bab ii kajian teoritis 1.1 eksistensi guru...

30
BAB II KAJIAN TEORITIS 1.1 Eksistensi Guru dalamMengajar Kompetensi mengajar adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh semua tenaga pengajar. Berbagai konsep dikemukakan untuk mengungkap apa dan bagaimana kemampuan yang harus dikuasai oleh tenaga pengajar di berbagai tingkatan sekolah. Misalnya, Gagne (dalam Poerwanti, 2010:1) mengemukakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat tiga kemampuan pokok yang dituntut dari seorang guru yakni: kemampuan dalam merencanakan materi dan kegiatan belajar mengajar, kemampuan melaksanakan dan mengelola kegiatan belajar mengajar, serta menilai hasil belajar siswa. Memang tiga hal pokok tersebut menjadi tanggungjawab guru selama menjadi tenaga pengajar, dan sertiap guru memiliki dan mengamalkan hal tersebut sesuai dengan tuntutan tuju pembelajaran. Namun, sejauh ini dalam implementasinya masih mengalami kendala, bahkan sulit untuk dicapai dengan tujuan pembelajaran sebagaimana di amanatkan dalam UU Pendidikan. Karena beberapa alas an itu, sehingga itu muncul berbagai macam alternatif pembelajaran yang diciptakan dengan berbagai macam eksperiman, dan hasilnya banyak model pembelajaran dan metode yang bisa digunakan dalam menunjang kinerja pendidik dalam hal ini guru. Misalnya saja, variasi dalam proses belajar mengajar, ini sebetulnya telah dimiliki oleh setiap individu guru, namun belum diolah dengan maksimal. 1.2 Variasi Mengajar Guru Sebagai pembuka dalam tulisan ini, ilustrasi pola hidup yang akan digambarkan di bawah ini akan menimbulkan hal psikis bagi seseorang dalam aktivitas keseharian.

Upload: trinhmien

Post on 11-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

KAJIAN TEORITIS

1.1 Eksistensi Guru dalamMengajar

Kompetensi mengajar adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh semua

tenaga pengajar. Berbagai konsep dikemukakan untuk mengungkap apa dan

bagaimana kemampuan yang harus dikuasai oleh tenaga pengajar di berbagai

tingkatan sekolah. Misalnya, Gagne (dalam Poerwanti, 2010:1) mengemukakan bahwa

dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat tiga kemampuan pokok yang dituntut dari

seorang guru yakni: kemampuan dalam merencanakan materi dan kegiatan belajar

mengajar, kemampuan melaksanakan dan mengelola kegiatan belajar mengajar, serta

menilai hasil belajar siswa. Memang tiga hal pokok tersebut menjadi tanggungjawab

guru selama menjadi tenaga pengajar, dan sertiap guru memiliki dan mengamalkan hal

tersebut sesuai dengan tuntutan tuju pembelajaran. Namun, sejauh ini dalam

implementasinya masih mengalami kendala, bahkan sulit untuk dicapai dengan tujuan

pembelajaran sebagaimana di amanatkan dalam UU Pendidikan. Karena beberapa alas

an itu, sehingga itu muncul berbagai macam alternatif pembelajaran yang diciptakan

dengan berbagai macam eksperiman, dan hasilnya banyak model pembelajaran dan

metode yang bisa digunakan dalam menunjang kinerja pendidik dalam hal ini guru.

Misalnya saja, variasi dalam proses belajar mengajar, ini sebetulnya telah dimiliki oleh

setiap individu guru, namun belum diolah dengan maksimal.

1.2 Variasi Mengajar Guru

Sebagai pembuka dalam tulisan ini, ilustrasi pola hidup yang akan digambarkan

di bawah ini akan menimbulkan hal psikis bagi seseorang dalam aktivitas keseharian.

Berikut iluastrasi yang dikemukakan oleh Djamarah dan Zain 2010:160) bahwa variasi

sebagai sesuatu yang membuat tidak membosankan. Pada dasarnya semua orang

tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang membosankan

adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Merasakan makanan yang sama secara

terus-menerus akan menimbulkan kebosanan; melihat film yang sama dua kali saja

orang sudah tidak mau, juga karena bosan. Orang akan lebih suka bila hidup itu diisi

dengan penuh variasi dalam arti yang positif. Makan makanan yang bervariasi

(bermacam – macam) akan merangsang untuk makan. Mendengarkan lagu – lagu baru

lebih menyenangkan daripada lagu – lagu yang tiap hari didengar. Reaksi pada

dasarnya juga mengurangi kebosanan pandangan di tempat asallnya. Mengatur alat

rumah tangga sering berganti, akan membuat orang lebih senang di rumah daripada

pergi. demikian juga dalam proses belajar mengajar bila tidak menggunakan variasi

maka akan menimbulkan kebosasanan bagi siswa, perhatian siswa berkurang,

mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak tecapai, oleh karena itu penting variasi

bagi guru.

Kegiatan belajar mengajar dalam Syaiful dan Zain (2006) adalah suatu kondisi

yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan

anak didik. Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk

menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ke tujuan.

Suasana belajar yang tidak menyenangkan bagi anak didik biasanya lebih banyak

mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis. Anak didik gelisah

duduk berlama-lama dikursi mereka masing-masing. Kondisi ini tentu menjadi kendala

yang serius bagi tercapainya tujuan pengajaran. Semua kendala yang terjadi dan dapat

menghambat jalannya proses belajar mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku

anak didik maupun yang bersumber dari luar diri anak didik harus guru hilangkan.

Karena keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam

mengelola kelas.

Gejala adanya anak didik yang kurang senang menerima pelajaran dari guru

tidak harus terjadi, karena hal itu akan menghambat proses belajar mengajar. Disinilah

diperlukan peranan guru, bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar yang

mampu mendorong anak didik untuk senang dan bergairah belajar. Untuk hal ini, cara

akurat yang mesti guru lakukan adalah mengembangkan variasi dalam gaya mengajar,

dalam penggunaan media, dan dalam interaksi guru dengan anak didik. Ketiga

komponen variasi mengajar menyeret kegiatan belajar anak didik kedalam berbagai

pengalaman yang menarik pada berbagai tingkat kognitif. Anak didik bergairah belajar.

Sardiman (2009) menyatakan dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi.

“Motivation is an essential condition of learning”. Hasil belajar akan menjadi optimal,

kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula

pengajaran itu. Jadi motivasi senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para

siswa. Dalam R. Ibrahim dan Nana Syaodih (2003) menyatakan upaya-upaya yang

dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa berhubungan dengan

komponen keterampilan mengajar guru dalam mengadakan variasi yang meliputi gaya

mengajar, penggunaan media dan interaksi yang bervariasi.

1.2.1 Definisi Fariasi Mengajar Guru

Kemampuan mengajar adalah kemampuan essensial yang harus dimiliki olehguru, tidak lain

karena tugas guru yang paling utama adalah mengajar. Yang dihadapi oleh guru adalah para siswa

yang dinamis, baik sebagai akibat dari dinamika internal yang berasal dari diri siswa maupun sebagai

akibat dari dinamika lingkungan yangsedikit banyak berpengaruh terhadap siswa. Oleh karena itu,

kemampuan mengajar guruharuslah dinamis juga, sebagai akibat dari tuntutan-tuntutan dinamika

siswa yang tak terelakkan.Variasi mengajar adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses

interaksibelajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalamsituasi

belajar-mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, sertapenuh partisipasi

(Wardani, 2005).Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar meliputi

tigaaspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan

bahanpengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.

1.2.2 Hakikat Belajar Mengajar

Belajar merupakan suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksidengan

lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstan. Belajar pada

hakikatnya adalah ”perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang yang terjadi di dalam

diri seseorang setelah berakhirnya melakukan akivitas belajar. Namun, tidak semua perubahan

termasuk kategori belajar seperti perubahan fisik,mabuk, gila, dan sebagainya.Proses belajar

mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secarakeseluruhan dengan guru sebagai pemegang

peranan utama. Proses belajar mengajarmerupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

perbuatan guru dan siswa atasdasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

untuk mencapaitujuan tertentu.Proses belajar mengajar mempunyai pengertian dan makna yang

berbeda denganmengajar. Dalam proses belajar mengajar terdapat tersirat adanya satu kesatuan

kegiatanyang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara

keduakegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang.

1.2.3 Tujuan Variasi Mengajar

Penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi, danbelajar

siswa. Tujuan mengadakan variasi mengajarmenurut Djamarah dan Zain (2010 : 165) adalah:

1. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajarmengajar.

Dalam proses pembelajaran perhatian siswa terhadap materi pelajaran yangdiajarkan sangat

dituntut. Tidak diharapkan sedikitpun terdapat siswa yang tidak atau kurang memperhatikan

penjelasan yang diberikan guru, karena hal tersebutakan membuat siswa tidak memahami

akan bahan yang diajarkan oleh guru.Dalam jumlah siswa yang besar sering ditemukan

kesulitan untuk mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi pelajaran yang

diberikan.Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Misalnya faktor penjelasan

guruyang kurang mengenai sasaran, situasi di luar kelas yang lebih menarik dibandingkan

dengan materi pelajaran yang diberikan guru, siswa yang kurangmenyenangi materi pelajaran

yang diberikan guru.Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar

mengajar,karena dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang

guru jelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran tersebut bila

setiapsiswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu

pertemuankelas. Indiktor penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah

terjadinyaperubahan dalam diri siswa. Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak

bisadikesampingkan dalam konteks percapaian tujuan pembelajaran.Karena itu, guru selalu

memperhatikan variasi mengajarnya apakah sudahdapat meningkatkan dan memelihara

perhatian siswa terhadap materi yangdijelaskan atau belum.

2. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi. Motivasi memegang peran

penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akandapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak

ada motivasi di dalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan

kegiatan belajar makadari itu, guru siswa tidak adak melakukan kegiatan belajar. Maka dari itu,

guruselalu memperhatikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak dalam diri

setiap siswa selama pengajaran berlangsung. Dalam proses belajar mengajar di kelas, tidak

setiap siswa mempunyai motivasi yang sama terhadap suatu bahan pelajaran. Untuk bahan

tertentu mungkinseorang siswa menyenanginya, tetapi untuk bahan yang lain boleh jadi siswa

tersebut tidak menyenanginya. Ini merupakan masalah bagi guru dalam setiap kalimengadakan

pertemuan. Guru selalu dihadapkan pada masalah motivasi. Guru selalu ingin memberikan

motivasi terhadap siswanya yang kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan. Bagi

siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru.

Dalam diri siswa yang seperti ini sudah tertanam motivasi untuk belajar yang disebut motivasi

intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan sendirinya memperhatikan penjelasan guru.

Rasa ingin tahunyalebih tinggi terhadap materi pelajaran yang diberikan. Lain halnya bagi siswa

yang tidak ada motivasi di dalam dirinya. Untuk siswa yang seperti ini motivasi ekstrinsik yang

merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak dibutuhkan. Disini peran guru lebih diinginkan untuk

memerankan fungsi guru sebagai motivator, yaitu memotivasi sebagai alat yang mendorong

manusia untuk berbuat, motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan, danmotivasi

sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan (Hamalik, 2006).

3. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah. Masih sering dijumpai disetiap sekolah

terdapat siswa tertentu yang kurangsenang terhadap seorang guru. Konsekuensinya bidang studi

yang dipegang olehguru tersebut juga menjadi tidak disenangi. Kecuekan selalu ditunjukkan lewat

sikap dan perbuatan ketika guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran dikelas.Kurang

senangnya seorang siswa terhadap guru bisa jadi disebabkan gayamengajar guru yang monoton

tidak bervariasi atau guru kurang datap menguasai kelas. Kegaduhan biasanya sering terjadi

pada sudut-sudut kelas. Akibatnya jalannya proses pembelajaran tidak efektif. Guru

gagal menciptakan suasana belajar yang menbangkitkan kreativitas dan kegairahan belajar

siswa.

4. Memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual. Sebagai seorang guru yang

profesional dituntut mempunyai keterampilan-keterampilan yang mendukung tugasnya dalam

proses pembelajaran. Penguasaan metode mengajar yang dituntut kepada guru tidak hanya

satu atau dua metode, tetapi lebih banyak dari itu. Penguasaan terhadap berbagai

penggunaan media merupakan keterampilan lain yang harus dimiliki bagi guru. Fasilitas

merupakan kelengkapan balajar yanag harus ada di sekolah yangberguna sebagai alat bantu

pengajaran. Lengkap tidaknya fasilitas belajar mempengaruhi pemilihan yang harus guru

lakukan. Sangat terbatasnya fasilitas belajar cenderung lebih sedikit alternatif yang tersedia

untuk melakukan pemilihan.

5. Mendorong siswa untuk belajar. Membuat suasana belajar yang nyaman adalah tugas guru.

Kewajiban belajaradalah tugas siswa. Kedua kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi

pengajaran yang disebut interaksi edukatif. Lingkungan pembelajaran yang kondusif adalah

lingkungan yang mampu mendorong siswa untuk selalu belajar.Gejala adanya siswa yang

kurang senang menerima pelajaran dari guru tidak semestinya terjadi, karena hal ini akan

menghambat proses pembelajaran. Disinilah diperlukan peranan guru, bagaimana upaya

menciptakan lingkungan belajar yang mampu mendorong siswa untuk senang dan bergairah

belajar.Untuk hal ini cara yang tepat yang mesti dilakukan oleh guru adalah mengembangkan

varisai mengajar, baik dalam gaya mengajar, dalam menggunakan media dan bahan

pengajaran maupun dalam interaksi guru dengan siswa.

1.2.4 Prinsip Penggunaan Variasi Mengajar

Dalam proses belajar mengajar kegiatan siswa adalah yang menjadi fokusperhatian. Apapun

kegiatan yang guru lakukan tidak lain adalah suatu upaya bagaimana lingkungan ang tercipta itu

menyenangkan hati semua siswa dan dapat menggairahkanbelajar siswa. Itu berarti tidak ada

seorang guru pun yang ingin agar siswanya tidak senang dan tidak bergairah dalam belajar, maka

akan mengganggu kelancaran kegiatanpengajaran. Apalagi jika sebagian besar siswanya tidak mau

memperhatikan penjelasan yang diberikan guru, atau tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan

guru untuk materi tertentu. Agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif

belajar,tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya ke arah ituadalah

dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalammengajar. Menurut

Djamarah dan Zain (2010 : 160) beberapa prinsip penggunaan ini sangat penting untuk diperhatikan

dan betul-betul harus dihayati guna mendukung pelaksanaan tugas mengajar di kelas. Prinsip-prinsip

penggunaan variasi mengajar itu adalah seagai berikut:

1. Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasidigunakan, selain juga

harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi. Semua itu untuk mencapai

tujuan belajar.

2. Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga momenproses belajar

mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian siswa dan proses tidak terganggu.

3. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktrur dan direncanakan oleh guru.

Karena itu memerlukan penggunaan yang luwes sesuai dengan umpanbalik yang diterima dari

siswa.

1.2.5 Komponen-komponen Variasi Mengajar

a. Variasi gaya mengajar

Variasi gaya mengajar pada dasarnya meliputi variasi suara, variasi anggota badan, dan

variasi perpindahan posisi guru dalam kelas. Bagi siswa variasi tersebutdilihat sebagai sesuatu yang

energik, antusias, bersemangat, dan semuanya memilikirelevensi dengan hasil belajar. Perilaku guru

seperti itu dalam proses belajarmengajar akan menjadi dinamis dan mempertinggi komunikasi antara

guru dansiswa, menarik perhatian siswa, menolong penerimaan bahan pelajaran, danmemberi

stimulasi. Variasi gaya mengajar ini menurut Djamarah dan Zain (2010 : 167) adalah sebagai berikut:

a. Variasi suara. Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada, volume, dan kecepatan.Guru

dapat mendramatisasi suatu perstiwa, menunjukkan hal-hal yangdianggap penting, berbicara

secara pelan dengan seorang siswa, atauberbicara secara tajam dengan siswa yang kurang

perhatian, dan seterusnya.

b. Penekanan (ocusing).Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting

atau aspek kunci, guru dapat menggunakan ”penekanan secara verbal”;

misalnya,”Perhatikan baik -baik. Nah, ini yang penting. Ini adalah bagian yang

sukar,dengarkan baik-baik!” penekanan seperti itu biasanya dikombinasikan dengan

gerakan anggota badan yang dapat menunjukkan dengan jari ataumemberi tanda pada papan

tulis.

c. Pemberian waktu (pausing) Untuk menarik perhatian siswa, dapat dilakukan dengan mengubah

yangbersuara mejadi sepi, dari akhir bagian pelajaran ke bagian berikutnya.

d. Dalam keterampilan bertanya, pemberian waktu dapat diberikan setelah guru mengajukan

beberapa pertanyaan, untuk mengubahnya menjadi pertanyaan yang lebih tinggi tingkatannya

setelah keadaan memungkinkan. Bagi siswa, pemberian waktu dipakai untuk mengorganisasi

jawaban agar menjadi lengkap.

e. Kontak pandang. Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan siswa, sebaiknya mengarahkan

pandangannya ke seluruh kelas, menatap mata setiap siswa untuk dapat membentuk hubungan

yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian. Guru dapat membantu siswa dengan

menggunakan matanya menyampaikan informasi, dan dengan pandangannya dapat menarik

perhatian siswa.

f. Gerakan anggota badan (gesturing).Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan

merupakan bagian yangpenting dalam komunikasi. Tidak hanya untuk menarik perhatian saja,

tetapi juga menolong dalam menyampaikman arti pembicaraan.

g. Perpindahan posisi guru (teachers movement).Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas

dapat membantu menarik perhatian siswa, dapat meningkatkan kepribadian guru. Perhatian

posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri kesisi kanan, atau diantara

siswa dari belakang ke samping siswa. Dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri kemudian

berubah menjadi posisi duduk. Yang penting dalam perubahan posisi ialah harus ada tujuannya,

dan tidak sekedar mondar-mandir. Guru yang kaku adalah tidak menarik dan mejemukan, dan

bilabervariasi dilakuhan secara berlebikan akan mengganggu.

b. Variasi media dan bahan ajaran

Setiap siswa mempunyai kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran maupun

penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara. Adayang lebih enak atau senang membaca,

ada yang lebih suka mendengarkan dulu baru membaca, dan sebaliknya. Dengan variasi

menggunaan media, kelemahan indra yang dimiliki tiap siswa misalnya, guru dapat memulai dengan

berbicara terlebih dahulu kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan dengan melihat contoh konkret.

Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulasi terhadapa indra siswa.Ada tiga komponen dalam

variasi penggunaan media, yaitu media pandang,media dengar, dan media taktil. Bila guru dalam

menggunakan media bervariasi dari satu ke yang lain, atau variasi bahan ajaran dalam satu

komponen media akan banyak sekali memerlukan penyesuaian indra siswa, membuat perhatian

siswa menjadi lebih meningkatkan kemampuan belajar.

a. Variasi media pandang. Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggubaan alat

danbahan ajaran khusus untuk komunikasi seperti buku, majalah, globe, peta,majalah dinding,

film, film strip. televisi, radio, recorder, gambar grafik,model, demonstrasi, dan lain-lain.

Penggunaan yang lebih luas dari alat-alattersebut memiliki keuntungan:

1) Membantu secara konkret konsep berpikir, dan mengurangi respon yangkurang bermanfaat.

2) Memiliki secara potensial perhatian siswa pada tingkat yang tinggi.

3) Dapat membuat hasil belajar yang riil yang akan mendorong kegiatan mandiri anak didik.

4) Mengembangkan cara berpikir dan berkesinambungan, seperti halnya dalam film.

5) Mememberi pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh alat lain.

6) Menambah frekuensi kerja, lebih dalam, dan variasi belajar.

b. Variasi media dengarPada umumnya dalam proses belajar mengajar di kelas suara guru adalah

alatutama dalam komunikasi. Variasi dalam penggunaaan media denganmemerlukan sekali

saling bergantian atau berkombinasi dengan mediapandang dengan media taktil. Sudah barang

tentu ada sejumlah media dengaryang dapat dipakai untuk itu diantaranya ialah pembicaraan

siswa, rekamanbunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara, bahkanrekaman

suara ikan lumba-lumba, yang semuanya itu dapat memilikirelevansi dengan pelajaran.

c. Variasi Media Taktil.Komponen terakhir dari keterampilan variasi media dan bahan ajar

adalahpenggunaan media yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyentuh dan

memanipulasi benda atau bahan ajaran. Dalam hal ini akanmelibatkan siswa dalam kegiatan

penyusunan atau pembuatan model, yanghasilnya dapat disebutkan sebagai media taktil.

Kegiatan tersebut dapatdilakukan secara individu ataupun kelompok kecil. Contohnya dalam

bidangstudi sejarah dapat membuat maket desa zaman Majapahit, dalam bidangstudi geografi

dapat membuat model lapisan tanah; megumpulkan berbagai jenis mata uang logam contoh

untuk bidang studi ekonomi.

c. Variasi Interaktif

Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan siswanya memilikirentangaan yang bergerak

dari dua kutub, yaitu: Siswa bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru.Siswa

mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru, di managuru berbicara kepada siswa.

Diantara kedua kutub itu hanya memungkinkan dapat terjadi. Misalnya, guru berbicara dengan

sekelompok kecil siswa melalui mengajukan beberapa pertanyaanatau guru berbincang dengan

siswa secara individual, atau guru menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga antar siswa dapat

saling tukar menukar pendapat melalui penampilan diri, demonstrasi, atau diskusi. Bila guru yang

berbicara, dapat melalui beberapa kategori: Filling persetujuan, penghargaan atau peningkatan,

menggunakan pendapat siswa, bertanya, ceramah, memberi petunjuk, dan mengeritik. Sebaliknya

siswa dapat berbicara melalui pemberian respons dan pengambilan prakarsa. Bila guru mengajukan

pertanyaan dapat juga divariasi sesuai dengan domain kognitif dari Bloom (dalam Murni, 2010)

pertanyaan dapat diajukan ke seluruh kelas atau ditujukan kepada siswa, maka dapat berbentuk:

mendengarkan ceramah guru, mengajukan pendapat pada diskusi kelompok kecil. Bekerja individual

atau kerja kelompok, membaca secara keras atau secara pelan, melihat film, bekerja di laboraturium,

baik bahasa maupun alam, bekerja atau belajar bebas, atau dapat juga menciptakan kegiatan sendiri.

1.3 Motivasi Belajar

1.3.1 Definisi Belajar

Banyak pakar yang telah memberikan definisi tentang belajar. Menurut burton

(dalam Wardani, 2005: 69) Mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan diri

individu sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dan

menjadikannya lebih mampu melestarikan lingkungan secara memadai.Selanjutnya

Traves (dalam Wardani, 2005: 71) Mengemukakan bahwa belajar sebagai cakupan

perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku sebagai akibat penyikapan dalam

terhadap kondisi dalam lingkungan.

Menurut Sardiman (2006:22) belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri

manusia (id-ego-super ego) dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi,

fakta, konsep ataupun teori. Dalam hal ini, terkandung suatu maksud bahwa proses

interaksi tersebut meliputi proses internalisasi dari sesuatu kedalam diri yang belajar

serta dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera turut berperan.

Menurut Hamalik (2005:27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh

kelakuan melalui pengalaman. Dari pengertian tersebut, Humalik (2005:27)

Menegaskan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu

hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni

mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan

kelakuan.

Menurut Sudjana (2009:28) belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan,

proses berbuat melalui pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, dan

memahami sesuatu.Hakim, (dalam Faturrohman, dkk, 2007:6) Mengemukakan belajar

merupakan suatu proses perubahan-perubahan didalam kepribadian manusia, dan

perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas

tinggkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,

pemahaman, ketrampilan, daya pikir dan lain-lain kemampuannya.

Menurut Winkel (2005;59) Belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan

dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu relatif

konstan dan berbekas.

Dari beberapa rumusan dan definisi belajar trsebut diatas, istilah yang terdapat

pada semua definisi adalah perubahan dan pengalaman. Dengan demikian, belajar

adalah suatu proses yang menimbulkan atau merubah perilaku, pengetahuan,

pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap melalui latihan atau pengalaman.Pada

dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,

menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak

melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Menurut Alderfer(dalam Nashar, 2004:42) Motivasi belajar adalah

kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat

untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.Motivasi dipandang sebagai

dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk

perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,

menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu

belajar (Koeswara, 1989 ; Siagia, 1989 ; Sehein, 1991 ; Biggs dan Tefler, 1987 dalam

Dimyati dan Mudjiono, 2006)

Untuk peningkatan motivasi belajar menurut Syamsudin (1996) yang dapat kita

lakukan adalah mengidentifikasi beberapa indikatoryna dalam tahap-tahap tertentu.

Indikator motivasi antara lain: 1) Durasi kegiatan, 2) Frekuensi kegiatan, 3)

Presistensinya pada tujuan kegiatan, 4) Ketabahan, keuletan dan kemampuannya

dalam menghadapi kegiatan dan kesulitan untuk mencapai tujuan, 5) Pengabdian dan

pengorbanan untuk mencapai tujuan, 6) Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai

dengan kegiatan yang dilakukan, 7) Tingkat kualifikasi prestasi, 8) Arah sikapnya

terhadap sasaran kegiatan.

1.3.2 Definis Motivasi

Motivasi merupakan suatu kondisi dalam diri individu atau peserta didik yang

mendorong atau menggerakkan individu atau peserta didik melakukan kegiatan

mencapai sesuatu tujuan (Sukmadinata, 2007: 381). Menurut Hamalik (2005: 158)

motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan

timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam hal belajar motivasi

diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan

serangkaian kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Mc. Donald motivation is an energy change within the person

characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction (Hamalik, 2005: 158).

Didalam perumusan ini terdapat tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu :

1) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.

Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan tertentu didalam

sistem neuropisiologis dalam organisme manusia, misalnya terjadi perubahan dalam

sisem pencernaan maka timbul motif lapar.

2) Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective arousal).

Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi.

Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif.

3) Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.

Pribadi yang bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju ke arah suatu

tujuan. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh

perubahan energi dalam dirinya.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan motivasi merupakan daya

penggerak seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dimana ditandai dengan

timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

1.3.3 Motivasi Belajar

Seperti diuraikan dimuka bahwa motivasi merupakan daya penggerak seseorang

untuk melakukan suatu kegiatan dimana ditandai dengan timbulnya perasaan dan

reaksi untuk mencapai tujuan. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku

yang relatif menetap pada individu sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya dimana perubahan itu dapat berupa perubahan-

perubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan-kecakapan (skills) atau dalam ketiga

aspek yakni pengetahuan (kognitif), sikap (affektif), dan ketrampilan (psikomotor). IPS

adalah ilmu tentang konsep fenomena, interaksi social, budaya bahkan sampai

persoalan ilmu penetahuan.

Berdasarkan ketiga pengertian tersebut maka motivasi belajar dapat diartikan

sebagai daya penggerak individu untuk melakukan suatu proses mengembangkan cara

berfikir yang berhubungan dengan bentuk aktivitas social serta kehidupan social yang

ditandai dengan perubahan tingkah laku yang relatif menetap pada individu sebagai

hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya; perubahan

itu dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan-kecakapan

(skills) atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan (kognitif), sikap (affektif), dan

ketrampilan (psikomotor); dimana ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk

mencapai tujuan belajar.

1.3.4 Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi memiliki dua aspek fungsi (Sukmadinata, 2007: 382), yaitu:

1) Mengarahkan (directional function)

Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi berperan mendekatkan atau menjauhkan

individu dari sasaran yang akan dicapai. Apabila suatu sasaran atau tujuan

merupakan sesuatu yang diinginkan, maka motivasi berperan mendekatkan

(approach motivation), dan bila sasaran atau tujuan tidak diinginkan oleh individu,

maka motivasi berperan menjauhi sasaran (avoidance motivation).

2) Mengaktifkan atau meningkatkan kegiatan (activating and energizing function)

Perbuatan atau kegiatan belajar yang tidak bermotif atau motifnya sangat lemah

akan dilakukan tidak dengan sungguh-sungguh, tidak terarah dan kemungkinan

besar tidak akan membawa hasil. Sebaliknya apabila motivasi belajarnya besar atau

kuat, maka akan dilakukan dengan sungguh-sungguh, terarah, penuh semangat,

sehingga kemungkinan keberhasilannya akan lebih besar.

Selanjutnya menurut Hamalik (2005: 159), motivasi memiliki dua komponen,

yakni komponen dalam (inner component) dan komponen luar (outer component).

Komponen dalam ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas,

dan ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan

yang menjadi arah kelakuannya. Jadi, komponen dalam ialah kebutuhan-kebutuhan

yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar ialah tujuan yang hendak dicapai.

1.3.5 Tipe Motivasi

Motivasi belajar siswa dapat timbul dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan

dapat timbul dari luar diri siswa (motivasi ekstrinsik). Terdapat dua tipe motivasi

(Sardiman, 2006: 89-91) yaitu :

1) Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu

sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Jika dilihat dari segi tujuan kegiatan

yang dilakukannya (kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi

intrinsik adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung didalam perbuatan belajar

itu sendiri. Seorang siswa belajar karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan,

nilai atau ketrampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara kostruktif, tidak

karena tujuan yang lain-lain.

Intrinsic motivations are inherent in the learning situations and meet pupil-needs and

purposes. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk

motivasi yang didalamnya aktivitas belajarnya dimulai dan diteruskan berdasarkan

suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas

belajarnya. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi

orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu.

2) Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya

perangsang dari luar. Motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk

motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan

dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin

komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik

bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

Berdasarkan tipe motivasi di atas maka dikatakan bahwa timbulnya motivasi yang

menyebabkan seseorang menggerakkan tingkah lakunya dipengaruhi adanya

motivasi dari dalam dirinya. Motivasi ini lebih dipengaruhi oleh upaya untuk

memenuhi kebutuhannya. Di samping itu juga karena adanya dorongan dan

tuntutan serta pengaruh dari lingkungan luar untuk melakukan tindakan yang sesuai

dengan perkembangan yang terjadi.

1.3.6 Usaha dalam Membangkitkan Motivasi

Guru merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan dan proses

belajar mengajar. Oleh karena itu, guru tersebut harus berperan aktif dan mampu

menempatkan kedudukannya secara profesional dan tepat sesuai dengan soko guru Ki

Hajar Dewantoro yaitu : ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri

handayani (Usman, 2002:8). Ing ngarso sung tulodho diartikan bahwa pemimpin dalam

hal ini guru harus memberikan teladan dan arahan yang baik bagi siswanya. Ing madyo

mangun karso berarti dalam pembelajaran guru berusaha membangkitkan ide siswa

dengan aktivitas sehingga siswa lebih memaknai konsep yang akan dipelajari. Guru

memberi kesempatan siswa untuk mengkonstruksi sendiri konsep yang akan

dipelajarinya sehingga siswa tidak lagi menerima paket-paket konsep atau aturan yang

telah dikemas oleh guru, melainkan siswa sendiri yang dibimbing untuk mengemasnya.

Mungkin saja kemasannya tidak akurat karena perbedaan pemahaman antara siswa

yang satu dengan siswa lainnya, atau mungkin terjadi kesalahan pemahaman. Akan

tetapi kesalahan siswa tersebut harus tetap dihargai karena hal itu merupakan bagian

dari belajar. Dari kesalahan tersebut, guru memberikan bantuan dan arahan serta

dukungan sebagai fasilitator dan pembimbing. Hal tersebut sesuai dengan prinsip

terakhir yaitu tut wuri handayani yang diartikan bahwa peran guru dalam pembelajaran

adalah sebagai fasilitator aktivitas siswa dalam mengembangkan kemampuan mereka

guna mencapai kompetensi yang diharapkan.

Berdasarkan makna yang terkandung dalam soko guru Ki Hajar Dewantoro

tersebut seorang guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa dapat melakukan

tindakan berupa mengarahkan, mengaktifkan/ meningkatkan kegiatan, serta

memberikan bantuan dan dukungan. Usaha guru dalam membangkitkan motivasi

belajar siswa pada mata pelajaran IPS adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk

menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauan untuk

meningkatkan belajar IPS.

Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau

membangkitkan motivasi belajar siswanya (Hamalik, 2005: 166-168), antara lain

sebagai berikut :

a. Memberi angka

Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka

yang diberikan oleh guru. Siswa yang mendapat angka baik, akan mendorong

motivasi belajarnya menjadi lebih besar, sebaliknya siswa yang mendapat angka

kurang mungkin menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar

belajar lebih baik.

b. Pujian

Pemberian pujian kepada siswa atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil

besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian menimbulkan rasa puas dan

senang.

c. Hadiah

Cara ini dapat dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu, misalnya pemberian

hadiah pada akhir tahun kepada para siswa yang mendapat atau menunjukkan hasil

belajar yang baik.

d. Kerja kelompok

Kerjasama dalam belajar menimbulkan perasaan untuk mempertahankan nama baik

kelompok, hal ini menjadi pendorong yang kuat dalam belajar.

e. Persaingan

Baik kerja kelompok maupun persaingan memberikan motif-motif sosial kepada

siswa. Hanya saja persaingan individual akan menimbulkan pengaruh yang tidak

baik, seperti rusaknya hubungan persahabatan, perkelahian, pertentangan,

persaingan antar kelompok belajar.

f. Tujuan dan level of aspiration. Dari keluarga akan mendorong kegiatan siswa.

g. Sarkasme. Ialah dengan jalan mengajak para siswa yang mendapat hasil belajar

yang kurang. Dalam batas-batas tertentu sarkasme dapat mendorong kegiatan

belajar demi nama baiknya, tetapi dipihak lain dapat menimbulkan sebaliknya,

karena siswa merasa dirinya dihina, sehingga memungkinkan timbulnya konflik

antara siswa dan guru.

h. Penilaian. Penilaian secara kontinu akan mendorong siswa dalam belajar, oleh

karena setiap anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang

baik.Disamping itu, para siswa selalu mendapat tantangan dan masalah yang harus

dihadapi dan dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan seksama.

i. Karyawisata dan ekskursi

Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar, karena dalam kegiatan ini akan

mendapat pengalaman langsung dan bermakna baginya. Selain itu, karena objek

yang dikunjungi adalah objek yang menarik minatnya. Suasana bebas, lepas dari

keterikatan ruangan kelas besar manfaatnya untuk menghilangkan ketegangan-

ketegangan yang ada, sehingga kegiatan belajar dapat dilakukan lebih

menyenangkan.

j. Film pendidikan

Setiap siswa merasa senang menonton film. Gambaran dan isi cerita film lebih

menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. Para siswa mendapat

pengalaman baru yang merupakan suatu unit cerita yang bermakna.

k. Belajar melalui radio

Mendengarkan radio lebih menghasilkan daripada mendengarkan ceramah guru.

Radio adalah alat yang penting untuk mendorong motivasi belajar murid. Kendatipun

demikian, radio tidak mungkin dapat menggantikan kedudukan guru dalam

mengajar. Yang lebih penting ialah motivasi yang timbul dari dalam diri siswa sendiri

seperti dorongan kebutuhan, kesadaran akan tujuan, dan juga pribadi guru sendiri

merupakan contoh yang dapat merangsang motivasi mereka.

Sukmadinata (2007: 408) mengemukakan bahwa guru dengan status guru

pembimbing, wali kelas, guru kelas, guru bidang studi ataupun guru pembina kegiatan

ekstrakurikuler, dapat melakukan beberapa upaya membangkitkan motivasi belajar

meliputi :

a. Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pelajaran yang diberikan.

Tujuan yang jelas dan manfaat yang betul-betul dirasakan oleh peserta didik akan

membangkitkan motivasi belajar.

b. Memilih materi atau bahan pelajaran yang betul-betul dibutuhkan oleh siswa.

Sesuatu yang dibutuhkan akan menarik minat siswa, dan minat merupakan salah

satu bentuk motivasi.

c. Memilih cara penyajian yang bervariasi, sesuai dengan kemampuan peserta didik

dan banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba dan

berpartisipasi.

Banyak berbuat dalam belajar akan lebih membangkitkan semangat dibandingkan

dengan hanya mendengarkan. Oleh karena itu, guru perlu mencipakan berbagai

kegiatan peserta didik di dalam kelas.

d. Memberikan sasaran dan kegiatan-kegiatan antara.

Sasaran akhir dari kegiatan belajar peserta didik adalah lupus dari ujian akhir.

Menempuh ujian akhir ini, bagi peserta didik yang baru masuk merupakan kegiatan

yang terlalu lama, oleh karena itu perlu diciptakan sasaran dan kegiatan antara

seperti ujian semester. Ujian semester pun masih terlalu jauh sebab akan dilakukan

empat atau lima bulan kemudian. Untuk itu diperlukan kegiatan-kegiatan yang lebih

dekat, seperti ujian bulanan atau ujian mingguan.

e. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk sukses.

Sukses yang dicapai oleh peserta didik akan membangkitkan motivasi belajar, dan

sebaliknya kegagalan yang beruntun dapat menghilangkan motivasi.

f. Memberikan kemudahan dan bantuan dalam belajar.

Tugas guru atau pendidik di sekolah adalah membantu perkembangan siswa.

Apabila peserta didik mengalami kesulitan atau hambatan dalam belajar, berikanlah

bantuan, baik langsung oleh guru maupun tidak langsung.

g. Memberikan pujian, ganjaran, atau pun hadiah.

Guru-guru dapat memberikan pujian, ganjaran, bahkan hadiah agar dapat

membangkitkan motivasi peserta didik.

Menurut Sardiman (2006: 92-95) ada beberapa bentuk dan cara untuk

menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain :

a. Memberi angka

Angka-angka yang baik bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.

Guru harus menempuh bagaimana cara memberikan angka-angka yang dapat

dikaitkan dengan values yang terkandung didalam setiap pengetahuan yang

diajarkan kepada para siswa sehingga tidak hanya sekedar kognitif tetapi juga

ketrampilan dan afeksinya.

b. Hadiah

Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian. Hadiah untuk

suatu pekerjaan , mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang

dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.

c. Saingan/kompetisi

Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan

menerimanya sebagai tantangansehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan

harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.

Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang

baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol

kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Para siswa

akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.

e. Memberi ulangan

Siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena

itu, memberi ulangan merupakan sarana motivasi. Dalam hal ini guru harus terbuka,

jika akan ulangan harus diberitahukan kepada siswanya. Biasanya anak didik akan

giat belajar ketika diketahuinya akan dilaksanakan ulangan. Ulangan dapat

bermanfaat untuk membangkitkan perhatian anak didik terhadap bahan yang

diberikan di kelas.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.

Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada

diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

Setiap tugas yang telah diselesaikan oleh anak didik dan telah diberi nilai sebaiknya

guru bagikan kepadasetiap anak didik agar mereka dapat mengetahui prestasi

kerjanya. Kebenaran kerja yang dilakukan oleh anak didik dapat dipertahankan,

sedangkan kesalahan kerja yang dilakukan anak didik diperbaiki. Kesalahan

diperbaiki dengan bantuan dan bimbingan dari guru.

g. Pujian

Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi

yang baik. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan

dan mempertinggi gairah belajar sekaligus akan membangkitkan harga diri.

h. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat

dan bijaksana bisa menjadi alat motivasi. Guru harus memahami prinsip-prinsip

pemberian hukuman.

i. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, bararti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal

ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud.

Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk

belajar, sehingga hasilnya akan lebih baik.

j. Minat

Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat merupakan alat motivasi

yang pokok. Proses belajar akan berjalan lancar jika disertai dengan minat. Minat

dapat dibangkitkan dengan cara membangkitkan adanya suatu kebutuhan,

menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau, memberi

kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, serta menggunakan berbagai

macam bentuk mengajar.

k. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa merupakan alat motivasi

yang sangat penting, sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena

dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus

belajar.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam

membangkitkan motivasi belajar IPS guru dapat melakukan tindakan berupa

mengarahkan, mengaktifkan/meningkatkan kegiatan, serta memberikan bantuan dan

dukungan. Mengarahkan dalam hal ini meliputi menjelaskan manfaat dan tujuan dari

mata pelajaran yang diberikan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

memperoleh sukses. Mengaktifkan/meningkatkan kegiatan meliputi menggunakan cara

penyajian yang bervariasi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mencoba dan berpartisipasi, memberikan sasaran dan kegiatan-kegiatan antara yaitu :

memberikan soal latihan, tugas, pekerjaan rumah, kuis, dan ulangan. Memberikan

bantuan dan dukungan meliputi memberikan kemudahan dan bantuan dalam belajar;

memberikan pujian, penguatan, penghargaan, sanksi, dan teguran.

Bagi guru yang terpenting dengan adanya macam-macam motivasi itu dapat

dikembangkan dan diarahkan untuk melahirkan hasil belajar yang bermakna. Pada

mulanya, karena ada sesuatu (bentuk motivasi) siswa itu rajin belajar, tetapi guru harus

mampu melanjutkan dari tahap rajin belajar diarahkan menjadi kegiatan belajar yang

bermakna, sehingga hasilnya akan bermakna bagi kehidupan subjek belajar.

1.4 Kerangka Berfikir

Pembelajaran merupakan kegiatan pokok dari keseluruhan proses pendidikan.

Berhasil tidaknya tujuan pendidikan yang dicapai tergantung dari berhasil tidaknya

proses pembelajaran yang dialami oleh peserta didik. Akan tetapi hal tersebut tidak

terlepas dari faktor pendukungnya, yaitu guru, siswa, strategi pengajaran serta fasilitas

penunjang lainnya. Dari beberapa faktor tersebut, guru dalam kegiatan proses

pembelajaran di sekolah menempati kedudukan yang sangat penting dan tanpa

mengabaikan faktor penunjang yang lain, guru sebagai subjek pendidikan sangat

menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri. Meskipun fasilitas pendidikannya

lengkap dan canggih, namun bila tidak ditunjang oleh keberadaan guru yang berkualitas

sehingga dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, maka tidak akan menimbulkan

proses pembelajaran yang maksimal.

IPS merupakan pelajaran yang membutuhkan pemahaman konsep-konsep

sosial. Oleh karena itu diperlukan berbagai macam usaha yang harus dilakukan guru

untuk membangkitkan motivasi belajar IPS. Usaha guru dalam membangkitkan motivasi

belajar IPS adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menggerakkan atau

memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauan untuk meningkatkan

motivasi belajar.

Dalam usaha membangkitkan motivasi belajar tidak cukup hanya mengandalkan

kesadaran dari siswa itu sendiri, melainkan dari usaha seorang guru yang memiliki

keinginan yang kuat untuk membangkitkan motivasi belajar. Hal ini bertujuan untuk

membantu siswa dalam belajar sehingga mencapai hasil yang memuaskan, karena

motivasi merupakan komponen penting dalam pembelajaran. Variasi mengajar guru

menjadi bagian penting untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, tanpa disadari

variasi mengajar akan banyak menimbulkan persepsi bagi peserta didik atau dalam hal

ini siswa, karena lebih fokus pada sikap pribadi. Banyak hal yang secara simultan

terjadi ketika guru menggunakan variasi mengajar, misalnya penampilan guru, sikap

yang empatik, rasa simpati, penggunaan bahasa, peraga, motivasi dan menguasai hati

siswa. Sebetulnya hal-hal tersebut secara tidak disengaja dalam kegiatan pembelajaran

telah diterapkan, tetapi tidak terstruktur dengan biak, untuk itu dalam penelitian ini

mencoba menguji pengaruh variasimengajar guru terhadap motivasi belajar siswa

khususnya dalam kegiatan pembelajaran IPS di SMA Negeri Prasetya Kota Gorontalo.

Variasi Gaya Mengajar - Variasi suara; - Penekanan (ocusing); - Pemberian waktu (pausing); - Kontak pandang; - Gerakan anggota badan (gesturing); - Perpindahan posisi guru (teachers

movement)

(Djamarah dan Zain, 2010:163)

Motivasi Belajar

- Saingan/kompetisi - Hasrat untuk belajar - Minat - Tujuan yang diakui - Mengetahui hasil

Sardiman (2006: 92-95)

1.5 Hipotesis

Berdasarkan permasalahan penelitian dan kajian teori, maka dikemukakan hipotesis

penelitian sebagai berikut: Gaya mengajar guru berpengaruh terhadap motivasi

belajar siswa pada mata Pelajaran IPS di SMA Prasetya Kota Gorontalo.