bab ii
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi yang mencakup kegiatan koordinasi dan
sipervise terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant
& Massey, 1999 dalam Nursalam 2002).
Menejemen keperawatan adalah cara untuk mengelola sekelompok perawat
dengan menggunakan fungsi-fungsi menajemen untuk dapat memberikan pelayanan
dan asuhan keperawatan kepada klien secara profesional (Gillies, dalam Nursalam
2002).
Dalam menejemen terdapat suatu proses yang mengubah suatu input menjadi
suatu output yang diharapakan. Input manajemen ini terdiri dari manusia, uang dan
meterial, alat atau mesin dan metode yang selanjutnya akan mengalami proses
manajemen sehingga tercapai output. Output pada manajemen berupa efisiensi dalam
pelayanan, staf yang kompeten dan ahli dibidangnya serta peningkatan mutu suatu
pelayanan. Sedangkan input dari manajemen keperawatan terdiri atas tenaga
keperawatan, bahan-bahan, peralatan, bangunan fisik. Klien, pengetahuan, dan
keterampilan yang akan mengalami suatu proses transformasi melalui manajemen
asuhan keperawatan oleh tenaga keperawatan sehingga dihasilkan output yaitu :
berupa suatu resolusi masalah keperawatan klien akan kemudian dapat memberikan
pelayananan keperawatan yang efektif kepada klien, keluarga dan masyarakat.
Prinsip-prinsip manajemen ini diterapakan oleh perawat kepala, pengawas,
direktur dan tingkat eksekutif dibidang keperawatan. Tapi pada dasarnya prinsip
manajemen yang diterapkan adalah sama. Empat elemen besar dari teori manajemen
seperti : perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian. Semua aktivitas
manajemen ini dilakukan secara mandiri dan saling ktergantungan.
4
2. Fungsi Manajemen
Komponen utama dalam menajemen keperawatan adalah fokus pada sumber daya
manusia dan materi secara efektif. Tujuan dari manajemen keperawatan yaitu unutk
meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan keperawatan untuk kepuasan
klien melalui peningkatan produktifitas dan kualitas kerja perawat (Nursalam, 2000).
Proses manajemen keperawatan yang dapat mendukung proses keperawatan
diantaranya adalah :
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah suatu proses yang berkelanjutan yang diawali dengan
merumuskan tujuan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan
personal, merancang proses dan hasil, memberikan umpan balik pada personal
dan memodifikasi rencana yang diperlukan (Swansburg, 1994).
Perencanaan merupakan proses intelektual yang didasarkan pada fakta dan
informasi, bukan emosi dan harapan (Gillies, 1994). Perencanaan merupakan
fungsi dasar dari manajemen dan merupakan tugas utama setiap manager.
Perencanaan harus sistematis, dapat diukur, dapat dicapai, realistik dan
berorientasi pada waktu.
Dalam manajemen keperawatan, perencanaan dimulai dengan kegiatan
menentukan tujuan, mengumpulkan data, menganalisis dan mengorganisasikan
data-data yang akan dugunakan untuk menentukan sumber-sumber untuk
memenuhi kebutuhannya. Selain itu perencanaan juga menbantu untuk
menjamin bahwa klien dapat menerima pelayanan yang mereka inginkan serta
merekan butuhkan. Selain itu sumber daya yang digunakan dapat digunakan
seefektif mungkin.
Fungsi perencanaan akan berjalan dengan baik jika dilakukan melalui tahap-
tahap yang berurutan. Tahap-tahap tersebut adalah:
1) Pengumpulan data
Pada tahap ini seorng manager diharapkan mampu melakukan suatu
observasi, wawancara terarah dan penyebaran kuesioner, guna mendapat
data yang akurat. Data-data umum yang harus diketahui yaitu:
5
a) Sensus pasien harian, bulanan dan tahunan.
b) Kapasitas tempat tidur.
c) BOR (tingkat pengisian tempat tidur.
d) Rerata lama rawat (LOS)
e) Jumlah kelahiran.
f) Jumlah operasi.
g) Kecenderungan populasi klien
h) Perkembangan teknologi
i) Ketenagaan baik dari perawatan maupun non keperawatan
(membandingkan jumlah tenaga kesehatan dan jumlah pasien yang ada)
j) Evaluasi pembagian tugas, misal: gizi, farmasi, CS (cleaning service)
dll
2) Analisa lingkungan atau analisa SWOT
3) Pengorganisasian data
Tahap ini dipilih antara data yang menunjang dan data yang menjadi
penghambat terlaksananya suatu proyek
4) Pembuatan rencana
Setelah dipilah data yang menunjang dan menghambat, maka tentukan
objektif, uraikan kegiatan yang akan dilakukan, prosedur kegiatan tersebut,
target waktu kegiatan selesai, menentukan penanggung jawab setiap
kegiatan, tentukan apa dan siapa yang menjadi sasaran kegiatan, dan
terakhir tentukan biaya, peralatan dan metodeyang akan digunakan dalam
pelaksanaan tindakan. Aspek yang perlu direncanakan oleh seorang
manager ruangan yaitu:
a) Mengelola waktu
b) Mengelola konflik
c) Mengelola SDM (kualitas, stres kerja, merencanakan supervisi,
merancang jenjang karier pegawai.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan pengelompokan aktivitas-aktivitas dengan
sasaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, dimana penugasan
6
masing-masing kelompok oleh pimpinan yang diberi wewenang untuk
mengawasi masing-masing kelompok, dan juga melakukan koordinasi aktivitas
yang tepat dengan unit lain secara horizontal dan vertikal untuk mencapai tujuan
organisasi (Swansburg, 2000)
Pengorganisasian keperawatan diruang/unit perawatan dilaksanakan
dengan metode penugasan (Gilles, 1989). Pengorganisasian keperawatan adalah
pengelompokan kegiatan untuk mencapai ditandai dengan kelompok-kelompok
manager, dengan mempunyai otoritas untuk mensurvisi tiap-tiap kelompoknya
masing-masing yang berarti koordinasi antar unit secara horizontal dan vertikal
dengan tanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
Aktivitas yang biasanya dilakukan dengan fungsi pengorganisasian adalah
sebagai berikut:
1) Mengembangkan uraian tugas
Pada aktivitas ini dijelaskan tugas-tugas setiap jenjang kedudukan dan setiap
fungsi-fungsi manajemen. Maka didapatkan tugas-tugas yang berbeda antara
perawat pelaksana, ketua TIM dan kepala ruangan baik dalam fungsi
perencanaan, pengorganisasian, ketegangan, pengarahan dan pengendalan.
2) Mengembangkan ketenagaan dan jadwal dinas
Kegiatan ini akan lebih dibahas pada fungsi pendayagunaan
tenaga/ketenagaan
3) Mengembangkan prosedur
Fungsi pengorganisasian juga mengatur tentang pelaksanaan suatu prosedur,
baik prosedur tindakan yang bersifat teknik keperawatan juga prosedur yang
bersifat administrasi. Prosedur-prosedur tersebut biasanya yang sudah
ditetapkan (protap) yang harus dilaksanakan. Prosedur yang bersifat teknis
keperawatan mulai sejak pemeriksaan pasien, pelaksanaan tindakan
prosedur pulang yaitu :
a) Prosedur penerimaan pasien bermulai dari serah terima pasien,
penempatan pasien, pengkajian dan pemeriksaan fisik. Pada
pelaksanaan tindakan, tergantung pada jenis tindakan misalnya tindakan
7
invasive/non invasive, tindakan septic/aseptic dan tindakan yang
bersifat steril/non steril
b) Pada perencanaan pulang (discharge planning) dimulai dari
pemeriksaan fisik terakhir
c) Obat-obat yang dibawa pulang termasuk fungsi, efek samping waktu
minum dan cara minum obat tersebut
d) Waktu kontrol kembali ke rumah sakit
e) Rencana tindak lanjut/ hal-hal yang harus dilakukan di rumah oleh
pasien yang biasanya diberikan melalui penkes oleh perawat
f) Selain untuk perencanaan pulang dalam pengembangan prosedur juga
diatur tentang pendokumentasian, cara pendokumentasian, serta
penyusunan pendokumentasian
g) Penyusunan dokumen misalnya status pasien dirasa sangat bermanfaat.
Bukan hanya untuk perawat tetapi bagi profesi lain yang ikut
menggunakan status
c. Ketenagaan (staffing)
Pengaturan staff dan penjadwalan adalah komponen utama dalam
manajemen keperawatan. Pengaturan staff merupakn salah satu masalah-masalah
besar pada setiap organisasi keperawatan, baik di rumah sakit, rumah perawatan
(nursing home, badan perawatan kesehatan di rumah, badan rawat jalan dan jenis
perawatan lainnya).
Manajemen ketenagaan dilakukan agar efisiensi dan efektifitas ketenagaan
dapat ditingkatkan. Hal ini dapat diperjelas dengan tujuan manajemen
ketenagaan yaitu untuk mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan
produktif yang dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi
kepuasan pengguna jasa keperawatan. Fungsi manajemen ketenagaan terbagi
atas :
1) Fungsi Manajerial
Dalam fungsi ini termasuk ke dalamnya tahap perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
8
2) Fungsi Rasional
Fungsi ini mengatur tentang pengadaan tenaga termasuk jumlah dan jenis
tenaga yang dibutuhkan dan pengembangan tenaga yaitu dengan pengadaan
pelatihan, uji kompetensi dan penilaian prestasi kerja
3) Fungsi Pemutusan Hubungan Kerja
Pada fungsi ini manajer mengembalikan tenaga pada masyarakat
melalui/pemecatan
Fungsi juga mengatur tentang perkiraan jumlah perawat yang dibutuhkan
sehingga kebutuhan pasien tetap terpenuhi. Adapun pembagian jumlah perawat
berdasarkan kategori pasien yang dirawat, rasio perawat dan metode penugasan.
1) Jumlah perawat berdasarkan kategori pasien yang dirawat
Ada 3 kategori pasien yang dirawat yaitu : perawatan minimal, perawatan
sebagian, dan perawatan total. Maka menurut Douglas (1984), jumlah
perawat yang dibutuhkan yaitu:
Rumus : Jumlah perawat = jumlah pasien x derajat ketergantungan pasien
2) Jumlah perawat berdasarkan ratio perawat
Perhitungan jumlah perawat berdasarkan ratio perawat adalah sebagai berikut:
Ratio perawat ahli : perawat terampil = 55% : 45 %
Proporsi dinas pagi : sore : malam = 47 % : 36 % : 17 %
3) jumlah perawat berdasarkan metode penugasan
Metode penugasan dibagi menjadi :
a) Metode fungsional dimana tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan
pada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Pada
metode ini masih berorientasi pada tugas. Jumlah perawat hanya
tergantung pada tugas diruangan.
b) Metode tim dimana pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat
untuk sekelompok klien. Idealnya 1 tim minimal 2 orang perawat.
c) Metode primer dimana pelayanan keperawatan bertanggung jawab dalam
askep klien selama 24 jam sejak pasien masuk sampai pulang dari rumah
sakit. Jumlah perawat sama dengan jumlah pasien.
9
d) Metode modular dimana pelayanan keperawatan oleh perawat profesional
untuk sekelompok klien sejak masuk sampai pulang. Idealnya 2-3 perawat
untuk 8-12 pasien.
e) Metode alokasi klien / keperawatan total dimana pelayanan pada 1 atau
beberapa klien oleh 1 perawat selama periode waktu tertentu atau sampai
klien pulang.
d. Pengarahan (Directing)
Merupakan suatu faktor penting dalam menentukan tingkat kinerja
karyawan dan kualitas pencapaian tujuan (Hersay & Blanchard, 1977). Dalam
manajemen modern komando dan koordinasi disebut pengarahan.
Menurut fayol dalam Swanburg (1994), komando terjadi bila manajer
mendapat masukan optimum dari semua karyawan di unitnya dalam kepentingan
terhadap semua masalah. Sedangkan koordinasi menciptakan keharmonisan
diantara semua aktvitas untuk memfasilitasi pekerjaan dan keberhasilan unit.
Aktivitas pengarahan anatara lain pendelegasian, komunikasi, pelatihan dan
motivasi. Dalam fungsi ini manager keperawatan bertindak sebagai fasilitator
dan pelatih. Aktivitas yang paling berperan dalam fungsi pengarahan yaitu
supervisi. Kegiatan supervisi meliputi kegiatan memeriksa pekerjaan pegawai,
mengevaluasi penampilannya, menyetujui dan memperbaiki penampilannya.
Didalam manajemen keperawatan, yang dimaksud dengan pengarahan
adalah tindakan visi dari manajemen keperawatan, proses interpersonal dimana
personil keperawatan mencapai objektif keperawatan (Swansburg, 2000).
Sebagai seorang pemimpin dalam manajemen keperawatan , dia harus
mempunyai kemampuan untuk membujuk bawahan bersama-sama bekerja keras
untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam pelayanan keperawatan. Untuk
mencapai hal tersebut pimpinan keperawatan seharusnya dibekali ilmu dasar
yang kuat tentang kebijaksanaan organisasi, tujuan, program-program baru dan
merencanakan perubahan. Selain itu pimpinan keperawatan juga harus
mempunyai perilaku yang dapat diterima secara sosial, kualitas personal yang
dapat diterima bawahan, keterampilan dalam memimpin, serta kemampuan
komunikasi interpersonal yang baik. Jika semua ini ada pada seseorang
10
pemimpin keperawatan maka pengarahan yang efektif dapat dilaksanakan
sehingga dukungan bawahan untuk mencapai
Tujuan menajemen keperawatan optimal. Secara operasional keefektifan
pengarahan dapat dilihat dari kesamaan komando dan terciptanya tanggung
jawab bawahan secara penuh kepada 1 pimpinan.
e. pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah pengumpulan umpan balik dari hasil-hasil dan secara
periodik menindak lanjuti dalam rangkang membandingkan hasil-hasil dengan
perencanaannya (Hersay & Blanchard, 1977).
Urwick dalam Swansburg (2000) mendefinisikan pengendalian atau
pengvaluasian melihat bahwa segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana
yang disepakati, instruksi yang telah diberikan serta prinsip-prinsip yang telah
diberlakukan. Aktifitas pengendalian/pengevaluasian yaitu supervise dalam
keperawatan, program kendali mutu. Proses ini dilakukan secara terus menerus
dari manajemen keparawatan yang terjadi secara perencanaan, pengorganisasian
dan pengarahan aktivitas. Dalam melakukan kontroling ada proses yang harus
dilalui antaranya:
1) Menetapkan standar yang digunakan sebagai indikator dan kriteria hasil
yang dapat diukur
2) Mengaplikasikan standar dengan mengumpulkan data dan mengukur
aktifitas dari manejemen keperawatan.
3) Membuat peningkatan dengan mencari tahu ada/tidaknya gap sehingga
dapat memberikan feed back yang diperlukan.
4) Tetap mempertahankan proses secara kontinuitas pada seluruh elemen.
Manager perawat akn merelisasikan cara terbaik dalam menjamin kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan diruang-ruang untuk menegakkan
filosofi, standar pelayanan dan tugas-tugas.
11
B. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan Di
Lahan Praktik
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sangat Penting untuk
melindungi pasien, petugas juga pengunjung dan keluarga dari resiko tertularnya
infeksi karena dirawat, bertugas juga berkunjung ke suatu rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. Keberhasilan program PPI perlu keterlibatan lintas
profesional: Klinisi, Perawat, Laboratorium, Kesehatan Lingkungan, Farmasi, Gizi,
IPSRS, Sanitasi & Housekeeping, dan lain-lain sehingga perlu wadah berupa Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
Beberapa rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan merupakan lahan
praktik bagi mahasiswa/siswa serta peserta magang dan pelatihan yang berasal dari
berbagai jenjang pendidikan dan institusi yang berbeda-beda. Tak diragukan lagi
bahwa semua mahasiswa/siswa dan peserta magang/pelatihan mempunyai kontribusi
yang cukup besar dalam penularan infeksi dan akan beresiko mendapatkan HAIs.
Oleh karena itu penting bagi mahasiswa/siswa, peserta magang/pelatihan, termasuk
juga karyawan baru memahami proses terjadinya infeksi, mikroorganisme yang
sering menimbulkan infeksi, serta bagaimana pencegahan dan pengendalian infeksi di
rumah sakit. Sebab bila sampai terjadi infeksi nosokomial akan cukup sulit
mengatasinya, pada umumnya kuman sudah resisten terhadap banyak antibiotika.
Sehingga semua mahasiswa/siswa, peserta magang/pelatihan yang akan mengadakan
praktik di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, termasuk juga
karyawan baru yang akan bertugas harus diberikan Layanan Orientasi dan Informasi
(LOI) tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
1. Rantai Penularan Infeksi
Pengetahuan tentang rantai penularan infeksi sangat penting karena apabila
satu mata rantai dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan.
Komponen yang diperlukan sehingga terjadi penularan adalah:
a. Agen infeksi (infectious agent) adalah Mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi. Pada manusia dapat berupa bakteri , virus, ricketsia, jamur dan parasit.
Dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: patogenitas, virulensi, dan jumlah (dosis,
atau load)
12
b. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak
dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umumadalah manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya. Pada
manusia: permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas, usus dan vagina
c. Port of exit ( Pintu keluar) adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan
reservoir. Pintu keluar meliputi : saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran
kemih dan kelamin, kulit dan membrana mukosa, transplasenta dan darah serta
cairan tubuh lain.
d. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi
dari reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada beberapa cara penularan yaitu :
1. Kontak (contact transmission):
a) Direct/Langsung: kontak badan ke badan transfer kuman penyebab
secara fisik pada saat pemeriksaan fisik, memandikan pasen
b) Indirect/Tidak langsung (paling sering !!!): kontak melalui objek
(benda/alat) perantara: melalui instrumen, jarum, kasa, tangan yang tidak
dicuci
2. Droplet : partikel droplet > 5 μm melalui batuk, bersin, bicara, jarak sebar
pendek, tdk bertahan lama di udara, “deposit” pada mukosa konjungtiva,
hidung, mulut contoh : Difteria, Pertussis, Mycoplasma, Haemophillus
influenza type b (Hib), Virus Influenza, mumps, rubella
3. Airborne : partikel kecil ukuran < 5 μm, bertahan lama di udara, jarak
penyebaran jauh, dapat terinhalasi, contoh:Mycobacterium tuberculosis, virus
campak, Varisela (cacar air), spora jamur
4. Melalui Vehikulum : Bahan yang dapat berperan dalam mempertahankan
kehidupan kuman penyebab sampai masuk (tertelan atau terokulasi) pada
pejamu yang rentan. Contoh: air, darah, serum, plasma, tinja, makanan
5. Melalui Vektor : Artropoda (umumnya serangga) atau binatang lain yang
dapat menularkan kuman penyebab cara menggigit pejamu yang rentan atau
menimbun kuman penyebab pada kulit pejamu atau makanan. Contoh:
nyamuk, lalat, pinjal/kutu, binatang pengerat
13
e. Port of entry (Pintu masuk) adalah Tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu
(yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui: saluran pernafasan, saluran
pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh
(luka).
f. Pejamu rentan (suseptibel) adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh
yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit.
Faktor yang mempengaruhi: umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis,
luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan, pengobatan imunosupresan.
Sedangkan faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau
etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup, pekerjaan dan herediter.
2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas
penjamu, agen infeksi (pathogenesis, virulensi dan dosis) serta cara penularan.
Identifikasi factor resiko pada penjamu dan pengendalian terhadap infeksi tertentu
dapat mengurangi insiden terjadinya infeksi (HAIs), baik pada pasien ataupun pada
petugas kesehatan.
Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari:
a. Peningkatan daya tahan penjamu,
Dapat pemberian imunisasi aktif (contoh vaksinasi hepatitis B), atau
pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi kesehatan secara umum
termasuk nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh.
b. Inaktivasi agen penyebab infeksi,
Dapat dilakukan metode fisik maupun kimiawi. Contoh metode fisik
adalah pemanasan (pasteurisasi atau sterilisasi) dan memasak makanan
seperlunya. Metode kimiawi termasuk klorinasi air, disinfeksi.
c. Memutus mata rantai penularan.
Merupakan hal yang paling mudah untuk mencegah penularan penyakit
infeksi, tetapi hasilnya bergantung kepeda ketaatan petugas dalam melaksanakan
prosedur yang telah ditetapkan.
14
Tindakan pencegahan ini telah disusun dalam suatu “Isolation
Precautions” (Kewaspadaan Isolasi) yang terdiri dari 2 pilar/tingkatan, yaitu
“Standard Precautions” (Kewaspadaan Standar) dan “Transmission based
Precautions” (Kewaspadaan berdasarkan cara penularan)
d. Tindakan pencegahan paska pajanan
(Post Exposure Prophylaxis /PEP) terhadap petugas kesehatan. Berkaitan
pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh lainnya,
yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas pakai atau pajanan lainnya.
Penyakit yang perlu mendapatkan perhatian adalah hepatitis B, Hepatitis C, dan
HIV.
3. Kewaspadaan Isolasi
Mikroba penyebab HAIs dapat ditransmisikan oleh pasien terinfeksi/kolonisasi
kepada pasien lain dan petugas. Bila kewaspadaan isolasi diterapkan benar dapat
menurunkan risiko transmisi dari pasien infeksi/kolonisasi. Tujuan kewaspadaan
isolasi adalah menurunkan transmisi mikroba infeksius diantara petugas dan pasien.
Kewaspadaan Isolasi harus diterapkan kewaspadaan isolasi sesuai gejala
klinis,sementara menunggu hasil laboratorium keluar.
Kewaspadaan Isolasi merupakan kombinasi dari :
a) Standard Precautions /Kewaspadaan Standar
gabungan dari:
b) Universal Precautions/Kewaspadaan Universal
c) Body Substance Isolation/Isolasi substansi/cairan tubuh berlaku untuk semua
pasien, kemungkinan atau terbukti infeksi, setiap waktu di semua unit pelayanan
kesehatan
d) Transmission-based precautions/ Kewaspadaan berbasis transmisi dipakai bila
rute transmisi tidak dapat diputus sempurna hanya Standard precautions.
1970 Tehnik isolasi untuk
penggunaan di RS, edisi 1.
Memperkenalkan 7 katagori
kewaspadaan isolasi kartu
berwarna: Strict, Respiratory,
15
Protective, Enteric, Wound
and Skin,Discharge, and
Blood
1983 CDC Pedoman
Kewaspadaan Isolasi RS
Membagi menjadi 2 golongan
sistim Isolasi; katagori spesifik
dan penyakit spesifik
1985 Universal Precautions (UP) Berkembang dari epidemi
HIV/AIDS
Ditujukan aplikasi
kewaspadaan terhadap Darah
dan Cairan Tubuh pada pasien
pengidap infeksi
Tidak diterapkan terhadap
feses,ingus,sputum,keringat,air
mata,urin,muntahan
1987 Body Substance Isolation
(BSI)
Menghindari kontak terhadap
semua cairan tubuh dan yang
potensial infeksius kecuali
keringat
1996 Pedoman Kewaspadaan
Isolasi dalam Rumah Sakit
Dibuat oleh The Healthcare
Infection Control Practices
Advisory
Committee (HICPAC), CDC
Menggabungkan materi inti
dari UP and BSI
dalamKewaspadaan Standard
untuk diterapkan terhadap
16
semua pasien pada setiap
waktu
2007 Pedoman Kewaspadaan
Isolasi; Pencegahan
Transmisi penyebab infeksi
pada Sarana Kesehatan
Dibuat oleh HICPAC, CDC.
tambahan :
HAIs
Hygiene respirasi/Etika
batuk,
Praktek menyuntik
yang aman
Pencegahan infeksi
untuk prosedur Lumbal
pungsi
C. Tahapan Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian meruakan tahap pertama dalam proses keperawatan, dimana pada
tahap iniperawat melakukan pengkajian data yang diperoleh dari hasilwawancara,
laporan teman sejawat catatan keperawatan atau catatan kesehatan yang lain dan
pengkajian fisik (Robert, 1996)
Pengkajian adalah pengumpulan data yang sistematis untuk menentukan status
kesehatan pasien dan untuk mengidentifikasi semua masalah kesehatan yang aktual
atau potensial (Smeltzer & Bare, 2001).
a. Pengumpulan data
Merupakan kegiatan menghimpun dan mencatat data untuk menentukan
kebutuhan dan masalah kesehatan atau keperawatan. Data ini dapat dibedakan
menjadi 2 jenis:
1) Data subjektif: data yang merupakan pernyataan yang ditanyakan pada klien
17
2) Data objektif: data yang dapat dilihat, dapat diobservasi dan dapat diukur
oleh perawat
b. Sumber data
Data yang diperoleh dari pasien, keluarga pasien, tenaga kesehatan (dokter,
perawat, ahli radiologi dll), catatan yang dibuat oleh tenaga kesehatan, hasil
pemeriksaan.
c. Cara pengumpulan data
Secara umum data dapat dikumpulkan dengan cara:
1) Wawancara
2) Observasi
2. Analisa data
Setelah data pasien terkumpul, selanjutnya data dipisah-pisahkan kedalam
kelompok-kelompok tertentu. Setelah pengelompokan data, langkah selanjutnya
adalah menentukan masalah yang terjadi dan membuat prioritas masalah.
Perhatikan pengelompokan data berikut:
a. Kebersihan Tangan
Membersihkan tangan dari segala kotoran, dimulai dari ujung jari sampai
siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu
menurut Perry & Potter (2005), mencuci tangan merupakan teknik dasar yang
paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi. Cuci tangan adalah
proses membuang kotoran dan debu secara mekanik dari kulit kedua belah tangan
dengan memakai sabun dan air (Tietjen, et.al., 2004).
Sedangkan menurut Purohito (1995) mencuci tangan merupakan syarat
utama yang harus dipenuhi sebelum melakukan tindakan keperawatan misalnya:
memasang infus, mengambil spesimen. Infeksi yang di akibatkan dari pemberian
pelayanan kesehatan atau terjadi pada fasilitas pelayanan kesehatan. Infeksi ini
berhubungan dengan prosedur diagnostik atau terapeutik dan sering termasuk
memanjangnya waktu tinggal di rumah sakit (Perry & Potter, 2000). Tangan
merupakan media transmisi patogen tersering di Rumah sakit. Menjaga
kebersihan tangan dengan baik dan benar dapat mencegah penularan
18
mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi nosokomial. Kepatuhan
terhadap kebersihan tangan merupakan pilar pengendalian infeksi. Teknik yang
digunakan adalah teknik cuci tangan 6 langkah. Dapat memakai antiseptik, dan
air mengalir atau handrub berbasis alkohol.
Kebersihan tangan merupakan prosedur terpenting untuk mencegah
transmisi penyebab infeksi (orang ke orang dan objek ke orang).
1. Tujuan cuci tangan
Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk :
a. Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan
b. Mencegah infeksi silang (cross infection)
c. Menjaga kondisi steril
d. Melindungi diri dan pasien dari infeksi
e. Memberikan perasaan segar dan bersih.
2. Indikasi cuci tangan
Indikasi untuk mencuci tangan menurut Depkes RI. (1993) adalah :
a. Sebelum melakukan prosedur invasif misalnya : menyuntik, pemasangan
kateter dan pemasangan alat bantu pernafasan
b. Sebelum melakukan asuhan keperawatan langsung
c. Sebelum dan sesudah merawat setiap jenis luka
d. Setelah tindakan tertentu, tangan diduga tercemar dengan mikroorganisme
khususnya pada tindakan yang memungkinkan kontak dengan darah,
selaput lendir, cairan tubuh, sekresi
3. Kapan Mencuci Tangan?
a) Segera setelah tiba di rumah sakit
b) Sebelum masuk dan meninggalkan ruangan pasien
c) Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien atau benda yang
terkontaminasi cairan tubuh pasien
d) Diantara kontak pasien satu dengan yang lain
e) Sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien
19
f) Sesudah dari kamar kecil
g) Sesudah kontak darah atau cairan tubuh lainnya
h) Bila tangan kotor
i) Sebelum meninggalkan rumah sakit
j) Segera setelah melepaskan sarung tangan
k) Segera setelah membersihkan sekresi hidung
l) Sebelum dan setelah menyiapkan dan mengkonsumsi makanan
4. Alternatif Kebersihan Tangan
a) Handrub berbasis alkohol 70%:
- Pada tempat dimana akses wastafel dan air bersih terbatas
- Tidak mahal, mudah didapat dan mudah dijangkau
- Dapat dibuat sendiri (gliserin 2 ml 100 ml alkohol 70 %)
b) Jika tangan terlihat kotor, mencuci tangan air bersih mengalir dan sabun
harus dilakukan
c) Handrub antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik,
sehingga jika tangan kotor harus mencuci tangan sabun dan air mengalir
d) Setiap 5 kali aplikasi Handrub harus mencuci tangan sabun dan air
mengalir
e) Mencuci tangan sabun biasa dan air bersih mengalir sama efektifnya
mencuci tangan sabun antimikroba (Pereira, Lee dan Wade 1997.
f) Sabun biasa mengurangi terjadinya iritasi kulit
5. Enam langkah kebersihan tangan :
a) Langkah 1 : Gosokkan kedua telapak tangan
b) Langkah 2 : Gosok punggung tangan kiri dengan telapak tangan
kanan, dan lakukan sebaliknya
c) Langkah 3 : Gosokkan kedua telapak tangan dengan jari-jari tangan
saling menyilang
d) Langkah 4 : Gosok ruas-ruas jari tangan kiri dengan ibu jari tangan
kanan dan lakukan sebaliknya
20
e) Langkah 5 :Gosok Ibu Jari tangan kiri dengan telapak tangan kanan
secara memutar, dan lakukan sebaliknya
f) Langkah 6 : Gosokkan semua ujung-ujung jari tangan kanan di atas
telapak tangan kiri, dan lakukan sebaliknya
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan cuci tangan perawat
Menurut Saefudin, et.al. (2006), tingkat kepatuhan untuk melakukan KU
(Kewaspadaan Universal), khususnya berkaitan dengan HIV /AIDS,
dipengaruhi oleh faktor individu (jenis kelamin, jenis pekerjaan, profesi, lama
kerja dan tingkat pendidikan), faktor psikososial (sikap terhadap HIV dan
virus hepatitis B, ketegangan dalam suasana kerja, rasa takut dan persepsi
terhadap resiko), dan faktor organisasi manajemen (adanya kesepakatan untuk
membuat suasana lingkungan kerja yang aman, adanya dukungan dari rekan
kerja dan adanya pelatihan) Setiap orang memiliki kekuatan dan
kelemahannya masing-masing dalam soal kemampuan kerja, maka wajar-
wajar saja kalau ada perawat yang merasa mampu atau tidak mampu dalam
melaksanakan tindakan sesuai dengan protap. Demikian juga dalam
pelaksanaan protap mencuci tangan, perawat yang memiliki kemampuan
melaksanakan, akan cenderung patuh untuk melaksanakan sesuai dengan yang
telah digariskan dalam protap tersebut (Arumi, 2002).
Persepsi tentang protap akan diterima oleh penginderaan secara selektif,
kemudian diberi makna secara selektif dan terakhir diingat secara selektif oleh
masing-masing perawat. Dengan demikian muncul persepsi yang berbeda
tentang protap tersebut, sehingga kepatuhan perawat didalam pelaksanaan
protap tersebut juga akan berbeda (Arumi, 2002). Sedangkan faktor eksternal
yang mempengaruhi kepatuhan terdiri atas pola komunikasi, keyakinan / nilai-
nilai yang diterima perawat, dan dukungan sosial. Pola komunikasi dengan
profesi lain yang dilakukan oleh perawat akan mempengaruhi tingkat
kepatuhannya dalam melaksanakan tindakan. Beberapa aspek dalam
komunikasi ini yang berpengaruh pada kepatuhan perawat adalah
ketidakpuasaan terhadap hubungan emosional, ketidakpuasan terhadap
21
pendelegasian maupun kolaborasi yang diberikan serta dukungan dalam
pelaksanaan program pengobatan (Arumi, 2002). Smet (1994)
mengatakan bahwa keyakinan-keyakinan tentang kesehatan atau perawatan
dalam sistem pelayanan kesehatan mempengaruhi. kepatuhan perawat dalam
melaksanakan peran dan fungsinya. Sedangkan dukungan sosial menurut
Smet (1994) berpengaruh terhadap kepatuhan seseorang. Variabel-variabel
sosial mempengaruhi kepatuhan perawat. Dukungan sosial memainkan peran
terutama yang berasal dari komunitas internal perawat, petugas kesehatan lain,
pasien maupun dukungan dari pimpinan atau manajer pelayanan kesehatan
serta keperawatan.
7. Rencana tindakan keperawatan
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun rencana keperawatan
adalah :
1) Tindakan apa yang harus dilakukan ?
2) Mengapa tindakan itu dilakukan ?
3) Siapa yang akan melakukan tindakan ?
4) Kapan tindakan itu dilakukan ?
5) Bagaimana tindakan itu dilakukan ?
3. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal.
Langkah-langkah tindakan keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan
adalah:
a. Langkah Persiapan
Pada langkah persiapan tenaga perawat hendaknya :
1) Memahami rencana keparawatan yang telah ditentukan
2) Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
3) Menyiapkan lingkungan yang terapeutik sesuai jenis tindakan yang dilakukan
b. Langkah Pelaksanaan
22
Langkah pelaksanaan tenaga keperawatan harus mengutamakan
keselamatan, keamanan, dan kenyamanan pasien. Oleh sebab itu tenaga perawat
harus :
1) Menunjukkan sikap yang meyakinkan
2) Peka terhadap respon pasien dan efek samping dari tindakan keperawatan yang
dilakukan
3) Melakukan sistematika kerja yang tepat
4) Mempertimbangkan hukum dan etika
5) Bertanggung jawab dan bertanggung gugat
6) Mencatat semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan
Pada waktu perawat memberikan asuhan keperawatan, proses
pengumpulan dan analisa data berjalan secara terus menerus guna perubahan dan
penyesuaian tindakan keperawatan. Beberapa faktor dapat mempengaruhi
pelaksanaan keperawatan, antara lain fasilitas dan alat yang ada, pengorganisasian
pekerjaan, serta lingkungan fisik dimana asuhan keperawatan dilakukan.
4. Evaluasi
a. Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang
rencana keperawatan.
Evaluasi : penilaian pencapaian tujuan + pengkajian ulang rencana keperawatan
b. Tujuan evaluasi
Evaluasi mempunyai beberapa tujuan yaitu :
1) Menentukan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan
2) Menilai aktivitas rencana keperawatan dan strategi asuhan keperawatan
c. Hal – hal yang perlu dievaluasi
1) Apakah asuhan keperawatan tersebut efektif ?
2) Apakah tujuan keperawatan dapat dicapai pada tingkat tertentu ?
3) Apakah perubahan pasien seperti yang diharapkan ?
4) Strategi keperawatan manakah yang efektif ?
d. Langkah – langkah
Langkah – langkah yang dapat dilakukan yaitu :
23
1) Mengumpulkan data perkembangan pasien
2) Menafsirkan (menginterpretasikan) perkembangan pasien
3) Membandingkan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Dengan
menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
4) Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dan standar normal
yang berlaku.
Apabila kemajuan tidak tercapai sesuai dengan tujuan, tenaga keperawatan
mengkaji ulang dan memperbaiki rencana keperawatan. Evaluasi kemajuan pasien
dapat juga menunjukkan masalah sarana yang perlu dikaji dan direncanakan
kembali. Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan, namun tidak
berhenti sampai disini. Evaluasi hanya menunjukkan masalah mana yang telah
dapat dipecahkan dan masalah mana yang perlu dikaji ulang, direncanakan,
dilaksanakan, dievaluasikan kembali. Jadi, proses keperawatan merupakan siklus
yang dinamis dan berkelanjutan.
24