bab ii

35
BAB I PENDAHULUAN Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada epigastrium, mual dan muntah. Proses ini diawali oleh karena kesembronoan diit, misalnya: makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu, atau makanan yang terinfeksi. Inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster. Proses peradangan mukosa akut, biasanya bersifat transien. Peradangan pada mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dan setelah terpapar pada zat iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung. Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang paling sering terjadi. Sekitar 10% orang yang datang ke unit gawat darurat pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri tekan di daerah epigastrium. Hal ini mengarahkan para dokter kepada suatu diagnosa gastritis, dimana untuk memastikannya dibutuhkan suatu pemeriksaan penunjang lainnya seperti endoscopi. Penyakit gastritis yang terjadi di negara maju sebagian besar mengenai usia tua. Hal ini berbeda dengan di negara berkembang yang banyak mengenai usia dini. 1

Upload: suci-joe-armstrong

Post on 26-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB I

PENDAHULUAN

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus,

atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada epigastrium, mual dan

muntah. Proses ini diawali oleh karena kesembronoan diit, misalnya: makan terlalu banyak,

terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu, atau makanan yang terinfeksi.

Inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster.

Proses peradangan mukosa akut, biasanya bersifat transien. Peradangan pada mukosa

lambung yang menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dan setelah terpapar pada

zat iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung.

Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang paling

sering terjadi. Sekitar 10% orang yang datang ke unit gawat darurat pada pemeriksaan fisik

ditemukan adanya nyeri tekan di daerah epigastrium. Hal ini mengarahkan para dokter

kepada suatu diagnosa gastritis, dimana untuk memastikannya dibutuhkan suatu pemeriksaan

penunjang lainnya seperti endoscopi. Penyakit gastritis yang terjadi di negara maju sebagian

besar mengenai usia tua. Hal ini berbeda dengan di negara berkembang yang banyak

mengenai usia dini.

1

Page 2: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Gastritis

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering diakibatkan

oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan

makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab lain seperti alkohol,

aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.1 Sedangkan menurut Hirlan, gastritis adalah

proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung atau gangguan kesehatan yang

disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi.2

Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung, secara

histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah

tersebut. Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau peradangan mukosa lambung

yang bersifat akut, kronis, difus dan local. Ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu

gastritis akut dan kronik.3

B. Epidemiologi

Rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia menjaga kesehatan lambungnya,

menyebabkan jumlah penderita gastritis mengalami grafik kenaikan. Di penjuru dunia

saat ini penderita gastritis mencapai 1.7 miliar. Hasil penelitian riset Brain & Co

dengan PT. Kalbe Farma tahun 2010, terhadap 1.645 responden di Medan, Jakarta,

Surabaya dan Denpasar mengungkapkan 60% dari jumlah responden menderita

gastritis.

Menurut Dr.Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB dari Divisi Gastroenterologi-

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSUPN Cipto Mangunkusumo, dari hasil

penelitian yang dilakukan RSCM pada sekitar 100 pasien dengan keluhan dispepsia,

didapatkan 20% penderita yang mengalami kelainan organik. Kelainan ini ditemukan

setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunakan endoskopi. Suatu

penelitian lain dengan junlah pasien yang cukup besar dan melibatkan pusat endoskopi

2

Page 3: BAB II

pada beberapa kota di Indonesia juga menunjukkan tingginya penderita gastritis

kronis.4

C. Klasifikasi Gastritis

Gastritis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :

a. Gastritis akut

Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut

dengan kerusakan erosi pada bagian superficial.

b. Gastritis kronik

Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung

yang menahun. Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa

lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak

maupun ganas atau oleh bakteri Helicobacter pylori.3

a. Gastritis tipe A:

- Dihubungkan dengan penyakit autoimun, misalnya anemia pernisiosa.

b. Gastritis tipe B:

- Dihubungkan dengan bakteri Helicobacter pylori.

- Faktor diet, seperti minum panas dan pedas.

- Penggunaan obat

- Alkohol

- Merokok

- Refluks isi usus ke lambung

Klasifikasi gastritis kronis berdasarkan :

1. Gambaran histopatology

- Gastritis kronik superficial

- Gastritis kronik atropik

- Atrofi lambung

- Metaplasia intestinal

2. Distribusi anatomi

- Gastritis kronis korpus ( gastritis tipe A).

3

Page 4: BAB II

Sering dihubungkan dengan proses autoimun dan berlanjut menjadi anemia

pernisiosa karena terjadi gangguan absorpsi vitamin B12 dimana gangguan

absorpsi tersebut disebabkan oleh kerusakan sel parietal yang menyebabkan

sekresi asam lambung menurun.

- Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B)

Paling sering dijumpai dan berhubungan dengan kuman Helicobacter pylori.

- Gastritis tipe AB

Anatominya menyebar ke seluruh gaster dan penyebarannya meningkat seiring

bertambahnya usia.3

D. Etiologi

a. Gastritis akut

Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti merokok, jenis obat,

alkohol, bakteri, virus, jamur, stres akut, radiasi, alergi atau intoksitasi dari bahan

makanan dan minuman, garam empedu, iskemia dan trauma langsung (Muttaqin,

2011

1) Obat-obatan, seperti Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid/OAINS (Indomestasin,

Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain, agen kemoterapi

(Mitomisin, 5-fluoro-2- deoxyuridine), Salisilat, dan Digitalis bersifat

mengiritasi mukosa lambung.

2) Minuman beralkohol; seperti whisky, vodka, dan gin.

3) Infeksi bakteri; seperti H. pylori (paling sering), H. heilmanii, Streptococci,

Staphylococci, Protecus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis, dan

secondary syphilis.

4) Infeksi virus oleh Sitomegalovirus.

5) Infeksi jamur; seperti Candidiasis, Histoplasmosis, dan Phycomycosis.

6) Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu (komponen penting

alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa

lambung sehingga menimbulkan respons peradangan mukosa.

4

Page 5: BAB II

7) Iskemia, akibat penurunan aliran darah ke lambung, trauma langsung lambung,

berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan mekanisme pertahanan

untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan respons peradangan

pada mukosa lambung. 2

Sedangkan penyebab gastritis akut menurut Price (2006) adalah stres fisik

dan makanan, minuman. 1) Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis,

trauma, pembedahan, gagal nafas, gagal ginjal, kersusakan susunan saraf pusat,

dan refluks usus-lambung. 2) Makanan dan minuman yang bersifat iritan.

Makanan berbumbu dan minuman dengan kandungan kafein dan alcohol

merupakan agen-agen penyebab iritasi mukosa lambung.3

b. Gastritis kronik

Penyebab pasti dari penyakit gastritsi kronik belum diketahui, tetapi ada dua

predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu:

infeksi dan non infeksi.

1) Gastritis infeksi

a) H. pylori.

Beberapa peneliti menyebutkan bakteri ini merupakan penyebab utama

dari gastritis kronik.

b) Helycobacter heilmannii, Mycobacteriosis, dan Syphilis.gk/mdgk/md

c) Infeksi parasit.

d) Infeksi virus.

2) Gastritis non-infeksi

a) Kondisi imunologi (autoimun) didasarkan pada kenyataan, terdapat kira-

kira 60% serum pasien gastritis kronik mempunyai antibodi terhadap sel

parietalnya.

b) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluk garam

empedu kronis dan kontak dengan OAINS atau Aspirin.

5

Page 6: BAB II

c) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang menyebabkan

ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung dan gastritis

sekunder dari terapi obat-obatan.

d) Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang berhubungan dengan berbagai

penyakit, meliputi penyakit Crohn, Sarkoidosis, Wegener granulomatus,

penggunaan kokain, Isolated granulomatous gastritis, penyakit

granulomatus kronik pada masa anak-anak, Eosinophilic granuloma,

Allergic granulomatosis dan vasculitis, Plasma cell granulomas,

Rheumatoid nodules, Tumor amyloidosis, dan granulomas yang

berhubungan dengan kanker lambung.

e) Gastritis limfositik, sering disebut dengan collagenous gastritis dan injuri

radiasi pada lambung.2

E. Patofisiologi

Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak

dan swasirna; merupakan respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal.

Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi), kafein, alkohol, dan

aspirin merupakan agen pencetus yang lazim. Infeksi H. pylori lebih sering dianggap

sebagai penyebab gastritis akut. Organisme tersebut melekat pada epitel lambung dan

menghancurkan lapisan mukosa pelindung, meninggalkan daerah epitel yang gundul.

Obat lain juga terlibat, misalnya anti inflamasi nonsteroid

(NSAID: misalnya indomestasin, ibuprofen, naproksen), sulfonamida, steroid, dan

digitalis. Asam empedu, enzim pankreas, dan etanol juga diketahui mengganggu sawar

mukosa lambung. Apabila alkohol diminum bersama dengan aspirin, efeknya akan

lebih merusak dibandingkan dengan efek masing-masing agen tersebut bila diminum

secara terpisah (Price & Wilson, 2002).

Menurut Dermawan dan Rahayuningsih (2010) patafisiologi gastritis yaitu mukosa

barier lambung umumnya melindungi lambung dari pencernaan terhadap lambung itu

sendiri, yang disebut proses autodigesti acid, prostaglandin yang memberikan

perlindungan ini. Ketika mukosa barier ini rusak maka timbul gastritis. Setelah barier

ini rusak terjadilah perlukaan mukosa dan diperburuk oleh histamin dan stimulasi saraf

colinergic. Kemudian HCL dapat berdifusi balik kedalam mucus dan menyebabkan

6

Page 7: BAB II

luka pada pembuluh yang kecil, yang mengakibatkan tercadinya bengkak, perdarahan,

dan erosi pada lambung. Alkohol, aspirin dan refluk isi duodenal diketahui sebagai

penghambat difusi barier.5

F. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik gastritis terbagi menjadi yaitu gastritis akut dan gastritis.

a. Manifestasi klinik gastritis akut Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual,

kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan

pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul

dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis

lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat- obatan atau bahan kimia tertentu.

b. Manifestasi klinik gastritis kronik Kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan.

Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada

pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan. 6

G. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran endoskopi dan histopatologi.

Gambaran endoskopi yang dapat dijumpai adalah eritema, eksudatif, flat-erosion,

raised erosion, perdarahan, endematous rugae. Perubahan-perubahan histopatologi

selain menggambarkan perubahan morfologi sering juga dapat menggambarkan proses

yang mendasari, misalnya otoimun atau respon adaptif mukosa lambung. Perubahan-

perubahan yang terjadi berupa degradasi epitel, hyperplasia foveolar, infiltrasi netrofil,

inflamasi sel mononuklear, folikel limpoid, atropi, intestinal metaplasia, hyperplasia

sel endokrin, kerusakan sel parietal. Pemeriksaan histopatologi sebaiknya juga

menyertakan pemeriksaan kuman H. pylori. 7

Untuk Gastritis akut, ada 3 cara dalam menegakkan diagnosis, yaitu

gambaran klinis, gambaran lesi mukosa akut di mukosa lambung berupa erosi atau

ulkus dangkal dengan tepi rata pada endoskopi, dan gambaran radiologi (atrofi; mukosa

yg menipis, hipertrofi; mukosa kasar bisa disertai dengan hipersekresi, foto 3 lapis).

Diagnosis gastritis kronik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi

dan dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung. Perlu pula

7

Page 8: BAB II

dilakukan kultur untuk membuktikan adanya infeksi H. pylori apalagi jika ditemukan

ulkus baik pada lambung ataupun pada duodenum mengingat angka kejadiang cukup

tinggi yakni 100 %.7

Pemeriksaan penunjang :

1. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap ( bila ditemukan leukositosis terdapat

tanda infeksi)

2. Radiologis : gambaran atrofi/hipertrofi mukosa gaster , foto 3 lapis khas untuk

gastritis (dengan kontras ganda)

3. Endoskopi : lokasi terbanyak kelainan di lambung ialah sekitar angulus, antrum, dan

prepilorus.

4. Gastroskopi : untuk melihat mukosa lambung, misalnya warna, licin tidaknya

mukosa lambung, ada tidaknya kelainan, dimana letak kelainan ditemukan. (mulai

dari fundus, korpus, dinding anterior, dan posterior, kurvatura minor dan mayor,

angulus, antrum, prepilorus, dan pilorus)

5. Pemeriksaan histopatologi

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu

etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun

secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :

a.  Gastritis Akut

1. Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala  menghilang; ubah

menjadi diet yang tidak mengiritasi.

2. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.

3. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan

netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida,

antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat

(untuk sitoprotektor).

8

Page 9: BAB II

4. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang

encer atau cuka yang di encerkan.

5. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.

6. Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau

tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk

mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat

menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.

7. Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa

sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti

cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam

lambung yang diproduksi.

b. Gastritis Kronis

1. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.

2. Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi

jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke

dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS

secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk

meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah

bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. Pylori.

3. Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam

lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung

penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara

menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini

adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat

golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.

4. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau

amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi H.Phylory. .Terapi

terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H.

pylori. Yang paling sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan

penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth

9

Page 10: BAB II

subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat

pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan

inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap infeksi H.

pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat

beragam, bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi

dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi

dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan

10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H.

pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi

dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis

pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H.

pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama

beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut

sudah hilang.7

Oleh karena gastritis sangat erat hubungannya dengan sindroma dispepsia,

maka diagram berikut memberi gambaran alur penatalaksanaan dispepsia (4:

DISPEPSIA

10

Page 11: BAB II

Usia < 55 th, Usia > 55 th atau < 55 th

alarm symptom (-) alarm symptom (+)

Terapi empiris 2 mgg : Rujuk gastroenterologi

- antasida fasilitas endoskopi (+)

- H2RA /PPI

- Prokinetik

Sembuh (STOP) Tidak (serologi H.pylori)

(+) (-)

Alaram symptom :

- Muntah - Demam

- Hematemesis - BB menurun

Pengobatan gastritis akut, faktor utama adalah menghilangkan etiologinya. Diet

lambung, dengan porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi

asam lambung, berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik, dan

antasid. Juga ditujukan sebagai sitoprotektor, berupa sukralfat dan prostaglandin.(3

Pada pusat-pusat pelayanan kesehatan dimana endoskopi tidak dapat dilakukan,

penatalaksanaan diberikan seperti pada pasien dengan sindroma dispepsia, apalagi jika tes

serologi negatif. Pertama-tama yang dilakukan adalah mengatasi dan menghindari

penyebab pada gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan empiris berupa antasid,

11

Page 12: BAB II

antagonis H2/ PPI dan obat-obatan prokinetik. Jika endoskopi dapat dilakukan, dilakukan

terapi eradikasi kecuali jika hasil CLO (rapid ureum test) , kultur, dan PA ketiganya negatif

atau hasil serologi negatif.

Contoh regimen untuk eradikasi infeksi H. pylori : (1

Obat 1 Obat 2 Obat 3 Obat 4

PPI dosis ganda Klarithomisin

(2 x 500 mg)

Amoksisilin

(2 x 1000 mg)

PPI dosis ganda Klarithomisin

(2 x 500 mg)

Metronidazol

(2 x 500 mg)

PPI dosis ganda Tetrasiklin

(4 x 500 mg)

Metronidazol

(2 x 500 mg)

Subsalisilat/

subsitral

Regimen diberikan selama 1 minggu.

DOSIS :

1. PPI (Proton Pump Inhibitor) :

- Omeprazole 2 x 20 mg

- Lansoprazole 2 x 30 mg

- Rabeprazole 2 x 10 mg

- Esomeprazole 2 x 20 mg

2. Amoksisilin 2 x 1000 mg/hr

3. Klaritromisin 2 x 500 mg/hr

4. Metronidazol 3 x 500 mg/hr

5. Tetrasiklin 4 x 250 mg/hr

I.  Farmakologi

12

Page 13: BAB II

Obat yang dipergunakan untuk gastritis adalah Obat yang mengandung bahan-

bahan yang efektif menetralkan asam dilambung dan tidak diserap ke dalam tubuh

sehingga cukup aman digunakan (sesuai anjuran pakai tentunya). Semakin banyak

kadar antasida di dalam obat maag maka semakin banyak asam yang dapat dinetralkan

sehingga lebih efektif mengatasi gejala sakit gastritis dengan baik.

Pengobatan gastritis tergantung pada penyebabnya. Gastritis akut akibat

konsumsi alkohol dan kopi berlebihan, obat-obat NSAID dan kebiasaan merokok dapat

sembuh dengan menghentikan konsumsi bahan tersebut. Gastritis kronis akibat infeksi

bakteri H. pylori dapat diobati dengan terapi eradikasi H. pylori. Terapi eradikasi ini

terdiri dari pemberian 2 macam antibiotik dan 1 macam penghambat produksi asam

lambung, yaitu PPI (proton pump inhibitor).

Untuk mengurangi gejala iritasi dinding lambung oleh asam lambung, penderita

gastritis lazim diberi obat yang menetralkan atau mengurangi asam lambung, misalnya

(Mayo Clinic,2007) :

1.   Antasid : Obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat

yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan.  Antasida menetralkan asam

lambung sehingga cepat mengobati gejala antara lain promag, mylanta, dll.

2.   Penghambat asam (acid blocker) : Jika antasid tidak cukup untuk mengobati gejala,

dokter biasanya meresepkan obat penghambat asam antara lain simetidin, ranitidin,

atau famotidin.

3.  Proton pump inhibitor (penghambat pompa proton) : Obat ini bekerja mengurangi

asam lambung dengan cara menghambat pompa kecil dalam sel penghasil asam.

Jenis obat yang tergolong dalam kelompok ini adalah omeprazole, lanzoprazole,

esomeparazol, rabeprazole, dll. Untuk mengatasi infeksi bakteri H. pylori, biasanya

digunakan obat dari golongan penghambat pompa proton, dikombinasikan dengan

antibiotika.7

Golongan Contoh obat Dosis

Antasida Al. Hidroksida 250-500 mg/x Konstipasi, mual, muntah, Gangguan adsorpsi fosfat, Al(OH)3 dapat mengurangi

13

Page 14: BAB II

absorpsi bermacam-macam vitamin dan tetrasiklin

Mg hidroksida 250-500 mg/x efek katartik, sebab magnesium yang larut tidak diabsorpsi tetap berada dalam usus dan akan menarik air. Sebanyak 5-10 % magnesium diabsorpsi dan dapat menimbulkan kelainan neurologi, neuromuskular, dan kardiovaskular

KombinasiAl. Hidroksida (200mg)Mg hidroksida (200mg)

4 x 5-10 ml, or4 x 1 tab

sembelit, diare, mual, muntah, hipermagnesia (kontraindikasi pada gangguan ginjal), tidak boleh diberikan lebih dari 2 minggu kecuali dengan resep dokter.

H2AR Ranitidine 2 x 150 mg Diare, nyeri otot, pusing, dan timbul ruam kulit, malaise,nausea, Konstipasi , Penurunan jumlah sel darah putih dan platelet ( pada beberapa penderita ), Sedikit peningkatan kadar serum kreatinin ( pada beberapa penderita), Beberapa kasus ( jarang ) reaksi hipersensitivitas (bronkospasme, demam, ruam, urtikaria, eosinofilia

Famotidine 2 x 20 mg Sakit kepala, pusing, konstipasi dan diare, Thrombocytopenia dan arthralgia

Cimetidine 2 x 400 mg Nyeri kepala, pusing, mual, diare, Disfungsi seksual pria akibat efek antiandrogenik

Pelindung mukosa lambung

Bismuth Subnitrite 2 x 300 mg Sakit kepala, pembengkakan kelopak mata dan permen karet, vesikula dan pigmentasi dalam bahasa, mual, muntah, methemoglobinemia.

PPI Omeprazole 2 x 20 mg Umumnya dapat ditoleransi dengan baik. , Efek samping berikut biasanya ringan dan

14

Page 15: BAB II

bersifat sementara serta tidak mempunyai hubungan yang konsisten dengan pengobatan. Mual, sakit kepala, diare, konstipasi, kembung, ruam kulit, urtikaria, pruritus jarang terjadi.

Lansoprazole 2 x 30 mg sakit kepala, diare, nyeri abdomen, dispepsia, nausea, vomitus, mulut kering, konstipasi, flatulens, pusing, lelah, ruam kulit, urtikaria, pruritus.

Rabeprazole 2 x 10 mg sakit kepala, diare, mual, nyeri perut, nyeri non spesifik atau nyeri punggung, rinitis, astenia, kembung, pusing, muntah, gejala menyerupai flu, infeksi, batuk, konstipasi, insomnia

Esomeprazole 2 x 20 mg Sakit kepala, nyeri perut, diare, kembung, mual, muntah, konstipasi

Pantoprazole 1 x 20 mg sangat jarang: tromboflebitis, edema perifer. Darah dan sistem limfatik ; sangat jarang: leukopenia, trombositopenia. Gastrointestinal: nyeri perut bagian atas, diare, konstipasi, flatulensi.

Prokinetik Metokllopramide 3 x 10 mg Reaksi ekstrapiramidal, pusing, kelelahan, mengantuk, sakit kepala, depresi, kegelisahan, gangguan lambung-usus, hipertensi.

Domperidone 3 x 10-20 mg - jarang dilaporkan : sedasi, reaksi ekstrapiramidal distonik, parkinson, tardive diskinesia (pada pasien dewasa dan usia lanjut) dan dapat diatasi dengan obat antiparkinson.

- Peningkatan prolaktin serum sehingga menyebabkan galaktorrhoea dan ginekomastia.

- Mulut kering, sakit kepala, diare, ruam kulit, rasa haus,

15

Page 16: BAB II

cemas dan gatal.

Antibiotik Amoksisilin 2 x 1000 mg infeksi jamur pada kelamin, Diare,Mual, Sakit kepala, Muntah, Nyeri perut

Klaritromisin 2 x 500 mg Diare, mual, nyeri & rasa tidak enak pada perut, pengecapan abnormal, dispepsia, sakit kepala.

Metronidazol 3 x 500 mg Mual, sakit kepala, anoreksia, diare, nyeri epigastrum dan konstlpasi

Tetrasiklin 4 x 250 mg - Pada pemberian lama atau berulang-ulang, kadang-kadang terjadi superinfeksi bakteri atau jamur seperti:enterokolitis dan kandidiasis. - Gangguan gastrointestinal seperti: anoreksia, pyrosis, vomiting, flatulen dan diare. - Reaksi hipersensitif seperti: urtikaria, edema, angioneurotik, atau anafilaksis. - Jarang terjadi seperti: anemia hemolitik, trombositopenia,neutropenia dan eosinofilia.

J. Komplikasi

Komplikasi gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronik.5

a. Gastristis akut komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian atas berupa

hematemesis dan melena, dapat berakhir syok hemoragik.

b. Gastritis kronik komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus,

perforasi dan anemia.

Komplikasi dari infeksi H.pylori adalah gastritis nodular, ulkus peptikum, kanker

lambung, dan limfoma MALT8

K. Diet pada Gastritis

16

Page 17: BAB II

Makanan yang disajikan perlu diatur pada penderita gastritis, terutama mengingat

bahwa penyakit ini berhunbungan dengan alat pencernaan. Berikut hal-hal yang perlu

dilakukan dalam pengaturan makananan

a. Keadaan akut, lambung diistirahatkan tanpa makanan selama 24-48 jam, hanya diberi

minuman agak dingin. Hindarkan minuman dingin atau minuman panas.

b. Berikan makanan secara bertahap, misalnya bubur saring, dan berangsur-angsur

makanan lunak, makan biasa.

c. Berikan makanan yang mudah dicerna, misalnya bubur beras, kentang pure, roti

bakar, tepung yang dibuat pudding, sementara untuk lauk pauk, misalnya daging

ayam, telur, ikan tanpa duri yang direbus atau dipanggang.

d. Makanan atau minuman yang tidak boleh diberikan meliputi:

1) Sayuran dan buah-buahan berserat dan mengandung gas, seperti sawi, kol,

nangka, daun singkong.

2) Bumbu-bumbu makanan yang merangsang, seperti cabe, lada dan cuka.

3) Minuman beralkohol, kopi.

4) Makanan yang dimasak dengan santan kental atau digoreng.

5) Porsi makanan diberikan sedikit, tetapi frekuensinya sering.9

L. Pencegahan

Walaupun kita tidak bisa selalu menghilangkan Helicobacter pylori, tetapi

timbulnya gastritis dapat dicegah dengan hal-hal berikut :

a. Menurut sejumlah penelitian, makan dalam jumlah kecil tapi sering serta

memperbanyak makan makanan yang mengandung tepung, seperti nasi, jagung, dan

roti akan menormalkan produksi asam lambung. Kurangilah makanan yang dapat

mengiritasi lambung, misalkan makanan yang pedas, asam, dogoreng, dan berlemak.

b. Hilangkan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Tingginya konsumsi alcohol dapat

mengiritasi atau merangsang lambung, bahkan menyebabkan lapisan dalam lambung

terkelupas sehingga menyebabkan peradangan dan perdarahan di lambung.

17

Page 18: BAB II

c. Jangan merokok. Merokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Oleh karena

itu, orang yang merokok lebih sensitif terhadap gastritis maupun ulser. Merokok

juga akan meningkatkan asam lambung, melambatkan kesembuhan, dan

meningkatkan risiko kanker lambung.

d. Ganti obat penghilang rasa sakit, jika memungkinkan jangan menggunakan obat

pengialng rasa sakit dari golongan NSAIDs, seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen

dan obat-obat tersebut dapat mengiritasi lambung.

e. Berkonsultasi dengan dokter bila menemukan gejala sakit maag.

f. Memelihara tubuh. Problem saluran pencernaan seperti rasa terbakar di lambung,

kembung, dan konstipasi lebih umum terjadi pada orang yang mengalami kelebihan

berat badan (obesitas). Oleh karena itu, memelihara berat badan agar tetap ideal

dapat mencegah terjadinya sakit maag.

g. Memperbanyak olahraga. Olahraga aerobik dapat meningkatkan detak jantung yang

dapat menstimulasi aktivitas otot usus sehingga mendorong isi perut dilepaskan

dengan lebih cepat. Disarankan aerobik dilakuakn setidaknya selam 30 menit setiap

harinya.

h. Manajemen stres. Stres dapat meningkatkan serangan jantung dan stroke. Kejadian

ini akan menekan respons imun dan akan mengakibatkan gangguan pada kulit.

Selain itu, kejadian ini juga akan meningkatkan produksi asam lambung dan

menekan pencernaan. Tingkat stres seseorang berbeda-beda untuk setiap orang.

Untuk menurunkan tingkat stress anda disarankan banyak mengkonsumsi makanan

bergizi, cukup istirahat, berolahraga secara teratur, serta selalu menenangkan

pikiran. Anda dapat menenangkan pikiran dengan melakukan meditasi atau yoga

untuk menurunkan tekanan darah, kelelahan dan rasa letih.

M. Pengobatan Tradisional

1. Kunyit

Kandungan aktif kurkumin secara eksperimental efektif dalam mencegah dan

memperbaiki luka lambung yang diinduksi oleh phenylbutazone dan aspirin.

Kurkumin meningkatkan mucus lambung sehingga aktivitas tukak lambung dapat

18

Page 19: BAB II

dijelaskan melalui stimulasi produksi mucus. Percobaan klinis efek kunyit pada

tukak lambung dilakukan terhadap 10 pasien. Obat diberikan secar oral dengan

dosis 2 kapsul 250 mg, 4 kali sehari, setengah sampai satu jam sebelum makan dan

sebelum tidur. Pemeriksaan endoskopik dijalankan periodik sebelum pengobatan

dan 4, 8, 12 minggu setelah pengobatan. Tukak sepenuhnya tersem-buhkan pada 5

pasien dalam 4 minggu atau 7 pasien dalam 4-12 minggu.10

Khasiat antiinflamasi kunyit sebanding dengan hydrokortison asetat yang

menyembuhkan inflamasi akibat induksi karagenin. Ekstrak air(hasil ekstraksi

menggunakan air) 40 mg/kg berkhasiat sama dengan indomentasin 5 mg/kg bobot

badan. Khasiat inflamasi ini akibat adanya minyak asiri. Untuk menggunakannya

sebagai obat gastritis diperlukan 2 jari tangan kunyit. Bahan ini dikupas dan

dibersihkan, diparut, dan ditambah air matang. Setelah itu, diperas melalui kain

bersih. Hasilnya didiamkan dan diambil air beningnya. Dalam sehari diminum 2

kali, masing-masing satu ramuan. Meminumnya pagi sebelum makan dan malam

sebelum tidur.10

2. Lidah Buaya

Tanaman lain yang dapat digunakan untuk mencegah dan menyembuhkan

tukak lambung adalah lidah buaya (Aloe vera). Tanaman yang menyukai tempat

panas ini berdaun tebal dengan “duri” di tepinya dan banyak berisi gel. Gel inilah

yang biasanya dimanfaatkan sebagai obat, termasuk untuk mengobati gastritis.

Penelitian menunjukkan,dengan pemberian gel lidah buaya 2 ml 2 kali sehari,

tukak lambung pada tikus yang diinduksi aspirin (100mg/kg)berhasil disembuhkan.

Khasiat mengobati tukak lambung ini berasal dari Aloenin dan Magnesium laktat

dalam daun lidah buaya yang diidentifikasi sebagai AloctinA dan Aloctin B.

Aloctin A menghambat sekresi asam lambung dan pepsin jika diberikan secara

intra vena pada tikus. Kandungan yang berkhasiat lain adalah Aloin dan

Antrakinon yang dapat meningkatkan produksi prostaglandin. Selain itu,lidah

buaya mempunyai khasiat antiinflamasi. Gel lidah buaya mengandung

bradykinase,yaitu suatu enzim pemecah sumber inflamasi, bardykinin. Untuk

menjadikan lidah buaya sebagai obat gastritis diperlukan gel segar dari sekitar ½

lembar daun lidah buaya. Gel sebanyak itu diminum untuk sekali minum. Dalam

19

Page 20: BAB II

sehari perlu meminumnya sebanyak 2 kali. Untuk memperbaiki rasa gel bisa diberi

madu secukupnya. Ibu hamil sebaiknya tidak mengkonsumsi ramuan alami ini.10

3. Kemangi Hutan

Kemangi hutan atau lampes (Ocimum sanctum) pun berkhasiat dalam

penyembuhan gastritis. Di seluruh Jawa dari dataran rendah hingga pada

ketinggian 600 m dari permukaan laut, terutama di daerah dengan kemarau

panjang, bisa dijumpai tanaman ini. Biasanya pada lapangan kering atau semak-

semak terbuka. Sosoknya berupa terna atau perdu bercabang banyak setinggi 0,30-

1,50 m.

Hasil penelitian terhadap tanaman ini menunjukkan, pemberian 70% ekstrak

alcohol lampes dosis 100 mg/kg bobot badan pada tikus putih, yang diinduksi

dengan aspirin, menunjukkan aktivitas penyembuhan tukak lambung. Untuk

menggunakannya sebagai obat tukak lambung dianjurkan untuk mengkonsumsi

daun segar kemangi hutan (lampes) sebagai lalap setiap hari.10

4. Kamomila

Kamomila (Matricaria recutita)juga termasuk tanaman yang baik untuk

pengobatan gastritis. Sayangnya, tanaman ini kurang terkenal di Indonesia.

Mungkin cuma orang Jawa Barat yang mengenalnya. Di tanah Pasundan, tanaman

kamomila dikenal sebagai bahan tambahan teh hijau dan di Cigenduk untuk

campuran teh biasa.

Di Eropa pemakaiannya sangat luas untuk menagani masalah pencernaan,

karena bersifat karminatif, antispasmodic, antiinflamasi, dan antiseptic. Di

dalamnya terkandung 3 kelompok bahan aktif, yakni minyak asiri terpenoid(0,25-

1%)khususnya bisabolol dan chamazulene (keduanya berkhasiat antiinflamasi pada

hewan percobaan), flavonoid(+2,4%)dengan epigenin yang bersifat antispasmodic,

dan pectin (5-10%) seperti mucilage pada bunganya(beberapa tanaman yang

mengandung mucilage berkhasiat demulcent)..

Untuk memanfaatkannya sebagai obat, ambilah 1 sendok teh bunga

kamomila. Lalu tuangkan air panas sebanyak 150 ml ke dalamnya, kemudian

diamkan selama 5-10 menit, lalu diminum. Ramuan ini diminum 3-4 kali sehari.10

20

Page 21: BAB II

5. Kencur

Kencur (Kaempferia galanga), yang sering pula digunakan sebagai salah satu

bahan bumbu dapur, juga secara tradisional digunakan sebagai obat gastritis. Untuk

keperluan itu dibutuhkan 1 jari rimpangnya.rimpangnya. Rimpang dicuci bersih,

dikupas dan dikunyah dengan garam seperlunya. Sesudah halus dikunyah kencur

ditelan disusul dengan minum air hangat. Lakukan hal ini 3 kali sehari.10

6. Cincau

Cincau(Cylea barbata), yang daunnya biasa digunakan sebagai bahan

minuman segar, bisa pula dijadikan obat. Tanaman ini merupakan tanaman terna

membelit. Berdaun tunggal dengan bentuk mirip simbol hati (heart) pada kartu

bridge dan permukaannya berbulu lembut. Bila daun ini yang digunakan, diperlukan

1 genggam daun cincau (kira-kira 80 gram berat basah). Daun dicuci lalu digiling

halus. Hasilnya diremas dengan air masak seperlunya dan disaring, diberi air kapur

sirih seperlunya agar lekas menjadi kental. Setelah menggumpal dimakan dengan air

gula atau sirup. Dalam sehari pengobatan tradisional cara ini dilakukan 3 kali,

masing-masing dengan ¾ gelas minum (kapasitas gelas ini kira-kira 200 cc) (Lucie

Widowati.2003).

7. Meniran

Meniran (Phyllanthus niruri) merupakan tanaman obat gastritis

lainnya .Tanaman ini merupakan tanaman terna yang tumbuh tegak pada tempat

lembab dan berbatu .Tingginya mencapi 50 cm. Daunnya majemuk berseling,

berbentuk bulat telur sampai lonjong dengan ukuran kecil. Daun inilah yang biasa

digunakan sebagai obat. Penggunaannya sebagi obat bisa dilakukan dengan mencuci

lalu merebus ¾ genggam daun meniran dalam 3 gelas makan air bersih. Rebuslah

hingga volume air tinggal ¾ panci. Sesudah dingin saring lalu diminum dengan

madu seperlunya. Minum 3 kali dalam sehari.10

N. Prognosis

Apabila penyebab yang mendasari dari gastritis ini diatasi, maka akan

memberikan prognosis yang baik.. Kebanyakan penderita sembuh dengan terapi

21

Page 22: BAB II

infeksi H. Pylori, menghindari OAINS dan meminum obat anti sekretorus pada

lambung.11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

22

Page 23: BAB II

1.      Gastritis adalah penyakit tidak menular yang disebabkan imflamasi

(pembengkakan) dari mukosa lambung.

2.      Gastritis ada 2 kelompok yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Tetapi

gastritis kronik bukan merupakan lanjutan dari gastritis akut, dan keduanya

tidak saling berhubungan.

3.      Ada banyak factor risiko yang dapat menyebabkan gastritis antara lain, pola

makan yang tidak teratur, jenis makanan yang dapat memicu asam lambung

kopi, teh, rokok, alcohol, stress, obat-obatan, dan usia

4.      Gejala gastritis bermacam-macam, tergantung kepada jenis gastritisnya.

Biasanya penderita gastritis mengalami gangguan pencernaan (indigesti)

dan rasa tidak nyaman di perut sebelah atas.

5.      Pencegahan dari penyakit ini yaitu dengan menghindari semua factor risiko

yang dapat memicu timbulnya penyakit gastritis

6.      Pengobatan dengan memberikan obat yang dapat menetralisir asam

lambung seperti antasida, selain itu selalu perhatikan pola konsumsi

makanan, hindari makanan yang dapat memicu naiknya asam lambung

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jilid I. Jakarta: FKUI.

2. Hirlan. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi Ketiga. Jakarta: EGC.

23

Page 24: BAB II

3. Price, and Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Jakarta : EGC.

4. Novrian, Akmal. 2012. Epidemiologi Gastritis. Makassar. UNHAS.

5. Sylvia Price. 2005. Edisi 6 Vol 1 Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Jakarta: EGC

6. Perry Potter. 2005. Fundamental of Nursing.

7. Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

8. Diane C. Baughman & Joann C. Hackley. 2000. Keperawatan Medikal Bedah.

Jakarta: EGC

9. Yayak F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya Beyer. 2004.

Medical Nutrition Therapy for Upper Gastrointestinal Tract Disorder

10. Widowati, lucie dalam Nur, Mega. 2011. Gastritis dan Pengobaan Tradisional.

Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Jember.

11. LM, Wilson, Dkk.1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – proses Penyakit. Jakarta

: EGC

24