bab ii kajian pustaka, konsep, landasan teori, dan … filepengaruh jawa dan bali erat kaitannya...

41
25 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Tradisi lisan bakayat sudah ada sejak dahulu, namun penelitian yang terkait dengan tradisi ini masih sangat terbatas jumlahnya. Penelitian yang mengkaji tentang tradisi lisan bakayat ada tiga penelitian yakni, Ikram (1989), Sapiin (2010), dan Acim dan Ahyar (2011). Namun yang spesifik meneliti bakayat dalam bentuk teks lisan sampai saat ini belum ada. Di samping penelitian bakayat yang sedikit itu, ada beberapa hasil penelitian dan tulisan terkait yang berbicara tentang perkembangan sastra tulis dan lisan etnik Sasak yang dapat dijadikan rujukan dalam penelitian ini di antaranya tulisan Suastika (1997), Adrian Vickers (2009), dan Jamaluddin (2011). Meskipun dilihat dari hasil penelitian tradisi lisan yang dilakukan tidak sama, namun ada relevansinya dengan penelitian ini yakni, penelitian Darma Putra (2013). Berikut disajikan beberapa hasil penelitian dan tulisan terkait dimaksud. Perkembangan sastra tulis di Lombok memunculkan karya sastra yang disebut Islam Jawa-Bali. Pengaruh Sasak nampak dalam pemakaian bahasa Sasak oleh para pengarang Sasak di samping adanya unsur masukan idiom bahasa Jawa- Bali (Pigeaud dalam Suastika, 1997: 5). Sastra Islam Lombok yang mendapat pengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang berasal dari pulau Jawa. Ada cerita yang ditulis di Bali dan sebagian lagi di tulis di Lombok. Namun pengaruh yang paling dominan adalah sastra pesisir yaitu Gresik dan Surabaya. Hal ini dapat dilihat adanya karya sastra yang berjudul Menak Amir Hamzah, Gajah

Upload: truongphuc

Post on 20-Jul-2019

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP,

LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Tradisi lisan bakayat sudah ada sejak dahulu, namun penelitian yang

terkait dengan tradisi ini masih sangat terbatas jumlahnya. Penelitian yang

mengkaji tentang tradisi lisan bakayat ada tiga penelitian yakni, Ikram (1989),

Sapiin (2010), dan Acim dan Ahyar (2011). Namun yang spesifik meneliti bakayat

dalam bentuk teks lisan sampai saat ini belum ada. Di samping penelitian bakayat

yang sedikit itu, ada beberapa hasil penelitian dan tulisan terkait yang berbicara

tentang perkembangan sastra tulis dan lisan etnik Sasak yang dapat dijadikan

rujukan dalam penelitian ini di antaranya tulisan Suastika (1997), Adrian Vickers

(2009), dan Jamaluddin (2011). Meskipun dilihat dari hasil penelitian tradisi lisan

yang dilakukan tidak sama, namun ada relevansinya dengan penelitian ini yakni,

penelitian Darma Putra (2013). Berikut disajikan beberapa hasil penelitian dan

tulisan terkait dimaksud.

Perkembangan sastra tulis di Lombok memunculkan karya sastra yang

disebut Islam Jawa-Bali. Pengaruh Sasak nampak dalam pemakaian bahasa Sasak

oleh para pengarang Sasak di samping adanya unsur masukan idiom bahasa Jawa-

Bali (Pigeaud dalam Suastika, 1997: 5). Sastra Islam Lombok yang mendapat

pengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang berasal dari pulau Jawa.

Ada cerita yang ditulis di Bali dan sebagian lagi di tulis di Lombok. Namun

pengaruh yang paling dominan adalah sastra pesisir yaitu Gresik dan Surabaya. Hal

ini dapat dilihat adanya karya sastra yang berjudul Menak Amir Hamzah, Gajah

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

26

Kumuda (Pigeaud dalam Suastika, 1997: 6). Tulisan Suastika terfokus pada sastra

tulis Islam Sasak pengaruh Jawa-Bali, sementara penelitian ini menekankan pada

sastra tulis yang dilisankan. Dalam hal ini, tulisan Suastika dapat dipakai acuan

dalam menelusuri perkembangan sastra Islam Sasak yang terkait dengan bacaan-

bacaan yang digunakan dalam bakayat. Dilihat dari waktu kehadirannya di

Lombok, pengaruh sastra Islam Jawa lebih dulu berkembang dibanding sastra Islam

Melayu.

Suastika (1997) menegaskan bahwa, sastra Islam muncul di Lombok

bersumber dari bangkitnya kebudayaan Islam di Pulau Jawa. Pusat aktivitas sastra

pesisir diperkirakan pada abad ke-15 dan 16, di wilayah pesisir antara pulau Jawa,

seperti Surabaya, Gresik, Tuban, Cirebon, dan Banten. Persebaran Islam dari

pusatnya di Jawa Timur ini menjadi unsur penting dalam persebaran sastra Islam di

Lombok.

Ikram (1998) dalam Simposium Internasional Ilmu-ilmu Humaniora V

yang menulis tentang “Sastra Rakyat Dunia yang Berubah : Seni Berhikayat di

Masyarakat Lombok”, Ikram menguraikan tentang kedudukan kelisanan pada saat

sudah didampingi oleh keberaksaraan, kedua modus komunikasi ini memiliki saling

toleransi yang besar, bahkan saling menunjang seperti yang kita lihat dalam

mababasan di Bali dan bakayat di Lombok.

Ikram juga mengemukakan beberapa pandangannya tentang seni

berhikayat di Lombok. Pertama, perpaduan antara lisan dan tulisan yang terjadi

dalam penyajian biasanya karena bahasa tulis yang digunakan dalam teks tidak lagi

dipahami oleh khalayak umum yang mendengarkan pelisanan teks tersebut. Kedua,

selain itu teks yang sakral itu tidak mungkin diubah-ubah sesuai perjalanan jaman

sehingga akhirnya jarak antara pendengar dan teks perlu dijembatani dengan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

27

interpretasi dalam bahasa sehari-hari. Ketiga, seni berhikayat yang pada saat ini

masih mendapat tempat dalam kehidupan orang Sasak yang beragama Islam,

meskipun dalam fungsinya semakin harus mengalah terhadap media hiburan

modern. Keempat, seni yang sejenis dengan bakayat adalah pepaosan, namun

keduanya mempunyai tradisi sastra yang berbeda karena menggunakan jenis tulisan

yang berbeda dan masing-masing mempunyai sejarahnya sendiri. Bagi Ikram, ada

beberapa hal yang menjadi kendala dalam perkembangan bakayat yakni kurangnya

bahan bacaan dan hilangnya jalur pengadaan bahan bacaan kitab-kitab Melayu

Klasik atau Melayu Arab.

Dalam tulisan tersebut Ikram hanya menilik keberadaan bakayat Sasak di

masyarakat yang dikatakan masih ada fungsinya, yaitu menghimbau dan mengajari

khalayak dalam rangka keagamaan Islam. Kalau fungsi ini tidak diperlukan lagi dan

diambil alih seni lain, maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat Sasak.

Ikram dalam tulisannya sama sekali tidak menyentuh teks dan interpretasi yang

digunakan pelaku dalam tradisi tersebut, dan kajian lebih fokus pada eksistensi

bakayat. Dalam penelitian ini, aspek pelisanan teks sebagai sebuah wacana yang

dipertunjukkan terkait fungsinya sudah banyak mengalami pergeseran sejak

kemunculannya. Hal tersebut akan lebih dicermati dalam penelitian ini. Di samping

itu, artikulasi terhadap teks bakayat Sasak menjadi fokus penelitian ini dalam

rangka mengungkap pemaknaan yang terkandung di dalamnya serta keberadaannya

sebagai sebuah praktik budaya.

Sapiin (2001) dalam penelitiannya yang berjudul “Tradisi Bakayat dalam

Masyarakat Sasak Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna (Studi Kasus di Desa

Montong Betok Lombok Timur)”. Kajian utama adalah (1) deskripsi tentang apa itu

bakayat, (2) bentuk bakayat sebagai suatu tradisi dalam kehidupan budaya

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

28

masyarakat Sasak, (3) fungsi dan makna bakayat dalam konteks pemertahanan

dalam sistem sosial budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk bakayat

mencakup teks dan konteksnya tidak dapat dipisahkan dengan sastra, bahasa,

agama, dan sosial budaya masyarakat Sasak. Fungsi dan makna bakayat dalam

masyarakat Sasak meliputi; fungsi dan makna religius, fungsi dan makna sosial

budaya, fungsi dan makna dedaktis, fungsi dan makna kebersihan, serta fungsi dan

makna apresiatif reflektif.

Penelitian tersebut mengkaji isi kitab Qisbul Gaibah dan Nabi Bercukur

yang digunakan dalam bakayat, bukan mengkaji dalam kerangka kelisanan.

Penelitian tersebut lebih menekankan pada kajian teks tulis dan bukan pada apa

yang disajikan ketika tradisi berlangsung, sehingga kajian bentuk dalam penelitian

tersebut lebih melihat pada teks tulis bukan pada aspek kelisanannya. Penelitian

tersebut berkontribusi positif dalam kaitan keberadaan tradisi bakayat Sasak yang

selama ini belum pernah disentuh dalam bentuk penelitian ilmiah.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian Sapiin (2001) adalah pada

kesamaan objek yakni bakayat Sasak. Penelitian ini menekankan pada aspek

kelisanan dan masalah yang dianalisis lebih luas, mulai dari sejarah perkembangan,

struktur teks bakayat, artikulasi nilai religius dan wacana sosial dalam bakayat,

fungsi serta pergeserannya, dan makna bakayat pada masyarakat Sasak. Apa yang

dikaji dalam penelitian Sapiin (2010) tentu tidak sama dengan penelitian ini.

Perbedaan tersebut tampak pada pendekatan serta teori yang digunakan.

Adrian Vickers (2009) dalam buku Peradaban Pesisir, Menuju Sejarah

Budaya Asia Tenggara, dimana keislaman penduduk Sasak di Lombok dikatakan

banyak berhutang kepada Islam-Jawa dalam berbagai bentuk. Ada tradisi masyhur

bahwa agama Islam dibawa ke Lombok oleh Pangeran Prapen, putra Sunan Giri,

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

29

pada abad ke-16 (Graaf dalam Vickers, 2009:45). Tradisi ini, dengan sendirinya

menjelaskan pengaruh Jawa dalam budaya Sasak, teristimewa menonjolnya sastra

“Pesisir” Pantai Utara, atau setidaknya berbagai versi teks Pesisir. Dalam sumber

lain tentang keberadaan Islam wetu telu disyi’arkan ke etnik Sasak sebagai ajaran

Nirartha atau Dwijendra, dalam salah satu versi Nirartha menyaru sebagai Pangeran

Sangupati di Lombok untuk menyiarkan Islam di sana, dan menyamar sebagai Tuan

Semeru atau Sumeru di Sumbawa, dimana dia menyebarkan ajaran yang sama.

Dalam versi lain, Pangeran Sangupati adalah orang yang sama sekali lain dari

Nirartha, mungkin murid Sasaknya (Cederroth dalam Vickers, 2009:45).

Vickers juga banyak menyoroti teks-teks sastra Sasak, teks tersebut bukan

saja menggabungkan Hinduisme dan Islam, tetapi juga tradisi literer-artistik Bali

dan Jawa. Dimana sintesis Jawa dan Islam di Lombok dikatakan Vickers bukanlah

sebuah kecelakaan historis, namun sesungguhnya dibina oleh para penguasa Bali di

Pulau Lombok.

Tulisan Andrian Vickers terkait dengan penelitian ini dapat digunakan

sebagai acuan dalam menelusuri pengaruh tradisi Jawa dan Bali terhadap tradisi

yang ada dalam masyarakat Sasak saat ini. Keberadaan bakayat tidak terlepas dari

pengaruh kedua tradisi di atas. Melalui tulisan tersebut, bakayat akan ditelusuri

keberadaannya dalam kerangka kesejarahannya.

Tradisi Nyaer Kitab Kifâyatul Al-Muhtâj sebagai Media Dakwah di

Lombok adalah judul penelitian Subhan Abdullah Acim dan Ahyar (2011). Hasil

penelitian tersebut dimuat dalam “Jurnal Penelitian Keislaman” Vol.7, No2, Juni

2011. Penelitian tersebut mengkaji tentang (1) bagaimana asal-usul serta alasan-

alasan mereka melakukan tradisi nyaer dalam kegiatan hari-hari besar Islam; (2)

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

30

bagaimana orisinalitas hadist Kitab Kifâyatul Al-Muhtâj sebagai bacaan rujukan; (3)

apakah tradisi nyaer memiliki nilai edukasi sebagai media dakwah.

Aktivitas nyaer sama dengan bakayat sudah berlangsung lama secara

turun-temurun, kehadirannya membawa pesan dakwah sekaligus pesan edukasi dan

pesan sosial. Relevansi penelitian ini dengan penelitian Acim dan Ahyar (2011)

adalah adanya kesamaan dari segi objek. Penelitian tersebut menekankan pada

Kitab Kifâyatul Al-Muhtâj sebagai salah satu kitab yang dibaca dalam bakayat

namun hanya dibacakan pada PHBI yakni Isra’ Mi’raj. Data dalam penelitian

tersebut merupakan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi sebagai data

utama serta tidak ada data dalam bentuk teks lisan, sehingga simpulan hasil

penelitian belum menggambarkan kondisi tradisi Nyaer dalam masyarakat Sasak.

Namun demikian, penelitian tersebut harus diapresiasi karena telah

memberikan gambaran tentang keberadaan tradisi Nyaer dalam masyarakat Sasak di

Lombok. Dimana saat ini berdasar observasi yang dilakukan bahwa semakin

berkurang peminat (pelaku) dan penikmat tradisi tersebut. Ada kecendrungan

masyarakat untuk tidak lagi menghadirkan tradisi tersebut dalam acara adat

keagamaan dan menggantikannya dengan pertunjukan musik dangdut.

Hasil penelitian tersebut juga menegaskan bahwa masyarakat Sasak-

Lombok, tidak banyak yang melestarikan tradisi ini pada masa sekarang, namun

pada era 70-an para sesepuh masyarakat Sasak telah menjadikan tradisi ini sebagai

bagian penting dalam membangun dan memperkokoh nilai-nilai agama dan

ukhuwah islamiyah. Tradisi lisan bakayat sebagai refleksi dari sebuah kecintaan

kepada baginda rasul sekaligus refleksi dari sikap ketaatan kepada Sang Khalik dan

telah memperkokoh semangat kekeluargaan, saling menghargai, toleransi,

mempererat nilai kebersamaan dan silaturahmi. Dibandingan dengan penelitian ini,

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

31

menggunakan data teks bakayat hasil pertunjukan dalam pelaksanaan ritual adat

keagamaan masyarakat Sasak. Penelitian ini melihat dengan cermat dinamika

masyarakat dalam kaitannya dengan bakayat yakni, pada aspek struktur teks,

fungsi, makna, serta artikulasi tukang bakayat dan masyarakat Sasak terhadap

praktik budaya tersebut.

Jamaluddin (2011) dalam kajian berjudul “Islam Sasak: Sejarah Sosial

Keagamaan di Lombok (Abad XVI-XIX)”, dikatakan bahwa Islam masuk ke

Lombok pada abad XVI dibawa oleh Sunan Prapen dari Jawa yang kemudian abad

XVII diperkuat lagi oleh kedatangan Datuk Ribandang sebagai seorang mubaliq

dari negeri Melayu setelah melewati Makasar, Sumbawa kemudian masuk ke

Lombok. Jamaluddin menegaskan pula bahwa masa kejayaan Islam di pulau

Lombok dimulai pada awal abad XVI sampai pertengahan abad XVIII, dicirikan

dengan berkembangnya budaya tulis dalam masyarakat Sasak yang banyak

dipengaruhi oleh kehadiran Islam yang dalam menyampaikan ajarannya melalui

tradisi membaca.

Tradisi pembacaan naskah lontar yang berhuruf Jejawan sudah menjadi

tradisi masyarakat Sasak dan masih dapat diwarisi sampai saat ini. Di samping itu,

pembacaan hikayat Melayu di Sasak yang dikenal dengan bakayat mirip dengan

lagu hikayat yang berkembang di Melayu. Pembacaan hikayat ini membutuhkan

penerjemah dan pendukung. Pembacaan hikayat Melayu dalam bentuk syair disebut

nya’er. Kitab-kitab yang sering dibaca baik dalam bentuk hikayat maupun sya’ir

seperti, Qisas al-Ambiya, Qamar al-Zaman, Nabi Bercukur, Ali Hanafiyah, Siti

Zubaidah, dan Sa’ir Kubur. Jamaluddin juga menyinggung aspek kesejarahan dari

perkembangan tradisi pembacaan naskah. Tulisan Jamaluddin ini dapat dijadikan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

32

sebagai bahan kajian terkait dengan sejarah perkembangan bakayat, dan melihat

keberadaannya di Lombok.

Penelitian dan tulisan tentang bakayat Sasak, sepengetahuan peneliti lebih

banyak menyoroti dari aspek perkembangan dan keberadaannya saat ini. Kajian

mendalam tentang bakayat dalam konteks pertunjukan pada masyarakat Sasak,

menunjukkan adanya perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

Perbedaan ini dapat dilihat dari pendekatan, teori, dan data penelitian yang

digunakan.

Darma Putra (2013) dalam makalahnya tentang “Kidung Interaktif di

Panggung Elektronik: Revitalisasi Tradisi Sastra lewat Radio dan Televisi”,

memaparkan perkembangan dan gairah masyarakat Bali dalam seni mabebasan atau

pesantian yang memanfaatkan media eletronik seperti radio dan televisi untuk

membangun komunikasi estetik apresiasi sastra. Perkembangan mabebasan di Bali

mendapat apresiasi yang cukup baik dari masyarakat karena terkait dengan fungsi

ritual agama Hindu yang menjadikannya sebagai pelengkap upacara adat

keagamaan. Perhatian pemerintah sejak 1960-an juga telah berusaha untuk

melestarikan tradisi ini melalui kompetisi secara reguler dan menerbitkan beberapa

teks atau bacaan yang menunjang kegiatan mabebasan.

Gairah mabebasan masyarakat Bali belakangan ini seakan mendapat

suntikan baru ketika muncul di panggung elektronik. Dimana ruang dinamis yang

semarak sebagai tempat teks dan audiens terlibat dalam praktek-paraktek

penciptaan makna-makna baru yang belum pernah ada sebelumnya. Tulisan

tersebut, telah memberikan wawasan baru tentang konteks gegitaan interaktif yang

berkembang di Bali sebagai ruang budaya baru (a new cultural space). Dimana

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

33

ruang ini telah menyumbangkan suatu gagasan baru dimana teks-teks lama bisa

dibaca dan dinikmati dengan cara-cara dan kenikmatan baru (new pleasure).

Apa yang digambarkan dalam tulisan Darma Putra, merupakan bentuk

apresiasi masyarakat Bali terhadap teks-teks karya sastra lama sebagai sebuah

artikulasi dan ini akan terus diartikulasikan dengan elemen-elemen yang berbeda

menjadi satu-kesatuan pada kondisi tertentu. Tulisan tersebut telah menginspirasi

penelitian ini, dimana bakayat Sasak sebagai bentuk apresiasi terhadap teks-teks

karya sastra Melayu klasik dibaca dan dinikmati dengan cara-cara baru yang sesuai

dengan tradisi masyarakatnya saat ini. Perbedaan dalam mengartikulasikan teks-

teks lama nantinya dapat dijadikan sebagai bentuk bandingan dalam

memperlakukan karya sastra lama di era modern.

Mengingat minimnya hasil penelitian tentang bakayat, maka penelitian ini

menjadi penting untuk dilakukan agar didapatkan data dan informasi yang lebih

komprehensif dari berbagai aspek teori dan kajian mengenai bakayat pada

masyarakat Sasak di Lombok.

2.2 Konsep

Penjelasan tentang konsep yang terkait dengan penelitian ini penting

untuk dikemukakan agar lebih fokus dan terarah. Konsep yang berupa rancangan, di

dalamnya terkandung ide, gagasan yang dijadikan landasan dalam penelitian

bakayat Sasak. Adapun konsep-konsep yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah

konsep tentang tradisi lisan, bakayat, artikulasi, nilai religius, wacana sosial, dan

masyarakat Sasak.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

34

2.2.1 Tradisi Lisan

Istilah tradisi lisan dan sastra lisan perlu dibedakan, menurut Hutomo

tradisi lisan dapat dinyatakan sebagai sastra lisan apabila tradisi lisan tersebut

mengandung unsur estetik atau yang oleh masyarakat setempat dianggap sebagai

keindahan. Jika hal itu tidak ada maka tradisi lisan itu tinggallah sebagai tradisi

lisan (Sudikan, 2001:14). Bakayat Sasak dapat dikatakan sebagai sastra lisan karena

dalam penyajiannya mengandung unsur-unsur estetik. Menurut Sibarani (2012: 36),

sastra lisan tetap sastra lisan dan tidak menjadi tradisi lisan jika tidak lagi memiliki

peristiwa pertunjukan atau tradisi penyampaian; sastra lisan bersama konteks

pertunjukan atau konteks penyampaian disebut tradisi lisan. Sibarani menegaskan

bahwa tradisi lisan adalah kegiatan budaya tradisional suatu komunitas yang

diwariskan secara turun-temurun dengan media lisan dari satu generasi ke generasi

lain baik tradisi itu berupa susunan kata-kata lisan (verbal) tradisi lain yang bukan

lisan (non-verbal) (2012: 47). Berdasarkan pendapat di atas bakayat Sasak dapat

dinyatakan sebagai tradisi lisan dan atau sastra lisan.

Tradisi lisan dapat digolongkan ke dalam folklor, berdasarkan pendapat

Danandjaja (1997:21-22) folklor dapat golongkan ke dalam tiga kategori yakni, (1)

folklor lisan, (2) folklor setengah lisan, (3) folklor bukan lisan. Istilah tradisi lisan

(oral tradition) termasuk dalam kategori folklor lisan. Menurut Taylor, tradisi lisan

adalah bahan-bahan yang dihasilkan oleh masyarakat zaman silam (tradisional) ada

berbentuk pertuturan, adat resam atau amalan, di antaranya termasuklah cerita

rakyat, nyanyian rakyat, tarian, permainan, peralatan atau benda seperti bangunan,

tembok, dan sebagainya (Daud, 2008:259). Sedangkan Pudentia (2008: i)

mengatakan tradisi lisan sebagai “segala wacana yang diucapkan meliputi yang

lisan dan yang beraksara” atau dikatakan juga sebagai “sistem wacana yang bukan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

35

aksara.” Berdasarkan pendapat di atas, bakayat Sasak dapat dikatakan sebagai

tradisi lisan.

Sebagai tradisi lisan, bakayat Sasak mengandung unsur estetik (keindahan)

dan oleh masyarakat setempat keindahan tersebut terkait dengan fungsi hiburan

dalam bakayat Sasak. Bakayat Sasak dapat dikatakan sebagai sastra lisan, karena

teks lisan bakayat berbentuk wacana naratif. Teks yang dibangun oleh unsur-unsur

yang ada di dalam bakayat Sasak sangat renggang, karena disampaikan dalam

konteks pelaksanaan adat keagamaan. Menurut Zaimar bahwa sastra/tradisi lisan

tidak selalu bersifat naratif, yang tidak bersifat naratif pun dapat dianggap sebagai

sastra lisan; misalnya lagu-lagu, teka-teki, teks humor, jampi-jampi dukun, dan

yang lainnya(2008:321). Bahkan pertunjukan tarian pun yang ada unsur lisannya

dapat dikatakan sebagai sastra lisan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

bakayat Sasak merupakan salah satu tradisi/sastra lisan yang keberadaannya sangat

terkait dengan dakwah, si’ar Islam, adat istiadat, dan juga hiburan.

Tradisi lisan bakayat yang penurunannya dilakukan secara lisan dari

generasi ke generasi telah berlangsung lebih dari dua generasi. Menurut Jan

Vansina (2014:18), yang dapat dikatakan tradisi lisan adalah yang disebarkan dari

mulut ke mulut, selama satu masa yang melampui masa hidup dari para informan.

Jadi bakayat dapat dikatakan sebagai tradisi lisan. Setiap tradisi lisan adalah sebuah

versi pada satu masa, sebuah elemen dalam sebuah proses pengembangan lisan

yang dimulai oleh komunikasi awal (Vansina, 2014:1). Sifat dari setiap versi akan

berbeda tergantung pada posisinya di dalam proses secara keseluruhan. Munculnya

versi tergantung dari resepsi masyarakat saat itu terhadap tradisi bersangkutan.

Kemajuan pendidikan dan mobilitas masyarakat dapat menjadi penyebab perbedaan

resepsi terhadap tradisi lisan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

36

2.2.2 Bakayat

Kata bakayat berasal dari kata kayat ditambah awalan ba- yang berarti

melakukan, kata kayat–dalam bahasa Sasak–dapat berarti hikayat. Kayat juga

dimaknai sebagai lagu yang digunakan untuk melisankan hikayat. Bakayat berarti

melakukan pembacaan/pelisanan hikayat dengan melagukan, selain itu juga sering

digunakan kata ngayat yang mempunyai makna yang sama. Kata ngayat berasal

dari meN- + kayat → mengayat, me- mengalami peluluhan sehingga menjadi

ngayat dalam keadaan atau sedang melakukan pembacaan/pelisanan hikayat.

Selain kata bakayat dan ngayat juga ada kata nyaer untuk aktivitas yang sama.

Kata nyaer berasal dari meN- + saer (sya’ir) → menyaer kemudian menjadi nyaer,

yang berarti dalam keadaan atau sedang melakukan pembacaan sya’ir. Nyaer berarti

sedang membaca sya’ir. Membaca hikayat juga sering dikatakan nyaer, karena

pembacaannya mengikuti cara atau gaya seperti dalam sya’ir. Sedangkan kata kayat

itu sendiri sering dimaknai sebagai lagu, seperti baca kayat berarti membaca dengan

cara melagukan. Selain itu juga ada istilah ngaji kayat yang merujuk pada makna

yang sama atau dimaknai sebagai membaca kitab keagamaan (ngaji) dengan cara

melagukan.

Kata bakayat dalam bahasa Sasak dikatakan sebagai gabungan dari

morfem be- dan –kayat. Morfem be- (Melayu) cenderung berubah dalam bahasa

Sasak menjadi morfem ng-, sehingga istilah bakayat lazim juga dilafalkan dengan

istilah ngayat yang berarti kegiatan membaca hikayat (Saharudin, 2012:252).

Beragamnya istilah yang digunakan dalam bahasa Sasak untuk satu kegiatan yang

sama seperti membaca hikayat (bakayat, nyaer, ngayat, memaca, ngaji kayat) tentu

disebabkan faktor dialek yang berbeda. Kegiatan membaca hikayat di wilayah

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

37

Lombok bagian Barat dan Utara dikenal dengan bakayat, sementara istilah nyaer

lebih banyak dipakai di kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur (bagian

Selatan). Sedangkan kata ngayat dan ngaji kayat banyak digunakan di wilayah

Lombok Timur dan Lombok Tengah (bagian Tengah). Kata memaca sudah jarang

digunakan untuk membaca hikayat dan masih digunakan untuk membaca

takepan/lontar. Dari ketiga kata tersebut, istilah bakayat di kalangan masyarakat

Sasak lebih banyak yang mengenal dan lebih sering digunakan dalam

pemakaiannya. Ketika pemerintah daerah mengadakan lomba pembacaan hikayat

se-Pulau Lombok digunakan kata lomba bakayat jadi bukan lomba nyaer atau

ngayat. Dalam penelitian ini akan digunakan istilah bakayat untuk mewakili

kegiatan yang sama.

Bakayat sebagai sebuah tradisi lisan sudah lama berkembang dan

pewarisannya secara turun-temurun dari mulut ke mulut lebih dari tiga generasi.

Kehadirannya merupakan respon dari keberadaan tradisi sejenis yang ada

sebelumnya, yakni pepaosan yang lebih banyak dikenal di kalangan menak Sasak.

Sementara bakayat dalam perkembangannya lebih merakyat dan hadir di kalangan

masyarakat kebanyakan. Kitab-kitab yang dibacakan tidak sesakral naskah-naskah

(takepan) yang dibaca dalam pepaosan, kitab tersebut sangat mudah berpindah

tangan. Cerita yang ditampilkan kebanyakan berkisah tentang perjalanan para nabi

dan sahabatnya.

Menurut Wasiah seorang tukang bakayat, dalam pemahaman masyarakat

Sasak tentang bakayat adalah pembacaan hikayat atau sya’ir yang berbahasa

Melayu dengan cara melagukan atau menembangkan (Wawancara,21-10-2011).

Pembaca (pemace) yang melagukan hikayat dengan irama khas tertentu kemudian

diikuti oleh satu orang atau lebih yang disebut penyarup. Penyarup hanya bertugas

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

38

mengikuti lagu yang dilantunkan oleh pemace hanya pada etnik kata terakhir saja,

agar lagu yang disampaikan menjadi lebih semarak. Setelah itu, disambut oleh

tukang cerite (bujangga) yang menerjemahkan ke dalam bahasa Sasak yang disertai

penafsiran/interpretasi atau ulasan. Dalam memberikan penafsiran, bujangga

terkadang mengambil contoh wacana yang ada dalam domain kehidupan sosial

masyarakat terkait dengan teks yang dibacakan. Tradisi lisan ini sampai sekarang

masih ada di beberapa komunitas masyarakat Sasak di Lombok, walaupun jumlah

pelaku dan penikmatnya terus menurun.

Bakayat dalam penyajiannya setidaknya melibatkan dua orang yakni

pembaca hikayat (pemace) dan tukang cerite/ bujangge yang bisa sekaligus

merangkap sebagai penyarup. Bujangge biasanya menjadi pusat perhatian

penonton/pendengar, karena melalui merekalah pendengar dapat memahami isi

cerita dan pesan secara lebih utuh sebagaimana yang terdapat dalam teks hikayat

yang ditembangkan. Seorang bujangge di samping menguasai cerita juga paham

tentang agama Islam, adat Sasak, dan situasi serta kondisi sosial masyarakatnya.

Karena itu, dalam pemaparannya sering menyitir ayat-ayat Al-qur’an, Hadist, dan

menghadirkan wacana sosial dalam kehidupan masyarakat sebagai contoh untuk

menegaskan pesan dalam teks. Apa yang disampaikan tukang bakayat merupakan

hasil pemahaman (resepsi) terhadap teks, sebagai bagian penting dan istimewa

dalam penilaian karya sastra (Jauss, 1983: 20). Teks yang dilisankan dalam bakayat

menghadirkan teks baru yang berasal dari teks-teks lain yang hidup dalam

masyarakat yang menjadi isu perbincangan atau kebiasaan. Teks tidak dapat

dipisahkan dari tekstualitas sosiokultural yang lebih luas yang merupakan

sumbernya. Oleh karena itu, semua teks mengandung struktur dan perjuangan

ideologis yang diungkapkan oleh masyarakat melalui teks.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

39

2.2.3 Artikulasi

Istilah artikulasi lebih sering digunakan dalam pembicaraan linguistik

khususnya dalam bidang fonologi, yakni praktiksi bunyi bahasa yang terjadi karena

alat ucap (KBBI, 1989:49). Artikulasi dimaknai sebagai proses terjadinya bunyi

bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sedangkan dalam Kamus An

English-Indonesian Dictionary, articulation (artikulasi) berarti pengucapan dan

sambungan (Echols dan shadily, 2000:39). Pengucapan terkait dengan penghasilan

bunyi, sedangkan sambungan bermakna saling keterhubungan antar dua hal.

Menurut Stuart Hall, artikulasi di Inggris dikatakan sebagai,

The term has a nice double meaning because ‘articulate’ means to utter, to

speak forth, to be articulate. It carries that sense of language-ing, of

expressing, etc. But wealso speak of an ‘articulated’ lorry (truck): alorry

where the front (cab) and back (trailer) can, but need not necessarily, be

connected to one another. The two parts are connected to each other, but

througha specific linkage, that can be broken (Hall, 1986:141).

Istilah artikulasi memiliki makna ganda, ‘mengartikulasikan’ berarti mengucapkan,

berbicara ke depan, ucapan, pengekspresian dan sebagainya; sedangkan

‘diartikulasikan’ artinya menghubungkan bagian depan (cab) dengan bagian

belakang(trailer). Dua bagian itu dihubungkan satu sama lain, tetapi melalui

penghubungan yang khusus yang bisa diputus. Oleh karena itu, artikulasi adalah

bentuk koneksi yang bisa menyatukan dua elemen berbeda pada kondisi-kondisi

tertentu. Ia adalah suatu hubungan yang tidak perlu ditentukan, tidak bersifat

absolut dan esensial sepanjang waktu.

Namun dalam cultural studies penggunaan kata artikulasi terkait tentang

hubungan antara berbagai komponen formasi sosial. Dalam hal ini Chris Barker

(2011:10) menyatakan bahwa artikulasi menunjukkan pengekspresian/

perepresentasian ‘penempatan bersama’. Penempatan bersama dalam satu teks

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

40

sebagai ekspresi dan penggabungan. Stuart Hall (1982) berpendapat bahwa teks dan

praktek kultural tidak mengandung makna yang tetap karena itu dipengaruhi oleh

proses artikulasinya yang tentu saja bersifat kontekstual dan bervariasi. Jadi

ekspresi senantiasa dipengaruhi oleh konteks.

Artikulasi yang dimaknai sebagai suatu bentuk hubungan yang dapat

menciptakan satu-kesatuan dari dua unsur yang berbeda, pada kondisi tertentu dan

tidak bersifat permanen. Pembentukan dilakukan dengan cara yang khas dan serba

tidak menentu dan tidak dapat diprediksikan sebelum fakta ditemukan. Jadi teks

dalam “bakayat Sasak yang bernafaskan Islam” yang di dalamnya terkandung nilai-

nilai religius menyatu dengan wacana sosial yang berkembang dalam masyarakat,

hal ini keduanya disatukan karena ‘kekuasaan’, bisa pemilik budaya bisa juga

pelaku/tukang bakayat. Praktek-praktek seperti ini sejalan dengan apa yang terjadi

dalam tradisi sastra lisan sebagai bentuk-bentuk rekonstruksi temporal, dimana teks

lisan lahir ketika pertunjukan berlangsung.

Artikulasi sebagai bentuk baru dari hasil kreativitas, namun masih

mengacu pada bentuk sebelumnya. Dalam dunia kreativitas —sastra— artikulasi

adalah hal yang memungkinkan untuk terjadi, mengingat sastra merupakan hasil

imajinasi dan adanya ruang kosong dalam membangun kreativitas dengan lebih

mengedepankan perbedaan dan kebaruan. Artikulasi budaya setidaknya akan lahir

sebagai bentuk pembeda dan penciri dari apa yang ada sebelumnya, sebagaimana

yang dikatakan Jan Vansina di atas. Artikulasi merupakan hasil dari artikulasi

sebelumnya sebagai reartikulasi dan atau disartikulasi dengan pembentukan

kembali ideologi yang telah disepakati oleh masyarakat pendukungnya tanpa

menghilangkan atau menghilangkan sama sekali unsur dasarnya.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

41

Keberadaan bakayat yang sudah mapan dan dilembagakan dalam

masyarakat Sasak merupakan praktik sosial dan kultural. Sejalan dengan

perkembangan jaman dan tata kehidupan masyarakat, bakayat dapat dikatakan

sebagai praktik karya kreatif. Wacana sosial yang hidup dan terus berkembang

mejadi kekuatan baru yang dapat disatukan dengan nilai-nilai religius yang sering

dikumandangkan dalam bakayat. Teks hikayat sebagai teks yang bernilai religius

hadir dalam kerangka memenuhi kebutuhan spiritual masyarakat; sedangkan

wacana sosial hadir sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan sosial

masyarakatnya sebagai subordinasi.

Artikulasi yang dimaksud dalam penelitian ini tidak hanya penyatuan nilai

religius dengan wacana sosial yang berkembang dalam masyarakat Sasak sebagai

bentuk interpretasi tukang bakayat terhadap karya sastra hikayat Melayu yang

disajikan dalam bentuk bakayat, namun termasuk sikap dan pandangan masyarakat

terhadap praktik bakayat Sasak.

2.2.4 Nilai Religius

Nilai religius mempunyai hubungan erat dengan keagamaan, karena dalam

agamalah kita menemukannya. Di dalam agama manusia meyakini akan adanya

kekuatan lain di luar dirinya yang disebut Tuhan. Dalam agamalah kita meyakini

keberadaan-Nya dengan segala kemahaannya. Agama kemudian diyakini,

dimengerti, dan dihayati oleh manusia karena agama erat kaitannya dengan proses

perjalanan hidup manusia. Agama menjadi sumber dalam mengenalkan konsep

ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kekuatan yang berada di luar

diri manusia. Itulah sebabnya ketika berbicara tentang nilai religius maka konsep-

konsep ketuhanan yang diajarkan melalui agama dalam bentuk keyakinan akan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

42

keberadaan-Nya dan kemahakuasaan-Nya menjadi sangat penting dan perlu untuk

diketahui oleh pemeluknya.

Nilai religius lebih memfokuskan pada relasi manusia dalam

berkomunikasi dengan Tuhannya dalam wadah keagamaan. Dalam karya-karya

sastra yang bernilai religius digambarkan hubungan manusia dengan Tuhan

mendapat pengalaman mengagumkan yang tak terhapus, mengenai personalitas

luhur yang digambarkan secara metaforis dalam dogma-dogma agama. Menurut

Koentjaraningrat nilai religius merupakan nilai ketuhanan serta kerohanian yang

tertinggi dan mutlak, bersumber dari kepercayaan atau keyakinan manusia. Aspek

religius dimaksudkan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah

keagamaan, baik berupa syariat─Islam─maupun aktivitas-aktivitas keagamaan

yang dianut dan diamalkan oleh seseorang─tokoh─(dalam Supratno, 1994:52).

Jadi nilai religius adalah nilai tertinggi yang terkait dengan kepercayaan terhadap

Tuhan berdasarkan keyakinan yang dianutnya. Bakayat Sasak sebagai teks yang

mengandung nilai religius tak dipungkiri kandungan nilai ketuhanan dan kerohanian

yang digambarkan di dalamnya, sehingga diyakini mampu menjadi tuntunan bagi

masyarakat Sasak─Islam─dalam menanamkan keyakinan akan keberadaan Allah

Swt. dengan kemahakuasaannya. Kandungan nilai religius yang ada akan

ditelusuri dan dikaji dalam hubungannya dengan wacana sosial yang dihadirkan

dalam teks bakayat.

2.2.5 Wacana Sosial

Istilah ‘wacana’ dan ‘teks’ sering menjadi bahan perbincangan dalam

penggunaannya. Ada yang menganggap kedua istilah tersebut sama karena itu,

digunakan secara bergantian. Wacana dan teks sering digunakan untuk mengacu

pada dua orientasi yang berbeda terhadap bahasa. Teks dianggap sebagai penerapan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

43

bagian-bagian bahasa yang dari segi linguistik tanpa mengacu pada situasi

komunikatif. Sedangkan wacana menunjuk pada bahasa yang dianalisis dari sudut

pandang komunikatif (Nunan, 1992:19). Dari pandangan tersebut, teks dikatakan

berorientasi pada bahasa tulis sedangkan wacana pada bahasa lisan. Partini

Sardjono (2008:34) mengatakan bahwa secara teoritis, ungkapan bahasa lisan pun,

asal merupakan suatu kesatuan, termasuk teks.

Menurut Paul Ricoeur bahwa teks adalah wacana yang difiksasikan ke

dalam bentuk tulisan (Kleden-Probonegoro, 1998, Sobur, 2001:53). Dengan

demikian jelas bahwa teks adalah fiksasi atau pelembagaan sebuah peristiwa

wacana lisan dalam bentuk tulisan. Dalam definisi tersebut secara implisit

sebenarnya telah diperlihatkan adanya hubungan antara tulisan dengan teks.

Apabila tulisan adalah bahasa lisan yang difiksasikan (ke dalam bentuk tulisan),

maka teks adalah wacana (lisan) yang difiksasikan ke dalam bentuk tulisan.

Dalam istilah filologi, teks artinya kandungan atau muatan naskah, sesuatu

yang abstrak yang hanya dapat dibayangkan (Baried, 1994:57). Teks juga bisa kita

artikan sebagai “seperangkat tanda yang ditransmisikan dari seorang pengirim

kepada seorang penerima melalui medium tertentu dan dengan kode-kode tertentu”

(Budiman, 1999:115-116). Pihak penerima –yang menerima tanda-tanda tersebut

sebagai teks– segera mencoba menafsirkannya berdasarkan kode-kode yang tepat

dan telah tersedia. Dalam upaya mendekati tuturan kesastraan (literary ulterance)

sebagai teks, kita dapat memperlakukan tuturan tersebut sebagai sesuatu yang

terbuka bagi interpretasi, walaupun tetap dikaitkan dengan norma-norma generik

tertentu.

Kata wacana adalah gagasan umum bahwa bahasa ditata menurut pola-pola

yang berbeda yang diikuti oleh ujaran para pengguna bahasa ketika mereka ambil

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

44

bagian dalam domain-domain kehidupan sosial yang berbeda (Jorgensen dan

Phillips, 2007:1). Berbagai domain dalam kehidupan sosial direpresentasikan dalam

bentuk wacana, dimana setiap saat bisa berubah sesuai situasi dan kondisi, karena

itu wacana sosial dapat dikatakan sebagai wacana kontekstual.

Merujuk pada pandangan di atas, dalam penelitian ini istilah wacana dan

teks akan digunakan secara bergantian tergantung dari konteks yang

melingkupinya. Dalam pandangan pandangan Zaimar dan Harahap (2011:14)

bahwa wacana dikatakan sebagai satuan bahasa yang komunikatif menunjukkan

bahwa yang penting di dalam wacana adalah kesatuan makna. Sedangkan teks

menurut Halliday & Hassan, bahwa teks adalah bahasa yang berfungsi, yaitu bahasa

yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi (1994:15). Jadi

bakayat dapat dikatakan sebagai wacana karena di dalamnya terdapat satuan bahasa

dan satuan makna. Sedangkan bakayat dapat dikatakan sebagai teks karena satuan

bahasa yang berfungsi dalam konteks situasi tertentu yakni saat pertunjukan

berlangsung.

2.2.6 Masyarakat Sasak

Kata ‘Sasak’ adalah sebutan untuk nama etnik asli yang menghuni pulau

Lombok. Sebutan Sasak menurut beberapa peneliti sebelumnya mengatakan berasal

dari kata tembasaq (menggunakan kain putih), nama salah satu kerajaan di kaki

Gunung Sasak. Ada yang mengatakan kata Sasak berasal dari bahasa Sansekerta

sahsaka (pergi meninggalkan tanah asal memakai rakit bambu), dan etnik Sasak

tanah asal nenek moyangnya dari Jawa. Hal itu ada benarnya dilihat dari bahasa dan

huruf yang digunakan sampai saat ini mempunyai banyak kesamaan, termasuk adat

dan kebiasaan masyarakat Sasak.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

45

Masyarakat Sasak berdasarkan kepercayaan yang dianut saat ini adalah

Budha (orang boda) dan Islam. Islam menjadi agama mayoritas masyarakat Sasak

yang dalam perkembangannya dikenal Islam waktu telu dan Islam waktu lima.

Islam waktu telu, menurut Kamarudin Zaelani (2007:244-245) dikatakan bahwa

penganut Islam wetu telu mengklaim diri sebagai penganut agama Islam yang

memegang dan menganggap tradisi dan adat-istiadat sebagai bagian integral dari

pengamalan keagamaan mereka. Islam wetu telu juga dikatakan sebagai sebuah

institusi keagamaan yang berkembang di lingkungan masyarakat Sasak-Lombok,

sebagai sinkritisme keagamaan yang mengakomodir kepercayaan lokal, nilai-nilai

Hindu, dan unsur-unsur Islam. Disamping itu, Islam wetu teku juga dikatakan

bercorak dinamisme, animisme, panteisme, dan antropomorfisme. Sedangkan

Islam waktu lima adalah mereka yang taat melaksanakan syari’at agama Islam

sebagaimana digariskan dalam al-Qur’an dan Hadist nabi Muhammad Saw (Fadly,

2008:65). Jadi perbedaan Islam wetu telu dengan Islam waktu lima adalah dalam

pelaksanaan syari’at.

Masyarakat Sasak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat

Sasak dari kelompok Islam waktu lima yang ada di Desa Mapak Dasan, Lombok

Barat dan Mapak Belatung, Kota Mataram. Masyarakat di kedua desa ini mayoritas

penganut Islam waktu lima yang masih melaksanakan beberapa ritual adat-istiadat

Sasak namun tidak setaat Islam wetu telu. Masih taatnya masyarakat di desa ini

melaksanakan beberapa ritual adat karena dari bahasa, dialek yang digunakan sama

dengan dialek di Desa Bayan tempat bermukimnya Islam wetu telu. Wasiah

mengatakan bahwa penduduk desa Mapak sebagian besar nenek moyangnya berasal

dari daerah Bayan, Lombok Utara (Wawancara, 02-04-2013). Dengan demikian

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

46

dapat diperkirakan bahwa sisa-sisa pengaruh tradisi dan adat-istiadat asal mereka

masih dilaksanakan sampai saat ini.

2.3 Landasan Teori

Kehadiran teori dalam sebuah penelitian menjadi sangat penting, hal ini

terkait dengan kajian yang dilakukan. Penggunaan teori diperlukan untuk

memecahkan berbagai permasalahan dalam penelitian. Penelitian bakayat Sasak

menggunakan beberapa teori antara lain, teori Artikulasi, teori Wacana, teori Fungsi

,dan teori semiotik. Teori-teori tersebut akan digunakan dalam mengungkap semua

permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

Penerapan teori di dalam sebuah penelitian bisa saling bersinggungan dan

memengaruhi ketika proses pengkajian dilakukan. Karena itu, teori-teori yang

digunakan mempunyai keterkaitan dan saling mengisi dalam mengatasi kekurangan

dan memanfaatkan kelebihan teori lain dalam menganalisis suatu objek penelitian.

Uraian berikut menjelaskan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini.

2.3.1 Teori Artikulasi

Teori artikulasi merupakan tanggapan Stuart Hall atas perdebatan antara

kaum neo-Marxian—yang dalam hal ini diwakili oleh Louis Althusser dan kaum

post-strukturalist—yang dalam hal ini diwakili oleh Michel Foucault dan Jacques

Derrida tentang “perbedaan” (difference) dan “persatuan” (unity). Althausser

berpendapat tentang kemungkinan adanya “persatuan yang kompleks atas

perbedaan” atau “perbedaan dalam persatuan yang kompleks” (difference in

complex unity). Sedangkan kaum post-strukturalis berpendapat tentang pisimisme

terhadap kemungkinan adanya persatuan (unity). Hubungan antar berbagai macam

“perbedaan-perbedaan” tersebut yang membentuk satu “persatuan” dalam kondisi-

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

47

kondisi tertentu dan tidak mempunyai rumus yang baku, itulah yang dinamakan

oleh Hall sebagai “artikulasi”.

Teori artikulasi menyatakan tentang koneksitas antara dua atau lebih

elemen lingkaran budaya yang berbeda dalam pembentukan makna (meaning)

sebuah praktik budaya selalu terjadi pada sebuah kondisi tertentu (under certain

conditions). Hubungan elemen-elemen yang tidak bersifat tetap, esensialis dan

absolut antar berbagai macam elemen berbeda merupakan hubungan dialogis yang

terjadi pada kondisi-kondisi kebetulan yang sangat spesifik. Oleh karena itu,

pembentukan makna merupakan hubungan yang dialogis antar berbagai bagian

dalam lingkaran tersebut dan bersifat selalu dalam proses.

Selain itu, teori artikulasi merupakan cara memahami bagaimana elemen

ideologi hadir menurut kondisi tertentu untuk menghubungkan satu sama lain

sebagai sebuah diskursus dan bagaimana cara mereka menanyakan untuk menjadi

atau tidak diartikulasikan untuk hal tertentu pada subjek politik tertentu. Stuart Hall

(1982) mengembangkan teori Artikulasi untuk menjelaskan konsep pertentangan

ideologis ( bagi Hall artikulasi berarti ekspresi dan penggabungan). Teks dan

praktek kultural baginya tidak mengandung makna yang tetap karena itu

dipengaruhi oleh proses artikulasinya yang tentu saja bersifat kontekstual dan

bervariasi. Jadi ekspresi senantiasa dipengaruhi oleh konteks. Sebagai teori kritik

tentang ideologi, teori ini memberikan metode yang sistematis dan luas untuk

analisis diskursus dalam interaksi dengan praktek-praktek sosial dan struktur

tertentu.

Wijaya (2006) dalam sebuah artikelnya menyitir pemikiran Stuart Hall

tentang artikulasi yang tidak sekadar bermakna mengucapkan, berbicara ke depan,

ucapan; suatu pembicaraan yang mengarah pada pembahasan, pengekspresian, dan

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

48

sebagainya. Artikulasi merupakan suatu pembentukan kesatuan temporer antar

sejumlah elemen yang tidak harus saling beriringan. Pembentukan dilakukan

dengan cara yang khas dan serba tidak menentu dan tidak dapat diprediksikan

sebelum fakta ditemukan. Bentuk hubungan dalam artikulasi hanya diperlukan

dalam kondisi-kondisi tertentu, tidak diperlukan, tidak ditentukan, tidak mutlak, dan

tidak mendasar sepanjang masa.

Sementara Mark Hobart yang idenya tentang artikulasi lebih dekat dengan

Laclau yang berpendapat bahwa semua artikulasi adalah respon terhadap yang lain,

artikulasi awal (seperti budaya berlawanan dengan ras dan agama), bertujuan untuk

melakukan disartikulasi (2000:241-242). Jadi semakin kuat dan mendalam

artikulasi sekitar budaya, maka semakin besar dorongan untuk melakukan

disartikulasi terhadap cara-cara pemikiran lain tentang dunia.

Pandangan Hobart dan Laclau di atas, memberikan pemahaman bahwa

artikulasi bukan hanya sebatas mengucapkan sesuatu, tetapi juga upaya

menghubungkan dua bagian yang terpisah melalui pertalian khusus yang tidak

permanen yang di dalamnya tersembunyi hegemoni untuk mengartikulasikan

struktur, masyarakat, politik, namun pada akhirnya diruntuhkan oleh perlawanan-

perlawanan terhadapnya melalui disartikulasi. Jadi, disartikulasi dapat diartikan

sebagai suatu artikulasi baru terhadap artikulasi yang sudah terbentuk sebelumnya.

Teks dalam praktek kultural memiliki banyak aspek dalam pengertian hal-

hal tersebut, dapat diartikulasikan secara berbeda oleh orang yang berbeda dalam

konteks yang berbeda atas dasar pertimbangan-pertimbangan politik, ideologi yang

berbeda pula. Itu berarti makna adalah suatu praktik sosial dan tidak ada suatu

makna yang berlaku universal. Suatu teks, praktek, atau peristiwa tidak membawa

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

49

makna sendiri, melainkan ada pihak tertentu yang memberikan makna sesuai

dengan kepentingannya.

Bakayat sebagai praktik budaya Sasak ‘menyiratkan’ adanya penikmat

(pendengar/penonton), baik sebagai pihak pasif (penerima makna) maupun sebagai

pihak aktif (pemberi makna). Oleh karena itu, praktiksi tidak hanya mempraktiksi

objek untuk dikonsumsi, akan tetapi juga mempraktiksi prilaku konsumsi dan

sebaliknya, konsumsi menciptakan ‘motif’ untuk praktiksi baru (repraktiksi). Relasi

dialogis bakayat – pendengar/penonton tersebut juga menjadi perhatian penelitian

ini, dimana bujangga yang menawarkan berbagai bentuk pemaknaan juga

menciptakan prilaku (manner) baru dalam penafsiran, sedang pendengar/penikmat

juga sebagai pemberi makna yang aktif yang juga menciptakan ‘motif’ untuk

mempraktiksi makna atau menolak makna yang ada. Bakayat sebagai struktur

makna yang disajikan oleh tukang bakayat mungkin tidak selalu sama dan bukan

merupakan ‘keidentikan langsung’. Tingkat-tingkat kesemitrian yakni, tingkat

‘pemahaman’ dan ‘kesalahpahaman’ dalam pertukaran komunikatif bergantung

pada tingkat simetri/asimetri (relasi padanan kata) yang ditetapkan antara posisi

‘personifikasi’, antara produser enkoder dan penerima dekoder.

Artikulasi dalam wacana teks bakayat merupakan bentuk koneksitas dari

elemen-elemen yang berbeda yang ada dalam masyarakat pada kondisi tertentu

disatukan dalam satu-kesatuan wacana yang tidak bersifat permanen. Ini adalah

hubungan yang diperlukan, ditentukan dan esensial sepanjang waktu (Hall,1986,

Slack,1996:115). Hall menegaskan bahwa ‘kesatuan’ wacana adalah benar-benar

merupakan artikulasi yang berbeda, elemen yang berbeda yang dapat direartikulasi

dengan cara yang berbeda sebab tidak memerlukan’rasa memiliki’. Kesatuan

penting dalam hal ini adalah hubungan antara wacana yang diartikulasi dan

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

50

kekuatan sosial yang dapat saling mengisi satu sama lain, tetapi dalam kondisi

historis tertentu, keduanya tidak harus selalu dikaitkan. Penyatuan didasarkan atas

kepentingan penguasa teks.

Proses pemaknaan teks dalam pandangan Hall (2011:216-217),

menggunakan istilah encoding dan decoding di mana dalam mengungkapkan makna

teks yang terletak di suatu tempat antara si pembuat teks dengan pembacanya.

Pembuat teks dalam hal ini meng-encode teks dalam cara tertentu dan pembaca

kemudian akan men-decode-nya dengan caranya sendiri yang sedikit berbeda.

Situasi sosial yang mengelilingi pembaca/penonton/pendengar, akan mengarahkan

teks pada satu sudut pandang yang berbeda.

Pemaknaan sebagai hasil ‘korespondensi’ dimana bukanlah hal yang

terberi (given) melainkan hasil konstruksi. Menurut Hall (2011:226) pemaknaan

tersebut tidaklah ‘natural’ melainkan produk dari artikulasi antara dua momen

berbeda. Tiga sistem pemaknaan dasar yang digagas Parkin dielaborasi oleh Hall

dalam menafsirkan atau memberi respon terhadap kondisi yang dibangun. Ketiga

sistem tersebut terkait dengan cara pembaca men-decode teks yakni, sistem

dominan (dominant reading), sistem atau kode yang dihasilkan ketika situasi sosial

yang mengelilingi pembaca menyerupai preferred reading (bacaan terpilih); dan

sistem subordinat (negotiated reading), sistem atau kode yang dinegosiasikan.

Dimana nilai-nilai yang dominan diterima, namun digunakan sebagai penegasan

bahwa situasi sosial yang ada perlu diperbaiki; serta sistem oposisional

(oppositional reading), sistem atau kode yang menolak versi dominan dan nilai-

nilai sosial dari preferred reading. Pembaca menempatkan pesan dalam sistem

makna secara radikal berlawanan dengan makna dominan.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

51

Penelitian tentang artikulasi nilai religius dan wacana sosial dalam bakayat

Sasak bertolak dari teori artikulasi yang dikemukakan di atas. Dimana artikulasi

adalah cara kerja atau bagaimana ekspresi dalam bentuk pemaknaan teks oleh

tukang bakayat─bujangga dalam penyatuan nilai religius dan wacana sosial

masyarakat Sasak dalam teks bakayat. Pemikiran di atas sejalan dengan pandangan

Macherey (1978:79-80) yang memandang teks bukanlah sebuah teka-teki yang

menyembunyikan makna; teks itu tersebar; tidak komplit; tak terpusat (tak terpusat

pada sebuah intensi autorial) teks itu tersusun atas konfrontasi di antara beberapa

wacana: eksplisit, implisit, sunyi, dan absen. Karena itu menurutnya tugas

tradisional kritik teks —mengeksplisitkan apa yang implisit di dalam teks, yakni

menjelaskan kepentingan ideologis dari kebisuannya, ketidakhadirannya,

kekurangkompletannya yang menstruktur —penyajian terhadap apa yang tak bisa

dikatakan. Hal inilah dilakukan oleh tukang bakayat dalam menjelaskan teks yang

dilisankan dengan cara menembangkan.

Teori artikulasi mengungkap bentuk pemaknaan teks secara maksimal

sebagaimana yang disajikan dalam bakayat. Hasil pertunjukan berupa terjemahan

dan penafsiran yang dilakukan oleh bujangga akan dicermati dan dikaji sebagai

bentuk artikulasi terhadap pelisanan teks hikayat dalam praktek bakayat. Proses

kerja didasarkan pada pandangan bahwa perpanjangan sebuah makna; ia lahir dari

ketidak-sesuaian dari beberapa makna, ikatan terkuat diletakkan pada realitas dan

konfrontasi yang terus-menerus diperbaharui (Macherey, 1978:79-80). Di samping

itu, penafsiran terhadap sebuah teks tidak bersifat tetap dan selalu berubah

berdasarkan aspek kesejarahan, situasi dan kondisi serta kepentingan dari pemilik

budaya. Proses pemaknaan teks merupakan bentuk artikulasi dan disartikulasi yang

dilakukan oleh penikmat dan pemiliknya.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

52

2.3.2 Teori Wacana

Dalam analisis struktur teks bakayat ini, akan memanfaatkan naratologi

yang dikembangkan Gerard Genette. Pemanfaatan teori dalam telaah ini didasarkan

pada ciri-ciri dominan yang dimiliki bakayat, yaitu berupa pelisanan teks tulis.

Naratologi dimanfaatkan untuk memaparkan struktur penceritaan atau struktur luar

teks bakayat KNY. Naratologi dalam bentuknya yang lebih sederhana memang

telah ada sejak Formalisme Rusia. Kelompok ini mengenal dan membedakan fabula

dan sjuzet. Dimana fabula dikatakan sebagai urutan temporal kausal yang dengan

cara apa pun menceritakannya adalah cerita itu sendiri, dan sjuzet dikatakan sebagai

cerita yang dihadapi oleh pembaca.

Bakayat sebagai wacana teks yang lahir dari bentuk kelisanan skunder,

yakni berupa pembacaan yang dilakukan dengan cara menembangkan, kemudian

diikuti dengan penerjemahan yang disertai penafsiran/ulasan dalam bahasa Sasak.

Seni pelisanan ini mengandung aspek kebahasaan, di samping aspek estetis sebagai

bentuk kreativitas para pelakunya. Wacana teks bakayat sebagai sistem (struktur)

dalam arti dinamis nampak ketika diaktualisasikan. Aktualisasi sebuah wacana teks

menunjukkan dua hal, yakni aktualisasi bahasa selalu memunculkan bentuk

proporsi atau bentuk kalimat dan yang kedua, peristiwa yang bermuara pada suatu

dialektika (Probonegoro, 2008:112). Wacana teks bakayat di dalamnya terkandung

aspek kebahasaan dan peristiwa tuturan yang disampaikan kepada khalayak

pendengar.

Peristiwa tuturan dalam bakayat yang berupa bahasa lisan bersifat

monolog. Dalam bahasa lisan unsur-unsur prosodi (intonasi, nada suara, debit atau

kecepatan bicara) dan juga unsur lain yang berperan yakni mimik, gerakan tangan,

juga situasi komunikasi sangat menentukan kualitas peristiwa tuturan. Dalam

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

53

penelitian ini teks bakayat merupakan hasil pertunjukan dalam bentuk rekaman

yang ditranskripsikan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Meskipun

saluran komunikasinya telah berubah, teks lisan tetap ditandai oleh berbagai tanda

bahasa yang menunjukkan kelisanannya. Dalam sosiolinguistik dikenal dengan

laras bahasa. Kelisanan dapat ditandai oleh adanya kata atau bunyi yang hanya ada

dalam ucapan bahasa lisan.

Penyajian bakayat yang berhubungan dengan unsur-unsur yang terdapat

dalam setiap komunikasi bahasa seperti dikatakan oleh Kridalaksana (2001) adalah

konteks, dimana merupakan ciri-ciri alam di luar bahasa yang menumbuhkan

makna pada ujaran atau wacana (lingkungan non-linguistik dari wacana). Zaimar

dan Harahap (2011:20-21), menyebut hal penting dalam mempelajari wacana

adalah acuan wacana, yakni acuan tekstual yang terbentuk dari unsur-unsur

linguistik yang hadir dalam teks dan acuan situasional yang mengacu pada situasi

ruang, waktu, dan objek riil saat komunikasi terjadi. Mulyana(2005:7) mengatakan

bahwa wacana memiliki dua unsur pendukung utama, yaitu unsur dalam (internal)

dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal

kebahasaan, sedangkan unsur eksternal berkenaan dengan hal-hal di luar wacana itu

sendiri. Unsur internal yang terkait dengan aspek kebahasaan terdiri dari kata yang

merupakan bagian dari kalimat serta teks dan koteks. Sedangkan unsur eksternal

sebagai sesuatu yang menjadi bagian wacana namun tidak nampak secara eksplisit,

dan berada di luar satuan lingual wacana yang dapat membantu pemahaman tentang

suatu wacana.

Untuk memahami lebih dekat tentang struktur teks, ada baiknya untuk

dikaji terlebih dahulu mengenai klasifikasi atau pembagian wacana teks.

Pengklasifikasian wacana teks tergantung pada aspek dan sudut pandang yang

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

54

digunakan. Menurut Mulyana (2005:47), wacana dapat dipilah atas beberapa segi,

yaitu: (1) bentuk, (2) media, (3) jumlah penutur, dan (4) sifat. Pandangan lain

dikemukakan oleh Zaimar dan Harahap (2011:23-87), bahwa berbagai cara

klasifikasi dilakukan, sehingga dikenal beberapa jenis wacana teks menurut

acuannya, saluran komunikasi, bentuk penyajian dan isinya, fungsi bahasanya, dan

jumlah pengirim. Pengklasifikasian wacana teks bakayat Sasak penting dilakukan

dalam kerangka pemahaman terhadap bentuk teks yang disajikan dalam bakayat,

sebelum menganalisis lebih lanjut tentang aspek wacana naratifnya.

Dalam telaah struktur teks bakayat yang akan memanfaatkan naratologi,

dimana Gerard Genette (1988:21-83) mengembangkan lima pokok pemikiran, yaitu

urutan (order), durasi (duration), frekuensi (frequency), modus (mood), dan tutur

(voice). Pokok pemikiran tersebut akan dimanfaatkan dan disesuaikan dengan ciri-

ciri dominan dan kebutuhan analisis terhadap teks Bakayat. Analisis dalam

penelitian ini akan difokuskan pada tutur atau suara naratif, mengingat teks bakayat

yang dalam pelisanannya memanfaatkan aspek-aspek di luar bahasa seperti

tembang dan cara terjemahan yang mempengaruhi penceritaan.

Dalam telaah tentang tutur atau suara naratif sekaligus meliputi

pembicaraan tentang cerita, penceritaan, dan latar belakang sosialnya (Ratna,

2004:255). Tutur dalam hal ini merupakan aspek tindakan berbahasa yang

dipandang berdasarkan hubungan subjek. Subjek di sini tidak hanya berkaitan

dengan orang atau tokoh yang terlibat di dalam sebuah peristiwa, tetapi juga orang

yang menceritakannya dan berpartisipasi, meskipun secara pasif di dalam cerita.

Pembicaraan tentang tutur atau suara naratif dalam pandangan Genette dibagi

menjadi lima bagian, yaitu : waktu penceritaan (narrating time), tingkatan

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

55

penceritaan (narrative levels), person, narator, dan narratee. Meskipun demikian,

telaah ini hanya memusatkan perhatian pada person dan narator teks bakayat.

Person dalam hal ini berkaitan dengan kehadiran “sosok” narator di dalam

cerita. “Sosok” narator tidak selalu identik dengan “sosok” pengarang. Berkaitan

dengan kehadiran “sosok” narator ada dua jenis penceritaan, yaitu: pertama

heterodiegetik, yaitu penceritaan dengan narator yang tidak hadir atau tidak terlihat.

Menurut Genette ketidakhadiran narator bersifat mutlak. Sedangkan kedua

homodiegetik, yaitu penceritaan dengan narator yang muncul atau terlihat sebagai

tokoh. Narator dalam hal ini memiliki derajat kehadiran, dimana ia dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu narator sebagai tokoh sentral dan narator sebagai tokoh

sekunder yang hanya berfungsi sebagai pengamat atau saksi. Narator dalam teks

bakayat dapat dipahami sebagai tukang cerite. Menurut Genette (1988:120-121)

bahwa posisi narator dapat berada di luar atau di dalam cerita. Narator yang berada

di luar cerita mengacu pada author-narrator (pengarang sebagai narator) atau

implied author (pengarang implisit), sedang narator yang berada di dalam cerita

mengacu pada character-narrator (tokoh sebagai narator), baik menceritakan

ceritanya sendiri maupun cerita tokoh lain.

Dalam teks bakayat dimana tukang cerite dipahami sebagai narator yang

selalu berada dalam penceritaan, baik sebagai penutur yang menuturkan ceritanya

maupun menceritakan dan mewakili tokoh lain. Sehubungan dengan kajian teks

bakayat posisi tukang cerite akan dilihat dari aspek sebagai penutur dan sebagai

tokoh sentral dalam cerita KNY.

2.3.3 Teori Fungsi

Kehadiran sebuah tradisi tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat yang

melingkupi keberadaannya, karena keduanya saling membutuhkan. Ketika

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

56

hubungan keduanya berjalan maka terjadi fungsionalisme sistemik, dimana

perkaitan antar institusi atau struktur suatu masyarakat akan membentuk suatu

sistem yang bulat. Konsep fungsi memang bersifat lentur. Rumusan para ahli dalam

mengartikan fungsi sesuai dengan bidangnya masing-masing. Fungsi dalam

anggapan Malinowski, unsur-unsur kebudayaan dipergunakan untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan naluri manusia dan kebudayaan itu sendiri. Hal ini berbeda

dengan anggapan kaum Marxis, bahwa sastra lisan dapat berfungsi sebagai ‘of the

ruling class’, yakni sebagai alat untuk mempropagandakan serta menyebarkan ide-

ide kelas yang berkuasa, dan bagi mereka sastra lisan juga merupakan senjata yang

potensial di dalam the class struggle, atau ‘perjuangan kelas’(Endaswara,

2009:125). Menurut Kaplan dan Manners (1999:76) fungsionalisme harus

mengeksplorasi ciri sistemik budaya.

Konsep fungsi dalam pengaturan kultural suatu masyarakat menurut

Merton dalam Kaplan dan Manners (1999:79), dimana ada fungsi manifest dan

fungsi laten –fungsi tampak dan fungsi terselubung– dalam suatu tindak atau unsur

budaya. Konsekuensi objektif dalam fungsi manifest, dimana sumbangan pada

adaptasi sistem yang dikehendaki dan disadari oleh partisipan sistem tersebut.

Sedangkan pada fungsi laten, konsekuensi objektif sebagai ihwal budaya yang tidak

dikehendaki atau disadari oleh warga masyarakatnya. Kendati demikian, fungsi

laten (konsekuensi yang tidak dikehendaki atau disadari) dalam beberapa fenomena

budaya tetap bertahan karena fungsi tersebut. Fungsi terakhir ini tampaknya akan

dapat membantu kita dalam menjelaskan asal-mula suatu pengaturan kultural

tersebut dilakukan.

Terkait dengan fungsi suatu praktik budaya masyarakat sebagaimana yang

dikemukakan oleh William R. Bascom bahwa ada empat, yaitu: 1) sebagai sistem

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

57

proyeksi (projective system), 2) sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan

lembaga-lembaga kebudayaan, 3) sebagai alat pendidikan anak (pedagogical

device), dan 4) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat

akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya (Bascom,1965:3-20, Danandjaja,

2002:19). Pandangan Bascom menggambarkan tentang fungsi sebagaimana yang

dikehendaki dalam kehidupan masyarakat. Dalam kenyataannya tidak sedikit

praktik budaya masyarakat mengalami pergeseran fungsi yang tidak dikehendaki

oleh pemilik budaya, tapi hal itu dapat terjadi.

Sebagai karya sastra, hikayat/syair yang dilisankan dalam bakayat juga

memiliki fungsi yang disesuaikan dengan tujuan pengarang dalam menggubah

karya tersebut. Untuk mengetahui fungsi bakayat Sasak akan digunakan pendapat

Merton. Bertolak dari pendapat tersebut di atas, maka analisis fungsi bakayat

diarahkan pada kedua fungsi tersebut. Fungsi manifest memberikan sumbangan

yang positif terhadap keberadaan tradisi lisan bakayat. Nilai religius yang terdapat

dalam bakayat sebagai motif untuk menggerakkan pendengarnya untuk selalu

bertaqwa kepada Allah swt. dan mengikuti segala perintah-Nya. Sedang wacana

sosial sebagai interpretasi/ulasan bujangge-nya terhadap teks yang ditembangkan,

merupakan penggambaran dari masyarakat penikmatnya berupa pandangan hidup

dan alam pikir sebagai dokumen masyarakat.

Fungsi suatu praktik budaya tidak terlepas dari perkembangan dan

perdaban budaya masyarakatnya, sehingga hal ini turut berpengaruh terhadap

fungsi-fungsi dari suatu praktik budaya. Penelusuran terhadap fungsi ini menjadi

penting dilakukan terhadap bakayat mengingat makin menurunnya intensitas

pertunjukan, berkurangnya pelaku dan penikmat tradisi tersebut. Selain itu,

penelusuran fungsi sekaligus akan memberikan gambaran tentang sikap masyarakat

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

58

terhadap keberadaan bakayat Sasak saat ini. Berfungsinya secara efektif suatu

praktik budaya dapat menandakan bahwa budaya tersebut masih eksis pada

masyarakat pendukungnya.

2.3.4 Teori Semiotik

Postrukturalisme merupakan bentuk reaksi terhadap strukturalisme, yang

membongkar setiap klaim akan oposisi pasangan, hierarki, dan validitas kebenaran

universal, sebaliknya menjunjung tinggi permainan bahwa tanda serta

ketidakstabilan makna dan kategorisasi intlektual (Piliang, 2003: 21). Semiotika

merupakan bagian dari postrukturalisme, dalam pertumbuhan selanjutnya menjadi

sebuah disiplin ilmu tersendiri yang kemudian dikembangkan oleh Charles Morris,

Roman Jakobson, Jonathan Culler, Roland Barthes, Umberto Eco, Jurij J. Lotman,

Michael Riffaterre, dan masih ada sederetan nama lain.

Semiotika adalah ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia

(Hoed, 2011: 3). Tanda yang hadir dalam kehidupan manusia berupa pengalaman,

pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain harus diberi makna. Tanda sebenarnya

bukan hanya bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi kehidupan ini,

walaupun harus diakui bahwa bahasa adalah sistem tanda yang paling lengkap dan

sempurna. Hoed juga menekankan semiotika dalam perkembangannya menjadi

seperangkat teori yang digunakan untuk mengkaji berbagai tanda dalam

kebudayaan manusia. Terkait dengan semiotika sebagai teori tanda, maka dalam

penelitian ini akan digunakan teori semiotik menurut pandangan Umberto Eco

dalam kerangka memaknai tanda bahasa dalam bakayat.

Semiotik berkaitan erat dengan semua yang dianggap sebagai tanda. Tanda

menurut Saussure ialah apa yang ada dalam kehidupan manusia yang kita lihat

sebagai bentuk dalam pikiran kita (citra tentang bunyi bahasa) dan mempunyai

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

59

makna tertentu. Tanda juga dikatakan sebagai segala sesuatu yang secara maknawi

dapat dianggap menggantikan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain ini tidaklah

selalu hadir atau berada di suatu tempat agar tanda dapat menggantikannya.

Menurut Umberto Eco, semiotika secara prinsipiil adalah disiplin yang mengkaji

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berbohong (2009:7). Sebab apabila

sebuah tanda tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan kebenaran, maka ia

tidak dapat pula digunakan untuk mengungkapkan kebohongan. Dengan demikian,

meskipun Eco menjelaskan bahwa semiotika adalah teori kebohongan implisit di

dalamnya adalah teori kebenaran.

Dengan demikian, semiotika digunakan sebagai sebuah pendekatan dalam

menelaah sesuatu yang berhubungan dengan tanda, misalnya karya sastra baik tulis

maupun lisan. Teks bakayat Sasak sebagai tanda bahasa yang dibentuk oleh relasi

dengan tanda yang lain. Tanda ini menimbulkan reaksi pembaca/pendengarnya

untuk menafsirkannya. Proses penafsiran terjadi karena tanda yang bersangkutan

mengacu pada sesuatu kenyataan (Sobur, 2002:122).

Dalam pemaknaan tanda ini, Eco mengemukakan bahwa dalam memaknai

suatu tanda sebenarnya si penerima tanda telah mempraktiksi tanda baru. Pada

dasarnya, praktiksi tanda yang dikemukakan Eco merupakan suatu tindakan fisik

yang terdiri dari, recognition (pengenalan tanda), onstention (penunjukan dengan

cara memperlihatkan contoh), replica (secara vektoral, dengan stilisasi, dan

gabungan keduanya atau stimuli yang terprogram), dan invention (tanda yang

diciptakan dengan stimuli terprogram, kongruensi, proyeksi, dan grafis). Menurut

Eco proses semiosis atau pemaknaan akan berhenti ketika manusia dibatasi prinsip-

prinsip supra individual atau jika dalam konteks kebudayaan adalah kaidah-kaidah

kebudayaan yang membatasi seseorang untuk melakukan pemaknaan.

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

60

Mengenai pembagian batas-batas penelitian menurut Eco, berdasarkan

objek dan kesepakatan sementara. Batas penelitian yang dimaksud adalah batas-

batas politis, alami, dan epistimologi. Batas-batas alami adalah tapal batas yang tak

dapat dilampaui oleh pendekatan semiotika; karena wilayah di balik tapal batas itu

adalah wilayah nonsemiotis karena di situ tidak ada fenomena yang bisa dianggap

sebagai fungsi tanda (Eco, 2009:5-6). Batas-batas epistimologi adalah batas yang

tidak bergantung pada definisi objek semiotis melainkan pada definisi ‘kemurnian’

teoretis dari disiplin semiotika itu sendiri (Eco, 2009:40-41). Batas-batas politis

juga dikenal sebagai batas budaya. Istilah budaya digunakan untuk menghindari

salah tafsir terhadap kata politis itu sendiri.

Dalam penelitian ini digunakan batas-batas politis. Hal ini dikarenakan

objek yang digunakan lebih memungkinkan untuk dikaji dalam batas-batas politis.

Batas-batas politis ini akan ditentukan berdasarkan kesesuaian yang ada pada teks

bakayat Sasak. Dalam hal ini akan di batasi pada kajian makna tentang, teks, kode-

kode kultural, dan teks-teks estetik.

Kajian makna tentang teks yang dimaksud adalah perkembangan dalam

analisis alur begitu pula dalam analisis bahasa puitis yang mendorong ke

pemahaman arti teks sebagai unit makro yang diatur oleh aturan-aturan generatif

yang khusus, di mana kadang kala makna ‘tanda’ sebagai unit semiotis

elementer─praktis dihilangkan. Kode-kode kultural, dimana riset semiotika yang

menggeser perhatian kepada fenomena-fenomena yang diistilahkan dalam sistem-

tanda, sistem komunikasi karena fenomena-fenomena ini berupa sistem perilaku

dan nilai. Yang dimaksudkan Eco dalam hal ini adalah sistem sopan santun,

hierarki-hierarki, dan ‘sistem pemodelan skunder’ yang mencakup mitos, legenda,

teologi primitif yang ditampilkan dalam wujud sebuah tatanan dunia yang

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

61

dibayangkan masyarakat. Teks-teks estetik, bidang kajian semiotik yang meluas ke

wilayah yang secara tradisional jadi bagian estetika. Estetika yang berkaitan dengan

aspek-aspek non-semiotis dari seni seperti, psikologi daya cipta artistik, relasi

antara bentuk artistik dan natural, definisi, fisik-psikologis dari kenikmatan estetik,

analisis tentang hubungan seni dengan masyarakat. Eco menjelaskan bahwa setiap

kode pasti memiliki elemen-elemen yang tidak tertutup kemungkinan untuk

digunakan secara estetik.

Semiotik digunakan untuk memaknai berbagai tanda termasuk bakayat

Sasak sebagai praktik budaya. Berdasarkan paparan di atas, bakayat Sasak sebagai

sebuah praktik budaya dalam bentuk sastra lisan memiliki simbol dan tanda-tanda.

Tanda-tanda yang ada dan digunakan dalam bakayat tidak mudah untuk dipahami,

karena itu diperlukan apresiasi yang mendalam untuk memahami tanda sebagai

sebuah tanda. Pemaknaan terhadap tanda dalam karya sastra lisan seperti bakayat

sangat mungkin untuk mengalami perbedaan penafsiran, hal ini sejalan sifat sastra

lisan dan perubahan sosial budaya masyarakat pendukungnya. Pengkajian dengan

teori semiotik diharapkan mampu mengungkap makna bakayat Sasak.

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

62

2.4 Model Penelitian

Bagan 01 : Model Penelitian TLB pada Masyarakat Sasak

Keterangan : Hubungan saling mempengaruhi

Hubungan langsung

Ada hubungan

Teks Tulis Pengaruh

Jawa dan Melayu Agama Islam

Tradisi Lisan

Bakayat (TLB)

TEMUAN

Teori

1. Artikulasi

2. Wacana

3. Fungsi

4. Semiotik

Struktur Teks Bakayat

Makna Teks Bakayat

Fungsi Bakayat dan

Pergeserannya

Budaya Sasak

Artikulasi Wacana Teks

Bakayat

Masyarakat Etnik Sasak

Tradisi Lisan

Pepaosan

Sejarah Perkembangan

Bakayat

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

63

Penelitian ini digambarkan dengan menggunakan model seperti pada

bagan di atas. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.

Masyarakat etnik Sasak mempunyai sejarah yang panjang dalam

pergulatan budaya akibat masuknya berbagai pengaruh. Akibat dari proses tersebut

berbagai praktik budaya dihasilkan, salah satunya adalah bakayat. Bakayat

kemudian menjadi salah satu tradisi lisan masyarakat Sasak yang dibangun oleh tiga

pilar pokok, yaitu pertama teks tulis yang berasal dari sastra Melayu klasik Islam

berupa hikayat/syair; kedua budaya Sasak yang di dalamnya telah ada berbagai

budaya/tradisi yang telah tumbuh dan berkembang sebagai tradisi lisan berupa

pelisanan teks yang dikenal dengan pepaosan dan juga tradisi tulis lebih dahulu

hadir sebelum karya sastra Melayu Islam memasuki pulau Lombok, ketiga, agama

Islam sebagai agama dakwah yang berkembang di Lombok secara terus-menerus

menyampaikan kebenaran Islam melalui berbagai media dakwah, salah satunya

dengan karya-karya sastra.

Masyarakat etnik Sasak mengenal pelisanan teks sastra Melayu klasik

sebagai salah satu media dakwah Islam, teks tersebut dibawa oleh para mubaliq dari

Semenanjung Melayu. Teks tersebut awalnya hanya dilisankan dengan lantunan

tembang-tembang Melayu, tradisi ini pun kemudian menyatu dengan budaya Sasak

yang tujuannya untuk memantapkan keislaman orang Sasak. Melalui tiga pilar di

atas, bakayat dibangun sebagai sebuah tradisi lisan yang kental dengan nuansa

Islam. Kehadiran bakayat sebagai salah satu TL Sasak mendampingi TL yang telah

ada sebelumnya seperti pepaosan. Kini kedua TL tersebut hidup berdampingan dan

difungsikan oleh masyarakat Sasak dalam berbagai aktivitas kehidupan adat dan

keagamaan.

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

64

Bakayat dalam perkembangannya berjalan seiring dengan peradaban

masyarakat Sasak, sebagai praktik budaya kemudian disampaikan dalam bentuk

pertunjukan untuk memenuhi kebutuhan pemiliknya. Namun dalam

perkembangannya saat ini bakayat secara perlahan tapi pasti mulai kehilangan para

pelaku dan pendengarnya. Hal ini sungguh sangat memprihatinkan, sehingga perlu

segera dilakukan berbagai bentuk pelestarian salah satunnya adalah penelitian.

Penelitian ini dilakukan mengingat terbatasnya hasil-hasil penelitian

tentang TL khususnya Sasak. Adapun pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan etnografis dalam rangka untuk mendapatkan gambaran yang lebih

komprehensif dalam menganalisis permasalahan dalam TLB. Perkembangan dan

bentuk pertunjukan bakayat menjadi fokus dalam penelitian ini, adapun masalah

yang akan dikaji antara lain, sejarah perkembangan bakayat, struktur teks bakayat,

artikulasi nilai religius dan wacana sosial dalam bakayat, fungsi bakayat dan

pergeserannya, serta makna bakayat dalam masyarakat Sasak.

Teori-teori yang relevan untuk diaplikasikan dalam menganalisis data

penelitian tentang bakayat adalah, teori wacana, teori ini digunakan untuk

menganalis struktur teks bakayat yang disajikan dalam bentuk pertunjukan. Struktur

teks akan dikaji dari penyajian, keterlibatan pelaku, serta struktur naratifnya

meliputi cerita dan penceritaan. Teori artikulasi digunakan mengkaji hubungan

kesatuan elemen-elemen yang ada dalam bakayat yakni nilai regius dan wacana

sosial dalam bakayat Sasak. Teori fungsi digunakan untuk menelusuri fungsi

bakayat dalam kehidupan masyarakat Sasak. Di samping itu, juga akan ditelusuri

tentang terjadinya pergeseran fungsi bakayat pada masyarakat Sasak. Selain teori di

atas, untuk membedah makna bakayat digunakan teori semiotik. Teori ini

digunakan untuk mengetahui lebih jauh kandungan makna dalam bakayat dari sudut

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … filepengaruh Jawa dan Bali erat kaitannya dengan kontak yang ... maka bakayat Sasak menjadi sejarah masyarakat ... aspek pelisanan

65

pandang etik. Terkait dengan sejarah perkembangan bakayat dalam masyarakat

Sasak akan diuraikan dalam bab tersendiri. Sejarah ini penting untuk ditelusuri dan

diuraikan mengingat belum adanya dokumen yang menguraikan masalah tersebut.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan, nantinya akan dikemukakan simpulan

hasil penelitian dan temuan.