bab ii

63
BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL 1.Pengertian MPKP Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006). Hoffart dan Woods, mendefenisikan model praktik keperawatan profesional sebagai suatu sistem yang meliputi suatu sistem yang meliputi struktur, proses dan nilai profesional yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan dan mengatur lingkungan untuk menunjang asuhan keperawatan. Sebagai model berarti sebuah ruang rawat dapat menjadi contoh dalam praktik keperawatan profesional di rumah sakit. Aspek stuktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang 6 Program Studi Profesi Ners URINDO

Upload: yudi-sutriadi

Post on 01-Feb-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bab II MANAJEMEN KEPERAWATAN

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL

1. Pengertian MPKP

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem

(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat

profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk

lingkungan tempat asuhan diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).

Hoffart dan Woods, mendefenisikan model praktik keperawatan

profesional sebagai suatu sistem yang meliputi suatu sistem yang meliputi

struktur, proses dan nilai profesional yang memungkinkan perawat

profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan dan mengatur

lingkungan untuk menunjang asuhan keperawatan. Sebagai model berarti

sebuah ruang rawat dapat menjadi contoh dalam praktik keperawatan

profesional di rumah sakit. Aspek stuktur ditetapkan jumlah tenaga

keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat

ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien

menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan

jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk

melakukan tindakan keperawatan.

2. Tujuan MPKP

Tujuan MPKP adalah sebagai berikut:

a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan

b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan

asuhan keperawatan oleh tim keperawatan

c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan

d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan

e. Menjelaskan dengan tegas ruangan lingkup dan tujuan asuhan

keperawatan bagi setiap tim keperawatan

6 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 2: BAB II

3. Macam-macam MPKP

Beberapa modifikasi yang dilakukan meliputi beberapa jenis MPKP,yaitu:

a. MPKP Transisi

MPKP dasar yang masih memiliki tenaga perawat yang berpendidikan

SPK, tetapi kepala ruangan dan kepala timnya minimal dari D3

keperawatan.

b. MPKP Pemula

MPKP dasar dengan semua tenaga minimal dari D3 keperawatan

c. MPKP Profesional dibagi menjadi 3 bagian,

1) MPKP I basik (dasar) dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3

keperawatan,tetapi kepala ruangan (karu) dan ketua tim (katim)

minimal S1 keperawatan.

2) MPKP II intermediate (menengah) dengan tenaga minimal D3

keperawatan dan mayoritas Ners Sarjana Keperawatan, dan sudah

memiliki spesialis tenaga keperawatan

3) MPKP III advance (tingkat lanjut) yang semua perawatannya

minimal Ners Sarjana Keperawatan dan sudah mempunyai tenaga

spesialis keperawatan yang bekerja di area keperawatan.

4. Empat (4) Pilar Nilai Model Praktik Keperawatan Profesional

I. Manajemen Approach (Pendekatan Manajemen)

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang penting,

karena mengurangi resiko pembuatan keputusan yang kurang tepat

atau membantu mengantisipasi jika suatu proses tidak berjalan

sebagaimana mestinya. Suatu perencanaan yang baik harus

berdasarkan pada sasaran dan menggunakan sumber – sumber yang

tersedia lebih dahulu (Swansburg, 2000). Prinsip-prinsip yang ada

dalam perencanaan tersebut, dengan menjalankan prinsip-prinsip

yang ada dala perencanaan ini, maka diharapakan tujuan dapat

tercapai dengan efektif baik dalam penggunaan sumber daya

manusia maupun sumber daya material (Swansburg, 2000).

7 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 3: BAB II

Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang digunakan

untuk memilih prioritas, hasil, dan metode yang digunakan untuk

sebuah sistem dan kemudian membimbing sistem untuk mengikuti

arahan tersebut (Huber, 2006). Fungsi perencanaan mencakup

proses merumuskan sasaran, membangun strategi untuk mencapai

sasaran yang telah ddisepakati, dan mengembangkan perencanaan

tersebut untuk memadukan dan mengkoordinasikan sejumlah

kegiatan (Robins dan Coulter, 2007)

Manajemen keperawatan, perencanaan dimulai dengan

kegiatan menentukan tujuan, mengumpulkan data, menganalisis

dan mengorganisasikan data-data yang akan digunakan untuk

menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dan menentukan

sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhannya, perencanaan juga

membantu utnuk menjamin bahwa klien dapat menerima pelayanan

yang mereka inginkan serta butuhkan. Sumber daya yang

digunakan dapat digunakan seefektif dan seefesien mungkin.

Jenis – jenis perencanaan terdiri dari :

1) Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanan strategis

yang disusun untuk 3 – 10 tahun

2) Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 – 5 tahun

3) Rencana jangka pendek dibuat 1 jam – 1 tahun

Kegiatan perencanaan yang dipakai diruang MPKP meliputi

perumusan visi, misi, filosofi, dan kebijakan. Sedangkan untuk

jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan jangka

pendek yang meliputi rencana kegiatan harian, bulanan, dan

tahunan.

Visi yang dimaksud adalah perawat atau manajer keperawatan

harus mempunyai suatu pandangan dan pengetahuan yang luas

tentang manajemen dan proses perubahan yang terjadi saat ini dan

yang akan datang yaitu tentang penduduk, sosial ekonomi, politik

8 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 4: BAB II

yang akan berdampak terhadap pelayanan kesehatan (Budiono,

2004).

Misi diartikan sebagai suatu langkah – langkah nyata dari

profesi keperawatan dalam melaksanakan visi yang telah

ditetapkan, yaitu menjaga dan mengawasi suatu proses

profesionalisasi keperawatan agar terus berjalan dan

berkesinambungan (Deming, 2002).

Filosofi adalah seperangkat nilai yang mengakar dan menjadi

rujukan semua kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan

serta arahan seluruh rencana jangka panjang. Nilai – nilai dari

filosofi dapat lebih dari satu.

Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi

dalam pengambilan keputusan.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk

mencapi tujuan melalui penugasan suatu kelompok tenaga

keperawatan, menetukan cara pengkoordinasian aktivitas yang

tepat, baik vertikal maupun horizontal yang bertanggung jawab

untuk mencapai tujuan organisasi.

Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat diruang MPKP

menggunakan penekatan sistem penugasan tim primer

keperawatan. Pengorganisasian secara vertikal terdapat kepala

ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana.

Berikut ini adalah pengorganisasian diruang MPKP:

1) Struktur organisasi

Susunan organisasi adalah susunan komponen dalam suatu

organisasi (Sutuko, 2000). Dalam hal ini, struktur organisasi

menunjukkan adanya pembagian kerja dan bagaimana fungsi

atau kegiatan yang berbeda – beda diintegrasikan atau

9 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 5: BAB II

dikoordinasikan. Struktur organisasi juga menunjukkan

spesialisasi pekerjaan.

Struktur organisasi ruang MPKP menggunakan system

penugasan tim primer. Ruang MPKP dipimpin oleh kepala

ruangan yang dibawahi 2 atau lebih ketua tim. Ketua tim

berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa perawat

pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara

menyeluruh kepada sekelompok pasien. Struktur organisasi

tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan dibawah ini,

Bagan Struktur Organisasi Ruangan MPKP

Uraian tugas personil diruang MPKP adalah sebagai

berikut:

a) Kepala ruangan

Pendekatan manajemen (management approach)

Perencanaan

Menyusun visi

Menyusun misi

Menyusun filosofi

10 Program Studi Profesi Ners URINDO

8 – 10 Pasien

TIM II

Ketua TimAnggota Tim

Perawat Pelaksana

8 – 10 Pasien

TIM I

Ketua TimAnggota Tim

Perawat Pelaksana

KEPALA RUANGAN

Page 6: BAB II

Menyusun rencana jangka pendek: harian, bulanan, dan

tahunan.

Pengorganisasian

Menyusun struktur organisasi

Menyusun jadwal dinas

Membuat daftar alokasi pasien

Pengarahan

Memimpin operan

Memimpin preconference

Memimpin postconference

Menciptakan iklim motivasi

Mengatur pendelegasian

Melakukan supervisi

Pengendalian

Mengevaluasi indikator mutu

Melakukan audit dokumentasi

Melakukan survei kepuasan pasien, keluarga, perawat

dan tenaga kesehatan lainnya

Melakukan survei masalah kesehatan / keperawatan

Kompensasi dan penghargaan (compensatory reward)

Melakukan penilaian kinerja ketua tim dan perawat

pelaksana

Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf

Hubungan profesional (profesional relationship)

Memimpin rapat tim keperawatan

Memimpin case conference

Melakukan rapat tim kesehatan

Melakukan kolaborasi dengan dokter : visit dokter dan

lain-lain.

11 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 7: BAB II

Pemberian asuhan keperawatan (patient care delivery system)

Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan

Mampu menganalisa data, diagnosa, intervensi,

implementasi, evaluasi tindakan, dan pendokumentasian

keperawatan.

b) Ketua tim

Pendekatan manajemen (management approach)

Perencanaan

Menyusun rencana jangka pendek : harian,

bulanan, dan tahunan.

Pengorganisasian

Menyusun jadwal dinas bersama kepala ruangan

Membagi alokasi pasien kepada perawat pelaksana

Pengarahan

Memimpin preconference

Memimpin postconference

Menciptakan iklim motivasi

Mengatur pendelegasian dalam timnya

Melakukan supervisi kepada anggota timnya

Pengendalian

Melakukan pemantauan terhadap seluruh aktivitas

keperawatan yang dilakukan oleh anggota tim

Membantu menyelesaikan masalah yang terjadi pada

tingkat pelaksana

Kompensasi dan penghargaan (compensatory reward)

Menilai kinerja perawat pelaksana

Hubungan profesional (profesional relationship)

Memimpin case conference

12 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 8: BAB II

Melakukan kolaborasi dengan dokter : visit dokter dan

lain-lain.

Pemberian asuhan keperawatan (patient care delivery system)

Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan

Mampu menganalisa data, diagnosa, intervensi,

implementasi, evaluasi tindakan, dan pendokumentasian

keperawatan.

c) Perawat pelaksana

Perencanaan

Menyusun rencana jangka pendek (rencana harian)

Pemberian asuhan keperawatan

Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan

Mampu menganalisa data, diagnosa, intervensi,

implementasi, evaluasi tindakan dan pendokumentasian

keperawatan

2) Daftar dinas ruangan

Daftar dinas ruangan mencakup jadwal dinas, perawat yang

bertugas dan penanggung jawab shift.

Daftar dinas disusun berdasarkan tim dan dibuat untuk 1

minggu. Dengan demikian, perawat sudah mengetahui dan

mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas. Pembuatan

jadwal dinas perawat dilakukan oleh kepala ruangan pada hari

terakhir minggu tersebut dan pembuatan jadwal dinas pada

minggu selanjutnya bekerjasama dengan ketua tim. Setiap tim

memiliki anggota yang berdinas pada pagi, sore, dan malam,

dan yang lepas dari dinas (libur) terutama yang telah berdinas

pada malah hari.

13 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 9: BAB II

Contoh Format Daftar Dinas Ruangan MPKP Dalam Seminggu

No Nama PetugasSn Sl Rb Km Jm Sb Mg1 2 3 4 5 6 7

1 Karu P P P P P P LTIM I

2 Katim P P P P P P L3 PA. A M M M M - L P4 PA. B P P P P L S P5 PA. C S L S S S S S6 PA. D S* S* S* L M* M* M*7 PA. E P S L S S S S

TIM II8 Katim P P P P P P L9 PA. F S S S S* L P P10 PA. G M* M* M* M* - L P11 PA. H P P P P P L S12 PA. I P P P L S* S* S*13 PA. J S S S L M M M

∑ Pagi 7 6 6 5 4 4 4∑ Sore 4 3 4 3 3 5 4∑ Malam 2 2 2 2 2 2 2

Keterangan:P : Pagi S : Sore M :MalamL : Libur PA: Perawat Asosiet * : Penanggung jawab shift

3) Daftar pasien

Daftar pasien berisi nama pasien, nama dokter, nama

perawat ketua tim, nama perawat pelaksana yang bertanggung

jawab pada pasien dan alokasi perawat saat menjalankan dinas

shift. Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi

tanggung jawab tiap tim selama 24 jam. Setiap pasien

mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total

selama dirawat dan juga setiap shift.

Daftar pasien juga dapat mengambarkan tanggung jawab

dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien

sehingga terwujud keperawatan pasien yang holistic. Dafatra

psien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain dan

keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan

perawatan pasien.

14 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 10: BAB II

Daftar pasien di ruangan diisi oleh ketua tim sebelum

operan dinas pagi ke dinas sore. Contoh di bawah ini

menunjukkan hal-hal berikut:

Perawat dinas pagi tanggal 7 Februari 2006 adalah Tono,

Henny, Tito dan Hartini. Tono sebagai penanggung jawab

sekaligus perawat pelaksana merawat feri dan merawat

zulkifli karena ujang yang bertanggung jawab sedang dinas

malam.

Perawat dinas sore tanggal 6 Februari 2006 adalah ulfa dan

pusti

Perawat dinas malam tanggal 6 Februari 2006

Contoh Daftar Pasien Ruangan MPKPPP Nama

PasienNama Dokter

Nama Katim

PP Pagi Sore Malam7/2/06 6/2/06 6/2/06

TIM I1 Ferri dr. Citra Hartini Tono Tono Ulfa Ujang2 Zulkifi dr. Citra Hartini Ujang Tono Ulfa Ujang3 Arman dr. Akbar Hartini Henny Henny Pustie Ujang4 Bari dr. Akbar Hartini Ulfa Henny Ulfa Ujang5 Dulah dr. Pudi Hartini Tito Tito Pustie Ujang6 Achmad dr. Anton Hartini Pustie Tito Pustie Ujang7 Polan dr. Joni Hartini Hartini Hartini Pustie UjangNo.dst

TIM II

c. Pengarahan

Pengarahan adalah langkah ke empat dari fungsi manajemen,

yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan utnuk

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Istilah inilah yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah

pengorganisasian dan pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan

pada akhirnya akan berakhir pada “melaksanakan” kegiatan yang

telah direncanakan sebelumnya (Keliat, 2009)

Menurut Keliat (2009), dalam pengarahan jika perlu dilakukan

pendelegasian, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu

15 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 11: BAB II

dikelola. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf,

seorang manager harus melakukan upaya sebagai berikut:

1) Menciptakan iklim motivasi

Motivasi adalah perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang

intuk memuaskan kebutuhan manusia yang bervariasi, motivasi

memiliki rentang yang sangat luas. Pemenuhan kebutuhan

individu merupakan salah satu cara memotivasi. Iklim motivasi

dapat ditumbuhkan melalui kegiatan berikut ini.

a) Memberikan harapan yang jelas kepada staf dan

mengomunikasikan harapan tersebut secara efektif

b) Bersikap adil dan konsisten terhadap semua staf

c) Memebuat keputusan yang bijaksana

d) Mengembalikan konsep kerjasama kelompok

e) Mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan staf degan

kebutuhan dan organisasi

f) Mengenali staf secara pribadi dan membiarkan staf

mengetahui bahwa pimpinan mengetahui keunikan dirinya

g) Meghilangkan hambatan tradisional antar staf dan pekerjaan

yang telah dikerjakan

h) Memberikan tantangan kerja sebagai kesempatan untuk

mengembangkan diri

i) Melibatkan staf dalam semua pengambilan keputusan

j) Memastikan bahwa semua staf mengetahui alasan di

belakang semua keputusan dan tindakan

k) Memberikan kesemptan kepada staf untuk membuat

penilaian sesering mungkin

l) Menciptakan hubungan saling percaya dan saling tolong

menolong dengan staf

m)Memberi kesempatan kepada staf ntuk mengontrol

lingkungan kerjanya

n) Menjadi role model bagi staf

o) Memberikan reinforcement sesering mungkin

16 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 12: BAB II

Di ruangan MPKP, menciptakan iklim motivasi diterapkan

dengan sasaran sebagai berikut:

a) Budaya memberikan reinforcement positif.

b) Doa bersama sebelum memulai kegiatan yang dilakukan

setiap pergantian dinas

c) Meamnggil staf secara berkala untuk mengidentifikasi

masalah setiap personil secara mendalam dan membantu

penyelesaiannya

d) Manajemen sumber daya manusia melalui penerapan

pengembangan jenjang karier dan kompetensi

e) System reward yang adil sesuai dengan kinerja

Aktivitas menciptakan iklim motivasi dievaluas oleh kepala

ruangan dan ketua tim setiap 6 bulan seklai (per semester)

dengan menggunakan instrument evaluasi diri

2) Komukasi efektif

Komunikasi efektif merupakan salah satu fungsi

manajemen khususnya pengarahan. Setiap orang berkomunikasi

dalam suatu organisasi. Komunikasi yang kurang baik dapat

mengganggu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi,

komunikasi adalah proses tukar menukar pikiran, perasaan,

penapat dan saran yang terjadi antara dua manusia atau lebih

yang bekerja sama.

a) Penerapan komunikasi di ruang MPKP

Beberapa komunikasi di ruang MPKP adalah:

Operan , yaitu komunikasi dan serah terima pekerjaan antar

shift pagi, shift sore, dan shift malam. Operan dari shift

malam ke operan shift pagi dan operan dari shift pagi ke

operan shift sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan

operan dari shift sore ke shift malam dipimpin oleh

penanggung jawab tim

17 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 13: BAB II

Pre conference , yaitu komunikasi katim dan perawat

pelaksana setelah selesai operan mengenai rencana

kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh katim atau

PJ tim. Jika hanya satu perawat yang dinas pada tim

tersebut, preconference tidak dilakukan. Isi pre conference

adalah rencaan tiap perawat (rencan harian), dan tambahan

rencana dari katim atau PJ tim.

Post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat

pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan

dilakukan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post

conferance adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat

dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post

Conference dipimpin oleh ketua tim atau PJ tim

18 Program Studi Profesi Ners URINDO

Pedoman operan antar shift

Waktu kegiatan : Awal kegiatan shift (pukul 07.00, 14.00, 21.00)Tempat : Nurse StationPenanggung jawab : Kepala Ruangan atau penanggung jawab(PJ) shiftKegiatan :

1. Karu atau PJ shift membuka acara dengan salam2. PJ shift yang memberikan operan, menyampaikan:

Kondisi pasien : diagnosis keperawatan, tindakan yang telah dlaksanakan, hasil asuhan.

Tindak lanjut untuk shift berikutnya3. Perawat shift berikutnya mengklarifikadi penjelasan yang sudah

disampaikan4. Karu memimpin ronde ke kamar pasien5. Karu merangkum informasi laporan dan memberikan saran tindak

lanjut6. Karu memimpin dan doa bersama

Page 14: BAB II

b) Evaluasi pelaksanaan aktivitas komuniksi di ruang

MPKP

Aktivitas komunikasi di MPKP dievaluasi oleh seluruh staf

perawat MPKP. Evaluasi aktivitas komuniksi dilakukan tiap

bulan mengunakan instrumen aktivitas komunikasi

19 Program Studi Profesi Ners URINDO

Pedoman preconference

Waktu kegiatan : setelah operanTempat : meja masing-masingPenanggung jawab : Ketua tim/PJ timKegiatan :

1. Katim / PJ tim membuka acara dengan salam2. Katim / PJ tim menanyakan perencanaan masing-masing perawat pelaksana3. Katim / PJ tim memberikan masukan dan tindak lanjut yang terkait dengan

asuhan yang diberikan saat itu4. Katim / PJ tim memberikan reinformence (penguatan)5. Katim / PJ tim menutup acara dengan ucapan selamat berkerja

Pedoman postconference

Waktu kegiatan : sebelum operan ke dinas berikutnyaTempat : meja masing-masing timPenanggung jawab : Ketua tim/PJ timKegiatan :

1. Katim / PJ tim biasa membuka acara dengan salam2. Katim / PJ tim menanyakan asuhan masing-masing pasien3. Katim / PJ tim menanyakan kendala dalam asuhan yang diberikan4. Katim / PJ tim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang harus dioperkan

kepada perawat shift berikutnya5. Katim / PJ tim menutup acara dengan salam

Page 15: BAB II

3) Manajemen konflik

Konflik adlah perbedaan pangan atau ide antara satu orang dan

orang lain. Dalam organisai yang dibentuk dari sekumpulan

orang yang memiliki latar belakang yang berbeda, konfli mudah

terjadi. Begitu pula di ruang MPKP, konflik dapat terjadi.

Upaya-upaya untuk mengantisipasi dan mengatasi konflik sedin

mungkin harus dibudayakan di ruang MPKP. Menurut Keliat

(2009), penanganan konflik ada beberapa macam yaitu:

Bersaing (kompetisi) , mengatasi konflik dengan bersaing atau

berkompetisi penanganan konflik ketika seseorang atau satu

kelompok berupaya memuaskan kepentingannya sendiri

tanpa mempedulikan dampaknya pda orang lain atau

kelompok lain. Cara ini kurang sehat jika diterapkan karena

bisa menimbulkan potensi konflik yang lebih besar.

Kolaborasi, adalah upaya yang ditempuh untuk memuaskan

kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Berbagai pihak

yang teribat konflik didorong untuk menyelesaikan masalah

yang mereka hadapi dengan jalan mencari dna menemukan

persamaan kepentingan dan bukan perbedaan

Menghindar, adalah cara menyelesaikan konflik yang

ditandai dengan pihak yang sedang berkonflik mengakui

adanya konflik dalam interaksinya dengan orang lain, tetapi

menarik diri atau menekan konflik tersebut. Cara ini tidak

dianjurkan dalam upaya penyelesaian konflik.

Akomodasi , adalah untuk menyelesaikan konflik dengan cara

salah satu pihak yang berkonflik menempatkan kepentingan

pihak alain yang berkonflik diatas kepentingan dirinya.

Berkompromi , adalah cara peneyelesaian konflik ketika

semua pihak yang berkonflik mengorbankan kepentingannya

demi terjalinnya konflik ini, tidak ada salah satu pihak yang

menang atau klaah.

20 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 16: BAB II

a) Penerapan manajemen konflik di Ruang MPKP

Upaya mengatasi konflik yang diterapkan di ruang

MPKP adalah upaya win-win solution, suatu upaya

berkolaborasi. Oleh karena itu, pembudayaan kolaborasi

antar shift menjadiprioritas utam adalah menyelenggarakan

pengelolaan ruangan MPKP

Menurut Keliat (2009) pendektan penyelesaian konflik

yang ditempuh adalah dengan pendekatan penyelesaian

masalah (problem solving), meliputi hal-hal berikut ini:

Mengidentifikasi akar masalah yang terjadi dengan

melakukan klarifikasi pada pihak yang berkonflik

Mengidentifikasi penyebab konflik

Mengidentifikasi alternative penyelesaian yang dapat

diterapkan

Memeilih alternative penyelesaian yang terbaik untuk

diterapkan

Menerapkan solusi pilihan

Mengevaluasi peredaan konflik

b) Evaluasi penerapan aktivitas penyelesaian konflik

Aktivitas penyelesaian konflik dievaluasi oleh seluruh staf

keperawatan MPKP. Evaluasi dilakukan dengan

menggunakan instrument evaluasi penyelesain konflik.

4) Pendelegasian

Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain.

Dalam organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivtas

organisai tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

a) Proses pendelegasian

Membuat rencana tugas yang perlu dituntaskan

21 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 17: BAB II

Mengidentifikasi keterampilan dan tingkat pendidikan

yang diperlukan untuk melaksanakan tugas

Memilih orang-orang yang mampu melaksasnakan tugas

yang didelegasikan

Mengkomunikasikan dengan jelas apa yang akan

dikerjakan dan apa tujuannya

Membuat batasan waktu dan monitor penyelesain tugas

Jika bawahan tidak mampu melaksasnakan tugas karena

menghadapi masalah tertentu, manager harus dapat

menjadi role model dan menajdi narasumber untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi

Mengevaluasi kinerja setelah tugas selesai

Memberikan pendelegasian yang terdiri dari tugas dan

kewenangan

b) Penerapan pendelegasian di ruang MPKP

Pendelegasian dilaksanakna di ruang MPKP dalam

bentuk pendelegasian tugas oleh kepala ruangan kepada ketua

tim, ketua tim kepada perawat pelaksana dan dilakukan

melalui pelimpahan tugas dan wewenang serta dilakukan

secara berjenjang yaitu pendelegasian terencana dan

incidental (sewaktu-waktu)

Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang

secara otomatis terjadi sebgai konsekuensi system penugasan

yang diterapkan di ruang MPKP. Bentuk pendelegasian

adalah sebagai berikut:

Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada ketua tim

untuk sementara menggantikan tugas karena alasan

tertentu.

Pendelegasian kepala ruangan kepada penanggung jawab

shift

22 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 18: BAB II

Pendelegasian tugas ketua tim kepada perawat pelaksana

dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah

direncanakan.

Pendelegasian incidental terjadi jika salah satu personal

ruang MPKP berhalangan hadir. Dalam hal ini yang

mengatur adalah kepala seksi keperawatan, kepala ruangan,

ketua tim atau penanggung jawab shift,bergantung pada

personel yang berhalangan. Mekanisme pendelegasian adalah

sbb:

Jika kepala ruangan berhalangan, kepala seksi menunjuk

salah satu ketua tim untuk menggantikan kepala ruangan

Jika kepala tim berhalangan hadir, maka kepala ruangan

menunjuk salah satu anggota tim (PP) menjalankan ketua

tim

Jika adal perwat pelaksana yang berhalangan hadir

sehingga satu tim kekurangan personil, karu/PJ shift

berwenang memindahkan PP dari tim lain untuk masuk ke

tim yang kekurangan personil tersebut atau katim

melimpahkan pasien kepada PP yang hadir

c) Prinsip-prinsip pendelegasian tugas di ruang MPKP

Pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan

format pendelegasian tugas

Personil yang menerima pendelegasain tugas adalah

personil yang berkompeten dan setara dengan kemampuan

yang digantikan tugasnya.

Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara

rinci, baik verbal maupun tulisan

Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajib

memantau pelaksanaan tugas dan menjadi rujukan jika ada

kesulitan yang dihadapi

23 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 19: BAB II

Setelah selelsai pendelegasian, dilakukan serah terim

atugas yang sudah dilaksanakan dan hasialnya.

d) Evaluasi penerapan pendelegasian tugas

Pendelegasian tugas dalam MPKP dievaluasi dengan

menggunakan instrumen yang diisi oleh seluruh staf dengan

cara evaluasi diri

Contoh Surat Pendelegasian Tugas

Yang bertanda tangan di bawah ini:Nama : …………………………………………NIP : …………………………………………Unit Kerja : …………………………………………Jabatan : …………………………………………

Menyatakan tidak dapat melaksanakan tugas sebagai ………………………… pada

Hari/tanggal : …………………………………………Demi kelancaran pelaksanaan tugas tersebut, saya mendelegasikan

pelaksanaan tugas beserta kewenangannya kepadaNama : …………………………………………NIP : …………………………………………Unit kerja : …………………………………………Jabatan : …………………………………………

Demikian surat pendelegasian ini saya buat dengan sesungguh-sungguhnya

Jakarta, ……………2006 Yang mendelegasikan tugas Penerima Delegasi

(………………………….) (…………………………..)

5) Supervisi

Supervise atau pengawasan adalah prose pengawasan

terhadap pelaksanaan kegiatan untuk memastikan apakah

kegiatan tersebut dilakukan sesuai tujuan organisasi dan standar

yang telah ditetapkan.

24 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 20: BAB II

Supervise dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan

yang cakap dalam bidang yang disupervisi. Dalam struktur

organisasi, supervise biasanya dilalukan oleh atasan terhadap

bawahan atau konsultasn terhadap pelaksana. Dengan supervise

kegiatan yang dilakukan diharapkan sesuai dengan tujuan

organisasi, tidak menyimpnag dan menciptakan hasil (produk)

seperti yang diinginkan.

Supervise tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari

kesalahan tetapi lebih diartikan sebagai pengawasan partisipatif,

yaitu mendahulukan penghargaan terhadap pencapaian atau hal

positif yang dilakukan dan mencari jalna keluar untuk hal yang

masih belum dapat dilakukan. Dnegan demikian bawahan tidak

merasa bahwa ia sedang dinilai, namun ia juga dibimbing untuk

melakukan pekerjaannya dengan benar.

a) Penerapan supervisi di ruang MPKP

Di ruangan MPKP kegiatan supervise dilaksankan secara

optimal untuk menjamin kegiatan pelayan MPKP sesuai

dengan standar mutu professional yang diterapkan. Supervisi

dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi, baik

dalam manajemen maupun asuhan keperawatan serta

mengusai pilar-pilar profesionalisme yang diterapkan di

MPKP, oleh karena itu, mekanisme pengaswasan dilakukan

berjenjang, yaitu sbb:

Kepala seksi keperawatan atau konsultan melakukan

pengawasan terhadap kepala ruangan, ketua tim, dan

perawat pelaksana

Kepala ruangan melakukan pengawasana terhadap ketua

tim dan perawat pelaksana

Ketua tim melakukan pengawasan terhdap ketua tim dan

perawat pelaksana

Ketua tim melakukan pengawasan terhadap perawat

pelaksana.

25 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 21: BAB II

Materi supervise atau pengawasan disesuaikan dnegan

uraian tugas dari masing-masing staf perawat yang

disupervisi. Materi supervisi kepala ruangan berkaitan

dengan kemampuan manjerial dan asuhan keperawatan.

Ketua tim disupervisi terkait dengan kemampuan pengelolaan

di timnya dan kemampuan suhan keperawatan. Perawat

pelaksana disupervisi terkait dnegan kemamuan asuhan

keperawatan yang dilaksanakan.

Agar supervise dapat menjadi alay pembinaan dan tidak

menjadi momok bagi staf, perlu disusun jadwal supervise dan

standar kinerja masing-masing staf.

Contoh Jadwal Supervise Ruangan MPKPNo Waktu Supervisior Yang Disupervisi Materi Supervisi1 6/3/06 Karu Katim I Memimpin Preconference2 7/3/07 Karu Katim II Memimpin Preconference3 7/3/06 Katim I PA Askep GE4 7/3/06 Kati II PA Askep BP

b) Evaluasi aktivitas supervise

Aktivitas supervise dievaluasi oleh kepala ruangan dan ketua

tim yang melakukan supervise dengan evaluasi diri

menggunakan instrument evaluasi aktivitas supervise.

d. Pengendalian

Proses terakhir manajemen adalah pengendalian (controlling)

atau kontrol. Pengendalian manajemen adalah proses untuk

memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai aktivitas yang

direncanakan dan berfungsi untuk menjamin kualitas serta

mengevaluasi penampilan. Langkah – langkah yang perlu

dilakukan dalam pengendalian (Keliat, 2009) :

1) Menetapkan standar metode pengukuran prestasi kerja

2) Melakukan pengukuran prestasi kerja

3) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar

26 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 22: BAB II

4) Mengambil tindakan korektif

Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti

dan untuk menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia.

Audit merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan.

Terdapat tiga kategori audit keperawatan,yaitu :

1) Audit struktur

Audit struktur berfokus pada sumber daya manusia, lingkungan

perawatan, termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi,

kebijakan, prosedur, standar, SOP, dan rekam medic: pelanggan

(internal maupun eksternal).

2) Audit proses

Audit proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan

keperawatan untuk menentukan apakah standar keperawatan

tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat retrospektif, concurrent

(persamaan), atau hasil dari peer review (tinjauan sejawat).

Retrospektif adalah audit dengan menelaah dokumen

pelaksanaan asuhan keperawatan. Concurrent adalah

mengobservasi ketika kegiatan keperawatan dedang

berlangsung. Peer review adalah umpan balik sesame angota tim

terhdap pelaksanaan

3) Audit hasil

Audit hasil adalah audit produk kerja yang meliputi kondisi

pasien, kondisi SDM, dan indikator mutu. Kondisi pasien dapat

berupa keberhasilan dan kepuasan pasien. Kondisi pasien

meliputi keberhasilan dan kepuasan pasien. Kondisi SDM dapat

berupa efektivitas dan efisiensi, serta kepuasaan. Indikator mutu

umum dapat berupa BOR, ALOS, TOI,dan angka infeksi

nosokomial.

Pada model praktik keperawatan profesional (MPKP),

kegiatan pengendalian diterapkan dalam bentuk kegiatan

pengukuran:

1) Indikator mutu umum

27 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 23: BAB II

a) BOR (Bed Occupancy Rate)

Jumlah rata-rata tempat tidur terpakai. BOR adalah

presentasi pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu

tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi

rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.

Standar internasional BOR yang diangap baik adalah 80 -

90%, sedangkan standar BOR adalah 70 – 80 %.

Rumus,

Keterangan:

Jumlah hari perawatan adalah lama total pasien dirawat

dalam 1 hari x jumlah hari dalam satuan waktu

Jumlah hari persatuan waktu, jika dihitung persatuan bulan

jumlahnya 28 – 31 hari, bergantung pada hari dalam 1

bulan terakhir (Keliat, 2009)

b) ALOS (Average Length Of Stay)

ALOS adalah rata – rata lama hari seorang pasien dirawat.

Indicator ini selain memberikan gambaran tingkat efisiensi,

juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan jika

diterapkan diagnosis tertentu yang masih membutuhkan

pemeriksaan lebih lanjut. Secara umum ALOS yang ideal

adalah 6 – 9 hari.

Rumus:

Keterangan:

Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari

perawatan pasien keluar hidup atau mati dalam satu

periode waktu

28 Program Studi Profesi Ners URINDO

Jumlah hari perawatanBOR : x 100%

Jumlah TT x Jumlah hari per satuan waktu

Jumlah hari perawatan pasien keluarALOS : x 100%

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Page 24: BAB II

Jumlah pasien keluar (hidup - mati) adalah jumlah pasien

yang pulang atau meninggal dalam satu periode waktu.

c) TOI (Turn Over Internal)

TOI adalah rata – rata jumlah hari tempat tidur tidak

ditempati dari saat terisi hingga saat terisi berikutnya.

Indikator ini dapat memberikan gambaran tingkat efisiensi

penggunaan tempat tidur. Idealnya, tempat tidur kosong

hanya dalam waktu 1 – 3 hari. Dalam MPKP, pengukuran

TOI dilakukan oleh kepala ruangan dan dibuat setiap bulan.

Rumus,

Keterangan:

Jumlah tempat tidur adalah jumlah total kapasitas tempat

tidur yang dimiliki

Hari perawatan adalah jumlah total hari perawatan pasien

yang keluar hidup dan mati

Jumlah pasien keluar adalah jumlah pasien yang

dimutasikan keluar baik pulang maupun meninggal

d) Angka infeksi nosokomial

Angka infeksi nosocomial adalah jumlah pasien yang

mengalami infeksi didapat atau terjadi selama dalam

perawatan di rumah sakit. angka ini diukur melalui

penghitungan jumlah pasien dalam satu periode waktu

tertentu. Dalam MPKP penghitungan yang dilakukan oleh

kepala ruangan dan dibuat setiap bulan dengan cara

menghitung jumlah pasien dalam satu periode satuan waktu

tertentu (satu bulan).

2) Kondisi pasien

a) Audit dokumentasi asuhan keperawatan

29 Program Studi Profesi Ners URINDO

(Jumlah TT x hari) – Hari perawatanTOI : x 100%

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Page 25: BAB II

Audit dokumentasi adalah kegiatan mengevaluasi

dokumentasi asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan

oleh perawat pelaksana. Dalam MPKP, kegiatan audit

dilakukan oleh kepala ruangan dengan memeriksa rekam

medik setiap pasien yang telah pulang atau meninggal.

Hasil audit tersebut direkapitulasi dalam satu bulan. Akhir

penilaian, rekapitulasi nilai dibuat sebagai laporan hasil

pelaksanaan evaluasi (Keliat, 2009).

b) Survey masalah keperawatan

Survai masalah keperawatan adalah survei diagnosa

keperawatan dengan standar NANDA untuk pasien baru /

opname yang dilakukan untuk satu periode waktu tertentu

(satu bulan). Hasil survey masalah didokumentasikan dalam

format:

Contoh Survei Masalah Keperawatan

Ruangan : ……………………………..Periode : ……………………………..Jumlah Pasien Masuk : ……………………………..No Masalah Keperawatan Jumlah Presentase12345

c) Survey kepuasan

Survei kepuasaan yang akan dilakukan diruangan MPKP

adalah kepuasan pasien, keluarga, perawat dan tenaga

kesehatan yang lain. Dalam MPKP, survei kepuasan pasien

dilakukan setiap pasien pulang. Setiap pasien

menyelesaikan administrasi atau saat mempersiapkan

pulang, suatu angket diberikan kepada pasien dan keluarga

untuk diisi. Survei kepuasan dilakukan setiap 6 bulan sekali

(Keliat, 2009).

30 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 26: BAB II

II. Compensatory Reward (Kompensasi dan Penghargaan)

a. Proses Perekrutan Tenaga Perawat di Ruang MPKP

Perekrutan diruang MPKP berfokus pada perekrutan perawat yang

ada di Rumah Sakit bukan mencari tenaga perawat baru dari luar

Rumah Sakit. Sebelum mendapatkan proses perekrutan jumlah

perawat yang dibutuhkan harus ditetapkan. Jenis tenaga perawat

terdiri dari kepala ruangan (karu), perawat primer sebagai ketua

tim, dan perawat pelaksana.

Kriteria perawat yang akan bekerja diruangan MPKP adalah

sebagai berikut :

1) Kepala ruangan

a) Pendidikan minimal S1 keperawatan, jika belum ada

diperbolehkan D3 keperawatan pada MPKP pemula.

b) Pengalaman menjadi kepala ruangan minimal 2 tahun, dan

bekerja pada area keperawatan minimal 2 tahun.

c) Sehat jasmani dan rohani.

d) Pernah mengikuti pelatihan (sertifikat)

Asuhan keperawatan

Standar asuhan keperawatan / audit keperawatan

Komunikasi keperawatan

Manajemen keperawatan

Bimbingan klinik (untuk RS pendidikan)

2) Perawat primer / ketua tim

a) Pendidikan minimal S1 keperawatan (perawat primer), jika

belum ada D3 keperawatan diperbolehkan pada MPKP

pemula.

b) Pengalaman kerja diarea keperawatan untuk D3 keperawatan

minimal 3 tahun dan S1 magang 3 bulan

c) Sehat jasmani dan rohani

d) Pernah mengikuti pelatihan (sertifikat) :Asuhan keperawatan,

Standar asuhan keperawatan / audit keperawatan, komunikasi

keperawatan, manajemen keperawatan

31 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 27: BAB II

e) Lulus tes tulis

f) Lulus tes wawancara

3) Perawat pelaksana

a) Pendidikan minimal D3 keperawatan

b) Pengalaman kerja dibagian kesehatan minimal 1 tahun

c) Sehat jasmani dan rohani

d) Pernah mengikuti pelatihan (sertifikat): asuhan keperawatan

e) Lulus tes tertulis

f) Lulus tes wawancara

b. Proses Seleksi Tenaga Perawat di Ruang MPKP

Tenaga perawat yang akan bekerja diruang MPKP dituntut

untuk mengikuti proses seleksi. Berikut adalah proses seleksi :

1) Proses seleksi dimulai dari peninjauan dokument untuk

menetapkan perawat yang memenuhi syarat menjadi kepala

ruangan, perawat primer / ketua tim, dan perawat pelaksana.

2) Semua perawat yang memenuhi kriteria, dipanggil untuk tes

tulis. Hasil tes tulis menetapkan perawat pelaksana yang

memenuhi kriteria dan calon ketua tim dan kepala ruangan.

3) Perawat yang mengikuti tes tulis mengikuti tes wawancara

4) Tahap seleksi selanjutnya adalah presentasi yang diikuti perawat

yang memenuhi kriteria karu dan katim untuk memilih kepala

ruangan dan ketua tim.

c. Proses Orientasi Tenaga Perawat di Ruang MPKP

Setiap perawat yang akan bekerja diruang MPKP harus

melalui masa orientasi yang sering disebut pelatihan awal sebelum

seseorang bekerja pada unit kerja tertentu. Orientasi berupa

pelatihan tentang informasi budaya kerja MPKP dan informasi

umum mengenai rumah sakit (visi, misi, program jangka panjang

dan pendek, program mutu dan kebijakan serta peraturan).

Kegiatan orientasi menggunakan metode klasikal, praktek

32 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 28: BAB II

lapangan, dan praktek kerja (implementasi). Metode klasikal

berlangsung selama 3 hari, praktek lapangan berlangsung selama 3

hari yang diakhiri dengan presentasi hasil praktik. Praktik kerja

dilakukan selama 6 bulan. Kepala bidang keperawatan, dan

konsultan membimbing dan mengawasi implementasi konsep

MPKP.

Kegiatan orientasi dilanjutkan pada seluruh perawat baru

yang akan bekerja di ruang MPKP. Karu dan katim membuat

rencana orientasi dengan menggunakan metode on the job training

untuk semua kegiatan MPKP.

Kegiatan MPKP akan diorientasikan pada saat orientasi

dilakukan.

1) Kepala ruangan: (23 kegiatan)

a) Pendekatan manajemen (17 kegiatan)

Perencanaan (4 kegiatan)

Pengorganisasian (3 kegiatan)

Pengarahan (6 kegiatan)

Pengendalian (4 kegiatan)

b) Kompensasi dan penghargaan (2 kegiatan)

c) Hubungan professional (4 kegiatan)

d) Asuhan keperawatan

2) Ketua tim (11 kegiatan)

a) Pendekatan manajemen (8 kegiatan)

Perencanaan (1 kegiatan)

Pengorganisasia (2 kegiatan)

Pengarahan (5 kegiatan)

b) Kompensasi dan penghargaan (1 kegiatan)

c) Hubungan professional (2 kegiatan)

d) Asuhan keperawatan

33 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 29: BAB II

3) Perawat pelaksana (1 kegiatan)

a) Pendekatan manajemen (1 kegiatan)

b) Asuhan keperawatan

Selama masa orientasi dilakukan, evaluasi atau penilaian

terhdap kerja perawat dalam melaksanakan budaya kerja

MPKP. Selanjutnya bagi perawat yang telah menjalani masa

orientasi, dilakukan penetuan apakah perawat tersebut

diterima atau tidak diruangan MPKP. Penentuan dilakukan

oleh pimpinan keperawatan dan kosultan sesuai dnegan

pencapaian kemampuan.

c) Penilaian kerja

Penialain atau evaluasi kinerja di ruang MPKP ditujukan

kepada kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana.

Kemampuan tiap SDM dievaluasi dengan menggunakan

supervise baik secara langsung (observasi) maupun tidka

langsung (melalui dokumentasi)

d) Pengembangan tenaga perawat

Pengembangan tenaga perawat merupakan salah satu proses

yang berhubungan demgan manajemen SDM. Tujuan

pengembangan tenaga perawat adalah membantu masing-

masing perawat mencapia kinerja sesuai dengan posisinya

dan sebagai pengakuan atau penghargaan terhadap

kemampuan professional tenaga perawat yang akan

memaksimalkan pencapain jejaring karier. Bentuk

pengembangan tenaga perawat di ruang MPKP adalah

pendidikan keperawatan berkelanjutkan dan program

pengembangan jenjang karier.

III. Professional Relationship (Hubungan Profesional)

Hubungan profesional relationship dalam pemberian pelayanan

keperawatan merupakan standar hubungan antara pemberi pelayanan

ke;perwatan merupakan standar hubungan antara pemberi pelayanan

34 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 30: BAB II

keperawatan (tim kesehatan) dan penerima pelayanan kesehatan

keperawatan (pasien) dan keluarga.

Pada pelaksanaannya, hubungan profesional dapat saja terjadi

secara internal, artinya hubungan yang terjadi antara pemberi

pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dan perawat, antara

perawat dengan tim kesehatan lain dan seterusnya, sedangkan

hubungan profesional secara eksternal adalah hubungan yang terjadi

antara pemberi dan penerima layanan kesehatan. Kedua hubungan

tersebut merupakan satu siklus yang tidak terpisahkan dalam

pemberian pelayanan kesehatan

a. Rapat Perawat Ruangan

Rapat tim keperawatan adalah suatu media komunikasi untuk

menyampaikan infomasi permasalahan yang ditemukan pada

pasien, evaluasi hasil kerja secara keseluruhan, informasi/

peraturan/ perkembangan, iptek dan lain-lain. Focus pembicaraan

adalah membahas hasil-hasil kerja keperawatan selama sebulan

mengenai semua aktivitas ruangan MPKP

b. Conference Keperawatan

Case conference (konferensi kasus) adalah diskusi kelompok

tentang kasus asuhan keperawatan pasien atau keluarga. Dilakukan

dua kali perbulan dan kasusnya bergantian antar tim.

c. Rapat Tim Kesehatan

Rapat tim kesehatan adalah media komuniksi antara tim kesehatan

(rapat multidisiplin) untuk membahas manjerial ruang MPKP.

Focus pembicaraan rapat adalah semua hal yang terkait dengan

manajerial

d. Kolaborasi Dengan Dokter

1) Visit dokter

35 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 31: BAB II

Visit dokter adalah kunjungan dokter keruangan untuk

melakukan pemeriksaan kesehatan pada pasien, dan ketua tim

bertanggung jawab melakukan kolaborasi serta mendampingi

dokter saat melakukan pemeriksaan dan menyampaikan

informasi tentang pasien

2) Konsultasi via telepon

Konsultasi via telepon adalah tindakan melaporkan kondisi

pasien kepada dokter melalui telepon. Konsultasi vi atelepon

dilakukan jika menuru perawat, kondisi pasien membutuhkan

tindakan kedokteran. Saat konsultasi, dokter memberikan

program terapi berupa tindakan yang dilaksanakan oleh

perawat. Oleh karena itu, diperlukan seorang saksi yang ikut

mendengarkan program terapi tersebut atau strategi pasien

safety lainnya.

IV. Patien Care Delivery

Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan

dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien secara

sistematis dan terorganisasi. Manajemen asuhan keperawatan

merupakan pengaturan sumber daya alam dalam menjalankan

kegiatan keperawatan dengan menggunakan metode proses

keperawatan untuk memeenuhi kebutuhan pasien atau menyelesaikan

masalah pasien (Keliat, 2009).

Tiga komponen penting dalam manajemen asuhan keperawatan,

yaitu manajemen SDM (perawat) yang menggunakan sistem

pengorganisasian pekerjaan perawat (asuhan keperawatan) dan sistem

klasifikasi kebutuhan pasien (proses keperawatan) (Keliat, 2009).

a. Proses Keperawatan

Proses keperawatan adalah pendekatan penyelesaian masalah yang

sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan. Kebutuhan dan

masalah pasien merupakan hal yang penting dalam proses

penyelesaian masalah ini. Menurut Craven dan Hirnle (2000)

36 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 32: BAB II

dalam Keliat (2009), proses keperawatan merupakan suatu

pedoman untuk memberikan asuhan keperawatan professional, naik

untuk individu, kelompok, keluarga maupun komunitas.

Selanjutnya, Craven dan Hirnle (2000) dalam Keliat (2009)

menyatakan bahwa proses keperawatan memiliki enam fase yaitu

pengkajian, diagnosis, rencana tindakan, implementasi dan

evaluasi.

Proses keperawatan itu dibuat format pengkajian dan pedoman

pengisianya. Rencana keperawtaan yang mencakup diagnosis

standar tujuan dan rencana tindakan keperawatan dibuat

berdasarkan diagnosis keperawatan utama. Selain itu dibuat

pedoman implementasi tindakan keperawatan untuk masing-

masing diagnosis keperawatan utama setiap melakukan pertemuan

dengan pasien. Selanjutnya, format evaluasi dibuat untuk menilai

kemampuan perawat dalam merawat pasien (Keliat, 2009)

Evaluasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan

A. Petunjuk Pengisian

a. Audit dilakukan oleh Karu

b. Karu mengisi kolom 3 dan 4

c. Kolom 3 terdiri dari 10 sub kolom yang diisi kode rekam medic pasien

sesuai dengan urutan pulang pada waktu evaluasi. Tiap sub kolom hanya

digunakan untuk satu berkas rekam medic yang dinilai. Rekam medic

yang telah dinilai diberi tanda agar tidak dinilai ulang

d. Pada tiap kolom beri tanda √ jika ditemukan aspek yang dinilai (nilai 1),

sedangkan jika aspek yang dinilai tidak ditemukan (nilai 0), beri tanda “0”

e. Kolom keterangan diisi sesuai jika penilaian dianggap perlu

mencantumkan penjelasan atau jika ada keraguan penilaian.

f. Subtotal diisi dengan hasil penjumlahan jawaban nilai √ yang ditemukan

pada masing-masing kolom

g. Total nilai adalah hasil penjumlahan subtotal

h. Tiap variable dihitung persentasinya dengan cara:

37 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 33: BAB II

No Aspek yang dinilaiKode berkas rekam

medic pasienKet

A Pengkajian1 Mencatat data yang dikaji sesuai dengan

pedoman pengkjian2 Data dikelompokan (Bio-psiko-sosio-

spiritual)3 Data dikaji sejak pasien masuk sampai

pulang4 Masalah dirumuskan berdasarkan

kesenjangan antara status kesehatan dan norma serta pola fungsi hidupSubtotalTotal NilaiPersentase

B Diagnosis1 Diagnosis keperawatan berdasarkan

masalah yang telah dirumuskan2 Diagnosis keperawatan actual

dirumuskan3 Diagnose keperawatan risiko dirumuskan

SubtotalTotal NilaiPersentase

C Perencanaan1 Rencana tindakan berdasarkan diagnosis

keperawatan2 Rencana tindakan disusun menurut urutan

prioritas3 Rumusan tujuan mengandung komponen

pasien/subjek, perubahan perilaku, kondisi pasien dan/atau kriteria

4 Rencana tindakan mengaku pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci dan jelas

5 Rencana tindakan menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan lainSubtotalTotal NilaiPersentase

D Tindakan1 Tindakan dilaksanakan mengacu pada

38 Program Studi Profesi Ners URINDO

Total nilaiPersentase = X 100 % Jumlah berkas Rekam medik x jumlah aspek yang dinilai

Page 34: BAB II

rencana keperawatan2 Perawat mengobservasi respons pasien

terhadap tindakan keperawatan3 Revisi tindakan berdasarkan hasil

evaluasi4 Semua tindakan yang telah dilaksanakan

dicatat ringkas dan jelasSubtotalTotal NilaiPersentase

E Evaluasi1 Evaluasi mengacu pada tujuan2 Hasil evaluasi dicatat

Subtotaltotal NilaiPersentase

F Catat Asuhan Keperawatan1 Menulis pada format yang baku2 Pencatatan dilakukan sesuai dengan

tindakan yang dilakukan3 Pencatatan dituli dengan jelas, ringkas,

istilah yang baku dan benar4 Setiap melakukan tindakan, perawat

mencantumkan paraf/nama jelas, dan tanggal, waktu dilakukan tindakan

5 Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlakuSubtotalTotal NilaiPersentase

B. KOMPONEN-KOMPONEN MPKP

Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional,

yaitu sebagai berikut:

1. Ketenagaan Keperawatan

Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah

tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat

ketergantungan pasien. Menurut Loveridge & Cummings (1996)

klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3 kategori, yaitu :

a. Perawatan minimal

Memerlukan waktu 1 – 2 jam / 24 jam yang terdiri atas :

39 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 35: BAB II

1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri

2) Makan dan minum dilakukan sendiri

3) Ambulasi dengan pengawasan

4) Observasi tanda – tanda vital dilakukan setiap shift

5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil

6) Persiapan prosedur memerlukan pengobatan

b. Perawatan intermediet

Memerlukan waktu 3 – 4 jam / 24 jam yang terdiri atas :

7) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu

8) Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam

9) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali

10) Voley kateter / intake output dicatat

11) Klien terpasang infus

c. Perawatan maksimal / total

Memerlukan 5 – 6 jam / 24 jam:

12) Semua kebutuhan pasien dibantu

13) Posisi yang diatur, observasi tanda – tanda vital setiap 2 jam

14) Makan melalui NGT, menggunakan terapi intravena

15) Pemekaian suction

16) Gelisah / disorientsi

Menurut Douglas (1984) kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan

perpasien:

Waktu klasifikasi Pagi Sore Malam

Minimal 0,17 0,14 0,10

Partial 0,27 0,15 0,07

Total 0,36 0,30 0,20

Sebagai contoh :

Ruang perawatan bedah terdapat 30 pasien, yang terdiri dari 10 pasien

minimal, 15 pasien partial, dan 5 pasien total, maka jumlah perawat yang

diperlukan untuk jaga pagi adalah :

40 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 36: BAB II

10 x 0,17 = 1,7

15 x 0,27 = 4,05

5 x 0,36 = 1,8

---------------------

Jumlah = 7,55 dan dibulatkan menjadi 8 orang perawat yang

dibutuhkan untuk dinas pagi.

Untuk mengetahui kebutuhan actual tenaga keperawatan di ruang

perawatan sebaiknya dilakukan setiap hari selama minimal 22 hari dan

dalam waktu yang sama.

Misalnya: rata-rata perawat yang diperlukan di ruangan bedah menurut

perhitungan Douglas adalah 10 orang perawat, maka jumlah yang

diperlukan pada ruangan tersebut adalah

a. Perawat shift : 10 orang

b. Libur cuti : 5 orang

c. Ketua tim : 1 orang

d. Kepala ruangan : 1 orang

Jumlah = 19 orang

2. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan

Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian

asuhan keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien.

Terdapat tiga pola yang sering digunakan dalam pemberian asuhan

keperawatan, yaitu penugasan fungsional,penugasan tim, penugasan

primer

a. Penugasan keperawatan fungsional

Sistem penugasan ini berorientasi pada tugas dimana fungsi

keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap perawat pelaksana,

misalnya seorang perawat ditugaskan khusus untuk tindakan pemberian

obat, perawat yang lain untuk mengganti verband, penyuntikan,

observasi TTV dan sebagainya. Tindakan ini didistribusikan melalui

tingkat kemampuan masing – masing perawat pelaksana. Oleh karena

41 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 37: BAB II

itu kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasi tingkat kesulitan

tindakan tersebut, selanjutnya ditetapkan perawat yang bertanggng

jawab mengerjakan tindakan yang dimaksudkan. Setiap perawat

pelaksana bertanggung jawab kepada kepala ruangan. Tidak ada

perawat pelaksana yang bertanggung jawab penuh untuk asuhan

keperawatan pada seorang pasien.

1) Keuntungan:

Menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat

Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan /

kurang tenaga keperawatan profesional

Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan

langsung dan selalu berulang – ulang dikerjakan.

2) Kerugian :

Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat

Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab

Hubungan perawat – pasien sulit terbentuk

Pelayanan tidak profesional

Pekerjaan monoton

b. Penugasan keperawatan tim

Merupakan suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian

asuhan keperawatan, dimana kepala ruangan membagi perawat

pelaksana dalam beberapa kelompok atau tim, yang diketuai oleh

seorang perawat profesional/berpengalaman. Metode ini digunakan

apabila perawat pelasana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan

dan kemampuanya.

Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan

seluruh kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan

anggota tim. Tujuan metoda penugasan keperawatan tim untuk

memberikan keperawatan yang berpusat pada pasien. Ketuan tim

melakukan pengkajian danmenyusun rencana keperawatan pada setiap

pasien, dan anggota tim bertanggung jawab melaksanakan asuhan

keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah

42 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 38: BAB II

dibuat. Oleh karena kegiatan dilakukan bersama-sama dalam kelompok,

maka ketua tim seringkali melakukan pertemuan bersama dengan

anggota timnya (konferensi tim) guna membahsa kejadian-kejadian

yang dihadapi dalam pemberian asuhan keperawatan.

1) Keuntungan

Melibatkan semua anggota timdalam asuhan keperawatan pasien

Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat

dipertanggung jawabkan

Membutuhkan biaya lebih sedikit / murah, dibanding setiap

penugasan lain

Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan

profesional

2) Kerugian

Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan

Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan /

konferensi, karena anggotanya terbagi – bagi dalam shift

Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas,

dibandingkan dengan anggota tim

c. Penugasan keperawatan primer

Keperawatan primer suatu metoda pemberian asuhan keperawatan

dimana perawat profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat

terhadap asuhan keperawtan pasien selama 24 jam / hari. Tanggung

jawab meliputi pengkajian pasien,perencanaan, implementasi dan

evaluasi asuhan keperawtan dari sejak pasien masuk RS hingga pasien

dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat primer yang

dibantu oleh perawat asosiet.

Keperawatan primer ini akan menciptakan kesepakatan untuk

memberikan asuhankeperawtan yang komprehensif, Diana asuhan

keperawatan berorientasi pada pasien.

Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawtan pasien

dibawah tanggung jawab perawat primer, dan perawat asosiat yang

43 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 39: BAB II

akan mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan dalam

tindakan keperawatan

1) Keuntungan

Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab

dan tanggung gugat meningkat.

Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan

Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien

Terciptanya kolaborasi yang baik

Membebaskan perawat dari tugas – tugas yang bersifat

perbantuan

Metoda ini mendukung pelayanan profesional

Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer

2) Kerugian

Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana

harus perawat profesional

Biaya yang diperlukan banyak

3. Proses Keperawatan

Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang

dilakukan perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap.

Kebutuhan dan masalah pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan

keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam pengambilan

keputusan adalah:

a. Identifikasi masalah

b. Menyusun alternatif penyelesaian masalah

c. Pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya

d. Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah

Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-

langkah proses keperawatan yaitu :

a. Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistik

44 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 40: BAB II

b. Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah-

masalah keperawatan

c. Rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah

d. Implementasi rencana

e. Evaluasi hasil tindakan

4. Dokumentasi Keperawatan

Merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan keperawatan,

karena melalui pendokumenmtasian yang baik, maka informasi mengenai

keadaan kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan.

Disamping itu dokumentasi merupakan dokumen legaltergantung

pemberian asuhan keperawatan. Secra lebih spsifik dokumentasi berfungsi

sarana komunikasi antar profesi kesehatan, sumber data untuk pemberian

asuhan keperwatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti

pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan.

Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien.

Dokumentasi berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian, rencana

keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan catatan perkembangan

pasien.

Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan diberbagai rumah

sakit, Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP terdiri dari 5

komponen yaitu :

a. Nilai-nilai professional

Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan

klien/keluarga, menjadi partner dalam memberikan asuhan

keperawatan. Pada pelaksanaan dan evaluasi renpra. PP mempunyai

otonomi dan akuntabilitas untuk mempertanggung jawabkan asuhan

yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan oleh PA. Hal ini

berarti PP mempunyai tanggung jawab membina performa PA agar

melakukan tindakan berdasarkan nilai – nilai profesional.

Nilai – nilai profesional digariskan dalam kode etik keperawatan

yaitu :

45 Program Studi Profesi Ners URINDO

Page 41: BAB II

1) Hubungan perawat – klien

2) Hubungan perawat dan praktik

3) Hubungan perawat dan masyarakat

4) Hubungan perawat dan teman sejawat

5) Hubungan perawat dan profesi

b. Hubungan antar profesional

Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling

mengetahui perkembangan kondisi klien sejak awal masuk, sehingga

mampu memberi informasi tentang kondisi klien kepada profesional

lain khusunya dokter. Pemberian informasi yang akurat akan membantu

dalam penetapan rencana tindakan medik.

c. Metode pemberian asuhan keperawatan

Metode pemberian asuhan keperawtan yang digunakan adalah

modifikasi keperawatan primer sehingga keputusan tentang rencana

perawatan ditetapkan oleh PP, PP akan mengevaluasi perkembangan

klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan

klien.

d. Pendekatan manajemen

Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis

koordinasi yang jelas antara PP dan PA. Performa PA dalam satu tim

menjadi tanggung jawab PP. Dengan demikian PP adalah seorang

manajer asuhan keperawatan. Sebagai seorang manajer, PP harus

dibekali dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga

PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.

e. Sistem kompensasi dan penghargaan

PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk

asuhan keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional.

Kompensasi dan penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan

bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan

berdasarkan prosedur.

46 Program Studi Profesi Ners URINDO