bab ii

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Kualitas Kesehatan Gigi Kualitas kesehatan gigi seseorang tidak terlepas dari 3 aspek dibawah ini, yaitu: a. Aspek fisik Aspek fisik merupakan aspek yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut disebabkan oleh keadaan yang terdapat didalam mulutnya sendiri, misalnya keadaan gigi yang berjejal. b. Aspek mental Aspek mental dapat mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut karena sikap kepercayaan dan keyakinan seseorang akan mempengaruhi tingkah laku orang tersebut. 8

Upload: vembri-irawati

Post on 30-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Kualitas Kesehatan Gigi

Kualitas kesehatan gigi seseorang tidak terlepas dari 3 aspek

dibawah ini, yaitu:

a. Aspek fisik

Aspek fisik merupakan aspek yang mempengaruhi kualitas

kesehatan gigi dan mulut disebabkan oleh keadaan yang

terdapat didalam mulutnya sendiri, misalnya keadaan gigi yang

berjejal.

b. Aspek mental

Aspek mental dapat mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan

mulut karena sikap kepercayaan dan keyakinan seseorang akan

mempengaruhi tingkah laku orang tersebut. Misalnya, apabila

sesorang percaya bahwa penyakit gigi dan mulut disebabkan

karena guna-guna, maka orang tersebut tidak akan pergi ke

dokter gigi melainkan ke dukun. Aspek mental ini akan

mempengaruhi minat seseorang untuk merubah perilaku

kesehatan giginya kearah yang lebih baik lagi.

8

Page 2: BAB II

9

c. Aspek sosial

Aspek sosial yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut

biasanya disebabkan oleh nilai budaya yang berkembang

didaerahnya. Selain itu, dapat pula disebabkan oleh pengaruh

sosialekonomi yang kurang (Herijulianti, 2001).

2. Minat

a. Definisi

Menurut Jahja (2011), Minat adalah suatu dorongan yang

menyebabkan terikatnya perhatian individu pada objek tertentu

pada pekerjaan, pelajaran, benda dan orang. Minat berhubungan

dengan aspek kognitif, afektif, dan motorik dan merupakan sumber

motivasi untuk melakukan apa yang diinginkan.

Minat berhubungan dengan sesuatu yang menguntungkan

dan dapat menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Minat bersifat tetap

(persistent) dan ada unsur memenuhi kebutuhan dan memberikan

kepuasan. Semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan akan

semakin kuat minat tersebut, sebaliknya minat akan menjadi pupus

kalau tidak ada kesempatan untuk mengekspresikannya.

b. Sifat-sifat dan faktor-faktor minat

Minat memiliki sifat dan karakter khusus, sebagai berikut:

1) Minat bersifat pribadi (individual), ada perbedaan antara minat

seseorang dan orang lain.

2) Minat menimbulkan efek diskriminatif.

Page 3: BAB II

10

3) Erat hubungannya dengan motivasi, mempengaruhi, dan

dipengaruhi motivasi.

4) Minat merupakan sesuatu yang dipelajari, bukan bawaan lahir

dan dapat berubah tergantung pada kebutuhan, pengalaman dan

mode.

Jahja (2011) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi

minat, sebagai berikut:

1) Kebutuhan fisik, sosial, dan egoistis.

2) Pengalaman.

c. Ciri-ciri minat anak

Menurut Hurlock (2005) minat pada anak memiliki beberapa ciri

sebagai berikut:

1) Minat tumbuh bersama dengan perkembangan fisik dan mental.

Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik

dan mental.

2) Minat bergantung pada kesiapan belajar. Anak-anak tidak dapat

mempunya minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental.

3) Minat bergantung pada kesempatan belajar sedangkan

kesempatan belajar bergantung pada lingkungan dan minat.

4) Perkembangan minat mungkin terbatas. Ketidakmampuan fisik

dan mental serta pengalaman sosial yang terbatas membatasi

minat anak.

Page 4: BAB II

11

5) Minat dipengaruhi pengaruh budaya. Anak-anak mendapat

kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk

belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok budaya mereka

dianggap minat yang sesuai dan mereka tidak diberi

kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai

bagi kelompok budaya mereka.

6) Minat berbobot emosional. Bobot emosional yang tidak

menyenangkan akan melemahkan minat dan bobot emosional

yang menyenangkan akan memperkuat minat.

7) Minat itu egosentris. Misalnya, minat anak laki-laki pada

matematik, sering berlandaskan keyakinan bahwa kepandaian

di bidang matematika di sekolah merupakan langkah penting

menuju kedudukan yang menguntungkan dan bergengsi di

dunia usaha.

d. Aspek-aspek minat

Minat terbagi menjadi dua aspek, yaitu:

1) Aspek Kognitif

Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah

dipelajari baik di rumah, sekolah dan masyarakat serta dari

berbagai jenis media massa. Aspek kognitif minat berkisar

sekitar pertanyaan apa saja keuntungan dan kepuasan pribadi

yang dapat diperoleh dari minat itu.

Page 5: BAB II

12

2) Aspek Afektif

Aspek afektif atau bobot emosional konsep yang membangun

aspek kognitif minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan

yang ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman pribadi

dari sikap orang yang penting. yaitu orang tua, guru dan teman

sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut

dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai

bentuk media massa terhadap kegiatan itu (Hurlock, 2005).

e. Perkembangan minat anak

Anak tidak dilahirkan lengkap dengan minat. Minat

merupakan hasil dari pengalaman belajar. Sepanjang masa kanak-

kanak, minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar.

Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi anak. Minat

juga menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni

anak, bila anak-anak berminat pada suatu kegiatan, pengalaman

mereka akan jauh lebih menyenangkan daripada bila mereka bosan

(Hurlock, 2005).

Pada anak usia Sekolah Dasar, daya minat anak belum kuat

dan belum berkembang penuh, perlu adanya tuntunan yang

bijaksana dan kewibawaan untuk memupuk disiplin dan tucht,

dengan begitu bisa terpupuk pertumbuhan minat yang kokoh.

Karena unsur minat belum berkembang penuh, anak mudah

Page 6: BAB II

13

dipengaruhi oleh ajakan-ajakan yang diberikan kepadanya

(Kartono, 1995).

Minat yang dikembangkan sangat mempengaruhi perilaku.

Pertama, minat mempengaruhi bentuk dan intensitas cita-cita.

Misalnya, anak perempuan yang berminat pada masalah kesehatan,

akan bercita-cita menjadi dokter. Kedua, minat berfungsi sebagai

tenaga pendorong yang kuat. Ketiga, prestasi selalu dipengaruhi

oleh jenis dan intensitas minat seseorang. Keempat, minat yang

terbentuk dalam masa kanak-kanak sering kali menjadi minat

seumur hidup, karena minat menimbulkan kepuasan (Hurlock,

2004).

3. Perilaku

Perilaku merupakan kegiatan atau aktivitas seseorang yang

bersangkutan. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang

terhadap rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system

pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

Faktor yang dapat menentukan perilaku seseorang menurut Lawrence

Green (1980) cit. Notoatmodjo (2010) terdapat tiga faktor yaitu:

a. Faktor pembawa (predisposing factor) seperti pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

b. Faktor pendukung (enabling factor) seperti lingkungan fisik,

sumber daya, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana

kesehatan.

Page 7: BAB II

14

c. Faktor pendorong (reinforcing factor) seperti sikap dan perilaku

petugas kesehatan maupun petugas lain, teman, tokoh yang

semuanya bias menjadi kelompok referensi dari perilaku

masyarakat.

Upaya perubahan perilaku kesehatan menurut WHO dapat

dilakukan melalui tiga strategi yakni menggunakan

kekuatan/kekuasaan atau dorongan seperti diberlakukannya peraturan

atau undang-undang yang wajib dipatuhi oleh masyarakat. Pemberian

informasi seperti penyuluhan tentang hidup sehat dan pemeliharaan

kesehatan. Upaya dengan cara melakukan diskusi partisipatif,

pemberian informasi tidak hanya satu arah tapi secara partisipatif.

Bentuk-bentuk perubahan perilaku menurut WHO dikelompokkan

menjadi tiga yakni:

a. Perubahan alamiah (natural change), perilaku manusia selalu

berubah yang disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam

masyarakat terjadi perubahan fisik atau sosial budaya dan

ekonomi, maka masyarakat juga akan mengalami perubahan.

b. Perubahan rencana (planned change), perubahan perilaku yang

memang telah direncanakan oleh subjek.

c. Kesediaan untuk berubah (readiness to change), setiap orang

dalam masyarakat mempunyai kesediaan untuk merubah perilaku.

Kesediaan setiap orang berbeda-beda meskipun kodisinya sama

(Notoatmodjo, 2003).

Page 8: BAB II

15

Proses terjadinya perubahan perilaku dalam diri seseorang menurut

Rogers (1974) cit. Notoatmodjo (2003) secara berurutan yakni

Awareness (kesadaran), individu menyadari dan mengetahui terlebih

dahulu terhadap stimulus. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus

atau objek tersebut. Sikap subjek sudah mulai muncul. Evaluation

(menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya. Trial, subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu

sesuai dengan stimulus. Adoption, subjek berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Model perubahan perilaku menurut Fishbein dan Ajzen (1975) cit

Marawis (2009).

Kepercayaan, sikap, niat dan perilaku

Gambar 1. Model perubahan perilaku

Informasi dasar:Kepercayaan dan penilaian tentang akibat perilaku X

Informasi dasar:- Kepercayaan normatif- Motivasi untuk menuruti

Sikap terhadap perilaku X

Norma subjektif mengenai perilaku X

Niat untuk melakukan perilaku X

Perilaku X

Page 9: BAB II

16

4. Psikologi Perkembangan Anak

a. Anak Usia 7 Tahun

Anak usia tujuh tahun lebih menyadari dirinya sebagai

sosok individu. Mereka bekerja supaya bisa bertanggung jawab,

menjadi baik dan melakukan sesuatu dengan benar. Mereka juga

berusaha untuk memikirkan sesuatu, mengintegrasikan apa yang

telah mereka ketahui. Sementara itu, anak usia tujuh tahun

mempunyai banyak sifat positif. Mereka lebih masuk akal dan mau

berbagi dan bekerja sama. Mereka menjadi pendengar yang lebih

baik dan lebih baik juga dalam memahami dan mengikuti apa yang

mereka dengar. Perkembangan perseptual-kognitif pada usia ini

sudah mulai berkembang, ditandai dengan anak mulai memahami

konsep ruang dan waktu dalam pemikiran yang logis dan praktis

serta meningkatnya pemahaman mengenai sebab akibat. Anak usia

tujuh tahun tidak kesulitan lagi dalam membaca, banyak anak umur

tujuh tahun senang membaca dan suka menceritakan kembali

ceritanya secara mendetail (Allen, 2010).

b. Anak Usia 8 Tahun

Anak usia delapan tahun menunjukan antusiasme yang

besar terhadap kehidupan. Energi dipusatkan untuk meningkatkan

keterampilan yang sudah dimiliki dan segala sesuatu yang sudah

diketahui. Minat dan perhatiannya lebih banyak diberikan kepada

teman sebaya dan kegiatan tim atau kelompok daripada kepada

Page 10: BAB II

17

keluarga, guru atau saudara kandung. Perkembangan perseptual-

kognitif ditandai dengan anak mulai tertarik dengan apa yang

dipikirkan dan dilakukan orang lain, memahami adanya perbedaan

pendapat, budaya dan negara yang jauh. Menerima tantangan dan

tanggung jawab dengan antusias, senang diberi tugas baik dirumah

atau disekolah, dan senang bila diberi imbalan atas usahanya. Anak

usia delapan tahun juga mulai menggunakan logika yang lebih

canggih dalam usahanya memahami kejadian sehari-hari.

Perkembangan personal-sosial, anak usia delapan tahun menyukai

permainan dan kegiatan tim, keanggotaan kelompok dan

penerimaan oleh teman sangatlah penting (Allen, 2010).

5. Undang-undang Perlindungan Anak

Setiap anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat

dan minatnya, hal ini sesuai dengan Undang-undang Republik

Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, pasal 9

ayat 1 yang berbunyi “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan

pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat

kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya”. Kesehatan dan

kesejahteraan dasar pada anak-anak juga harus diperhatikan, sesuai

dengan pasal 8 yang berbunyi “setiap anak memperoleh pelayanan

kesehatan dan jaminan sosial sesuai kebutuhan fisik, mental, spiritual

dan sosial”.

Page 11: BAB II

18

Berdasarkan hal ini maka perlu adanya perhatian khusus pada

anak-anak mengenai minat dan hak mereka untuk mendapatkan

kesehatan. Penyuluhan dapat digunakan untuk mendukung hal

tersebut, penyuluhan yang dilakukan pada penelitian ini adalah

mengenai kesehatan gigi dan mulut yang diharapkan dapat

mempengaruhi minat anak untuk merubah perilaku kesehatan gigi

kearah yang lebih baik.

6. Penyuluhan

a. Definisi

Penyuluhan atau promosi kesehatan merupakan program

kesehatan yang dirancang untuk membawa perbaikan berupa

perilaku, baik di dalam masyarakat maupun lingkungan organisasi,

lingkungan fisik, non fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan

sebagainya (Mubarak, 2009).

b. Tujuan penyuluhan

Tujuan penyuluhan adalah hasil yang harus dicapai setelah

penyuluhan selesai diberikan yang berupa terjadinya perubahan

perilaku. Ciri-ciri penyuluhan yang berhasil adalah tahan lama,

dapat ditransfer atau dipergunakan sehari-hari, dan sasaran dapat

menggunakannya (Herijulianti, 2001).

c. Media penyuluhan

Berdasarkan fungsinya, media penyuluhan dibagi menjadi 3 yaitu

(Notoatmodjo, 2003):

Page 12: BAB II

19

1) Media cetak, antara lain: booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip

chart (lembar balik), rubik atau tulisan pada surat kabar atau

majalah, poster, foto.

2) Media elektronik, antara lain: televisi, radio, video, slide.

3) Media papan (bill board), papan yang dipasang di tempat-

tempat umum dapat dipakai diisi dengan pesan-pesan atau

informasi-informasi kesehatan.

d. Pendekatan metode penyuluhan dalam pendidikan kesehatan gigi

(Herijulianti, 2001) mengemukakan bahwa pendidikan

kesehatan gigi dapat dilakukan dengan berbagai macam

pendekatan, antara lain:

1) Pendekatan berdasarkan jumlah sasaran

a) Penyuluhan individu/perorangan:

Penyuluhan individu secara formal biasanya dilakukan

dengan metode wawancara dan penyuluhan informal

dilakukan disela obrolan dan bersifat tidak resmi.

b) Penyuluhan kelompok

Penyuluhan kelompok adalah sekumpulan individu yang

mempunyai cirri-ciri khusus, yaitu yang jumlah orangnya

masih dapat dihitung dan siapa orang yang berkelompok itu

masih dapat diketahui

Page 13: BAB II

20

c) Penyuluhan massa

Adalah penyuluhan yang diberikan sekaligus kepada orang

yang jumlahnya tidak terhitung dan bisa terdiri atas

berbagai macam kelompok.

2) Pendekatan berdasarkan cara penyampaian

a) Penyuluhan tatap muka

Yaitu kelompok sasaran yang disuluh berhadapan langsung

dengan penyuluh.

b) Penyuluhan Non-Tatap Muka

Kelompok sasaran tidak secara langsung berhubungan

dengan penyuluh. Penyuluh menggunakan media cetak,

seperti brosur, leaflet, ataupun media non-cetak berupa

kaset, film, dan sebagainya.

c) Penyuluhan campuran

Dilakukan dengan cara penggabungan antara penyuluhan

tatap muka dan non-tatap muka.

3) Pendekatan Berdasarkan Sifatnya

a) Penyuluhan dengan teknik persuasi (ajakan)

Penyuluhan dilakukan dengan cara menunjukan manfaat

suatu program dan kerugiannya bila tidak mengikuti

program tersebut, sehingga kelompok sasaran menyadari

akan manfaat dari suatu program dan termotivasi untuk

melaksanakannya.

Page 14: BAB II

21

b) Penyuluhan dengan teknik simulasi (rangsangan)

Adalah penyuluhan dengan cara penyuluh merangsang

kelompok sasaran dengan pemberian hadiah dukungan atau

perlombaan sehingga kelompok sasaran mau melaksanakan

program yang ditawarkan.

c) Penyuluhan dengan teknik riak air

Adalah teknik penyuluhan yang didalamnya pesan yang

disampaikan penyuluh menggunakan sasaran antara,

sasaran antara akan menyebarkan pesan itu kepada

masyarakat luas.

d) Penyuluhan dengan tempat strategis

Teknik penyuluhan dengan cara penyelenggaraan

penyuluhan di tempat-tempat yang strategis dan banyak

dikunjungi oleh kelompok sasaran.

e) Penyuluhan dengan teknik paksaan sosial

Adalah teknik penyuluhan dengan memberikan ancaman

ringan kepada kelompok sasaran jika tidak mau

melaksanakan suatu program tanpa alasan yang jelas.

e. Metode penyuluhan

(Herijulianti, 2001) mengemukakan bahwa pada garis

besarnya hanya ada dua jenis metode dalam kesehatan gigi, yaitu:

Page 15: BAB II

22

1) One Way Methode

Metode ini menitik beratkan pendidikan yang aktif, sedangkan

pihak sasaran diberi kesempatan untuk aktif. Yang termasuk

metode ini adalah ceramah, siaran radio, pemutaran film,

pameran, penyebaran pamphlet.

2) Two Way Methode (Didaktik)

Metode ini dijamin adanya komunikasi dua arah antara

pendidikan dan sasaran, termasuk dalam metode ini, antara lain;

wawancara, demonstrasi, sandiwara, simulasi, curah pendapat.

7. Metode penyuluhan konseling konvensional

Metode penyuluhan konvensional didalamnya meliputi

berbagai metode yang berpusat pada penyuluh. Metode-metode

tersebut meliputi ceramah, tanya jawab dan diskusi. Penyuluhan

individu / perorangan merupakan jenis penyuluhan berdasarkan jumlah

sasaran. Penyuluhan ini dilakukan pada sasaran secara perorangan

antara penyuluh dengan sasaran. Penyuluhan individu secara formal

biasanya dilakukan dengan metode wawancara dan penyuluhan

informal dilakukan disela obrolan dan bersifat tidak resmi. Penyuluhan

konseling konvesional merupakan penyuluhan secara lisan dengan atau

tanpa alat bantu peraga yang dilakukan secara individu. Sasaran

mendapatkan informasi tentang penyuluhan langsung dari penyuluh.

Pada penyuluhan konseling konvensional penyuluh melakukan

penyuluhan pada satu individu sasaran saja. (Herijulianti, 2001).

Page 16: BAB II

23

8. Irene’s Donuts

Irene’s Donuts merupakan program komputer yang dibuat

berdasarkan penelitian untuk meraih gelar doktor oleh Dr. drg. Irene

Adyatmaka. Penelitian tersebut dilakukan di SD Kristen Penabur

Jakarta pada 2.568 murid dan orangtuanya. Irene’s Donuts adalah

sebuah software berupa aplikasi simulator karies yang ada dalam

komputer. Aplikasi ini terdiri dari 20 pertanyaan yang ditujukan

kepada orang tua anak tentang pengetahuan, sikap dan praktik dari

orang tua itu sendiri serta kebiasaan anak yang berhubungan dengan

kesehatan gigi dan mulut (Salikun, 2012). Hasil dari menjawab

pertanyaan-pertanyaan tersebut akan ditampilkan dalam bentuk

gambar berupa donut yang menjelaskan tentang resiko terjadinya

karies, apakah anak tersebut beresiko tinggi terkena karies atau tidak.

Selain tampilan hasil tersebut dapat dilihat juga saran yang diberikan

sesuai dengan hasil yang ditampilkan dalam aplikasi Irene’s Donut

(Adyatmaka, 2011).

Sebelum orangtua menjawab pertanyaan yang ada dalam Irene’s

Donut terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan keasaman kuman

dengan mengambil sample plak pada gigi anak kemudian diamati

perubahan warnanya setelah ditunggu kurang lebih 5 menit.

Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam Irene’s Donut antara lain

mengenai makanan yang dikonsumsi oleh anak, kebiasaan cara makan

anak, tanda-tanda karies pada gigi anak, kondisi gigi anak, latar

Page 17: BAB II

24

belakang pendidikan orang tua, usia orang tua dan anak, pemberian

ASI pada anak, pendapat orangtua mengenai faktor resiko terjadinya

karies, dan perilaku orangtua dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut

anak serta model pengasuhan anak (Adyatmaka, 2011).

B. Landasan Teori

Gambar 2. Teori Lawrens Green

Berdasarkan teori Lawrence Green (1980) cit. Notoatmodjo (2010)

yang menyebutkan bahwa promosi kesehatan sebagai pendekatan terhadap

faktor perilaku kesehatan. Perilaku tersebut ditentukan oleh 3 faktor utama

yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat.

Faktor predisposisi pada penelitian ini adalah pengetahuan,

kepercayaan, keyakinan, perilaku dan sikap mengenai kesehatan gigi dan

mulut yang diberikan melalui penyuluhan. Sikap atau perilaku

berhubungan erat dengan minat anak karena minat anak merupakan

sumber motivasi untuk melakukan suatu tindakan, sebagai sumber

motivasi untuk bersikap dan berperilaku. Minat pada anak belum

berkembang sempurna, masih mudah dipengaruhi oleh ajakan dan

informasi yang diberikan seperti halnya dengan pemberian penyuluhan.

Promosi kesehatan

Faktor predisposisi

Faktor pemungkin

Faktor penguat

Perilaku hidup sehat

Page 18: BAB II

25

Faktor pemungkin pada penelitian ini adalah software Irene’s

Donut dan alat peraga yang digunakan dalam penyuluhan konvensional.

Fasilitas tersebut diharapkan dapat mendukung proses penyuluhan

sehingga dapat terlaksana penyuluhan yang efektif. Faktor penguat pada

penelitian ini adalah peran dari guru, teman sebaya dan orangtua. Peran

serta guru dan orangtua yang mendukung penyuluhan dan sikap untuk

menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat penting, begitu juga dengan

peran serta dari teman sebaya yang saling berinteraksi dan kooperatif

sangat diperlukan dalam mendukung proses penyuluhan dan tercapainya

tujuan penyuluhan.

C. Kerangka konsep

D. Hipotesis

Berdasarkan teori yang teruraikan pada tinjauan pustaka, maka

hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Terdapat perbedaan minat anak untuk merubah perilaku kesehatan

gigi dan mulut setelah dilakukan penyuluhan dengan metode Irene’s Donut

dan Konseling Konvensional pada anak usia 7-8 tahun.

Gambar 3. Kerangka Konsep

Pendidikan kesehatan gigi

dan mulut dengan menggunakan metode Irene’e

Donut dan Konseling

Konvensional

Perbedaan minat anak

untuk mengubah perilaku

kesehatan gigi dan mulut