bab ii

42
BAB II KEPEMIMPINAN A. Definisi Kepemimpinan Kepemimpinan diadopsi dari bahasa Inggris yaitu leadership. Leadership berasal dari akar kata to lead yaitu berupa kata kerja yang berarti memimpin. Menurut Sulistiyani AT (2008) kepemimpinan juga merupakan the capacity to be a leader yaitu lebih mempermasalahkan kapasitas seseorang untuk menjadi pemimpin dan setara dengan kemampuan untuk memimpin (ability to lead). Stephen Robbins, misalnya mendefinisikan kepemimpinan sebagai ... the ability to influence a group toward the achievement of goals. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai serangkaian tujuan. Kata “kemampuan”, “pengaruh” dan “kelompok” adalah konsep kunci dari definisi Robbins. Laurie J. Mullins, menyebutkan kepemimpinan adalah “ ... a relationship through which one person influences the behaviour or actions of other people.” Definisi Mullins menekankan pada konsep “hubungan” yang melaluinya seseorang mempengaruhi perilaku atau tindakan orang lain. Kepemimpinan dalam definisi yang demikian dapat berlaku baik di organisasi formal, informal, ataupun non formal. Asalkan terbentuk kelompok, maka kepemimpinan hadir guna mengarahkan kelompok tersebut. Sedangkan menurut Ordway Tead dalam Kartono

Upload: amille-rossalina

Post on 28-Nov-2015

58 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tugas Prof. syamsul hadi

TRANSCRIPT

BAB II

KEPEMIMPINAN

A. Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan diadopsi dari bahasa Inggris yaitu leadership.

Leadership berasal dari akar kata to lead yaitu berupa kata kerja yang berarti

memimpin. Menurut Sulistiyani AT (2008) kepemimpinan juga merupakan the

capacity to be a leader yaitu lebih mempermasalahkan kapasitas seseorang

untuk menjadi pemimpin dan setara dengan kemampuan untuk memimpin

(ability to lead). Stephen Robbins, misalnya mendefinisikan kepemimpinan

sebagai “ ... the ability to influence a group toward the achievement of goals.

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna

mencapai serangkaian tujuan. Kata “kemampuan”, “pengaruh” dan

“kelompok” adalah konsep kunci dari definisi Robbins.

Laurie J. Mullins, menyebutkan kepemimpinan adalah “ ... a

relationship through which one person influences the behaviour or actions of

other people.” Definisi Mullins menekankan pada konsep “hubungan” yang

melaluinya seseorang mempengaruhi perilaku atau tindakan orang lain.

Kepemimpinan dalam definisi yang demikian dapat berlaku baik di organisasi

formal, informal, ataupun non formal. Asalkan terbentuk kelompok, maka

kepemimpinan hadir guna mengarahkan kelompok tersebut. Sedangkan

menurut Ordway Tead dalam Kartono (2005), kepemimpinan adalah kegiatan

mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan

kelompok tertentu.

Kartono (2005) menyatakan bahwa pemimpin adalah seorang pribadi

yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan

dibidang tertentu, sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk

bersama-sama melakukan aktivitas–aktivitas tertentu, demi pencapaian satu

atau beberapa tujuan. Sedangkan menurut Sulistiyani AT (2008) pemimpin

adalah orang yang menjalankan kepemimpinan atau dapat dimengerti sebagai a

person who leads others a long way guidance. Sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa pemimpin atau leader adalah pribadi yang memiliki

kecakapan khusus, dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat

mempengaruhi kelompok atau organisasi yang dipimpinnya, untuk melakukan

usaha bersama-sama yang mengarah pada pencapaian sasaran tertentu.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan

merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, mengarahkan

perilaku baik kepada bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau

keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk

mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

Kepemimpinan mempunyai makna yang beragam. Para peneliti

umumnya mendefinisikan kepemimpinan berdasarkan perspektifnya dan

dimensi yang akan diteliti yang menarik perhatiannya. Stogdill (Yukl, 2006)

menyimpulkan bahwa banyaknya definisi kepemimpinan sama dengan jumlah

orang yang mendefinisikan konsep ini. Daft (2005) memperjelas bahwa

konsep kepemimpinan akan berevolusi secara kontinyu. Kepemimpinan

kemudian didefinisikan berdasarkan ciri-ciri, perilaku, pengaruh, pola

interaksi, hubungan peran, dan posisi jabatan adminstratif. (Yukl, 2006).

Berdasarkan berbagai definisi yang telah dibuat, secara umum makna

kepemimpinan dapat diambil inti sarinya sebagai kemampuan dan proses

mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan (Robbins, 2003; Daft,

2005; Yukl, 2006 ).

Menurut Obiwuru TC,dkk (2011) kepemimpinan memiliki dua teori

dasar yang sangat penting, yaitu teori transaksional dan teori transformasional.

Kepemimpinan transaksional didasarkan pada adanya pertukaran

konvensional antara pemimpin dan pengikutnya. Hal ini berarti bahwa

pengikut mendapatkan ganjaran dari kepatuhannya yang berupa usaha,

produktivitas, dan loyalitas, dipertukarkan untuk mendapatkan hadiah yang

diharapkan. Sedangkan pemimpin transformasional merupakan kepemimpinan

yang luar biasa karena sangat berperan dalam meningkatkan tingkat kesadaran

pengikutnya tentang pentingnya suatu proses untuk mencapai tujuan, cara

mencapainya, dan bagaimana cara mereka untuk menikmati hasil yang

diperoleh sehingga memotivasi mereka untuk selalu memberikan hasil yang

terbaik untuk kepentingan pribadi, organisasi, maupun masyarakat.

B. Syarat- syarat Menjadi Pemimpin

Kepemimpinan dapat berjalan dengan lancar dan berhasil apabila

didukung oleh kemampuan dari pemimpin itu sendiri. Kemampuan

merupakan modal utama yang perlu dipupuk dan dikembangkan dari waktu ke

waktu. Menurut Sulistiyani AT (2008) modal utama tersebut meliputi :

a. Ability (kemampuan), merupakan background yang dimiliki oleh

pemimpin mengenai tingkat kemampuan yang meliputi pengetahuan,

keahlian, dan ketrampilan baik yang diperoleh secara formal, non formal,

maupun yang bersumber dari pengalaman pribadi yang bermanfaat bagi

kepemimpinannya.

b. Capability (kesanggupan), merupakan kondisi mental psikologis seorang

pemimpin yang mencerminkan kemantapan dan kesanggupan penuh untuk

memikul segala konsekuensi jabatan dan kepemimpinannya.

c. Personality (kepribadian), merupakan pancaran dari karakter pemimpin itu

sendiri, yang menyangkut sifat atau watak yang menyangkut pada dirinya.

Kepribadian dapat terbentuk dari sifat-sifat genetis maupun lingkungan

pendidikan. Sifat genetis merupakan bawaan sejak lahir atau keturunan,

sedangkan watak terbentuk melalui pendidikan berasal dari lingkungan

keluarga, pendidikan masyarakat, maupun secara formal di bangku

sekolah.

Ada tiga hal penting dalam konsepsi kepemimpinan antara lain:

a. Kekuasaan

Kekuasaaan adalah otorisasi dan legalitas yang memberikan wewenang

kepada pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan

untuk berbuat sesuatu dalam rangka penyelesaian tugas tertentu.

b. Kewibawaan

Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga

pemimpin mampu mengatur orang lain dan patuh padanya.

c. Kemampuan

Kemampuan adalah sumber daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan

secara teknis maupun sosial, yang melebihi dari anggota biasa.

Teori kepemimpinan umumnya dapat dikaji melalui lima pendekatan,

yaitu pendekatan ciri sifat (trait aprroach), perilaku (behavior approach),

kekuatan pengaruh (power-influence approach), situasional (situational

approach), dan pendekatan integratif (integrative approach).

a. Teori Sifat

Teori sifat ini mencoba memaparkan pemimpin dan kepemimpinan

dilihat dari sifat-sifat yang ada atau melekat pada diri seseorang. Dengan

kata lain, seseorang yang mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri sebagaimana

yang dimaksudkan dalam pendekatan teori sifat ini, dapat dikatakan pantas

dan layak disebut sebagai pemimpin. Aktivitasnya dalam melaksanakan

tugasnya sebagai pemimpin (melaksanakan kepemimpinan) dengan

sendirinya akan lekat dan terkait sekali dengan sifat-sifat yang dimilikinya.

Secara umum hasil penelitian yang telah ada memberikan suatu

kesimpulan bahwa sifat-sifat seorang pemimpin itu adalah sebagai

berikut :

1) Mempunyai dorongan yang kuat untuk bertanggung jawab atas tugas

yang dipercayakan kepadanya.

2) Teguh mempertahankan pekerjaan untuk memenuhi tujuan.

3) Mempunyai dorongan yang kuat untuk menguji beragam inisiatifnya

dalam situasi sosial.

4) Percaya diri dan mempunyai perhatian yang penuh terhadap identitas

pribadi anggota.

5) Dapat menerima pelbagai keputusan dan tindakan yang bahkan tidak

menguntungkan dirinya.

6) Dapat membawa dan menyerap semua hasrat dan keinginan anggota.

7) Dapat bersikap toleran terhadap kegagalan dan frustasi.

8) Mampu mempengaruhi perilaku anggota, mampu beradaptasi dengan

struktur sosial, serta sistem interaksi.

Menurut teori sifat, bakat seseorang yang pantas dan layak menjadi

seorang pemimpin adalah mereka yang mempunyai sifat yang dibawa

sejak dari kecil. Dengan kata lain, pemimpin di sini dilahirkan bukan

dipelajari atau diajarkan. Pandangan tentang siapa yang dapat menjadi

pemimpin, menurut pendekatan teori sifat ini adalah mereka yang

mempunyai sifat-sifat sebagaimana dijelaskan diatas, antara lain cerdas,

kekurangan pada pendekatan teori sifat tentang siapa pemimpin dan

kepemimpinan ini adalah (teori ini) tidak mampu menjelaskan bahwa ada

orang-orang yang lebih cerdas dibanding pemimpin, tetapi tidak menjadi

pemimpin.

b. Teori Tingkah Laku

Pembicaraan masalah kepemimpinan dilihat dari pendekatan tingkah-

laku ini sudah banyak dilakukan oleh para ahli, antara lain seperti apa yang

dilakukan oleh Warren A. Schmidt yang memandang bahwa

kepemimpinan ini sebagai suatu yang kontinum. Artinya, kepemimpinan

itumerupakan perpaduan antara situasi dengan gaya, antara kepribadian

pemimpin itu sendiri dengan struktur tugas yang diberikan kepadanya.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pendekatan kepemimpinan

menurut teori singkah laku adalah pemimpin itu tidak akan bertindak atau

berkelakuan yang sama atau identik dalam setiap institusi atau lembaga

yang dipimpinnya. Artinya, sangat mungkin bahwa pemimpin yang sudah

cukup berpengalaman memimpin lembaga pendidikan, tidak akan bisa

bertindak yang sama sebagaimana ia memimpin pada lembaga atau

organisasi yang telah atau pernah dipimpinnya.

Menurut Stogdill ada tujuh perilaku pemimpin yang disukai, yakni

pemimpin yang:

1) menampilkan diri sebagai seorang yang miliki spesialisasi atau

keahlian dan teknik tertentu,

2) mengetahui anggotanya dan memperlihatkan pelbagai pertimbangan

terhadap mereka,

3) tahu kapanmelakukan komunikasi tertutup dan terbuka,

4) memiliki pribadi bertanggung jawab dan tahu situasi,

5) berinisiatif dan aktif langsung pada kegiatan,

6) dapat melatih anggota dalam sebuah tim, dan

7) mampu membuat keputusan.

c. Teori Situasional

Berbeda dengan teori-teori sebelumnya, kepemimpinan dilihat dari

teori situasional ini beranggapan bahwa jenis tindakan atau kebijakan apa

yang perlu dilakukan atau di ambil dalam rangka mencapai tujuan

organisasi perlu dilihat bagaimana kondisi bawahan atau anggota. Pada

situasi bawahan itu masihbelum tahu banyak dan pengalamannya masih

kurang, maka pemimpin dapat menerapkan pola pertama, yaitu

menekankan pelaksanaan tugas yang tinggi, sedangkan hubungan dengan

anggota dibatasi.

Dalam kondisi sebagaimana di atas, pemimpin perlu memberikan

penjelasan tentang tugas yangharus dikerjakan oleh anggota secara jelas,

terperinci, dan mudah dipahami. Jika hal ini tidak dilakukan (artinya

pemimpin membiarkan anggotanya untuk bekerja sendiri tanpa adanya

penjelasan tugas) maka tindakan yang dilakukan oleh anggota tidak bisa

terarah dan cenderung keluar dari tujuan yang telah ditetapkan. Tindakan

pemimpin yang seperti ini jelas membuang-buang tenaga, waktu, dan

biaya yang ada.

Apabila situasi atau kondisi anggota dalam keadaan cukup baik, sudah

terbiasa bekerja dalam organisasi, pemimpin masih tetap perlu

memberikan arahan kepada anggota tentang pekerjaan yangmenjadi

tanggung jawabnya. Hanya saja pemimpin perlu membangun hubungan

manusiawi yang lebih baik, dengan memberikan dorongan atau motivasi

kepadanya untuk bekerja dengan baik, teliti, dan tekun (misalnya dengan

memberi pujian atas hasil kerjanya atau sapaan setiap saat).

Lebih jauh Drucker dalam Fandy Tjiptono menjelaskan bahwa

pemimpin dalam suatu organisasimempunyai karakterikstik sebagai

berikut:

1) Menentukan dan mengungkapkan misi organisasi secara jelas.

2) Menetapkan tujuan, prioritas, dan standar

3) Kepemimpinan dipandang sebagai tanggung jawab daripada suatu hak

istimewa atau kedudukan

4) Dapat memberikan kontribusi kepada organisasi

5) Memperoleh kepercayaan, respek dan integritas.

Dari beberapa uraian di atas, dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa,

faktor yang turut berpengaruh terhadap efektivitas kinerja kepemimpinan

meliputi:

1) Kemampuan memotivasi atau menggerakkan bawahan

2) Kemampuan melaksanakan komunikasi secara efektif

3) Kemampuan dalam mengambil keputusan dan pembuatan pedoman

kerja

4) Kemampuan dalam menghadapi suatu konflik yang muncul

5) Kemampuan melaksanakan supervisi dan kontrol

6) Kemampuan dalam menciptakan suasana yang humanis dan kondusif

Lebih jauh Winardi menyatakan bahwa sifat-sifat yang harus dimiliki

oleh seorang pemimpin adalah sebagai berikut.

1) Intelegensi

Tingkat intelegensi individu memberikan petunjuk tentang

kemungkinan-kemungkinan baginya untuk berhasil sebagai

pemimpin.

2) Inisiatif

Kemampuan inisiatif yang perlu dimiliki oleh pemimpin ini adalah :

a) kemampuan untuk bertindak sendiri dan mengatur tindakan-

tindakan,

b) kemampuan untuk “melihat” arah tindakan yang tidak“terlihat”

oleh pihak lain.

3) Energi atau rangsangan

Seseorang yang mempunyai energi banyak, kuat, dan sehat dianggap

dapat menjadi pemimpinkarena ia akan lebih bersemangat dan

berkemampuan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4) Kedewasaan emosional

Sifat kedewasaan yang dimiliki oleh seseorang berupa; dapat

diandalkan (dependability), persistensi,dan objektivitas merupakan

sifat yang layak dimiliki oleh calon pemimpin. Ia bersedia untuk

bekerja lama dan menyebarluaskan sikap antusiasme diantara para

pengikutnya. Ia juga mengetahui apa yang ingin dicapainya hari ini,

tahun depan atau 5 tahun yang akan datang.

5) Persuasif

Sifat pandai melakukan persuasif ini diperlukan bagi pemimpin dalam

rangka mendapatkan persetujuan dengan anggota yang dipimpinnya.

6) Skill komunikatif

Seorang yang mempunyai kepandaian dan kecakapan dalam berbicara

dan menulis dengan tegasdan jelas dipandang mampu untuk

mengemukakan pendapat, ide, dan gagasan kepada orang lain.

7) Kepercayaan pada diri sendiri

Sifat ini dapat dinyatakan sebagai suatu kepercayaan dalam

kepemimpinannya. Pemimpin yang cukup matang dan tidak memiliki

sifat anti sosial dipandang mampu menghadapi segala tantangan

karena sikap percaya diri yang dimilikinya.

8) Perseptif

Sifat ini berhubungan dengan kemampuannya untuk mendalami ciri-

ciri dan kelakuan orang-orang lain, terutama bawahannya. Hal ini juga

mencakup kemampuannya dalam memproyeksikan diri sendiri secara

mental dan emosional ke dalam posisi orang lain.

9) Kreativitas

Sifat ini berupa kemampuan untuk bersifat orisinal, memikirkan

dengan cara-cara baru.

Sementara itu, syarat untuk menjadi pemimpin pendidikan adalah sebagai

berikut.

1) Berwatak yang baik.

2) Intelegensi yang tinggi.

3) Kesiapan lahir dan batin.

4) Sadar pada tanggung jawab.

5) Mempunyai sifat-sifat kepemimpinan yang menonjol.

6) Membimbing dirinya dengan asas dan prinsip kepemimpinan.

7) Melaksanakan kegiatan-kegiatan dan perintah-perintah dengan penuh

tanggung jawab serta mampu membimbing anak buahnya dengan baik

dan menggemblengnya menjadi satu kesatuan yang efektif.

8) Mengenal anak buahnya, memahami sepenuhnya pada sifat dan

tingkah-laku masing-masing dalam segala macam keadaan, suasana,

dan pengaruh.

9) Paham pada cara bagaimana seharusnya mengukur dan menilai

kepemimpinannya

Sifat-sifat sebagaimana di atas secara umum dapat dikatakan sebagai

sifat yang terkait dengan dirinya sendiri. Sifat lain yang juga penting dimiliki

oleh pemimpin pendidikan berkaitan dengan interaksinya dengan bawahannya

(dalam rangka menggerakkan dan memotivasi mereka untuk mau dan mampu

bekerja dengan baik) adalah sebagai berikut :

a) Memiliki intelegensi atau kecerdasan yang cukup baik.

b) Percaya pada diri sendiri.

c) Mampu berintegrasi dengan personil yang dipimpinnya atau memiliki sifat

membership.

d) Cakap bergaul dan ramah-tamah.

e) Kreatif, penuh inisiatif, dan memiliki kemauan untuk maju dan

berkembang menjadi lebih baik.

f) Berpengaruh dan mampu mewujudkan hubungan manusiawi yang

berwibawa sebagai organisatoris.

g) Memiliki pengetahuan, keahlian, dan keterampilan dalam bidang

administrasi dan pendidikan.

h) Suka menolong memberi petunjuk dan dapat menghukum secara

konsekuen dan bijaksana.

Selanjutnya Collons di dalam A.Dale Tempe (1993) berpendapat bahwa

sifat yang harus dimiliki pemimpin agar kepemimpinannya dapat

mengefektifkan organisasi adalah :

a) Kelancaran berbicara

b) Kemampuan memecahkan masalah

c) Pandangan kedalam masalah kelompok (organisasi)

d) Keluwesan

e) Kecerdasan

f) Kesediaan menerima tanggung jawab

g) Keterampilan sosial

h) Kesadaran akan diri sendiri dan lingkungannya

Pendapat lain dari Bennis di dalam Hersey dan Blanchar (1998) seperti

tersebut diatas menambahkan ada empat sifat umum yang harus dimiliki oleh

seorang pemimpin, terdiri dari :

1) Management of Attention

Kemampuan mengkomunikasikan tujuan atau arah yang dapat menarik

perhatian anggota organisasi.

2) Management of Meaning

Kemampuan menciptakan dan mengkomunikasikan makna tujuan secara

jelas dan dapat dipakai.

3) Management of Trust

Kemampuan untuk dipercaya dan konsisten sehingga orang-orang akan

memperhatikannya.

4) Management of Self

Kemampuan mengetahui/menguasai/mengendalikan diri sendiri dalam

batas kekuatan dan kelemahan diri.

Terakhir dengan tidak bermaksud mengurangi makna ajaran agama lain

tentang kepemimpinan ternyata di dalam agama Islam teori sifat atau cirri

kepribadian telah dikemukakan pada 15 abad yang lalu. Teori sifat dinyatakan

dalam kepribadian Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul dan

pemimpin yang patut diteladani oleh umatnya. Karakteristik yang dimaksud

adalah :

1) Siddiq (Benar)

Pemimpin selalu berkata, bersikap, berbuat/berperilaku benar, berpihak

pada kebenaran dan membela kebenaran.

2) Tabligh (Menyampaikan)

Mengkomunikasikan dan menyampaikan semua informasi yang perlu dan

harus diketahui umatnya tanpa ditutup-tutupi atau disembunyikan.

3) Amanah (Terpercaya)

Dapat dipercaya, mampu memelihara kepercayaan rahasia orang lain, tidak

menyembunyikan atau mengurangi segala sesuatu yang harus disampaikan

kepada umatnya.

4) Fatanah (Cerdas/Pandai)

Mampu memahami segala sesuatu secara bijaksana dan adil.

Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai syarat-

syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, akan tetapi beberapa

di antaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :

a) Pendidikan umum yang luas.

b) Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang genoralist yang baik juga.

c) Kemampuan berkembang secara mental

d) Ingin tahu

e) Kemampuan analistis

f) Memiliki daya ingat yang kuat

g) Mempunyai kapasitas integratif

h) Keterampilan berkomunikasi

i) Keterampilan mendidik

j) Personalitas dan objektivitas

k) Pragmatismo

l) Mempunyai naluri untuk prioritas

m) Sederhana

n) Berani

o) Tegas dan sebagainya.

C. Bagaimana Menjadi Pemimpin yang Sukses, Efektif dan Efisien

Seorang pemimpin yang baik senantiasa dihadapkan kepada

permasalahan yang kompleks sebagai konsekuensi logis dari dinamika

kehidupan organisasi. Seorang pemimpin disamping memimpin pelaksanaan

pekerjaan dan memegang sumber-sumber material yang tersedia juga

mempunyai tugas lain yaitu memimpin orang-orang atau bawahan yang

mempunyai perilaku individu yang berbeda satu sama lainnya. Dalam hal ini

menjadi tugas utama seorang pemimpin utnuk membina dan mengarahkan

bawahan, sehingga dalam dirinya akan tumbuh dan berkembang perilaku

organisasi sebagai arah dan landasan berpikir dan bertindak dalam setiap

melaksanakan tugas pekerjaannya. Berbicara mengenai tugas seorang

pemimpin.

Karena seorang pemimpin bertugas menggerakan orang-orang yang

dipimpinnya, maka sudah barang tentu ia harus memiliki sifat-sifat yang lebih

dari orang-orang yang dipimpinnya. Banyaknya sifat-sifat ideal yang dituntut

bagi seorang pemimpin berbeda-beda menurut bidang kegiatan, jenis atau tipe

kepemimpinan, tingkatan dan bahkan juga latar belakang budaya dan

kebangsaan.

Berikut pendapat beberapa orang tentang cara menjadi pemimpin yang

sukses:

1. Menurut Dann Sugandha (9 : 112) menegaskan bahwa tugas pokok

seorang pemimpin yang disebut trifungsi meliputi :

a. Tugas menilai situasi

Tugas menilai situasi, dimana seorang pemimpin mencoba membuat

analisa keadaan dengan teliti. Ia mengelompokan bahan-bahan

informasi yang diperoleh ke dalam kategori-kategori dan menyusun

beberapa kemungkinan penjelasan dan penyelesaiannya, selanjutnya

menyusun suatu rencana kerja.

b. Tugas menanggapi situasi

Tugas menanggapi situasi, dimana seorang pemimpin dituntut

memilki tingkat kepekaan yang tinggi dan siap setiap saat mengikuti

dan menanggapi permasalahan yang berkaitan dengan

pengembangan kehidupan organisasi melalui upaya mencari dan

mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan.

c. Tugas menentukan sikap tindakan terhadap situasi.

Tugas menentukan sikap atau tindakan terhadap situasi dimana

seseorang pemimpin menentukan sikap atau tindakan yang perlu

diambil dalam berbagai hal alternatif yang telah disesuaikan dan

ditetapkan sebelumnya dan kemudian melaksanakannya secara

konsekuen.

2. Presiden Soeharto yang dikutip oleh A.W Widjadja (10 ; 72)

Apabila dikaitkan dengan falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu

Pancasila, sebagaimana yang diamanatkan bahwa sifat–sifat dan syarat-

syarat yang harus dimiliki oleh sorang pemimpin yang baik adalah :

a. Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, beriman dan bertaqwa kepada- Nya.

b. Ing Ngarso Sung tulodo, ialah ikut bergiat serta menggugah

semangat di tengah-tengah anak buah.

c. Ing Madya Mangun Karso, ialah ikut bergiat serta menggugah

semangat di tengah-tengah anak buah.

d. Tut Wuri Handayani, ialah mempengaruhi dan memberikan

dorongan dari belakang kepada anak buah.

e. Waspada Purba Wisesa, ialah selalu waspada mengawasi serta

sanggup dan berani memberi koreksi terhadap anak buah.

f. Ambeng Parama Arta, ialah dapat memilih dengan tepat mana yang

harus didahulukan.

g. Prasaja, ialah tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-

lebihan.

h. Satya, ialah sikap loyal yang timbal balik dari atasan terhadap

bawahan.

i. Gemi Nastini, ialah kesadaran dan kemampuan untuk membatasi

penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu kepada yang benar-

benar diperlukan.

j. Belaka, ialah kemauan, kerelaan, dan keberanian untuk bertanggung

jawab.

k. Legawa, ialah kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya

menyerahkan tanggung jawab dan kedudukan pada generasi

selanjutnya.

3. Menurut Dr. Roeslan Abdulgani

Seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dalam 3 hal dari orang-

orang yang dipimpinnya :

a. Kelebihan dalam bidang ratio.

Artinya seseorang pemimpin harus memiliki pengetahuan tentang

tujuan dan asas organisasi yang dipimpinnya. Memiliki pengetahuan

tentang cara-cara untuk menjalankan organisasi secara efisien. Dan

dapat memberikan keyakinan kepada orang-orang yang dipimpin ke

arah berhasilnya tujuan.

b. Kelebihan dalam bidang rohaniah.

Artinya seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang

memancarkan keluhuran budi, ketinggian moral, dan kesederhanaan

watak.

c. Kelebihan dalam bidang lahiriah/jasmaniah.

Artinya dengan kelebihan ketahanan jasmaniah ini seorang

pemimpin akan mampu memberikan contoh semangat dan prestasi

kerja sehari-hari yang baik kepada orang-orang yang dipimpin.

4. Menurut Terry

Ia menyebutkan adanya 8 buah syarat yang harus dipenuhi oleh seorang

pemimpin yang baik, yaitu memiliki:

a. Kekuatan atau energy

Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan lahiriah dan rokhaniah

sehingga mampu bekerja keras dan banyak berfikir untuk

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

b. Penguasaan emosional

Seorang pemimpin harus dapat menguasai perasaannya dan tidak

mudah marah dan putus asa.

c. Pengetahuan mengenai hubungan kemanusiaan

Seorang pemimpin harus dapat mengadakan hubungan yang

manusiawi dengan bawahannya dan orang-orang lain, sehingga

mudah mendapatkan bantuan dalam setiap kesulitan yang

dihadapinya.

d. Motivasi dan dorongan pribadi, yang akan mampu menimbulkan

semangat, gairah, dan ketekunan dalam bekerja.

e. Kecakapan berkomunikasi

Kemampuan menyampaikan ide, pendapat serta keinginan dengan

baik kepada orang lain, serta dapat dengan mudah mengambil

intisari pembicaraan.

f. Kecakapan mengajar pemimpin yang baik adalah guru yang mampu

mengajar dan memberikan teladan dan petunjuk-petunjuk,

menerangkan yang belum dengan gambaran jelas serta memperbaiki

yang salah

g. Kecakapan bergaul

Dapat mengetahui sifat dan watak orang lain melalui pergaulan agar

dengan mudah dapat memperoleh kesetiaan dan kepercayaan.

Sebaiknya bawahan juga bersedia bekerja dengan senang hati dan

sukarela untuk mencapai tujuan.

Menjadi seorang pemimipin itu tidak mudah Seorang pemimpin

semestinya memiliki bekal-bekal minimal sebagai berikut:

1. Memiliki Kharisma

Menjadi pemimpin itu tidak mudah. Tidak semudah yang dibayangkan

orang. Ia harus siap secara intelektual dan moral. Karena ia akan menjadi

figur yang diharapkan banyak orang / bawahan. Perilakunya harus

menjadi teladan / patut diteladani. Seorang pemimpin adalah seseorang

yang mempunyai kemampuan diatas kemampuan rata-rata bawahannya.

Singkatnya: seorang pemimipin harus mempunyai karisma. Karakteristik

pemimpin yang punya karisma adalah:

a. Perilakunya terpuji

b. Jujur dan dapat dipercaya

c. Memegang komitmen

d. Konsisten dengan ucapan

e. Memiliki moral agama yang cukup.

2. Memiliki Keberanian

Minimal keberanian berbicara, mengemukakan pendapat, beradu

argumentasi dan berani membela kebenaran. Secara lebih khusus

keberanian itu ditunjukkan dalam komitmen berani membela yang benar,

memegang tegug pada pendirian yang benar, tidak takut gagal, berani

ambil resiko, dan berani bertanggungjawab.

3. Memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain

Salah satu ciri bahwa seseorang memiliki jiwa kepemimpinan adalah

kemampuannya mempengaruhi seseorang untuk mencapai suatu tujuan

tertentu. Dengan kemampuannya berkomunikasi, ia dapat mempengaruhi

orang lain. Adapun cara-cara untuk mempengaruhi orang lain antara lain:

a. Membuat orang lain merasa penting

b. Membantu kesulitan orang lain

c. Mengemukakan wawasan dengan cara pandang yang positif

d. Tidak merendahkan orang lain

e. Memiliki kelebihan atau keahlian.

4. Mampu Membuat Strategi

Seorang pemimpin semestinya identik dengan seorang ahli strategi.

Maju-mundurnya perusahaan, gagal-berhasilnya suatu organisasi, banyak

ditentukan oleh strategi yang dirancang oleh pimpinan perusahaan atau

pimpinan organisasi. Adapun kriteria seorang pemimpin yang mampu

menyusun strategi:

a. Menguasai medan

b. Memiliki wawasan luas

c. Berpikir cerdas

d. Kreatif dan inovatif

e. Mampu melihat masalah secara komprehensif

f. Mampu menyusun skala prioritas

g. Mampu memprediksi masa depan.

5. Memiliki Moral yang Tinggi

Banyak orang berpendapat bahwa moralitas merupakan ukuran

berkualitas atau tidaknya hidup seseorang. Apalagi seorang pemimpin

yang akan menjadi panutan. Seorang pemimpin adalah seorang panutan

yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan. Tanda-tanda seorang

pemimpin yang bermoral tinggi:

a. Tidak menyakiti orang lain

b. Menghargai siapa saja

c. Bersikap santun

d. Tidak suka konflik

e. Tidak gegabah

f. Tidak mau memiliki yang bukan haknya

g. Perkataannya terkendali dan penuh perhitungan

h. Perilakunya mampu dijadikan contoh.

6. Mampu menjadi Mediator

Seorang pemimpin yang bijak mampu bertindak adil dan berpikir

obyektif. Dua hal tersebut akan menunjang tugas pimpinan untuk

menjadi seorang mediator. Syarat seorang mediator meliputi beberapa

kriteria:

a. Berpikir positif

b. Setiap ada masalah selalu berada di tengah

c. Memiliki kemampuan melobi

d. Mampu mendudukkan masalah secara proporsional

e. Mampu membedakan kepentingan pribadi dan kepentingan umum.

7. Mampu menjadi Motivator

Hubungan seorang pemimpin dengan motivasi yaitu seorang pemimpin

adalah sekaligus seorang motivator. Demikianlah memang seharusnya.

Pimpinan adalah titik sentral dan titik awal sebuah langkah akan dimulai.

Motivasi akan lahir jika pimpinan menyadari fungsinya sebagai

motivator. Tanda-tanda seorang pemimpin menyadari fungsinya sebagai

motivator:

a. Memiliki kepedulian kepada orang lain

b. Mampu menjadi pendengar yang baik

c. Mengajak kepada kebaikan

d. Mampu meyakinkan oranglain

e. Berusaha mengerti keinginan orang lain.

8. Memiliki Rasa Humor

Akan lebih mudah seorang pemimpin melaksanakan tugas

kepemimpinannya - jika didukang sifat humoris pimpinan - memiliki

humor yang tinggi. Kata orang humor lebih penting dari kenaikan gaji.

Termasuk kategori pemimpin yang memiliki rasa humor adalah sebagai

berikut:

a. Murah senyum

b. Mampu memecahkan kebekuan suasana

c. Mampu menciptakan kalimat yang menyegarkan

d. Kaya akan cerita dan kisah-kisah lucu

e. Mampu menempatkan humor pada situasi yang tepat.

Dari uraian sifat-sifat kepemimpinan seperti diatas memberikan suatu

gambaran bahwa seorang pemimpin bukan hanya pandai memerintah tetapi

harus bisa mendidik, membimbing, mengarahkan dan memberi contoh serta

suri teladan memberi semangat, kesederhanaan, setia, penuh keikhlasan,

terbuka bagi setiap kepentingan bersama dan yang paling penting adalah

beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai landasan

bertindak, sehingga dapat mengetahui serta dapat membedakan tindakan-

tindakan mana yang baik dan tidak baik. Disamping itu seorang pemimpin

harus mempunyai pengetahuan yang luas dan teliti, sehingga di dalam segala

tindakan selalu diperhitungkan terlebih dahulu dengan baik dan tidak kalah

pentingnya adalah kemampuan dalam menjalin hubungan yang harmonis

dengan bawahan.

D. Macam-Macam Gaya Kepemimpinan

Berikut macam gaya kepemimpinan menurut beberapa orang:

1. Menurut Rivai,dkk (2012) ada tiga gaya kepemimpinan, antara lain :

a. Gaya Kepemimpinan Otoriter

Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan

kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Pada gaya

kepemimpinan otokrasi ini, pemimpin mengendalikan semua aspek

kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang ingin

dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran

utama maupun sasaran minornya.

Pemimpin juga berperan sebagai pengawas terhadap semua aktivitas

anggotanya dan pemberi jalan keluar bila anggota mengalami

masalah. Dengan kata lain, anggota tidak perlu pusing memikirkan

apappun. Anggota cukup melaksanakan apa yang diputuskan

pemimpin.Kepemimpinan otokrasi cocok untuk anggota yang

memiliki kompetensi rendah tapi komitmennya tinggi.

Kelebihan :

1) Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin.

2) Teknik dan langkah-langkah kegiatannya didikte oleh atasan

setiap waktu, sehingga langkah-langkah yang akan datang

selalu tidak pasti untuk tingkatan yang luas.

3) Pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerjasama

setiap anggota.

Kelemahan :

1) Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan.

2) Komunikasi hanya satu arah yaitu kebawah saja.

3) Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan

kecamannya terhadap kerja setiap anggota.

4) Pemimpin mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif

kecuali bila menunjukan keahliannya

b. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang

memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada

permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim

yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin

memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab

para bawahannya.

Pada kepemimpinan demokrasi, anggota memiliki peranan yang

lebih besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya

menunjukkan sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk

mencapai sasaran tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu,

anggota juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang

dihadapinya.Kepemimpinan demokrasi cocok untuk anggota yang

memiliki kompetensi tinggi dengan komitmen yang bervariasi. Salah

satu Negara yang menganut sistem kepemimpinan demokratis adalah

Indonesia.

Kelebihan :

1) Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan

organisasi.

2) Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan

keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari

pemimpin.

3) Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum

untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-

petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih

alternatif prosedur yang dapat dipilih.

4) Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka

pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.

5) Menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas.

6) Pemimpin adalah obyektif atau fact-minded dalam pujian dan

kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota

kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan

banyak pekerjaan.

Kekurangan :

1) Keputusan serta tindakan kadang-kadang lamban

2) rasa tanggung jawab kurang

c. Gaya Kepemimpinan Bebas/ Laissez Faire

Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana

para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan

penyelesaian masalah yang dihadapi. Gaya kepemimpinan

demokratis kendali bebas merupakan model kepemimpinan yang

paling dinamis. Pada gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin

hanya menunjukkan sasaran utama yang ingin dicapai saja. Tiap

divisi atau seksi diberi kepercayaan penuh untuk menentukan

sasaran minor, cara untuk mencapai sasaran, dan untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapinya sendiri-sendiri. Dengan

demikian, pemimpin hanya berperan sebagai pemantau saja.

Sementara itu, kepemimpinan kendali bebas cocok untuk angggota

yang memiliki kompetensi dan komitmen tinggi. Namun dewasa ini,

banyak para ahli yang menawarkan gaya kepemimpinan yang dapat

meningkatkan produktivitas kerja karyawan, dimulai dari yang

paling klasik yaitu teori sifat sampai kepada teori situasional.

Kelebihan :

1) Pemimpin akan menyerahkan keputusan kepada keinginan

kelompok sehingga keputusan yang dihasilkan menjadi

keputusan bersama .

2) Ada kemungkinan bawahan dapat mengembangkan

kemampuannya, daya kreativitasnya untuk memikirkan dan

memecahkahkan serta mengembangkan rasa tanggung jawab.

3) Bawahan lebih bebas untuk menunjukkan persoalan yang

dianggap penting sehingga proses penyelesaianya lebih cepat.

Kekurangan :

1) Tidak mampu melakukan koordinasi dan pengawasan yang baik

2) Tidak mempunyai wibawa sehingga ia tidak ditakuti apalagi

disegani

oleh bawahan

3) Bila bawahan terlalu bebas tanpa pengawasan, terjadi

penyimpangan dari peraturan yang berlaku dari bawahan serta

mengakibatkan salah tindak dan memaka bayak waktu bila

bawahan kurang pengalaman.

Gaya kepemimpinan Pendekatan

Otoriter Kekuasaan pada pemimpin

Kendali bebas Kekuasaan pada bawahan

Demokratis Kekuasaan pada bawahan

2. Tipe kepemimpinan menurut Siagian S.P (2003) dibagi menjadi 5 tipe

antara lain :

a. Tipe otokratis

Kepemimpinan otokratis itu mendasarkan diri pada kekuasaan dan

paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpin otokratis adalah

seseorang yang sangat egois. Setiap perintah dan kebijakan

ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya. Sikap dan

prinsip-prinsipnya sangat konservatif/kuno dan kaku serta bernada

keras dalam memberikan perintah atau instruksi. Tipe kepemimpinan

ini biasanya diterapkan oleh mandor kepada para buruhnya.

Kelebihan dari tipe otokratis adalah pemimpin memiliki disiplin

kerja yang sangat tinggi serta mampu menyelenggarakan fungsi

kepemimpinanya dengan “baik” dalam arti tercapai tujuan dan

sasaran yang ditentukan. Namun tipe ini memiliki banyak

kelemahannya antara lain keberhasilan pencapaian tujuan hanya

semata-mata karena rasa takut bawahan pada pimpinannya dan

bukan berdasarkan kesetiaan serta keyakinan bahwa tujuan tersebut

layak untuk dicapai Selain itu disiplin kerja terwujud karena para

bawahan selalu dibayang-bayangi ancaman seperti pemecatan,

penurunan pangkat tanpa ada kesempatan untuk membela diri.

b. Tipe Paternalis

Tipe kepemimpinan paternalis memiliki sifat yang kebapakan.

Merupakan tipe kepemimpinan yang banyak terdapat pada

lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional yaitu masih

memiliki rasa hormat yang tinggi ditujukan oleh anggota masyarakat

kepada orang tua atau seseorang yang dituakan, seperti tokoh

masyarakat, ulama, dan para guru. Tipe ini sering ditemui di daerah

pedalaman dimana kepala suku adat memiliki peran yang sangat

penting dan paling dihormati.

Kelebihan dari tipe kepemimpinan paternalis antara lain pemimpin

dapat dijadikan sebagai tempat bertanya dan memperoleh petunjuk

yang dapat dipercaya, pemimpin berusaha memperlakukan semua

orang dalam organisasinya seadil mungkin, mengutamakan

kebersamaan dalam organisasi dimana pemikiran yang strategis serta

kepemimpinan yang sedang berlangsung sangat mempengaruhi

keberhasilan suatu organisasi (Fairholm M.R, 2009). Sedangkan

kelemahannya antara lain pemimpin selalu menganggap bahwa

bawahannya belum dewasa dalam bertindak dan berpikir sehingga

memerlukan bimbingan dan tuntunan terus-menerus, terlalu

melindungi bawahan sehingga mereka takut bertindak karena takut

berbuat kesalahan, dan terjadi pemusatan pengambilan keputusan

hanya pada pimpinan sehingga bawahan hanya melaksanakannya

saja. (Siagian S.P, 2003)

c. Tipe Kharismatik

Tipe pemimpin kharismatik ini memiliki karakteristik yang khas

dimana adanya kekuatan dan daya tarik yang luar biasa untuk

mempengaruhi orang lain, sehingga memperoleh pengikut yang

kadang jumlahnya sangat besar. Para pengikut tersebut tidak selalu

dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.

Dia dianggap memiliki kekuatan ghaib (supranatural power) dan

kemampuan-kemampuan superhuman, yang diperolehnya sebagai

karunia yang Maha Kuasa. Dia banyak memiliki inspirasi,

keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian diri sendiri.

Kelebihan tipe pemimpin ini adalah para pengikut tidak

memperhitungkan penampilan fisik, usia, dan jumlah harta dalam

memilih pemimpin tersebut. Namun kelemahannya adalah para

pengikut sangat setia dengan pemimpin meskipun beliau

menggunakan gaya yang otokratik atau diktatorial, padahal hal

tersebut sangat membatasi hak-hak mereka sebagai bawahan. Tipe

pemimpin karismatik sering ditemui pada pemilihan kepala daerah,

sebagai contoh Bapak Jokowi yang berasal dari Solo dapat terpilih

menjadi Gubernur DKI Jakarta karena karismanya sebagai pemimpin

yang sederhana dan tidak macam-macam.

d. Tipe Laissez Faire

Kepemimpinan tipe Laissez Faire merupakan seorang pemimpin

yang memiliki pandangan bahwa pada umumnya suatu organisasi

akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota

organisasi yang terdiri dari orang-orang dewasa yang sudah

mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran apa yang

ingin dicapai, tugas apa yang harus dilakukan oleh anggota, dan

pemimpin tidak perlu terlalu sering melakukan intervensi dalam

kehidupan organisasional. Pada hakikatnya pemimpin tipe ini

bukanlah seorang pemimpin dalam pengertian sebenarnya, sebab

bawahan dalam situasi kerja sedemikian itu sama sekali tidak

terpimpin, tidak terkontrol, dan tanpa adanya kedisiplinan kerja.

Kelebihan dari tipe Laissez Faire adalah antara pemimpin dan

bawahannya memiliki rasa solidaritas yang tinggi, kesetiaan

terhadap sesama dan organisasi, mempunyai tanggung jawab

bersama terhadap tugas yang harus diselesaikan, serta hubungan

tersebut disasarkan pada nilai saling mempercayai satu sama lain,

perkembangan kemampuan berpikir dan bertindak secara kreatif dan

inovatif diserahkan lansung kepada anggota organisasi yang

bersangkutan, selama anggota menunjukkan perilaku dan prestasi

kerja yang memadai maka intervensi pimpinan sangat sedikit.

Sedangkan kelemahannya antara lain peran pemimpin sangat pasif,

kurang adanya pengawasan dalam keberlangsungan suatu organisasi,

serta kurang adanya disiplin kerja karena bawahan merasa tidak ada

yang mengawasi dan mengontrol.

e. Tipe Demokratik

Pemimpin dengan tipe demokratik merupakan pemimpin yang

memperlakukan manusia secara manusiawi. Pemimpin berperan

sebagai koordinator dan integrator dari berbagai komponen dalam

organisasi sehingga terwujudnya suatu totalitas dalam mencapai

tujuan organisasi. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua

bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab pada diri

sendiri sehingga tercipta kerja sama yang baik. Kepemimpinan ini

menghargai potensi setiap individu. Contohnya adalah tipe

demokratik cocok diterapkan dalam organisasi di sekolah seperti

OSIS, dimana dalam penyusunan dan pelaksanaan program kerja

memerlukan kerja sama dari seluruh pengurus OSIS.

Kelebihan dari tipe demokratik antara lain keikutsertaan para

bawahan dalam proses pengambilan keputusan sehingga lebih

menjamin para bawahan tersebut memiliki tanggung jawab yang

lebih besar dalam pelaksanaan keputusan, otoritas sepenuhnya di

delegasikan ke bawah dan masing-masing orang menyadari tugas

serta kewajibannya sehingga mereka merasa senang dan puas,

adanya peringatan bagi bawahan yang melanggar disiplin organisasi

dan etika kerja namun pemimpin dapat memberikan jalan keluar atau

meluruskan masalah tersebut sehingga bawahan akan belajar dari

kesalahan dan menjadi lebih bertanggung jawab, pemimpin selalu

mendengarkan saran, pendapat dan kritik dari bawahan sehingga

dapat mengembangkan daya inovasi dan kreativitas bawahannya,

serta memberikan penghargaan bagi bawahan yang berprestasi. Hal

ini sesuai dengan pendapat dari Hurley T.J dan Brown J (2010)

bahwa sebagai seorang pemimpin harus dapat menjalin komunikasi

dengan bawahannya melalui penentuan tujuan dan program yang

strategis, melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan,

serta mengembangkan kreativitas dan inovatif demi keberlangsungan

suatu organisasi.

Sedangkan kelemahan dari tipe ini adalah adanya keterlambatan

dalam bertindak dan mengambil keputusan sebagai konsekuensi dari

keterlibatan bawahan dalam pengambilan keputusan, akan timbul

kecenderungan di kalangan pejabat yang lebih rendah dan anggota

organisasi lainnya bahwa mereka memiliki peran yang penting

sehingga timbul persaingan yang tidak sehat, pemborosan sumber

daya dan dana yang terbatas, serta merusak suasana kebersamaan.

3. Menurut Kartono (2005) tipe kepemimpinan dibagi menjadi delapan tipe

dengan tambahan tipe-tipe sebagai berikut :

a. Tipe militeristis.

Tipe kepemimpinan ini pemimpin lebih banyak menggunakan sistem

perintah atau komando, komunikasi hanya berlangsung satu arah

saja, serta bersifat sangat otoriter terhadap bawahannya. Tipe ini

sangat menyukai formalitas, upacara-upacara ritual, serta dan tanda

kebesaran yang berlebihan.

b. Tipe Populistis.

Kepemimpinan populistis ini berpegang teguh pada nilai-nilai

masyarakat tradisional, kurang mempercayai dukungan kekuatan

serta bantuan-bantuan hutang luar negeri. Tipe ini bisa membangun

solidaritas rakyat.

c. Tipe Administratif atau Eksekutif.

Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu

menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.

Sedangkan para pemimpinnya terdiri dari para tehnokrat dan

administrator yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan

pembangunan.