bab ii ekotek
DESCRIPTION
ekonomi rekayasaTRANSCRIPT
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Standard dan Tata Cara Perencanaan Hotel
Hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari bahasa Perancis kuno.
Bangunan publik ini sudah disebut-sebut sejak akhir abad ke-17. Maknanya kira-
kira, "tempat penampungan buat pendatang" atau bisa juga "bangunan penyedia
pondokan dan makanan untuk umum". Jadi, pada mulanya hotel memang
diciptakan untuk meladeni masyarakat.
Tak aneh kalau di Inggris dan Amerika, yang namanya pegawai hotel
dulunya mirip pegawai negeri alias abdi masyarakat. Tapi, seiring perkembangan
zaman dan bertambahnya pemakai jasa, layanan inap-makan ini mulai
meninggalkan misi sosialnya. Tamu pun dipungut bayaran. Sementara bangunan
dan kamar-kamarnya mulai ditata sedemikian rupa agar membuat tamu betah.
Meskipun demikian, bertahun-tahun standar layanan hotel tak banyak berubah.
Sampai pada tahun 1793, saat City Hotel dibangun di cikal bakal wilayah
kota New York. City Hotel itulah pelopor pembangunan penginapan gaya baru
yang lebih fashionable. Sebab, dasar pembangunannya tak hanya mementingkan
letak yang strategis. Tapi juga pemikiran bahwa hotel juga tempat istirahat yang
mumpuni. Jadi, tak ada salahnya didirikan di pinggir kota.
Setelah itu, muncul hotel-hotel legendaris seperti Tremont House (Boston,
1829) yang selama puluhan tahun dianggap sebagai salah satu tempat paling top
di Amerika Serikat (AS). Tremont bersaing ketat dengan Astor House, yang
dibangun di New York, 1836. Saat itu, hotel modern identik dengan
perkembangan lalu lintas dan tempat beristirahat. Saat pembangunan jaringan
kereta api sedang gencar-gencarnya, hampir di tiap perhentian (stasiun) ada hotel.
Maksudnya jelas, untuk mengakomodasi orang-orang yang baru saja
bepergian dengan kereta api. Karena masa itu naik kereta api sangat melelahkan,
6
hotel-hotel pun "dipersenjatai" berbagai hiburan pelepas penat. Hotel jenis ini,
diembeli-embeli dengan kata "transit", karena memang ditujukan buat para
musafir.
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan makin luasnya jangkauan
angkutan darat (terlebih setelah ditemukannya kendaraan bermotor), kawasan
sekitar rel kereta api tak lagi menarik minat para investor. Orang kemudian lebih
suka jalan-jalan pakai mobil ketimbang kereta. Kepopuleran hotel transit pun
tersaingi oleh kehadiran "motel", gabungan kata "motor hotel" yang sama dengan
tempat istirahat para pengendara kendaraan bermotor.
Kejayaan motel tak berlangsung lama. Seiring makin pesatnya
perkembangan kota, berakhir pula era motel. Terutama karena letaknya yang agak
di pinggir kota dan fasilitasnya yang kalah bagus dengan hotel di pusat kota.
Kalaupun terpaksa bermalam di kawasan pinggiran, motel harus bersaing dengan
hotel resort, yang banyak tumbuh di tempat-tempat peristirahatan.
Selain hotel, resort, anak-anak kandung hotel yang lahir di era 1990-an tak
kalah hebatnya. Sebut saja berbagai extended-stay hotel, khusus buat tamu yang
membutuhkan tempat menginap minimal lima malam. Sedangkan pelaku bisnis
yang harus bernegosiasi di kampung atau negeri orang, bisa mencari hotel
apartment. Di Amerika, dua jenis hotel ini berkembang sangat pesat.
Di Indonesia, kata hotel selalu dikonotasikan sebagai bangunan
penginapan yang cukup mahal. Umumnya di Indonesia dikenal hotel berbintang,
hotel melati yang tarifnya cukup terjangkau namun hanya menyediakan tempat
menginap dan sarapan pagi, serta guest house baik yang dikelola sebagai usaha
swasta (seperti halnya hotel melati) ataupun mess yang dikelola oleh perusahaan-
perusahaan sebagai tempat menginap bagi para tamu yang ada kaitannya dengan
kegiatan atau urusan perusahaan.
Biaya dan kualitas hotel biasanya berdasarkan jangkauan dan tipe
pelayanan yang tersedia. Dikarenakan kenaikan besar-besaran dalam turisme di
7
seluruh dunia, selama dekade terakhir abad 20, pendirian hotel terutama yang
kecil telah meningkat secara drastis. Untuk pembandingan, sistem penilaian telah
diperkenalkan satu sampai lima bintang dan juga tingkat melati di Indonesia yang
lebih murah.
2.2 Investasi Proyek
Faktor produksi langka yang dimanfaatkan dalam suatu usaha investasi
proyek merupakan sumber daya yang harus dianggarkan dalam pemanfaatannya.
Anggaran investasi tersebut secara terperinci meliputi :
1. Dana modal tetap; untuk pengadaan barang modal.
2. Biaya pra-investasi; seperti biaya penyiapan desain dan kalkulasi biaya
proyek, tender pembangunan proyek, biaya penyusunan studi kelayakan,
percobaan laboratorium dan lain-lain.
3. Tanah, pengurusan dan persiapan tanah; harga tanah ditambah dengan
biaya pengurusan dan persiapan lahan.
4. Gedung dan prasarana bangunan.
5. Furnitur dan peralatan fasilitas kamar.
6. Kendaraan dan alat angkut lainnya.
7. Perlengkapan telekomunikasi dan peralatan hotel.
8. Pengadaan teknologi dan bantuan manajemen.
9. Bunga selama masa pembangunan proyek.
10. Biaya produksi percobaan.
11. Cadangan kenaikkan jumlah anggaran.
12. Dana modal kerja awal.
Selain anggaran yang diperlukan dalam investasi, Sutojo.S (2000) juga
memberi ciri-ciri khusus dari investasi proyek. Ciri-ciri tersebut adalah :
1. Investasi proyek menyerap dan mengikat dana dalam jumlah besar, jangka
waktu ikatan dana tersebut cukup lama, biasanya lebih dari satu tahun.
2. Manfaat yang akan diperoleh perusahaan ( misalnya keuntungan ) baru
dapat dinikmati sepenuhnya beberapa masa ( bulan atau tahun ) setelah
investasi dilakukan.
8
3. Tingkat resiko yang ditanggung perusahaan lebih tinggi bila dibandingkan
misalnya dengan investasi harta lancar ( penambahan jumlah persedian,
piutang dagang dan sebagainya ).
4. Keputusan investasi proyek yang keliru, tidak dapat direvisi begitu saja,
seperti halnya keputusan memberi kredit penjualan kepada pelanggaran
baru secara tidak tepat, tanpa harus menderita kerugian yang cukup besar.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut maka sebelum memutuskan akan
menanamkan sejumlah dana dalam suatu proyek, terlebih dahulu dilakukan survai
dan perhitungan yang matang dari berbagai aspek seperti kemampuan keuangan
dan tenaga ahli, manfaat yang akan diperoleh terhadap perusahaan dan lingkungan
masyarakat, serta memperkirakan beberapa faktor penghambat yang mungkin
akan dihadapi. Masalah-masalah yang mungkin timbul akan dapat menjadi suatu
hambatan atas keberhasilan suatu proyek antara lain :
1. Rencana pembangunan yang kurang matang.
2. Terjadinya suatu peristiwa ekonomi/moneter nasional, regional atau
internasional yang membawa dampak kurang menguntungkan.
3. Timbulnya gejolak politik atau sosial yang berdampak kurang
menguntungkan.
4. Terjadinya bencana alam di lokasi proyek atau daerah sekitarnya.
5. Jumlah dana yang disediakan untuk membangun proyek tidak cukup.
6. Pertimbangan selanjutnya adalah dalam hal memilih lokasi dan tempat
proyek .
Faktor – faktor yang mempengaruhi kedua hal tersebut adalah :
1. Pertimbangan pemilihan lokasi proyek :
a. Faktor kelancaran pemasaran produk.
b. Faktor kelancaran dan efisiensi pengadaan bahan baku.
c. Kondisi infrastruktur publik dan tingkat lingkungan sosial.
d. Rencana pembangunan Pemerintah Pusat dan Daerah.
2. Pertimbangan letak proyek :
a. Biaya pengadaan tanah.
b. Kelancaran pemasaran produk.
9
c. Perbandingan kondisi infrastruktur publik dan suasana sosial
ekonomis masing-masing tempat.
d. Biaya yang harus ditanggung dalam persiapan dan pembangunan
proyek dimasing-masing tempat.
2.3 Analisis/Evaluasi Proyek
Analisis terhadap suatu proyek menyertai sejumlah tahap kegiatan. Dalam
hal ini, berbagai unsur perlu dipersiapkan dan diuji untuk mencapai suatu
keputusan. Oleh karena itu persiapan suatu proyek (project preparation) dapat
dilihat sebagai suatu rangkaian kegiatan yang pada akhirnya harus ditunjang
dengan sejumlah penelahaan (studi) dan dokumen-dokumen untuk
memungkinkan pengambilan keputusan. Demikian pula ruang lingkup serta
ketepatan daripada informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan
dalam berbagai tahap proyek, tergantung daripada sifat-sifatnya, besarnya proyek,
tingkat kompleksitasnya dan resiko.
Beberapa aspek yang dapat dievaluasi terhadap rencana suatu proyek.
Sesuai dengan pendapat Kadariah dkk (1999), evaluasi itu dilakukan terhadap :
1. Aspek teknis.
Aspek ini meliputi evaluasi tentang input dan output dari barang dan jasa
yang akan diperlukan dan diproduksi oleh proyek.
2. Aspek Manajerial dan Administratif.
Aspek ini menyangkut kemampuan staf proyek dalam menjalankan
aktivitas administrasi dalam ukuran besar. Keahlian manajemen hanya
dapat dievaluasi secara subyektif, jika tidak mendapat perhatian khusus
berdampak pada pengambilan keputusan yang kurang realistis dalam
proyek yang direncanakan.
3. Aspek Organisasi.
Perhatian utama ditujukan pada hubungan antara administrasi proyek
dengan bagian administrasi pemerintah lainnya dan untuk melihat apakah
10
hubungan masing-masing wewenang dan tanggung jawab dapat diketahui
dengan jelas.
4. Aspek Komersial.
Aspek komersial menyangkut penawaran input (barang dan jasa) yang
diperlukan proyek, baik waktu membangun proyek maupun pada waktu
proyek sudah berproduksi; dan menganalisis pemasaran output yang akan
diproduksi oleh proyek.
5. Aspek Finansial.
Aspek ini menyangkut perbandingan antara pengeluaran uang dengan
revenue earning proyek; apakah proyek itu akan terjamin dananya. Apakah
proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut dan apakah proyek
itu akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat
berdiri sendiri.
6. Aspek Ekonomis.
Aspek ini diperhatikan dalam rangka menentukan apakah proyek yang
bersangkutan akan memberikan sumbangan atau mempunyai peranan yang
positif dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan dan apakah
peranannya cukup besar untuk men-justify penggunaan sumber-sumber
langka yang dibutuhkan.
2.3.1 Aspek finansial dan ekonomis
Aspek finansial sepintas memiliki satu pengertian dengan aspek ekonomis.
Dalam rangka evaluasi proyek kedua aspek tersebut dibedakan. Aspek finansial
menilai proyek dari sudut pandang badan atau orang yang menanamkan modalnya
dalam suatu proyek atau yang berkepentungan langsung dalam proyek. Aspek
ekonomis memandang proyek dari sudut perekonomian secara keseluruhan.
Dua aspek tersebut dibedakan sebagai berikut :
1. Harga
Apabila kita berpegang pada teori Keynes, bahwa harga terjadi pada
keseimbangan antara permintaan dan penawaran di pasar. Kenyataan
adalah bahwa ; tidak ada pasar yang sempurna dan situasi perekonomiam
11
tidak bisa tetap berada dalam keseimbangan, jadi harga pasar yang
sebenarnya tidak mencerminkan nilai-nilai yang sempurna. Walaupun
adanya kenyataan ini, pada umumnya cara terbaik untuk mencari “nilai
sebenarnya” ( true value ) daripada barang dan jasa adalah harga pasarnya
(market prices). Dalam istilah yang praktis, harga pasar unutk suatu barang
merupakan harga terbaik untuk digunakan menilai biaya ataupun manfaat.
Aspek ekonomis menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomis yang
sesungguhnya dari unsur-unsur biaya maupun hasil. Aspek finansial selalu
memagai harga pasar.
2. Pembayaran
a. Pajak
Aspek ekonomis dalam pembayaran pajak tidak akan dikurangkan
dalam benefit proyek. Pajak merupakan bagian dari hasil bersih
proyek yang diserahkan kepada pemerintah yang akan digunakan
untuk kepentingan masyarakat. Aspek finansial menganggap pajak
sebagai biaya yang akan mengurangi benefit.
b. Subsidi
Didalam analisa finansial subsidi dapat merupakan pengurangan
pajak, pembebasan pajak impor terhadap bahan baku, dapat pula
berbentuk sarana-sarana lainnya yang dapat dimanfaatkan proyek
yang bersangkutan dan akan mengurangi biaya proyek, berarti akan
menambah keuntungan.
c. Bunga
Dalam aspek ekonomis, bunga modal tidak dipisahkan atau
dikurangkan dari hasil bruto. Dalam aspek finansial bunga dibedakan
atas :
1. Bunga yang dibayarkan kepada orang-orang dari luar yang
meminjamkan uangnya kepada proyek ; bunga dianggap sebagai
cost dan pembayaran kembali utang dari luar proyek dikurangi
dari hasil bruto sebelum didapatkan arus benefit.
12
2. Bunga atas modal proyek tidak dianggap sebagai biaya karena
bunga merupakan bagian dari financial return yang diterima oleh
modal proyek.
2.3.2 Benefit Proyek
Benefit proyek terdiri dari :
1. Direct benefits.
a. Kenaikan dalam output fisik disebabkan oleh :
1. Kenaikan dalam produksi fisik.
2. Perbaikan mutu produk.
3. Perubahan dalam lokasi dan waktu penjualan.
4. Perubahan dalam bentuk.
b. Penurunan biaya disebabkan oleh :
1. Keuntungan dari mekanisasi.
2. Penurunan biaya pengangkutan.
3. Penurunan atau penghindaran kerugian.
2. Indirect benefits.
Indirect benefits disebut juga dengan secondary benefits dimaksudkan
sebagai benefit yang timbul atau dirasakan di luar proyek karena adanya
realisasi suatu proyek terdiri dari:
a. Benefit yang induced oleh proyek yang biasa disebut multiplier effect
dari proyek.
b. Benefit yang disebabkan karena adanya economic of scale.
c. Benefit yang ditimbulkan karana adanya dynamic secondary effects
berupa perubahan dalam produktifitas tenaga kerja yang disebabkan
oleh perbaikan kesehatan atau keahlian.
3. Intangible benefits.
Benefit ini sulit dinilai dengan uang seperti :
a. Perbaikan lingkungan hidup.
b. Perbaikan pemandangan karena adanya suatu taman.
13
c. Perbaikan distribusi pendapatan.
d. Intregasi nasional.
e. Pertahanan nasional.
f. Dan lain-lain.
2.3.3 Biaya Proyek
Komponen biaya yang biasanya dibutuhkan oleh suatu proyek meliputi :
1. Sunk Costs
Adalah biaya yang dikeluarkan jauh sebelum rencana investasi tersebut
diputuskan.
2. Depresiasi (penyusutan).
Depresiasi atau penyusutan adalah pengalokasian biaya infestasi suatu
proyek pada setiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek tersebut.
3. Pelunasan utang dan bunganya.
Dimasukkan atau tidaknya pengeluaran anggaran dari bunga dalam biaya
ekonomi tergantung pada apakah ada beban sosial yang dianggap harus
ditanggung oleh masyarakat sehubungan dengan pelunasan pembiayaan
suatu proyek.
4. Engineering and Feasibility Studies.
Biaya – biaya yang dikeluarkan untuk membuat desain akhir dalam
investasi setelah ada keputusan bahwa proyek akan dilaksanakan.
5. Tanah.
Biaya yang terjadi bila tanah yang digunakan untuk proyek tersebut
merupakan tanah yang memberikan hasil seperti tanah sawah/kebun.
6. Biaya konstruksi/pengadaan peralatan.
Biaya konstruksi terdiri dari :
a. Peralatan
b. Material
c. Tenaga kerja
7. Bunga selama masa konstruksi.
Biaya bunga yang harus dibayar selama masa konstruksi akibat adanya
pinjaman jangka pendek.
14
8. Modal kerja.
Modal kerja terikat dalam proyek dan seharusnya dianggap sebagai biaya
ekonomis; dimasukkan sebagai biaya tahun pertama digunakan pada akhir
umur proyek dihitung sebagai bagian dari salvage value.
9. Biaya operasi dan pemeliharaan.
Biaya rutin salama umur ekonomis proyek harus diperhitngkan, yang
meliputi;
a. Gaji dan upah ditambah segala macam tunjangan dan bonus.
b. Bahan bakar, air, listrik dan telekomunikasi.
c. Bahan baku.
d. Pembelian barang dan jasa untuk pemeliharaan dan perbaikan.
e. Biaya lainnya seperti ; biaya perjalan, jasa tenaga ahli.
10. Biaya pembaruan dan penggantian.
Biaya yang dikeluarkan untuk penggantian karena telah lewat umur
ekonomis.
11. Biaya tak terduga.
Kesalahan perhitungan prediksi biaya diawal proyek menyebabkan biaya –
biaya yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi dari perkiraan.
12. Intangible costs.
Biaya ini sulit ditentukan besarnya seperti perencanaan udara, air dan
suara serta rusaknya pemandanga karana adanya jaringan listrik.
2.4 Analisis Kelayakan Ekonomis
Tujuan diadakannya evaluasi ekonomi proyek pembangunan Hotel ini
adalah untuk mengetahui kelayakan ekonomi dipandang dari sudut perekonomian
secara keseluruhan. Proyek ini memberikan manfaat bagi perekonomian secara
keseluruhan maksudnya pembangunan Hotel ini memberikan manfaat yang jauh
lebih besar dibandingkan dengan biaya investasinya dengan menunjukan tingkat
kelayakan dari pembangunan proyek Hotel tersebut. Newman Donald ( 1980 )
memberikan beberapa indikator yang dapat dipakai yaitu NPV, IRR, BCR, dan
BEP. Indikator – indikator terebut diterangkan lebih lanjut berikut ini :
15
2.4.1 Kriteria dasar ekonomi
Kriteria dasar ekonomi yang digunakan untuk menentukan kelayakan
ekonomi dan /atau tingkat keefiienan ekonomi yaitu:
1. Net Present Value ( NPV )
Net Present Value adalah harga bersih suatu proyek; jumlah kenaikan
bersih cost flow yang discounted suatu proyek. Adalah nilai saat ini dari
kenaikan pendapatan nasional yang diperoleh dari investasi. NPV bisa
bernilai negatif atau positif, proyek secara ekonomi dapat dikatakan
menguntungkan/layak untuk dilakukan apabila NPV bernilai positif pada
tingkat bunga yang ditentukan terlebih dahulu yang merefleksikan biaya
kesempatan mendapatkan modal Soeharto.I (2001) memberikan indikasi
angka perolehan penilaian berdasarkan NPV. Indikasi dari angka
perolehan perhitungan NPV adalah :
a. NPV bernilai positif (+) berarti baik dan dapat diterima.
b. NPV bernilai negatif (-) berarti ditolak.
c. NPV sama dengan nol (0) bersifat netral; boleh diterima, bisa juga
ditolak.
Penilaian NPV memilki kelebihan yaitu :
a. Memasukkan faktor nilai waktu dari uang.
b. Mempertimbangkan semua aliran kas proyek.
c. Mengukur besaran absolut bukan relatif sehingga mudah
mengikutinya terhadap usaha meningkatkan kekayaan perusahaan atau
pemegang saham.
2. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return adalah tingkat bunga dimana jika di aplikasikan
pada aliran manfaat dan biaya sebagaimana direfleksikan dalam cash flow
proyek, menghasilkan NPV sama dengan nol yang merupakan tingkat
bunga maksimum yang dapat dibayarkan oleh proyek untuk sumber-
sumber yang digunakan jika ingin mendapatkan kembali semua
pembelanjaannya dan tetap impas (break even) untuk proyek yang secara
16
ekonomi layak, IRR harus sama dengan satu atau lebih besar dari biaya
kesempatan mendapatkan modal atau tingkat bunga.
3. Benefit Cost Ratio (B/C)
Benefit Cost Ratio dalah nilai sekarang dari manfaat komulatif proyek
dibagi denga nilai sekarang dar biaya komulatif proyek. Untuk proyek
yang ekonomi layak, ratio B/C harus paling sedikit 1,0 untuk tingkat suku
bunga yang ditentukan sebelumnya yang merefleksikan biaya kesempatan
mendapatkan modal. NPV sangat bermanfaat karena dapat menunjukan
ukuran relatif suatu proyek. IRR sangat tepat karena (1) Perhitungan dapat
dibuat sebelum diputuskan tingkat bunga sebenarnya di Indonesia; (2)
Cara ini masih dipakai oleh banyak badan untuk analis keuangan dan
ekonomi.
4. Payback Periods
Payback Periods merupakan jangka waktu periode yang diperlukan untuk
membayar kembali ( mengembalikan ) semua biaya-biaya yang telah
dikeluarkan didalam investasi suatu proyek. Makin cepat pengembalian
modal/biaya investasi makin baik pula penilaiannya dan kemungkinan
besar proyek dimaksud akan dipilih bila disediakan beberapa alternatif
proyek. Metode ini belum memperhatikan time value of money.
5. Break Even Point (BEP)
BEP (Break Even Point) dikenal juga dengan titik impas . BEP merupakan
suatu kegiatan usaha dalam keadaan tidak untung dan tidak merugi.
Keadaan impas ini terjadi saat total pendapatan (total revenue = TR) yang
diterima sama dengan total pengeluaran (total cost = TC). Dengan kata
lain, keadaan impas terjadi apabila TR = TC.
2.5 Konsep Perancangan
Sesuai dengan fungsi bangunan sebagai hotel yang disewakan, maka yang
paling mendasar dalam desain adalah aspek efisiensi dan daya tarik. Oleh karena
itu, unit-unit yang disewakan beserta sistem utilitasnya selain efisien dan mudah
dalam perawatannya namun juga memiliki daya tarik terhadap pengunjung
sehingga meningkatkan jumlah penyewa yang datang.
17
Selain itu, proyek Hotel ini ditujukan untuk disewa oleh perorangan,
keluarga maupun group, dan juga menyewakan jasa ruang pertemuan. Oleh
karena itu, nilai estetika, kebersihan dan keindahan untuk “Hotel di jalan
Hangtuah Duri” adalah menjadi dasar utama dalam pembangunan Hotel ini.
2.5.1. Pendekatan perancangan
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fungsional, yaitu
pendekatan desain yang mengacu pada fungsi hotel yang disewakan untuk bidang
perdagangan jasa. Hal ini bertujuan supaya rancangan bangunan dan fasilitas yang
disediakan dapat menjawab tuntutan-tuntutan bangunan untuk Hotel.
Dengan pendekatan fungsional diharapkan dapat memperkuat konsep
efisiensi, dengan cara mengolah rancangan menjadi Hotel yang efektif, dalam arti
luasan bangunan yang dirancang dapat dipakai semaksimal mungkin untuk dijual
atau disewakan. Penyediaan fasilitas-fasilitas yang tepat dan dapat menambah
keuntungan bagi pengelola Hotel.
2.6. Aplikasi Konsep ke Dalam Bangunan
Konsep estetika diaplikasikan ke dalam bangunan, yaitu pada pola
penataan bentuk dan massa, serta pola penataan ruang.
2.6.1. Pola penataan bentuk dan massa
Bentuk dan massa bangunan dirancang dengan mengambil bentuk yang
sederhana, yaitu bentuk persegi. Karena dengan bentuk persegi akan memudahkan
dalam penataan struktur dan pembagian ruang-ruang untuk fasilitas yang
direncanakan. Bentukan bangunan mengambil bentuk dasar persegi, karena
bentuk persegi memiliki luas yang lebih maksimal daripada bentuk lainnya. Hal
ini berkaitan dengan pemaksimalan luas bangunan, selama tidak melebihi KLB
yang diijinkan. Supaya tidak terlihat terlalu masif dan monoton, bentuk bangunan
dimodifikasi menjadi persegi panjang.
18
2.6.2. Pola penataan ruang
Efisiensi desain Hotel yaitu dalam :
Modul unit kamar yang disewakan berdasarkan kemungkinan- kemungkinan
besaran ruang yang dibutuhkan oleh berbagai macam penyewa, yaitu:
a. Deluxe
Ruangan untuk kapasitas 1-3 orang, dengan luas area antara 12-20 m2
b. Luxury
Ruangan untuk kapasitas keluarga dan peroarangan yang membutuhkan
keleluasaan, dengan luas area antara 20-40 m2
c. President Suite
Ruangan untuk perorangan dan keluarga yang menyajikan kenyamanan
penuh serta kesan mewah, dengan luas area di atas 40 m2
2.6.3 Bentuk dan struktur bangunan
Bentuk bangunan yang sederhana dan efisien untuk pembagian ruangnya.
Serta struktur bangunannya yang tidak terlalu rumit, sehingga biaya yang
dikeluarkan menjadi relatif lebih sedikit. Dengan demikian dapat dibuat koridor di
antara modul unit ruang (double zone)
Untuk tujuan efisiensi waktu dalam pemasangannya, material struktur
menggunakan struktur baja untuk kolom dan balok. Dari studi modul ruang di
atas, modul terkecil dengan besar 3 x 4 meter bisa dipakai sesuai kelipatan modul
beton. Supaya lebih efisien, modul kolom dibuat dengan jarak 4 meter, 5 dan 6
meter. Besaran ruang yang dibutuhkan tersebut berdasarkan pada kemungkinan -
kemungkinan penataan kamar menurut estetika.
Penataan kamar untuk perorangan :
a. Membutuhkan 1 tempat tidur
b. Bofet
c. Kamar Mandi
Penataan ruang kerja untuk sekertaris :
a. Meja kerjanya bersifat sebagai penerima (reception)
b. Dengan sejumlah tempat duduk untuk menunggu
Penataan ruang kerja untuk kepala divisi :
19
a. Ruang kerja tersendiri (private office)
b. Dilengkapi dengan beberapa kursi di depan meja kerjanya untuk
rapat informal
Penataan ruang kerja untuk grup kerja individual :
a. Beberapa meja kerja dalam satu ruangan
b. Meja kerja diberi jarak atau sekat, dan berkesan soliter
c. Bila pekerjaannya menyangkut bertemu langsung dengan
klien, maka dilengkapi dengan beberapa kursi di depan meja
d. Dilengkapi dengan lemari penyimpanan data/arsip dan
atau alat cetak kantor (mesin fotokopi, printer, dll).
Penataan ruang kerja untuk grup kerja komunal :
a. Beberapa meja kerja dalam satu ruangan
b. Meja kerja yang diatur berdekatan / tanpa sekat
c. Dilengkapi dengan lemari penyimpanan data/arsip dan atau alat
cetak kantor (mesin fotokopi, printer, dll).
Sirkulasi dalam bangunan :
a. Sirkulasi Hotel.
Sirkulasi pada lantai Hotel berpusat pada inti bangunan yang berisi lift dan
toilet, di mana kedua fasilitas itu dipakai oleh semua orang yang ada di
lantai tersebut.
Sirkulasi pada tiap tower dibuat bercabang sehingga terbentuk double
zone. Dengan tujuan satu koridor bisa mengakses ruangan-ruangan yang
ada di kedua sisinya.
b. Sirkulasi parkir
Untuk parkir di dalam gedung, dibuat bercabang supaya lebih efisien
karena bisa mengakses dua sisi dari satu jalur. Sedangkan untuk parkir di
halaman gedung, ada yang linear dan ada yang bercabang, disesuaikan
dengan penataan lansekapnya. Sirkulasi kendaraan servis dibuat terpisah
dengan sirkulasi kendaraan umum, supaya tidak mengganggu kegiatan
area servis.
20
Efisiensi energi :
Pemakaian listrik untuk penerangan dapat dikurangi dengan memasukkan
pantulan cahaya sinar matahari (daylight) dari bukaan dinding/side light. Dengan
kedalaman ruang sebesar 6 meter, maka daylight cukup untuk menerangi seisi
ruangan. Pendingin ruangan yang efisien untuk Hotel adalah pendinginan udara
secara sentral dengan sistem VRV (Variable Refrigerant Volume) karena besaran
ruang yang dipakai oleh penyewa berbeda-beda dan setiap tower dilengkapi 6
buah outdoor unit.
Bahan bangunan:
Menggunakan material yang memiliki tampilan yang menarik, tetapi
ringan dan murah. Untuk kulit luar bangunan, pemakaian papan panel GRC dapat
memberi penampilan yang menarik bagi eksterior bangunan. Selain itu, papan
panel GRC lebih ringan dibandingkan bila ditutup dengan dinding pengisi serta
dapat mengurangi penetrasi panas sinar matahari dibandingkan dengan material
kaca.
2.7. Program Ruang dan Besaran Ruang
Berdasarkan fungsi bangunan sebagai Hotel untuk bidang jasa, maka harga
sewa menjadi pertimbangan bagi para penyewa. Harga sewa dipengaruhi oleh
pemilihan lokasi, biaya pembangunan dan biaya material yang dipakai. Pemilihan
material sebagai pendalaman desain ditujukan supaya material yang efisien dan
murah serta sesuai dengan fungsi untuk gedung perkantoran. Program ruang
untuk Hotel di jalan Hangtuah Duri ini didapat dari pengelompokan pengguna
Hotel, fasilitas-fasilitas penunjang dan studi dari literatur.
2.7.1. Pengelola
Pengelola adalah instansi yang mengelola fasilitas-fasilitas di Hotel dan
menangani urusan administrasi dengan pihak penyewa. Program ruang untuk
kantor pengelola disusun berdasarkan struktur organisasinya :
Struktur organisasi badan pengelola Hotel macam-macam pengguna Hotel
studi literatur fasilitas-fasilitas tambahan Program Ruang
21
Fasilitas yang dibutuhkan oleh pengelola antara lain :
a. Fasilitas penerima berupa lobby dan resepsionis.
b. Fasilitas untuk kegiatan kerja yang bersifat resmi seperti ruang kerja
direktur, ruang divisi beserta ruang untuk manajer/kepala divisi.
1) Fasilitas untuk utilitas bangunan
2) Fasilitas musala untuk karyawan yang beragama Islam
3) Fasilitas penitipan anak
4) Fasilitas kafe dan restoran untuk makan
2.7.2. Penyewa
Penyewa dibedakan menjadi penyewa unit kantor dan penyewa unit retail.
Penyewa dapat memakai satu atau beberapa unit sekaligus, sesuai dengan
kebutuhan ruangan yang diinginkan. Fasilitas yang dibutuhkan oleh penyewa
antara lain :
a. Fasilitas unit-unit yang disewakan
b. Fasilitas musalah untuk karyawan yang beragama Islam
c. Fasilitas penitipan anak
d. Fasilitas kafe dan restoran untuk makan
2.7.3. Pengunjung
Pihak pengunjung yang merupakan masyarakat umum dan berkepentingan
dengan pihak-pihak yang ada di dalam gedung, baik dengan pengelola atau
dengan penyewa.
Fasilitas yang disediakan oleh pengunjung antara lain :
a. Fasilitas penerima berupa lobby dan resepsionis
b. Pusat ATM
c. Fasilitas-fasilitas umum seperti kafe, restoran, dan mini market bila
dibutuhkan oleh pengunjung.
2.8. Sistem Struktur
Hotel ini menggunakan sistem struktur kolom-balok. Karena sistem ini
sederhana, sehingga memudahkan pada tahap konstruksinya. Sedangkan untuk
22
materialnya menggunakan material baja untuk kolom dan baloknya. Dengan
demikian, diharapkan tahap kostruksi bisa lebih cepat.
2.9. Sistem Utilitas
2.9.1. Sistem air bersih
Sistem air bersih pada Hotel ini menerapkan sistem down feed. Jadi air
dari saluran PDAM kota disalurkan ke tandon bawah yang berada di bawah ruang
ATM. Dari tandon bawah dipompa ke tandon atas yang berada di lantai atap. Dari
lantai atap kemudian disalurkan ke pipa-pipa sanitasi tiap lantai melalui pipa air
bersih yang berada pada shaft.
Pada lantai tipikal, air bersih disalurkan ke unit-unit sanitair pada kamar
kecil di inti bangunan. Kecuali pada lantai paling atas, terdapat musalah yang
membutuhkan suplai air bersih untuk aktivitas wudhu. Sedangkan pada lantai
dasar, air bersih juga dialirkan ke unit-unit sanitair. Tetapi pada lantai dasar
terdapat fasilitas-fasilitas yang membutuhkan air bersih, seperti dapur restoran,
pantry kafe dan daycare.
2.9.2. Sistem air kotor dan kotoran
Sistem pembuangan air kotor dan kotoran pada Hotel menggunakan pipa-
pipa yang berpusat di dalam shaft. Di lantai paling bawah, pipa air kotor dan pipa
kotoran ditampung di bak penampungan sementara, karena letak STP kurang
dekat dengan shaft. Dari bak penampungan tersebut, kotoran dan air kotor
dipompa ke STP untuk diolah.
2.9.3. Sistem jaringan listrik
Sistem jaringan listrik pada Hotel ini terdiri dari meteran PLN,
transformator, MDP (Main Distribution Panel) dan mesin genset. Semuanya
ditempatkan pada ruang tersendiri di ruang dekat jalur masuk menuju semi
basement.
Penyaluran listrik ke lantai-lantai atas melalui shaft-shaft yang ada pada
ruang panel tiap lantai. Pada ruang panel, terdapat panel-panel listrik dan meteran
yang melayani tiap satu cabang.
23
2.10. Pendalaman
Pendalaman yang dipakai adalah pendalaman material. Dengan pemilihan
material yang sesuai dan murah, maka biaya konstruksi Hotel ini bisa ditekan
sehingga ikut memperkuat konsep efisiensi. Pemilihan material antara lain untuk
material yang diaplikasikan pada unit-unit Hotel, dinding lobby dan ruang
resepsionis. Pemilihan material unit Hotel menekankan pada jenis-jenis material
yang mudah dalam pemasangan dan pembongkarannya. Sehingga pengelola dapat
memenuhi keperluan ruang yang diminta penyewa dengan cepat dan praktis.
Material tersebut berupa dinding gipsum yang mudah dibongkar-pasang untuk
dinding pembatas ruang. Pemakaian dinding kaca untuk dinding yang berbatasan
untuk selasar, sehingga kesan yang ada pada selasar tidak terasa panjang dan
monoton. Sedangkan untuk material lobby dan ruang resepsionis menekankan
material yang memiliki kesan elegan dan formal. Yaitu dengan pemakaian
material granit untuk lantai dan dinding.
24