bab ii

26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) Ikan kakap merupakan jenis ikan dasar. Ikan ini selalu berkelompok, biasanya habitatnya di sekitar karang, rumpon / tandes. Ikan ini umumnya memangsa ikan-ikan kecil, udang. Bila kita memancing, biasanya umpan-umpan itu yang biasa digunakan. Walau kadang juga dengan umpan jig, suka terpancing. Bentuk tubuhnya bulat pipih memanjang dengan mempunyai sirip di bagian punggung. Di bawah perut juga terdapat sirip. Di bagian dekat anal juga terdapat sirip analnya. Sebagai penguasa karang, ikan kakap dilengkapi dengan gigi untuk mengkoyak mangsanya. Ketika ada makanan apa saja yang hanyut langsung disergapnya. Ikan-ikan yang paling besar di kawasannya selalu berada paling depan untuk memburu makanan. Ikan kakap ini banyak sekali jenisnya, 9

Upload: muhammadamirfaisol

Post on 07-Feb-2016

237 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Tinjauan pustaka proposal TA

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.)

Ikan kakap merupakan jenis ikan dasar. Ikan ini selalu berkelompok,

biasanya habitatnya di sekitar karang, rumpon / tandes. Ikan ini umumnya

memangsa ikan-ikan kecil, udang. Bila kita memancing, biasanya umpan-

umpan itu yang biasa digunakan. Walau kadang juga dengan umpan jig, suka

terpancing. Bentuk tubuhnya bulat pipih memanjang dengan mempunyai sirip

di bagian punggung. Di bawah perut juga terdapat sirip. Di bagian dekat anal

juga terdapat sirip analnya.  Sebagai penguasa karang, ikan kakap dilengkapi

dengan gigi untuk mengkoyak mangsanya. Ketika ada makanan apa saja yang

hanyut langsung disergapnya. Ikan-ikan yang paling besar di kawasannya

selalu berada paling depan untuk memburu makanan. Ikan kakap ini banyak

sekali jenisnya, salah satunya adalah ikan kakap merah, Anonim (2014).

Gambar 1. Bentuk Fisik Ikan Kakap MerahSumber : http://www.indonetwork.co.id (2014)

Nama lain ikan kakap merah ini  adalah Red Snapper, North American,

Genuine Red, Pargo Colorado. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamai

9

Page 2: BAB II

10

Kellet, Darongan, Bambangan. Di Jawa Barat dan Jakarta dinamai Kakap

Merah, Bambangan. Lain di  Madura menamai ikan ini Posepa. Di Bangka

dinamai  Bran,  Bambang. Di Sulawesi Selatan : Bacan, Delise. Sulawesi

Tenggara : Langgaria, Gacak. Sulawesi Utara : Lolise. Ambon dinamai Delis,

Sengaru, Rae. Di Seram, Maluku dinamai Popika.  Jenis : Lutjanus

Campechanus. Ukurannya rata-rata 4-10 kg, dapat mencapai 20 kg lebih.

Rekor dunia yang perah tercatat 50 pounds. Karakter dari ikan kakap jenis ini

merupakan petarung yang gigih dengan menggunakan kekuatannya, taktik

dengan menggoyangkan kepalanya daripada berenang terus menerus. Ikan

jenis ini hampir tersebar di lautan di dunia.  Konsentrasi kakap merah terpadat

umumnya terdapat di lepas pantai hingga kedalaman 60 meter.

Ikan kakap merah umumnya menghuni daerah perairan karang ke daerah

pasang surut di muara, bahkan beberapa spesies cenderung menembus sampai

keperairan tawar. Jenis kakap merah berukuran besar umumnya membentuk

gerombolan yang tidak begitu besar dan beruaya ke dasar perairan menempati

bagian yang lebih dalam daripada jenis yang berukuran kecil. Selain itu

biasanya kakap merah tertangkap pada kedalaman dasar antara 40–50 meter

dengan substrat sedikit karang dan salinitas 30–33 ppt serta suhu antara 5-

32ºC.

Bahwa secara morfologi, bentuk badan ikan kakap merah memanjang

sampai agak pipih. Mulutnya terletak pada bagian ujung kepala (terminal),

biasanya terdapat gigi taring (canine) pada rahangnya. Bagian pinggir

operculum biasanya bergerigi dan sisiknya ctenoid. Bagian depan dari kepala

Page 3: BAB II

11

tak bersisik atau pada bagian depan dari tutup insang terdapat beberapa baris

sisik. Sering terdapat bintik atau noda kehitaman (blotches). Sirip punggung

tunggal dengan jari-jari 9-12 jari-jari sirip keras dan 9-17 jari-jari sirip lemah

yang bercabang. Sirip dubur dengan 3 sirip keras dan 7-14 sirip lemah

bercabang. Sirip ekor mulai dari yang berbentuk truncate sampai berbentuk

cagak yang dalam (deeply forked). Secara lengkap taksonomi ikan kakap

merah adalah sebagai berikut :

Philum                                  : Chordata

Sub phylum                          : Vertebrata

Klas                                      : Pisces

Sub klas                               : Teleostomi

Ordo                                     : Pereomorphi

Keluarga                               : Lutjanidae

Genus                                  : Lutjanus

Spesies                                : Lutjanus sanguineus

Kakap merah adalah salah satu jenis ikan demersal ekonomis penting

yang cukup banyak tertangkap di perairan Indonesia. Jenis ikan tersebut

biasanya tertangkap di perairan paparan (continental shelf). Beberapa Jenis

diantaranya berada pada habitat perairan yang sedikit berkarang.

Adapun ciri–ciri Ikan kakap merah sebagai berikut :

1. Badan memanjang melebar, gepeng kepala cembung, bagian bawah penutup

insang bergerigi.

Page 4: BAB II

12

2. Gigi-gigi pada rahang tersusun dalam ban-ban, ada gigi taring pada bagian

terluar rahang atas, sirip punggung berjari-jari keras 11 dan lemah 14, sirip

dubur berjari-jari keras 3 lemah 8-9, termasuk ikan buas, makannya ikan kecil

dan invertebrata dasar laut.

3. Hidup menyendiri di daerah pantai sampai kedalaman 60 m. Dapat mencapai

panjang 45-50 Cm.

4. Warna bagian atas kemerahan/merah kekuningan, di bagian bawah merah

keputihan. Garis-garis kuning kecil diselingi warna merah pada bagian

punggung di atas garis rusuk.

B. Hitologi Kulit Mentah Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.)

Menurut Suardana (2008), kulit adalah bagian tubuh yang terdapat pada

permukaan tubuh yang berguna untuk melindungi diri dari pengaruh luar.

Kemampuan melindungi diri pada kulit berbeda antara hewan satu dengan

lainnya.

Menurut Sharphouse (1971), kulit mentah dikelompokkan dalam dua

golongan, yaitu golongan kulit mentah dari hewan besar disebut hide seperti

kulit sapi, kulit kuda, kulit kerbau, kulit banteng, kulit harimau, dan kulit unta.

Golongan kulit mentah dari hewan kecil disebut skin seperti kulit kambing,

kulit domba, kulit reptil atau dari kulit ikan.

Menurut Purnomo (1985), kulit ikan umumnya terbagi atas beberapa

bagian yang sesuai dengan letak atau bagian-bagian kulit dengan ketebalan

yang berbeda. Sedangkan kulit menurut Gustavson (1956), tersusun atas

Page 5: BAB II

13

beberapa komponen kimia yaitu protein, lemak, air dan mineral. Komposisi

kulit pada umumnya terdiri atas 64% air, 33% protein, 2% lemak, dan 1%

mineral. Kadar protein yang tinggi pada kulit mentah menyebabkan kulit

mudah busuk dan rusak karena aktivitas mikroorganisme. Sifat kimia yang

labil ini menyebabkan kulit tidak dapat dimanfaatkan menjadi produk siap

pakai sehingga perlu diolah dengan perlakuan tertentu baik kimiawi maupun

fisis agar menjadi kulit yang bersifat stabil.

Menurut Sudarjo (1984), kulit mentah dengan kandungan air yang tinggi

akan cepat membusuk oleh aktivitas bakteri dan jika dikeringkan akan keras

serta kaku seperti tanduk dan tetap dapat membusuk jika dibasahi kembali.

Kulit ikan, seperti halnya kulit vertebrata yang lain, terdiri dari 3 lapisan,

yaitu epidermis, corium (derma) dan hypodermis (subcutis), yang dikenal

sebagai daging atau tenunan lemak, Judoamidjojo (1981).

Menurut Irianto (2005), epidermis tersusun atas tiga lapisan, lapisan luar

adalah lapisan epitel pipih. Pada lapisan ini terdapat sel-sel lendir yang

menyalurkan lendir ke kutikula. Lendir memiliki kemampuan protektif bagi

hewan antara lain karena lendir melapisi permukaan tubuh sehingga

mempemudah gerakan saat berenang, membentuk lapisan pelindung dari

infeksi agensia patogenik, mengandung senyawa antimikroba dan berperan

dalam proses osmoregulasi.

Lapisan tengah epidermis tersusun oleh sel-sel gada, bentuknya bulat atau

oval dan memiliki inti di tengah. Lapisan dalam epidermis adalah stratum

Page 6: BAB II

14

germinativum, yang tersusun oleh lapisan tunggal sel kubus atau silinder. Sel

ini mempunyai kemampuan diferensiasi yang tinggi, Yasutake dan Wales

(1983).

Pada epidermis terdapat alarm sel, yaitu kelompok sel-sel eosinofil dan

biasanya terdapat pada lapisan bawah dan tengah pada sejumlah spesies

cyprinid. Sel-sel tersebut merupakan kelompok sel yang berperan dalam

sekresi senyawa penanda bahaya (alarm substance). Sejumlah spesies lainnya

memiliki sel-sel yang mirip yaitu sel-sel berukuran besar, jernih, tidak

berlendir, tetapi tidak menghasilkan senyawa penanda bahaya, sel-sel

bergranula, leukosit dan makrofag, Irianto (2005).

Lapisan dermis terletak dibawah epidermis. Lapisan ini berdiferensiasi

menjadi stratum compactum dan stratum spongiosum (Schwinger et al. 2001).

Stratum compactum terletak di bawah stratum spongiosum. Stratum

spongiosum merupakan jaringan serat retikulin dan kolagen yang longgar,

mengandung sel-sel pigmen, fibroblas, sel-sel penumpu sisik, dan sisik

(Chinabut et al. 1991, Yasutake dan Wales 1983). Stra yang tersusun rapat di

beberapa lapisan dan mengandung sedikit fibroblas (Putra 1992, Yasutake dan

Wales 1983).

Hipodermis atau lapisan subkutan merupakan bagian kulit yang paling

dalam dan paling tipis yang terletak antara stratum compactum dan serabut

otot. Ciri yang paling mencolok dari lapisan ini adalah terdapatnya sel-sel

Page 7: BAB II

15

adiposa (lemak), lapisan pigmen, pembuluh darah dan syaraf, Chinabut et al

(1991). tum compactum dicirikan oleh serabut kolagen.

Gambar 2. Penampang Melintang Kulit IkanSumber : Junaidianto (2009)

Gambar 3. Penampang Jaringan Kulit dengan Lapisan-Lapisan pembentukSumber : Junaidianto (2009)

Menurut Judoamidjojo (1981), lapisan korium atau cutis sebagian besar

tersusun dari serat-serat tenunan pengikat. Terdapat tiga tipe tenunan pengikat:

tenunan kolagen, elastin dan retikulin. Lapisan hipodermis atau subkutis

adalah tenunan pengikat longgar yang menghubungkan korium dengan

bagian-bagian lain dari tubuh. Hipodermis sebagian besar terdiri dari serat-

serat kolagen dan elastin.

Page 8: BAB II

16

Menurut O’Flaherty et al (1978), kulit ikan mempunyai perbedaan dari

kulit hewan lainnya karena kulit ikan memiliki sisik,tidak mempunyai kelenjar

minyak dan serabut kulitnya tersusun secara mendatar serta bersilangan secara

horizontal. Secara umum semua jenis ikan dari perairan darat maupun laut

dapat disamak,walupun dalam prakteknya hanya beberapa spesies ikan yang

dapat menghsilkan kulit yang lemas,bercahaya,mempunyai rajah yang baik

dan dapat diproduksi menjadi barang-barang kulit.

Menurut Rahmat et al. (2008), kulit ikan terdiri dari daerah punggung,

perut dan ekor sesuai dengan bentuk badannya. Kulit ikan tersusun dari

komponen kimia protein,lemak, air, dan mineral. Kulit ikan mengalami

kemunduran mutu seperti bagian ikan yang lain ketika mati. Kadar protein

yang tinggi pada kulit menyebabkan kulit mudah rusak pada suasana asam,

basa, serta aktivitas mikroba sehingga kulit mudah busuk. Enzim-enzim yang

banyak berperan dalam kemunduran mutu kulit, seperti halnya pada ikan,

adalah enzim-enzim proteolitik, yaitu enzim katepsin dan kolagenase.

C. Penyamakan Kulit Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.)

Menurut Nurul (2008), penyamakan adalah suatu teknik untuk mengubah

kulit mentah menjadi kulit tersamak melalui suatu tahapan proses

menggunakan bahan-bahan penyamak sehingga kulit yang semula labil

terhadap pengaruh kimiawi, fisis dan biologis menjadi stabil pada tingkat

tertentu.

Page 9: BAB II

17

Penyamakan krom (chrome) merupakan penyamakan yang di mulai

dengan pH rendah atau keadaan asam yaitu antara pH 2 sampai pH 3. Oleh

sebab itu kulit perlu pengasaman agar mendapatkan kondisi yang diinginkan.

Lama proses penyamakan krom biasanya memerlukan waktu antara 4 sampai

8 jam. Hal ini bukan merupakan patokan atau standart,tetapi juga tergantung

dari tebal tipisnya kulit. Selesai proses penyamakan,kemasakan kulit diuji

gengan air  mendidih selama 2 menit. Jika terjadi pengkerutan tidak lebih dari

10%,berarti kondisi kulit sudah masak. Faktor yang penting dalam

mempengaruhi sifat fisis kulit tersamak di antaranya adalah struktur kulit

mentahnya. Kekuatan tarik merupakan salah satu faktor yang perlu di

perhatikan dalam melakukan penilaian terhadap kulit jadinya. Kekuatan tarik

yang rendah menunjukkan kualitas serat kulit yang rendah, Dayyan (2011).

Menurut Astrida (2008), penyamakan krom menghasilkan kulit yang lebih

lembut/lemas, dan lebih tahan terhadap panas yang tinggi, kekuatan tariknya

lebih tinggi dan hasilnya akan lebih baik bila dilakukan pengecatan. Karena

sifat-sifat tersebut kulit samak krom dikombinasikan dengan bahan penyamak

nabati agar kulit lebih berisi untuk disesuaikan dengan produk yang akan

dihasilkan.

1. Ikatan Bahan Penyamak dengan Krom

Dalam penyamakan krom terdapat 4 tahapan reaksi yang terjadi

bersamaan. Reaksi ini terjadi  antara ligan-ligan koordinasi pada kromium

komplek. Dengan pengaturan kondisi pH,suhu,dan konsentrasi kemungkinan

Page 10: BAB II

18

dominasi dari masing-masing reaksi dapat dikontrol. Keempat reaksi-reaksi

itu adalah:

a. Reaksi antara gugus OH dan krom

b. Reaksi antara kation dari komponen krom dan sulfat

c. Reaktivitas dari bahan masking,misalnya formiat

d. Reaktivitas dari protein kulit

Pada pH rendah konsentrasi OH⁺ dalam larutan juga rendah dan basisitas

kromium juga rendah. Reaksi pertama dengan kenaikan pH akan mengarah ke

kanan. Koordinasi dari ion-ion sulfat cenderung tidak dipengaruhi oleh pH

dan ion sulfat akan masuk ke dalam kompleks pada pH rendah. Pembentukan

ikatan koordinasi asam organik lemah atau bahan masking (masking agent)

dengan kromium komplek,tergantung pada asam dan nilai pH yang tinggi

akan menaikkan kereaktifan protein kulit ,setelah terjadinya ionisasi tersebut

nilai pH menjadi rendah dan kereaktifan terhadap kromium juga lebih kecil.

Reaksi gugus karboksil pada protein sama dengan asam lemah tetapi

cenderung lebih dipengaruhi oleh perubahan pH.

Kenaikkan pH akan menaikkan basisitas kromium komplek (lebih banyak

OH yang masuk kedalam komplek). Dengan naiknya nilai pH maka reaktifitas

protein juga meningkat dan tahap awal penyamakan tercapai. Pada akhir

penaikan basisitas yang berarti basisitas tinggi dan ion sulfat sebagian sudah

meninggalkan komplek. Penggabungan kromium komplek secara sempurna

dengan protein kulit akan menghasilkan ikatan silang. Dengan naiknya

Page 11: BAB II

19

basisitas,dua senyawa kromium saling bergabung antara satu dengan lainnya

melalui gugus OH.

Garam khrom yang dapat digunakan untuk penyamakan adalah garam Cr

yang bervalensi 3 dalam bentuk senyawa khrom sulfat basis. Selain sisa asam

yang terdapat gugus OH yang terikat pada atom Cr. Perbandingan jumlah OH

terikat dengan jumlah maksimum Cr dapat mengikat OH disebut Basisitas.

Selain dari basisitas mutu dari bahan penyamak khrom ditentukan oleh kadar

khrom yang biasa dinyatakan sebagai Cr2O3.

Sifat dari larutan khrom adalah sebagai berikut :

a. Dalam larutan pekat molekulnya kecil, sehingga penetrasinya mudah

b. Dalam larutan encer molekulnya besar, sehingga penetrasinya sukar

c. Pada basisitas rendah daya ikat (fiksasi) rendah

d. Pada basisitas tinggi daya ikat (fiksasi) tinggi

e. Pada basisitas rendah mudah larut

f. Pada basisitas tinggi akan mengendap

Penyamakan dimulai dengan daya ikat kecil, prestasi besar kemudian

setelah khrom masuk ke dalam kulit, daya ikat dinaikkan dengan cara

menaikkan basisitas. Biasanya di mulai dari basisitas 20-33%, kemudian

dinaikkan pada basisitas 50-55%.  Garam khrom ini mampu bereaksi dan

membentuk ikatan dengan asam amino bebas dalam struktur protein kolagen

yang relatif.

Page 12: BAB II

20

Ikatan yang terbentuk antara khrom dengan protein kulit disebut ikatan

silang yang terbentuk selama proses penyamak akan menyebabkan

berubahnya sifat kulit mentah menjadi lebih tahan terhadap pengaruh fisis

maupun khemis seperti yang telah disebut dimuka. Seperti halnya bahan

penyamak nabati, bahan penyamak krom juga mempunyai sifat-sifat tertentu

yang berhubungan dengan besar kecil molekul krom, yang erat kaitannya

dengan basisitas, Judoamidjodjo (1981).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyamakan Krom

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyamakan krom menurut Dayyan (2011),

antara lain:

a. Basisitas

Bahan penyamak krom membuat keberadaan basisitas. Basisitas yang

semakin tinggi akan memperbesar krom komplek dalam larutan.

Penggabungan dua atau lebih atom krom lebih dulu secara bersama dengan

group hidroksil mengakibatkan terjadinya olation. Basisitas berhubungan

sekali dengan pH. Reaksi antara krom komplek dengan OH dalam larutan

tidak akan segera terbentuk,sehingga perubahan pH tidak menghasilkan

basisitas baru dengan segera.

Basisitas dalam krom kompleks didefinisikan sebagai persentase jumlah

molekul hidroksil (OH) yang terikat dalam total valensi krom. Jika atom krom

mengikat satu gugus hidroksil berarti senyawa ini mempunyai basisitas

Page 13: BAB II

21

33%,sedangkan yang mengikat dua gugus hidroksil (OH) senyawa ini

mempunyai basisitas 66%.

Penyamakan krom dimulai dengan larutan yang mempunyai daya samak

rendah yang berarti basisitas rendah dan diakhiri dengan larutan yang

mempunyai daya samak tinggi yang berarti basisitas tinggi yaitu maksimum

pada basisitas 50%.

Basisitas merupakan hal yang penting karena ini berhubungan dengan

larutan krom,sehingga dalam penambahan ke dalam larutan krom,sehingga

dalam penambahan bahan-bahan seperti NaHCO₃, Na₂CO₃,dalam

penambahan ke dalam larutan krom harus dengan perlahan-lahan dan dengan

pengadukan. Jika konsentrasi alkali terlalu tinggi akan menyebabkan terjadi

garam krom yang terlalu cepat,dan apabila terjadi hal tersebut sulit untuk

dipisahkan kembali sehingga akan berakibat fatal.

b. pH

Nilai pH dari larutan penyamakan krom sangat penting dimana pH yang

tinggi akan mempercepat reaksi pada protein. Jika pH terlalu cepat atau terlalu

tinggi akan mempercepat pengendapan bahan penyamak krom dalam larutan.

c. Temperatur

Temperatur yang tinggi akan mempercepat pergeseran reaksi. Pada

temperatur tinggi reaksi pengikatan bahan penyamak krom dengan protein

kulit semakin cepat dan olasi dari bahan penyamak krom menjadi lebih besar.

Page 14: BAB II

22

Perbedaan pengaruh kebengkakan, penyamakan yang tidak rata, dan rajah

tergambar dapat disebabkan karena temperatur yang tinggi pada awal tahap

penyamakan. Hampir semua penyamakan krom dimulai pada temperatur yang

rendah.

d. Waktu

Proses penyamakan krom dan terbentuknya komplek baru, basisitas baru,

olasi dan komplek yang ter-masking bukan merupakan reaksi yang cepat.

Kecepatan masing-masing reaksi berubah dengan kondisi pH dan temperatur.

e. Konsentrasi

Pada konsentrasi tinggi lebih banyak ligan dalam larutan yang akan

bergabung dengan senyawa krom. Basisitas dari krom komplek juga akan

menjadi rendah. Konsentrasi dan keseimbangan larutan dalam proses

penyamakan krom harus dijaga agar tetap.

f. Kulit Wet Blue

Kulit Wet Blue adalah kulit yang telah disamak dengan bahan penyamak

krom,tetapi belum diproses lebih lanjut dan dijual dalam keadaan basah,atau

kulit Wet Blue adalah kulit yang baru saja disamak krom,tidak dikeringkan

dan lain-lain. Sangat penting untuk diingat bahwa semua kulit Wet Blue

meningkat keasamannya waktu pemeraman sehingga sangat peka terhadap

variasi pH, maka kulit Wet Blue perlu untuk dinetralkan agar nantinya mampu

bereaksi dengan bahan kimia pada proses selanjutnya.

Page 15: BAB II

23

3. Proses Penyamakan Kulit Ikan Kakap Merah Menurut BBKKP

Yogyakarta (2007)

Berikut ini adalah proses penyamakan kulit kakap merah menggunakan

bahan penyamak krom kombinasi nabati:

1. Kulit ikan kakap merah disiapkan kemudian dilanjutkan dengan sortasi

kulit yang bagus. Kemudian dilakukan pembuangan daging (Fleshing)

dengan pisau seset

2. Penimbangan (Weighing) berat kulit ikan kakap merah untuk perhitungan

bahan yang akan digunakan saat proses berlangsung

3. Pencucian kulit (Washing) dengan air mengalir

4. Kulit yang telah dicuci lalu dilakukan perendaman (soaking) dalam

larutan 300% air, 0,5% NaHCO3, 0,5% tepol. Kemudian diputar dalam

drum selama 15-30 menit. Kemudian dilakukan pencucian dengan air

mengalir sampai bersih

5. Dilakukan pengapuran (liming) dengan bahan 200% air, 2% Ca(OH)2, 3%

Na2S. Bahan tersebut dimasukkan ke dalam drum yang telah berisi kulit,

lalu diputar dalam drum 15 menit, tiap 2 jam minimal 3x adukan.

Diamkan 24 jam (1 malam)

6. Dilakukan pembuangan kapur (deliming) dengan bahan 100% air, 1%

ZA, 0,5% HCOOH (FA). Diputar 30 menit, cek pH 7-8. Kemudian

dicuci dengan air mengalir sampai bersih

7. Pengikisan protein (bating) dengan penambahan 100% air, 0,5% Oropon

OR. Diputar dalam drum selama 30 menit, cek dengan thumb test

Page 16: BAB II

24

8. Penghilangan lemak (degreasing) dengan 1% Tepol. Diputar dalam drum

selama 30 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir sampai bersih

9. Dilakukan pengasaman (pickling) dengan bahan 100% air, 10% NaCl,

0,5% HCOOH, 1% H2SO4. Kulit ikan kakap merah direndam dalam air +

garam + HCOOH diputar dalam 2 x 15’, ditambah H2SO4 diputar dalam

3 x 15’. Lalu pemutaran drum diteruskan selama 1 jam. Cek pH 2-3,

diputar kembali 1 jam dan disimpan semalam,besoknya diputar 30’, cek

pH 3-5

10. Dilakukan penyamakan krom dengan bahan 80% air pikel,10% cromosal

B, 1,5% NaHCO3, 0,02% preventol CR. Dimasukkan cromosal B diputar

dalam drum 120 menit. Dimasukkan NaHCO3 6x putar 20 menit dengan

pengenceran 1 :10. Dilanjutkan pemutaran drum 6 jam

11. Kulit yang telah tersamak dinetralisasi dengan 100% air, 1,5% NaHCO3,

1% Tanigan PAK. Diputar dalam drum 60 menit, cek pH 4,5,cuci sampai

bersih, kemudian di aging

12. Retanning dengan 200% air, 2% rockytan RP2, 4% rockytan RR7, 10 %

mimosa. Penambahan air dengan rockytan RP2 dengan pemutaran 10

menit, ditambahkan rockytan RR7 dengan lama pemutaran 20 menit.

Lalu ditambahkan mimosa dan diputar selama 45 menit

13. Dilakukan pewarnaan (dyeing) dengan 100% air 40oC, 0,25% zat warna,

diputar 60 menit

14. Dilakukan peminyakan(fathliquoring) ditambah bahan 4% minyak ikan

(Pellastol ES), 0,5% HCOOH, lalu diputar 60 menit, + 30 menit.

Page 17: BAB II

25

Ditambah lagi dengan 2% Novaltan Pf, 0,02% Preventol CR lalu diputar

30 menit

15. Dilakukan pengeringan dan pementangan

16. Dilanjutkan proses finishing, dumulai dengan proses pelemasan dengan

alat hand staking. Kemudian dilakukan perapihan/ trimming dengan

gunting

17. Penerapan lapisan dasar/tengah (base coat/middle coat) dengan bahan BI

372 dilarutkan dengan air (1:3). Disemprotkan pada permukaan kulit 2x

18. Penerapan lapisan atas(top coat) dengan bahan Lw 5344 yang dilarutkan

dengan air (1:2). Disemprotkan pada permukaan kulit 2x

19. Dilakukan penyetrikaan (plating) dengan suhu 95%, tekanan 100 Bar,

waktu 1 detik

20. Kulit ikan kakap merah tersamak untuk produk dompet