bab ii
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus,
atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada epigastrium, mual dan
muntah. Proses ini diawali oleh karena kesembronoan diit, misalnya: makan terlalu banyak,
terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu, atau makanan yang terinfeksi.
Inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster.
Proses peradangan mukosa akut, biasanya bersifat transien. Peradangan pada mukosa
lambung yang menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dan setelah terpapar pada
zat iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung.
Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang paling
sering terjadi. Sekitar 10% orang yang datang ke unit gawat darurat pada pemeriksaan fisik
ditemukan adanya nyeri tekan di daerah epigastrium. Hal ini mengarahkan para dokter
kepada suatu diagnosa gastritis, dimana untuk memastikannya dibutuhkan suatu pemeriksaan
penunjang lainnya seperti endoscopi. Penyakit gastritis yang terjadi di negara maju sebagian
besar mengenai usia tua. Hal ini berbeda dengan di negara berkembang yang banyak
mengenai usia dini.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Gastritis
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering diakibatkan
oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan
makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab lain seperti alkohol,
aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.1 Sedangkan menurut Hirlan, gastritis adalah
proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung atau gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi.2
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung, secara
histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut. Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau peradangan mukosa lambung
yang bersifat akut, kronis, difus dan local. Ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu
gastritis akut dan kronik.3
B. Epidemiologi
Rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia menjaga kesehatan lambungnya,
menyebabkan jumlah penderita gastritis mengalami grafik kenaikan. Di penjuru dunia
saat ini penderita gastritis mencapai 1.7 miliar. Hasil penelitian riset Brain & Co
dengan PT. Kalbe Farma tahun 2010, terhadap 1.645 responden di Medan, Jakarta,
Surabaya dan Denpasar mengungkapkan 60% dari jumlah responden menderita
gastritis.
Menurut Dr.Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB dari Divisi Gastroenterologi-
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSUPN Cipto Mangunkusumo, dari hasil
penelitian yang dilakukan RSCM pada sekitar 100 pasien dengan keluhan dispepsia,
didapatkan 20% penderita yang mengalami kelainan organik. Kelainan ini ditemukan
setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunakan endoskopi. Suatu
penelitian lain dengan junlah pasien yang cukup besar dan melibatkan pusat endoskopi
2
pada beberapa kota di Indonesia juga menunjukkan tingginya penderita gastritis
kronis.4
C. Klasifikasi Gastritis
Gastritis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a. Gastritis akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan erosi pada bagian superficial.
b. Gastritis kronik
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung
yang menahun. Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak
maupun ganas atau oleh bakteri Helicobacter pylori.3
a. Gastritis tipe A:
- Dihubungkan dengan penyakit autoimun, misalnya anemia pernisiosa.
b. Gastritis tipe B:
- Dihubungkan dengan bakteri Helicobacter pylori.
- Faktor diet, seperti minum panas dan pedas.
- Penggunaan obat
- Alkohol
- Merokok
- Refluks isi usus ke lambung
Klasifikasi gastritis kronis berdasarkan :
1. Gambaran histopatology
- Gastritis kronik superficial
- Gastritis kronik atropik
- Atrofi lambung
- Metaplasia intestinal
2. Distribusi anatomi
- Gastritis kronis korpus ( gastritis tipe A).
3
Sering dihubungkan dengan proses autoimun dan berlanjut menjadi anemia
pernisiosa karena terjadi gangguan absorpsi vitamin B12 dimana gangguan
absorpsi tersebut disebabkan oleh kerusakan sel parietal yang menyebabkan
sekresi asam lambung menurun.
- Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B)
Paling sering dijumpai dan berhubungan dengan kuman Helicobacter pylori.
- Gastritis tipe AB
Anatominya menyebar ke seluruh gaster dan penyebarannya meningkat seiring
bertambahnya usia.3
D. Etiologi
a. Gastritis akut
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti merokok, jenis obat,
alkohol, bakteri, virus, jamur, stres akut, radiasi, alergi atau intoksitasi dari bahan
makanan dan minuman, garam empedu, iskemia dan trauma langsung (Muttaqin,
2011
1) Obat-obatan, seperti Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid/OAINS (Indomestasin,
Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain, agen kemoterapi
(Mitomisin, 5-fluoro-2- deoxyuridine), Salisilat, dan Digitalis bersifat
mengiritasi mukosa lambung.
2) Minuman beralkohol; seperti whisky, vodka, dan gin.
3) Infeksi bakteri; seperti H. pylori (paling sering), H. heilmanii, Streptococci,
Staphylococci, Protecus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis, dan
secondary syphilis.
4) Infeksi virus oleh Sitomegalovirus.
5) Infeksi jamur; seperti Candidiasis, Histoplasmosis, dan Phycomycosis.
6) Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu (komponen penting
alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa
lambung sehingga menimbulkan respons peradangan mukosa.
4
7) Iskemia, akibat penurunan aliran darah ke lambung, trauma langsung lambung,
berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan mekanisme pertahanan
untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan respons peradangan
pada mukosa lambung. 2
Sedangkan penyebab gastritis akut menurut Price (2006) adalah stres fisik
dan makanan, minuman. 1) Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis,
trauma, pembedahan, gagal nafas, gagal ginjal, kersusakan susunan saraf pusat,
dan refluks usus-lambung. 2) Makanan dan minuman yang bersifat iritan.
Makanan berbumbu dan minuman dengan kandungan kafein dan alcohol
merupakan agen-agen penyebab iritasi mukosa lambung.3
b. Gastritis kronik
Penyebab pasti dari penyakit gastritsi kronik belum diketahui, tetapi ada dua
predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu:
infeksi dan non infeksi.
1) Gastritis infeksi
a) H. pylori.
Beberapa peneliti menyebutkan bakteri ini merupakan penyebab utama
dari gastritis kronik.
b) Helycobacter heilmannii, Mycobacteriosis, dan Syphilis.gk/mdgk/md
c) Infeksi parasit.
d) Infeksi virus.
2) Gastritis non-infeksi
a) Kondisi imunologi (autoimun) didasarkan pada kenyataan, terdapat kira-
kira 60% serum pasien gastritis kronik mempunyai antibodi terhadap sel
parietalnya.
b) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluk garam
empedu kronis dan kontak dengan OAINS atau Aspirin.
5
c) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang menyebabkan
ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung dan gastritis
sekunder dari terapi obat-obatan.
d) Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang berhubungan dengan berbagai
penyakit, meliputi penyakit Crohn, Sarkoidosis, Wegener granulomatus,
penggunaan kokain, Isolated granulomatous gastritis, penyakit
granulomatus kronik pada masa anak-anak, Eosinophilic granuloma,
Allergic granulomatosis dan vasculitis, Plasma cell granulomas,
Rheumatoid nodules, Tumor amyloidosis, dan granulomas yang
berhubungan dengan kanker lambung.
e) Gastritis limfositik, sering disebut dengan collagenous gastritis dan injuri
radiasi pada lambung.2
E. Patofisiologi
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak
dan swasirna; merupakan respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal.
Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi), kafein, alkohol, dan
aspirin merupakan agen pencetus yang lazim. Infeksi H. pylori lebih sering dianggap
sebagai penyebab gastritis akut. Organisme tersebut melekat pada epitel lambung dan
menghancurkan lapisan mukosa pelindung, meninggalkan daerah epitel yang gundul.
Obat lain juga terlibat, misalnya anti inflamasi nonsteroid
(NSAID: misalnya indomestasin, ibuprofen, naproksen), sulfonamida, steroid, dan
digitalis. Asam empedu, enzim pankreas, dan etanol juga diketahui mengganggu sawar
mukosa lambung. Apabila alkohol diminum bersama dengan aspirin, efeknya akan
lebih merusak dibandingkan dengan efek masing-masing agen tersebut bila diminum
secara terpisah (Price & Wilson, 2002).
Menurut Dermawan dan Rahayuningsih (2010) patafisiologi gastritis yaitu mukosa
barier lambung umumnya melindungi lambung dari pencernaan terhadap lambung itu
sendiri, yang disebut proses autodigesti acid, prostaglandin yang memberikan
perlindungan ini. Ketika mukosa barier ini rusak maka timbul gastritis. Setelah barier
ini rusak terjadilah perlukaan mukosa dan diperburuk oleh histamin dan stimulasi saraf
colinergic. Kemudian HCL dapat berdifusi balik kedalam mucus dan menyebabkan
6
luka pada pembuluh yang kecil, yang mengakibatkan tercadinya bengkak, perdarahan,
dan erosi pada lambung. Alkohol, aspirin dan refluk isi duodenal diketahui sebagai
penghambat difusi barier.5
F. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik gastritis terbagi menjadi yaitu gastritis akut dan gastritis.
a. Manifestasi klinik gastritis akut Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual,
kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan
pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul
dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis
lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat- obatan atau bahan kimia tertentu.
b. Manifestasi klinik gastritis kronik Kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan.
Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada
pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan. 6
G. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran endoskopi dan histopatologi.
Gambaran endoskopi yang dapat dijumpai adalah eritema, eksudatif, flat-erosion,
raised erosion, perdarahan, endematous rugae. Perubahan-perubahan histopatologi
selain menggambarkan perubahan morfologi sering juga dapat menggambarkan proses
yang mendasari, misalnya otoimun atau respon adaptif mukosa lambung. Perubahan-
perubahan yang terjadi berupa degradasi epitel, hyperplasia foveolar, infiltrasi netrofil,
inflamasi sel mononuklear, folikel limpoid, atropi, intestinal metaplasia, hyperplasia
sel endokrin, kerusakan sel parietal. Pemeriksaan histopatologi sebaiknya juga
menyertakan pemeriksaan kuman H. pylori. 7
Untuk Gastritis akut, ada 3 cara dalam menegakkan diagnosis, yaitu
gambaran klinis, gambaran lesi mukosa akut di mukosa lambung berupa erosi atau
ulkus dangkal dengan tepi rata pada endoskopi, dan gambaran radiologi (atrofi; mukosa
yg menipis, hipertrofi; mukosa kasar bisa disertai dengan hipersekresi, foto 3 lapis).
Diagnosis gastritis kronik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi
dan dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung. Perlu pula
7
dilakukan kultur untuk membuktikan adanya infeksi H. pylori apalagi jika ditemukan
ulkus baik pada lambung ataupun pada duodenum mengingat angka kejadiang cukup
tinggi yakni 100 %.7
Pemeriksaan penunjang :
1. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap ( bila ditemukan leukositosis terdapat
tanda infeksi)
2. Radiologis : gambaran atrofi/hipertrofi mukosa gaster , foto 3 lapis khas untuk
gastritis (dengan kontras ganda)
3. Endoskopi : lokasi terbanyak kelainan di lambung ialah sekitar angulus, antrum, dan
prepilorus.
4. Gastroskopi : untuk melihat mukosa lambung, misalnya warna, licin tidaknya
mukosa lambung, ada tidaknya kelainan, dimana letak kelainan ditemukan. (mulai
dari fundus, korpus, dinding anterior, dan posterior, kurvatura minor dan mayor,
angulus, antrum, prepilorus, dan pilorus)
5. Pemeriksaan histopatologi
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu
etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun
secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Gastritis Akut
1. Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah
menjadi diet yang tidak mengiritasi.
2. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
3. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan
netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida,
antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat
(untuk sitoprotektor).
8
4. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang
encer atau cuka yang di encerkan.
5. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
6. Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau
tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk
mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat
menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.
7. Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa
sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti
cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam
lambung yang diproduksi.
b. Gastritis Kronis
1. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
2. Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi
jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke
dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS
secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk
meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah
bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. Pylori.
3. Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam
lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung
penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara
menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini
adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat
golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.
4. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau
amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi H.Phylory. .Terapi
terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H.
pylori. Yang paling sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan
penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth
9
subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat
pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan
inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap infeksi H.
pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat
beragam, bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi
dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi
dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan
10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H.
pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi
dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis
pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H.
pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama
beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut
sudah hilang.7
Oleh karena gastritis sangat erat hubungannya dengan sindroma dispepsia,
maka diagram berikut memberi gambaran alur penatalaksanaan dispepsia (4:
DISPEPSIA
10
Usia < 55 th, Usia > 55 th atau < 55 th
alarm symptom (-) alarm symptom (+)
Terapi empiris 2 mgg : Rujuk gastroenterologi
- antasida fasilitas endoskopi (+)
- H2RA /PPI
- Prokinetik
Sembuh (STOP) Tidak (serologi H.pylori)
(+) (-)
Alaram symptom :
- Muntah - Demam
- Hematemesis - BB menurun
Pengobatan gastritis akut, faktor utama adalah menghilangkan etiologinya. Diet
lambung, dengan porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi
asam lambung, berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik, dan
antasid. Juga ditujukan sebagai sitoprotektor, berupa sukralfat dan prostaglandin.(3
Pada pusat-pusat pelayanan kesehatan dimana endoskopi tidak dapat dilakukan,
penatalaksanaan diberikan seperti pada pasien dengan sindroma dispepsia, apalagi jika tes
serologi negatif. Pertama-tama yang dilakukan adalah mengatasi dan menghindari
penyebab pada gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan empiris berupa antasid,
11
antagonis H2/ PPI dan obat-obatan prokinetik. Jika endoskopi dapat dilakukan, dilakukan
terapi eradikasi kecuali jika hasil CLO (rapid ureum test) , kultur, dan PA ketiganya negatif
atau hasil serologi negatif.
Contoh regimen untuk eradikasi infeksi H. pylori : (1
Obat 1 Obat 2 Obat 3 Obat 4
PPI dosis ganda Klarithomisin
(2 x 500 mg)
Amoksisilin
(2 x 1000 mg)
PPI dosis ganda Klarithomisin
(2 x 500 mg)
Metronidazol
(2 x 500 mg)
PPI dosis ganda Tetrasiklin
(4 x 500 mg)
Metronidazol
(2 x 500 mg)
Subsalisilat/
subsitral
Regimen diberikan selama 1 minggu.
DOSIS :
1. PPI (Proton Pump Inhibitor) :
- Omeprazole 2 x 20 mg
- Lansoprazole 2 x 30 mg
- Rabeprazole 2 x 10 mg
- Esomeprazole 2 x 20 mg
2. Amoksisilin 2 x 1000 mg/hr
3. Klaritromisin 2 x 500 mg/hr
4. Metronidazol 3 x 500 mg/hr
5. Tetrasiklin 4 x 250 mg/hr
I. Farmakologi
12
Obat yang dipergunakan untuk gastritis adalah Obat yang mengandung bahan-
bahan yang efektif menetralkan asam dilambung dan tidak diserap ke dalam tubuh
sehingga cukup aman digunakan (sesuai anjuran pakai tentunya). Semakin banyak
kadar antasida di dalam obat maag maka semakin banyak asam yang dapat dinetralkan
sehingga lebih efektif mengatasi gejala sakit gastritis dengan baik.
Pengobatan gastritis tergantung pada penyebabnya. Gastritis akut akibat
konsumsi alkohol dan kopi berlebihan, obat-obat NSAID dan kebiasaan merokok dapat
sembuh dengan menghentikan konsumsi bahan tersebut. Gastritis kronis akibat infeksi
bakteri H. pylori dapat diobati dengan terapi eradikasi H. pylori. Terapi eradikasi ini
terdiri dari pemberian 2 macam antibiotik dan 1 macam penghambat produksi asam
lambung, yaitu PPI (proton pump inhibitor).
Untuk mengurangi gejala iritasi dinding lambung oleh asam lambung, penderita
gastritis lazim diberi obat yang menetralkan atau mengurangi asam lambung, misalnya
(Mayo Clinic,2007) :
1. Antasid : Obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat
yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralkan asam
lambung sehingga cepat mengobati gejala antara lain promag, mylanta, dll.
2. Penghambat asam (acid blocker) : Jika antasid tidak cukup untuk mengobati gejala,
dokter biasanya meresepkan obat penghambat asam antara lain simetidin, ranitidin,
atau famotidin.
3. Proton pump inhibitor (penghambat pompa proton) : Obat ini bekerja mengurangi
asam lambung dengan cara menghambat pompa kecil dalam sel penghasil asam.
Jenis obat yang tergolong dalam kelompok ini adalah omeprazole, lanzoprazole,
esomeparazol, rabeprazole, dll. Untuk mengatasi infeksi bakteri H. pylori, biasanya
digunakan obat dari golongan penghambat pompa proton, dikombinasikan dengan
antibiotika.7
Golongan Contoh obat Dosis
Antasida Al. Hidroksida 250-500 mg/x Konstipasi, mual, muntah, Gangguan adsorpsi fosfat, Al(OH)3 dapat mengurangi
13
absorpsi bermacam-macam vitamin dan tetrasiklin
Mg hidroksida 250-500 mg/x efek katartik, sebab magnesium yang larut tidak diabsorpsi tetap berada dalam usus dan akan menarik air. Sebanyak 5-10 % magnesium diabsorpsi dan dapat menimbulkan kelainan neurologi, neuromuskular, dan kardiovaskular
KombinasiAl. Hidroksida (200mg)Mg hidroksida (200mg)
4 x 5-10 ml, or4 x 1 tab
sembelit, diare, mual, muntah, hipermagnesia (kontraindikasi pada gangguan ginjal), tidak boleh diberikan lebih dari 2 minggu kecuali dengan resep dokter.
H2AR Ranitidine 2 x 150 mg Diare, nyeri otot, pusing, dan timbul ruam kulit, malaise,nausea, Konstipasi , Penurunan jumlah sel darah putih dan platelet ( pada beberapa penderita ), Sedikit peningkatan kadar serum kreatinin ( pada beberapa penderita), Beberapa kasus ( jarang ) reaksi hipersensitivitas (bronkospasme, demam, ruam, urtikaria, eosinofilia
Famotidine 2 x 20 mg Sakit kepala, pusing, konstipasi dan diare, Thrombocytopenia dan arthralgia
Cimetidine 2 x 400 mg Nyeri kepala, pusing, mual, diare, Disfungsi seksual pria akibat efek antiandrogenik
Pelindung mukosa lambung
Bismuth Subnitrite 2 x 300 mg Sakit kepala, pembengkakan kelopak mata dan permen karet, vesikula dan pigmentasi dalam bahasa, mual, muntah, methemoglobinemia.
PPI Omeprazole 2 x 20 mg Umumnya dapat ditoleransi dengan baik. , Efek samping berikut biasanya ringan dan
14
bersifat sementara serta tidak mempunyai hubungan yang konsisten dengan pengobatan. Mual, sakit kepala, diare, konstipasi, kembung, ruam kulit, urtikaria, pruritus jarang terjadi.
Lansoprazole 2 x 30 mg sakit kepala, diare, nyeri abdomen, dispepsia, nausea, vomitus, mulut kering, konstipasi, flatulens, pusing, lelah, ruam kulit, urtikaria, pruritus.
Rabeprazole 2 x 10 mg sakit kepala, diare, mual, nyeri perut, nyeri non spesifik atau nyeri punggung, rinitis, astenia, kembung, pusing, muntah, gejala menyerupai flu, infeksi, batuk, konstipasi, insomnia
Esomeprazole 2 x 20 mg Sakit kepala, nyeri perut, diare, kembung, mual, muntah, konstipasi
Pantoprazole 1 x 20 mg sangat jarang: tromboflebitis, edema perifer. Darah dan sistem limfatik ; sangat jarang: leukopenia, trombositopenia. Gastrointestinal: nyeri perut bagian atas, diare, konstipasi, flatulensi.
Prokinetik Metokllopramide 3 x 10 mg Reaksi ekstrapiramidal, pusing, kelelahan, mengantuk, sakit kepala, depresi, kegelisahan, gangguan lambung-usus, hipertensi.
Domperidone 3 x 10-20 mg - jarang dilaporkan : sedasi, reaksi ekstrapiramidal distonik, parkinson, tardive diskinesia (pada pasien dewasa dan usia lanjut) dan dapat diatasi dengan obat antiparkinson.
- Peningkatan prolaktin serum sehingga menyebabkan galaktorrhoea dan ginekomastia.
- Mulut kering, sakit kepala, diare, ruam kulit, rasa haus,
15
cemas dan gatal.
Antibiotik Amoksisilin 2 x 1000 mg infeksi jamur pada kelamin, Diare,Mual, Sakit kepala, Muntah, Nyeri perut
Klaritromisin 2 x 500 mg Diare, mual, nyeri & rasa tidak enak pada perut, pengecapan abnormal, dispepsia, sakit kepala.
Metronidazol 3 x 500 mg Mual, sakit kepala, anoreksia, diare, nyeri epigastrum dan konstlpasi
Tetrasiklin 4 x 250 mg - Pada pemberian lama atau berulang-ulang, kadang-kadang terjadi superinfeksi bakteri atau jamur seperti:enterokolitis dan kandidiasis. - Gangguan gastrointestinal seperti: anoreksia, pyrosis, vomiting, flatulen dan diare. - Reaksi hipersensitif seperti: urtikaria, edema, angioneurotik, atau anafilaksis. - Jarang terjadi seperti: anemia hemolitik, trombositopenia,neutropenia dan eosinofilia.
J. Komplikasi
Komplikasi gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronik.5
a. Gastristis akut komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian atas berupa
hematemesis dan melena, dapat berakhir syok hemoragik.
b. Gastritis kronik komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus,
perforasi dan anemia.
Komplikasi dari infeksi H.pylori adalah gastritis nodular, ulkus peptikum, kanker
lambung, dan limfoma MALT8
K. Diet pada Gastritis
16
Makanan yang disajikan perlu diatur pada penderita gastritis, terutama mengingat
bahwa penyakit ini berhunbungan dengan alat pencernaan. Berikut hal-hal yang perlu
dilakukan dalam pengaturan makananan
a. Keadaan akut, lambung diistirahatkan tanpa makanan selama 24-48 jam, hanya diberi
minuman agak dingin. Hindarkan minuman dingin atau minuman panas.
b. Berikan makanan secara bertahap, misalnya bubur saring, dan berangsur-angsur
makanan lunak, makan biasa.
c. Berikan makanan yang mudah dicerna, misalnya bubur beras, kentang pure, roti
bakar, tepung yang dibuat pudding, sementara untuk lauk pauk, misalnya daging
ayam, telur, ikan tanpa duri yang direbus atau dipanggang.
d. Makanan atau minuman yang tidak boleh diberikan meliputi:
1) Sayuran dan buah-buahan berserat dan mengandung gas, seperti sawi, kol,
nangka, daun singkong.
2) Bumbu-bumbu makanan yang merangsang, seperti cabe, lada dan cuka.
3) Minuman beralkohol, kopi.
4) Makanan yang dimasak dengan santan kental atau digoreng.
5) Porsi makanan diberikan sedikit, tetapi frekuensinya sering.9
L. Pencegahan
Walaupun kita tidak bisa selalu menghilangkan Helicobacter pylori, tetapi
timbulnya gastritis dapat dicegah dengan hal-hal berikut :
a. Menurut sejumlah penelitian, makan dalam jumlah kecil tapi sering serta
memperbanyak makan makanan yang mengandung tepung, seperti nasi, jagung, dan
roti akan menormalkan produksi asam lambung. Kurangilah makanan yang dapat
mengiritasi lambung, misalkan makanan yang pedas, asam, dogoreng, dan berlemak.
b. Hilangkan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Tingginya konsumsi alcohol dapat
mengiritasi atau merangsang lambung, bahkan menyebabkan lapisan dalam lambung
terkelupas sehingga menyebabkan peradangan dan perdarahan di lambung.
17
c. Jangan merokok. Merokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Oleh karena
itu, orang yang merokok lebih sensitif terhadap gastritis maupun ulser. Merokok
juga akan meningkatkan asam lambung, melambatkan kesembuhan, dan
meningkatkan risiko kanker lambung.
d. Ganti obat penghilang rasa sakit, jika memungkinkan jangan menggunakan obat
pengialng rasa sakit dari golongan NSAIDs, seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen
dan obat-obat tersebut dapat mengiritasi lambung.
e. Berkonsultasi dengan dokter bila menemukan gejala sakit maag.
f. Memelihara tubuh. Problem saluran pencernaan seperti rasa terbakar di lambung,
kembung, dan konstipasi lebih umum terjadi pada orang yang mengalami kelebihan
berat badan (obesitas). Oleh karena itu, memelihara berat badan agar tetap ideal
dapat mencegah terjadinya sakit maag.
g. Memperbanyak olahraga. Olahraga aerobik dapat meningkatkan detak jantung yang
dapat menstimulasi aktivitas otot usus sehingga mendorong isi perut dilepaskan
dengan lebih cepat. Disarankan aerobik dilakuakn setidaknya selam 30 menit setiap
harinya.
h. Manajemen stres. Stres dapat meningkatkan serangan jantung dan stroke. Kejadian
ini akan menekan respons imun dan akan mengakibatkan gangguan pada kulit.
Selain itu, kejadian ini juga akan meningkatkan produksi asam lambung dan
menekan pencernaan. Tingkat stres seseorang berbeda-beda untuk setiap orang.
Untuk menurunkan tingkat stress anda disarankan banyak mengkonsumsi makanan
bergizi, cukup istirahat, berolahraga secara teratur, serta selalu menenangkan
pikiran. Anda dapat menenangkan pikiran dengan melakukan meditasi atau yoga
untuk menurunkan tekanan darah, kelelahan dan rasa letih.
M. Pengobatan Tradisional
1. Kunyit
Kandungan aktif kurkumin secara eksperimental efektif dalam mencegah dan
memperbaiki luka lambung yang diinduksi oleh phenylbutazone dan aspirin.
Kurkumin meningkatkan mucus lambung sehingga aktivitas tukak lambung dapat
18
dijelaskan melalui stimulasi produksi mucus. Percobaan klinis efek kunyit pada
tukak lambung dilakukan terhadap 10 pasien. Obat diberikan secar oral dengan
dosis 2 kapsul 250 mg, 4 kali sehari, setengah sampai satu jam sebelum makan dan
sebelum tidur. Pemeriksaan endoskopik dijalankan periodik sebelum pengobatan
dan 4, 8, 12 minggu setelah pengobatan. Tukak sepenuhnya tersem-buhkan pada 5
pasien dalam 4 minggu atau 7 pasien dalam 4-12 minggu.10
Khasiat antiinflamasi kunyit sebanding dengan hydrokortison asetat yang
menyembuhkan inflamasi akibat induksi karagenin. Ekstrak air(hasil ekstraksi
menggunakan air) 40 mg/kg berkhasiat sama dengan indomentasin 5 mg/kg bobot
badan. Khasiat inflamasi ini akibat adanya minyak asiri. Untuk menggunakannya
sebagai obat gastritis diperlukan 2 jari tangan kunyit. Bahan ini dikupas dan
dibersihkan, diparut, dan ditambah air matang. Setelah itu, diperas melalui kain
bersih. Hasilnya didiamkan dan diambil air beningnya. Dalam sehari diminum 2
kali, masing-masing satu ramuan. Meminumnya pagi sebelum makan dan malam
sebelum tidur.10
2. Lidah Buaya
Tanaman lain yang dapat digunakan untuk mencegah dan menyembuhkan
tukak lambung adalah lidah buaya (Aloe vera). Tanaman yang menyukai tempat
panas ini berdaun tebal dengan “duri” di tepinya dan banyak berisi gel. Gel inilah
yang biasanya dimanfaatkan sebagai obat, termasuk untuk mengobati gastritis.
Penelitian menunjukkan,dengan pemberian gel lidah buaya 2 ml 2 kali sehari,
tukak lambung pada tikus yang diinduksi aspirin (100mg/kg)berhasil disembuhkan.
Khasiat mengobati tukak lambung ini berasal dari Aloenin dan Magnesium laktat
dalam daun lidah buaya yang diidentifikasi sebagai AloctinA dan Aloctin B.
Aloctin A menghambat sekresi asam lambung dan pepsin jika diberikan secara
intra vena pada tikus. Kandungan yang berkhasiat lain adalah Aloin dan
Antrakinon yang dapat meningkatkan produksi prostaglandin. Selain itu,lidah
buaya mempunyai khasiat antiinflamasi. Gel lidah buaya mengandung
bradykinase,yaitu suatu enzim pemecah sumber inflamasi, bardykinin. Untuk
menjadikan lidah buaya sebagai obat gastritis diperlukan gel segar dari sekitar ½
lembar daun lidah buaya. Gel sebanyak itu diminum untuk sekali minum. Dalam
19
sehari perlu meminumnya sebanyak 2 kali. Untuk memperbaiki rasa gel bisa diberi
madu secukupnya. Ibu hamil sebaiknya tidak mengkonsumsi ramuan alami ini.10
3. Kemangi Hutan
Kemangi hutan atau lampes (Ocimum sanctum) pun berkhasiat dalam
penyembuhan gastritis. Di seluruh Jawa dari dataran rendah hingga pada
ketinggian 600 m dari permukaan laut, terutama di daerah dengan kemarau
panjang, bisa dijumpai tanaman ini. Biasanya pada lapangan kering atau semak-
semak terbuka. Sosoknya berupa terna atau perdu bercabang banyak setinggi 0,30-
1,50 m.
Hasil penelitian terhadap tanaman ini menunjukkan, pemberian 70% ekstrak
alcohol lampes dosis 100 mg/kg bobot badan pada tikus putih, yang diinduksi
dengan aspirin, menunjukkan aktivitas penyembuhan tukak lambung. Untuk
menggunakannya sebagai obat tukak lambung dianjurkan untuk mengkonsumsi
daun segar kemangi hutan (lampes) sebagai lalap setiap hari.10
4. Kamomila
Kamomila (Matricaria recutita)juga termasuk tanaman yang baik untuk
pengobatan gastritis. Sayangnya, tanaman ini kurang terkenal di Indonesia.
Mungkin cuma orang Jawa Barat yang mengenalnya. Di tanah Pasundan, tanaman
kamomila dikenal sebagai bahan tambahan teh hijau dan di Cigenduk untuk
campuran teh biasa.
Di Eropa pemakaiannya sangat luas untuk menagani masalah pencernaan,
karena bersifat karminatif, antispasmodic, antiinflamasi, dan antiseptic. Di
dalamnya terkandung 3 kelompok bahan aktif, yakni minyak asiri terpenoid(0,25-
1%)khususnya bisabolol dan chamazulene (keduanya berkhasiat antiinflamasi pada
hewan percobaan), flavonoid(+2,4%)dengan epigenin yang bersifat antispasmodic,
dan pectin (5-10%) seperti mucilage pada bunganya(beberapa tanaman yang
mengandung mucilage berkhasiat demulcent)..
Untuk memanfaatkannya sebagai obat, ambilah 1 sendok teh bunga
kamomila. Lalu tuangkan air panas sebanyak 150 ml ke dalamnya, kemudian
diamkan selama 5-10 menit, lalu diminum. Ramuan ini diminum 3-4 kali sehari.10
20
5. Kencur
Kencur (Kaempferia galanga), yang sering pula digunakan sebagai salah satu
bahan bumbu dapur, juga secara tradisional digunakan sebagai obat gastritis. Untuk
keperluan itu dibutuhkan 1 jari rimpangnya.rimpangnya. Rimpang dicuci bersih,
dikupas dan dikunyah dengan garam seperlunya. Sesudah halus dikunyah kencur
ditelan disusul dengan minum air hangat. Lakukan hal ini 3 kali sehari.10
6. Cincau
Cincau(Cylea barbata), yang daunnya biasa digunakan sebagai bahan
minuman segar, bisa pula dijadikan obat. Tanaman ini merupakan tanaman terna
membelit. Berdaun tunggal dengan bentuk mirip simbol hati (heart) pada kartu
bridge dan permukaannya berbulu lembut. Bila daun ini yang digunakan, diperlukan
1 genggam daun cincau (kira-kira 80 gram berat basah). Daun dicuci lalu digiling
halus. Hasilnya diremas dengan air masak seperlunya dan disaring, diberi air kapur
sirih seperlunya agar lekas menjadi kental. Setelah menggumpal dimakan dengan air
gula atau sirup. Dalam sehari pengobatan tradisional cara ini dilakukan 3 kali,
masing-masing dengan ¾ gelas minum (kapasitas gelas ini kira-kira 200 cc) (Lucie
Widowati.2003).
7. Meniran
Meniran (Phyllanthus niruri) merupakan tanaman obat gastritis
lainnya .Tanaman ini merupakan tanaman terna yang tumbuh tegak pada tempat
lembab dan berbatu .Tingginya mencapi 50 cm. Daunnya majemuk berseling,
berbentuk bulat telur sampai lonjong dengan ukuran kecil. Daun inilah yang biasa
digunakan sebagai obat. Penggunaannya sebagi obat bisa dilakukan dengan mencuci
lalu merebus ¾ genggam daun meniran dalam 3 gelas makan air bersih. Rebuslah
hingga volume air tinggal ¾ panci. Sesudah dingin saring lalu diminum dengan
madu seperlunya. Minum 3 kali dalam sehari.10
N. Prognosis
Apabila penyebab yang mendasari dari gastritis ini diatasi, maka akan
memberikan prognosis yang baik.. Kebanyakan penderita sembuh dengan terapi
21
infeksi H. Pylori, menghindari OAINS dan meminum obat anti sekretorus pada
lambung.11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
22
1. Gastritis adalah penyakit tidak menular yang disebabkan imflamasi
(pembengkakan) dari mukosa lambung.
2. Gastritis ada 2 kelompok yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Tetapi
gastritis kronik bukan merupakan lanjutan dari gastritis akut, dan keduanya
tidak saling berhubungan.
3. Ada banyak factor risiko yang dapat menyebabkan gastritis antara lain, pola
makan yang tidak teratur, jenis makanan yang dapat memicu asam lambung
kopi, teh, rokok, alcohol, stress, obat-obatan, dan usia
4. Gejala gastritis bermacam-macam, tergantung kepada jenis gastritisnya.
Biasanya penderita gastritis mengalami gangguan pencernaan (indigesti)
dan rasa tidak nyaman di perut sebelah atas.
5. Pencegahan dari penyakit ini yaitu dengan menghindari semua factor risiko
yang dapat memicu timbulnya penyakit gastritis
6. Pengobatan dengan memberikan obat yang dapat menetralisir asam
lambung seperti antasida, selain itu selalu perhatikan pola konsumsi
makanan, hindari makanan yang dapat memicu naiknya asam lambung
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jilid I. Jakarta: FKUI.
2. Hirlan. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi Ketiga. Jakarta: EGC.
23
3. Price, and Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC.
4. Novrian, Akmal. 2012. Epidemiologi Gastritis. Makassar. UNHAS.
5. Sylvia Price. 2005. Edisi 6 Vol 1 Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC
6. Perry Potter. 2005. Fundamental of Nursing.
7. Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
8. Diane C. Baughman & Joann C. Hackley. 2000. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
9. Yayak F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya Beyer. 2004.
Medical Nutrition Therapy for Upper Gastrointestinal Tract Disorder
10. Widowati, lucie dalam Nur, Mega. 2011. Gastritis dan Pengobaan Tradisional.
Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Jember.
11. LM, Wilson, Dkk.1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – proses Penyakit. Jakarta
: EGC
24