rasionalisasi tindakan sosial masyarakat suku sasak terhadap tradisi perang...

54
RASIONALISASI TINDAKAN SOSIAL MASYARAKAT SUKU SASAK TERHADAP TRADISI PERANG TOPAT (Studi Kasus Masyarakat Islam Sasak di Kecamatan Lingsar Lombok Barat) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: SUPARMAN JAYADI NIM: 12540068 JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016

Upload: others

Post on 28-Jan-2021

13 views

Category:

Documents


41 download

TRANSCRIPT

  • RASIONALISASI TINDAKAN SOSIAL MASYARAKAT SUKU SASAK TERHADAP TRADISI PERANG TOPAT

    (Studi Kasus Masyarakat Islam Sasak di Kecamatan Lingsar Lombok Barat)

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar

    Sarjana Sosial (S.Sos)

    Oleh:

    SUPARMAN JAYADI NIM: 12540068

    JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

    FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

    YOGYAKARTA

    2016

  • ii

    Motto

    Berbudayalah pada orang lain, terhadap budayamu sendiri. ..Sungguh, kami telah menjadikan kamu berbangsa-bangsa

    dan bersuku-suku agar saling mengenal. Karena mengubah peradaban tidak meski dengan cara melumpuhkan tradisi

    ~Suparman Jayadi~

    (QS. Al-Hujurat 49:13)

  • iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Skripsi ini saya persembahkan untuk:

    Ayahanda (Darim) dan Ibunda (Suwarni) tercinta dan Kakaku (Sudirman) selalu saya banggakan.

    Keluarga Besar IKPM (Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa) Tatas Tuhu

    Trasna Lombok Tengah-Yogyakarta.

    Keluarga Besar HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Komfak Ushuluddin dan

    Pemikiran Islam Cabang Yogyakarta.

    Almamater Prodi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN

    Sunan Kalijaga Yogyakarta.

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Assalamualikum,.Wr.Wb..

    Alhamdulilahirobbilalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

    SWT yang senantiasa melimpahkan kasih sayang, rahmat, karunia, dan Hidayah-Nya

    sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga

    selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Telah mewariskan ilmu

    serta penuntun hidup yang mencerahkan umat manusia, kepada para sahabat tabiin

    dan para penerus perjuangan mereka. Amiiin

    Atas karunia dan nikmat yang melimpah dari Allah swt. Sehingga penulis

    dapat menyelsaikan penyusunan Skripsi ini dengan Judul Rasionalisasi Tindakan

    Sosial Masyarakat Suku Sasak Terhadap Tradisi Perang Topat untuk diajukan

    sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ushuluddin dan

    Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam penyusunan Skripsi ini

    temtu tidak akan selesai tanpa ada bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai

    pihak. Oleh sebab itu melalui kesempatan ini selayaknya penulis mengucapkan

    terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Prof. Dr. H. Machasin MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan

    Kalijaga Yogyakarta.

    2. Dr. Alim Roswantoro M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan

    Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

  • v

    3. Bapak Dr. Roma Ulinnuha, S.S., M.Hum, selaku Sekertaris Program Studi

    Sosiologi Agama sekaligus sebagai Dosen pembimbing Skripsi, yang

    dengan keikhlasan dan kesabarannya meluangkan waktu dan pikirannya

    untuk memberi bimbingan, arahan dan saran kepada penulis dalam

    menyusun Skripsi ini.

    4. Bapak/Ibu Dosen program studi Sosiologi Agama yang telah memberikan

    bekal ilmu keapada penulis selama menempuh studi di Fakultas

    Ushuluddin dan Pemikiran Islam.

    5. Seluruh setaf dan kariawan prodi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin

    dan Pemikiran Islam, yang telah memberikan penulis masukkan dalam

    menyelesaikan tugas Skripsi ini.

    6. Kedua orang tuaku yang tercinta Darim dan Suwarni, yang telah berjuang

    dengan segala kemampuannya dengan tanpa mengenal lelah baik doa

    maupun materi demi kelancaran studi untuk anaknya selama menuntun

    ilmu ditanah rantau. Terimakasih juga kepada kakaku Sudirman, inaq Sri

    (ibunda) dan nenekku. Selalu memberikan doa dan motivasinya. Dan juga

    tak lupa seluruh keluargaku yang jauh sana, semoga Allah SWT.

    Membalas dengan segala kasih sayang dan kebaikkan beliau semua.

    Amiinn..

    7. Sahabat-sahabatku Asal Community Afut Choiri, Addi Arifianto dan

    Lanjar terimakasih banyak atas dialog intelektualnya, selisih paham,

    pertengkaran, tawa dan kegilaan kalian sehingga penulis tidak ingin

    kehilangan segala rasa itu,..You’re the Best Friends.

  • vi

    8. Teman-teman seperjungan Sosiologi Agama angkatan 2012 yang tidak

    bisa penulis sebutkan satu persatu. Perjungan masih panjang kawan ini

    adalah awal dari sebuah perjuangan,.Just do it!!!

    9. Kakaku Sudirman, yang selama ini saya banggakan untuk pengorbanan

    dan keikhlasan dukungan baik secara materi dan doanya. Ia selalu

    mengirimkan doa dan motivasi untuk penulis walau hanya lewat udara.

    10. Kakanda/Yunda Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa IKPM Tatas

    Tuhu Trasna Lombok Tengah-Yogyakarta, Khusunya kakanda Taufik

    Qoriadi S.T, M. Faturrahman SH, Dr Lalu Tajuddin, Can Dr. Syamsudin

    Sirah, Hendro Supriadi S.Pdi, Anjar Siswara CS. Sahabat/i Pengurus dan

    Asrama IKPM Tastura, Habib Azgar, Ahmad Khairul Kholidi, Sukinah,

    Panji Patih L, M Fahrurasyid, Musannif, Eka Yudha FS, Ahmad Subhan,

    M Khairuddin, M. Azizurrahman, Maysyarah, Sri Wahyuni, Siti Aminah,

    Haliatussakdiyah, Saparwadi, Teguh Hendrawan, Edi Susanto, Renif Sf,

    dan Mustiani.

    11. Untuk Kepala desa, Pemangku dan pengurus Pura Lingsar, Abdul Hadi,

    Soparman Taufik, I’Ketut Lingga Bagiarta, Lalu Bayu Windia, I Wayan

    Kreped dan masyarakat desa Lingsar. Berkat bantuan dan kerjasama kalian

    sehingga penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini, semoga Tuhan

    membalas kebaikan semuanya,..Amiiin

    12. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

    langsung dalam penyelesaian Skripsi ini yang penulis tidak bisa sebutkan

    satu persatu.

  • vii

    Tiada gading yang tak bisa retak. Begitu halnya denga Skripsi ini penulis

    menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tak lain karena keterbatasan

    pengetahuan yang dimiliki penulis. Sehingga atas saran dan masukkan dalam

    perbaikkan Skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih dan penulis

    berharap semoga Skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak, khusunya bagi penulis

    dan pembaca umumnya,. Amiin ya Robball alamiin.

    Waalaikumsalam, Wr. Wb.

    Yogyakarta, 16 Maret 2016

    Suparman Jayadi NIM. 12540068

  • viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

    SURAT PERYATAAN ..................................................................................................... i

    HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................................... ii

    HALAMAN MOTO .......................................................................................................... iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................ iv

    KATA PEGANTAR ......................................................................................................... v

    DAFTAR ISI ...................................................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL .............................................................................................................. x

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... x

    ABSTRAK ......................................................................................................................... xi

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 6

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................................... 6

    D. Tinjaun Pustaka .................................................................................................... 7

    E. Kerangka Teori ..................................................................................................... 10

    F. Metode Penelitian ................................................................................................. 16

    G. Sistematika Pembahasan ...................................................................................... 21

    BAB II. GAMBARAN UMUM DESA LINGSAR DAN ASAL USUL TRADISI

    PERANG TOPAT

    A. Gambaran Umum Desa Lingsar ........................................................................... 22

    1. Peta Wilayah .................................................................................................... 22

    2. Kondisi Sosial Ekonomi ................................................................................... 26

    3. Tingkat Pendidikan ........................................................................................... 29

    4. Kondisi Sosial Keagamaan ............................................................................... 32

    5. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat .................................................................. 35

    B. Asal Usul Tradisi Perang Topat ........................................................................... 38

    a. Sejarah Singkat Pura Lingsar dan Kemaliq ...................................................... 38

  • ix

    b. Sejarah Asal Usul Tradisi Perang Topat .......................................................... 43

    BAB III. PELAKSANAAN TRADISI PERANG TOPAT

    1.Tujuan Pelaksanaan Tradisi Perang Topat ............................................................. 48

    2.Waktu Penyelengaraan Tradisi Perang Topat ........................................................ 49

    3.Tempat Penyelengaraan Tradisi Perang Topat ...................................................... 49

    4.Pelaksanaan Tradisi Perang Topat dan Tahap-tahapannya .................................... 50

    1. Persiapan Sebelum Pelaksanaan Tradisi Perang Topat ................................... 50

    2. Pembukaan Upacara Tradisi Perang Topat ...................................................... 52

    3. Kegiatan Pada Hari Punjak Upacara Perang Topat ......................................... 57

    4. Kegiatan Pada Hari Ketiga Tradisi Perang Topat ............................................ 61

    5.Pihak-pihak yang Terlibat dalam Upacara Tradisi Perang Topat .......................... 63

    BAB IV. BENTUK RASIONALISASI TINDAKAN SOSIAL MASYARAKAT SUKU

    SASAK DALAM TRADISI PERANG TOPAT

    A. Tindakan Instrumental .......................................................................................... 66

    1. Gontong Royong ............................................................................................... 67

    2. Nampah Kaoq ................................................................................................... 68

    3. Perang Topat .................................................................................................... 69

    B. Tindakan Orientasi Nilai ...................................................................................... 72

    1. Ritual Memendak ............................................................................................. 73

    2. Ritual Beteteh.................................................................................................... 74

    BAB V. PENUTUP

    A. Kesimpulan ........................................................................................................... 76

    B. Saran ..................................................................................................................... 77

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 80

    LAMPIRAN .....................................................................................................................

    CURICULUM VITAE .......................................................................................................

    DOKUMENTASI ..............................................................................................................

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 : Kepala Dusun di Desa Lingsar .................................................................. 24

    Tabel 1.2 : Luas Tanah Desa Lingsar .......................................................................... 24

    Tabel 1.3 : Penduduk Jenis Mata Pencaharian ............................................................. 27

    Tabel 1.4 : Lembaga Pendidikan di Desa Lingsar ....................................................... 30

    Tabel 1.5 : Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan .................................................... 31

    Tabel 1.6 : Penduduk Berdasarkan Agama .................................................................. 33

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 : Wawancara Bersama Lalu Bayu Windia ............................................ xvii

    Gambar 1.2 : Wawancara Bersama H. Abdul Hadi .................................................. xvii

    Gambar 1.3 : Wawancara Bersama Soeparman Taufik ............................................ xviii

    Gambar 1.4 : Doa Bersama Pemangku Kolam Tuna Kemaliq Lingsar .................... xviii

    Gambar 1.5 : Wawancara Bersama I’ Ketut Lingga Bagiarta .................................. xix

    Gambar 1.6 : Kolam Tuna Keramat Kemaliq Lingsar .............................................. xix

    Gambar 1.7 : Empat Pancuran Air Suci Kemaliq Lingsar ........................................ xx

    Gambar 1.8 : Penampilan Tari Bateq Baris Lingsar ................................................. xx

    Gambar 1.9 : Sesaji doa pemangku Adat Desa Lingsar di Kemali ............................ xxi

    Gambar 1.10 : Kebon Odeq yang akan didoakan ..................................................... xxi

    Gambar 1.11: Topat atau dalam istilah bahasa Indonesia di Sebut Ketupat .............. xxii

    Gambar 1.12 : Suasana upacara tradisi Perang Topat Masy. Hindu ......................... xxii

    Gambar 1.13: Suasana upacara tradisi Perang Topat Masy. Islam ........................... xxiii

    Gambar 1.14: Peta Lokasi Penelitian Taman Lingsar Desa Lingsar ........................ xxiii

  • xi

    ABSTRAK

    Di tengah arus perubahan sosial mengubah pola pikir dan gaya hidup di masa

    modernitas ini dalam tindakan sosial. Terlebih akhir-akhir ini, informasi mengenai fenomena kekerasan atas nama agama, kelompok, aliran atau golongan yang marak terjadi diberbagai media masa, cetak maupun online, pengaruh perbedaan pemahaman agama, tradisi dan budaya telah dilunturkan dalam membentuk kebersamaan suatu etnis, bahasa dan negara. Fenomena tradisi Perang Topat pada masyarakat suku Sasak Lombok Barat merupakan bentuk cerminan bagi etnis lain. Upacara tradisi ini yang berumur ratusan tahun, namun masih dibudayakan hingga kini oleh masyarakat suku Sasak terdiri dari perbedaan pemahaman agama Hindu dan Islam Sasak pada satu waktu, tempat dan dilakukan secara bersamaan. Pada dasarnya upacara tradisi ialah aturan yang dilakukan sebagai kebiasannya oleh orang-orang terdahulu secara berulang-ulang kali. Pelaksanaannya tetap berjalan seperti biasanya meski dalam perkembangan modernitas dan globalisasi begitu pesat. Dalam konteks ini, ada hal menarik untuk ditelaah yakni rasionalisasi tindakan sosial pada masyarakat suku Sasak terhadap tradisi Perang Topat di Taman Pura Lingsar, Lombok Barat. Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan suatu tradisi Perang Topat, sekaligus asal usul tradisi Perang Topat dan juga bentuk-bentuk rasionalisasi tindakan sosial yang terkandung didalamnya. Peneliti mengunakan teori rasionalisasi instrumental dan nilai dari Max Weber. Tindakan instrumental atau sarana-tujuan yang ditentukan oleh pengharapan bentuk pencapian oleh aktor sendiri diperhitungkan secara rasional. Sedang tindakan orientasi nilai ditentukan oleh kepercayaan sadar akan nilai etis, estetis, religius atau bentuk lainnya terlepas dari prospek-prospek keberhasilan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pada rasionalisasi tindakan sosial masyarakat suku Sasak terdapat dua bentuk dalam pelaksanaan suatu tradisi Perang Topat di Lombok Barat yaitu: nilai sosial dan nilai sakral. Bentuk dari nilai Sosial ialah Pertama, menggikat solidaritas antar umat beragama. Kedua, menciptakan nilai toleransi dan membawa perdamaian. Ketiga, bentuk kearifan lokal pada masyarakat suku Sasak. Sedangkan bentuk dari nilai Sakral ialah pertama, bentuk rasa syukur kepada Arwah leluhur roh-roh nenek moyang atau sang khalik (Tuhan Yang Maha Esa) atas diberikannya air suci di Kemaliq dan Pura Lingsar. Kedua, bentuk komunikasi kepada Arwah leluhur atau roh-roh nenek moyang sang khalik (Tuhan). Kata Kunci: Rasionalisasi, Tindakan Sosial, Masyarakat Islam Suku Sasak, Tradisi Perang Topat.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Suku Sasak merupakan nama suku yang mendiami Pulau Lombok.

    Nama Sasak dan Lombok secara makna dan filosofis terkait baik dengan

    tradisi dan kebudayaan masyarakat Sasak. Dalam masyarakat Sasak, Sasak

    berarti bambu-bambu yang dijadikan satu dan menjadi sebuah rakit yang

    kokoh dan Lombok berarti lurus dan konsisten.1 Suku Sasak memiliki corak

    budaya khas. Pada suku ini berbagai bentuk ekspresi budaya baik berupa

    warisan budaya benda maupun warisan budaya takbenda. Warisan budaya

    benda di Lombok umumnya berupa Masjid Kuno, Makam Keramat, Kemaliq

    dan Pura. Sedangkan warisan budaya bukan benda terangkum dalam

    kehidupan sehari-hari masyarakat. Salah satu warisan takbenda yang

    berkembang dan masih ditradisikan hingga kini ialah tradisi Perang Topat atau

    upacara Puja Wali.

    Suku Sasak adalah penduduk asli dan kelompok etnik mayoritas

    Lombok. Mereka meliputi lebih dari 90% dari keseluruhan penduduk

    Lombok. Kelompok-kelompok etnik lain seperti suku Bali. Suku Sumbawa,

    suku Jawa, suku Arab dan suku Cina, mereka adalah para pedatang. Di antara

    mereka, suku Bali merupakan kelompok etnik terbesar yang meliputi sekitar

    1Lalu Muhammad Azhar, Sejarah Daerah Lombok: Arya Banjar Getas, (Mataram:

    Yaspen Pariwisata Pejanggik, 1997), hlm. 21.

  • 2

    3% dari keseluruhan penduduk Lombok. Orang Bali terutama tinggal di

    Lombok Barat dan Lombok Tengah, mereka memiliki tanah sendiri.

    Kepemilikan tanah mereka bermula ketika orang Bali menganeksasi Lombok

    pada abad 17. Sebagian besar orang Bali yang tinggal di Lombok ini adalah

    keturunan dari para penakluk yang datang dari Karangasem.2

    Lombok Barat khususnya di Desa Lingsar, memiliki upacara yang

    khas dan dilakukan sekali dalam setahun secara bersamaan dengan dua

    pemeluk agama yang berbeda yakni agama Hindu dan Islam Sasak. Upacara

    ini disebut ‘Perang Topat’, upacara Perang Topat ini dilakukan sebagai

    pengunkapan kegembiraan dan rasa terimakasih kepada Yang Maha Kuasa.

    Dasar pemikirannya adalah untuk mengembalikan hasil tanah (berupa ketupat)

    keasalnya (tanah lingsar). Hasil itu digunakan sebagai pupuk benih padi yang

    akan ditanam.3 Tempat pelaksanan Puja Wali selalu dilakukan ditempat yang

    sudah disucikan dan dikeramatkan oleh masyarakat dan tokoh agama

    terdahulu yakni di Kemaliq dan Pura Lingsar.

    Pura Lingsar merupakan salah satu pura yang sangat tua dan terkenal

    dikalangan masyarakat beragama Hindu maupun Islam Sasak. Pura ini

    terdapat dua komplek suci bagi umat kepercayaan agama Hindu dan Islam

    Sasak. Pura tempat suci bagi penganut agama Hindu, sedangkan Kemaliq

    tempat suci bagi agama Islam Sasak. Bangunan pura ini didirikan sekitar pada

    2Erni Budiwanti, Islam Sasak: Wetu Telu Versus Wetu Lima, (Yogyakarta: LKiS, 2000),

    hlm. 6. 3Usri Indah Handayani dkk, Peninggalan Sejarah dan Keperbukalaa, (NTB: Departemen

    Pendidikan dan Kebudayaan, 1997/1998), hlm. 52-53.

  • 3

    tahun 1714 M, terletak kurang lebih 10 km dari kota Mataram. Setiap tahun

    dilangsungkan acara yang cukup unik di Pura ini, berupa tradisi Perang Topat

    yang dilaksanakan secara bergabungan oleh Masyarakat Hindu dan Islam

    Sasak. Tradisi Perang Topat ini berlangsung setelah kedua umat tersebut

    selesai melangsungkan pemujaan, menjelang musim penanam Padi, baik di

    Pura bagi umat Hindu atau pun di Kemaliq untuk umat Islam tersebut.

    Upacara dilaksanakan dengan iringan doa agar hasil tanaman padi mereka

    berlimpah ruah.4

    Fenomena Perang Topat dilaksanakan oleh umat beda kepercayaan

    agama Hindu dan Islam Sasak, mereka berlomba-lomba untuk merayakannya

    bersama-sama dalam waktu dan tempat yang sama. Ritual ini merupakan

    bentuk pujawali, semata-mata mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa,

    untuk mengekspresikan rasa terimakasih mereka kepada tuhan Yang Maha

    Esa dan memohon kemakmuran agar mendapat rizki yang berlimpah bagaikan

    hujan ketupat dan diyakini sebagai anugrah sesari yang dianggap mengandung

    (air kehidupan) sehingga diperebutkan oleh masyarakat yang

    mempercayainya.

    Tradisi Perang Topat bertujuan untuk mendapatkan keberkahan dan

    keselamatan. Konon di Lombok Barat dulu ada kerajaan Medain, Raja Medain

    punya anak bernama Raden Mas Sumilir yang bergelar Datu Wali Milir. Suatu

    ketika ia menancapkan tongkatnya di Tanah Bayan. Saat tongkat itu ditarik,

    air pun muncrat, melacu deras. Dalam bahasa Sasak, melaju artinya langser

    4Solichin Salam, Lombok Pulau Perawan, (Jakarta: Kuning Mas, 1992), hlm. 67.

  • 4

    atau lengsar. Desa itu pun diberinama Lingsar. Singkat cerita Datu Milir

    hilang ditempat itu. Keadaan seperti ini seisi istana dan warga sedih.

    Kesedihan itu berlarut hingga dua tahun. Semua orang melupakan urusan

    kehidupan. Pada suatu ketika keponakan sumilir, Datu Piling, menemukan

    pamannya itu di lokasi mata air tadi. Dalam pertemuan itu disebutkan, kalau

    mau menemui Sumilir, hendak datang kemata air itu. Maka Datu Piling pun

    memerintahkan pengiringnya untuk menyambut pertemuan itu. Ketupat

    beserta lauknya dipersiapkan. Pertemuan pun terjadi sekitar pukul 16.00.

    Setelah itu Raden Mas Sumulir kembali menghilang. Semenjak Mas Sumilir

    menghilang untuk keduakalinya, warga masyarakat Lingsar kembali

    menikmati kemakmuran sumber air melimpah hingga sekarang.5

    Antusias masyarakat Sasak sangat tinggi terhadap upacara tersebut,

    bahkan tidak hanya asli suku Sasak yang mengikuti upacara Perang Topat,

    namun dari berbagai penjuru Nusantara berjumlah ratusan, bahkan ribuan

    yang hadir untuk menyaksikan ritual tradisi Perang Topat. Setiap ritual

    dilakukan ada beberapa orang asing yang ikut berpartisipasi dalam acara

    tersebut.

    Tradisi Perang Topat ini sudah mentradisi sejak lama hingga ratusan

    tahun. Tradisi Perang Topat menjadi simbol keharmonisan dalam kehidupan

    beragama. Meskipun keberadaanya diantar dua agama memiliki paham yang

    berbeda, namun mampu membangun sebuah kebersamaan melalui tradisi

    5 Budaya Lombok, “Puja Wali, Upacara Rangkaian Tradisi Perang Topat”,

    http//:www.wisatadilombok.com, 10 Maret 2016.

    http://www.wisatadilombok.com/

  • 5

    upacara Perang Topat berdasarkan kesadaran untuk mendekatkan diri kepada

    yang Maha Kuasa. Keberadaan upacara ini bersifat turun-temurun dan

    biasanya dilakukan pada bulan ke enam menurut perhitungan kalender Bali

    atau bulan ke tujuh menurut kalender Sasak atau sekitar bulan November-

    Desember tarikh masehi. Pada dasarnya upacara ini dilaksanakan sebelum

    musim menanam padi tetapi sudah masuk musim penghujan.

    Fenomena dibalik upacara Puja Wali atau tradisi Perang Topat

    tersebut, kemudian muncul pertanyaan yang mengelitik dalam benak

    pemikiran peneliti bahwa mengapa sampai saat ini masih ditradisikan oleh

    masyarakat suku Sasak di Lombok. Mengingat maraknya fenomena kelompok

    garis keras terhadap agama yang terjadi akhir-akhir ini. Modernitas adalah

    persoalan yang harus dihadapi oleh setiap individu maupun kelompok

    masyarakat dari berbagai kalangan. Prosesnya meliputi berbagai bidang-

    bidang yang sangat luas menyangkut proses disorganisasi, problem-problem

    sosial, maupun perubahan sosial.6 Arus modernitas yang memunculkan

    perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sangat berpengaruh bagi

    kehidupan manusia termasuk dalam perkembangan pemahaman keagamaan

    manusia. Mengingat maraknya terjadi fenomena intoleransi kekerasan

    masyarakat beragama di era modernitas ini.

    Terlepas dari persoalan di atas, maka dilakukan penelitian lebih jauh

    tentang pertama, bagaimana proses pelaksanaan suatu tradisi Perang Topat

    pada masyarakat suku Sasak kedua, juga bentuk-bentuk rasionalisasi tindakan

    6 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali, 1982), hlm. 304.

  • 6

    sosial terhadap tradisi Perang Topat. Melalui tindakan sosial tersebut individu

    atau kelompok memiliki tujuan tersendiri dan motif yang berbeda-beda,

    karena hal demikian merupakan sifat dari manusia sebagai mahluk sosial.

    Mengamati hal tersebut di atas, fenomena pada masyarakat suku Sasak

    dalam hal motif tindakan sosial sangat menarik untuk di kaji, karena di dalam

    prakteknya terdapat rasionalisasi tindakan sosial yang terjadi terhadap

    pelaksanaan suatu tradisi Perang Topat tersebut. Berupa nilai solidaritas

    keberagamaan, nilai kerukunan umat beragama, nilai toleransi beragama dan

    nilai perdamian antar agama.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka ada dua

    rumusan masalah yang akan menjadi pembahasan dalam tulisan ini sebagai

    berikut:

    1. Bagaimana pelaksanaan suatu tradisi Perang Topat pada masyarakat suku

    Sasak?

    2. Bagaimana bentuk rasionalisasi tindakan sosial masyarakat suku Sasak

    dalam tradisi Perang Topat?

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini ialah sb:

    a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan suatu tradisi Perang Topat pada

    masyarakat suku Sasak di Desa Lingsar, Kecamatan Lingsar Kabupaten

    Lombok Barat.

  • 7

    b. Untuk mengetahui bentuk-betuk rasionalisasi tindakan sosial pada

    masyarakat suku Sasak terhadap tradisi Perang Topat di Desa Lingsar,

    Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat.

    Adapun kegunaan dari penelitian ini ialah:

    a. Manfaat dari segi akademik (ilmiah) adalah merupakan kontribusi yang

    berarti atas khazanah intelektual pada umumnya dan bidang-bidang yang

    berhubungan dengan ilmu Sosiologi Agama pada khususnya.

    b. Untuk melengkapi hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti

    terdahulu serta memberi motivasi bagi para peneliti untuk meneliti lebih

    jauh dan medalam tentang Rasionalisasi Tindakan Sosial Masyarakat

    Suku Sasak Terhadap Tradisi Perang Topat.

    c. Untuk menambah kepustakaan tentang tradisi kebudayaan dalam pola

    kehidupan beragama pada masyarakat Indonesia. Penelitian ini juga

    menjadi acuan untuk diterapkan dalam kehidupan beragama, berbudaya

    dan bernegara tidak hanya di Lombok, namun juga diseluruh penjuru

    tanah air Indonesia.

    D. Tinjauan Pustaka

    Untuk memudahkan dalam penyusunan tulisan ini, tentu tidak lepas

    dari beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti

    sebelumnya. Dalam tulisan ini ada beberapa hasil penelitian sebelumnya,

    sebagai bahan perbandingan dalam penyusunan tulisan ini yakni sebagai

    berikut:

  • 8

    Tulisan Usri Indah Handayani dkk, yang berjudul Peninggalan

    Sejarah dan keperbukalaan. Tulisan ini memuat peninggalan-peninggalan

    sejarah yang ada di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Salah satu diantarnya

    ialah upacar Perang Topat di Taman Lingsar, dimana didalamnya terdapat dua

    jenis kegiatan ritual keagamaan yaitu Pura bagi orang-orang Hindu dan

    Kemaliq bagi orang-orang Islam. Di dalam buku ini juga menyingung tentang

    tradisi Perang Topat. Taman Lingsar mengemban berbagai Fungsi yaitu

    sebagai tempat kegiatan keagamaan, sarana rekreasi, dan fungsi sosial bagi

    masyarakat di sekitarnya.

    Tulisan Ahmad Sodli, yang berjudul Revitalisasi Kearifan Lokal

    Dalam Masyarakat Multikultural di Kecamatan Lingsar, Lombok Barat NTB.

    Dalam tulisan ini menjelaskan Perangkat Perang Topat dan Maknanya dan

    juga mejelaskan prosesi Perang Topat dalam kerukunan beragama. Adapun

    fokus pembahasan dalam jurnal ini ialah proses menghidupkan atau

    mengingatkan kembali keberagaman hidup beragama secara harmonis.7

    Tulisan Ahmad Abd. Syakur, yang berjudul Islam dan Kebudayaan:

    Akulturasi Nilai-nilai Islam Dalam Budaya Sasak. Tulisan ini menguraikan

    nilai-nilai yang terkandung dalam Islam tehadap budaya yang memiliki

    hubungan kesamaan antar agama Hindu, Budha dan Islam Wetu Telu. Disisi

    lain juga didalam isi buku ini menyingung tentang tradisi-tradisi lokal

    masyarakat Lombok yang masih diterapkan dalam kehidupan sekarang.

    Seperti dalam upcara-upacara Pujawali terdapat di Pura Lingsar, Kemaliq

    7Ahmad Sodli, “Revitalisasi Kearifan Lokal dalam Masyarakat Multikultural di

    Kecamatan Lingsar Lombok Barat NTB”, Analisa, Vol XVII, No2, Juli-Desember 2010, hlm. 191

  • 9

    Lingsar dan juga dalam upacara yang lain. Misalnya pada upacara

    Perkawinan, Kehamilan, dan kematian.

    Tulisan Erni Budiwanti, yang berjudul Islam Sasak: Wetu Telu versus

    Wetu Lima. Tulisan ini menguraikan secara komprehensif tentang Islam

    Sasak, antara Islam asli Sasak (Islam Wetu Telu) dan Islam pedatang

    (Dakwah) Islam Wetu Lima. Beserta praktek-praktek agama dan hubungannya

    degan kebudayaan lokal. Buku ini bertitik fokus pada konflik antar Islam

    Wetu Telu dan Islam Wetu Lima.

    Adapun skripsi yang pernah membahas tentang upacara keagamaan

    maupun tentang Interelasi antara agama dan budaya lokal adalah sb:

    Tradisi Upacara Perang Topat di Desa Lingsar, Kecamatan Lingsar,

    Lombok Barat: Studi Akulturasi Islam dan Budaya Lokal. Skripsi dari

    Magpurah, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga

    Yogyakarta 2005. Dalam skripsi tersebut membahas masalah asal-usul

    upacara Perang Topat, prosesi pelaksanaan Perang Topat. Dalam skripsi itu

    juga menyinggung tradisi upacar Perang Topat dalam akulturasi Islam dan

    budaya lokal. Dalam skripsi ini menjelaskan proses akulturasi Islam dan

    budya lokal yang terjadi di Lombok Barat.

    Dari berbagai kajian buku maupun skripsi di atas, penulis merasa

    tertarik untuk membahasnya dalam bentuk yang berbeda yaitu skripsi secara

    lebih khusus lagi dengan maksud untuk melengkapi dan sebagai tambahan

    informasi. Hal yang membedakan tulisan ini akan mencoba melihat sisi lain

    dari fenomena Perang Topat yang memfokuskan pokok uraian tentang

  • 10

    rasionalisasi tindakan sosial terhadap tradisi perang topat pada masyarakat

    suku Sasak tersebut.

    E. Kerangka Teori

    Agama dan budaya dalam kehidupan masyarakat merupakan dua hal

    yang tidak bisa dipisahkan sebab keduanya memiliki peran yang signifikan.

    Dalam perspektif ilmu sosial misalnya, seperti Sosiologi Agama, Antropologi

    Agama, keduanya dilihat sebagai warisan budaya masyarakat8 yang sangat

    bernilai.

    Motif tindakan manusia tidak terlepas dari sebuah motif individu untuk

    bertindak dalam ruang publik sosial. Motif individu dalam berinteraksi sosial

    di masyarakat, terutama dengan aktivitas ekonominya dipengaruhi oleh agama

    (sosial budaya) itu ketika secara lahiriah diekspresikan dalam menggerakkan

    tindakan sosial dalam menghadapi dunia sosialnya.9

    Agama menjadi penting sebagai motivasi untuk bertindak, tindakan

    sosial menurut Dadang Kahmad dalam bukunya yang berjudul Sosiologi

    Agama, ialah segala kegiatan individu, disuatu masyarakat, yang disengaja

    dan berpola, yang kemampuan melakukannya dari hasil belajar, dan

    tindakannya mengandung implikasi budaya pada anggota masyarakat yang

    lainnya. Sebagaimana diketahui, agama merupakan sumber nilai dari sistem

    8 Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta: PT Gramedia

    Pustaka Utama, 2002), cet I.,hlm 144. 9 Moh Soehadha, Metodelogi Penelitian Sosial Kualitatif Untuk Studi Agama.

    (Yogyakarta: Suka Press. 2012), hlm. 38.

  • 11

    budaya anggota masyarakat tertentu yang dapat dijadikan pedoman terpola

    bagi anggota masyarakat untuk melakukan segala tindakan yang terkontrol.10

    Fenomena tradisi Perang Topat bukanlah tradisi baru yang dilestarikan

    oleh masyarakat suku Sasak khusunya bagi umat beragama Hindu dan Islam

    Sasak, namun tradisi ini lahir sejak lama dan mampu bertahan di tengah-

    tengah arus perubahan modernisasi sekarang ini. menjadi menarik ketika

    tradisi ini ditradisikan oleh dua penganut agama besar di Indoensia yaitu

    agama Hindu dan Islam Sasak dalam perspektif rasionalisasi tindakan sosial.

    Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan teori rasionalisasi nilai dan

    tujuan dari pemikirannya Max Weber sebagai alat analisis yang relevan

    dengan permasalahan yang akan dikaji, karena dalam penelitian ini akan

    mengkaji bentuk rasionalisasi nilai yang terdapat di masyarakat suku Sasak

    dalam melaksanakan tradisi Puja Wali atau Perang Topat. Serta bentuk

    rasionalisasi tujuan tindakan sosial terdapat masyarakat suku Sasak terhadap

    tradisi Perang Topat.

    Masyarakat ialah sekolompok manusia yang hidup dalam kesadaran

    dan kepentingan yang sama dalam melaksanakan tradisi adat istiadat sebagai

    upaya untuk bertahan hidup. Menurut Max Weber masyarakat lahir dari

    motivasi individu dan tindakan-tindakan sosial karena itu dua hal penting

    bagi kajian sosiologi.

    I became one (a sociologist) in order to put and end to collectionist notions. In other words, sociology too, can only be

    10 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.

    108.

  • 12

    practiced by proceeding from the action of one of more, few or many, individuals, that means, by employing a strictly ‘individuals method’..for the subjective interpretation of action in sociological work these collectivities must treated as solely the resultans and modes of organization of the particular acts of individual persons, since these alone can be treated as agents in a course of subjectively understandable action.11

    Dari kutipan diatas tersebut tampak bahwa Weber sebenarnya dalam

    suatu posisi yang lazim digolongkan ‘nominalis’ yang lebih percaya bahwa

    individu-individu sajalah yang riil secara objektif, dan masyarakat adalah satu

    nama yang menunjuk pada sekumpulan individu yang menjalin hubungan

    untuk memenuhi pelbagai hubungan. Konsep struktur sosial yang tidak

    memperhitungkan tindakan individu dianggap sebagai suatu abstraksi

    spekulatif tanpa dasar empiris.12

    Menurut Emile Durkheim pada dasarnya totem terbagi menjadi dua

    bagian yakni terdiri dari konsep-konsep intelektual dan praktek-praktek

    intelektual. Ia membahas mengenai kepercayaan dan ritus-ritus terdapat dalam

    totem. Dua elemen tersebut meskipun pada perinsipnya lahir dari

    kepercayaan, pemujaan bukanlah dampak dari kepercayaan tersebut, dan

    mitos seringkali dibentuk berdasarkan ritus dengan tujuan menjelaskan ketika

    makna ritus tersebut belum kelihatan jelas.13

    11George Ritzer, Sociology: a Multiple paradigm Science, Revised Edition, Allyan and

    Bacon Inc.,(Boston:1980), hlm. 132.

    12Sunyoto Usman, Sosiologi: Sejarah, Teori, dan Metodelogi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 34.

    13 Emile Durkheim, The Elementary Forms of The Religious Life,Terj. Inyiak Ridwan Muzir, (Yogyakarta: IRCiSoD,2011), hlm. 153.

  • 13

    Totemisme adalah sistem agama di mana sesuatu, bisa binatang dan

    tumbuhan dianggap sakral dan jadi simbol klan. Totemisme sebagai bentuk

    agama yang paling sederhana dan paling primitif dam percaya bahwa

    totemisme terkait dengan bentuk paling sederhana dari organisasi sosial,

    sebuah klan.14 Totemisme atau agama adalah kepercayaan dan amalan yang

    menyatukan anggotanya dengan suatu komunitas moral yang dinamakan

    dengan gereja menunjukkan bahwa berperan untuk menyatukan anggotanya

    dalam suatu komunitas. 15 Dari pandagan Durkheim bahwa kolektivitas dibina

    dengan ritual, agama menjadikan sebagai urusan bersama (sakral). Sebaliknya

    yang profan adalah urusan pribadi, terbalik dari pandangan sekuler terhadap

    agama. Pandangan ini menunjukkan pula bahwa agama dibentuk dan

    dilahirkan oleh masyarakat (sui generis).

    Berbeda dengan pendekatan Durkheim, menurut Max Weber

    kehidupan masyarakat Pra-Industrial banyak dilekati oleh tradisi, sementara

    kehidupan masyarakat Industrial-Capitalist banyak dilekati oleh rasionalitas.

    Dalam hal ini Tradisi ialah perasaan (sentiments) dan keyakinan (beliefs) yang

    diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh karenanya, masyarakat tradisional

    sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan masa lalu. Dasar mereka

    mengevaluasi atau menyatakan suatu tindakan itu benar (diterima) atau salah

    (ditolak) adalah kesepakatan yang telah diterima umum, atau sesuatu menjadi

    14 Emile Durkheim, The Elementary Forms of The Religious Life,Terj. Inyiak Ridwan Muzir, hlm. 106

    15 Bustanuddin Agus, Agama dan Fenomena Sosial Buku Ajar Sosiologi Agama, (Jakarta:

    UI Press), hlm. 68.

  • 14

    pegangan secara turun-temurun. Hal demikian berbeda sekali dengan

    kehidupan masyarakat industrial-capitalist. Kehidupan ini lebih menonjolkan

    rasionalitas dan mengendepankan pertimbangan akal. Dalam kehidupan ini

    masyarakat ini setiap tindakan yang digerakkan untuk mencapai tujuan

    dilandasi oleh kalkulasi efesiensi, karena itu akan mudah dipahami apabila

    mereka meletakkan tradisi tidak lebih sebagai informasi. Basis mereka

    berpikir dan bertindak adalah perhitungan untung-rugi.16

    Dari kutipan diatas bahwa agama memiliki pengaruh yang kuat

    terhadap keberlangsungan kehidupan masyarakat. Agama merupakan bentuk

    konsepsi tentang supranatural kekuatan diluar diri manusia, Jiwa, tuhan atau

    kekuatan impersonal yang melebihi (superior) terhadap kekuatan biasa

    (natural). Tetapi kepercayaan kepada supranatural itu sendiri pertolongan gaib

    misalnya, berfungsi untuk meraih keberhasilan duniawi, seperti kesehatan,

    mengalahkan musuh, umur panjang dan sebagainya, tidak demi akhirat itu

    sendiri. Dengan demikian agama dan magis adalah sejenis rasionalisasi untuk

    mencapai tujuan kehidupan duniawi, bahkan lebih khusus lagi tujuan

    ekonomi.17

    Totem merupakan representasi dari sebuah klan. Individu yang

    mengalami kekuatan sosial yang begitu dahsyat ketika mengikuti upacara

    suku atau klannya akan berusaha mencari penjelasan atas pengalaman ini.

    16 Sunyoto Usman, Sosiologi: Sejarah, Teori, dan Metodelogi, hlm. 35-36.

    17 Bustanuddin Agus, Agama dan Fenomena Sosial: Buku Ajar Sosiologi Agama,

    (Jakarta: UI Press, 2010), hlm. 69.

  • 15

    Totem juga merupakan representasi material dari kekuatan nonmaterial yang

    jadi dasarnya dan kekuatan nonmaterial itu tak lain adalah masyarakat.

    Totemisme dan agama secara umum, berasal dari moralitas kolektif dan

    menjadikan dirinya sebagai kekuatan impersonal.

    Setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang individu ataupun

    kelompok mempunyai faktor, maksud ataupun tujuan. Dalam konteks sosial,

    tindakan yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok akan mempengaruhi

    atau dipengaruhi oleh pihak lain. Weber membahas tindakan seseorang

    berawal dari pemikirannya tentang rasionalitas melalui metodenya verstehen

    (memahami). Dalam metode ini verstehen yang dimaksud adalah untuk

    melihat tindakan seseorang untuk memahami maksud, tujuan dan apa yang

    melatarbelakangi dari tindakan yang dilakukan seseorang.18

    Dengan itu dapat disimpulkan bahwa tindakan adalah sesuatu yang

    dilakukan yang mempunyai sebab, maksud dan tujuan dari tindakan tersebut.

    Motif tindakan sosial dalam pemikirannya Weber terdapat dua bentuk, yakni

    rasional dan irasional. Rasional ada dua macam tindakan rasional instrumental

    dan tindakan rasional berorientasi nilai. Sedangkan irasional terdapat dua

    macam yakni, tindakan tradisional dan tindakan afektual. Tindakan rasional

    instrumental dan tindakan rasional berorientasi nilai merupakan alat analisis

    dalam penelitian ini melihat dari segi motif tindakan sosial masyarakat suku

    Sasak.

    18 Syahrial Syarbaini, Dasar-dasar Sosiologi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 36.

  • 16

    Tindakan rasional instrumental atau Rasionalitas sarana-tujuan,

    tindakan yang “ditentukan oleh pengharapan-pengharapan mengenai perilaku

    objek-objek didalam lingkungan dan perilaku manusia lainnya, pengharapan-

    pengharapan itu digunakan sebagai ‘kondisi-kondisi’ atau ‘alat-alat’ untuk

    pencapian tujuan-tujuan sang aktor sendiri yang dikejar dan diperhitungkan

    secara rasional”. Sedangkan rasionalitas orientasi nilai, atau tindakan yang

    “ditentukan oleh kepercayaan yang sadar akan nilai tersendiri suatu bentuk

    perilaku yang etis, estetis, religius, atau bentuk lainnya, terlepas dari prospek-

    prospek keberhasilannya”.19

    F. Metodologi Penelitian

    Untuk mengumpulkan dan memperoleh data dalam suatu penelitian

    diperlukan metode-metode tertentu.20 Pada dasarnya metode berarti suatu cara

    yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena tujuan umum

    penelitian adalah untuk memecah masalah, maka langkah-langkah yang

    ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah dirumuskan.21

    Upaya untuk dapat memperoleh jawaban dari permasalahan yang

    diajukan, maka dalam skripsi ini penulis akan mengunakan metode penelitian

    kualitatif. Pengunaan metode kualitatif dipandang sebagai prosedur penelitian

    yang dapat diharapkan akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

    19 George Ritzer. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir

    Postmodern. Terj. Saut Pasaribu dkk. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 216. 20 Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

    Persada, 2001), hlm. 51. 21 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada

    University Press, 1998), hlm. 61.

  • 17

    tertulis atau lisan dari sejumlah orang dan perilaku yang dapat diamati.22

    Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    pendekatan Sosiologi Agama. Pendekatan Sosiologi Agama merupakan

    pendekatan secara menyeluruh yang dilakukan masyarakat beragama.

    Misalnya, hubungan masyarakat dengan agama, budaya, lingkungan, sistem

    ekonomi, Politik, kehidupan keluarga dan lain sebagainya.

    1. Metode Pengumpulan Data

    Untuk menjawab masalah penelitian, sudah jelas membutuhkan

    data, dan data tersebut diperoleh dari atau melalui kegiatan pengumpulan

    data.23 Penelitian pada hakikatnya merupakan tindakan yang diterapkan

    manusia untuk memenuhi salah satu hasrat yang selalu ada dalam

    kesadaran manusia, yaitu rasa ingin tahu. Demikian pula rasa

    keingintahuan manusia tentang segala aspek yang berkaitan dengan gejala-

    gejala yang muncul dari religiusitas masyarakat, juga mengasilkan

    tindakan-tindakan untuk meneliti.24

    a. Observasi

    Metode ini mengunakan pengamatan dan pencatatan secara

    sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.25

    Selanjutnya peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap

    22 Dadang Kahmat. Metode Penelitian Agama, hlm. 97. 23 Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, hlm. 113. 24 Muh. Soehada, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama, hlm. 53. 25 T.O. Ihromi (ed), Pokok-pokok Antropologi Budaya, (Jakarta: PT. Gramedia, 1989),

    hlm. 3.

  • 18

    gejala-gejala objek yang diteliti. Hal tersebut dilakukan untuk

    mengumpulkan informasi yang berkenaan dengan rasionalisasi tindakan

    sosial masyarakat suku Sasak terhadap tradisi Perang Topat. Observasi

    ini akan dilakukan secara langsung dalam waktu tertentu untuk

    memperoleh data yang akurat, lokasi di Desa Lingsar, Kecamatan

    Lingsar, Lombok Barat.

    b. Interview

    Interview atau istilah lain dalam metode ini adalah wawancara.

    Wawancara merupakan salah satu teknik pokok dalam penelitian

    kualitatif. Menurut Rianto dan Heru dalam bukunya yang berjudul

    “Langkah-langkah Penelitian Sosial”. Wawancara merupakan salah satu

    metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi yakni melalui

    kontak atau hubungan pribadi antar pengumpulan data (pewawancara)

    dengan sumber data (responden).26 Sedangkan menurut Sutrisno Hadi

    dalam bukunya yang berjudul: Metodologi Research, interview

    merupakan suatu metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab

    sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan kepada

    tujuan penyelidikan.27 Metode ini berusaha mengumpulkan informasi

    untuk jawaban masalah penelitian dengan mengajukan pertanyaan-

    pertanyaan. Disini peneliti mewawancarai informan yang menjadi

    26 Rianto Adi dan Heru Prasadja, Langkah-langkah Penelitian Sosial, (Jakarta: ARCAN,

    1991), hlm. 73. 27 Sutrisno Hadi, Metodologi Reaearch, Jilid II (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), hlm.

    192.

  • 19

    sumber data peneliti yaitu sejumlah tokoh dan masyarakat tertentu yang

    memiliki informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan

    dan tujuan penelitian.

    Wawancara umum dilakukan untuk mengali data yang bersifat

    umum untuk kepentingan analisis yang hanya bersifat deskriptif

    semata.28 Selanjutnya wawancara ini dilakukan dengan masyarakat suku

    Sasak di Desa Lingsar, tetapi masyarakat tersebut tidak bisa dijadikan

    sebagai informan kunci. Sedangkan wawancara mendalam (indepth

    interview), menyangkut data, pengalaman individu dan hal-hal khusus

    yang bersifat spesifik. Wawancara ditujukan kepada kepala Desa Lingsar

    beserta Staf, Kepala Adat Desa Lingsar, Ketua Krama Pura, Pemangku

    Kemaliq, Pemangku Pura, Panitia Upacara, dan tokoh-tokoh lainnya

    yang tidak berkedudukan langsung sebagai ketua atau anggota dalam

    lembaga tradisional yang berkaitan dengan upacara Perang Topat.

    Wawancara terhadap para informan tersebut di atas, memakai pedoman

    wawancara yang telah disiapkan sebelumnya. Bagaimana pelaksanaan

    suatu tradisi Perang Topat pada masyarakat suku Sasak dan bagaimana

    bentuk rasionalitas tindakan sosial masyarakat suku Sasak dalam tradisi

    Perang Topat.

    c. Dokumentasi

    Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang

    digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Metode ini adalah metode 28 Moh Soehadha, metode penelitian sosial Kualitatif untuk studi agama, (Yogyakarta: Suka Press,2012), hlm. 112

  • 20

    yang digunakan untuk menelusuri data historis, sehingga dengan

    demikian pada penelitian dokumentasi dalam penelitian memegang

    peran penting.29 Penelitian dalam melakukan dokumentasi fenomena

    kegiatan rangkaian upacara Perang Topat akan mengunakan alat-alat

    bantu seperti, kamera dan Recorder.

    Dengan metode ini juga peneliti mengumpulkan data melalui

    peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga

    buku-buku atau naskah-naskah yang berhubungan dengan masalah

    penelitian.

    2. Metode Pengolahan Data

    Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya penulis

    melakukan pengolahan data. Dalam pengolahan data, penulis tidak

    mengunakan perhitungan secara statistik karena data yang terkumpul

    bersifat kualitatif. Kemudian informasi yang berhasil dikumpulkan itu

    akan dianalisis dengan menggunakan metode diskriptif kualitatif. Metode

    ini bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subyek penelitian

    berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subyek yang

    diteliti.30

    Dengan analisis kualitatif yang sifatnya deskriptif ini, penulis

    berusaha memahami dan menerapkan data-data serta memberikan

    penjelasan-penjelasan dan interpretasi mengenai data yang telah diperoleh

    dari hasil penelitian lapangan.

    29 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Renada Media Group, 2007), hlm. 129. 30 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 126

  • 21

    G. Sistematika Pembahasan

    Adapun pembahasan dalam penelitian ini dibagi dalam lima bab, setiap

    bab merupakan konsep-konsep kunci untuk memahami dan menganalisis

    pokok masalah yang akan dibahas. Adapun sistematiknya ialah sebagai

    berikut:

    Bab Pertama, merupakan pendahuluan yang di dalamnya memuat latar

    belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,

    tinjauan pustaka, kerangka teori dan sistematika pembahasan.

    Bab kedua, berisi gambaran umum daerah penelitian meliputi: Peta

    Wilayah, kondisi sosial ekonomi masyarakat, tingkat pendidikan, kondisi

    sosial keberagamaan masyarakat, kondisi sosial budaya masyarakat dan asal

    usul tradisi Perang Topat meliputi.

    Bab ketiga, menjelaskan pelaksanaan suatu tradisi Perang Topat di

    Desa Lingsar meliputi tujuan upacara, waktu penyelengaraan upacar, tempat

    upacara, pihak-pihak yang terlibat dalam upacara tradisi Perang Topat.

    Bab keempat, menjelaskan bentuk rasionalisasi tindakan sosial yang

    terdapat pada masyarakat suku Sasak dalam upacara tradisi Perang Topat

    meliputi tindakan rasional intrumental dan tindakan orientasi nilai dalam

    tradisi Perang Topat.

    Bab kelima, berupa penutup yang terdiri dari kesimpulan dari uraian-

    uraian yang telah dibahas dalam keseluruhan penulisan skripsi ini, serta saran-

    saran kemudian penutup dan lampiran foto hasil dokumentasi penelitian.

  • 76

    BAB V

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan berupa hasil

    penelitian, data dan informasi yang telah diperoleh dilokasi penelitian, maka

    dapat disimpulkan mengenai rasionalitas nilai pada masyarakat suku Sasak

    dalam tradisi Perang Topat di Lombok Barat dengan dua bentuk nilai sebagai

    berikut:

    I. Nilai Sosial

    1. Masyarakat suku Sasak yang menganut kepercayaan Hindu maupun

    Islam Sasak dalam pelaksanaan upacara tradisi Puja Wali atau Perang

    Topat sangat toleran dan membawa perdamian dalam hal berbudaya

    melestarikan kehidupan yang beragam dapat disatukan dalam satu

    upacara atau tradisi.

    2. Upacara tradisi Perang Topat sebagai mengikat solidaritas pada

    masyarakat suku Sasak Hindu dan Islam Sasak dalam pelaksanaan

    tradisi Perang Topat yang diadakan sekali dalam setahun oleh

    masyarakat suku Sasak di Lombok Barat.

    3. Upacara tradisi Perang Topat juga merupakan bentuk kearifan lokal

    terhadap masyarakat multikultural dalam kerukunan antar umat

    beragama yakni masyarakat menganut kepercayaan Hindu dan Islam

  • 77

    Sasak pada upacara Puja Wali atau tradisi Perang Topat dapat

    beriringan dan berdampingan dalam suatu ritual tradisi.

    II. Nilai Sakral

    1. Upacara tradisi Puja Wali atau Perang Topat sebagai simbol

    komunikasi dengan arwah leluhur roh-roh nenek moyang atau sang

    khalik (Tuhan Yang Maha Esa), alam dan manusia upaya untuk

    mendapatkan keberkahan dari leluhur atau sang khalik Tuhan dalam

    upacara tradisi Puja Wali atau Perang Topat.

    2. Upacara tradisi Puja Wali atau Perang Topat sebagai bentuk ekspresi

    rasa syukur masyarakat suku Sasak terhadap keberkahan yang

    diberikan oleh para leluhur nenek moyang atau tokoh agama terdahulu

    Syekh kiyai haji Abdul Malik atas keberadaan Air suci di Kemaliq

    dan Pura Lingsar.

    B. Saran

    Dari hasil penelitian yang penulis lakukan dengan beberapa

    kesimpulan diatas, maka penulis perlu menyampaikan beberapa saran yang

    dikemukakan untuk perbaikan peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut:

    Pertama, saran untuk objek peneliti, pada masyarakat suku Sasak

    khususnya bagi masyarakat Hindu dan Islam Sasak di Desa Lingsar untuk

    pelaksanaan tradisi Puja Wali atau Perang Topat ini untuk selanjutnya supaya

    lebih inklusif (terbuka) dalam hal penyampian makna upacara tradisi Puja

    Wali kepada khalayak umum terhadap semua dari kalangan masyarakat luas

  • 78

    dan jauh dari stigma bahwa pada masyarakat suku Sasak Hindu dan Islam

    Sasak di desa Lingsar tersebut tidak terkesan sesat dan kafir.

    Kedua, tradisi Perang Topat, supaya tetap menjaga eksistensi ditengah-

    tengah arus perubahan zaman yang begitu cepat. Mengingat akan

    keterancaman toleransi dalam memeluk kepercayaan yang berbeda pada akhir-

    akhir ini marak terjadi. Saran untuk masyarakat umum supaya tidak

    memandang dari sebelah mata, menghakimi atau beranggapan bahwa tindakan

    pada masyarakat suku Sasak di Desa Lingsar tersebut adalah syirik bagi

    masyarakat karena telah terjadinya Sinkretis antara ajaran Hindu dan Islam.

    Ketiga, Saran untuk peneliti selanjutnya yang akan melakukan peneliti

    dengan mengangkat tema dengan yang serupa, supaya melakukan penelitian

    ditempat lain khususnya daerah Lombok dan sekitarnya, supaya lebih

    dikerucutkan lagi untuk objek yang diteliti, seperti kelompok masyarakat atau

    budaya masyarakat yang masih konsisten dengan tradisi adat istiadat ditengah-

    tengah arus perkembangan era globalisasi seperti saat ini.

  • 80

    DAFTAR PUSTAKA

    Buku

    Agung, Anak Agung Ketut. Kupu-Kupu Kuning yang Terbang Diselat Lombok:

    Lintas Kerajaan Karangasem 1661-1950. Denpasar: Upada Sastra. 1991.

    Agus, Bustanuddin. Agama dan Fenomena Sosial: Buku Ajar Sosiologi Agama.

    Jakarta: UI Press. 2010

    Ahmad Sirulhaq (ed.). Gumi Sasak dalam Sejarah dalam, Taman Lingsar NTB:

    Pusat Studi dan Kajian Budaya. 2012

    Ariadi, Lalu Muhammad. Haji Sasak: Sebuah Potret Dialektika Haji dan

    Kebudayaan Lokal. Jakarta: Impressa. 2013.

    Armini, I Gusti Ayu dkk. Peresean di Lombok Nusa Tenggara Barat. Yogyakarta:

    Ombak. 2013

    Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1998

    Budiwanti, Erni. Islam Sasak Wetu Telu Versus Wetu Lima. Yogyakarta: LKiS.

    2000.

    Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Renada Media Group. 2007

    D. Harnish, David. Bridges to The Ancestors: Music, Myth, and Culture Politics

    at an Indonesia Festival. University Hawai’i Press: 2016.

    Durkheim, Emile. The Elementary Forms of The Religious Life. Terj. Inyiak

    Ridwan Muzir. Yogyakarta: IRCiSoD. 2011.

    Hadi, Sutrisno. Metodologi Reaearch Jilid II. Yogyakarta: Andi Offset. 2000

    Harfin Zuhdi, Muhammad dkk. Lombok Mirah Sasakadi: Sejarah Sosial, Islam,

    Budaya, Politik, dan Ekonomi Lombok. Jakarta: Imsak Press. 2011

  • 81

    Hendropuspito. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius. 1983.

    Indah Handayani, Usri Dkk. Peninggalan Sejarah Dan Keperbukalaan. (NTB:

    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997/1998.

    Jamaluddin. Sejarah Sosial Islam di Lombok Tahun 1740-1935: Studi Kasus

    Terhadap Tuan Guru. Puslitbang Depag RI. 2011

    Kahmad, Dadang. Metode Penelitian Agama. Bandung: CV Pustaka Setia.1990.

    ______________. Sosiologi Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009

    Koentjaraningrat. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT

    Gramedia Pustaka Utama. 2002

    Kuku S, I Nengah. Pura Lingsar Selayang Pandang, Mataram: Yayasan Krama

    Pura NTB. 1989

    L. Pals, Daniel. Seven Theories of Religion. Terj. Inyiak Ridwan Muzir.

    Yogyakarta: IRCiSoD. 2011.

    Muslim, Sri Banun. Islam di Pulau Lombok Kajian Historis Tentang

    Perkembangan Islam di Pulau Lombok. Mataram: Sekolah Tinggi Agama

    Islam Negeri. 1999

    Rianto Adi dan Heru Prasadja. Langkah-langkah Penelitian Sosial. Jakarta:

    ARCAN. 1991

    Ritzer dan Goodman, Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai

    Perkembangan Terakhir Postmodern. Terj. Nurhadi. Yogyakarta:

    Kreasi Wacana. 2012.

    Ritzer George. Sociology: a Multiple paradigm Science, Revised Edition, Allyan

    and Bacon Inc. Boston. 1980

  • 82

    ____________. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan

    Terakhir Postmodern. Terj. Saut Pasaribu dkk. Yogyakarta:

    Pustaka Pelajar. 2012

    Robertson, Roland dkk, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, Terj.,

    Achmad Fedyani Saifuddin. Jakarta: CV Rajawali, 1992

    Soehada, Moh. Metodelogi Penelitian Sosial Kualitatif Untuk Studi Agama.

    Yogyakarta: Suka Press. 2012.

    Soekatno, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo

    Persada. 2000

    Syarbaini, Syahrial. Dasar-dasar Sosiologi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009

    Syukur, Ahmad Abd. Islam Dan Kebudayaan: Akulturasi Nilai-nilai Islam dalam

    Budaya Sasak. Yogyakarta: Adab Press. 2006.

    Usman, Sunyoto. Sosiologi: Sejarah, Teori, dan Metodelogi. Yogyakarta: Pustaka

    Pelajar. 2012

    Weber Max. Teori Dasar Analisis Kebudayaan. Terj. Abdul Qodir S.Yogyakarta:

    IRCiSOD. 2013

    ___________. Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme. Terj. Tw Utomo dan

    Yusup PS.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006

    ___________. Sosiologi Agama. Terj. Yudi Santoso. Yogyakarta: IRCiSOD. 2012

    Skripsi dan Laporan Penelitian

    I’Ketut, Yuniati dkk, “Komunitas Ritual dalam Tradisi Perang Topat di Taman

    Lingsar Kabupaten Lombok Barat”,Widiya Sandhy, Vol. VI No. 01 Mei

    2015.

  • 83

    Magpurah, “Tradisi Upacara Perang Topat di Desa Lingsar, Kecamatan Lingsar,

    Lombok Barat: Studi Akulturasi Islam dan Budaya Lokal”. Skripsi tidak

    diterbitkan Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN

    Sunan Kalijaga, 2005.

    Nining Nur Alaini, “Tradisi Lisan Cepung: Sastra Perlawanan Komunitas Sasak

    terhadap Kekuasaan Bali di Pulau Lombok”, Metasastra, Vol. VIII No.

    01 Juni 2015.

    Sodli, Ahmad, “Revitalisasi Kearifan Lokal dalam Masyarakat Multikultural di

    Kecamatan Lingsar Lombok Barat NTB”, Analisa, Vol XVII, No2, Juli-

    Desember 2010.

  • xiv

    LAMPIRAN-LAMPIRAN HASIL DOKUMENTASI PENELITIAN

    A. NAMA INFORMAN 1. Nama : Soeparman Taufik

    Agama : Islam

    Status : Kepala Adat Desa Lingsar, Pemangku Kemaliq

    Pekerjaan : Petani

    Umur: 76 tahun

    2. Nama : I’ Ketut Lingga Bagiarta

    Agama : Hindu

    Status : Kepala Pure Lingsar

    Pekerjaan : Petani

    Umur: : 45 tahun

    3. Nama : I Wayan Kreped

    Agama : Hindu

    Status : Mangku Pure Lingsar

    Pekerjaan : Petani

    Umur: : 46 tahun

    4. Nama : H. Abdul Hadi

    Agama : Islam

    Status : Kepala Desa Lingsar

    Pekerjaan : Kantoran

    Umur: : 37 tahun

  • xv

    5. Nama : Iq Sakinah

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Petani

    Umur: : 30 tahun

    6. Nama : Iq. Yul

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Pedagang Makanan

    Umur: : 35 tahun

    7. Nama : Iq. Windi

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Pedagang Madu, Minyak dan obat-obatan

    Umur: : 40 tahun

    8. Nama : I’Ketut Wiratmaje

    Agama : Hindu

    Pekerjaan : Penjaga Pintu Gerbang Taman Lingsar

    Umur: : 60 tahun

    9. Nama : M. Iswandi

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Pemandu Wisata Religi Taman Lingsar

    Umur: : 30 tahun

  • xvi

    10. Nama : Wayan Widia

    Agama : Hindu

    Pekerjaan : Petani

    Umur: : 38 tahun

    11. Nama : Irfan

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Penganguran/Pemuda Desa Lingsar

    Umur: : 22 tahun

    12. Nama : Aq. Sulaiman

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Budi daya Ikan Nila

    Umur: : 34 tahun

    13. Nama : Papuk Gede Wijaye

    Agama : Hindu

    Pekerjaan : Petani

    Umur: : 79 tahun

    14. Nama : I’Ketut Martoda

    Agama : Hindu

    Pekerjaan : Petani

    Umur: : 38 tahun

  • xvii

    B. Format Wawancara

    1. Bagaimana sejarah asal-usul munculnya tradisi Perang Topat?

    2. Sejak kapan tradisi Perang Topat dilaksanakan?

    3. Kapan dan siapa yang pertama merayakan tradisi Perang Topat

    4. Mengenai waktu, kenapa harus bulan itu sebagai hari Perayaan tradisi Perang

    Topat?

    5. Kenapa namanya tradisi Perang topat?

    6. Dimana saja tradisi Perang Topat dilaksanakan?

    7. Bagaimana pelaksanaannya tradisi Perang Topat?

    8. Apa saja perlengkapan yang diperlukan dalam tradisi Perang Topat?

    9. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan tradisi Perang Topat?

    10. Berapa lama tradisi perang topat berlangsung?

    11. Apakah ada peningkatan setiap tahunnya tradisi Perang Topat dilaksanakan?

    12. Apa saja yang melatarbelakangi untuk mengikuti tradisi Perang Topat?

    13. Apa keinginan yang diharapkan dalam tradisi Perang Topat ini?

    14. Bagaimana pengaruh tradisi Perang Topat terhadap kehidupan yang dijalani

    sehari-hari?

    15. Adakah nilai-nilai agama yang terkandung dalam tradisi Perang topat ini?

    16. Bagaimana bentuk tindakan sosial Masyarakat terhadap tradisi Perang Topat?

  • xviii

    Gambar 1.1

    Wawancara Bersama Lalu Bayu Windia, Ketua Majelis Adat Sasak (Lombok Mirah Sasak Adi)

    Gambar 1.2

    Wawancara Bersama H. Abdul Hadi, kepala Desa Lingsar Kec. Lingsar Kab. Lombok Barat

  • xix

    Gambar 1.3 Wawancara Bersama Soeparman Taufik, Kepala adat Desa Lingsar sekaligus Pemangku

    Kemaliq Lingsar

    Gambar 1.4 Doa Bersama Pemangku Kolam Tuna Kemaliq Lingsar

  • xx

    Gambar 1.5

    Wawancara Bersama I’ Ketut Lingga Bagiarta, Ketua Pura Lingsar

    C. NAMA-NAMA TEMPAT SUCI

    Gambar 1.6

    Kolam Tuna Keramat Kemaliq Lingsar, Tempat Berdoa Menyampaikan hajat kemudian melemparkan kuin kedalamnya

  • xxi

    Gambar 1.7

    Empat Pancuran Air Suci Kemaliq Lingsar, Tempat Berobat segala Macam Penyakit dan mengandung Awet Muda

    D. DOK. KEGIATAN DALAM TRADISI PERANG TOPAT

    Gambar 1.8

    Penampilan Tari Bateq Baris Lingsar sebelum upacara Perang Topat dimulai

  • xxii

    Gambar 1.9

    Sesaji akan didoakan oleh pemangku Adat Desa Lingsar di Kemaliq

    Gambar 1.10

    Kebon Odeq yang akan didoakan untuk memohon izin kepada arwah nenek moyang sekaligus mengundangnya untuk upacara tradisi Perang Topat

  • xxiii

    Gambar 1.11

    Topat atau dalam istilah bahasa Indonesia di Sebut Ketupat untuk dijadikan alat Perang dalam upacara tradisi Perang Topat

    Gamabar 1.12

    Suasana berlangsungnya upacara tradisi Perang Topat pada masyarakat Hindu

  • xxiv

    Gamabar 1.13

    Suasana berlangsungnya upacara tradisi Perang Topat pada masyarakat Islam Sasak

    Gamabar 1.14

    Peta Lokasi Penelitian Taman Lingsar Desa Lingsar, Kec. Lingsar Lombok Barat

  • xxv

    CURICULUM VITAE IDENTITAS DIRI Nama : SUPARMAN JAYADI Tempat/Tanggal Lahir : Pungkang, 21 Oktober 1994 Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Prapak, Banyu Urip Kec. Praya Kab. Lombok Tengah Agama : Islam Email/Blog :[email protected]/Fb: Suparman Jayadi

    suparmanjayadi.wordpress.com

    RIWAYAT PENDIDIKAN

    2000 –2006 : SD Negeri 01 Prapak

    2006 – 2009 : Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul Muhajirin Praya

    2009 – 2012 : Madrasah Aliyah (MA) Darul Muhajirin Praya

    2012 – 2016 : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

    PENGALAMAN ORGANISASI

    Pengurus IKADM sebagai Kepala Bidang Pendidikan dan Jurnalistik (Ikatan Alumni

    Darul Muhajirin) IKADM Yogyakarta Periode 2012-2013

    Pengurus HMI Komisariat Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam sebagai Kepala

    Bidang (Kabid) PWK Pengembangan Wacana dan Kepustakaan HMI Komfak

    Ushuluddin Periode 2014-2015

    Ketua Umum (Ikatan Keluarga Pelajar Dan Mahasiswa) IKPM Tatas Tuhu Trasna

    Lombok Tengah-Yogyakarta periode 2015-2016

    HALAMAN JUDULPENGESAHAN SKRIPSISURAT PERNYATAANSURAT KELAYALAKAN SKRIPSIMOTTOPERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ABSTRAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian D. Tinjauan Pustaka E. Kerangka Teori F. Metodologi Penelitian G. Sistematika Pembahasan

    BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran

    DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN HCURICULUM VITAE