bab ii

13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nyamuk Penular Chikungunya 2.1.1. Klasifikasi Nyamuk Nyamuk yang menjadi vektor penular Chikungunya adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Aedes aegypti yang paling berperan utama (primary vector) dalam penularan Chikungunya karena nyamuk tersebut hidup di dalam dan sekitar tempat tinggal manusia sehingga banyak kontak dengan manusia. Aedes aegypti adalah spesies nyamuk yang hidup di dataran rendah beriklim tropis sampai sub tropis (Anggraeni, 2010). Menurut Richard dan Davis (1977) dalam Soegijanto (2006), kedudukan nyamuk Aedes aegypti dalam klasifikasi hewan adalah sebagai berikut: Filum : Arhropoda Kelas : Insecta Bangsa : Diptera Suku : Culicidae Marga : Aedes Jenis : Aedes aegypti L 2.1.2. Morfologi Nyamuk

Upload: joko-pratama-atmayudha

Post on 19-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan alphavirus yang disebarkan oleh gigitan nyamuk dari spesies Aedes aegypti.

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nyamuk Penular Chikungunya

2.1.1. Klasifikasi Nyamuk

Nyamuk yang menjadi vektor penular Chikungunya adalah nyamuk

Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Aedes aegypti yang paling berperan utama

(primary vector) dalam penularan Chikungunya karena nyamuk tersebut hidup di

dalam dan sekitar tempat tinggal manusia sehingga banyak kontak dengan

manusia. Aedes aegypti adalah spesies nyamuk yang hidup di dataran rendah

beriklim tropis sampai sub tropis (Anggraeni, 2010).

Menurut Richard dan Davis (1977) dalam Soegijanto (2006), kedudukan

nyamuk Aedes aegypti dalam klasifikasi hewan adalah sebagai berikut:

Filum : Arhropoda

Kelas : Insecta

Bangsa: Diptera

Suku : Culicidae

Marga : Aedes

Jenis : Aedes aegypti L

2.1.2. Morfologi Nyamuk

Nyamuk Aedes aegypti berukuran lebih kecil dibandingkan dengan

rata-rata nyamuk lain. Ukuran badan 3 – 4 mm, berwarna hitam dengan hiasan

bintik-bintik putih di badannya dan pada kakinya warna putih melingkar. Nyamuk

dapat hidup berbulan-bulan. Nyamuk jantan tidak menggigit manusia, ia makan

buah. Hanya nyamuk betina yang menggigit yang diperlukan untuk membuat

telur. Telur nyamuk Aedes aegypti diletakkan induknya menyebar berbeda dengan

telur nyamuk lain yang dikeluarkan berkelompok. Nyamuk bertelur di air bersih.

Telur menjadi pupa beberapa minggu. Nyamuk Aedes aegypti bila terbang hampir

tidak berbunyi sehingga manusia yang diserang tidak mengetahui kehadirannya,

menyerang dari bawah atau dari belakang dan terbang sangat cepat. Telur nyamuk

Page 2: BAB II

Aedes aegypti dapat bertahan lama dalam kekeringan. Nyamuk Aedes aegypti

dapat tahan dalam suhu panas dan kelembaban tinggi (Widoyono, 2008).

2.1.3. Siklus Hidup Nyamuk

Siklus hidup nyamuk adalah proses perkembangbiakan dan pertumbuhan

nyamuk mulai dari telur, jentik, kepompong sampai dengan dewasa. Siklus hidup

nyamuk dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti/Aedes albopictus

Sumber : Anggraeni, 2010

a. Telur

Menurut Anggraeni (2010), nyamuk Aedes aegypti meletakkan telur pada

permukaan air yang bersih atau menempel pada dinding tempat penampung air

secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dengan panjang 0,50 mm.

Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan dalam

keadaan kering. Jika terendam air, telur dapat menetas menjadi jentik. Telur

menetas dalam 1 sampai 2 hari.

b. Jentik

Pada jentik sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya.

Kondisi jentik saat berkembang dapat memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang

dihasilkan. Sebagai contoh, populasi jentik yang meledak sehingga kurang

ketersediaan makanannya akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung

Page 3: BAB II

lebih rakus dalam menghisap darah. Ada 4 (empat) instar atau tahapan

perkembangan jentik tersebut yaitu: Instar I berukuran paling kecil yaitu 1 – 2

mm; 2) Instar II 2,5 – 3,8 mm; 3) Instar III berukuran besar sedikit dari larva

instar II; 4) Instar IV berukuran paling besar 5 mm. Setelah mencapai instar ke-4,

jentik berubah menjadi pupa dalam 5 sampai 7 hari.

c. Pupa

Pupa berbentuk seperti „koma‟. Bentuknya lebih besar namun lebih

ramping dibanding jentiknya. Pupa berukuran lebih kecil jika dibandingkan

dengan rata-rata pupa nyamuk lain. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya

nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk

dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi

lingkungan tidak mendukung.

d. Nyamuk dewasa

Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata

nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada

bagian badan dan kaki. Sesaat setelah menjadi dewasa, nyamuk akan segera kawin

dan nyamuk betina yang telah dibuahi akan mencari makan dalam waktu 24

sampai 36 jam. Darah merupakan sumber protein terpenting untuk pematangan

telur (Depkes, 2005).

2.2 Chikungunya

2.2.1 Defenisi Chikungunya

Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan alphavirus

yang disebarkan oleh gigitan nyamuk dari spesies Aedes aegypti. Namanya

berasal dari sebuah kata dalam bahasa Swahili yang berarti “yang melengkung ke

atas” merujuk kepada tubuh yang membungkuk akibat gejala-gejala arthritis

(Anies, 2006).

Chikungunya adalah penyakit mirip demam dengue yang disebabkan oleh

virus Chikungunya dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

africanus. Chikungunya dalam bahasa Swahili berarti kejang urat. Istilah lain

penyakit ini adalah dengue, dyenge, abu rokap dan demam tiga hari. Penyakit ini

Page 4: BAB II

ditandai dengan demam, mialgia atau artralgia, ruam kulit, leukopenia dan

imfadenopati karena vektornya nyamuk maka Chikungunya tergolong arthropod-

borne disease yaitu penyakit yang disebabkan oleh artropoda (Widoyono, 2008).

Menurut Soedarto (2009), Chikungunya adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh virus Chikungunya yang menimbulkan gejala mirip demam

dengue tetapi jarang menyebabkan pendarahan. Penderita mengeluh nyeri hebat

pada tulang-tulangnya (break-bone fever) sehingga penyakit ini dikenal sebagai

flu tulang. Chikungunya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti vektor utama dan

Aedes albopictus vektor potensial. Chikungunya adalah penyakit yang mirip

dengan Dengue hemorrhagic fever. Penyakit ini diidentifikasi dengan timbulnya

panas yang disertai arthritis (radang sendi) yang terjadi pertama pada pergelangan

tangan, lutut, pergelangan kaki dan sendi kecil pada ekstremitas yang berlangsung

selama beberapa hari sampai bulanan (Sarudji, 2010).

2.2.2. Etiologi dan Patogenesis

Virus Chikungunya adalah virus yang termasuk dalam genus virus alfa

dari family Togaviridae. Virus ini berbentuk sferis dengan ukuran diameter sekitar

42 nm. Virus Chikungunya bersama dengan virus O’nyong-nyong dari genus

virus alfa dan virus penyebab penyakit „Demam Nil Barat‟ dari genus virus flavi

menyebabkan gejala penyakit mirip dengue. Sebelum menyerang manusia 200 –

300 tahun yang lalu, virus ini telah menyerang primata di hutan dan padang

Savana di Afrika. Hewan primata yang sering terjangkit adalah baboon (Papio sp)

dan Cercopithecus sp. Siklus di hutan diantara satwa primata dilakukan oleh

Aedes sp (Widoyono, 2008).

Menurut Soedarto (2009), virus penyebab Chikungunya termasuk

kelompok virus RNA yang mempunyai selubung merupakan anggota grup A

arbovirus, yaitu alphavirus dari Togaviridae. Dengan mikroskop elektron virus ini

menunjukkan bentuk virion yang sferis dan kasar atau berbentuk polygonal

dengan garis tengah 40 – 45 nm dan inti yang berdiameter 25 – 30 nm.

Penyebaran virus Chikungunya tersebar luas di Afrika, Asia Selatan dan

Asia Tenggara. Vektor utama penular Chikungunya adalah nyamuk Aedes

aegypti,

Page 5: BAB II

sedangkan sumber penularan adalah manusia dan primata.

2.2.3. Gejala Klinis

Masa inkubasi 3 – 5 hari. Permulaan penyakit biasanya; tiba-tiba timbul

panas tinggi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri persendian dan timbul bercak

pendarahan (rash). Nyeri sendi pada penderita dewasa umumnya lebih berat

daripada anak-anak. Sendi bekas trauma lebih mudah diserang. Sendi yang

diserang Chikungunya, bengkak dan nyeri bila ditekan. Tanda-tanda peradangan

sendi lain biasanya tidak ditemukan. Rash kulit biasa ditemukan pada permulaan

sakit tetapi biasa juga timbul beberapa hari kemudian. Rash seringnya ditemukan

pada badan dan anggota Limpa dan Liver biasanya tidak teraba (Yatim, 2007).

Demam Chikungunya atau flu tulang (break-bone fever) mempunyai

gejala dan keluhan penderita mirip demam dengue, namun lebih ringan dan jarang

menimbulkan pendarahan. Keluhan utama yang dialami penderita adalah

arthralgia yang merasakan nyeri pada tulang-tulang. Selain itu pembuluh

konjungtiva mata penderita tampak nyata dan disertai demam mendadak selama 2

– 3 hari. Pemeriksaan serum penderita pada uji hemaglutinasi inhibisi atau uji

netralisasi menunjukkan tingginya titer antibodi terhadap virus Chikungunya

(Soedarto, 2009).

Menurut Widoyono (2008), masa inkubasi Chikungunya adalah 1 – 6 hari.

Gejala penyakit diawali dengan demam mendadak kemudian diikuti munculnya

ruam kulit dan limfadenopati, artralgia, mialgia atau arthritis yang merupakan

tanda dan gejala khas Chikungunya. Penderita dapat mengeluhkan nyeri atau ngilu

bila berjalan kaki karena serangan pada sendi-sendi kaki. Dibandingkan dengan

DBD, gejala Chikungunya muncul lebih dini. Perdarahan jarang terjadi, diagnosis

ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan laboratorium yaitu adanya antibodi

IgM dan IgG dalam darah.

2.2.4. Cara Penularan

Penularan Chikungunya dapat terjadi bila penderita yang mengandung

virus Chikungunya digigit nyamuk penular maka virus dalam darah akan ikut

terisap masuk dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak

Page 6: BAB II

diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk didalam kelenjar liurnya.

Kira-kira 1 minggu setelah menghisap darah penderita (extrinsic incubation

period), nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini akan

tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya sehingga selain menjadi

vektor juga menjadi reservoir dari virus Chikungunya (Depkes, 2001).

Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk),

sebelum nyamuk menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat

tusuknya (proboscis) agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur

inilah virus Chikungunya dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Seseorang yang

telah terinfeksi oleh virus Chikungunya melalui gigitan nyamuk akan mengalami

masa inkubasi selama 2 – 12 hari tetapi umumnya 3 – 7 hari, selama masa

inkubasi ini virus berada di dalam darah yang disebut dengan fase akut/viremia (5

– 7 hari). Penderita yang dalam masa viremia inilah yang dapat menularkan

Chikungunya ke orang lain selama terdapat vektor penular penyakit (Depkes,

2001).

Faktor-faktor yang memegang peranan dalam penularan infeksi virus

Chikungunya yaitu manusia, vektor perantara dan lingkungan. Virus Chikungunya

ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

albopictus, nyamuk lain mungkin bisa berperan sebagai vektor namun perlu

penelitian lebih lanjut. Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus tersebut

dapat mengandung virus Chikungunya pada saat menggigit manusia yang sedang

mengalami viremia yaitu 2 hari sebelum demam sampai 5 hari setelah demam

timbul kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembangbiak dalam waktu

8 – 10 hari (extrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit

(Depkes, 2001).

2.2.5. Diagnosis dan Diagnosa Banding

Diagnosis Chikungunya ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan laboratorium. Dari anamnesis ditemukan keluhan demam,

nyeri sendi, nyeri otot, sakit kepala, rasa lemah, mual, muntah, fotofobia serta

daerah tempat tinggal penderita yang berisiko terkena Chikungunya. Pada

pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya ruam makulopapuler, limfadenopati

Page 7: BAB II

servikal dan injeksi konjungtiva. Pada pemeriksaan hitung lekosit, beberapa

penderita mengalami lekopenia dengan limfositosis relatif. Jumlah trombosit

dapat menurun sedang dan laju endap darah akan meningkat. C-reactive protein

positif pada kasus-kasus akut (Eppy, 2010).

Berbagai pemeriksaan laboratorium tersedia untuk membantu menegakkan

diagnosis seperti isolasi virus dari darah, tes serologi klasik seperti uji hambatan

aglutinasi/HI, complement fixation/CF dan serum netralisasi; tes serologi modern

dengan teknik IgM capture ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay); teknik

super modern dengan pemeriksaan PCR serta teknik yang paling baru dengan

RT-PCR (2002). Dengan menggunakan tes serologi klasik diagnosis sangat

tergantung pada penemuan peningkatan titer antibodi sesudah sakit. Biasanya

pada serum yang diambil saat hari ke-5 demam tidak ditemukan antibodi HI, CF

ataupun netralisasi. Antibodi netralisasi dan HI baru ditemukan pada serum yang

diambil saat 2 minggu atau lebih sesudah serangan panas timbul. Diagnosis yang

akurat dapat diperoleh dari serum yang sudah diambil sesudah sakit dengan

metode IgM capture ELISA. Isolasi virus dapat dibuat dengan menyuntikkan

serum akut dari kasus tersangka pada mencit atau kultur jaringan. Diagnosis pasti

adanya infeksi virus Chikungunya ditegakkan bila didapatkan salah satu hal antara

lain: 1) Peningkatan titer antibodi 4 kali lipat pada uji hambatan aglutinasi (HI); 2)

Virus Chikungunya (CHIK) pada isolasi virus; 3) IgM capture ELISA.

Viral arthropaty dapat diketahui dan dijumpai pada beberapa infeksi virus

seperti dengue, Mayora (Mayora fever, Uruma fever), Ross River, Sindbiss

(Ockelbo), Baermah forest dan O`nyong-nyong serta penyakit virus lainnya

(penyakit pogosta, demam karelian). Infeksi virus tersebut merupakan diagnosis

banding dari penyakit Chikungunya. Diagnosis banding Chikungunya yang paling

mendekati adalah demam dengue atau demam berdarah dengue (Soegijanto,

2004).

2.2.6. Pengobatan

Chikungunya pada dasarnya bersifat self limiting disease artinya penyakit

yang dapat sembuh dengan sendirinya. Hingga saat ini, belum ada vaksin maupun

obat khusus untuk Chikungunya, oleh karenanya pengobatan ditujukan untuk

Page 8: BAB II

mengatasi gejala yang mengganggu (simtomatis). Obat-obatan yang dapat

digunakan adalah obat antipiretik, analgetik (non-aspirin analgetik; non steroid

anti inflamasi drug parasetamol, antalgin, natrium diklofenak, piroksikam,

ibuprofen, obat anti mual dan muntah adalah dimenhidramin atau

metoklopramid). Aspirin dan steroid harus dihindari. Terapi lain disesuaikan

dengan gejala yang dirasakan (Soedarto, 2007).

Bagi penderita dianjurkan untuk makan makanan yang bergizi, cukup

karbohidrat terutama protein serta minum sebanyak mungkin. Memperbanyak

konsumsi buah-buahan segar, sebaiknya minum jus buah segar. Vitamin

peningkat daya tahan tubuh dapat bermanfaat untuk menghadapi penyakit ini.

Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak protein dan karbohidrat

juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang baik dan istirahat

cukup bisa membuat rasa ngilu pada persendian cepat hilang. Disarankan juga

minum banyak air putih untuk menghilangkan gejala demam (Anies, 2006).