bab ii
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082517/55cf98fe550346d0339ae4fa/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Kualitas Kesehatan Gigi
Kualitas kesehatan gigi seseorang tidak terlepas dari 3 aspek
dibawah ini, yaitu:
a. Aspek fisik
Aspek fisik merupakan aspek yang mempengaruhi kualitas
kesehatan gigi dan mulut disebabkan oleh keadaan yang
terdapat didalam mulutnya sendiri, misalnya keadaan gigi yang
berjejal.
b. Aspek mental
Aspek mental dapat mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan
mulut karena sikap kepercayaan dan keyakinan seseorang akan
mempengaruhi tingkah laku orang tersebut. Misalnya, apabila
sesorang percaya bahwa penyakit gigi dan mulut disebabkan
karena guna-guna, maka orang tersebut tidak akan pergi ke
dokter gigi melainkan ke dukun. Aspek mental ini akan
mempengaruhi minat seseorang untuk merubah perilaku
kesehatan giginya kearah yang lebih baik lagi.
8
![Page 2: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082517/55cf98fe550346d0339ae4fa/html5/thumbnails/2.jpg)
9
c. Aspek sosial
Aspek sosial yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut
biasanya disebabkan oleh nilai budaya yang berkembang
didaerahnya. Selain itu, dapat pula disebabkan oleh pengaruh
sosialekonomi yang kurang (Herijulianti, 2001).
2. Minat
a. Definisi
Menurut Jahja (2011), Minat adalah suatu dorongan yang
menyebabkan terikatnya perhatian individu pada objek tertentu
pada pekerjaan, pelajaran, benda dan orang. Minat berhubungan
dengan aspek kognitif, afektif, dan motorik dan merupakan sumber
motivasi untuk melakukan apa yang diinginkan.
Minat berhubungan dengan sesuatu yang menguntungkan
dan dapat menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Minat bersifat tetap
(persistent) dan ada unsur memenuhi kebutuhan dan memberikan
kepuasan. Semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan akan
semakin kuat minat tersebut, sebaliknya minat akan menjadi pupus
kalau tidak ada kesempatan untuk mengekspresikannya.
b. Sifat-sifat dan faktor-faktor minat
Minat memiliki sifat dan karakter khusus, sebagai berikut:
1) Minat bersifat pribadi (individual), ada perbedaan antara minat
seseorang dan orang lain.
2) Minat menimbulkan efek diskriminatif.
![Page 3: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082517/55cf98fe550346d0339ae4fa/html5/thumbnails/3.jpg)
10
3) Erat hubungannya dengan motivasi, mempengaruhi, dan
dipengaruhi motivasi.
4) Minat merupakan sesuatu yang dipelajari, bukan bawaan lahir
dan dapat berubah tergantung pada kebutuhan, pengalaman dan
mode.
Jahja (2011) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi
minat, sebagai berikut:
1) Kebutuhan fisik, sosial, dan egoistis.
2) Pengalaman.
c. Ciri-ciri minat anak
Menurut Hurlock (2005) minat pada anak memiliki beberapa ciri
sebagai berikut:
1) Minat tumbuh bersama dengan perkembangan fisik dan mental.
Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik
dan mental.
2) Minat bergantung pada kesiapan belajar. Anak-anak tidak dapat
mempunya minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental.
3) Minat bergantung pada kesempatan belajar sedangkan
kesempatan belajar bergantung pada lingkungan dan minat.
4) Perkembangan minat mungkin terbatas. Ketidakmampuan fisik
dan mental serta pengalaman sosial yang terbatas membatasi
minat anak.
![Page 4: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082517/55cf98fe550346d0339ae4fa/html5/thumbnails/4.jpg)
11
5) Minat dipengaruhi pengaruh budaya. Anak-anak mendapat
kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk
belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok budaya mereka
dianggap minat yang sesuai dan mereka tidak diberi
kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai
bagi kelompok budaya mereka.
6) Minat berbobot emosional. Bobot emosional yang tidak
menyenangkan akan melemahkan minat dan bobot emosional
yang menyenangkan akan memperkuat minat.
7) Minat itu egosentris. Misalnya, minat anak laki-laki pada
matematik, sering berlandaskan keyakinan bahwa kepandaian
di bidang matematika di sekolah merupakan langkah penting
menuju kedudukan yang menguntungkan dan bergengsi di
dunia usaha.
d. Aspek-aspek minat
Minat terbagi menjadi dua aspek, yaitu:
1) Aspek Kognitif
Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah
dipelajari baik di rumah, sekolah dan masyarakat serta dari
berbagai jenis media massa. Aspek kognitif minat berkisar
sekitar pertanyaan apa saja keuntungan dan kepuasan pribadi
yang dapat diperoleh dari minat itu.
![Page 5: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082517/55cf98fe550346d0339ae4fa/html5/thumbnails/5.jpg)
12
2) Aspek Afektif
Aspek afektif atau bobot emosional konsep yang membangun
aspek kognitif minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan
yang ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman pribadi
dari sikap orang yang penting. yaitu orang tua, guru dan teman
sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut
dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai
bentuk media massa terhadap kegiatan itu (Hurlock, 2005).
e. Perkembangan minat anak
Anak tidak dilahirkan lengkap dengan minat. Minat
merupakan hasil dari pengalaman belajar. Sepanjang masa kanak-
kanak, minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar.
Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi anak. Minat
juga menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni
anak, bila anak-anak berminat pada suatu kegiatan, pengalaman
mereka akan jauh lebih menyenangkan daripada bila mereka bosan
(Hurlock, 2005).
Pada anak usia Sekolah Dasar, daya minat anak belum kuat
dan belum berkembang penuh, perlu adanya tuntunan yang
bijaksana dan kewibawaan untuk memupuk disiplin dan tucht,
dengan begitu bisa terpupuk pertumbuhan minat yang kokoh.
Karena unsur minat belum berkembang penuh, anak mudah
![Page 6: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082517/55cf98fe550346d0339ae4fa/html5/thumbnails/6.jpg)
13
dipengaruhi oleh ajakan-ajakan yang diberikan kepadanya
(Kartono, 1995).
Minat yang dikembangkan sangat mempengaruhi perilaku.
Pertama, minat mempengaruhi bentuk dan intensitas cita-cita.
Misalnya, anak perempuan yang berminat pada masalah kesehatan,
akan bercita-cita menjadi dokter. Kedua, minat berfungsi sebagai
tenaga pendorong yang kuat. Ketiga, prestasi selalu dipengaruhi
oleh jenis dan intensitas minat seseorang. Keempat, minat yang
terbentuk dalam masa kanak-kanak sering kali menjadi minat
seumur hidup, karena minat menimbulkan kepuasan (Hurlock,
2004).
3. Perilaku
Perilaku merupakan kegiatan atau aktivitas seseorang yang
bersangkutan. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang
terhadap rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system
pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007).
Faktor yang dapat menentukan perilaku seseorang menurut Lawrence
Green (1980) cit. Notoatmodjo (2010) terdapat tiga faktor yaitu:
a. Faktor pembawa (predisposing factor) seperti pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
b. Faktor pendukung (enabling factor) seperti lingkungan fisik,
sumber daya, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana
kesehatan.
![Page 7: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082517/55cf98fe550346d0339ae4fa/html5/thumbnails/7.jpg)
14
c. Faktor pendorong (reinforcing factor) seperti sikap dan perilaku
petugas kesehatan maupun petugas lain, teman, tokoh yang
semuanya bias menjadi kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.
Upaya perubahan perilaku kesehatan menurut WHO dapat
dilakukan melalui tiga strategi yakni menggunakan
kekuatan/kekuasaan atau dorongan seperti diberlakukannya peraturan
atau undang-undang yang wajib dipatuhi oleh masyarakat. Pemberian
informasi seperti penyuluhan tentang hidup sehat dan pemeliharaan
kesehatan. Upaya dengan cara melakukan diskusi partisipatif,
pemberian informasi tidak hanya satu arah tapi secara partisipatif.
Bentuk-bentuk perubahan perilaku menurut WHO dikelompokkan
menjadi tiga yakni:
a. Perubahan alamiah (natural change), perilaku manusia selalu
berubah yang disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam
masyarakat terjadi perubahan fisik atau sosial budaya dan
ekonomi, maka masyarakat juga akan mengalami perubahan.
b. Perubahan rencana (planned change), perubahan perilaku yang
memang telah direncanakan oleh subjek.
c. Kesediaan untuk berubah (readiness to change), setiap orang
dalam masyarakat mempunyai kesediaan untuk merubah perilaku.
Kesediaan setiap orang berbeda-beda meskipun kodisinya sama
(Notoatmodjo, 2003).
![Page 8: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082517/55cf98fe550346d0339ae4fa/html5/thumbnails/8.jpg)
15
Proses terjadinya perubahan perilaku dalam diri seseorang menurut
Rogers (1974) cit. Notoatmodjo (2003) secara berurutan yakni
Awareness (kesadaran), individu menyadari dan mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus
atau objek tersebut. Sikap subjek sudah mulai muncul. Evaluation
(menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Trial, subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu
sesuai dengan stimulus. Adoption, subjek berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Model perubahan perilaku menurut Fishbein dan Ajzen (1975) cit
Marawis (2009).
Kepercayaan, sikap, niat dan perilaku
Gambar 1. Model perubahan perilaku
Informasi dasar:Kepercayaan dan penilaian tentang akibat perilaku X
Informasi dasar:- Kepercayaan normatif- Motivasi untuk menuruti
Sikap terhadap perilaku X
Norma subjektif mengenai perilaku X
Niat untuk melakukan perilaku X
Perilaku X
![Page 9: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082517/55cf98fe550346d0339ae4fa/html5/thumbnails/9.jpg)
16
4. Psikologi Perkembangan Anak
a. Anak Usia 7 Tahun
Anak usia tujuh tahun lebih menyadari dirinya sebagai
sosok individu. Mereka bekerja supaya bisa bertanggung jawab,
menjadi baik dan melakukan sesuatu dengan benar. Mereka juga
berusaha untuk memikirkan sesuatu, mengintegrasikan apa yang
telah mereka ketahui. Sementara itu, anak usia tujuh tahun
mempunyai banyak sifat positif. Mereka lebih masuk akal dan mau
berbagi dan bekerja sama. Mereka menjadi pendengar yang lebih
baik dan lebih baik juga dalam memahami dan mengikuti apa yang
mereka dengar. Perkembangan perseptual-kognitif pada usia ini
sudah mulai berkembang, ditandai dengan anak mulai memahami
konsep ruang dan waktu dalam pemikiran yang logis dan praktis
serta meningkatnya pemahaman mengenai sebab akibat. Anak usia
tujuh tahun tidak kesulitan lagi dalam membaca, banyak anak umur
tujuh tahun senang membaca dan suka menceritakan kembali
ceritanya secara mendetail (Allen, 2010).
b. Anak Usia 8 Tahun
Anak usia delapan tahun menunjukan antusiasme yang
besar terhadap kehidupan. Energi dipusatkan untuk meningkatkan
keterampilan yang sudah dimiliki dan segala sesuatu yang sudah
diketahui. Minat dan perhatiannya lebih banyak diberikan kepada
teman sebaya dan kegiatan tim atau kelompok daripada kepada
![Page 10: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082517/55cf98fe550346d0339ae4fa/html5/thumbnails/10.jpg)
17
keluarga, guru atau saudara kandung. Perkembangan perseptual-
kognitif ditandai dengan anak mulai tertarik dengan apa yang
dipikirkan dan dilakukan orang lain, memahami adanya perbedaan
pendapat, budaya dan negara yang jauh. Menerima tantangan dan
tanggung jawab dengan antusias, senang diberi tugas baik dirumah
atau disekolah, dan senang bila diberi imbalan atas usahanya. Anak
usia delapan tahun juga mulai menggunakan logika yang lebih
canggih dalam usahanya memahami kejadian sehari-hari.
Perkembangan personal-sosial, anak usia delapan tahun menyukai
permainan dan kegiatan tim, keanggotaan kelompok dan
penerimaan oleh teman sangatlah penting (Allen, 2010).
5. Undang-undang Perlindungan Anak
Setiap anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat
dan minatnya, hal ini sesuai dengan Undang-undang Republik
Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, pasal 9
ayat 1 yang berbunyi “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya”. Kesehatan dan
kesejahteraan dasar pada anak-anak juga harus diperhatikan, sesuai
dengan pasal 8 yang berbunyi “setiap anak memperoleh pelayanan
kesehatan dan jaminan sosial sesuai kebutuhan fisik, mental, spiritual
dan sosial”.
![Page 11: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082517/55cf98fe550346d0339ae4fa/html5/thumbnails/11.jpg)
18
Berdasarkan hal ini maka perlu adanya perhatian khusus pada
anak-anak mengenai minat dan hak mereka untuk mendapatkan
kesehatan. Penyuluhan dapat digunakan untuk mendukung hal
tersebut, penyuluhan yang dilakukan pada penelitian ini adalah
mengenai kesehatan gigi dan mulut yang diharapkan dapat
mempengaruhi minat anak untuk merubah perilaku kesehatan gigi
kearah yang lebih baik.
6. Penyuluhan
a. Definisi
Penyuluhan atau promosi kesehatan merupakan program
kesehatan yang dirancang untuk membawa perbaikan berupa
perilaku, baik di dalam masyarakat maupun lingkungan organisasi,
lingkungan fisik, non fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan
sebagainya (Mubarak, 2009).
b. Tujuan penyuluhan
Tujuan penyuluhan adalah hasil yang harus dicapai setelah
penyuluhan selesai diberikan yang berupa terjadinya perubahan
perilaku. Ciri-ciri penyuluhan yang berhasil adalah tahan lama,
dapat ditransfer atau dipergunakan sehari-hari, dan sasaran dapat
menggunakannya (Herijulianti, 2001).
c. Media penyuluhan
Berdasarkan fungsinya, media penyuluhan dibagi menjadi 3 yaitu
(Notoatmodjo, 2003):
![Page 12: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082517/55cf98fe550346d0339ae4fa/html5/thumbnails/12.jpg)
19
1) Media cetak, antara lain: booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip
chart (lembar balik), rubik atau tulisan pada surat kabar atau
majalah, poster, foto.
2) Media elektronik, antara lain: televisi, radio, video, slide.
3) Media papan (bill board), papan yang dipasang di tempat-
tempat umum dapat dipakai diisi dengan pesan-pesan atau
informasi-informasi kesehatan.
d. Pendekatan metode penyuluhan dalam pendidikan kesehatan gigi
(Herijulianti, 2001) mengemukakan bahwa pendidikan
kesehatan gigi dapat dilakukan dengan berbagai macam
pendekatan, antara lain:
1) Pendekatan berdasarkan jumlah sasaran
a) Penyuluhan individu/perorangan:
Penyuluhan individu secara formal biasanya dilakukan
dengan metode wawancara dan penyuluhan informal
dilakukan disela obrolan dan bersifat tidak resmi.
b) Penyuluhan kelompok
Penyuluhan kelompok adalah sekumpulan individu yang
mempunyai cirri-ciri khusus, yaitu yang jumlah orangnya
masih dapat dihitung dan siapa orang yang berkelompok itu
masih dapat diketahui
![Page 13: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082517/55cf98fe550346d0339ae4fa/html5/thumbnails/13.jpg)
20
c) Penyuluhan massa
Adalah penyuluhan yang diberikan sekaligus kepada orang
yang jumlahnya tidak terhitung dan bisa terdiri atas
berbagai macam kelompok.
2) Pendekatan berdasarkan cara penyampaian
a) Penyuluhan tatap muka
Yaitu kelompok sasaran yang disuluh berhadapan langsung
dengan penyuluh.
b) Penyuluhan Non-Tatap Muka
Kelompok sasaran tidak secara langsung berhubungan
dengan penyuluh. Penyuluh menggunakan media cetak,
seperti brosur, leaflet, ataupun media non-cetak berupa
kaset, film, dan sebagainya.
c) Penyuluhan campuran
Dilakukan dengan cara penggabungan antara penyuluhan
tatap muka dan non-tatap muka.
3) Pendekatan Berdasarkan Sifatnya
a) Penyuluhan dengan teknik persuasi (ajakan)
Penyuluhan dilakukan dengan cara menunjukan manfaat
suatu program dan kerugiannya bila tidak mengikuti
program tersebut, sehingga kelompok sasaran menyadari
akan manfaat dari suatu program dan termotivasi untuk
melaksanakannya.
![Page 14: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082517/55cf98fe550346d0339ae4fa/html5/thumbnails/14.jpg)
21
b) Penyuluhan dengan teknik simulasi (rangsangan)
Adalah penyuluhan dengan cara penyuluh merangsang
kelompok sasaran dengan pemberian hadiah dukungan atau
perlombaan sehingga kelompok sasaran mau melaksanakan
program yang ditawarkan.
c) Penyuluhan dengan teknik riak air
Adalah teknik penyuluhan yang didalamnya pesan yang
disampaikan penyuluh menggunakan sasaran antara,
sasaran antara akan menyebarkan pesan itu kepada
masyarakat luas.
d) Penyuluhan dengan tempat strategis
Teknik penyuluhan dengan cara penyelenggaraan
penyuluhan di tempat-tempat yang strategis dan banyak
dikunjungi oleh kelompok sasaran.
e) Penyuluhan dengan teknik paksaan sosial
Adalah teknik penyuluhan dengan memberikan ancaman
ringan kepada kelompok sasaran jika tidak mau
melaksanakan suatu program tanpa alasan yang jelas.
e. Metode penyuluhan
(Herijulianti, 2001) mengemukakan bahwa pada garis
besarnya hanya ada dua jenis metode dalam kesehatan gigi, yaitu:
![Page 15: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082517/55cf98fe550346d0339ae4fa/html5/thumbnails/15.jpg)
22
1) One Way Methode
Metode ini menitik beratkan pendidikan yang aktif, sedangkan
pihak sasaran diberi kesempatan untuk aktif. Yang termasuk
metode ini adalah ceramah, siaran radio, pemutaran film,
pameran, penyebaran pamphlet.
2) Two Way Methode (Didaktik)
Metode ini dijamin adanya komunikasi dua arah antara
pendidikan dan sasaran, termasuk dalam metode ini, antara lain;
wawancara, demonstrasi, sandiwara, simulasi, curah pendapat.
7. Metode penyuluhan konseling konvensional
Metode penyuluhan konvensional didalamnya meliputi
berbagai metode yang berpusat pada penyuluh. Metode-metode
tersebut meliputi ceramah, tanya jawab dan diskusi. Penyuluhan
individu / perorangan merupakan jenis penyuluhan berdasarkan jumlah
sasaran. Penyuluhan ini dilakukan pada sasaran secara perorangan
antara penyuluh dengan sasaran. Penyuluhan individu secara formal
biasanya dilakukan dengan metode wawancara dan penyuluhan
informal dilakukan disela obrolan dan bersifat tidak resmi. Penyuluhan
konseling konvesional merupakan penyuluhan secara lisan dengan atau
tanpa alat bantu peraga yang dilakukan secara individu. Sasaran
mendapatkan informasi tentang penyuluhan langsung dari penyuluh.
Pada penyuluhan konseling konvensional penyuluh melakukan
penyuluhan pada satu individu sasaran saja. (Herijulianti, 2001).
![Page 16: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082517/55cf98fe550346d0339ae4fa/html5/thumbnails/16.jpg)
23
8. Irene’s Donuts
Irene’s Donuts merupakan program komputer yang dibuat
berdasarkan penelitian untuk meraih gelar doktor oleh Dr. drg. Irene
Adyatmaka. Penelitian tersebut dilakukan di SD Kristen Penabur
Jakarta pada 2.568 murid dan orangtuanya. Irene’s Donuts adalah
sebuah software berupa aplikasi simulator karies yang ada dalam
komputer. Aplikasi ini terdiri dari 20 pertanyaan yang ditujukan
kepada orang tua anak tentang pengetahuan, sikap dan praktik dari
orang tua itu sendiri serta kebiasaan anak yang berhubungan dengan
kesehatan gigi dan mulut (Salikun, 2012). Hasil dari menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut akan ditampilkan dalam bentuk
gambar berupa donut yang menjelaskan tentang resiko terjadinya
karies, apakah anak tersebut beresiko tinggi terkena karies atau tidak.
Selain tampilan hasil tersebut dapat dilihat juga saran yang diberikan
sesuai dengan hasil yang ditampilkan dalam aplikasi Irene’s Donut
(Adyatmaka, 2011).
Sebelum orangtua menjawab pertanyaan yang ada dalam Irene’s
Donut terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan keasaman kuman
dengan mengambil sample plak pada gigi anak kemudian diamati
perubahan warnanya setelah ditunggu kurang lebih 5 menit.
Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam Irene’s Donut antara lain
mengenai makanan yang dikonsumsi oleh anak, kebiasaan cara makan
anak, tanda-tanda karies pada gigi anak, kondisi gigi anak, latar
![Page 17: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082517/55cf98fe550346d0339ae4fa/html5/thumbnails/17.jpg)
24
belakang pendidikan orang tua, usia orang tua dan anak, pemberian
ASI pada anak, pendapat orangtua mengenai faktor resiko terjadinya
karies, dan perilaku orangtua dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut
anak serta model pengasuhan anak (Adyatmaka, 2011).
B. Landasan Teori
Gambar 2. Teori Lawrens Green
Berdasarkan teori Lawrence Green (1980) cit. Notoatmodjo (2010)
yang menyebutkan bahwa promosi kesehatan sebagai pendekatan terhadap
faktor perilaku kesehatan. Perilaku tersebut ditentukan oleh 3 faktor utama
yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat.
Faktor predisposisi pada penelitian ini adalah pengetahuan,
kepercayaan, keyakinan, perilaku dan sikap mengenai kesehatan gigi dan
mulut yang diberikan melalui penyuluhan. Sikap atau perilaku
berhubungan erat dengan minat anak karena minat anak merupakan
sumber motivasi untuk melakukan suatu tindakan, sebagai sumber
motivasi untuk bersikap dan berperilaku. Minat pada anak belum
berkembang sempurna, masih mudah dipengaruhi oleh ajakan dan
informasi yang diberikan seperti halnya dengan pemberian penyuluhan.
Promosi kesehatan
Faktor predisposisi
Faktor pemungkin
Faktor penguat
Perilaku hidup sehat
![Page 18: BAB II](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082517/55cf98fe550346d0339ae4fa/html5/thumbnails/18.jpg)
25
Faktor pemungkin pada penelitian ini adalah software Irene’s
Donut dan alat peraga yang digunakan dalam penyuluhan konvensional.
Fasilitas tersebut diharapkan dapat mendukung proses penyuluhan
sehingga dapat terlaksana penyuluhan yang efektif. Faktor penguat pada
penelitian ini adalah peran dari guru, teman sebaya dan orangtua. Peran
serta guru dan orangtua yang mendukung penyuluhan dan sikap untuk
menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat penting, begitu juga dengan
peran serta dari teman sebaya yang saling berinteraksi dan kooperatif
sangat diperlukan dalam mendukung proses penyuluhan dan tercapainya
tujuan penyuluhan.
C. Kerangka konsep
D. Hipotesis
Berdasarkan teori yang teruraikan pada tinjauan pustaka, maka
hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Terdapat perbedaan minat anak untuk merubah perilaku kesehatan
gigi dan mulut setelah dilakukan penyuluhan dengan metode Irene’s Donut
dan Konseling Konvensional pada anak usia 7-8 tahun.
Gambar 3. Kerangka Konsep
Pendidikan kesehatan gigi
dan mulut dengan menggunakan metode Irene’e
Donut dan Konseling
Konvensional
Perbedaan minat anak
untuk mengubah perilaku
kesehatan gigi dan mulut