bab ii
DESCRIPTION
batubaraTRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Genesa Batubara
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya
adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,
utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan.Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan
oksigen.Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika
dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.Analisis
unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk
bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Batubara terbentuk dengan cara yang sangat kompleks dan
memerlukan waktu yang lama (ratusan juta tahun) di bawah pengaruh fisika,
kimia ataupun nkeadaan geologi. Untuk memahami bagaimana batubara
terbentuk dari tumbuh-tumbuhan perlu diketahui dimana batubara terbentuk
dan faktor-faktor yang akan mempengaruhinya, serta bentuk lapisan batubara.
Karena berasal dari material organik yaitu selulosa,batubara tergolong
mineral organik. Reaksi pembentukan batubara adalah sebagaiberikut:
5¿¿) —>C20 H 22O4+ 3CH 4 + 8H 2O + 6C H2+ CO
5¿¿) adalah zat pembentuk batubara, dapat berjenis lignit, sub-bituminus,
bituminus, atau antrasit, tergantung dari tingkat pembatubaraan yang dialami.
Konsentrasi unsur C akan semakin tinggi seiring dengan tingkat
pembatubaraan yang semakin berlanjut.Sedangkan gas-gas yang terbentuk
yaitu metan, karbon dioksida serta karbonmonoksida, dan gas-gas lain yang
menyertainya akan masuk dan terperangkap dicelah-celah batuan yang ada di
sekitar lapisan batubara.
4
5
Gambar 1. Contoh Batubara
2.1.1. Tempat Terbentuknya Batubara
Untuk menjelaskan tempat terbentuknya batubara dikenal 2
macam teori, yaitu :
a. Teori Insitu
Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara,
terbentuknya ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan
demikian maka setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses
transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses
Coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai
penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena kadar abunya relatif
kecil. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan di lapangan
batubara Muara Enim (Sumatera Selatan).
b. Teori Drift
Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara
terjadinya ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan
berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati diangkut oleh media
air dan berakumulasi disuatu tempat, tertutup oleh batuan sedimen dan
mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini
mempunyai penyebaran tidak luas, tetapi dijumpai di beberapa tempat, kualitas
kurang baik karena banyak mengandung material pengotor yang terangkut
bersama selama proses pengangkutan dari tempat asal tanaman ke tempat
6
sedimentasi. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan
dilapangan batubara delta Mahakam Purba, Kalimantan Timur.
2.1.2.Komponen-Komponen dalam Batubara
Komponen-komponen yang terdapat dalam batubara, yaitu :
A.Air
Air dalam batubara dibagi menjadi dua bagian yaitu air bebas (free
moisture),air yang terikat secara mekanik dengan batubara dan mempunyai
tekanan uap normaldimana kadarnya dipengaruhi oleh pengeringan dan
pembasahan selamapenambangan, transportasi, penyimpanan, dan lain-lain.
Air lembab (moisture in airdried) yaitu air yang terikat secara fisika dalam
batubara dan mempunyai tekananuap di bawah normal.
B. Karbon, Hidrogen, dan Oksigen
Karbon, hidrogen, dan oksigen merupakan unsur pertama pembentuk
batubara. Dari ketiga unsur ini dapat memberikan gambaran mengenai umur,
jenis, dan sifat-sifat batubara.
C. Nitrogen
Kandungan nitrogen dalam batubara umumnya tidak lebih dari 2%.
Nitrogen dalam batubara terdapat sebagai senyawa organik yang terikat pada
ikatan karbon.
D. Sulfur
Sulfur dalam batubara terdiri dari sulfur besi dan sering disebut
pirit sulfur,sulfur sulfat dalam bentuk kalsium sulfat dan besi sulfat, serta
sulfur organik.
E. Abu
7
Abu yang terbentuk pada pembakaran batubara berasal dari mineral-
mineralyang terikat kuat pada batubara seperti silika, titan, dan oksida alkali.
Mineral mineral ini tidak menyublim pada pembakaran di bawah 925ºC. Abu
yang terbentukini diharapkan akan keluar sebagai sisa pembakaran batubara
tersebut.
F. Kalor
Pada umumnya logam-logam alkali seperti natrium, kalium, dan litium
terikat sebagai garam klorida, sedangkan kadarnya antara 0,3-0,4%.
2.1.3. Jenis Batubara
Batubara merupakan suatu campuran padatan yang heterogen dan
terdapat dialam dalam tingkat (grade) yang berbeda mulai dari lignite, sub-
bituminous, bituminous, dan anthrasite.
a. Sifat batubara jenis antrasit
Berwarna hitam sangat mengkilat, kompak, nilai kalor sangat tinggi,
kandungankarbon sangat tinggi, dan kandungan sulfur sangat tinggi.
b. Sifat batubara jenis semi antrasit
Berwarna hitam mengkilat, kompak, nilai kalor tinggi, kandungan karbon
tinggi, dan kandungan sulfur tinggi.
c. Sifat batubara jenis bituminus
Berwarna hitam mengkilat, kurang kompak, nilai kalor tinggi, kandungan
karbon relatif tinggi, kandungan air sedikit, kandungan abu sedikit, dan
kandungan sulfur sedikit.
d. Sifat batubara jenis lignit
8
Berwarna hitam, sangat rapuh, nilai kalor rendah, kandungan karbon
sedikit,kandungan air tinggi, kandungan abu tinggi, dan kandungan sulfur
juga tinggi
Tabel 1. Jenis Batubara
2.2
Briket Batubara
2.2.1 Pengertian Briket Batubara
Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran
tertentu, yang tersusun dari butiran batubara halus yang telah mengalami
proses pemampatan dengan daya tekan tertentu dengan sedikit campuran
seperti tanah liat dan tapioka, agar bahan bakar tersebut lebih mudah ditangani
dan menghasilkan nilai tambah dalam pemanfaatannya.
Briket Batubara mampu menggantikan sebagian dari kegunaan minyak
tanah sepeti untuk pengolahan makanan, pengeringan, pembakaran dan
pemanasan. Bahan baku utama Briket Batubara adalah batubara yang
sumbernya berlimpah di Indonesia dan mempunyai cadangan untuk selama
lebih kurang 150 tahun. Produsen terbesar Briket Batubara di Indonesia saat
ini adalah PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero).
Sifat briket yang baik adalah sebagai berikut.
1. Tidak berasap dan tidak berbau pada saat pembakaran.
2. Mempunyai kekuatan tertentu sehingga tidak mudah pecah waktu
diangkat dan dipindah-pindah.
Penggunaan Nyala (menit) Nilai kalori (kal/gr)
1 Antrasit 5-10 7.222-7.778
2 Semi antrasit 9-10 5.100-7.237
3 Bituminous 10-15 4.444-6.111
4 Sub-bituminus 10-20 4.444-8.333
5 Lignit 15-20 3.056-4.611
9
3. Mempunyai suhu pembakaran yang tetap (± 3500C) dalam jangka
waktu yang cukup panjang (8-10 jam).
4. Setelah pembakaran masih mempunyai kekuatan tertentu sehingga
mudah untuk dikeluarkan dari dalam tungku masak.
5. Gas hasil pembakaran tidak mengandung gas karbon monoksida yang tinggi
2.2.2 Jenis – Jenis Briket Batubara
Beberapa jenis briket batubara yang umum digunakan adalah sebagai
berikut.
1. Jenis Berkarbonisasi (super)
Jenis ini mengalami terlebih dahulu proses dikarbonisasi sebelum menjadi
Briket. Dengan proses karbonisasi zat-zat terbang yang terkandung dalam
Briket Batubara tersebut diturunkan serendah mungkin sehingga produk
akhirnya tidak berbau dan berasap, namun biaya produksi menjadi
meningkat karena pada Batubara tersebut terjadi rendemen sebesar 50%.
Briket ini cocok untuk digunakan untuk keperluan rumah tangga serta
lebih aman dalam penggunaannya.
2. Jenis Non Karbonisasi (biasa)
Jenis yang ini tidak mengalami dikarbonisasi sebelum diproses
menjadi Briket dan harganya pun lebih murah. Karena zat terbangnya
masih terkandung dalam Briket Batubara maka pada penggunaannya lebih
baik menggunakan tungku (bukan kompor) sehingga akan menghasilkan
pembakaran yang sempurna dimana seluruh zat terbang yang muncul dari
Briket akan habis terbakar oleh lidah api dipermukaan tungku. Campuran
jenis ini berupa batubara mentah dan zat perekat (biasanya lempung).
Sangat sederhana dan biasanya berkualitas rendah. Briket ini umumnya
digunakan untuk industri kecil.
3. Jenis briket bio-batu bara
Atau dikenal dengan bio-briket, selain kapur dan zat perekat, ke dalam
campuran ditambahkan bio-masa sebagai substansi untuk mengurangi
10
emisi dan mempercepat pembakaran. Bio-masa yang biasanya digunakan
berasal dari ampas industri agro (seperti bagas tebu, ampas kelapa sawit,
sekam padi, dan lain-lain) atau serbuk gergaji.
2.2.3 Bentuk Briket Batubara
Bentuk dan ukuran briket batubara hasil cetakan (kemasan) dibuat sesuai
untuk keperluan sektor pengguna. Saat ini telah dikembangkan dua bentuk
briket batu bara, yaitu tipe bantal (telor) yang padat dan kompak dan tipe
yontan (berongga). Kedua bentuk dibuat untuk memudahkan pemakaian dan
memperoleh efisiensi pembakaran.
Gambar 2. Bentuk Batubara
Dikenal 2 bentuk briket yaitu :
1. Type yontan (silinder) untuk keperluan rumah tangga
Type ini lebih dikenal dan popular, disebut dengan yontan, suatu
nama local berbentuk silinder dengan garis tengah 150 mm, tinggi 142
mm, berat 3,5 kg dan mempunyai lubang-lubang sebanyak 22 lubang.
Tipe yontan juga dirancang untuk industri dan memerlukan “kompor”
atau tungku yang khusus.
2. Type egg (telor/bantal) untuk keperluan industri dan rumah
tangga
Tipe bantal berukuran kecil cocok digunakan untuk rumah tangga
(memasak), dan yang berukuran lebih besar baik untuk industri. Type
ini juga dipergunakan untuk bahan bakar industri kecil seperti untuk
pembakaran kapur, bata, genteng, gerabah, pandai besi dan
11
sebagainya, tetapi juga untuk keperluan rumah tangga. Jenis ini
mempunyai lebar 32-39 mm panjang 46-58 mm dan tebal 20-24 mm.
2.3 Pembuatan Briket Batubara
Tujuan utama pembriketan batu bara adalah untuk membuat bahan bakar
padat serbaguna dari batu bara dengan kemasan dan komposisi yang lebih baik
agar mudah dan nyaman digunakan jika dibandingkan dengan menggunakan batu
bara secara langsung. Untuk memperoleh briket batu bara yang baik diperlukan
batu bara yang “baik”, terutama yang memiliki kandungan sulfur dan abu rendah.
Bahan imbuhan juga harus dipilih dari kualitas yang baik agar dapat berfungsi
optimal sebagai perekat, mempercepat nyala, serta menyerap emisi dan zat-zat
berbahaya lainnya. Batubara dan bahan imbuhan (pencampur) ini dihaluskan
secara sendiri-sendiri sampai ukuran tertentu, dicampurkan dengan memakai
pencampur (mixer) mekanis, untuk kemudian “dicetak” (dibriket) ke dalam
bentuk kemasan.
2.3.1 Bahan Baku Pembuatan Briket Batubara dan Fungsinya
A. Batubara, sebagai bahan utama pembuatan briket batubara.
Tabel 2. Spesifikasi Batubara Sebagai Bahan Baku Briket Batubara
Semakin tinggi nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin tinggi
Semakin tinggi nilai kalorinya, pembakaran akan semakin lama karena
unsur zat yang mudah terbakar (volatile matter) yang dikandungnya akan
semakin sedikit
Semakin banyak komposisi batubaranya, pembakaran yang dihasilkan
akan semakin panas dan semakin lama
12
Semakin tinggi nilai kalorinya semakin sulit menyala, karena kadar
volatile matternya akan semakin sedikit
Semakin rendah nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin
berkurang dan lama pembakaran akan semakin cepat. Batubara dengan
nilai kalori rendah juga mengandung banyak air sehingga menyulitkan
dalam penyalaan, berasap dan panas yang berkurang. Solusinya dengan
cara pengeringan (mengurangi kadar air) dan dengan cara karbonisasi
(menaikkan kadar kalori batubara).
B. Biomassa (serbuk kayu keras), sebagai bahan untuk mempercepat dan
memudahkan proses pembakaran
Semakin banyak komposisi biomassa maka briket akan semakin mudah
terbakar dan pencapaian suhu maksimalnya akan semakin cepat
Kelemahannya semakin banyak komposisi biomassanya, lama pembakaran
menjadi semakin berkurang
Biomassa dapat diubah / diolah menjadi bio arang, yang merupakan bahan
bakar dengan tingkat nilai kalor yang cukup tinggi dan dapat digunakan
dalam kehidupan sehari-hari
Semakin besar komposisi biomassa, maka kandungan emisi polutan CO
dan polusi HC akan semakin berkurang
C. Tanah liat, sebagai bahan pengeras sekaligus perekat
Jenis tanah liat yang dipilih, harus mengandung unsur Kaulinik yaitu unsur
yang mempengaruhi kerekatan, kekerasan dan kekeringan
Semakin banyak komposisinya, briket yang dihasilkan akan semakin keras
Semakin banyak komposisinya, gas CO yang dihasilkan akan semakin
sedikit
Dari hasil uji coba untuk ketahanan dan lama pembakaran, komposisi yang
terbaik untuk tanah liat adalah 10%.
D. Tepung tapioka, sebagai bahan perekat utama
13
Pemilihan tepung tapioka yang baik juga diperlukan untuk mendapatkan
daya rekat yang kuat dan tidak mudah hancur
Pembuatan "adonan perekat" dari tepung tapioka dengan air juga harus
diperhatikan sehingga benar-benar matang dan kental. Setelah adonan jadi
sebaiknya didinginkan terlebih dahulu sehingga adonan tersebut benar-
benar kental dan rekat
E. Kapur (lime), sebagai bahan imbuhan yang digunakan untuk mengikat racun
dan mengurangi bau belerang
Dari hasil uji coba, komposisi yang terbaik untuk kapur adalah 1%
Komposisi kapur juga perlu diperhatikan, karena apabila terlalu banyak
akan membuat panas pembakaran briket menjadi berkurang
2.3.2 Proses Pembuatan Briket Batubara Non Karbonisasi (Tipe Biasa)
Gambar 3. Bagan Pembuatan Briket Batubara Non Karbonasi
14
2.3.3 Proses Pembuatan Briket Batubara Karbonisasi (Tipe Super)
Gambar 4. Bagan Pembuatan Briket Batubara Karbonasi
2.3.4 Proses Pembuatan Briket Bio-Batubara
Pada awal proses produksi, digunakan bahan baku batu bara (76%),
bagas (19%) dan kapur (5%). Dalam perkembangannya untuk meningkatkan
sifat fisik produk, ditambahkan molases sebagai bahan pengikat (8%) dan
pengurangan bagas menjadi 10%, sehingga komposisi briket bio batu bara
menjadi : batu bara (85%), bagas (10%) dan kapur (5%). Molases
ditambahkan 8% dari total campuran tersebut. Pembuatan briket tersebut
dilakukan pada mesin briket 2 roller dengan kuat tekan 2 – 3 ton/cm2. Briket
yang pecah dialirkan kembali secara otomatis untuk dipres kembali.
15
Gambar 5. Bagan alir pembuatan briket bio batu bara
Produk briket yang dihasilkan direncanakan untuk dapat dipakai di
rumah tangga maupun industri kecil dan menengah, menggantikan kebutuhan
energi panas dari BBM dan kayu bakar. Energi panas yang dihasilkan pada
pembakaran briket dapat dipakai di antaranya untuk memasak, pengeringan
hasil pertanian/peternakan (teh, bawang, tembakau, padi, ikan,dan lain-lain)
pembakaran bata/ genteng/ keramik/ gerabah, dan industri lain yang
membutuhkan panas. Briket ini dimungkinkan juga untuk digunakan dalam
pemenuhan energi panas di boiler uap, industri makanan, dan sebagainya
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan briket batubara ini yaitu :
- Mesin Briket Batubara kapasitas 10 ton/hari
Produksi Briket
Gambar 6. Mesin Briket Batubara 10 Ton/HariMesin Briket Batubara kapasitas produksi 200 kg/hari
16
Mesin Penggerus Mesin Pencampur
Mesin Pencetak
Gambar 7. Mesin Briket Batubara 10 Ton/Hari
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Briket Batubara
2.4.1 Keunggulan Briket Batubara
Keunggulan Briket Batubara antara lain :
Lebih murah
Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untk pembakaran
yang lama
Tidak beresiko meledak/terbakar
Tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga
Sumber Batubara berlimpah
17
Tidak berasap dan berbau sehingga rasa dan aroma makanan tidak
berubah
Nyala bara lebih bersih sehingga perabotan dan dapur tetap bersih
Abu sisa pembakaran dapat dimanfaatkan untuk abu gosok dan
campuran bahan bangunan, pupuk tanaman.
Tidak beracun (tidak berbahaya bagi manusia & binatang peliharaan)
2.4.2 Kekurangan Briket Batubara
Kekurangan Briket batubara antara lain :
Briket memiliki keterbatasan yaitu waktu penyalaan awal memakan
waktu 5 – 10 menit dan diperlukan sedikit penyiraman minyak tanah
sebagai penyalaan awal,
Briket Batubara hanya efisien jika digunakan untuk jangka waktu di
atas 2 jam.
2.5 Cara Penggunaan Briket Batubara dan Aplikasinya dalam Industri dan
Rumah Tangga
Untuk pembakaran awal dapat dilakukan dengan bahan penyulut yang sudah
terbakar seperti tatalan kayu atau merendam beberapa buah briket di dalam
minyak tanah.
1. Briket Tipe Telur
Pemakaian briket tipe telur hampir sama dengan arang kayu, tetapi setelah
menyala, suhunya lebih tinggi dan pembakarannya lebih lama, sehingga lebih
hemat. Susun satu lapisan briket di atas saringan, pada lapisan tersebut bakar
bahan penyulut secukupnya.
Setelah membara, tambahkan lagi briket, disesuaikan dengan lamanya
waktu memasak yang dibutuhkan, lakukan pengisapan secara terus-menerus
sampai bara briket yang dihasilkan dirasa suhunya cukup untuk.
dipergunakan. Anglo harus diletakkan di temapat yang agak tinggi dan
pintu/jendela udara yang terletak di bawah anglo harus terbuka lebar, agar
sirkulasi udara berjalan lancar.
18
2. Briket Tipe Sarang Lebah
Ambil briket sarang tawon dengan penjepit atau jari kelingking yang
dimasukkan pada salah satu lubang briket, letakan pada ruangan pembakaran
dengan posisi penyulut menghadap ke atas. Nyalakan dengan korek api bagian
penyulut tersebut.
Secara spontan nyala akan merambah ke seluruh bagian penyulut dan
selanjutnya secara perlahan. Nyala akan merambat ke bagian inti briketnya
dari atas ke bawah. Anglo dapat digunakan untuk memasak setelah bahan
penyulut terbakar sempurna dan sebagian besar inti briketnya terbakar. Untuk
briket tipe telur anglo perlu dikipasi, setelah kurang lebih 10 menit, anglo
dapat digunakan untuk memasak.
Untuk mengatur panas/nyala, gunakan jendela/pintu udara : dibuka lebar untuk
pemanasan yang maksimum dan disempitkan untuk pemanasan minimum.
Untuk penghematan, gunakan briket sesuai kebutuhan. Pemadaman nyala dapat
dilakukan dengan menutup rapat/jendela dan bagian atas anglo (dengan
penutupan) atau mengambil satu persatu briket (khususnya yang tipe telur) yang
menyala dengan penjepit kemudian dibenamkan ke dalam pasir atau abu briket
batubara.
2.5.1 Pengembangan Produksi Briket Batubara Dan Kompor/Tungku
Sampai saat ini pihak BPP Teknologi melalui Balai Besar Teknologi
Energi (B2TE) telah lama mengembangkan dan mendesain mesin untuk
memproduksi Briket Batubara skala kecil/menengah dengan kapsitas produksi
sebesar 2 s/d 8 ton/hari. Dengan demikian industri briket sakala
kecil/menengah ini diharapkan bisa tersebar di sentra-sentra pengguna Briket
Batubara sehingga mudah dalam penyediaan briket secara kontinyu.
Disamping itu pula BPP Teknologi telah mengembangkan jenis-jenis
Kompor/Tungku Briket untuk keperluan rumah tangga, rumah makan serta
industri kecil/menengah.
19
2.5.2 Kompor/Tungku Briket Batubara
Penggunaan Briket Batubara harus dibarengi serta disiapkan Kompor
atau Tungku, jenis dan ukuran Kompor harus disesuaikan dengan kebutuhan.
Pada prinsipnya Kompor/Tungku terdidri atas 2 jenis :
1. Tungku/Kompor portabel, jenis ini pada umumnya memuat briket
antara 1 s/d 8 kg serta dapat dipindah-pindahkan. Jenis ini digunakan
untuk keperluan rumah tangga atau rumah makan.
2. Tungku/Kompor Permanen, memuat lebih dari 8 kg briket dibuat
secara permanen. Jenis ini dipergunakan untuk industri
kecil/menengah.
Persyaratan Kompor/tungku harus memiliki :
Ada ruang bakar untuk briket
Adanya aliran udara (oksigen) dari lubang bawah menuju lubang
atas dengan melewati ruang bakar briket yang terdiri dari aliran
udara primer dan sekunder
Ada ruang untuk menampung abu briket yang terletak di bawah
ruang bakar briket
2.5.2.1 Kompor/Tungku Briket
Kompor
Rumah
Tangga(Portab
el)
Kompor
Industri Kecil/
Menengah
(Portabel)
Kompor Industri
Kecil/Menengah
(Permanen)
Gambar 8. jenis – jenis kompor/ tungku Briket
2.5.2.2 Kompor untuk jenis industri kecil/menengah seperti :
20
1. Industri Tahu-Tempe
2. Industri Pencelupan Batik
3. Industri Batubata/Genteng/Kramik
4. Industri Pemindangan Ikan
5. Industri Pengeringan Tembakau
6. Industri Jamu
7. Pengeringan Kayu/Meubel
8. Peternakan Ayam
9. Restoran
10. Warung Tegal
11. Kafe Malam/Tenda
12. Dapur Umum di Pondok Pesantren, dan lain – lain.
2.5.3 Harga Briket Batubara
Briket Batubara Non Karbonisasi (Tipe Biasa) : Rp. 1.600/kg
Briket Batubara Karbonisasi (Super) Rp. 2500/kg
Tabel 3. Perbandingan Pemakaian Minyak Tanah dengan Briket
No Penggunaan Minyak Tanah Briket Penghematan
1 Rumah Tangga 3
Ltr/hari
Rp 9000/hari Rp.5400/hari Rp 3600
2 WarungMakan 10
Ltr/hari
Rp.30.000 Rp.18.000 Rp.3600
3 Industri Kecil 25
Ltr/hari
Rp.75.000 Rp.45.000 Rp.3.600
4 Industry Menengah Rp.2.000.000 Rp.1.502.450 Rp.3.600