesional dan tepat sesuai dengan soko guru Ki
Hajar Dewantoro yaitu : ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri
handayani (Usman, 2002:8). Ing ngarso sung tulodho diartikan bahwa pemimpin dalam
hal ini guru harus memberikan teladan dan arahan yang baik bagi siswanya. Ing madyo
mangun karso berarti dalam pembelajaran guru berusaha membangkitkan ide siswa
dengan aktivitas sehingga siswa lebih memaknai konsep yang akan dipelajari. Guru
memberi kesempatan siswa untuk mengkonstruksi sendiri konsep yang akan
dipelajarinya sehingga siswa tidak lagi menerima paket-paket konsep atau aturan yang
telah dikemas oleh guru, melainkan siswa sendiri yang dibimbing untuk mengemasnya.
Mungkin saja kemasannya tidak akurat karena perbedaan pemahaman antara siswa
yang satu dengan siswa lainnya, atau mungkin terjadi kesalahan pemahaman. Akan
tetapi kesalahan siswa tersebut harus tetap dihargai karena hal itu merupakan bagian
dari belajar. Dari kesalahan tersebut, guru memberikan bantuan dan arahan serta
dukungan sebagai fasilitator dan pembimbing. Hal tersebut sesuai dengan prinsip
terakhir yaitu tut wuri handayani yang diartikan bahwa peran guru dalam pembelajaran
adalah sebagai fasilitator aktivitas siswa dalam mengembangkan kemampuan mereka
guna mencapai kompetensi yang diharapkan.
Berdasarkan makna yang terkandung dalam soko guru Ki Hajar Dewantoro
tersebut seorang guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa dapat melakukan
tindakan berupa mengarahkan, mengaktifkan/ meningkatkan kegiatan, serta
memberikan bantuan dan dukungan. Usaha guru dalam membangkitkan motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran IPS adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauan untuk
meningkatkan belajar IPS.
Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau
membangkitkan motivasi belajar siswanya (Hamalik, 2005: 166-168), antara lain
sebagai berikut :
a. Memberi angka
Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka
yang diberikan oleh guru. Siswa yang mendapat angka baik, akan mendorong
motivasi belajarnya menjadi lebih besar, sebaliknya siswa yang mendapat angka
kurang mungkin menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar
belajar lebih baik.
b. Pujian
Pemberian pujian kepada siswa atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil
besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian menimbulkan rasa puas dan
senang.
c. Hadiah
Cara ini dapat dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu, misalnya pemberian
hadiah pada akhir tahun kepada para siswa yang mendapat atau menunjukkan hasil
belajar yang baik.
d. Kerja kelompok
Kerjasama dalam belajar menimbulkan perasaan untuk mempertahankan nama baik
kelompok, hal ini menjadi pendorong yang kuat dalam belajar.
e. Persaingan
Baik kerja kelompok maupun persaingan memberikan motif-motif sosial kepada
siswa. Hanya saja persaingan individual akan menimbulkan pengaruh yang tidak
baik, seperti rusaknya hubungan persahabatan, perkelahian, pertentangan,
persaingan antar kelompok belajar.
f. Tujuan dan level of aspiration. Dari keluarga akan mendorong kegiatan siswa.
g. Sarkasme. Ialah dengan jalan mengajak para siswa yang mendapat hasil belajar
yang kurang. Dalam batas-batas tertentu sarkasme dapat mendorong kegiatan
belajar demi nama baiknya, tetapi dipihak lain dapat menimbulkan sebaliknya,
karena siswa merasa dirinya dihina, sehingga memungkinkan timbulnya konflik
antara siswa dan guru.
h. Penilaian. Penilaian secara kontinu akan mendorong siswa dalam belajar, oleh
karena setiap anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang
baik.Disamping itu, para siswa selalu mendapat tantangan dan masalah yang harus
dihadapi dan dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan seksama.
i. Karyawisata dan ekskursi
Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar, karena dalam kegiatan ini akan
mendapat pengalaman langsung dan bermakna baginya. Selain itu, karena objek
yang dikunjungi adalah objek yang menarik minatnya. Suasana bebas, lepas dari
keterikatan ruangan kelas besar manfaatnya untuk menghilangkan ketegangan-
ketegangan yang ada, sehingga kegiatan belajar dapat dilakukan lebih
menyenangkan.
j. Film pendidikan
Setiap siswa merasa senang menonton film. Gambaran dan isi cerita film lebih
menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. Para siswa mendapat
pengalaman baru yang merupakan suatu unit cerita yang bermakna.
k. Belajar melalui radio
Mendengarkan radio lebih menghasilkan daripada mendengarkan ceramah guru.
Radio adalah alat yang penting untuk mendorong motivasi belajar murid. Kendatipun
demikian, radio tidak mungkin dapat menggantikan kedudukan guru dalam
mengajar. Yang lebih penting ialah motivasi yang timbul dari dalam diri siswa sendiri
seperti dorongan kebutuhan, kesadaran akan tujuan, dan juga pribadi guru sendiri
merupakan contoh yang dapat merangsang motivasi mereka.
Sukmadinata (2007: 408) mengemukakan bahwa guru dengan status guru
pembimbing, wali kelas, guru kelas, guru bidang studi ataupun guru pembina kegiatan
ekstrakurikuler, dapat melakukan beberapa upaya membangkitkan motivasi belajar
meliputi :
a. Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pelajaran yang diberikan.
Tujuan yang jelas dan manfaat yang betul-betul dirasakan oleh peserta didik akan
membangkitkan motivasi belajar.
b. Memilih materi atau bahan pelajaran yang betul-betul dibutuhkan oleh siswa.
Sesuatu yang dibutuhkan akan menarik minat siswa, dan minat merupakan salah
satu bentuk motivasi.
c. Memilih cara penyajian yang bervariasi, sesuai dengan kemampuan peserta didik
dan banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba dan
berpartisipasi.
Banyak berbuat dalam belajar akan lebih membangkitkan semangat dibandingkan
dengan hanya mendengarkan. Oleh karena itu, guru perlu mencipakan berbagai
kegiatan peserta didik di dalam kelas.
d. Memberikan sasaran dan kegiatan-kegiatan antara.
Sasaran akhir dari kegiatan belajar peserta didik adalah lupus dari ujian akhir.
Menempuh ujian akhir ini, bagi peserta didik yang baru masuk merupakan kegiatan
yang terlalu lama, oleh karena itu perlu diciptakan sasaran dan kegiatan antara
seperti ujian semester. Ujian semester pun masih terlalu jauh sebab akan dilakukan
empat atau lima bulan kemudian. Untuk itu diperlukan kegiatan-kegiatan yang lebih
dekat, seperti ujian bulanan atau ujian mingguan.
e. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk sukses.
Sukses yang dicapai oleh peserta didik akan membangkitkan motivasi belajar, dan
sebaliknya kegagalan yang beruntun dapat menghilangkan motivasi.
f. Memberikan kemudahan dan bantuan dalam belajar.
Tugas guru atau pendidik di sekolah adalah membantu perkembangan siswa.
Apabila peserta didik mengalami kesulitan atau hambatan dalam belajar, berikanlah
bantuan, baik langsung oleh guru maupun tidak langsung.
g. Memberikan pujian, ganjaran, atau pun hadiah.
Guru-guru dapat memberikan pujian, ganjaran, bahkan hadiah agar dapat
membangkitkan motivasi peserta didik.
Menurut Sardiman (2006: 92-95) ada beberapa bentuk dan cara untuk
menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain :
a. Memberi angka
Angka-angka yang baik bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.
Guru harus menempuh bagaimana cara memberikan angka-angka yang dapat
dikaitkan dengan values yang terkandung didalam setiap pengetahuan yang
diajarkan kepada para siswa sehingga tidak hanya sekedar kognitif tetapi juga
ketrampilan dan afeksinya.
b. Hadiah
Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian. Hadiah untuk
suatu pekerjaan , mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang
dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.
c. Saingan/kompetisi
Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
d. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan
menerimanya sebagai tantangansehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan
harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.
Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang
baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol
kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Para siswa
akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.
e. Memberi ulangan
Siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena
itu, memberi ulangan merupakan sarana motivasi. Dalam hal ini guru harus terbuka,
jika akan ulangan harus diberitahukan kepada siswanya. Biasanya anak didik akan
giat belajar ketika diketahuinya akan dilaksanakan ulangan. Ulangan dapat
bermanfaat untuk membangkitkan perhatian anak didik terhadap bahan yang
diberikan di kelas.
f. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.
Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada
diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
Setiap tugas yang telah diselesaikan oleh anak didik dan telah diberi nilai sebaiknya
guru bagikan kepadasetiap anak didik agar mereka dapat mengetahui prestasi
kerjanya. Kebenaran kerja yang dilakukan oleh anak didik dapat dipertahankan,
sedangkan kesalahan kerja yang dilakukan anak didik diperbaiki. Kesalahan
diperbaiki dengan bantuan dan bimbingan dari guru.
g. Pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi
yang baik. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan
dan mempertinggi gairah belajar sekaligus akan membangkitkan harga diri.
h. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat
dan bijaksana bisa menjadi alat motivasi. Guru harus memahami prinsip-prinsip
pemberian hukuman.
i. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, bararti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal
ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud.
Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk
belajar, sehingga hasilnya akan lebih baik.
j. Minat
Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat merupakan alat motivasi
yang pokok. Proses belajar akan berjalan lancar jika disertai dengan minat. Minat
dapat dibangkitkan dengan cara membangkitkan adanya suatu kebutuhan,
menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau, memberi
kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, serta menggunakan berbagai
macam bentuk mengajar.
k. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa merupakan alat motivasi
yang sangat penting, sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena
dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus
belajar.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam
membangkitkan motivasi belajar IPS guru dapat melakukan tindakan berupa
mengarahkan, mengaktifkan/meningkatkan kegiatan, serta memberikan bantuan dan
dukungan. Mengarahkan dalam hal ini meliputi menjelaskan manfaat dan tujuan dari
mata pelajaran yang diberikan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
memperoleh sukses. Mengaktifkan/meningkatkan kegiatan meliputi menggunakan cara
penyajian yang bervariasi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mencoba dan berpartisipasi, memberikan sasaran dan kegiatan-kegiatan antara yaitu :
memberikan soal latihan, tugas, pekerjaan rumah, kuis, dan ulangan. Memberikan
bantuan dan dukungan meliputi memberikan kemudahan dan bantuan dalam belajar;
memberikan pujian, penguatan, penghargaan, sanksi, dan teguran.
Bagi guru yang terpenting dengan adanya macam-macam motivasi itu dapat
dikembangkan dan diarahkan untuk melahirkan hasil belajar yang bermakna. Pada
mulanya, karena ada sesuatu (bentuk motivasi) siswa itu rajin belajar, tetapi guru harus
mampu melanjutkan dari tahap rajin belajar diarahkan menjadi kegiatan belajar yang
bermakna, sehingga hasilnya akan bermakna bagi kehidupan subjek belajar.
1.4 Kerangka Berfikir
Pembelajaran merupakan kegiatan pokok dari keseluruhan proses pendidikan.
Berhasil tidaknya tujuan pendidikan yang dicapai tergantung dari berhasil tidaknya
proses pembelajaran yang dialami oleh peserta didik. Akan tetapi hal tersebut tidak
terlepas dari faktor pendukungnya, yaitu guru, siswa, strategi pengajaran serta fasilitas
penunjang lainnya. Dari beberapa faktor tersebut, guru dalam kegiatan proses
pembelajaran di sekolah menempati kedudukan yang sangat penting dan tanpa
mengabaikan faktor penunjang yang lain, guru sebagai subjek pendidikan sangat
menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri. Meskipun fasilitas pendidikannya
lengkap dan canggih, namun bila tidak ditunjang oleh keberadaan guru yang berkualitas
sehingga dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, maka tidak akan menimbulkan
proses pembelajaran yang maksimal.
IPS merupakan pelajaran yang membutuhkan pemahaman konsep-konsep
sosial. Oleh karena itu diperlukan berbagai macam usaha yang harus dilakukan guru
untuk membangkitkan motivasi belajar IPS. Usaha guru dalam membangkitkan motivasi
belajar IPS adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menggerakkan atau
memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauan untuk meningkatkan
motivasi belajar.
Dalam usaha membangkitkan motivasi belajar tidak cukup hanya mengandalkan
kesadaran dari siswa itu sendiri, melainkan dari usaha seorang guru yang memiliki
keinginan yang kuat untuk membangkitkan motivasi belajar. Hal ini bertujuan untuk
membantu siswa dalam belajar sehingga mencapai hasil yang memuaskan, karena
motivasi merupakan komponen penting dalam pembelajaran. Variasi mengajar guru
menjadi bagian penting untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, tanpa disadari
variasi mengajar akan banyak menimbulkan persepsi bagi peserta didik atau dalam hal
ini siswa, karena lebih fokus pada sikap pribadi. Banyak hal yang secara simultan
terjadi ketika guru menggunakan variasi mengajar, misalnya penampilan guru, sikap
yang empatik, rasa simpati, penggunaan bahasa, peraga, motivasi dan menguasai hati
siswa. Sebetulnya hal-hal tersebut secara tidak disengaja dalam kegiatan pembelajaran
telah diterapkan, tetapi tidak terstruktur dengan biak, untuk itu dalam penelitian ini
mencoba menguji pengaruh variasimengajar guru terhadap motivasi belajar siswa
khususnya dalam kegiatan pembelajaran IPS di SMA Negeri Prasetya Kota Gorontalo.
Variasi Gaya Mengajar - Variasi suara; - Penekanan (ocusing); - Pemberian waktu (pausing); - Kontak pandang; - Gerakan anggota badan (gesturing); - Perpindahan posisi guru (teachers
movement)
(Djamarah dan Zain, 2010:163)
Motivasi Belajar
- Saingan/kompetisi - Hasrat untuk belajar - Minat - Tujuan yang diakui - Mengetahui hasil
Sardiman (2006: 92-95)