bab ii

32
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Manajemen 1. Pengertian Manajemen Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi yang mencakup kegiatan koordinasi dan sipervise terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey, 1999 dalam Nursalam 2002). Menejemen keperawatan adalah cara untuk mengelola sekelompok perawat dengan menggunakan fungsi-fungsi menajemen untuk dapat memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien secara profesional (Gillies, dalam Nursalam 2002). Dalam menejemen terdapat suatu proses yang mengubah suatu input menjadi suatu output yang diharapakan. Input manajemen ini terdiri dari manusia, uang dan meterial, alat atau mesin dan metode yang selanjutnya akan mengalami proses manajemen sehingga tercapai output. Output pada manajemen berupa efisiensi dalam pelayanan, staf yang kompeten dan ahli dibidangnya serta peningkatan mutu suatu pelayanan. Sedangkan input dari manajemen keperawatan terdiri atas tenaga keperawatan, bahan-bahan, peralatan, bangunan fisik. Klien, pengetahuan, dan keterampilan yang akan mengalami suatu proses 4

Upload: edy-thunder-blood

Post on 02-Jan-2016

60 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalankan suatu kegiatan di organisasi yang mencakup kegiatan koordinasi dan

sipervise terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant

& Massey, 1999 dalam Nursalam 2002).

Menejemen keperawatan adalah cara untuk mengelola sekelompok perawat

dengan menggunakan fungsi-fungsi menajemen untuk dapat memberikan pelayanan

dan asuhan keperawatan kepada klien secara profesional (Gillies, dalam Nursalam

2002).

Dalam menejemen terdapat suatu proses yang mengubah suatu input menjadi

suatu output yang diharapakan. Input manajemen ini terdiri dari manusia, uang dan

meterial, alat atau mesin dan metode yang selanjutnya akan mengalami proses

manajemen sehingga tercapai output. Output pada manajemen berupa efisiensi dalam

pelayanan, staf yang kompeten dan ahli dibidangnya serta peningkatan mutu suatu

pelayanan. Sedangkan input dari manajemen keperawatan terdiri atas tenaga

keperawatan, bahan-bahan, peralatan, bangunan fisik. Klien, pengetahuan, dan

keterampilan yang akan mengalami suatu proses transformasi melalui manajemen

asuhan keperawatan oleh tenaga keperawatan sehingga dihasilkan output yaitu :

berupa suatu resolusi masalah keperawatan klien akan kemudian dapat memberikan

pelayananan keperawatan yang efektif kepada klien, keluarga dan masyarakat.

Prinsip-prinsip manajemen ini diterapakan oleh perawat kepala, pengawas,

direktur dan tingkat eksekutif dibidang keperawatan. Tapi pada dasarnya prinsip

manajemen yang diterapkan adalah sama. Empat elemen besar dari teori manajemen

seperti : perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian. Semua aktivitas

manajemen ini dilakukan secara mandiri dan saling ktergantungan.

4

Page 2: BAB II

2. Fungsi Manajemen

Komponen utama dalam menajemen keperawatan adalah fokus pada sumber daya

manusia dan materi secara efektif. Tujuan dari manajemen keperawatan yaitu unutk

meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan keperawatan untuk kepuasan

klien melalui peningkatan produktifitas dan kualitas kerja perawat (Nursalam, 2000).

Proses manajemen keperawatan yang dapat mendukung proses keperawatan

diantaranya adalah :

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah suatu proses yang berkelanjutan yang diawali dengan

merumuskan tujuan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan

personal, merancang proses dan hasil, memberikan umpan balik pada personal

dan memodifikasi rencana yang diperlukan (Swansburg, 1994).

Perencanaan merupakan proses intelektual yang didasarkan pada fakta dan

informasi, bukan emosi dan harapan (Gillies, 1994). Perencanaan merupakan

fungsi dasar dari manajemen dan merupakan tugas utama setiap manager.

Perencanaan harus sistematis, dapat diukur, dapat dicapai, realistik dan

berorientasi pada waktu.

Dalam manajemen keperawatan, perencanaan dimulai dengan kegiatan

menentukan tujuan, mengumpulkan data, menganalisis dan mengorganisasikan

data-data yang akan dugunakan untuk menentukan sumber-sumber untuk

memenuhi kebutuhannya. Selain itu perencanaan juga menbantu untuk

menjamin bahwa klien dapat menerima pelayanan yang mereka inginkan serta

merekan butuhkan. Selain itu sumber daya yang digunakan dapat digunakan

seefektif mungkin.

Fungsi perencanaan akan berjalan dengan baik jika dilakukan melalui tahap-

tahap yang berurutan. Tahap-tahap tersebut adalah:

1) Pengumpulan data

Pada tahap ini seorng manager diharapkan mampu melakukan suatu

observasi, wawancara terarah dan penyebaran kuesioner, guna mendapat

data yang akurat. Data-data umum yang harus diketahui yaitu:

5

Page 3: BAB II

a) Sensus pasien harian, bulanan dan tahunan.

b) Kapasitas tempat tidur.

c) BOR (tingkat pengisian tempat tidur.

d) Rerata lama rawat (LOS)

e) Jumlah kelahiran.

f) Jumlah operasi.

g) Kecenderungan populasi klien

h) Perkembangan teknologi

i) Ketenagaan baik dari perawatan maupun non keperawatan

(membandingkan jumlah tenaga kesehatan dan jumlah pasien yang ada)

j) Evaluasi pembagian tugas, misal: gizi, farmasi, CS (cleaning service)

dll

2) Analisa lingkungan atau analisa SWOT

3) Pengorganisasian data

Tahap ini dipilih antara data yang menunjang dan data yang menjadi

penghambat terlaksananya suatu proyek

4) Pembuatan rencana

Setelah dipilah data yang menunjang dan menghambat, maka tentukan

objektif, uraikan kegiatan yang akan dilakukan, prosedur kegiatan tersebut,

target waktu kegiatan selesai, menentukan penanggung jawab setiap

kegiatan, tentukan apa dan siapa yang menjadi sasaran kegiatan, dan

terakhir tentukan biaya, peralatan dan metodeyang akan digunakan dalam

pelaksanaan tindakan. Aspek yang perlu direncanakan oleh seorang

manager ruangan yaitu:

a) Mengelola waktu

b) Mengelola konflik

c) Mengelola SDM (kualitas, stres kerja, merencanakan supervisi,

merancang jenjang karier pegawai.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian merupakan pengelompokan aktivitas-aktivitas dengan

sasaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, dimana penugasan

6

Page 4: BAB II

masing-masing kelompok oleh pimpinan yang diberi wewenang untuk

mengawasi masing-masing kelompok, dan juga melakukan koordinasi aktivitas

yang tepat dengan unit lain secara horizontal dan vertikal untuk mencapai tujuan

organisasi (Swansburg, 2000)

Pengorganisasian keperawatan diruang/unit perawatan dilaksanakan

dengan metode penugasan (Gilles, 1989). Pengorganisasian keperawatan adalah

pengelompokan kegiatan untuk mencapai ditandai dengan kelompok-kelompok

manager, dengan mempunyai otoritas untuk mensurvisi tiap-tiap kelompoknya

masing-masing yang berarti koordinasi antar unit secara horizontal dan vertikal

dengan tanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.

Aktivitas yang biasanya dilakukan dengan fungsi pengorganisasian adalah

sebagai berikut:

1) Mengembangkan uraian tugas

Pada aktivitas ini dijelaskan tugas-tugas setiap jenjang kedudukan dan setiap

fungsi-fungsi manajemen. Maka didapatkan tugas-tugas yang berbeda antara

perawat pelaksana, ketua TIM dan kepala ruangan baik dalam fungsi

perencanaan, pengorganisasian, ketegangan, pengarahan dan pengendalan.

2) Mengembangkan ketenagaan dan jadwal dinas

Kegiatan ini akan lebih dibahas pada fungsi pendayagunaan

tenaga/ketenagaan

3) Mengembangkan prosedur

Fungsi pengorganisasian juga mengatur tentang pelaksanaan suatu prosedur,

baik prosedur tindakan yang bersifat teknik keperawatan juga prosedur yang

bersifat administrasi. Prosedur-prosedur tersebut biasanya yang sudah

ditetapkan (protap) yang harus dilaksanakan. Prosedur yang bersifat teknis

keperawatan mulai sejak pemeriksaan pasien, pelaksanaan tindakan

prosedur pulang yaitu :

a) Prosedur penerimaan pasien bermulai dari serah terima pasien,

penempatan pasien, pengkajian dan pemeriksaan fisik. Pada

pelaksanaan tindakan, tergantung pada jenis tindakan misalnya tindakan

7

Page 5: BAB II

invasive/non invasive, tindakan septic/aseptic dan tindakan yang

bersifat steril/non steril

b) Pada perencanaan pulang (discharge planning) dimulai dari

pemeriksaan fisik terakhir

c) Obat-obat yang dibawa pulang termasuk fungsi, efek samping waktu

minum dan cara minum obat tersebut

d) Waktu kontrol kembali ke rumah sakit

e) Rencana tindak lanjut/ hal-hal yang harus dilakukan di rumah oleh

pasien yang biasanya diberikan melalui penkes oleh perawat

f) Selain untuk perencanaan pulang dalam pengembangan prosedur juga

diatur tentang pendokumentasian, cara pendokumentasian, serta

penyusunan pendokumentasian

g) Penyusunan dokumen misalnya status pasien dirasa sangat bermanfaat.

Bukan hanya untuk perawat tetapi bagi profesi lain yang ikut

menggunakan status

c. Ketenagaan (staffing)

Pengaturan staff dan penjadwalan adalah komponen utama dalam

manajemen keperawatan. Pengaturan staff merupakn salah satu masalah-masalah

besar pada setiap organisasi keperawatan, baik di rumah sakit, rumah perawatan

(nursing home, badan perawatan kesehatan di rumah, badan rawat jalan dan jenis

perawatan lainnya).

Manajemen ketenagaan dilakukan agar efisiensi dan efektifitas ketenagaan

dapat ditingkatkan. Hal ini dapat diperjelas dengan tujuan manajemen

ketenagaan yaitu untuk mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan

produktif yang dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi

kepuasan pengguna jasa keperawatan. Fungsi manajemen ketenagaan terbagi

atas :

1) Fungsi Manajerial

Dalam fungsi ini termasuk ke dalamnya tahap perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan

8

Page 6: BAB II

2) Fungsi Rasional

Fungsi ini mengatur tentang pengadaan tenaga termasuk jumlah dan jenis

tenaga yang dibutuhkan dan pengembangan tenaga yaitu dengan pengadaan

pelatihan, uji kompetensi dan penilaian prestasi kerja

3) Fungsi Pemutusan Hubungan Kerja

Pada fungsi ini manajer mengembalikan tenaga pada masyarakat

melalui/pemecatan

Fungsi juga mengatur tentang perkiraan jumlah perawat yang dibutuhkan

sehingga kebutuhan pasien tetap terpenuhi. Adapun pembagian jumlah perawat

berdasarkan kategori pasien yang dirawat, rasio perawat dan metode penugasan.

1) Jumlah perawat berdasarkan kategori pasien yang dirawat

Ada 3 kategori pasien yang dirawat yaitu : perawatan minimal, perawatan

sebagian, dan perawatan total. Maka menurut Douglas (1984), jumlah

perawat yang dibutuhkan yaitu:

Rumus : Jumlah perawat = jumlah pasien x derajat ketergantungan pasien

2) Jumlah perawat berdasarkan ratio perawat

Perhitungan jumlah perawat berdasarkan ratio perawat adalah sebagai berikut:

Ratio perawat ahli : perawat terampil = 55% : 45 %

Proporsi dinas pagi : sore : malam = 47 % : 36 % : 17 %

3) jumlah perawat berdasarkan metode penugasan

Metode penugasan dibagi menjadi :

a) Metode fungsional dimana tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan

pada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Pada

metode ini masih berorientasi pada tugas. Jumlah perawat hanya

tergantung pada tugas diruangan.

b) Metode tim dimana pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat

untuk sekelompok klien. Idealnya 1 tim minimal 2 orang perawat.

c) Metode primer dimana pelayanan keperawatan bertanggung jawab dalam

askep klien selama 24 jam sejak pasien masuk sampai pulang dari rumah

sakit. Jumlah perawat sama dengan jumlah pasien.

9

Page 7: BAB II

d) Metode modular dimana pelayanan keperawatan oleh perawat profesional

untuk sekelompok klien sejak masuk sampai pulang. Idealnya 2-3 perawat

untuk 8-12 pasien.

e) Metode alokasi klien / keperawatan total dimana pelayanan pada 1 atau

beberapa klien oleh 1 perawat selama periode waktu tertentu atau sampai

klien pulang.

d. Pengarahan (Directing)

Merupakan suatu faktor penting dalam menentukan tingkat kinerja

karyawan dan kualitas pencapaian tujuan (Hersay & Blanchard, 1977). Dalam

manajemen modern komando dan koordinasi disebut pengarahan.

Menurut fayol dalam Swanburg (1994), komando terjadi bila manajer

mendapat masukan optimum dari semua karyawan di unitnya dalam kepentingan

terhadap semua masalah. Sedangkan koordinasi menciptakan keharmonisan

diantara semua aktvitas untuk memfasilitasi pekerjaan dan keberhasilan unit.

Aktivitas pengarahan anatara lain pendelegasian, komunikasi, pelatihan dan

motivasi. Dalam fungsi ini manager keperawatan bertindak sebagai fasilitator

dan pelatih. Aktivitas yang paling berperan dalam fungsi pengarahan yaitu

supervisi. Kegiatan supervisi meliputi kegiatan memeriksa pekerjaan pegawai,

mengevaluasi penampilannya, menyetujui dan memperbaiki penampilannya.

Didalam manajemen keperawatan, yang dimaksud dengan pengarahan

adalah tindakan visi dari manajemen keperawatan, proses interpersonal dimana

personil keperawatan mencapai objektif keperawatan (Swansburg, 2000).

Sebagai seorang pemimpin dalam manajemen keperawatan , dia harus

mempunyai kemampuan untuk membujuk bawahan bersama-sama bekerja keras

untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam pelayanan keperawatan. Untuk

mencapai hal tersebut pimpinan keperawatan seharusnya dibekali ilmu dasar

yang kuat tentang kebijaksanaan organisasi, tujuan, program-program baru dan

merencanakan perubahan. Selain itu pimpinan keperawatan juga harus

mempunyai perilaku yang dapat diterima secara sosial, kualitas personal yang

dapat diterima bawahan, keterampilan dalam memimpin, serta kemampuan

komunikasi interpersonal yang baik. Jika semua ini ada pada seseorang

10

Page 8: BAB II

pemimpin keperawatan maka pengarahan yang efektif dapat dilaksanakan

sehingga dukungan bawahan untuk mencapai

Tujuan menajemen keperawatan optimal. Secara operasional keefektifan

pengarahan dapat dilihat dari kesamaan komando dan terciptanya tanggung

jawab bawahan secara penuh kepada 1 pimpinan.

e. pengendalian (Controlling)

Pengendalian adalah pengumpulan umpan balik dari hasil-hasil dan secara

periodik menindak lanjuti dalam rangkang membandingkan hasil-hasil dengan

perencanaannya (Hersay & Blanchard, 1977).

Urwick dalam Swansburg (2000) mendefinisikan pengendalian atau

pengvaluasian melihat bahwa segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana

yang disepakati, instruksi yang telah diberikan serta prinsip-prinsip yang telah

diberlakukan. Aktifitas pengendalian/pengevaluasian yaitu supervise dalam

keperawatan, program kendali mutu. Proses ini dilakukan secara terus menerus

dari manajemen keparawatan yang terjadi secara perencanaan, pengorganisasian

dan pengarahan aktivitas. Dalam melakukan kontroling ada proses yang harus

dilalui antaranya:

1) Menetapkan standar yang digunakan sebagai indikator dan kriteria hasil

yang dapat diukur

2) Mengaplikasikan standar dengan mengumpulkan data dan mengukur

aktifitas dari manejemen keperawatan.

3) Membuat peningkatan dengan mencari tahu ada/tidaknya gap sehingga

dapat memberikan feed back yang diperlukan.

4) Tetap mempertahankan proses secara kontinuitas pada seluruh elemen.

Manager perawat akn merelisasikan cara terbaik dalam menjamin kualitas

pelayanan keperawatan yang diberikan diruang-ruang untuk menegakkan

filosofi, standar pelayanan dan tugas-tugas.

11

Page 9: BAB II

B. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan Di

Lahan Praktik

Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sangat Penting untuk

melindungi pasien, petugas juga pengunjung dan keluarga dari resiko tertularnya

infeksi karena dirawat, bertugas juga berkunjung ke suatu rumah sakit atau fasilitas

pelayanan kesehatan lainnya. Keberhasilan program PPI perlu keterlibatan lintas

profesional: Klinisi, Perawat, Laboratorium, Kesehatan Lingkungan, Farmasi, Gizi,

IPSRS, Sanitasi & Housekeeping, dan lain-lain sehingga perlu wadah berupa Komite

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

Beberapa rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan merupakan lahan

praktik bagi  mahasiswa/siswa serta peserta magang dan pelatihan yang berasal dari

berbagai jenjang pendidikan dan institusi yang berbeda-beda. Tak diragukan lagi

bahwa semua mahasiswa/siswa dan peserta magang/pelatihan mempunyai kontribusi

yang cukup besar dalam penularan infeksi dan akan beresiko mendapatkan HAIs.

Oleh karena itu penting bagi mahasiswa/siswa, peserta magang/pelatihan, termasuk

juga karyawan baru memahami proses terjadinya infeksi, mikroorganisme yang

sering menimbulkan infeksi, serta bagaimana pencegahan dan pengendalian infeksi di

rumah sakit. Sebab bila sampai terjadi infeksi nosokomial akan cukup sulit

mengatasinya, pada umumnya kuman sudah resisten terhadap banyak antibiotika.

Sehingga semua mahasiswa/siswa, peserta magang/pelatihan yang akan mengadakan

praktik di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, termasuk juga

karyawan baru yang akan bertugas harus diberikan Layanan Orientasi dan Informasi

(LOI) tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

1. Rantai Penularan Infeksi

Pengetahuan tentang rantai penularan infeksi sangat penting karena apabila

satu mata rantai dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan.

Komponen yang diperlukan sehingga terjadi penularan adalah:

a. Agen infeksi  (infectious agent) adalah Mikroorganisme yang dapat menyebabkan

infeksi.  Pada manusia dapat berupa bakteri , virus, ricketsia, jamur dan parasit.

Dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: patogenitas, virulensi, dan jumlah (dosis,

atau load)

12

Page 10: BAB II

b. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak

dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umumadalah manusia,

binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya. Pada

manusia: permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas, usus dan vagina

c. Port of exit ( Pintu keluar) adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan

reservoir. Pintu keluar meliputi : saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran

kemih dan kelamin, kulit dan membrana mukosa, transplasenta dan darah serta

cairan tubuh lain.

d. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi 

dari reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada beberapa cara penularan yaitu :

1. Kontak (contact transmission):

a) Direct/Langsung:   kontak badan ke badan transfer kuman penyebab

secara fisik pada saat pemeriksaan fisik, memandikan pasen

b) Indirect/Tidak langsung (paling sering !!!): kontak melalui objek

(benda/alat) perantara: melalui instrumen, jarum, kasa, tangan yang tidak

dicuci

2. Droplet : partikel droplet > 5 μm melalui batuk, bersin, bicara, jarak sebar

pendek, tdk bertahan lama di udara, “deposit” pada mukosa konjungtiva,

hidung, mulut contoh : Difteria, Pertussis, Mycoplasma, Haemophillus

influenza type b (Hib),  Virus Influenza, mumps, rubella

3. Airborne : partikel kecil ukuran <  5 μm, bertahan lama di udara, jarak

penyebaran jauh, dapat terinhalasi, contoh:Mycobacterium tuberculosis, virus

campak, Varisela (cacar air), spora jamur

4. Melalui Vehikulum : Bahan yang dapat berperan dalam mempertahankan

kehidupan kuman penyebab sampai masuk (tertelan atau terokulasi) pada

pejamu yang rentan. Contoh: air, darah, serum, plasma, tinja, makanan

5. Melalui Vektor : Artropoda (umumnya serangga) atau binatang lain yang

dapat menularkan kuman penyebab  cara menggigit pejamu yang rentan atau

menimbun kuman penyebab pada kulit pejamu atau makanan. Contoh:

nyamuk, lalat, pinjal/kutu, binatang pengerat

13

Page 11: BAB II

e. Port of entry (Pintu masuk) adalah Tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu

(yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui:  saluran pernafasan, saluran

pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh

(luka).

f. Pejamu rentan (suseptibel) adalah  orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh

yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit.

Faktor yang mempengaruhi: umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis,

luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan, pengobatan  imunosupresan.

Sedangkan faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau

etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup, pekerjaan dan herediter.

2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas

penjamu, agen infeksi (pathogenesis, virulensi dan dosis) serta cara penularan.

Identifikasi factor resiko pada penjamu dan pengendalian terhadap infeksi tertentu

dapat mengurangi insiden terjadinya infeksi (HAIs), baik pada pasien ataupun pada

petugas kesehatan.

Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari:

a. Peningkatan daya tahan penjamu,

Dapat  pemberian imunisasi aktif (contoh vaksinasi hepatitis B), atau

pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi kesehatan secara umum

termasuk nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh.

b. Inaktivasi agen penyebab infeksi,

Dapat dilakukan  metode fisik maupun kimiawi. Contoh metode fisik

adalah pemanasan (pasteurisasi atau sterilisasi) dan memasak makanan

seperlunya. Metode kimiawi termasuk klorinasi air, disinfeksi.

c. Memutus mata rantai penularan.

Merupakan hal yang paling mudah untuk mencegah penularan penyakit

infeksi, tetapi hasilnya bergantung kepeda ketaatan petugas dalam melaksanakan

prosedur yang telah ditetapkan.

14

Page 12: BAB II

Tindakan pencegahan ini telah disusun dalam suatu “Isolation

Precautions” (Kewaspadaan Isolasi) yang terdiri dari 2 pilar/tingkatan, yaitu

“Standard Precautions” (Kewaspadaan Standar) dan “Transmission based

Precautions” (Kewaspadaan berdasarkan cara penularan)

d. Tindakan pencegahan paska pajanan

(Post Exposure Prophylaxis /PEP) terhadap petugas kesehatan. Berkaitan 

pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh lainnya,

yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas pakai atau pajanan lainnya.

Penyakit yang perlu mendapatkan perhatian adalah hepatitis B, Hepatitis C, dan

HIV.

3. Kewaspadaan Isolasi

Mikroba penyebab HAIs dapat ditransmisikan oleh pasien terinfeksi/kolonisasi

kepada pasien lain dan petugas. Bila kewaspadaan isolasi diterapkan  benar dapat

menurunkan risiko transmisi dari pasien infeksi/kolonisasi. Tujuan kewaspadaan

isolasi adalah menurunkan transmisi mikroba infeksius diantara  petugas dan pasien.

Kewaspadaan Isolasi harus diterapkan kewaspadaan isolasi sesuai gejala

klinis,sementara menunggu hasil laboratorium keluar.

Kewaspadaan Isolasi merupakan kombinasi dari :

a) Standard Precautions /Kewaspadaan Standar

gabungan dari:

b) Universal Precautions/Kewaspadaan Universal

c) Body Substance Isolation/Isolasi substansi/cairan tubuh berlaku untuk semua

pasien, kemungkinan atau terbukti infeksi, setiap waktu di semua unit pelayanan

kesehatan

d) Transmission-based precautions/ Kewaspadaan berbasis transmisi dipakai bila

rute transmisi tidak dapat diputus sempurna hanya  Standard precautions.

1970 Tehnik isolasi untuk

penggunaan di RS, edisi 1.

Memperkenalkan 7 katagori

kewaspadaan isolasi  kartu

berwarna: Strict, Respiratory,

15

Page 13: BAB II

Protective, Enteric, Wound

and Skin,Discharge, and

Blood

1983 CDC Pedoman

Kewaspadaan Isolasi RS

Membagi menjadi 2 golongan

sistim Isolasi; katagori spesifik

dan penyakit spesifik

1985 Universal Precautions  (UP) Berkembang dari epidemi

HIV/AIDS

Ditujukan aplikasi

kewaspadaan terhadap Darah

dan Cairan Tubuh pada pasien

pengidap infeksi

Tidak diterapkan terhadap

feses,ingus,sputum,keringat,air

mata,urin,muntahan

1987 Body Substance Isolation

(BSI)

Menghindari kontak terhadap

semua cairan tubuh dan  yang

potensial infeksius kecuali

keringat

1996 Pedoman Kewaspadaan

Isolasi dalam Rumah Sakit

Dibuat oleh The Healthcare

Infection Control Practices

Advisory

Committee (HICPAC), CDC

Menggabungkan materi inti

dari  UP and BSI 

dalamKewaspadaan  Standard

untuk diterapkan terhadap

16

Page 14: BAB II

semua pasien pada setiap

waktu

2007 Pedoman Kewaspadaan

Isolasi; Pencegahan

Transmisi penyebab infeksi

pada Sarana Kesehatan

Dibuat oleh HICPAC, CDC.

tambahan :

HAIs

Hygiene respirasi/Etika

batuk,

Praktek menyuntik

yang aman

Pencegahan infeksi

untuk prosedur Lumbal

pungsi

C. Tahapan Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian meruakan tahap pertama dalam proses keperawatan, dimana pada

tahap iniperawat melakukan pengkajian data yang diperoleh dari hasilwawancara,

laporan teman sejawat catatan keperawatan atau catatan kesehatan yang lain dan

pengkajian fisik (Robert, 1996)

Pengkajian adalah pengumpulan data yang sistematis untuk menentukan status

kesehatan pasien dan untuk mengidentifikasi semua masalah kesehatan yang aktual

atau potensial (Smeltzer & Bare, 2001).

a. Pengumpulan data

Merupakan kegiatan menghimpun dan mencatat data untuk menentukan

kebutuhan dan masalah kesehatan atau keperawatan. Data ini dapat dibedakan

menjadi 2 jenis:

1) Data subjektif: data yang merupakan pernyataan yang ditanyakan pada klien

17

Page 15: BAB II

2) Data objektif: data yang dapat dilihat, dapat diobservasi dan dapat diukur

oleh perawat

b. Sumber data

Data yang diperoleh dari pasien, keluarga pasien, tenaga kesehatan (dokter,

perawat, ahli radiologi dll), catatan yang dibuat oleh tenaga kesehatan, hasil

pemeriksaan.

c. Cara pengumpulan data

Secara umum data dapat dikumpulkan dengan cara:

1) Wawancara

2) Observasi

2. Analisa data

Setelah data pasien terkumpul, selanjutnya data dipisah-pisahkan kedalam

kelompok-kelompok tertentu. Setelah pengelompokan data, langkah selanjutnya

adalah menentukan masalah yang terjadi dan membuat prioritas masalah.

Perhatikan pengelompokan data berikut:

a. Kebersihan Tangan

Membersihkan tangan dari segala kotoran, dimulai dari ujung jari sampai

siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu

menurut Perry & Potter (2005), mencuci tangan merupakan teknik dasar yang

paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi. Cuci tangan adalah

proses membuang kotoran dan debu secara mekanik dari kulit kedua belah tangan

dengan memakai sabun dan air (Tietjen, et.al., 2004).

Sedangkan menurut Purohito (1995) mencuci tangan merupakan syarat

utama yang harus dipenuhi sebelum melakukan tindakan keperawatan misalnya:

memasang infus, mengambil spesimen. Infeksi yang di akibatkan dari pemberian

pelayanan kesehatan atau terjadi pada fasilitas pelayanan kesehatan. Infeksi ini

berhubungan dengan prosedur diagnostik atau terapeutik dan sering termasuk

memanjangnya waktu tinggal di rumah sakit (Perry & Potter, 2000). Tangan

merupakan media transmisi patogen tersering di Rumah sakit. Menjaga

kebersihan tangan dengan baik dan benar dapat mencegah penularan

18

Page 16: BAB II

mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi nosokomial. Kepatuhan

terhadap kebersihan tangan merupakan pilar pengendalian infeksi. Teknik yang

digunakan adalah teknik cuci tangan 6 langkah. Dapat memakai antiseptik, dan

air mengalir atau handrub berbasis alkohol.

Kebersihan tangan merupakan prosedur terpenting untuk mencegah

transmisi penyebab infeksi (orang ke orang dan objek ke orang).

1. Tujuan cuci tangan

Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk :

a. Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan

b. Mencegah infeksi silang (cross infection)

c. Menjaga kondisi steril

d. Melindungi diri dan pasien dari infeksi

e. Memberikan perasaan segar dan bersih.

2. Indikasi cuci tangan

Indikasi untuk mencuci tangan menurut Depkes RI. (1993) adalah :

a. Sebelum melakukan prosedur invasif misalnya : menyuntik, pemasangan

kateter dan pemasangan alat bantu pernafasan

b. Sebelum melakukan asuhan keperawatan langsung

c. Sebelum dan sesudah merawat setiap jenis luka

d. Setelah tindakan tertentu, tangan diduga tercemar dengan mikroorganisme

khususnya pada tindakan yang memungkinkan kontak dengan darah,

selaput lendir, cairan tubuh, sekresi

3. Kapan Mencuci Tangan?

a) Segera setelah tiba di rumah sakit

b) Sebelum masuk dan meninggalkan ruangan pasien

c) Sebelum dan sesudah kontak  dengan pasien atau benda yang

terkontaminasi cairan tubuh pasien

d) Diantara kontak pasien satu dengan yang lain

e) Sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien

19

Page 17: BAB II

f) Sesudah dari kamar kecil

g) Sesudah kontak  darah atau cairan tubuh lainnya

h) Bila tangan kotor

i) Sebelum meninggalkan rumah sakit

j) Segera setelah melepaskan sarung tangan

k) Segera setelah membersihkan sekresi hidung

l) Sebelum dan setelah menyiapkan dan mengkonsumsi makanan

4. Alternatif Kebersihan Tangan

a) Handrub berbasis alkohol 70%:

- Pada tempat dimana akses wastafel dan air bersih terbatas

- Tidak mahal, mudah didapat dan mudah dijangkau

- Dapat dibuat sendiri (gliserin 2 ml  100 ml alkohol 70 %)

b) Jika tangan terlihat kotor, mencuci tangan  air bersih mengalir dan sabun

harus dilakukan

c) Handrub antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik,

sehingga jika tangan kotor harus mencuci tangan  sabun dan air mengalir

d) Setiap 5 kali aplikasi Handrub harus mencuci tangan  sabun dan air

mengalir

e) Mencuci tangan sabun biasa dan air bersih mengalir sama efektifnya 

mencuci tangan  sabun antimikroba (Pereira, Lee dan Wade 1997.

f) Sabun biasa mengurangi terjadinya iritasi kulit

5. Enam langkah kebersihan tangan :

a) Langkah 1 : Gosokkan kedua telapak tangan

b) Langkah 2 : Gosok punggung tangan kiri dengan telapak tangan

kanan, dan lakukan sebaliknya

c) Langkah 3 : Gosokkan kedua telapak tangan dengan jari-jari tangan

saling menyilang

d) Langkah 4 : Gosok ruas-ruas jari tangan kiri dengan ibu jari tangan

kanan dan lakukan sebaliknya

20

Page 18: BAB II

e) Langkah 5 :Gosok Ibu Jari tangan kiri dengan telapak tangan kanan

secara memutar, dan lakukan sebaliknya

f) Langkah 6 : Gosokkan semua ujung-ujung jari tangan kanan di atas

telapak tangan kiri, dan lakukan sebaliknya

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan cuci tangan perawat

Menurut Saefudin, et.al. (2006), tingkat kepatuhan untuk melakukan KU

(Kewaspadaan Universal), khususnya berkaitan dengan HIV /AIDS,

dipengaruhi oleh faktor individu (jenis kelamin, jenis pekerjaan, profesi, lama

kerja dan tingkat pendidikan), faktor psikososial (sikap terhadap HIV dan

virus hepatitis B, ketegangan dalam suasana kerja, rasa takut dan persepsi

terhadap resiko), dan faktor organisasi manajemen (adanya kesepakatan untuk

membuat suasana lingkungan kerja yang aman, adanya dukungan dari rekan

kerja dan adanya pelatihan) Setiap orang memiliki kekuatan dan

kelemahannya masing-masing dalam soal kemampuan kerja, maka wajar-

wajar saja kalau ada perawat yang merasa mampu atau tidak mampu dalam

melaksanakan tindakan sesuai dengan protap. Demikian juga dalam

pelaksanaan protap mencuci tangan, perawat yang memiliki kemampuan

melaksanakan, akan cenderung patuh untuk melaksanakan sesuai dengan yang

telah digariskan dalam protap tersebut (Arumi, 2002).

Persepsi tentang protap akan diterima oleh penginderaan secara selektif,

kemudian diberi makna secara selektif dan terakhir diingat secara selektif oleh

masing-masing perawat. Dengan demikian muncul persepsi yang berbeda

tentang protap tersebut, sehingga kepatuhan perawat didalam pelaksanaan

protap tersebut juga akan berbeda (Arumi, 2002). Sedangkan faktor eksternal

yang mempengaruhi kepatuhan terdiri atas pola komunikasi, keyakinan / nilai-

nilai yang diterima perawat, dan dukungan sosial. Pola komunikasi dengan

profesi lain yang dilakukan oleh perawat akan mempengaruhi tingkat

kepatuhannya dalam melaksanakan tindakan. Beberapa aspek dalam

komunikasi ini yang berpengaruh pada kepatuhan perawat adalah

ketidakpuasaan terhadap hubungan emosional, ketidakpuasan terhadap

21

Page 19: BAB II

pendelegasian maupun kolaborasi yang diberikan serta dukungan dalam

pelaksanaan program pengobatan (Arumi, 2002). Smet (1994)

mengatakan bahwa keyakinan-keyakinan tentang kesehatan atau perawatan

dalam sistem pelayanan kesehatan mempengaruhi. kepatuhan perawat dalam

melaksanakan peran dan fungsinya. Sedangkan dukungan sosial menurut

Smet (1994) berpengaruh terhadap kepatuhan seseorang. Variabel-variabel

sosial mempengaruhi kepatuhan perawat. Dukungan sosial memainkan peran

terutama yang berasal dari komunitas internal perawat, petugas kesehatan lain,

pasien maupun dukungan dari pimpinan atau manajer pelayanan kesehatan

serta keperawatan.

7. Rencana tindakan keperawatan

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun rencana keperawatan

adalah :

1) Tindakan apa yang harus dilakukan ?

2) Mengapa tindakan itu dilakukan ?

3) Siapa yang akan melakukan tindakan ?

4) Kapan tindakan itu dilakukan ?

5) Bagaimana tindakan itu dilakukan ?

3. Tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah

ditentukan dengan maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal.

Langkah-langkah tindakan keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan

adalah:

a. Langkah Persiapan

Pada langkah persiapan tenaga perawat hendaknya :

1) Memahami rencana keparawatan yang telah ditentukan

2) Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan

3) Menyiapkan lingkungan yang terapeutik sesuai jenis tindakan yang dilakukan

b. Langkah Pelaksanaan

22

Page 20: BAB II

Langkah pelaksanaan tenaga keperawatan harus mengutamakan

keselamatan, keamanan, dan kenyamanan pasien. Oleh sebab itu tenaga perawat

harus :

1) Menunjukkan sikap yang meyakinkan

2) Peka terhadap respon pasien dan efek samping dari tindakan keperawatan yang

dilakukan

3) Melakukan sistematika kerja yang tepat

4) Mempertimbangkan hukum dan etika

5) Bertanggung jawab dan bertanggung gugat

6) Mencatat semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan

Pada waktu perawat memberikan asuhan keperawatan, proses

pengumpulan dan analisa data berjalan secara terus menerus guna perubahan dan

penyesuaian tindakan keperawatan. Beberapa faktor dapat mempengaruhi

pelaksanaan keperawatan, antara lain fasilitas dan alat yang ada, pengorganisasian

pekerjaan, serta lingkungan fisik dimana asuhan keperawatan dilakukan.

4. Evaluasi

a. Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang

rencana keperawatan.

Evaluasi : penilaian pencapaian tujuan + pengkajian ulang rencana keperawatan

b. Tujuan evaluasi

Evaluasi mempunyai beberapa tujuan yaitu :

1) Menentukan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan

2) Menilai aktivitas rencana keperawatan dan strategi asuhan keperawatan

c. Hal – hal yang perlu dievaluasi

1) Apakah asuhan keperawatan tersebut efektif ?

2) Apakah tujuan keperawatan dapat dicapai pada tingkat tertentu ?

3) Apakah perubahan pasien seperti yang diharapkan ?

4) Strategi keperawatan manakah yang efektif ?

d. Langkah – langkah

Langkah – langkah yang dapat dilakukan yaitu :

23

Page 21: BAB II

1) Mengumpulkan data perkembangan pasien

2) Menafsirkan (menginterpretasikan) perkembangan pasien

3) Membandingkan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Dengan

menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

4) Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dan standar normal

yang berlaku.

Apabila kemajuan tidak tercapai sesuai dengan tujuan, tenaga keperawatan

mengkaji ulang dan memperbaiki rencana keperawatan. Evaluasi kemajuan pasien

dapat juga menunjukkan masalah sarana yang perlu dikaji dan direncanakan

kembali. Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan, namun tidak

berhenti sampai disini. Evaluasi hanya menunjukkan masalah mana yang telah

dapat dipecahkan dan masalah mana yang perlu dikaji ulang, direncanakan,

dilaksanakan, dievaluasikan kembali. Jadi, proses keperawatan merupakan siklus

yang dinamis dan berkelanjutan.

24