bab ii

28

Click here to load reader

Upload: penulismudantha-cuppa-cupps

Post on 05-Jul-2015

259 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien. Misalnya,

klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah

gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak.

Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah untuk menentukan status kesehatan

klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana

tindakan keperawatan.

Cara pemeriksaan fisik :

A. Inspeksi

Mengamati dengan penglihatan.

1. Kulit.

a. Warna (anemis / pucat, heperemis / merah, sianosis / pucat).

b. Edema , lesi.

c. Kelembapan.

d. Vaskularisasi.

2. Mukosa.

a. Mukosa mata (konjungtiva).

b. Mukosa mulut (palatum molle).

3. Arsiktetur.

a. Bentuk tubuh

b. Kelainan bentuk tubuh (scoliosis, kyposis).

c. Simetris / asimetris.

d. Bentuk dada cembung / cekung.

4. Pergerakan.

Cara berjalan penderita :

a. Hemiplegik.

b. Parkinson.

3

Page 2: BAB II

5. Posisi.

Posisi kesakitan ketika berjalan, duduk, berdiri, dan berbaring. Penderita lebih

nyaman saat duduk, tidur miring ke kiri atau ke kanan, lebih nyaman tidur dengan

menggunakan bantal, dan lain-lain.

B. Palpasi

Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah

instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang :

temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.

1. Meraba bagian tubuh penderita dengan tangan.

2. Rasakan, apakah permukaan rata atau berbenjol, apakah hangat, panas atau dingin,

bagaimana konsistensinya, lunak, kenyal, atau keras.

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :

1. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.

2. Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering

3. Kuku jari perawat harus dipotong pendek.

4. Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.

Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.

C. Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu

untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan

menghasilkan suara.Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan

konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk

menghasilkan suara.

Mengetuk-ngetuk pada beberapa tempat dengan ujung jari. Suara yang dipantulkan

terdengar nyaring, redup, datar, timpani.

Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :

1. Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.

2. Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru

pada pneumonia.

4

Page 3: BAB II

3. Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung,

perkusi daerah hepar.

4. Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong,

misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.

D. Auskultasi

Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara

yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop.

Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.

Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :

1. Rales

Suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan

mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien

pneumonia, TBC.

2. Ronchi

Nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi.

Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.

3. Wheezing

Bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi.

Misalnya pada bronchitis akut, asma.

4. Pleura Friction Rub

Bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya

pada klien dengan peradangan pleura.

Petunjuk umum dalam melakukan pemeriksaan fisik :

1. Tangan pemeriksa bersih dan hangat.

2. Gunakan prosedur secara sistematis.

3. Bila klien menggunakan alat bantu, lakukan pemeriksaan dengan dan tanpa alat

bantu.

4. Perhatikan kenyamanan klien, hindarkan kesan terburu-buru.

5. Selalu menjalin komunikasi yang efektif selama pemeriksaan berlangsung.

5

Page 4: BAB II

6. Menjaga privasi klien.

7. Memberi jawaban secara proporsional, bila klien menanyakan hasil pemeriksaan.

Bila hasil pemeriksaan masih memerlukan hasil pemeriksaan lain, sampaikan pada

klien dan hasil belum final.

Alat-alat yang digunakan dalam pemeriksaan fisik :

1. Termometer, baik oral, aksilla maupun rektal.

(Pada anak-anak dan bayi, lazim digunakan thermometer rektal)

2. Spigmomanometer: untuk mengukur tekanan darah

3. Stetoskop. Ada dua bagian penting stetoskop, yaitu :

a. Bell, Digunakan untuk mendengar bunyi yang bernada rendah seperti bunyi

jantung.

b. Diapragma, Digunakan untuk mendengar bunyi yang bernada tinggi seperti

bunyi nafas dan peristaltik.

4. Jam: untuk penghitungan waktu

5. Timbangan berat badan:mengukur berat badan pasien

6. Spatel lidah:untuk menekan lidah pada pemeriksaan oral

7. Meter line: untuk pengukuran lebar atau panjang

8. Snellen Chart : Dalam bentuk huruf dan gambar.

9. Pen light: untuk memeriksa reflek pupil pada mata,telinga,dan sebagainya

10. Reflek hammer: untuk memeriksa kepekaan

Alat khusus : Optalmoskop, Otoskop

Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan :

1. Head to toe (kepala ke kaki)

Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki. Mulai

dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan

tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum,

ektremitas.Dengan pendekatan ini, pemeriksaan dimulai dari kepala dan secara sistematis

pemeriksaan ke tubuh bagian bawah sampai ke kaki. Urutan pemeriksaan dimulai dari

kepala, wajah, telinga, hidung, mulut/faring, dan leher. Kemudian dilanjutkan

6

Page 5: BAB II

pemeriksaan dada, paru dan jantung abdomen dan ginjal, genetalia, rektum, ekstremitas

dan terakhir adalah daerah punggung.

2.2 Kompnen pemeriksaan fisik berdasarkan fisik berdasarkan pendekatan head to toe

a. Penampilan Umum

1) Observasi : usia, ras, status nutrisi, status kesehatan umum, perkembangan.

2) Warna : pink, pucat, merah, jaundice (kuning), cyanosis.

3) Kulit : pigmentasi, vaskular, temperatur, tekstur turgor, lesi (tipe, warna, ukuran,

4) bentuk dan distribusi), bruise, perdarahan, scar dan edema.

b. Tanda-Tanda Vital

1) Tekanan darah.

Cara mengukur :

a) Tempatkan kantong balon ditengah arteri brakialis. Bagian tepi bawah manset

sekitar 2.5 cm diatas lipatan antekubital. Lingkaran manset dengan tepat serta

posisikan lengan pasien sehingga sedikit fleksi pada areal siku.

b) Untuk menentukan seberapa tinggi menaikkan tekanan manset, pertama

tentukan tekanan sistolik dengan palfasi.Ketika merasakan arteri radialis

dengan jari 1 tangan, segera pompa manset sampai denyut nadi radialis

menghilang. Baca tekanan nilai ini pada manometer dan tambahkan 30 mmHg

dari nilai yang anda dapatkan.

c) Kempiskan segera manset.

d) Letakkan bagian bel stetoskop dengan hati-hati diatas arteri brakialis, pastikan

bahwav anda telah mengunci bagian ujung pengeluaran udara dengan

memutar penuh penutup udara.Karena bunyi yang terdengar relative

berfrekuensi rendah, jenis suara ini terdengar lebih baik dengan bagian bel

stetoskop.

e) Pompa manset segera sekali lagi, sampai level yang telah ditentukan dan

kemudian kempiskan perlahan dengan laju penurunan sekitar 2 sampai 3

7

Page 6: BAB II

mmHg per detik. Catat tekanan ini saat anda mendengar suara paling sedikit, 2

detak berurutan. Tekanan ini merupakan tekanan sistolik.

f) Terus turunkan tekanan secara perlahan. Titik menghilangnya suara detak

jantung, biasanya hanya beberapa mmHg dibawah titik munculnya suara,

Memungkinkan penentuan terbaik tekanan diastolic yang sebenarnya pada

individu dewasa.

g) Baca level tekanan sistolik dan diastolik sampai yang terdekat dengan 2

mmHg.

2) Frekuensi jantung

Nadi radialis umumnya digunakan untuk mengkaji frekuensi jantung. Dengan

bantalan ujung jari telunjuk dan jari tengah anda, tekan arteri radialis sampai

terdeteksi pulsasi yang maksimal. Jika irama teratur, hitung frekuensi selama 15

detik dan kalikan 4. Jika frekuensi cepat atau lambat tidak seperti biasanya, hitung

selama 60 detik. Jika irama denyut tidak teratur, evaluasi frekuensi dengan

mengauskultasi denyut apical.

3) Irama jantung

Rasakan denyut radialis. Periksa lagi irama dengan mendengarkan stetoskop anda

pada denyut apical. Jika tidak teratur, usahakan untuk mengidentifikasi pola.

a) Apakah denyut yang muncul pertama mengikuti irama dasar yang teratur ?

b) Apakah ketidakteraturan bervariasi secara konsisten dengan pernapasan ?

c) Apakah irama secara keseluruhan tidak teratur ?

4) Frekuensi dan irama pernapasan.

Pantau frekuensi, irama, kedalaman dan usaha pernapasan. Hitung jumlah

pernapasan dalam 1 menit dan lakukan inspeksi atau mendengarkan melalui

stetoskop trakea pasien selama pemeriksaan pada kepala, leher, atau dada.

Normalnya, individu dewasa bernapas 14 sampai 20 kali permenit dalam pola

yang tenang dan teratur.

8

Page 7: BAB II

5) Suhu

Suhu oral, biasanya 37◦C sangat berfluktuasi dari dini hari sampai petang atau

malam hari. suhu rectal lebih tinggi dari pada suhu oral sekitar 0,4 sampai 0,5◦C,

tetapi perbedaan ini juga bervariasi. Sebaliknya suhu aksila lebih rendah

dibandingkan suhu oral, yakni sekitar 1◦, tetapi memerlukan waktu 5 sampai 10

menit untuk menunggu hasilnya dan dipertimbangkan kurang akurat bila

dibandingkan cara yang lain.

c. Kepala

1. Ukuran, kontour, kesimetrisan, warna, nyeri, pembengkakan, edema dan lesi.

2. Kulit kepala : warna, tekstur, lesi dan peradangan seperti bengkak dan nyeri,

gerakan yang tidak terkendali.

3. Wajah : pergerakan, ekspresi, pigmentasi, acne, tremor dan skar.

4. Rambut.

Termasuk kuantitas, distribusi dan tekstur.

a) Myxedema : jarang, kasar, kering.

b) Hipertiroid : halus, alis lateral hilang.

5. Scalp : Psoriasis

6. Tengkorak, termasuk ukuran dan kontur

a) Hydrosepalus.

b) Trauma.

7. Muka, termasuk simetri / asimetri dan ekspresi.

a) Facial paralysis.

b) Emosi.

8. Kulit, termasuk warna, tekstur, rambut, lesi.

a) Pucat, sianosis.

b) Jerawat, kanker kulit.

9

Page 8: BAB II

Bentuk dan ukuran kepala

1. Hydrosepalus.

Ukuran besarnya kepala dan dahi menonjol, eksoftalmus, kelopak mata

mengantung, ekspresi yang menjemukan atau hampa. Disebabkan tertimbunnya

cairan didalam otak, sering ditemukan pada bayi atau anak.

2. Kepala Menara.

Kepala lancip ke atas sehingga seperti menara. Akibat sinostosis premature sutura

koronaria dan sutura sagitalis.

3. Kepala Paget.

Pembesaran kubah tengkorak yang khas dan tampak asimetri.

4. Cephalohematoma.

Terdapat pada bayi akibat tindakan forceps dan kesulitan pada jalan lahir.

Pergerakan.

1. Tremor (Parkinson).

Tremor ritmik pada kepala yang terus menerus.

2. Spasma.

Gerakan kepala tiba-tiba yang sering disertai gerakan menyeringai pada wajah.

3. Tanda musset.

Gerakan mengangguk dan menengadah pada kepala yang seirama dengan jantung.

Contoh : Insufisiensi aorta.

d. Wajah

Warna wajah.

1. Wajah pucat : anemis.

2. Ikterik : hiperbilirubinemia.

10

Page 9: BAB II

3. Sianosis : kelainan jantung bawaan, COPD.

4. Kemerah-merahan : keracunan karbon monoksida atau asam sianida, penderita

penyakit katup mitral, hemokromatosis (penimbunan besi).

5. Bercak-bercak eritema seperti kupu-kupu dipipi.

6. Frambusia : kulit wajah seperti membentuk krusta.

Bentuk wajah.

1. Akromegali.

a) Wajah lonjong memanjang.

b) Tulang-tulang dikepala menonjol.

c) Hidung menonjol.

d) Rahang bawah membesar.

e) Hidung, bibir, daun telinga membesar.

2. Facies hipokrates.

a) Pada dehidrasi.

b) Pipi kempot, kurus kering.

c) Kulit kering.

d) Daun telinga mengarah keluar.

3. Moon face.

a) Wajah sembab bulat seperti bulan purnama.

b) Tumbuh rambut berlebihan.

4. Parkinson.

a) Ekspresi wajah menghilang, muka seperti topeng.

b) Jarang berkedip.

c) gerakan lidah dan bibir lambat selama berbicara.

d) Keluar air liur dan sulit menelan.

11

Page 10: BAB II

Simetri atau asimetri.

1. Wajah normal : simetri.

2. Asimetri : terdapat pada paralise nervus fasialis atau kelumpuhan bell, salah satu

matanya tidak dapat menutup, bibir moncong, salah satu alisnya tidak dapat

diangkat pada sis yang lumpuh.

e. Mata

1. Ketajaman : visus, penggunaan kacamata, kontak lens,

photopobia, nyeri dan perasaan terbakar.

2. Kelopak mata : warna, piosis (kelopak mata tidak dapat menutup

bola mata), edema dan eksophtalmus (kelopak mata keluar).

3. Pergerakan bola mata : posisi dan kesejajaran mata, strabismus (juling)

dan nistagmus (bola mata berputar cepat).

4. Konjungtiva : warna, pengeluaran sekret, perubahan vaskular.

5. Sklera : warna, vaskular (pembuluh darah) dan jaundice.

6. Kelainan mata.

a) Periorbital edema.

1) Kelainan ginjal yaitu retensi cairan karena sindroma nefrotik.

2) Alergi.

b) Ptosis.

1) Kelemahan otot.

2) Kerusakan nervus simpatis.

3) Kongenital.

c) Exhophtamus.

Mata seolah-olah menonjol keluar, bisa ada hubungannya dengan edema

kelopak mata dan kelainan konjungtiva.

d) Xanthoma.

Warna kuning, bentuk tidak teratur, dekat ujung paling nasal kelopak mata,

bisa mengenai kedua kelopak mata.

e) Corneal arcus.

12

Page 11: BAB II

Suatu lingkaran tipis di tepi kornea berwarna putih keabuan.

f) Corneal scar.

Jaringan parut dibagian kornea.

g) Pterygium.

Penebalan triangular dari konus konjungtiva bulbar ada pertumbuhan jaringan

dalam kornea, seperti selaput, timbul dari sebelah nasal melintang kornea.

Biasanya hiperemi.

f. Telinga

1. Ketajaman : pendengaran, penggunaan alat bantu dengar, nyeri,

tinnitus (berdengung), sensitivitas terhadap suara.

2. Telinga luar : cuping, aurikel dan kanalis.

3. Telinga dalam : vertigo (merasa berputar).

g. Hidung

1. Penciuman, ukuran hidung, kesimetrisan, cuping hidung ”flaring”, deformitas dan

hidung tersumbat.

2. Mukosa : warna, edema, eksudat, perdarahan, nyeri dan kelembutan.

3. Sinus : kelembutan ”tenderness” dan nyeri.

a) Sinus maksilaris, menekan pipi kiri dan kanan hidung : sakit.

b) Sinus frontalis, menekan supraorbita.

c) Radang sinus, disebut sinusitis.

d) Dapat pula diperiksa dengan cara transiluminasi.

h. Mulut dan Kerongkongan

a. Bau, nyeri, kemampuan berbicara, menggigit, mengunyah, menelan dan

mengecap.

b. Bibir : warna, kesimetrisan, lesi, hidrasi (kelembaban), blister (kelainan

kulit) demam, pengelupasan, berkerak, pembengkakan, dan hilang/mati rasa.

Pada pemeriksaan bibir perlu diperhatikan hal-hal berikut :

13

Page 12: BAB II

1) Warna.

a. Pucat pada anemia.

b. Sianotik pada kelainan jantung bawaan dan COPD.

2) Kelembaban.

Normal basah, kering pada dehidrasi berat, demam tinggi, diabetes mellitus.

a. Edema.

Angiedema : edema bibir yang difus.

b. Sumbing.

Terdapat celah akibat kelainan konginetal celah bisa sampai ke palatum

molle.

c. Gerakan.

Tremor, ditemukan pada Parkinson.

3) Kulit bibir.

a. Erosi

b. Bercak-bercak pigmen.

c. Perleche.

d. Ranaden, jaringan parut kecil linier.

e. Leukoplakia, bercak putih.

c. Gusi : warna, edema, perdarahan, tarikan ”retraksi” dan nyeri.

d. Gigi-geligi : jumlah, karies, sensitivitas terhadap rangsangan panas dan dingin.

Terdapat endapan putih, keabu-abuan atau kehitam-hitaman. Penyebab

bacterial, suka makanan yang manis-manis dan kebersihan gigi kurang.

Terdapat kehitaman pada gusi.

Gigi tidak rata, gigi seri tumbuh pendek dan sempit, sudut gigi tampak

membulat. Jarak antar gigi melebar.

Kelainan darah dirongga mulut.

Perdarahan gusi terutama ditempat inflamasi, bercak-bercak perdarahan

dipalatum mole dan gusi.

14

Page 13: BAB II

Bercak merah dibibir, lidah, ginggiva membengkak dan sering terjadi

pendarahan.

e. Lidah : kesimetrisan, warna, ukuran, hidrasi (kelembaban), luka, perasaan

terbakar, pembengkakan, bercak-bercak.

Letak, permukaan, warna, gerakan :

1) Paralisis.

Lidah membelok ke kanan atau ke kiri ketika di julurkan ke depan.

2) Fissured tongue

Lidah terbelah memanjang di mulai ujung, biasanya kelainan congenital,

tetapi dapat timbul pada usia lanjut karena iritasi makanan.

3) Hairy tongue

a. Lidah coklat kehitaman, menebal, hipertropi papilla fillifrom yang

meliputi sebagian besar permukaan lidah .

b. Dapat disebabkan hyperkeratosis dari papillae, akibat berbagai

macam obat (misalnya:obat kumur yang mengandung perchlorat atau

peroksida).

4) Media rhomboid glossltis

Tampak suatu elevasi pada pangkal lidah bentuk oval, kemerah-

merahan.

5) Amyloid tongue

Lidah membesar karena penimbulan amiloid di dasar lidah.

6) Leutic glossitis

Permukaan lidah tidak rata, seperti membentuk lobus.

7) Geografic tongue

Permukaan lidah ireguler, tampak patch.

f. Kerongkongan : refleks gag, sakit menelan, batuk, sputum, hemaptisis

(batuk darah keluar).

g. Suara : serak, hilang suara, perubahan dalam intonasi.

15

Page 14: BAB II

i. Leher

a. Kesimetrisan, pergerakan, rentang gerak, massa, skar, nyeri dan kekakuan.

b. Trakhea : deviasi dan skar.

c. Tyroid : ukuran, bentuk, kesimetrisan, konsistensi, nodul dan skar.

d. Pembuluh darah (karotis dan jugular) : kualitas, kekuatan dan kesimetrisan

pulsasi Bruit dan distensi vena.

e. Kelenjar getah bening : ukuran, bentuk, mobilitas dan konsistensi.

j. Dada

a. Ukuran, bentuk, kesimetrisan, deformitas dan nyeri.

b. Kulit : warna, distribusi rambut, turgor, temperatur, edema, dan

krepitasi.

c. Buah dada : kontour, kesimetrisan, warna, ukuran, bentuk, peradangan,

skar dan massa ( catat lokasi, ukuran, bentuk, mobilitas, konsistensi ), nyeri

dan pembengkakan.

d. Puting susu : warna, pengeluaran, ulcerasi(lesi), perdarahan, inversi dan

nyeri.

e. Aksila : kelenjar getah bening ( pembesaran, konsistensi ).

k. Paru-paru

a. Pola pernapasan : rate, keteraturan, kedalaman, kemudahan, penggunaan otot

pernapasan tambahan dan fremitus (getaran inspirasi yang dirasakan pada

dada ).

b. Bunyi pernafasan : normal, abnormal (intensitas, kualitas, kenyaringan, dan

lamannya), vokal rensonan.

l. Jantung

a. Pola jantung : rate, ritme, intensitas, keteraturan, titik tertinggi

impuls

b. Batas-batas jantung dan penggunaan alat pacu jantung

16

Page 15: BAB II

c. Bunyi jantung : normal, abnormal.

m.Abdomen

Pemeriksaan dengan cara :

1) Inspeksi.

a. Memperhatikan keluhan pasien.

b. Memperhatikan keadaan permukaan. Misalnya, Tampak cembung, datar

atau merata.

c. Memperhatikan dinding abdomen.

(Tanda Cullen, grey turner, venektasi)

d. Memperhatikan benjolan atau massa.

Hernia epigastrik (menonjol kecil), hernia incisional (menonjol pada bekas

operasi),

Hernia umbilikalis (menonjol di umbilikilis), hernia diafragmatika

(longgarnya hiatus esofagus).

2) Palpasi.

a. Teknik palpasi dalam.

pasien tidur terlentang dan rileks, lututnya ditekukkan agar perut menjadi

kendor. Cara ini digunakan untuk menentukan massa abdomen.

b. Teknik palpasi bimanual.

Jari tangan kanan melakukan vaginal toucher, sedang jari kiri sedikit

melakukan suprapubis. Cara ini dilakukan untuk menentukan kelainan pada

genetalia wanita, sedangkan pada pria untuk menentukan ada tidaknya

tumor di kandung kemih atau untuk memeriksa prostat.

3) Perkusi.

Pada keadaan normal perkusi pada abdomen akan terdengar suara timpani oleh

karena adanya udara. Pekak atau redup (ada kelainan). Perkusi pada asites akan

didapatkan pekak pindah positif.

17

Page 16: BAB II

4) Auskultasi.

Pada keadaan normal,auskultasi abdomen dapat terdengar:

a. Bising usus.

b. Suara pembuluh darah.

n. Ginjal

Pengeluaran urin (jumlah, warna, bau, sedimen), frekuensi, urgensi, hesitancy,

perasaan terbakar atau panas, inkontinen, hematuri (darah di dalam kencing),

nokturi (terbangun malam hari), oliguri (kencing kurang dari normal)

o. GENETALIA

a. Wanita : labia mayora dan minora, orifisium uretra atau lubang

kencing dan vagina (pengeluaran, jumlah dan bau), pembengkakan, ulserasi,

nodul, masa, dan nyeri.

b. Pria : penis (pengeluaran, ulserasi, dan nyeri), skrotum (warna,

ukuran, nodul, pembengkakan, ulserasi), testis (ukuran, bentuk,

pembengkakan, massa, dan ada tidaknya)

1) Leopold.

a. Menentukan tinggi fundus urteri atau pada wanita hamil.

b. Telapak tangan letakkan pada fundus urteri dapat diraba di bokong janin, untuk

menentukan umur kehamilan.

c. Palpasi punggung janin.

Palpasi letak punggung dan ekstremitas janin.

d. Memeriksa suprapubis.

Menentukan letak janin, dekat jalan lahir. Palpasi kepala janin, apakah sudah

masuk ke jalan lahir.

e. Cara menentukan posisi janin letakkan tangan kiri di pundus uteri dan tangan

kanan disuprapubis.

18

Page 17: BAB II

2) Rectal toucher.

a. Tujuannya untuk memeriksa lubang dubur.

b. Penderita miring ke kiri.

c. kaki penderita di tekuk.

d. Ujung jari telunjuk meraba dulu lubang anus.

e. Telunjuk jari tangan dimasukkan kedalam dubur sambil meraba.

f. Pada penderita berusia lanjut, perlu ditentukan besarnya prostat.

g. Pada wanita perlu diraba letak dan besarnya uterus.

h. Jari telunjuk ditarik.

3) Prolaps rektil.

Berwarna kemerahan dan dirasakan nyeri.

4) Hemoroid eksterna.

Hemoroid yang menonjol keluar dari anus, berwarna keabu-abuan dan penderita

merasakan ada benjolan yang keluar dari dubur.

p. Rektum

Pigmentasi, hemoroid, abses, kista, massa, lesi, gatal, perasaan terbakar atau

panas dan nyeri.

q. Punggung

Skar, edema sakral, abnormalitas tulang belakang (skoliosis, lardosis),

pembengkakan, lesi, dan nyeri

1) Tanda skoliosis atau kiposis.

2) Inspeksi pada asites terdapat edema sacral.

3) Masa atau tumor : palpasi batasnya.

4) Perkusi :

Letakkan tapak tangan yang kiri pada permukaan punggung, lalu pukul

tangan tersebut dengan tangan yang lain.

19

Page 18: BAB II

5) Proses peradangan ginjal : Nyeri tekan pada palpasi dalam dan nyeri ketok

pada daerah costo vertebre angel (CVA).

r. Panggul dan Ekstremitas Bawah

1) Tidur telentang.

Kedua lutut ditekuk pada abdomen. Pada orang normal dapat membuat sudut

120◦

2) Tidur tengkurap.

Suruh mengangkat salah satu tungkai kebelakang. Pada orang normal dapat

membuat sudut 30◦.

Cara pemeriksaan rotasi punggul.

1) Penderita tidur terlentang, lutut ditekuk, lalu menyilangkan tungkai.

2) Penderita tidur terlentang tungkai lurus, tungkai digerakkan keluar, lalu salah

satu tungkai diangkat, kemudian lakukan aduksi.

Cara pemeriksaan kekuatan otot lengan.

1) Kekuatan fleksi : membengkokkan lengan bawah penderita dan

menariknya.

2) Kekuatan ekstensi : lengan bawah dibengkokkan, luruskan tangannya dan

ditahan.

Cara pemeriksaan kekuatan jari tangan.

1) Kekuatan abduksi : jari tangan dibuka dan tahan gerakkan jari tangan.

2) Kekuatan ibu jari tangan : bengkokkan ibu jari tangan, tahan menggunakan

telunjuk jari.

3) Pemeriksaan kekuatan ekstensi pada lutut : lutut penderita ditekuk dan luruskan

tungkai bawah.

4) Pemeriksaan kekuatan fleksi pada lutut : lutut ditekuk, lakukan fleksi

sepenuhnya dan tarik tungkai bawah.

20

Page 19: BAB II

5) Pemeriksaan kekuatan paha : kaki diangkat dan tahan gerakan dengan tangan.

6) Pemeriksaan kaki : Kaki ditekuk kemudian mencoba menahan ke plantarnya.

7) Tes Romberg : pasien berdiri tegak dengan merapatkan kaki, lalu tutup mata

yang mempunyai gangguan di otak, dia akan jatuh.

a. Ukuran, bentuk, kesimetrisan, rentang gerak, temperatur warna dan

pigmentasi, skar, ulserasi, hilang rasa, pembengkakan, fraktur dan prostesis

b. Persendian : kesimetrisan, mobilitas aktif dan pasif, deformitas,

kekakuan, fiksasi,

massa, pembengkakan, edema, dan nyeri.

c. Otot : kesimetrisan, ukuran dan bentuk, tonus, kram, spasme,

kekakuan dan

tremor

d. Pembuluh darah : kesimetrisan dan kekuatan nadi, pengisian kapiler,

varikosis dan

Plebitis.

2.3 ROS (Review of System / sistem tubuh)

Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan umum, tanda

vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem perkemihan,

sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen, sistem reproduksi. Informasi

yang didapat membantu perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu

mendapat perhatian khusus.

21