bab ii
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Gravimetri
Gravimetri adalah metode analisis kuantitatif unsur atau senyawa berdasarkan
bobotnya yang diawali dengan pengendapan dan diikuti dengan pemisahan dan
pemanasan endapan dan diakhiri dengan penimbangan.
Untuk memperoleh keberhasilan pada analisis secara gravimetri, maka harus
memperhatikan tiga hal berikut;
1. Unsur atau senyawa yang ditentukan harus terendapkan secara sempurna.
2. Bentuk endapan yang ditimbang harus diketahui dengan pasti rumus
molekulnya.
3. Endapan yang diperoleh harus murni dan mudah ditimbang.
Dalam analisis gravimetri meliputi beberapa tahap sebagai berikut ;
a. Pelarutan sampel (untuk sampel padat)
b. Pembentukan endapan dengan menambahkan pereaksi pengendap secara
berlebih agar semua unsur/senyawa diendapkan oleh pereaksi.
Pengendapan dilakukan pada suhu tertentu dan pH tertentu yang
merupakan kondisi optimum reaksi pengendapan.
Tahap analisa gravimetri paling penting, yaitu:
a) Penyaringan endapan.
b) Pencucian endapan, dengan cara menyiram endapan di dalam penyaring
dengan larutan tertentu.
c) Pengeringan endapan sampai mencapai berat konstan.
d) Penimbangan endapan.
e) Perhitungan.
Kadar unsur atau senyawa (%) =
berat endapan (gram )berat sampel (gram )
xFGx100 %
Faktor Gravimetri (FG) =
massa molekul relatif (Mr ) analitmassa molekul relatif (Mr ) endapan
(Amborowati, 2009)
2.2 Prinsip Umum Analisis Gravimetrik
Suatu metode analisis gravimetrik biasanya didasarkan pada reaksi kimia seperti
aA + rR AaRr
dimana a molekul analit, A, bereaksi dengan r molekul reagennya R. Produknya
yakni AaRr, biasanya merupakan suatu substansi yang sedikit larut yang bisa
ditimbang setelah pengeringan atau yang bisa dibakar menjadi senyawa lain yang
komposisinya diketahui, untuk kemudian ditimbang. Sebagai contoh, kalsium bisa
ditetapkan secara gravimetrik melalui pengendapan kalsium oksalat dan pembakaran
oksalat tersebut menjadi kalsium oksida :
Ca2+ + C2O42- CaC2O4(s)
CaC2O4(s) CaO(s) + CO2(g) + CO(g)
Biasanya reagen R ditambahkan secara berlebih untuk menekan kelarutan endapan.
Persyaratan berikut haruslah dipenuhi agar metode gravimetrik berhasil :
1. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang
tak-terendapkan secara analitis tak-dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg atau kurang,
dalam menetapkan penyusunan utama dari suatu makro).
2. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya
murni atau sangat hampir murni. Bila tidak akan diperoleh hasil yang galat.
Persyaratan kedua itu lebih sukar dipenuhi oleh para analis. Galat-galat yang
disebabkan oleh faktor-faktor seperti kelarutan endapan umumnya dapat
diminimumkan dan jarang menimbulkan galat yang signifikan. Masalahnya
memperoleh endapan murni dan dapat disaring itulah yang menjadi problem utama.
Banyak penelitian telah dilakukan mengenai pembentukan dan sifat-sifat endapan
dan telah diperoleh cukup banyak pengetahuan yang memungkinkan analisis
meminimumkan masalah kontaminasi endapan (R.A. Day dan Underwood, 1986).
2.3 Tahapan Proses Analisis Gravimetri
Analisis gravimetri merupakan metode penentuan kuantitatif terhadap kadar
analit dalam suatu sampel atas dasar penimbangan terhadap endapan senyawa yang
mengandung analit tersebut. Secara umum tahapan dalam analisis kuantitatif dengan
metode gravimetri adalah sebagai berikut:
1. Sampel yang diduga mengandung analit tertentu ditimbang untuk mengetahui
massa sampel. Massa sampel dicatat.
2. Sampel dilarutkan ke dalam air secukupnya di dalam gelas beker.
3. Ke dalam gelas beker ditambahkan pereaksi secara berlebih, agar unsur dalam
analit berekasi menjadi senyawa yang dapat terendapkan.
4. Endapan yang terbentuk kemudian disaring, menggunakan kertas saring.
5. Endapan dikeringkan dan ditimbang. Massa unsur analit selanjutnya dihitung
dengan perhitungan kimia (stoikiometri).
6. Dapat juga analit yang terbentuk dibakar untuk mendapatkan senyawa dalam
bentuk oksidanya. Kadar analit dihitung secara stoikiometri
(Khamidinal, 2009)
2.4 Presipitan Organik
Banyak ion anorganik diendapkan dengan reagensia organik tertentu yang
disebut pengendap organik. Kebanyakan pengendap organik akan bersenyawa
dengan kation membentuk senyawa cincin kelat, contohnya Ni(C4H7N2O2)2.
Penggunaan pengendap organik mempunyai keunggulan dibandingkan dengan
pengendap-pengendap kation lainnya.
Keunggulan pengendap organik :
Banyak senyawa logam sangat tak dapat larut dalam air (mengendap)
sehingga logam dapat diendapkan analisa secara kuantitatif.
Bobot molekul pengendap organik itu seringkali mempunyai bobot molekul
yang besar, jadi sedikit logam dapat menghasilkan endapan yang tepat.
Beberapa pengendap organik itu cukup selektif, hanya mengendapkan
kation jenis tertentu.
Endapan yang diperoleh seringkali kasar, karena itu mudah ditangani.
(R.A. Day dan Underwood, 1986)
2.5 Pengeringan dan Pembakaran Endapan
Dalam berbagai prosedur gravimetri yang melibatkan pengendapan, seorang
analis harus dapatnya mengubah zat yang dipisahkan menjadi suatu bentuk yang
cocok untuk penimbangan. Zat yang ditimbang harus murni, stabil dan berkomposisi
tertentu agar hasil analisisnya akurat. Bahkan jika kopresipitasi telah diminimalisasi,
tetap ada masalah penghilangan secara tuntas air dan berbagai elektrolit yang
ditambahkan ke air pencuci. Sebagian endapan ditimbang dalam bentuk kimia yang
sama seperti waktu mereka mengendap. Lainnya mengalami perubahan kimia setelah
pembakaran, dan reaksi-reaksi ini terus berjalan sempurna untuk hasil yang tepat.
Prosedur yang digunakan dalam langkah terakhir ini tergantung pada sifat kimia
endapan tersebut dan pada ketahanan padatan menahan air.
Sebagian endapan dapat dikeringkan secukupnya untuk penentuan analitik tanpa
harus melalui temperatur yang tinggi, setelah itu endapan tersebut langsung
kehilangan air dalam suatu oven pada temperatur 100 °C – 130 °C.
Pembakaran pada temperatur tinggi diperlukan untuk penghilangan air secara
sempurna yang terkepung atau teradsorpsi dengan sangat kuat, dan untuk konversi
seluruhnya dari sebagian endapan menjadi senyawa yang diinginkan. Endapan
bersifat gelatin mengadsorpsi air agak kuat dan harus dipanaskan sampai temperatur
yang sangat tinggi untuk menghilangkan air seluruhnya
`(R.A. Day dan Underwood, 1986).
2.6 Aplikasi Analisis Gravimetri
2.6.1 Penentuan Konsentrasi Logam Berat Dalam Debu Emisi
Untuk melakukan pemantauan kualitas udara emisi dari cerobong pabrik
atau industri, perlu suatu perangkat peralatan khusus yang dapat mengambil
sampel debu emisi. Alat pengambil sampel tersebut dinamakan Stack Dust
Sampler.
Stack Dust Sampler adalah suatu perangkat peralatan yang berguna untuk
pengambilan sample debu atau partikulat yang mengandung logam-logam berat
seperti Pb, Cd, As, Sb, Zn, Cr dan Tl (Tellurium) yang keluar dari cerobong
pabrik. Sistem pengambilan debu/partikulat tersebut berdasarkan kepada sistem
filtrasi oleh kertas penangkap debu emisi,
Sistem pengambilan debu/partikulat tersebut berdasarkan kepada sistem
filtrasi oleh kertas penangkap debu emisi. Konsentrasi/kadar debu emisi dapat
ditentukan dengan cara gravimetri.
Adapun teknik penentuan kadar logam dari debu emisi terdiri atas
beberapa tahap, yaitu:
1. Kertas penangkap debu emisi dipanaskan dalam oven pada suhu 105 oC.
2. Setelah itu didinginkan ke dalam desikator.
3. Ditimbang kertas penangkap debu sebelum digunakan.
4. Debu emisi pada kertas saring di simpan untuk dikeringkan dalam desikator.
5. Kertas penangkap debu didekstruksi menggunakan asam nitrat pekat.
(Ardeniswan, 2010)
2.6.2 Flowchart Penentuan Konsentrasi Logam Berat Dalam Debu Emisi
Timbang kertas penangkap debu sebelum digunakan dalam sampling debu emisi.
Ulangi sampai penimbangan berat konstan
Di simpan untuk di keringkan dalam desikator
Kertas penangkap debu tersebut ditimbang menggunakan neraca analitis, setelah dikeringkan pada
105 oC
Kertas penangkap debu didekstruksi menggunakan Asam Nitrat (HNO3) pekat sampai seluruh debu larut
Mulai
Kertas penangkap debu emisi dipanaskan dalam oven pada suhu 105 oC selama 2 jam
Setelah dingin, kertas penangkap debu emisi dimasukkan ke dalam desikator
Selesai
Hitung konsentrasi logam berat dari debu emisi dengan metode gravimetri
Gambar 2.1 Flowchart Penentuan Konsentrasi Logam Berat Debu Emisi
(Ardeniswan, 2010)