bab ii

22
7 BAB II TINJAUAN UMUM PT. KRAKATAU STEEL CILEGON 2.1 Sejarah PT. Krakatau Steel (Persero) PT. Krakatau Steel merupakan industri baja terpadu yang pertama dan terbesar di Indonesia, yang berlokasi di Cilegon, Banten. Didirikan pada 31 Agustus 1970, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35 tahun 1970 tentang penyertaan modal Negara Republik Indonesia untuk pendirian perusahaan perseroan (Persero) PT. Krakatau Steel. Menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah tersebut, PT. Krakatau Steel, Cilegon didirikan dengan tujuan menyelesaikan dan mengoperasikan proyek industri baja bekas bantuan Rusia dan mengembangkan industri baja di Indonesia dalam arti luas. Gagasan didirikannya industri baja ini berasal dari Cherul Saleh, Menteri Perindustrian & Perdagangan dan IR.H. Juanda, Dirjen Biro Perancang Negara (menjadi Perdana Menteri RI 1958) pada tahun 1956. Dengan adanya pokok kerjasama dalam lapangan ekonomi dan teknik antara Republik Indonesia dan Republik Uni Soviet Sosialis pada tanggal 15 September 1956 gagasan tersebut akhirnya dapat terealisasi. Kerjasama ini direalisasikan dengan penandatanganan kontrak pembangunan proyek vital oleh Menteri Perdatan:

Upload: hendri-setiawan

Post on 07-Nov-2015

225 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Hasil kerja praktik di Krakatau Steel

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN UMUM

    PT. KRAKATAU STEEL CILEGON

    2.1 Sejarah PT. Krakatau Steel (Persero)

    PT. Krakatau Steel merupakan industri baja terpadu yang pertama dan

    terbesar di Indonesia, yang berlokasi di Cilegon, Banten. Didirikan pada 31

    Agustus 1970, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35

    tahun 1970 tentang penyertaan modal Negara Republik Indonesia untuk

    pendirian perusahaan perseroan (Persero) PT. Krakatau Steel. Menurut pasal

    1 Peraturan Pemerintah tersebut, PT. Krakatau Steel, Cilegon didirikan

    dengan tujuan menyelesaikan dan mengoperasikan proyek industri baja bekas

    bantuan Rusia dan mengembangkan industri baja di Indonesia dalam arti luas.

    Gagasan didirikannya industri baja ini berasal dari Cherul Saleh, Menteri

    Perindustrian & Perdagangan dan IR.H. Juanda, Dirjen Biro Perancang

    Negara (menjadi Perdana Menteri RI 1958) pada tahun 1956.

    Dengan adanya pokok kerjasama dalam lapangan ekonomi dan teknik antara

    Republik Indonesia dan Republik Uni Soviet Sosialis pada tanggal 15

    September 1956 gagasan tersebut akhirnya dapat terealisasi. Kerjasama ini

    direalisasikan dengan penandatanganan kontrak pembangunan proyek vital

    oleh Menteri Perdatan:

  • 8

    Proyek Aluminiun Medan

    Proyek Besi Baja Kalimantan

    Proyek Besi Baja Trikora

    Selanjutnya dibentuk tim proyek besi baja yang dikepalai Drs. Soetjipto

    dibantu Ir.A.Sayoeti, Ir.Tan Boen Liam,dan R.J.K. Wiriyasoeganda. Setelah

    itu dilakukan penelitian sumber biji besi di Bayat/Ujung Kulon, Banten dan di

    Lampung dibantu ahli Belanda, Ir. Binhorst. Pada tahun 1958, diadakan

    penelitian sumber bijih besi di Kalimantan dipimpin R.J.K. Wiriyasuganda,

    bekerja sama dengan konsultan Jerman Barat, Wedexro (West Deutsche

    Ingenieur Bureau) yang dipimpin DR. Walter Rohland. Pada tahun 1959,

    diadakan penelitian lokasi penelitian pabrik besi baja dibantu tim ahli Rusia,

    meliputi daerah:

    Jawa Timur: Gresik, Probolinggo, Pasuruan, Banyuwangi

    Jawa Barat: Cilegon Banten

    Dari hasil survei, didapat dua tempat yang memenuhi kriteria yaitu Cilegon

    dan Probolinggo. Akhirnya, pada tahun yang sama, pemerintah melalui

    Menteri Depardatam memutuskan Cilegon sebagai pabrik baja kapasitas

    produksi ingot baja 100.000 ton per tahun, menggunakan proses tanur

    Siemens Martins (open hearth furnace), dengan pertimbangan:

    1. Mempunyai laut yang dalam yang memungkinkan sebagai tempat

    bersandarnya kapal-kapal yang besar

    2. Luas area yang cukup dan tidak mengganggu lahan pertanian

  • 9

    3. Pengadaan air yang mudah didapat tanpa mengganggu keperluan untuk

    air minum, irigasi, dan tenaga listrik.

    4. Tenaga buruh yang murah

    5. Sarana transportasi yang mendukung

    6. Kondisi politik dan agama yang kuat yang dapat menunjang kondisi

    keamanan.

    7. Letak Cilegon yang strategis sehingga bahan baku dapat didatangkan dari

    seluruh Indonesia.

    Akhirnya pada tahun 1960 ditandatangani kontrak pembangunan Pabrik Baja

    Cilegon No. 80 tanggal 7 Juni 1960 antara Republik Indonesia dengan ALL

    Union Export-Import Corporation ( Tajz Promex Pert ) of Moscow.

    Akhirnya, pada tahun 1962 diresmikan pembangunan proyek Besi Baja

    Trikora Cilegon di area kurang lebih 616 hektare pada tanggal 20 Mei 1962,

    dan berdasarkan ketetapan MPRS No. 2/1960 proyek diharuskan selesai

    sebelum tahun 1968. Namun, akibat pemberontakan G 30 S/PKI,

    pembangunan Pabrik Baja Trikora yang direncanakan akan selesai pada tahun

    1968, terhenti pada tahun 1965.

    Usaha untuk membangun industri besi baja di tanah air sebenarnya telah

    dimulai dengan mendirikan dua proyek, yaitu proyek besi Lampung dan

    proyek baja Cilegon. Besi yang dihasilkan di Lampung dilebur bersama-sama

    dengan besi tua di Cilegon serta baja yang dihasilkan pada proses lebih lanjut

    menjadi barang-barang baja jadi yang berupa besi beton, besi profil, dan

    kawat. Namun, proyek besi Lampung dihentikan karena bahan baku yang

  • 10

    berasal dari bijih besi setempat tidak cukup banyak. Sedangkan, proyek baja

    Cilegon sempat terhenti karena adanya pemberontakan G 30 S/PKI.

    Pada tahun 1967 proyek Besi Baja Trikora berubah bentuk menjadi Perseroan

    Terbatas (PT) berdasarkan instruksi Presiden Republik Indonesia nomor 17

    tanggal 28 Desember 1967. Akhirnya pada tahun 1970, PT. Krakatau Steel

    (PT.KS) resmi berdiri berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia

    nomor 35 tanggal 31 Agustus 1970 tentang penyertaan modal Negara

    Republik Indonesia untuk mendirikan perusahaan perseroan PT. Krakatau

    Steel (Persero), dengan maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan

    penyelesaian pembangunan proyek baja Trikora serta mengembangkan

    industri baja dalam arti luas. Pada tahun 1971, pendirian PT. Krakatau Steel

    disahkan dengan akte notaris nomor 34 tanggal 23 Oktober 1971, dihadapan

    notaris Tan Thong Kie yang berkedudukan di Jakarta dan diperbaiki dengan

    naskah nomor 25 tanggal 29 Desember 1971.

    Dengan bantuan konsultan Inggris, PT. Krakatau Steel, Cilegon mengadakan

    perubahan rencana dengan membatalkan pemasangan dapur peleburan baja

    karena teknologinya sudah tidak sesuai. Sementara proyek bekas bantuan

    Rusia belum selesai dibangun, PT. Krakatau Steel, Cilegon dengan bantuan

    Pertamina (tahun 1974) memutuskan untuk memperluas produksi agar dapat

    membuat bilet, bahkan dapat langsung membuat baja lembaran, slab, dan hot

    strip. Untuk mengadakan proyek tersebut pemerintah juga bernegosiasi dan

    kontrak dengan negara asing seperti Jerman, Meksiko, Korea dan lainnya.

  • 11

    Berdasarkan hasil negosiasi dengan kontraktor Jerman, dihasilkan rencana

    induk pengembangan PT. Krakatau Steel selama 10 tahun (1975 1985)

    sehingga pada tahun 1975 pembangunan PT. Krakatau Steel tahap I

    dilanjutkan dengan kapasitas produksi 0,5 juta ton/tahun berdasarkan Keppres

    nomor 30 tanggal 27 Agustus 1975.

    Pada tanggal 27 Juli 1977 diresmikan Pabrik Baja Tulangan (besi beton),

    Pabrik Besi Profil dan pelabuhan khusus Cigading, PT. Krakatuau Steel

    oleh Presiden Soeharto

    Pada tanggal 9 Oktober 1979 diresmikan Pabrik Besi Spons model Hylsa

    (50%), Pabrik Bilet Baja (Electric Arc Furnace / Dapur Thomas), Wire

    Rod, PLTU 400 MW, dan pusat penjernihan air (kapasitas 2000

    liter/detik) PT. KS serta KHI pipe oleh Presiden Soeharto

    Pada tanggal 24 Februari 1983 diresmikan Pabrik Slab Baja (EAF), Hot

    Strip Mill (HSM), dan Pabrik Spons tahap II PT. Krakatau Steel oleh

    Presiden Soeharto

    Berdasarkan Keppres nomor 39 tahun 1979, Krakatau Steel dikukuhkan

    sebagai pusat baja nasional. Dan pada tahun 1985 terwujud export perdana

    produk baja PT. Krakatau Steel ke beberapa negara, seperti Jepang, Amerika,

    Inggris, India, Cina, Timur Tengah, Korea, dan ASEAN.

    Pada tahun 1989, PT. Krakatau Steel dan sembilan BUMN strategis lain (PT.

    Boma Bisma Indra, PT Dahana, PT INKA, PT INTI, PT IPTN, PT LEN, PT

    Barata Indonesia, PT Pindat, dan PT PAL) dikelompokkan dalam BPIS

  • 12

    (Badan Pengelola Industri Strategis) berdasarkan Keppres RI No. 44 tanggal

    28 Agustus 1989.

    Teknologi yang dipilih adalah pembuatan besi dengan Direct Reduction

    dengan peleburan di dapur listrik (Electric Arc Furnace), yang bahan

    bakunya berasal dari bijih besi import. Kapasitas produksi baja yang rencana

    semula hanya 100.000 ton/tahun ditingkatkan menjadi 500.000 ton/tahun

    untuk pembuatan bilet, dan 1,5 juta ton/tahun untuk pembuatan slab.

    Pada 10 November 1990 dilaksanakan peletakan batu pertama perluasan PT.

    Krakatau Steel, Cilegon oleh Menteri Muda Perindustrian RI, Ir. Tungky

    Ariwibowo selaku Direktur Utama PT. Krakatau Steel. Proyek perluasan ini

    direncanakan selesai sekitar tahun 1993 atau 1994. Diantara proyek perluasan

    adalah pabrik besi spons, DRI HYL-III, SSP, dan HSM. Sasaran program

    perluasan dan modernisasi pabrik PT. Krakatau Steel, Cilegon adalah :

    1. Peningkatan kapasitas produksi dari 1,5 juta ton menjadi 2,5 juta

    ton/tahun.

    2. Peningkatan kualitas.

    3. Peragaman jenis baja yang dihasilkan.

    4. Efisiensi produksi.

    Pada tahun 1991 terjadi penggabungan usaha (merger) PT. Cold Rolling Mill

    Indonesia Utama (PT. CRMIU) dan PT. Krakatau Baja Permata (PT. KBP)

    menjadi unit koperasi PT. Krakatau Steel, tanggal 1 Oktober 1991 (CRM)

    didirikan 19 Februari 1983, dan diresmikan 1987. Dan pada tahun 1992

  • 13

    pabrik baja tulangan, pabrik besi profil dan pabrik kawat baja dipisah menjadi

    PT. Krakatau Wajatama, tanggal 24 Juli 1992. Satu tahun kemudian, pada

    tahun 1993, peresmian perluasan PT. Krakatau Steel oleh Presiden Soeharto

    pada tanggal 18 Februari 1993 meliputi :

    Modernisasi dan perluasan HSM dari 1,2 juta ton menjadi 2 juta ton/tahun

    Peningkatan kualiatas dan efisiensi HSM

    Perluasan pelabuhan pellet bijih besi dari kapasitas pembongkaran 3 juta

    menjadi 6 juta/tahun

    Pada tahun 1994, PT. Krakatau Steel mendapat sertifikat ISO 9002 tepatnya

    yaitu pada tanggal 17 November 1994. Kemudian pada tahun 1995 proyek

    perluasan dan modernisasi PT. Krakatau Steel selesai bertepatan dengan HUT

    ke25 PT. Krakatau Steel tanggal 31 agustus 1995 dan diresmikan oleh

    Menteri Muda Perindustrian Republik Indonesia/Komisaris Utama PT.

    Krakatau Steel , Ir Tunky Ariwibowo, yang meliputi:

    Pabrik besi spon HYL III

    Pabrik slab baja 2

    Sizing press HSM

    Gardu hubung III dan instalasi kompensasi PLTU 400 MW

    Production control system II PPC

    Pada tahun 1996, PT. Krakatau Steel memisahkan unit unit otonom (unit

    penunjang) menjadi anak-anak perusahaan :

    PLTU 400 MW menjadi PT. Krakatau Daya Listrik

    Pelabihan khusus Cigading menjadi PT. Krakatau Bandar Samudera

  • 14

    Penjernihan air krenceng menjadi PT. Krakatau Industri

    Rumah sakit Krakatau Steel Menjadi PT. Krakatau Medika

    Pada bulan april 1997 PT. Krakatau Steel mendapat sertifikat ISO 14001.

    PT. Krakatau Steel menjadi anak perusahaan PT. Prakarya Industri

    (PERSERO), tanggal 10 agustus 1998 berdasarkan PP no. 35 tahun 1998 dan

    pada tahun 1999 PT. Prakarya Industri (Persero) berubah menjadi PT. Bahana

    Prakarya Industri Strategis (BPIS) dengan total asset Rp.16 triliun.

    Sampai pada tahun 1999 PT. Krakatau Steel tidak pernah berhenti melakukan

    inovasi Nouro Furnace Controller (NFC), yang merupakan sistem pengendali

    eloktroda terpadu berbasis jaringan saraf tiruan, mulai diterapkan pada

    operasi rutin Electric Arc Furnace (EAF) pabrik SSP 2 PT Krakatau Steel.

    NFC adalah hasil karya inovasi tenaga-tenaga PT. Krakatau Steel dengan

    LSDX BPPT, dan telah dipatenkan dengan No. P990187 serta meraih

    ASEAN Engineering Award pada tanggal 24 November 2001.

    Pada tahuan 2002, pemerintah melalui forum RUPS luar biasa pada tanggal

    28 Maret 2002 telah membubarkan PT. BPIS. Pengalihan aset BUMNIS ke

    pemerintah (Kantor Meneg BUMN) sebagai kuasa Menteri Keuangan.

    2.2 Visi dan Misi PT. Krakatau Steel

    2.2.1 Visi Perusahaan

    Sebagai acuan dalam proses pengembangan kualitas dan kuantitas

    produksi PT. Krakatau Steel memiliki visi sebagai berikut:

  • 15

    Perusahaan baja terpadu dengan keunggulan kompetitif untuk tumbuh

    dan berkembang secara berkesinambungan menjadi perusahaan

    terkemuka di dunia.

    2.2.2 Misi Perusahaan

    Menyediakan produk baja bermutu dan jasa terkait bagi kemakmuran

    bangsa.

    Dengan mengembangkan nilai nilai Competence, Integrity, Reliable adn

    Innovative.

    - Competence, mencerminkan kemampuan untuk melaksanakan atau

    melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan,

    dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh

    pekerjaan tersebut.

    - Integrity, mencerminkan komitmen yang tinggi terhadap aturan-aturan,

    kesepakataan serta undang-undang yang berlaku dalam memperjuangkan

    kepentingan perusahaan.

    - Reliable, mencerminkan kecepatan, kesiapan dan tanggap dalam

    merespon setiap komitmen dan janji dengan segenap kemampuan untuk

    meningkatkan kepuasan pelanggan.

    - Innovative, mencerminkan kemauan dan kemampuan untuk menciptakan

    ide-ide baru dalam memperbaiki kualitas hasil proses.

    2.3 Tata Letak Pabrik

    PT. Krakatau Steel, Cilegon terletak sekitar 110 Km dari Jakarta dengan luas

    keseluruhannya 350 hektar. PT. Krakatau Steel terletak di kawasan industri

  • 16

    Krakatau, tepatnya di jalan Industri No. 5 PO BOX 14, Cilegon 42435.

    Kantor pusat PT. Krakatau Steel terletak di Wisma Baja dan Gatot Subroto

    Kav. 54 Jakarta. Pertimbangan pertimbangan dalam memilih lokasi ini

    sebagai lokasi pabrik adalah sebagai berikut:

    Dekat dengan laut, sehingga dapat memudahkan pengangkutan bahan

    baku dan produk menggunakan kapal

    Dekat dengan daerah pemasaran (ibukota)

    Tanah yang tersedia untuk pabrik cukup luas

    Sumber air cukup memadai

    Adanya jaringan rel kereta api dan jalan raya yang memadai untuk

    pengangkutan.

    Pabrik-pabrik yang ada di dalam PT. Krakatau Steel masih berada pada suatu

    kompleks yang jaraknya berdekatan antara pabrik satu dengan yang lain, hal

    ini bertujuan sebagai berikut:

    1. Memudahkan pengendalian proses produksi. Karena adanya

    pengelompokkan peralatan dan bangunan selektif berdasarkan proses

    masing-masing.

    2. Memudahkan jalur transporrtasi dalam pabrik untuk menunjang proses

    produksi dan pengangkutan bahan baku serta produk.

    3. Jalan yang cukup luas sehingga memudahkan transportasi pekerja dan

    menjamin keselamatan kerja karyawan.

    4. Adanya bengkel dalam kawasan pabrik sehingga memudahkan perbaikan

    perawatan dan pembersihan alat.

  • 17

    Gambar 2.1 Tata letak pabrik PT Krakatau Steel

    2.4 Struktur Organisasi

    Dalam rangka persiapan menuju era globalisasi serta tuntutan untuk selalu

    tampil optimal dan profesional, pada tahun 2003 PT. Krakatau Steel

    menyuguhkan format manajemen baru yang bertitik berat pada keseimbangan

    kebijakan yang berkesinambungan bagi kemajuan perusahaan.

    Dalam struktur organisasi PT. Krakatau Steel, jabatan direktur utama tidak

    termasuk dalam struktur kepegawaian karena diangkat langsung oleh Menteri

    Perindustrian. Dalam pelaksanaannya Direktur Utama dibantu oleh 5

    Direktorat yaitu:

  • 18

    1. Direktorat Pemasaran

    Bertugas merencanakan, melaksanakan, mengembangkan kebijaksanaan

    di bidang pemasaran produk.

    2. Direktorat Produksi

    Bertugas merencanakan, merumuskan, dan mengembangakan

    kebijaksanaan di bidang pengoperasian dan perawatan sarana produksi,

    metalurgi, dan koordinasi produksi.

    3. Direktorat Keuangan

    Bertugas merencanakan, melaksanakan dan mengembangakan

    kebijaksanaan dibidang keuangan.

    4. Direktorat Logistik

    Bertugas merencanakan pengadaan bahan -bahan yang digunakan

    sebagai bahan baku dalam proses produksi. Serta menanggani masalah -

    masalah yang berkaitan dengan bahan baku untuk keperluan produksi

    sehari hari atau yang akan datang.

    5. Direktorat Perencanaan dan Teknologi

    Bertugas merencanakan, merumuskan dan mengembangkan kebijakan

    perusahaan dibidang teknologi agar hasil produksinya dapat bersaing

    dipasar dunia. Sedangkan setiap direktorat didalam melaksanakan

    aktivitas personaliannya dibantu oleh sub-sub direktorat yang

    membawahai langsung beberapa divisi.

    6. Direktorat SDM dan Umum

    Bertugas merencanakan, memutuskan dan mengembangkan

    kebijaksanaan di bidang personalia, kesehatan, kesejahteraan, pendidikan

  • 19

    dan pelatihan kerja serta merencanakan organisasi, hubungan masyarakat

    dan administrasi pengelolan karyawan serta keselamatan kerja.

    Gambar 2.2 Skema Struktur Organisasi PT. Krakatau Steel

    Direktur Utama

    Direktur Pemasaran

    Direktur Keuangan

    Direktur Produksi

    Direktur Perenc.

    & Teknologi

    Direktur SDM

    & Umum

    Direktur Logistik

    SubDiv. Perencanaan

    Produk

    SubDiv. Penjamin Kualitas

    SubDiv. Perawatan

    Pabrik

    SubDiv. Produksi

    Besi & Baja

    SubDiv. Produksi

    Pengerolan

    Manager Utility

    Manager Rekayasa

    Teknik

    Manager Perbengkelan

    Superintendent General Service

    Superintendent Pabrik Kapur

    Superintendent Pabrik Gas

    Industri

    Superintendent Bengkel Listrik

    Superintendent Bengkel

    Instrumen

  • 20

    2.5 Unit-Unit Produksi PT. Krakatau Steel

    PT. Krakatau Steel, Cilegon sebagai pabrik baja terpadu memiliki unit-unit

    yang saling mendukung dan terintegrasi, yang kesemua dari proses produksi

    baja tersebut saling berkaitan dari divisi / pabrik yang satu dengan yang

    lainnya. Pembagian divisi / pabrik pada PT. Krakatau Steel, meliputi :

    1. Pabrik Besi Spons (Direct Reduction Plant / DRP)

    2. Pabrik Billet Baja (Billet Steel Plant / BSP)

    3. Pabrik Baja Slab (Slab Steel Plant / SSP)

    4. Pabrik Baja Lembaran Panas (Hot Strip Mill / HSM)

    5. Pabrik Baja Lembaran Dingin (Cold Rolling Mill / CRM)

    6. Pabrik Baja Batang Kawat ( Wire Rod Mill / WRM )

    Berikut merupakan gambaran umum proses dari masing-masing pabrik yang

    ada di PT. Krakatau Steel:

    2.5.1 Pabrik Besi Spons/ Direct Reduction Plant (DRP)

    Unit ini merupakan suatu pabrik yang menangani proses pengolahan

    biji besi/pelet menjadi besi spons. Besi spons merupakan bahan baku

    mentah untuk membuat baja, bentuk dari biji besi spons tersebut

    seperti butiran-butiran kelereng, dimana butiran atau biji besi tersebut

    di proses reduksi secara langsung (Direct Reduction).

    Pabrik Besi Spons terbagi menjadi dua pabrik yaitu: Pabrik Besi

    Spons (Direct Reduction Iron Plant) yang dirancang dengan

    teknologi HYL III, dan Pabrik Besi Spons yang lama dengan

    teknologi HYL I. Pabrik Besi Spons dengan teknologi HYL I yang

  • 21

    berjumlah 2 modul. Masing-masing modul terdiri dari satu reformer,

    empat reaktor fixed bed dan fasilitas bantu:

    - Sistem penangan material untuk bahan baku dan hasil

    - Plant penangan air

    - Sistem air pendingin

    - Sistem untuk gas inert serta udara instrumen

    - Fasilitas pembangkitan uap

    Sedangkan untuk Pabrik Besi Spons dengan teknologi HYL III

    mempunyai komponen-komponen pokok berikut ini :

    - Peralatan penghasil gas reduksi (reducing gas generation

    equipment)

    - Peralatan reduksi (reduction equipment)

    - Sistem penyerap CO2

    - Sirkuit gas reduksi dan sirkuit pendingin

    - Sistem penanganan material untuk bahan baku (pellet)

    - Sistem penanganan material hasil (besi spons)

    - Peralatan bantu (auxiliary equipment)

    Modul I dan II dikelompokkan ke plant 1 ( HYL I ). Masing-masing

    plant berbagi fasilitas bantu. Teknologi HYL I di PT. Krakatau Steel

    berkapasitas sebanyak 500.000 ton sponge iron per tahun. Teknologi

    HYL III memulai operasinya pada tahun 1994 dengan menggunakan

    2-shafts continuous process berkapasitas 1.350.000 ton sponge iron

    per tahun dengan adanya tingkat metalisasi lebih dari 92%. Konsumsi

  • 22

    gas alam juga menurun, karena adanya loop daur ulang gas reduksi.

    Pengoperasian pabrik juga lebih mudah karena teknologi kendali yang

    digunakan sudah maju, yaitu dengan sistem Distributed Control

    System (DCS).

    Besi spons yang dihasilkan oleh pabrik ini memiliki keunggulan

    dibanding sumber lain terutama disebabkan karena rendahnya

    kandungan residual. Sementara itu tingginya kandungan karbon

    menyebabkan proses di dalam Electric Arc Furnace (EAF) menjadi

    lebih efisien dan proses pembuatan baja menjadi lebih

    akurat. Sehingga hal tersebut menjamin konsistensi kualitas produk

    baja yang dihasilkan.

    Gambar 2.3 Proses Pabrik Besi Spons

  • 23

    2.5.2 Pabrik Slab Baja/ Slab Steel Plant (SSP)

    Pabrik Slab Baja merupakan pabrik untuk tempat peleburan besi

    dimana pabrik Slab Baja ini terdiri dari 2 buah pabrik :

    - Slab Steel Plant I

    - Slab Steel Plant II

    Besi spons diisikan dalam dapur listrik dengan menggunakan

    continous feeding, selain spons dapur listrik juga diisi dengan scrap

    atau besi tua dan batu kapur secukupnya kemudian semua bahan

    tersebut dilebur menjadi baja cair yang masih berbentuk batangan/

    lembaran-lembaran besi yang belum diolah dengan membutuhkan

    panas yang sangat tinggi mencapai titik didih 16500C. Sumber

    panasnya berasal dari energi listrik yang dialirkan melalui elektroda

    listrik yang membara. Kapasitas produksi terpasang yaitu sekitar

    1.000.000 ton / tahun untuk SSP I sedangkan untuk SSP II adalah

    sebesar 800.000 ton / tahun.

    Perlengkapan utama pada pabrik slab baja ini yaitu: 4 buah dapur

    listrik (EAF) yang masing-masing berkapasitas 120 ton baja cair, 4

    buah tungku pengeruk dan dua buah mesin tuang kontinyu (CCM)

    dengan masing-masing satu jalur percetakan slab (mould).

  • 24

    Gambar 2.4 Proses Pabrik Baja Lembaran (SSP)

    2.5.3 Pabrik Bilet Baja/ Billet Steel Plant (BSP)

    Bilet baja merupakan bahan setengah jadi dalam industri baja. Bilet

    baja ini digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan baja

    batang kawat. Pabrik baja bilet (billet steel plant) ini menggunakan

    bahan baku 40% scrap dan 60% besi spons serta penambahan unsur-

    unsur lain untuk memproduksi billet baja berkualitas tinggi. Bilet yang

    dihasilkan memiliki ukuran penampang 110 mm x 110 mm, 120 mm x

    120 mm, 130 mm x 130 mm dengan panjang bervariasi antara 6

    meter, 10 meter dan 12 meter. Kapasitas produksi pabrik baja bilet

    (billet steel plant) dapat mencapai 700.000 ton per tahun. Proses

    pembuatan baja pada pabrik baja bilet menggunakan teknologi tanur

    busur listrik (Electric Arc Furnace/EAF). Setelah proses pengurangan

    kadar karbon di tanur busur listrik maka baja cair selanjutnya akan

    memasuki ladle refining stand ataupun ladle furnace. Proses

  • 25

    pencetakan baja cair menjadi bentuk billet dilakukan dengan

    menggunakan Continuous Casting Machine (CCM).

    Gambar 2.5 Proses Pabrik Bilet Baja (BSP)

    2.5.4 Pabrik Baja Lembaran Panas/ Hot Strip Mill (HSM)

    Pabrik Hot Strip Mill (HSM) yang berkapasitas 2.000.000 ton / tahun

    merupakan bagian pabrik untuk mengukur ketebalan dari lembaran-

    lembaran baja. Dengan menggunakan alat Overhead Crane, slab

    dibersihkan terlebih dahulu dengan roller table dan siap untuk

    dimasukkan Furnace dengan menggunakan slab pusher. Di dalam

    Furnace dipanaskan dengan temperature mencapai sekitar 13000C.

    Setelah itu slab tersebut dikirim ke routhing stand diroll untuk

    menipiskan ketebalan 200mm menjadi 20-40 mm. Pada finishing

    stand diroll kembali untuk mendapatkan ketebalan ukuran yang

    direncanakan tergantung dari permintaan konsumen.

  • 26

    Gambar 2.6 Proses Pabrik Baja Lembaran Panas (HSM)

    2.5.5 Pabrik Baja Lembaran Dingin/ Cold Rolling Mill (CRM)

    Cold Rolling Mill (CRM) merupakan suatu pabrik yang mengolah

    lembaran baja dari hasil yang telah ditipiskan sebelumnya oleh pabrik

    Hot Strip Mill (HSM). Kemudian hasil dari pabrik Hot Strip Mill

    (HSM) ditipiskan kembali melalui proses pendinginan pada Tandem

    Cold Reduction Mill sampai 92% dari hasil ketebalan semula.

    Sebelum melakukan penipisan lembaran baja tersebut harus

    dibersihkan terlebih dahulu kedalam tangki yang berisi HCI.

    Kemudian dilanjutkan dengan proses pemanasan dengan sistem BAF

    dan CAL, hasil lembaran baja tersebut diratakan dengan temper mill

    sesuai dengan permintaan konsumen.

  • 27

    Gambar 2.7 Proses Pabrik Baja Lembaran Dingin (CRM)

    2.5.6 Pabrik Pengerollan Baja/ Wire Rod Mill

    Pabrik Wire Rod Mill (WRM) adalah sebuah pabrik yang memproses

    batangan kawat baja. Produk-produk pabrik batang kawat juga

    merupakan bahan baku dari pabrik-pabrik seperti pabrik mur dan

    baud, kawat las, kawat paku, tali baja, dan lain sebagainya. Dengan

    melakukan penimbangan, pencatatan, dan pemeriksaan secara visual

    serta pengaturan posisi billet, siap dimasukkan ke dalam furnace

    dimana bilet tersebut dipanaskan dengan temperatur 12000C.

    Pengeluaran bilet didorong dengan alat yang disebut billet injektor.

    Kemudian setelah bilet didinginkan dengan air, maka bilet siap untuk

    digulung loop plyer

    Peralatan utama dalam pabrik Wire Rod Plant (WRP) adalah :

    a. Sebuah furnace dengan kapasitas 60 ton/jam.

  • 28

    b. Dua buah konveyor pendingin.

    c. Dua buah mesin untuk merapikan atau mengompakkan gulungan

    dan mengikatnya.

    Kapasitas produksi pabrik ini mencapai 200.000 ton tahun batang

    kawat. Diameter kawat yang dihasilkan adalah 5,5 mm; 8 mm; 10

    mm; dan 12 mm. Ukuran yang dihasilkan : Panjang 10.000 mm, Berat

    900 Kg, Penampang 110x110 mm. Untuk variasi batang kawat yang

    dihasilkan terdiri dari :

    a. Batang kawat karbon rendah

    b. Batang kawat untuk elektroda las

    c. Batang kawat untuk cold healding

    Gambar 2.8 Proses Pabrik Batang Kawat (WRM)

    Gambar 2.7 Proses Pabrik Baja Lembaran Dingin (CRM)Gambar 2.8 Proses Pabrik Batang Kawat (WRM)