kajian rumah sasak

Upload: dwiciptadi

Post on 10-Jan-2016

505 views

Category:

Documents


56 download

DESCRIPTION

kajian rumah sasak pada mata kuliah arsitektur nusantara

TRANSCRIPT

Pengkajian Rumah Sasak, Dusun Sade, Lombok Tengah

Pengkajian Rumah Sasak, Dusun Sade, Lombok Tengah

ARSITEKTUR NUSANTARA

Tahun Ajaran 2014/2015

Dwi Pradipta C.(135060500111004)Yonatan Andreas(135060500111044)Fildzah Raihan K.(135060500111050)Dwiki Darmawan(135060501111050)Rizal Ardy F.(135060507111028)

BAB IKAJIAN PERTAPAKAN

1.1. Arsitektur Nusantara, Arsitektur TradisionalArsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk.Nusantara adalah sebuah kata majemuk yang diambil dari bahasa Jawa kuno, terdiri dari kata nusa yang berarti pulau dan antara yang berarti lain. Dalam konsep kenegaraan Jawa, istilah nusantara berarti di luar pengaruh budaya Jawa. Dalam penggunaan bahasa modern, istilah nusantara biasanya meliputi daerah kepulauan Asia Tenggara atau wilaya Austronesia. Disisi lain, istilah geografis nusantara saat ini sering diartikan sebagai Indonesia, yang merupakan negara kepulauan. (Sejarah Perkembangan Arsitektur Nusantara, http://e-course.usu.ac.id)Arsitektur Nusantara disini diartikan sebagai seni dan ilmu dalam merancang bangunan berdasaran letak keadaan geografis Indonesia (nusantara). Arsitektur vernakular (atau disini disebut dengan arsitektur tradisional) adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik dan berjangkar pada tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang berdasarkan pengalaman (trial and error), menggunakan teknik dan material lokal serta merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu membuka untuk terjadinya transformasi.

1.2. Pemilihan ObjekObjek yang dicari adalah objek tunggal maupun sekelompok (bisa bangunan maupun perkampungan, yang dirasa mumpuni untuk dikaji dari segi keilmuan arsitektur, khususnya arsitektur lokal.

Oleh karena itu, kami memilih Rumah Sasak sebagai objek, dikarenakan latar belakang kebudayaan suku Sasak sendiri yang sangat kental, lengkap dengan keunikan kebudayaannya. Suku Sasak memiki banyak keunikan untuk dipelajari lebih lanjut, terutama di bagian rumah adatnya yaitu Rumah Sasak yang sesuai dengan kriteria objek yang akan dijadikan pembahasan utama pada tugas kali ini.

1.3. Deskripsi Umum Suku SasakNenek moyang Suku Sasak berasal dari campuran penduduk asli Lombok dengan para pendatang dari Jawa Tengah yang terkenal dengan julukan Mataram, pada jaman Raja yang bernama Rakai Pikatan dan permaisurinya Pramudhawardani. Kata sasak itu sendiri berasal dari kata sak-sak yang artinya sampan. Karena moyang orang Lombok pada jaman dulu berjalan dari daerah bagian barat Lomboq (lurus) sampai kearah timur terus menuju sebuah pelabuhan di ujung timur pulau yang sekarang bernama Pelabuhan Lombok. Mereka banyak menikah dengan penduduk asli hingga memiliki anak keturunan yang menjadi raja sebuah kerajaan yang didirikan yang bernama Kerajaan Lombok yang berpusat di Pelabuhan Lombok. Setelah beranak pinak, sebagai tanda kisah perjalanan dari Jawa memakai sampan (sak-sak), mereka menamai keturunannya menjadi suku Sak-sak, yang lama-kelamaan menjadi Sasak.

Suku Sasak telah mempunyai sistem budaya sebagaimana terekam dalam kitab Nagara Kartha Gama karangan Empu Nala dari Majapahit. Dalam kitab tersebut, suku Sasak disebut Lomboq Mirah Sak-Sak Adhi. Jika saat kitab tersebut dikarang suku Sasak telah mempunyai sistem budaya yang mapan, maka kemampuannya untuk tetap eksis sampai saat ini merupakan salah satu bukti bahwa suku ini mampu menjaga dan melestarikan tradisinya. Salah satu bentuk dari bukti kebudayaan Sasak adalah bentuk bangunan rumah adatnya

1.4. Deskripsi Umum Rumah SasakRumah adat dibangun berdasarkan nilai estetika dan local wisdom masyarakat,seperti halnya rumah tradisional suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat. SukuSasak mengenal beberapa jenis bangunan sebagai tempat tinggal dan jugatempatpenyelanggaraan ritual adat dan ritual keagamaan.

Atap rumah Sasak terbuat dari jerami dan berdinding anyaman bambu (bedek). Lantainya dibuat dari tanah liat yang dicampur dengan kotoran kerbau dan abu jerami.Seluruh bahan bangunan (seperti kayu dan bambu) untuk membuat rumah adat tersebut di dapatkan dari lingkungan sekitar mereka, bahkan untuk menyambung bagian-bagian kayutersebut, mereka menggunakan paku yang terbuat dari bambu. Rumah adat suku Sasakhanya memiliki satu pintu berukuran sempit dan rendah dan tidak memiliki jendela.

Untuk dindingnya, warga setempat membuat anyaman agar bisa digunakan sebagai pembatas setiap ruangan atau dinding. Sedangkan bambu yang masih berbentuk batangan, digunakan untuk tiang penyangga rumah.

Seorang pemilik sedang mengolesi lantai dengan kotoran kerbau

Lantai rumah itu adalah campuran dari tanah, getah pohon kayu banten dan bajur (istilah lokal), dicampur batu bara yang ada dalam batu bateri, abu jerami yang dibakar, kemudian diolesi dengan kotoran sapi di bagian permukaan lantai. Materi membuat lantai rumah itu berfungsi sebagai zat perekat, juga guna menghindari lantai tidak lembab. Bahan lantai itu digunakan, oleh warga di Dusun Sade, mengingat kotoran kerbau atau sapi tidak bisa bersenyawa dengan tanah liat yang merupakan jenis tanah di dusun itu.Orang Sasak sangat selektif dalam menentukan lokasi tempat pendirian rumah. Mereka meyakini bahwa lokasi yang tidak tepat dapat berakibat kurang baik kepada yang menempatinya. Misalnya, mereka tidak akan membangun rumah di atas bekas perapian, bekas tempat pembuangan sampah, bekas sumur dan pada posisi jalan tusuk sate ataususur gubug. Selain itu, orang Sasak tidak akan membangun rumah berlawanan arah danukurannya berbeda dengan rumah yang lebihdahulu ada. Menurut mereka, hal tersebut merupakan perbuatan melawan tabu (maliq-lenget).

1.5. Latar Belakang Rumah SasakDalam adat masyarakat lombok,rumah adat sasakini memiliki posisi cukup penting untuk kehidupan manusia, yakni sebagai tempat privasi keluarga untuk berlindung. Bahkan bukan hanya berlindung secara jasmani, namun juga untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya. Maka dari itu, bila kita memperhatikan arsitektur rumah adat suku sasak dengan cermat, kita dapat menemukan bahwa rumah tersebut memiliki estetika, lokal masyarakatnya. Setiap ruangan dalam rumah, dibagi berdasarkan kegunaan masing-masing, seperti untuk tempat tidur, ruang melahirkan para ibu, tempat menyimpan harta dan penyimpanan jenazah sebelum dikebumikan.Dalam masyarakat Sasak, rumah berada dalam dimensisakral(suci) danprofanduniawi) secara bersamaan. Artinya, rumah adat Sasak disamping sebagai tempat berlindung dan berkumpulnya anggota keluarga juga menjadi tempat dilaksanakannya ritual-ritual sakral yang merupakan manifestasi dari keyakinan kepada Tuhan, arwah nenek moyang (papukbaluk),epen bale(penunggu rumah), dan sebaginya.

1.6. Lokasi, Topografi, dan Iklim Lokasi

Objek studi berada di Lombok, Nusa Tenggara Barat.Pola hunian Suku Sasak mengompleks meski lokasinya di tempat datar, seperti Dusun Segenter, atau dataran tinggi sebagaimana di Dusun Limbungan dan Dusun Sade. Akan tetapi objek studi kali ini berfokus di daerah Dusun Sade, Lombok Tengah. Dusun ini dikenal sebagai dusun tradisional sekaligus dusun yang paling mempertahankan adat suku Sasak.

TopografiWilayah Lombok Tengah yang membujur dari utara ke selatan tersebut mempunyai letak dan ketinggian yang bervariasi mulai dari nol (0) hingga 2000 meter dari permukaan laut.Jenis Tanah : Aluvial : 2.764 Ha Regusol Kelabu : 20.387 Ha Kompleks Gromusol Kelabu Tua : 3.947 Ha Gromusol Kelabu : 34.306 Ha Regusol Coklat : 8.225 Ha Brown Forest Soil : 9.575 Ha Kompleks Mediteran Coklat : 41.635 Ha

IklimBerdasarkan klasifikasi Schmid dan Ferguson, Kabupaten Lombok Tengah memiliki iklim D dan E yaitu Hujan Tropis dengan musim kemarau kering, yaitu mulai bulan November sampai dengan Mei, sementara curah hujan berkisar antara 1.000 hingga 2.500 mm pertahun. 1000 mm - 1750 mm : Kecamatan Janapria, Praya, dan Praya Tengah 1000 mm - 2000 mm : Kecamatan Janapria 1500 mm - 2500 mm : Kecamatan Batuklian Utara, Jonggat, Kopang, Praya Barat Daya, dan Pringgarata

BAB IIKAJIAN ARSITEKTONIk

3.1. Konsep dan Filosofi

Rumah tinggal di Dusun Segenter dibangun dengan asas cermin, (pintu rumah yang satu dengan rumah di depannya saling berhadapan dan diselingi sebuah berugak di tengahnya), bukan saling membelakangi seperti rumah di Dusun Limbongan maupun di Dusun Sade yang arahnya ada yang berhadapan, ada pula yang saling membelakangi. Pemilihan lokasi permukiman itu terkait dengan pola bercocok tanam khas masyarakat agraris, kata M Yamin, pemerhati budaya Sasak, Lombok. Mereka memerlukan air untuk irigasi maupun kegiatan rumah tangga yang biasanya jadi sumber mata air, umumnya berada di dataran tinggi.Gunung yang dekat dengan hutan memudahkan mereka mendapat sumber makanan tiap hari. Mungkin juga ada kaitannya dengan kepercayaan tradisional bahwa gunung dan dataran tinggi menjadikan "hubungan komunikasi" manusia dengan Sang Pencipta "lebih dekat". Karena letaknya di dataran tinggi, seperti Dusun Segenter dan Dusun Limbungan, fungsi dapur juga sebagai penghangat, sedangkan penerangan pada siang hari hanya dengan sinar matahari yang menyelinap dari balik pagar, yang juga berfungsi sebagai sirkulasi udara, untuk keamanan bila ada serangan binatang buas dan memantau orang yang bermaksud jahat terhadap tuan rumah.Konstruksi rumah tradisional Sasak agaknya terkait pula dengan perspektif Islam. Anak tangga sebanyak tiga buah diatas adalah simbol daur hidup manusia: lahir, berkembang, dan mati, simbol keluarga batih (ayah, ibu, dan anak), atau berugak bertiang empat simbol syariat Islam: Quran, Hadis, Ijma, Qiyas). Anak yang yunior dan senior dalam usia ditentukan lokasi rumahnya. Rumah orangtua berada di tingkat paling tinggi, disusul anak sulung dan anak bungsu berada di tingkat paling bawah. Ini sebuah ajaran budi pekerti bahwa kakak dalam bersikap dan berperilaku hendaknya menjadi panutan sang adik. Rumah yang menghadap timur secara simbolis bermakna bahwa yang tua lebih dulu menerima/menikmati kehangatan matahari pagi ketimbang yang muda yang secara fisik lebih kuat. Juga bisa berarti, begitu keluar rumah untuk bekerja dan mencari nafkah, manusia berharap mendapat rida Allah di antaranya melalui shalat, dan hal itu sudah diingatkan bahwa pintu rumahnya menghadap timur atau berlawanan dengan arah matahari terbenam (barat/kiblat). Tamu pun harus merunduk bila memasuki pintu rumah yang relatif pendek. Mungkin posisi membungkuk itu secara tidak langsung mengisyaratkan sebuah etika atau wujud penghormatan kepada tuan rumah dari sang tamu.

Kemudian lumbung, kecuali mengajarkan warganya untuk hidup hemat dan tidak boros sebab stok logistik yang disimpan di dalamnya, hanya bisa diambil pada waktu tertentu, misalnya sekali sebulan. Bahan logistik (padi dan palawija) itu tidak boleh dikuras habis, melainkan disisakan untuk keperluan mendadak, umpamanya guna mengantisipasi gagal panen akibat cuaca dan serangan binatang yang merusak tanaman atau bahan untuk mengadakan syukuran jika ada salah satu anggota keluarga meninggal.Berugak yang ada di depan rumah, di samping merupakan penghormatan terhadap rezeki yang diberikan Tuhan, juga berfungsi sebagai ruang keluarga, menerima tamu, juga menjadi alat kontrol bagi warga sekitar. Misalnya, "Kalau sampai pukul sembilan pagi masih ada yang duduk di berugak dan tidak keluar rumah untuk bekerja di sawah, ladang, dan kebun, mungkin dia sakit," tutur Amak Yani, warga Dusun Limbungan Timur. Sejak proses perencanaan rumah didirikan, peran perempuan atau istri diutamakan. Umpamanya, jarak usuk bambu rangka atap selebar kepala istri, tinggi penyimpanan alat dapur (sempare) harus bisa dicapai lengan istri, bahkan lebar pintu rumah seukuran tubuh istri. Membangun dan merehabilitasi rumah dilakukan secara gotong-royong meski makan-minum, berikut bahan bangunan, disediakan tuan rumah. Dipertahankannya bahan konstruksi dan bentuk rumah itu merupakan ketentuan yang tidak bisa ditawar-tawar. Karenanya yang tinggal dalam kampung mematuhi ketentuan itu, tetapi memilih lokasi agak jauh dari rumah orangtuanya. Pertimbangannya,"Khawatir, jangan sampa ibu saya ngomong biasa misalnya, didengar dan salah dimengerti oleh istri saya, membuat hubungan kami denganorangtua jadi keruh," ucap Suparman, Kepala Dusun Limbungan.

2.2. Bangunan PendukungHal lain yang cukup menarik diperhatikan dari rumah adat Sasak adalah pola pembangunannya. Dalam membangun rumah, orang Sasak menyesuaikan dengan kebutuhan keluarga maupun kelompoknya. Artinya, pembangunan tidak semata-mata untuk mememenuhi kebutuhan keluarga tetapi juga kebutuhan kelompok. Karena konsep itulah, maka komplek perumahan adat Sasak tampak teratur seperti menggambarkan kehidupan harmoni penduduk setempat.Bangunan rumah dalam komplek perumahan Sasak terdiri dari beberapa macam,diantaranya adalah: Bale Tani, Bale Jajar ,Berugaq/Sekepat, Sekenam, Bale Bonter, Bale Beleq Bencingah, dan Bale Tajuk. Nama bangunan tersebut disesuaikan dengan fungsi dari masing-masing tempat.

A. Bale TaniBale Tani adalah bangunan rumah untuk tempat tinggal masyarakat Sasak yang berprofesi sebagai petani. Bale Tani berlantaikan tanah dan terdiri dari beberapa ruangan, yaitu: satu ruang untuk serambi (sesangkok) dan satu ruang untuk kamar (dalem bale). Walaupun dalem bale merupakan ruangan untuk tempat tidur, tetapi kamar tersebut tidak digunakan sebagai tempat tidur. Dalem bale digunakan sebagai tempat menyimpan barang (harta benda) yang dimilikinya atau tempat tidur anak perempuannya, sedangkan anggota keluarga yang lain tidur di serambi. Untuk keperluan memasak (dapur), keluarga Sasak membuat tempat khusus yang disebut pawon.Fondasi bale tani terbuat dari tanah, Design atapnya dengan sistem jurai yang terbuat dari alang-alang di mana ujung atap bagian serambi (sesangkok) sangat rendah, tingginya sekitar kening orang dewasa. Dinding rumah bale tani pada bagian dalem bale terbuat dari bedek, sedangkan pada sesangkok tidak menggunakan dinding. Posisi dalem bale lebih tinggi dari pada sesangkok oleh karena itu untuk masukdalem bale dibuatkan tangga (undak-undak) yang biasanya dibuat tiga trap dengan pintu yang dinamakan lawang kuri.

B. Bale JajarBale jajar merupakan bangunan rumah tinggal orang Sasak golongan ekonomi menengah ke atas. Bentuk bale jajar hampir sama denganbale tani, yang membedakan adalah jumlah dalem balenya. Bale jajar mempunyai dua kamar (dalem bale) dan satu serambi (sesangkok), kedua kamar tersebut dipisah oleh lorong/koridor dari sesangkok menuju dapur di bagian belakang. Ukuran kedua dalem bale tersebut tidak sama, posisi tangga/pintu koridornya terletak pada sepertiga dari panjang bangunan bale jajar.Bahan yang dibutuhkan untuk membuat bale jajar adalah tiang kayu, dinding bedek dan alang-alang untuk membuat atap. Penggunaanalang-alang, saat ini, sudah mulai diganti dengan menggunakan genteng tetapi dengan tidak merubah tata ruang dan ornamennya. Bangunan bale jajar biasanya berada dikomplek pemukiman yang luas dan ditandai oleh keberadaan sambi yang menjulang tinggi sebagai tempat penyimpanan kebutuhan rumah tangga atau keluarga lainnya. Bagian depan bale jajar ini bertengger sebuah bangunan kecil (disebut berugaq atau sekepat) dan pada bagian belakangnya terdapat sebuah bangunan yang dinamakan sekenam, bangunan sepertiberugaq dengan tiang berjumlah enam.

C. Berugaq / SekepatBerugaq/sekepat mempunyai bentuk segi empat sama sisi (bujur sangkar) tanpa dinding, penyangganya terbuat dari kayu, bambu dan alang-alang sebagai atapnya. Berugaq atau sekepat biasanya terdapat di depan samping kiri atau kanan bale jajar atau bale tani. Berugaq/sekepat ini didirikan setelah dibuatkan pondasi terlebih dahulu kemudian didirikan tiangnya. Di antara keempat tiang tersebut, dibuat lantai dari papan kayu atau bilah bambu yang dianyam dengan tali pintal (Peppit) dengan ketinggian 4050 cm di atas permukaan tanah.Fungsi dan kegunaan berugaq/sekepat adalah sebagai tempat menerima tamu, karena menurut kebiasaan orang Sasak, tidak semua orang boleh masuk rumah. Berugaq/sekepat juga digunakan pemilik rumah yang memiliki gadis untuk menerima pemuda yang datang midang (melamar).

D. SekenamSekenam bentuknya sama dengan berugaq/sekepat, hanya saja sekenam mempunyai mempunyai tiang sebanyak enam buah dan berada di bagian belakang rumah. Sekenam biasanya digunakan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar tata krama, penanaman nilai-nilai budaya dan sebagai tempat pertemuan internal keluarga.

E. Bale BonterBale bonter merupakan bangunan tradisional Sasak yang umumnya dimiliki oleh para perkanggo/Pejabat Desa, Dusun/kampong. Bale bonter biasanya dibangun di tengah-tengah pemukiman dan atau di pusat pemerintahan Desa/kampung. Bale bonter dipergunakan sebagaitemopat pesangkepan/persidangan adat, seperti: tempat penyelesaian masalah pelanggaran hukum adat, dan sebagainya.Bale bonter juga disebut gedeng pengukuhan dan tempat menyimpanan benda-benda bersejarah atau pusaka warisan keluarga. Bale bonterberbentuk segi empat bujur sangkar, memiliki tiang paling sedikit 9 buah dan paling banyak 18 buah. Bangunan ini dikelilingi dindingbedek sehingga jika masuk ke dalamnya seperti aula, atapnya tidak memakai nock/sun, hanya pada puncak atapnya menggunakan tutup berbentuk kopyah berwarna hitam.

F. Bale Beleq BencingahBale beleq adalah salah satu sarana penting bagi sebuah Kerajaan. Bale beleq diperuntukkan sebagai tempat kegiatan besar Kerajaan sehingga sering juga disebut Bencingah. Adapun upacara kerajaan yang biasa dilakukan di bale beleq diantaranya adalah:Pelantikan pejabat kerajaanPenobatan Putra Mahkota KerajaanPengukuhan/penobatan para Kiai Penghulu (Pendita) KerajaanSebagai tempat penyimpanan benda-benda Pusaka Kerajaan seperti persenjataan dan benda pusaka lainnya seperti pustaka/dokumen-dokumen KerajaanDan sebagainya.

G. Bale TajukBale tajuk merupakan salah satu sarana pendukung bagi bangunan rumah tinggal yang memiliki keluarga besar. Bale tajuk berbentuk segi lima dengan tiang berjumlah lima buah dan biasanya berada di tengah lingkungan keluarga Santana. Tempat ini dipergunakan sebagai tempat pertemuan keluarga besar dan pelatihan macapat takepan, untuk menambah wawasan dan tata krama.

H. Bale Gunung Rate dan Bale BalaqSelain jenis bangunan yang telah disebut di atas, adapula jenis bangunan lain yang dibangun berdasarkan kondisi-kondisi khusus, sepertibale gunung rate dan bale balaq. Bale gunung rate biasanya dibangun oleh masyarakat yang tinggal di lereng pegunungan, sedangkanbale balaq dibangun dengan tujuan untuk menghindari bencana banjir, oleh karena itu biasanya berbentuk rumah panggung.

I. SambiSambi merupakan tempat menyimpan hasil pertanian masyarakat. Ada beberapa macam bentuk sambi, antara lain sambi sejenis lumbung berbentuk rumah panggung. Bagian atas sambi ini dipergunakan sebagai tempat menyimpan hasil pertanian, sedangkan bagian bawahnya dipergunakan sebagai tempat tidur atau tempat menerima tamu. Ada juga sambi yang atapnya diperlebar sehingga pada bagian bawahnya dapat digunakan sebagai tempat menumbuk padi (lilih) dan juga tempat duduk-duduk, berupa bale-bale yang alas duduknya dibuat dari bilah bambu dan papan kayu.Pada umumnya, sambi mempunyai empat, enam atau delapan tiang kayu. Sambi dengan enam tiang seringkali disebut ayung, karena pada bagian atasnya sering digunakan untuk tempat tidur. Bangunan sambi yang bertiang delapan terkadang disebut sambi jajar karena berbentuk memanjang. Semua sambi selalu dilengkapi dengan tangga untuk naik dan didalamnya juga memiliki tangga untuk turun ke dalam.

J. AlangAlang sama dengan lumbung, berfungsi untuk menyimpan hasil pertanian. Hanya saja alang mempunyai bentuk yang khas, yaitu beratapkan alang-alang dengan lengkungan kira-kira lingkaran namun lonjong dan ujungnya tajam ke atas. Konstruksi bawahnya menggunakan empat tiang yang ujung tiang bagian atasnya dipadu dengan jelepeng (diikat menjadi satu). Bagian bawah bangunan alangbiasanya digunakan sebagai tempat beristirahat baik siang atau malam hari. Alang biasanya diletakkan di halaman belakang rumah atau dekat dengan kandang hewan.

K. LumbungLumbung adalah tempat untuk menyimpan segala kebutuhan. Lumbung tidak sama dengan sambi dan alang, karena lumbung biasanya diletakkan di dalam rumah/kamar atau di tempat khusus diluar bangunan rumah. Lumbung berbentuk bulat, dibuat dari gulungan bedekkulitan dengan diameter 1,5 meter untuk lumbung yang ditempatkan di dalam rumah dan berdiameter 3 meter jika diletakkan di luar rumah.Bahan untuk membuat lumbung adalah bambu, bedek, dan papan kayu sebagai lantai. Di bawah papan lantainya dibuatkan pondasi dari tanah dan batu pada empat sudutnya. Atapnya disangga dengan tiang kayu atau bambu berbentuk seperti atap rumah tinggal.

BAB IIIKAJIAN ESTETIKARumah adat sasak terdiri dari 2 komponen bangunan, yang diantaranya yaitu Rumah untuk tempat tinggal dan juga terdapat Lumbung Padi. Dari kedua jenis bangunan tersebut, ternyata memiliki karakteristik bangunan yang berbeda. Hal ini terlihat sekilas dari bentuk bangunannya yang menandakan memiliki konstruksi yang berbeda pula.Adapun detail arsitekturalnya adalah sebagai berikut:

3.1. Rumah Tinggal3.1.1 Eksterior

Gambar Potongan Melintang Rumah Adat SasakSumber : Jurnal Adaptasi Arsitektur Sasak Terhadap Kondisi Iklim Lingkungan Tropis

Arsitektur rumah sasak menggunakan bahan bangunan kayu yang paling dominan dengan batu sebagai pondasi dan penggunaan daun rumbia sebagai penutup atap. Menurut Lipsmeier (1994), konstruksi yang khas di daerah tropis lembab adalah konstruksi yang ringan dan terbuka, dan prinsip rumah tropis ini pun diterapkan pada rumah sasak dengan konsep konsep ketropisan lainnya pula.Konstruksi bangunan pada rumah sasak ini memiliki kesamaan dengan Arsitektur Vernakular Indonesia pada umumnya yaitu penggunaan bahan bangunan alami serta menggunakan sistem struktur tiang dan balok menggunakan bahan kayu. Kerangka kayu tersebut disatukan tanpa menggunakan paku, melainkan menggunakan teknik penyambung yang diperkuat oleh pasak baji, atau jepit.

Gambar Rencana Kerangka KayuSumber : Presentasi tentang Budaya Arsitektur Sasak

Tiang pancang dan bentang palang utama.Menggunakan material kayu. Fungsinya adalah sebagai penyanggah struktur bangunan atas. Sama sekali tidak kenal paku. Paku semat kayu hanya digunakan untuk struktur bangunan atas.

Gambar Detail Konstruksi RumahSumber : Jurnal Adaptasi Arsitektur Sasak Terhadap Kondisi Iklim Lingkungan Tropis

Konstruksi atap pada rumah sasak menggunakan material atap berupa alang-alang yang diikat menjadi bagian yang kecil lalu diikatkan pada bambu yang sudah dibelah kecil-kecil dengan daun kere.

Gambar Detail AtapSumber : Jurnal Adaptasi Arsitektur Sasak Terhadap Kondisi Iklim Lingkungan Tropis

Alang-alang yang sudah diikatkan pada bilah-bilah bambu ditopang oleh rusuk yang berfungsi sebagai kasau. Rusuk menggunakan bahan bambu hutan (gerang). Rusuk-rusuk ini kemudian digapit dengan bambu yang dibelah dua, dan diikat menggunakan tali ijuk. Penggapit rusuk yang terbuat dari bambu ini disebut kelokop bukal. Untuk bagian puncak atap, rusuk-rusuk ditopang oleh titi tikus dengan bahan bambu hutan. Titi tikus ini berfungsi sebagai bubungan.

Gambar Detail Material AtapSumber : Jurnal Adaptasi Arsitektur Sasak Terhadap Kondisi Iklim Lingkungan Tropis

Selain ditopang oleh tonjang, sun-sun juga diperkuat oleh kayu kecil bersilangan yang disebut simeime. Tonjang dan simeime ditopang oleh balok kayu yang disebut lampen. Untuk atap ada bagian sangkok, rusuk-rusuk yang sudah digapit ditopang oleh langkar mempunyai fungsi yang sama, yaitu sebagai murplat yang berfungsi sebagai tumpuan rusuk (kasau). Perbedaan anatara keduanya yaitu, lempen merupakan murplat pada bagian dalam bangunan, sedangkan langkat merupakan murplat pada bagian luar bangunan.

Gambar Detail PondasiSumber : Presentasi tentang Budaya Arsitektur Sasak

Gambar Prinsip Kerja PondasiSumber : Jurnal Adaptasi Arsitektur Sasak Terhadap Kondisi Iklim Lingkungan Tropis

Pondasi pada rumah sasak berfungsi sebagai lantai ruangan dan juga sebagai tangga. Pondasi terbuat dari adukan tanah, dedak dan kotoran sapi atau kerbau yang kemudian dicampurkan dengan air. Pondasi dibuat secara berlapis lapis, sehingga mempunyai kekuatan dan ketahanan yang tinggi.

Gambar Detail PondasiSumber : Presentasi tentang Budaya Arsitektur Sasak

3.1.2. Interior

Dinding pada rumah sasask befungsi sebagai penutup ruangan dan bukanlah merupakan bagian struktur bangunan (non bearing wall). Dinding ini terbuat dari anyaman bilah bambu. Anyaman bambu yang renggang-renggang berfungsi juga sebagai sirkulasi udara ke dalam rumah.

Gambar Detail Dinding AnyamanSumber : Jurnal Adaptasi Arsitektur Sasak Terhadap Kondisi Iklim Lingkungan Tropis

Untuk tiang pada rumah sasak berfungsi untuk menyalurkan gaya-gaya dari atap ke pondasi. Tiang terbuat dari bahan kayu gelondong yang disebut tekan. Di atas teken terdapat lempengan kayu segi empat yang disebut ampak. Ampak berhubungan langsung dengan lampen dan langkar yang mempunyai fungsi sebagai murplat.

Gambar Detail TiangSumber : Jurnal Adaptasi Arsitektur Sasak Terhadap Kondisi Iklim Lingkungan Tropis

Rumah adat suku Sasak terbuat dari jerami dan berdinding anyaman bambu (bedek). Lantai dari tanah liat yang dicampur kotoran kerbau dan abu jerami. Campuran tanah liat dan kotoran kerbau membuat lantai tanah mengeras, sekeras semen. Cara membuat lantai seperti itu sudah diwarisi sejak nenek moyang mereka.

Gambar Detail LantaiSumber : Google.com

Gambar Lumbung PadiSumber : Google.comLumbung padi pada rumah sasak konstruksinya tidak jauh berbeda. Hal yang membedakan adalah dalam lumbung padi ini menggunkana konstruksi lengkung yang berasal dari material bambu yang memiliki tingkat kelenturan cukup tinggi.

Gambar Isometri Konstruksi Lumbung PadiSumber : Google.com

Lumbung berfungsi untuk menyimpan hasil pertanian, bentuknya khas, beratapkan alang-alang dengan lengkungan 3/4 lingkaran namun lonjong dan ujungnya tajam ke atas. Lumbung, tempat untuk menyimpan berbagai kebutuhan. Lumbung tidak sama dengan sambi dan alang sebab lumbung biasanya diletakkan di dalam rumah/kamar atau di tempat khusus diluar bangunan rumah.

Gambar Detail Atap LumbungSumber : Google.comBAB IVKe-Kini-an Arsitektur Nusantara

Rumah sasak memiliki konsep hirarki ruang dimana ruang privat yang terletak di bagian tengah ruang memiliki posisi yang lebih tinggi dibanding ruang yang lebih publik seperti tekan.

Di bagian depan rumah terdapat teras yang merupakan ruang publik. Untuk mencapai ruang yang privat (kamar), seseorang perlu menaiki tangga yang biasanya setinggi tiga anak tangga.

Susunan yang mirip bisa ditemukan pada desain Satu House. Di lantai dasar terdapat ruang bersama yang bersifat lebih publik. Untuk mencapai kamar-kamar pemilik rumah, terdapat sebuah tangga yang menghubungkan lantai dasar dengan lantai di atasnya.

Selain itu, pada rumah sasak pula, penggunaan anyaman bambu pada dindingnya memiliki kemampuan mengalirkan udara dari luar secara langsung dengan tetap menjaga privasi antar ruang. Pada Satu House pula konsep ini digunakan dalam bentuk dinding partisi yang materialnya kurang lebih sama, yaitu kayu.

Kehidupan pada Desa Sade memiliki konsep hidup bersama alam, yaitu dengan membangun komunitas yang tidak merusak hutan di sekitarnya dan menggunakan hutan sebagai tempat tinggalnya pula. Konsep hidup bersama alam ada pada aplikasinya pada Satu House, yaitu dengan memberikan elemen alam berupa kolam dan pohon di dalam bangunan.

DAFTAR PUSTAKA

Soerot, Myrtha. 2003. Dari Arsitektur Tradisional Menuju Arsitektur Indonesia. Jakarta: Ghalia IndonesiaBERKALA TEKNIK Vol. 1 No. 6 November 2010 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang