bab ii
DESCRIPTION
NHT dan TGTTRANSCRIPT
![Page 1: BAB II](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/5695d1611a28ab9b02964b94/html5/thumbnails/1.jpg)
9
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pustaka Yang Menyangkut Variabel Penelitian
1. Hasil Belajar
Karwono dan Heni (2012:91) menyatakan bahwa:
Perkembangan konstruktivisme dalam belajar tidak terlepas dari usaha keras Jean Piaget dan Vygotsky. Kedua tokoh ini menekankan bahwa perubahan kognitif ke arah perkembangan terjadi ketika konsep-konsep yang sebelumnya sudah ada mulai bergeser karena ada sebuah informasi baru yang diterima melalui proses ketidakseimbangan (disequilibrium). Menurut pendapat di atas belajar itu terjadi ketika aspek kognitif
mengalami perubahan dimana munculnya informasi baru dengan
pemahaman yang sudah ada.
Selain itu, Karwono dan Heni (2012:93) menambahkan bahwa
“dalam belajar, peserta didik harus membangun sendiri pengetahuannya
karena proses belajar itu datang dari dalam diri individu bukan datang dari
luar individu”. Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa siswa harus
mengembangkan kreativitas dirinya dalam memahami materi yang telah
diberikan oleh guru.
Hasil belajar siswa merupakan kemampuan siswa untuk
menangkap dan memahami konsep atau materi yang telah diberikan.
Dalam hal ini hasil belajar siswa akan dilihat dari hasil test pelajaran
matematika yang diberikan kepada siswa. Hasil belajar siswa yang baik
adalah siswa memperoleh nilai yang baik setelah melalui proses belajar
mengajar terutama dalam bidang studi matematika.
![Page 2: BAB II](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/5695d1611a28ab9b02964b94/html5/thumbnails/2.jpg)
10
10
Hamalik (dalam Kunandar, 2013:62) menyatakan bahwa “hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dari
sikap-sikap serta kemampuan peserta didik”. Sedangkan Sudjana (dalam
Kunandar, 2013:62) menjelaskan bahwa “hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima
pengalaman belajarnya”.
Pada intinya bahwa hasil belajar adalah perubahan pola-pola
perbuatan, ketrampilan, dan sikap siswa. Kemudian kapasitasnya terukur
dari perbuatan individu.
Selanjutnya Kunandar (2013:62) menyatakan bahwa “hasil belajar
adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif,
maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah
mengikuti proses belajar mengajar”. Menurut penjelasan di atas, hasil
belajar adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik baik kognitif, afektif
maupun psikomotor setelah melakukukan proses pembelajaran.
Seseorang dikatakan telah belajar ketika mengalami suatu
perubahan yang berupa perubahan tingkah laku, pengetahuan dan sikap
yang diperoleh seseorang setelah melakukan proses kegiatan belajar.
Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hamalik (2011:30)
menyatakan bahwa “hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan
pada aspek-aspek, diantaranya : a) pengetahuan; b) pengertian; c)
kebiasaan; d) keterampilan; e) apresiasi; f) emosional; g) hubungan
sosial; h) jasmani; i) etis atau budi pekerti; j) sikap”.
Purwanto (2008:54) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah hasil
yang dicapai dari proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan. Hasil belajar diukur untuk mengetahui pencapaian tujuan
pendidikan sehingga hasil belajar harus sesuai dengan tujuan
![Page 3: BAB II](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/5695d1611a28ab9b02964b94/html5/thumbnails/3.jpg)
11
11
pendidikan”. Dari pendapat di atas hasil belajar merupakan hasil yang
telah dicapai untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan
pendidikan tersebut.
Dari uraian di atas hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari hasil
tes evaluasi seorang peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran
matematika.
2. Pembelajaran Kooperatif
Rusman (2014:202) menjelaskan bahwa:
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.
Menurut pendapat di atas pembelajaran kooperatif merupakan
suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif
sehingga siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya.
Menurut Slavin (dalam terjemahan Yusron, 2005:8) bahwa:
Dalam metode pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Sebagai contoh misalnya, dalam metode yang disebut Student Teams –Achievement Division atau STAD – seorang guru bisa saja menyampaikan pelajaran tentang membaca peta, kemudian memberikan waktu kepada siswa untuk bekerja dengan peta dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan soal itu bersama anggota timnya. Anggota timnya heterogen yang terdiri
![Page 4: BAB II](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/5695d1611a28ab9b02964b94/html5/thumbnails/4.jpg)
12
12
dari siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah, laki-laki dan perempuan dan berasal dari latar belakang etnik berbeda. Menurut pendapat di atas pembelajaran kooperatif atau
pembelajaran secara kelompok yang anggotanya heterogen seperti
kedudukan prestasi, jenis kelamin dan latar belakang etnik yang berbeda.
Slavin (dalam Isjoni, 2013:15) menyatakan bahwa “In cooperative
learning methods, students work together in four member teams to master
material initially presented by the teacher”. Dari uraian tersebut
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana
sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah
4-6 orang secara kolaboratif dengan materi yang telah disampaikan oleh
guru.
Menurut Anita Lie (dalam Isjoni, 2013:16) bahwa:
Cooperative learning disebut sebagai pembelajaran gotong-royong, yaitu suatu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dan 4-6 orang saja.
Menurut pendapat di atas cooperative learning adalah pembelajaran
secara bersama-sama, siswa akan bekerja dalam kelompok dan
diharapkan siswa dapat saling mendiskusikan, untuk mengasah
pengetahun mereka.
Riyanto (2009:267) juga menjelaskan bahwa:
Pada prinsipnya langkah-langkah umum pembelajaran kooperatif ada 5 tahap, yaitu: a) berikan informasi dan sampaikan tujuan serta skenario pembelajaran; b) organisasikan siswa atau peserta didik dalam kelompok kooperatif; c) bimbing siswa atau peserta untuk melakukan kegiatan atau berkooperatif; d) evaluasi; e) berikan penghargaan.
![Page 5: BAB II](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/5695d1611a28ab9b02964b94/html5/thumbnails/5.jpg)
13
13
Menurut pendapat di atas bahwa langkah-langkah pembelajaran
kooperatif yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran, membagi siswa ke
dalam kelompok-kelompok, membimbing siswa dalam melakukan latihan
secara kolaboratif, melakukan evaluasi dan memberikan penghargaan
kepada siswa.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa unsur penting
yang membedakan dengan pembelajaran lain. Johnson & Johnson dan
Sutton (dalam Trianto, 2009:60-61) menyatakan bahwa “ada lima unsur
penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: a) saling ketergantungan
yang bersifat positif antara siswa; b) interaksi siswa yang semakin
meningkat; c) tanggung jawab individual; d) keterampilan interpersonal dan
kelompok kecil; e) kelompok kecil ”. Menurut uraian tersebut pembelajaran
kooperatif akan membentuk ketergantungan sosial, dan dapat membentuk
tanggung jawab perseorangan. Kemudian siswa akan saling mengenal,
dan dapat memperlancar komunikasi.
Selain lima unsur penting diatas dalam model pembelajaran
kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang
membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Riyanto (2009:266)
menjelasakan bahwa ada lima prinsip yang mendasari pembelajaran
kooperatif, yaitu:
a) Positive independence artinya adanya saling ketergantungan positif; b) face to face interaction artinya antar anggota berinteraksi dengan saling berhadapan; c) individuality accountabilty artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi; d) use of collaborative/social skill artinya harus menggunakan keterampilan bekerjasama dan bersosialisasi; e) group processing artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif.
Menurut pendapat di atas pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang melibatkan kerjasama dalam kelompok yang dapat
![Page 6: BAB II](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/5695d1611a28ab9b02964b94/html5/thumbnails/6.jpg)
14
14
membuat siswa lebih aktif dengan berinteraksi antar anggota kelompok
dalam proses pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan belajar.
3. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Salah satu model pembelajaran koopertif yang dapat membantu
meningkatkan kemampuan siswa dalam proses belajar adalah Numbered
Head Together (NHT). Model NHT merupakan model pembelajaran
kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Menurut Trianto (2010:82) menyatakan bahwa:
Pembelajaran kooperatif tipe NHT atau penomoran berpikir
bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif
terhadap struktur kelas tradisional. NHT pertama kali dikembangkan
oleh Spenser Kagan (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa
dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Menurut pendapat di atas pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah
pembelajaran yang melibatkan banyak siswa dan dapat mempengaruhi
pola interaksi siswa.
Menurut Huda (2014:130) mengemukakan bahwa:
Pada dasarnya, NHT merupakan varians dari diskusi
kelompok. Teknis pelaksanaannya hampir sama dengan diskusi
kelompok. Pertama-tama, guru meminta siswa untuk duduk
berkelompok-kelompok. Masing-masing anggota diberi nomor.
Setelah selesai, guru memanggil nomor (baca;anggota) untuk
mempresentasikaan hasil diskusinya. Guru tidak memberitahukan
nomor berapa yang akan berpresentasi selanjutnya. Begitu
seterusnya hingga semua nomor terpanggil. Pemanggilan secara
acak ini akan memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam
diskusi tersebut.
![Page 7: BAB II](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/5695d1611a28ab9b02964b94/html5/thumbnails/7.jpg)
15
15
Menurut pendapat di atas teknik pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe NHT hampir sama dengan diskusi kelompok, hanya saja
dalam pembelajaran NHT ada langkah-langkahnya sendiri.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa lebih bertanggung
jawab terhadap soal yang diberikan, sehingga memicu siswa menjadi aktif
dalam menjawab. Disamping itu, setiap kelompok juga akan melakukan
diskusi untuk berbagi informasi antar anggota sehingga tiap anggota
mengetahui jawabannya.
Menurut Trianto (2009:82-83) langkah-langkah dalam
melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut:
a) Fase 1 : Penomoran Dalam fase ini, guru membagi para siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
b) Fase 2 : Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.
c) Fase 3 : Berpikir bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan menyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
d) Fase 4 : Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe NHT
mempunyai langkah-langkah yaitu: pertama, guru membagi siswa ke dalam
beberapa kelompok dan memberikan nomor setiap kelompok. Kedua, guru
memberikan soal latihan kepada siswa yang berkaitan dengan materi yang
telah disampaikan. Ketiga, siswa berdiskusi terkait soal latihan yang telah
diberikan oleh guru, dan yang keempat guru memanggil salah satu nomor
dari kelompok untuk menjawab pertanyaan.
![Page 8: BAB II](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/5695d1611a28ab9b02964b94/html5/thumbnails/8.jpg)
16
16
Menurut Lie (2010:47) pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki
kelebihan dan kelemahan, yaitu:
Kelebihan : a) Jumlah ganjil memudahkan proses pengambilan suara b) Lebih banyak ide yang muncul c) Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan d) Guru mudah memonitor kontribusi Kelemahan : a) Membutuhkan lebih banyak waktu b) Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik. c) Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak
memperhatikan d) Kurang kesempatan untuk individu
Dalam mengatasi kelemahan dari pendapat di atas guru
mengajarkan sosialisasi yang lebih baik, guru harus rajin memonitor setiap
siswa agar semua siswa memperhatikan, dan harus lebih banyak
memberikan kesempatan kepada individu untuk menjawab pertanyaan.
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam penelitian ini adalah
siswa dilatih untuk saling berbagi informasi, menghargai pendapat orang
lain, sehingga siswa lebih aktif dalam pelajaran. Langkah-langkah dari
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat di lihat pada tabel 2.
Tabel 2. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam penelitian ini
Langkah-langkah Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT Guru Siswa
Tahap 1 : Persiapan Guru menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS). Kemudian guru menyampaikan materi pokok yang sudah ditentukan.
Siswa memperhatikan penjelasan materi dari guru.
Tahap 2 : Penomoran
Dalam tahap ini, guru membagi para siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan setiap
Siswa berkumpul kedalam kelompok yang telah ditentukan oleh
![Page 9: BAB II](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/5695d1611a28ab9b02964b94/html5/thumbnails/9.jpg)
17
17
anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
guru.
Tahap 3 : Diskusi masalah
Guru membagikan LKS kepada setiap siswa dan meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal secara berkelompok.
Siswa mengerjakan latihan soal secara berkelompok.
Tahap 4 : Berpikir bersama
Guru meminta siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan menyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
Siswa mengemukakan pendapat dalam kelompoknya.
Tahap 5 : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Siswa mempresentasikan jawabannya di depan kelas.
4. Model Pembelajaran Times Games Tournament (TGT)
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu dari
model pembelajaran kooperatif. Model ini disebut juga pertandingan
permainan tim.
Trianto (2009:83) mengemukakan bahwa:
Model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) atau pertandingan permainan tim dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keat Edward (1995). Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambhn poin untuk skor tim mereka. TGT sangat cocok untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar.
Menurut uraian di atas model pembelajaran TGT adalah model
pembelajaran yang dilakukan dengan bermain bersama anggota timnya
![Page 10: BAB II](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/5695d1611a28ab9b02964b94/html5/thumbnails/10.jpg)
18
18
untuk memperoleh skor tim dan TGT ini sangat cocok untuk mata
pelajaran yang mempunyai satu jawaban benar.
Rusman (2014:225) menyatakan bahwa “model pembelajaran
kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a) siswa bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil; b) games tournament; dan c)
penghargaan kelompok”. Menurut pendapat di atas ciri-ciri pembelajaran
TGT yaitu pertama, siswa belajar dengan anggota timnya masing-masing.
Kedua, siswa diberikan persoalan untuk diselesaikan secara bersama-
sama guna mendapatkan skor. Ketiga, guru memberikan reward kepada
tim yang mendapatkan skor tertinggi.
Pembelajaran kooperatif model TGT merupakan pembelajaran yang
mampu meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan
kemampuan hubungan sosial.
Slavin (2005:163) menyatakan bahwa:
Secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal: TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Menurut pendapat di atas pembelajaran TGT yaitu pembelajaran
yang menggunakan permainan turnamen akademik yang berisi kuis-kuis
guna mendapatkan skor.
Menurut Huda (2014:198-199) langkah-langkah dalam
melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai berikut:
a) Prosedur TGT Tim study (sering juga dikenal dengan home team). Siswa memperdalam, mereview dan mempelajari materi secara kooperatif dalam tim ini. Penentuan kelompok dilakukan secara heterogen.
b) Turnamen Setelah membentuk tim, siswa mulai berkompetisi dalam turnamen. Penentuan turnamen dilakukan secara homogen dengan langkah sebagai berikut: 1) menggunakan daftar rangking yang telah dibuat sebelumnya; 2) membentuk
![Page 11: BAB II](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/5695d1611a28ab9b02964b94/html5/thumbnails/11.jpg)
19
19
kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri 3 atau 4 siswa; 3) menentukan setiap anggota dari masing-masing kelompok berdasarkan kesataraan kemampuan akademik, jadi ada turnamen yang khusus untuk kelompok-kelompok yang terdiri dari siswa-siswa pandai, dan ada turnamen yang khusus untuk kelompok-kelompok siswa yang lemah secara akademik.
c) Scoring Scoring dilkukan untuk semua tabel turnamen. Setiap pemain bbisa menyumbangkan 2 hingga 6 pin kepada tim studiny masing-masing. Poin tim studi akan ditotal secara keseluruhan.
Menurut pendapat di atas langkah-langkah pembelajaran kooperatif
tipe TGT yaitu pertama, menentukan kelompok secara heterogen dan
siswa bekerja secara kooperatif dalam timnya. Kedua, siswa diberikan
persoalan untuk berkompetisi dalam turnamen. Pada turnamen ini, soal
sulit untuk anak yang berkemampuan tinggi, sedangkan soal yang mudah
untuk anak yang berkemampuan rendah. Ketiga, guru memberikan skor
kepada tim yang mampu menjawab soal yang telah diberikan.
Menurut Nugroho dan Rachman (2013:162) model pembelajaran
TGT memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu:
Kelebihan: a) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas gerak. b) Mengedapankan penerimaan terhadap perbedaan individu. c) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara
mendalam. d) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari
siswa. e) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain. Kelemahan : a) Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan
heterogen dari segi akademis. b) Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan
sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya.
Dalam mengatasi kelemahan dari pendapat di atas guru harus
mampu menguasai kelas secara menyeluruh, sehingga guru dapat teliti
dalam menentukan pembagian kelompok dan waktu yang dihabiskan oleh
siswa untuk berdiskusi, dan guru harus mampu membimbing dengan baik
![Page 12: BAB II](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/5695d1611a28ab9b02964b94/html5/thumbnails/12.jpg)
20
20
siswa yang berkemampuan tinggi agar dapat menjelaskan pengetahuan
yang dimilikinya kepada siswa yang lain.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam penelitian ini adalah
siswa dilatih untuk bereran aktif dalam pembelajaran yang dikemas dalam
bentuk turnamen akademik untuk memeroleh skor. Langkah-langkah dari
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat di lihat pada tabel 3.
Tabel 3. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam penelitian ini
Langkah-langkah Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT Guru Siswa
Tahap 1 : Persiapan Guru menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan kartu soal. Kemudian guru menyampaikan materi pokok yang sudah ditentukan.
Siswa memperhatikan penjelasan materi dari guru.
Tahap 2 : Membagi kelompok
Dalam tahap ini, guru membagi para siswa ke dalam kelompok 3-5 orang, dimana setiap anggota kelompok tersebut mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.
Siswa berkumpul kedalam kelompok yang telah ditentukan oleh guru.
Tahap 3 : Diskusi masalah
Guru membagikan LKS kepada setiap siswa dan meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal secara berkelompok.
Siswa mengerjakan latihan soal secara berkelompok.
Tahap 4 : Mengajukan perwakilan kelompok
Guru meminta setiap kelompok untuk mengajukan salah satu siswa menjadi perwakilan kelompok untuk mengikuti tournament.
Siswa menjadi perwakilan masing-masing kelompok.
![Page 13: BAB II](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/5695d1611a28ab9b02964b94/html5/thumbnails/13.jpg)
21
21
Tahap 5 : Tournament
Pada tahap ini, guru mengambil kartu soal secara acak yang telah disiapkan. Guru membacakan soal dari kartu soal yang terambil, siswa yang paling cepat menjawab, maka siswa tersebut yang lebih dahulu mengerjakan soal tersebut.
Siswa mempresentasikan jawabannya di depan kelas.
Tahap 6 : Penghargaan Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor tertinggi.
Siswa memperolah penghargaan dari guru.
5. Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan TGT
Berikut akan disajikan tabel perbandingan antar model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe TGT, untuk memberikan
gambaran yang lebih jelas mengenai persamaan ataupun perbedaan
antara kedua model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TGT.
Tabel 4. Perbandingan antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan
tipe TGT.
Aspek NHT TGT
Langkah-langkah
1) Guru menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS). Kemudian guru menyampaikan materi pokok yang sudah ditentukan.
2) Guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
3) Guru membagikan LKS
kepada setiap siswa dan
1) Guru menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan kartu soal. Kemudian guru menyampaikan materi pokok yang sudah ditentukan.
2) Guru membagi para siswa ke dalam kelompok 3-5 orang, dimana setiap anggota kelompok tersebut mempunyai kemampuan yang
![Page 14: BAB II](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/5695d1611a28ab9b02964b94/html5/thumbnails/14.jpg)
22
22
meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal secara berkelompok.
4) Guru meminta siswa
menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan menyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
5) Guru memanggil suatu
nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
berbeda-beda.
3) Guru membagikan LKS kepada setiap siswa dan meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal secara berkelompok.
4) Guru meminta setiap
kelompok untuk mengajukan salah satu siswa menjadi perwakilan kelompok untuk mengikuti tournament.
5) Guru mengambil
kartu soal secara acak yang telah disiapkan. Guru membacakan soal dari kartu soal yang terambil, siswa yang paling cepat menjawab, maka siswa tersebut yang lebih dahulu mengerjakan soal tersebut.
6) Guru memberikan
penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor tertinggi.
Struktur tim Kelompok heterogen Kelompok heterogen dan penetapan siswa dalam meja turnamen dengan kemampuan seimbang, dan setelah dilakukan penilaian maka dilakukan pengaturan kedudukan siswa dalam meja turnamen pada turnamen berikutnya.
Kelebihan 1) Jumlah ganjil memudahkan proses pengambilan suara.
1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas gerak.
![Page 15: BAB II](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/5695d1611a28ab9b02964b94/html5/thumbnails/15.jpg)
23
23
2) Lebih banyak ide yang muncul.
3) Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan.
4) Guru mudah memonitor kontribusi.
2) Mengedapankan penerimaan terhadap perbedaan individu.
3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam.
4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa.
5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain.
Kelemahan 1) Membutuhkan lebih banyak waktu
2) Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik.
3) Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan.
4) Kurang kesempatan untuk individu.
1) Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis.
2) Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya.
B. Kaitan Antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang
mempengaruhi variabel lain (variabel terikat). Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe TGT. Sedangkan
variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar
matematika. Menurut penelitian terdahulu, model pembelajaran matematika
dengan hasil belajar mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Apabila guru
menggunakan model pembelajaran yang tidak menarik, maka hasil belajar
yang dihasilkan akan kurang maksimal. Begitupun sebaliknya, apabila guru
![Page 16: BAB II](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/5695d1611a28ab9b02964b94/html5/thumbnails/16.jpg)
24
24
menggunakan model pembelajaran yang menarik, maka hasil belajar yang
dihasilkan akan maksimal.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam
pembelajaran mempunyai kaitan dengan hasil belajar matematika. Siswa
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT secara adil
diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat mereka dan
mendiskusikan secara bersama-sama jawaban yang paling tepat. Selain itu,
model pembelajaran NHT juga melibatkan banyak siswa untuk mendiskusikan
materi pelajaran yang disampaikan, sehingga materi pelajaran tersebut dapat
tercapai secara keseluruhan.
Selain itu, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
juga mempunyai kaitan dengan hasil belajar matematika. Model pembelajaran
TGT ini menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar dan
mengandung unsur permainan, sehingga dapat membangkitkan keaktifan dan
keberanian siswa dalam mengikuti kompetisi.
C. Penelitian Relevan
Sesuai dengan judul yang akan diteliti, ada beberapa penelitian
yang mendukung judul tersebut yang dikenal dengan sebutan penelitian
terdahulu, diantaranya sebagai berikut:
1. Agung Wahyu Prabowo (2011) yang berjudul “Perbandingan hasil belajar
matematika antara pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe NHT
dengan tipe STAD di SMP Negeri 1 Purbolinggo tahun pelajaran
2010/2011”. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa ada
perbedaan antara rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan rata-rata hasil belajar siswa yang
diajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Persamaan
![Page 17: BAB II](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/5695d1611a28ab9b02964b94/html5/thumbnails/17.jpg)
25
25
penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah variabel terikatnya, yaitu
hasil belajar. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel bebasnya
yaitu pada penelitian terdahulu menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dan tipe STAD, namun dalam penelitian ini
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe TGT.
Dalam penelitian terdahulu dilaksanakan di SMP Negeri 1 Purbolinggo dan
penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 3 Metro. Selain itu,
materi yang digunakan pada penelitian terdahulu adalah kubus dan balok,
sedangkan pada penelitian ini materi yang digunakan adalah matriks.
2. Fajar Syaffudin (2015) yang berjudul “Penggunaan model pembelajran
kooperatif tipe teams games tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa
kelas VIII SMP Negri 6 Metro tahun pelajaran 2014/2015”. Dari hasil
penelitian tersebut disimpulkan bahwa ada pengaruh yang lebih baik dalam
proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada variabel
terikatnya, yaitu hasil belajar. Sedangkan perbedaannya terletak pada
variabel bebasnya, dimana pada penelitian terdahulu hanya menggunakan
satu variabel bebas, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan
pada penelitian ini menggunakan dua variabel bebas yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TGT. Pada penelitian terdahulu
dilaksanakan di SMP Negeri 6 Metro dan penelitian ini dilaksanakan di
SMK Muhammadiyah 3 Metro. Selain itu, materi yang digunakan pada
penelitian terdahulu adalah sistem persamaan linear dua variabel,
sedangkan pada penelitian ini materi yang digunakan adalah matriks.
![Page 18: BAB II](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/5695d1611a28ab9b02964b94/html5/thumbnails/18.jpg)
26
26
D. Kerangka Pikir
Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa di sekolah.
Kegiatan ini dilakukan secara terencana yang mengarah pada pencapaian
tujuan dari kegiatan belajar yang sudah dirumuskan sebelumnya.
Keberhasilan siswa dalam mencapai suatu hasil belajar sangat ditentukan
oleh pembelajaran yang diterapkan oleh guru di dalam kelas. Model
pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi. Penerapan
model pembelajaran yang tepat menunjang keberhasilan siswa dalam
pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membuat
pembelajaran semakin menarik dan menyenangkan.
Model pembelajaran numbered head together dan teams games
tournament merupakan model pembelajaran student centered. Kedua model
tersebut sama-sama memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif
dan berpatisipasi secara langsung dalam proses pembelajaran. Siswa dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki tanpa harus menunggu informasi yang
yang diberikan oleh guru saja sehingga proses pembelajaran menjadi
menyenangkan dan interaktif.
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu model
pembelajaran kelompok yang bertujuan untuk melibatkan lebih banyak siswa
dalam menelaah materi pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran. Dengan pembelajaran menggunakan NHT setiap siswa
menjadi siap semua, dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh,
siswa yang sudah menguasai materi dapat mengajari siswa yang belum
menguasai materi. Model pembelajaran ini bertujuan untuk terjalinnya kerja
sama guru dan siswa dalam proses belajar kelompok dimana setiap anggota
menyumbangkan informasi, kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya
![Page 19: BAB II](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/5695d1611a28ab9b02964b94/html5/thumbnails/19.jpg)
27
27
untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh
anggota.
Model pembelajaran lain yang akan digunakan adalah model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT
banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar
dapat ditingkatkan. Guru hanya sebagai fasilitator yang berusaha
menciptakan situasi belajar yang kondusif dimana siswa dapat merasa
nyaman dalam proses pembelajaran. Melalui model pembelajaran TGT siswa
akan lebih aktif.
Berdasarkan kelebihan kedua model tersebut, peneliti menduga
bahwa nantinya ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika antara
siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran NHT dan model
pembelajaran TGT. Dengan pertimbangan bahwa model NHT akan lebih
banyak menghasilkan beberapa pendapat/pemikiran tentang soal-soal yang
diberikan guru karena setiap kelompok saling berbagi pendapat dengan
keseluruhan kelompok lainnya, dan dilanjutkan diskusi kelas dengan guru.
Sedangkan untuk model TGT, walaupun nantinya akan dilakukan diskusi
kelas, namun dalam model TGT ini guru harus teliti dalam menentukan
pembagian kelompok dan waktu yang dihabiskan oleh siswa untuk berdiskusi.
Selain itu, peneliti menduga bahwa model pembelajaran NHT lebih
tinggi dibandingkan model pembelajaran TGT. Hal ini dikarenakan pada
model NHT terdapat tahap penomoran, di mana setiap siswa berkesempatan
dipilih oleh guru untuk menjawab pertanyan yang telah diberikan. Adanya
penomoran dalam model ini menuntut siswa untuk lebih sungguh-sungguh
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Sedangkan pada model
TGT tidak adanya penomoran, sehingga membuat siswa yang
![Page 20: BAB II](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081811/5695d1611a28ab9b02964b94/html5/thumbnails/20.jpg)
28
28
berkemampuan rendah mengandalkan siswa yang lain yang berkemampuan
tinggi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Melalui kedua model ini diharapkan dapat meningkatkan
keterlibatan aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa dapat
memperoleh lebih banyak informasi mengenai materi yang telah di pelajari,
yang tentunya mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran
matematika.
E. Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritis dan rumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa
yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together(NHT)
dengan Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas X SMK
Muhammadiyah 3 Metro Tahun Pelajaran 2015/2016.
2. Hasil belajar matematika menggunakan model pembelajaran Numbered
Head Together (NHT) lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas X SMK
Muhammadiyah 3 Metro Tahun Pelajaran 2015/2016.