bab ii

27
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis Pengertian analisis menurut Minto Rahayu (2007:165) menyatakan bahwa : “Suatu cara membagi-bagi suatu subjek kedalam komponen-komponen berarti melepaskan, menanggalkan, menguraikan sesuatu yang terkait padu.” Sementara itu menurut M. Subarna, Sunarti, (2012:23), menyatakan bahwa : “Analisis adalah penyelidikan dan penguraian terhadap suatu masalah untuk keadaan yang sebenar- benarnya. Proses pemecahan masalah yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya.” Dari beberapa definisi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa analisis adalah suatu cara membagi-bagi penyelidikan dan penguraian suatu subjek kedalam komponen-komponen; berarti melepaskan,

Upload: sholiha-kurniavie-ashary

Post on 16-Jan-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pembiayaan perumahan

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Analisis

Pengertian analisis menurut Minto Rahayu (2007:165) menyatakan

bahwa :

“Suatu cara membagi-bagi suatu subjek kedalam komponen-komponen berarti melepaskan, menanggalkan, menguraikan sesuatu yang terkait padu.”

Sementara itu menurut M. Subarna, Sunarti, (2012:23), menyatakan

bahwa :

“Analisis adalah penyelidikan dan penguraian terhadap suatu masalah untuk keadaan yang sebenar-benarnya. Proses pemecahan masalah yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya.”

Dari beberapa definisi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa analisis adalah suatu cara membagi-bagi penyelidikan dan penguraian suatu

subjek kedalam komponen-komponen; berarti melepaskan, menanggalkan,

menguraikan sesuatu yang terkait padu terhadap suatu masalah untuk keadaan yang

sebenar-benarnrnya, guna memperoleh pemecahan masalah yang dimulai dengan

dugaan akan kebenarannya.

Page 2: BAB II

2.2 Pengertian Prosedur

Menurut Sedarmayanti dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar

Pengetahuan tentang Manajemen Perkantoran mengemukakan bahwa :

“Prosedur adalah rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lain sehingga menunjukan adanya suatu urutan tahap demi tahap serta jalan yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian sesuatu bidang tugas.” ( 9 ,Hal. 134).

Sedangkan menurut The Liang Gie dalam bukunya Administrasi

Perkantoran Modern menyatakan bahwa :

“Prosedur adalah suatu rangkaian langkah-langkah ketatausahaan yang bertalian, biasanya dilaksanakan oleh lebih daripada satu orang, yang membentuk suatu cara yang diterima dan menjadi tahap dalam menjalankan suatu tahap aktivitas perkantoran yang penting dan menyeluruh” (12,Hal. 27).

Berdasarkan kedua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pengertian dari prosedur adalah rangkaian kerja yang berkaitan satu sama lain yang

dilaksanakan oleh lebih dari satu orang sehingga membentuk suatu urutan atau

tahapan yang harus ditempuh dalam meyelesaikan tugas kantor yang penting dan

menyeluruh.

2.2.1 Prosedur Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan

1. Tujuan, Ruang Lingkup dan Pengadaan Perumahan Melalui

Kredit Pemilikan Rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan

Perumahan (KPR-FLPP)

1.1 Tujuan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan

Menteri Perumahan Rakyat Indonesia dalam buku

Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Indonesia Nomor 3 Tahun

Page 3: BAB II

2014 Tentang Fasilitas Likuiditas Pembiyaan Perumahan Dalam

Rangka Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan

Pemilikan Rumah Sejahtera pada BAB II Bagian Kesatu Pasal 2

(2014:6-7) menyatakan :

(1) FLPP bertujuan untuk menyediakan dana dalam mendukung kredit/pembiayaan pemilikan rumah sederhana sehat (KPRSh) bagi MBR.

(2) Rumah sederhana sehat (RSh) terdiri dari Rumah Sejahtera Tapak dan Rumah Sejahtera Rusun.

Menurut Menteri Perumahan Rakyat Indonesia dalam

buku Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Indonesia Nomor 3

Tahun 2014 Tentang Fasilitas Likuiditas Pembiyaan Perumahan

Dalam Rangka Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan

Pemilikan Rumah Sejahtera pada Bagian Kesatu Pasal 3 (2014:7)

menyatakan :

(1) Penyaluran dana FLPP dari PPP kepada Kelompok Sasaran KPR Sejahtera dilakukan melalui Bank Pelaksana.

(2) Dana FLPP yang disalurkan oleh Bank Pelaksana kepada Kelompok Sasaran KPR Sejahtera dlam rangka kepemilikan rumah dikenakan tarif KPR Sejahtera sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan.

(3) Dana FLPP yang disalurkan oleh Bank Pelaksana kepada Kelompok Sasaran KPR Sejahtera dalam rangka kepemilikan rumah dikenakan tariff KPR Sejahtera sesuai dengan ketentuan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan.

Page 4: BAB II

Gambar 2.1

NO. NAMA BANK PELAKSANA

1. BANK BTN

2. BANK BTN SYARIAH

3. BANK BNI

4. BANK BUKOPIN

5. BANK BRI SYARIAH

6. BANK KALTIM

7. BANK NTT

8. BANK PAPUA

9. BANK RIAU KEPRI

10. BANK RIAU KEPRI SYARIAH

11. BANK SUMSEL BABEL

12. BANK SUMUT

13. BANK SUMUT SYARIAH

14. BANK JABAR BANTEN

15. BANK BPD YOGYAKARTA

16. BANK BPD JATENG

1.2 Lingkup Fasilitas Likuiditas Perumahan

Menurut Menteri Perumahan Rakyat Indonesia dalam

buku Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Indonesia Nomor 3

Tahun 2014 Tentang Fasilitas Likuiditas Pembiyaan Perumahan

Dalam Rangka Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan

Page 5: BAB II

Pemilikan Rumah Sejahtera pada Bagian Kedua Pasal 4 (2014:7)

menyatakan :

(1) Kredit/pembiayaan kepemilikan rumah sederhana sehat (KPRSh) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) terdiri :a. Kredit Pemilikan Rumah Sejahtera (KPR Sejahtera);b. Kredit Pemilikan Rumah Sejahtera Murah (KPR Sejahtera

Murah);c. Kredit Pembangunan atau Perbaikan Rumah Swadaya

Sejahtera (KPRS Sejahtera);d. Kredit Konstruksi Rumah Sejahtera (KK Rumah

Sejahtera); dane. Kredit Konstruksi Rumah Sejahtera Murah (KK Rumah

Sejahtera Murah).(2) KPR Sejahtera sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

dari :a. KPR Sejahtera Tapak;b. KPR Sejahtera Syariah Tapak;c. KPR Sejahtera Susun;d. KPR Sejahtera Syariah Susun.

(3) Ketentuan mengenai kredit kepemilikan rumah sederhana sehat (KPRSh) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e diatur dengan Peraturan Menteri.

Menurut Menteri Perumahan Rakyat Indonesia dalam

buku Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Indonesia Nomor 3

Tahun 2014 Tentang Fasilitas Likuiditas Pembiyaan Perumahan

Dalam Rangka Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan

Pemilikan Rumah Sejahtera pada Bagian Kedua Pasal 5 (2014:7)

menyatakan :

(1) Dana KPR Sejahtera merupakan gabungan antara FLPP dan dana Bank Pelaksana dengan proporsi tertentu.

(2) Gabungan antara FLPP dan Bank Pelaksana dengan proporsi tertentu sebagimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk

Page 6: BAB II

menerbitkan KPR Sejahtera dengan tingkat suku bunga kredit/marjin pembiayaan yang terjangkau dan bersifat tetap selama jangka waktu kredit/pembiayaan.

(3) Proporsi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri berdasarkan tariff KPR Sejahtera dan kondisi perekonomian.

(4) Proporsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dicantumkan dalam Perjanjian Kerjasama Operasional antara PPP dengan Bank Pelaksana.

Gambar 2.2

1.3 Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan

Pemilikan Rumah Sejahtera

Menteri Perumahan Rakyat Indonesia dalam buku

Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Indonesia Nomor 3 Tahun

2014 Tentang Fasilitas Likuiditas Pembiyaan Perumahan Dalam

Page 7: BAB II

Rangka Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan

Pemilikan Rumah Sejahtera pada BAB III Bagian Kesatu Pasal 6

(2014:8) menyatakan :

(1) Kelompok sasaran KPR Sejahtera untuk KPR Sejahtera Tapak dan KPR Sejahtera Syariah Tapak adalah MBR dengan penghasilan tetap maupun tidak tetap paling banyak Rp. 4.000.000,00 (empat juta rupiah) per bulan

(2) Kelompok sasaran KPR Sejahtera untuk KPR Sejahtera Rusun dan KPR Sejahtera bSyariah Rusun adalah MBR dengan penghasilan tetap ataupun tidak tetap paling banyak Rp. 7.000.000,00 (tujuh juta rupiah) per bulan.

(3) Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) untuk masyarakat berpenghasilan tetap merupakan gaji/upah pokok pemohon per bulan.

(4) Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) untuk masyarakat berpenghasilan tidak tetap merupakan pendapatan bersih atau upah rata-rata per bulan dalam setahun yang diterima pemohon.

Menurut Menteri Perumahan Rakyat Indonesia dalam

buku Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Indonesia Nomor 3

Tahun 2014 Tentang Fasilitas Likuiditas Pembiyaan Perumahan

Dalam Rangka Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan

Pemilikan Rumah Sejahtera pada BAB III Bagian Kesatu Pasal 7

(2014:8-9) menyatakan :

(1) Kelompok Sasaran KPR Sejahtera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :a. tidak memiliki rumah yang dibuktikan dengan surat

keterangan dari Kepala Desa/Lurah setempat/Instansi tempat bekerja;

b. belum pernah menerima subsidi Pemerintah untuk pemilikan rumah;

Page 8: BAB II

c. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dand. menyerahkan fotocopy (SPT) Tahunan PPh Orang pribadi

atau surat pernyataan bahwa penghasilan yang bersangkutan tidak melebihi batas penghasilan yang diprasyaratkan dalam Peraturan Menteri ini.

(2) Dalam hal kelompok sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pengahsilannya tidak melebihi batas penghasilan kena pajak (PTKP) dikecualikan dari ketentuan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi.

(3) Dalam hal Kelompok Sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berstatus suami istri, dipersyaratkan keduanya tidak memiliki rumah dan belum pernah menerima subsidi Pemerintah untuk pemilikan rumah.

(4) Ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dikecualikan untuk PNS/TNI/Polri yang pindah domosili karena kepentingan dinas.

(5) Ketentuan pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berlaku hanya untuk satu kali.

(6) Analisis kelayakan untuk mendapatkan KPR Sejahtera dilksanakan oleh Bank Pelaksana.

Menurut Menteri Perumahan Rakyat Indonesia dalam

buku Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Indonesia Nomor 3

Tahun 2014 Tentang Fasilitas Likuiditas Pembiyaan Perumahan

Dalam Rangka Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan

Pemilikan Rumah Sejahtera pada BAB III Bagian Kesatu Pasal 8

(2014:9) menyatakan :

(1) MBR yang berpenghasilan tidak tetap sebagaimana dimaksud dlam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) merupakan orang perseorangan yang bekerja di sector formal atau informal.

(2) MBR yang berpenghasilan tidak tetap yang bekerja di sector formal sebagaimana dengan kategori pekerjaan sebagai berikut :a. Mempunyai usaha sendiri; dan

Page 9: BAB II

b. Mempunyai izin usaha.(3) MBR yang berpenghasilan tidak tetap yang bekerja di sector

informal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan orang perseorangan yang belerja dengan kategori pekerjaan berusaha sendiri, bekerja pada orang lain, ataui badan hukum.

Menurut Menteri Perumahan Rakyat Indonesia dalam

buku Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Indonesia Nomor 3

Tahun 2014 Tentang Fasilitas Likuiditas Pembiyaan Perumahan

Dalam Rangka Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan

Pemilikan Rumah Sejahtera pada BAB III Bagian Kesatu Pasal 9

(2014:9) menyatakan :

(1) Masyarakat yang bekerja pada orang lain atau badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) pengupahannya didasarkan pada :a. Satuan waktu;b. Satuan hasilc. System borongan; ataud. System bonus

(2) Nama pekerjaan masyarakat berpenghasilan tidak tetap sebagiamana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) disepakati dalam Perjanjian Kerjasama Operasional antara PPP dengan Bank Pelaksana.

2.3 Pengertian Pembiayaan

Menurut Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah Abdullah (2013:22)

“Pembiayaan (cost) adalah pengeluaran – pengeluaran atau nilai pengorbanan

untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan

datang atau mempunyai manfaat melebihi suatu periode akuntansi.”

Page 10: BAB II

Berdasarkan kedua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pengertian dari pembiayaan adalah merupakan pengeluaran yang dikeluarkan oleh

perseorang, instansi atau lembaga lainnya untuk memperoleh suatu barang atau jasa

yang dipergunakan untuk suatu tujuan yang bermanfaat.

2.4 Pengertian KPR Fasilitas Likuidasi Pembiayaan Perumahan

1. Pengertian KPR

Menurut Menteri Perumahan Rakyat Indonesia dalam buku

Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Indonesia Nomor 3 Tahun 2014

Tentang Fasilitas Likuiditas Pembiyaan Perumahan Dalam Rangka Pengadaan

Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera ( 2014:5-

6) menyatakan :

“Kredit Pemilikan Rumah Sejahtera, yang selanjutnya disebut KPR Sejahtera adalah kredit atau pembiayaan pemilikan rumah yang meliputi KPR Sejahtera dan KPR Sejahtera Susun yang diterbitkan oleh Bank Pelaksana secara conventional maupun dengan prinsip syariah.”

“ Rumah Sejahtera Tapak adalah Rumah Umum yang dibangun oleh orang perseorangan atau Badan Hukum dengan spesifikasi sama dengan rumah sederhana sebagimana diatur dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana wilayah 403/KPTS/M/2002 tentang pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat, Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan Perumahan Murah, dan/atau Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang pedoman teknis pembangunan Rumah Sejahtera”

Page 11: BAB II

“ Pemilikan Pemilikan Rumah Sejakhtera Syariah Tapak yang selanjutnya disebut KPR Sejahtera Syariah Tapak adalah pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dengan dukungan FLPP yang diterbitkan oleh Bank Pelaksana yang beroperasi secara syariah kepada MBR dalam rangkan pemilikan Rumah Sejahtera Tapak yang dibeli oleh perseorangan atau Badan Hukum.”

“ Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, yang selanjutnya disebut FLPP adalah dukungan fasilitas likuiditas pembiyaan perumahan kepada MBR yang pengelolaannya dilaksanakan oleh Kementerian Perumahan Rakyat.”

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan yaitu Kredit Kepemilikan

Rumah Sejahtera Tapak dan Rusun yang diterbitkan oleh bank pelaksana

melalui prinsip conventional maupun syari’ah yang mana pembiyaannya

diperuntukkan bagi Masyarakan Berpenghasilan Rendah (MBR) dan

pengelolaannya dilaksanakan oleh Kementerian Perumahan Rakyat Indonesia.

2. Pelaksanaan Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera

Menurut Menteri Perumahan Rakyat Indonesia dalam buku

Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Indonesia Nomor 3 Tahun 2014

Tentang Fasilitas Likuiditas Pembiyaan Perumahan Dalam Rangka Pengadaan

Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera

( 2014:11) Bagian Kesatu Penerbitan Kredit Pembilayaan Pemilikan Rumah

Sejahtera

Page 12: BAB II

1.1 Bagian Kesatu Paraghraf 1

Pengajuan Kredit Pembiayaan Oleh Kelompok Sasaran Pasal 8

sebagai berikut :

(1) Kelompok Sasaran KPR Sejahtera mengajukan KPR Sejahtera ke Bank Pelaksa dengan melengkapo dokumen persyaratan sebgai berikut :a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);b. Fotocopy Nomor Wajib Pajak (NPWP);c. Fotocopy Surat Pemberitahuan (spt) Tahunan Pajak

Penghasilan (PPh) Orang Pribadi atau sSurat Pernyataan Pemghasilan yang ditandatangani pemohon di atas materai secukupnya dan diketahui oleh:1). Pimpinan instansi tempat bekerja untuk masyarakat

berpenghasilan tetap; atau2). Kepala Desa atau Lurah setempat untuk masyrakat

berpenghasilan tidak tetap.

d. surat keterangan penghasilan dari instansi tempat bekerja/slip gaji untuk masyarakat berpenghasilan tetap;

e. surat keterangan tidak memiliki rumah dari kepala desa/lurah setempat atau isntansi tempat bekerja.

f. surat pernyataan yang dutandatangani pemohon diaras materai secukupnya yang mencakup:1) Berpenghasilan tidak melebihi ketentuan batas

penghasilan Kelompok Sasaran KPR Sejahtera;2) Tidak memiliki rumah3) Menggunakan sendiri dan menghuni Rumah Sejahtera

Tapak atau satuan Rumah Sejahtera Susun sebagai tempat tinggal dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) tahun setelah serah terima rumah atau BAST ( Berita Acara Serah Terima ).

4) Tidak menyewakan dan/atau mengalihkan Kepemilikan Rumah Sejahtera Susun dengan bentuk perbuatan hukum apapun, kecuali :a) debitur/nasanbah meninggal dunia (pewarisan);b) penghuian telah melampaui 5 (lima) tahun untuk

Rumah Sejahtera Tapak;c) penghunian telah melampaui 20 (dua puluh) tahun

untuk Satua Rumah Sejahtera Susun; atau

Page 13: BAB II

d) tempat tinggal sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

5) tidak pernah menerima subsidi kepemilikan rumah;

6) hal ini memenuhi salah satu pernyataan dalam angka 1), angka 2), angka 3), angka 4) atau angka 5) dan/atau salah satu pernyataan-pernyataan tersebut tidak benar, maka berdasarkan pemeriksaan, kajian dan verifikasi oleh pihak yang berwenang, bersedia mengembalikan kemudahan dan/atau bantuan pembiayaan perumahan yang telah diterima dari pemrintah, antara lain akan tetapi tidak terbatas pada:

a) pengembalian kemudahan dan/atau bantuan pembiyaan perumahan yang telah diterima, yaitu:

i sejumlah dana yang merupakan selisih ntara dana yang dihitung berdasarkan bunga pasar dengan dana yang dihitung berdasarkan bunga/margin/sewa KPR Sejahter;

ii dana sebagaimana dimaksud pada uruf i dihitung sejak KPR Sejahtera dicairkan sampai dengan penghentian KPR Sejahtera; dan

iii bunga pasar sebgaimana dimaksud pada huruf i adalah suku bunga porsi dan Bank Pelaksana yang digunakan dalam perhitungan penetapan bunga KPR Sejhatera pada saat akad kredit KPR Sejahtera.

b) PPN atas pembelian rumah yang terutang yang semula dibebaskan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Kelompok Sasaran KPR Sejahtera bertanggung jawab atas kebenaran dan keabsahan dokumen persyaratan yang disampaikan kepada Bank Pelaksana.

(3) Dalam hal kelompok sasaran mmemeberikan pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, yang diketahui kemudian tidak benar dan/atau tidak dilaksanakan maka:

a. Bank Pelaksanaan wajib menghentiakn fasilitas KPR Sejahtera;

Page 14: BAB II

b. Bank pelaksana wajib mengembalikan sisa pokok dan FLPP tersebut kepada PPP, selambat-selambatnya 1 (satu) bulan sejak kelompok sasaran tidak memenuhi pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f;

c. Kelompok sasaran KPR Sejahtera wajib mengembalikan kemudahan dan/atau bantuan pembiayaan perumahan yang telah diterima berupa sejumlah dana yang dihitung berdasarkan suku bunga pasar dikurangi jumlah bunga/margin/sewa yang dihitung berdasarkan suku bunga KPR Sejahtera yang terhitung sejak dicairkan sampai dengan tanggal penghentian fasilitas KPR Sejahter;

d. Suku bunga pasar sebagaimana huruf c adalah suku bunga porsi dan aBank Pelaksana yang digunajan dalam perhitungan penetapan bunga KPR Sejahtera pada saat akad kredit KPR Sejahtera; dan kelomok sasaran wajib dengan peraturan perundang-undangan;

e. pegembalian kemudahan dan/atau bantuan pembiayaan perumahan sebagimana dimaksud pada huruf e meliputi perhitungan, penagihan penerimaan dari kelompok sasaran dan penyetoran kepada PPP.

(4) Kewajiban Bank Pelaksana sebagimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, huruf b dan huruf f dilaksanakan berdasarkan permintaan tertulis PPP.

1.2 Bagian Kesatu Paragraf 2

Verifikasi Bank Pelaksana Pasal 9

(1) Bank Pelaksana wajib melakukan verifikasi dan bertanggung jawab atas ketepatan Kelompok Sasaran KPR Sejahtera.

(2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi:a. Pengecekan administrasi terhadap dokumen persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1);kelayakan dan kemampua mengangsur pemohon KPR Sejahtera;

b. Analisa kelayakan dan kemampuan mengangsur pemohon KPR Sejahtera; dan

Page 15: BAB II

c. Pengecekan fisik bangunan rumah, praarana dan sarana, serta utilitas umum (PSU).

(3) Fisik bangunan rumah dan PSU sebagimana dimaksud pada ayat (2) huruf c telah siap dihuni, berfungsi dan sekurang-kurangnya harus dilengkapi dengan:a. Atap, lantai dan dinding yang memenuhi persyaratan

teknis keselamatan, keamanan dan kehandalan bangunan;

b. Terdapat jaringan distribusi air bersih perpipaan dari PDAM atau sumber air bersih lainnya;

c. Utilitas jaringan listrik yang berfungsi;d. Jalan lingkungan yang telah selesai dan berfungsi; dane. Saluran/drainase lingkungan yang telah selesai dan

berfungsi; (4) Dalam hal persyaratan sebagimana dimaksud pada ayat (3)

huruf c, huruf d, huruf e belum terpenuhi, Bank Pelaksana dapat melaksanakan Perjanjian Kredit KPR Sejahtera Tapak atau Akad pembiyaan KPR Sejahtera Syariah Tapak apabila telah memenuhi persyaratan:a. Orang perseorangan dan/atau Badan Hukum

menyerahkan keterangan kesediaan PLN untuk menyediakan pasokan listrik atau bukti pembayaran biaya penyambungan listrik dari PLN atau tersedianya sumber listrik lainnya;

b. Badan jalan telah dilakukan pengerasan;c. Saluran/drainase lingkungan telah tergali;d. Ada jaminan berupa dana yang ditahan atau bentuk

lainnya sebagai jaminan penyelesaian PSU sesuai dengan ketentuan Bank Pelaksana; dan

e. Ada surat pernyataan dari calon debitur/nasabah menerima konsisi PSU sebagaimana semaksud pada huruf a, huruf b dan/atau huruf c.

(5) Bank Pelaksana membuat Daftar Rekapitulasi Kelompok Sasaran yang lolos verifikasi dan menerbitkan Surat Pernyataan Verifikasi.

1.3 Bagian Kesatu Paragraf 3

Perjanjian/Akad Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera

Pasal 10 yaitu :

Page 16: BAB II

(1) Bank Pelaksana melakukan penandatanganan perjanjian kredit/akad KPR Sejahtera dengan Kelompok Sasaran dengan Kelompok Sasaran yang telah disetujui permohonan kreditnya oleh Bank Pelaksana.

(2) Perjanjian kredit/akad KPR Sejahtera sebagimana dimaksud pada ayat (1) wajib mencantumkan secara tertulis bahwa KPR Sejahtera didukung dana FLPP.

(3) Kelompok Sasaran yang telah menandatangani Perjanjian Kredit dan/atau Akad KPR Sejahtera sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selanjutnya disebut debitur/nasabah.

2.5 Pengertian MBR ( Masyarakat Berpenghasilan Rendah )

Menurut Menteri Perumahan Rakyat Indonesia dalam buku Peraturan

Menteri Perumahan Rakyat Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Fasilitas

Likuiditas Pembiyaan Perumahan Dalam Rangka Pengadaan Perumahan Melalui

Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera ( 2014:5) menyatakan :

“Masyarakat Berpenghasilan Rendah, yang selanjutnya disebut MBR adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan Pemerintah untuk memperoleh rumah.”

Menurut Menteri Perumahan Rakyat Indonesia dalam buku Peraturan

Menteri Perumahan Rakyat Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Fasilitas

Likuiditas Pembiyaan Perumahan Dalam Rangka Pengadaan Perumahan Melalui

Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Mengenai Pengadaan Perumahan

Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera pada Bagian Kesatu tentang

Kelompok Sasaran yang dijelasakan dalam BAB III Pasal 6 dan 8 sebagai berikut :

Page 17: BAB II

(1) Kelompok sasaran KPR Sejahtera untuk KPR Sejahtera Tapak dan KPR Sejahtera Syariah Tapak adalah MBR dengan penghasilan tetap maupun tidak tetap paling banyak Rp. 4.000.000,00 (empat juta rupiah) per bulan

Pasal 8 :

(1) MBR yang berpenghasilan tidak tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan (2) merupakan orang perseorangan yang bekerja disektor formal dan informal.

(2) MBR berpenghasilan tidak tetap yang bekerja di sektor formal sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) merupakan orang atau perseorangan yang bekerja dengan kategori pekerjaan sebagai berikut:a. mempunyai usaha sendiri; danb. mempunyai izin usaha

(3) MBR yang berpenghasilan tidak tetap dan bekerja disektor informal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan orang perseorangan yang bekerja dengan kategori pekerjaan berusaha sendiri, bekerja pada orang lain atau badan hukum.

Dari beberapa definisi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah masyarakat yang mempunyai

keterbatasan daya beli dikarenakan baik masyarakat yang bekerja di sektor formal

maupun informal sesuai dengan aturan yang diberlakukan oleh Kementerian

Perumahan Rakyat Indonesia.

Page 18: BAB II

Gambar 2.3

Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.(Milyar) (Milyar) (Milyar) (Milyar) (Milyar) (Milyar) (Milyar) (Milyar)

A KPR Sejahtera Subsidi 83.651 416,00 - - - 581,71 - - - - - - 83.651 1.112,00 83.651 997,71

RS Tapak 81.813 402,24 - 573,94 81.813 1.090,47 81.813 976,18

RS Susun 1.838 13,76 - 7,77 1.838 21,53 1.838 21,53

B KPR Sejahtera FLPP 7.959 242,66 158.272 6.012,61 82.359 2.693,85 125.181 4.761,75 135.689 5.188,89 150.281 5.770,39 577.382 21.976,29 90.318 2.936,51

RS Tapak 7.959 242,66 157.272 5.944,88 82.059 2.682,08 124.181 4.694,03 133.689 5.053,44 147.281 5.567,22 570.382 21.502,22 90.018 2.924,74

RS Rusun - - 1.000 67,73 300 11,77 1.000 67,73 2.000 135,45 3.000 203,18 7.000 474,08 300 11,77

C JUMLAH (A+B) 91.610 658,66 158.272 6.012,61 82.359 3.275,56 125.181 4.761,75 135.689 5.188,89 150.281 5.770,39 661.033 23.088,29 173.969 3.934,22

RS Tapak 89.772 644,90 157.272 5.944,88 82.059 3.256,02 124.181 4.694,03 133.689 5.053,44 147.281 5.567,22 652.195 22.592,69 171.831 3.900,92

RS Rusun 1.838 13,76 1.000 67,73 300 19,54 1.000 67,73 2.000 135,45 3.000 203,18 8.838 495,61 2.138 33,30

Unit Unit Unit Unit

Rencana Rencana RealisasiRencana Realisasi Rencana Rencana

SASARAN DAN PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2010-20142010 2011 2012 2013 2014 2010-2014

Status 7 November 2011

No. Jenis KPRUnit Unit Unit Unit

Realisasi