bab ii

19
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Sejarah Perusahaan Awal berdirinya UBPE Pongkor dimulai ketika PT Aneka Tambang Tbk melalui salah satu unit kerjanya yaitu unit geologi memulai eksplorasi pada tahun 1974 sampai dengan tahun 1981 di daerah Gunung Limbung, sebelah barat Gunung Pongkor, dengan tujuan mencari cebakan bijih logam dasar (base metal) yang pada saat itu kebutuhannya masih sangat tinggi. Pada saat eksplorasi di daerah Gunung Limbung, akhir tahun 1979, diperoleh informasi dengan adanya mineralisasi sulfide pirit di daerah Gunung Pongkor. Pada tahun 1981 team unit geologi melakukan reconnaissance (tinjauan ulang) ke daerah Gunung Pongkor dan menemukan urat kuarsa dengan kandungan logam Au = 4ppm dan Ag = 126 ppm dilokasi Pasir Jawa. Dari hasil tinjauan ini direncanakan untuk mengambil KP, yang mana didapatkan KP ekplorasi seluas 4.339 ha (KP. DU 562/Jabar). Tetapi pada tahun 1983 sampai dengan tahun 1988 kegiatan eksplorasi disekitar Gunung Pongkor ditangguhkan, hal ini disebabkan fokus perusahaan yang sedang mencari mineral logam dasar. Kemudian pada tahun 1998 sampai dengan 1991

Upload: leonardus-aji-wicaksono

Post on 25-Jun-2015

1.190 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Sejarah Perusahaan

Awal berdirinya UBPE Pongkor dimulai ketika PT Aneka Tambang Tbk

melalui salah satu unit kerjanya yaitu unit geologi memulai eksplorasi pada tahun

1974 sampai dengan tahun 1981 di daerah Gunung Limbung, sebelah barat Gunung

Pongkor, dengan tujuan mencari cebakan bijih logam dasar (base metal) yang pada

saat itu kebutuhannya masih sangat tinggi. Pada saat eksplorasi di daerah Gunung

Limbung, akhir tahun 1979, diperoleh informasi dengan adanya mineralisasi sulfide

pirit di daerah Gunung Pongkor.

Pada tahun 1981 team unit geologi melakukan reconnaissance (tinjauan

ulang) ke daerah Gunung Pongkor dan menemukan urat kuarsa dengan kandungan

logam Au = 4ppm dan Ag = 126 ppm dilokasi Pasir Jawa. Dari hasil tinjauan ini

direncanakan untuk mengambil KP, yang mana didapatkan KP ekplorasi seluas 4.339

ha (KP. DU 562/Jabar). Tetapi pada tahun 1983 sampai dengan tahun 1988 kegiatan

eksplorasi disekitar Gunung Pongkor ditangguhkan, hal ini disebabkan fokus

perusahaan yang sedang mencari mineral logam dasar. Kemudian pada tahun 1998

sampai dengan 1991 dilakukan kegiatan ekplorasi yang lebih sistematis dan lengkap.

Dari kegiatan eksplorasi tersebut akhirnya ditemukan beberapa lokasi daerah prospek

logam. Pada tahun 1992, seiring kegiatan eksplorasi berjalan, dilakukan kegiatan

studi kelayakan tambang dan perencanaan tambang. Yang kemudian dilanjutakn

dengan development.

Sejarah kepemilikan Kuasa Pertambangan daerah Gunung Pongkor, diawali

dengan pengajuan surat permohonan KP Ekporasi oleh Direksi PT. Aneka Tambang

(Persero) Tbk, dengan No.3112-DM/L/2.72, tanggal 25 juni 1981. Berdasarkan surat

permohonan tersebut, maka pada tanggal 9 maret 1983 terbit SK Direktur Jendral

Pertambangan Umum No.777/SKDJ/199/DUP tahun 1983 tentang KP DU 562/Jabar,

Page 2: BAB II

dengan status KP Eksplorasi seluas 4.339 Ha. Mulai tahun 1983 sampai tahun 1987

KP DU 562/Jabar ini telah diperpanjang selama 2 kali. Selanjutnya pada tahun 1988

berubah dari KP Eksplorasi menjadi KP Persiapan Fasilitas Ekplorasi (PFE) dengan

masa berlaku dari tanggal 9 Maret 1988 sampai dengan 9 Maret 1991 telah terbit

Kuasa Ekplorasi KP DU 893/Jabar seluas 4.058 Ha, selanjutnya pada tanggal 1

Agustus 2000 mendapatkan Kuasa Pertambangan Eksploitasi KW 98 PP 0138 seluas

6.074 Ha. Dengan mendapatkan Kuasa Pertambangan tersebut, pembangunan

prasarana dan sarana mulai dijalankan yaitu dengan pembuatan jalan masuk dari

Parempeng menuju Pongkor sepanjang 12,50 km kemudian pembangunan fisik

pabrik dengan kapasitas 2,50 ton emas dan tailing dam. Luas Kuasa Pertambangan

Eksploitasi UBPE Pongkor, PT. Aneka Tambang pada tahun 1991 dapat dilihat pada

Tabel 2.1.

Pada saat awal Produksi pada bulan April tahun 1994 dan pada tahun yang

sama pabrik pengolahan emas digabung menjadi satu unit produksi, dengan nama

Unit Pertambangan Emas (UPE) Pongkor. Kemudian kegiatan penambangan

diperluas ke daerah Ciurug dan dilakukan pembangunan pabrik kedua untuk

meningkatkan kapasitas produksi menjadi 5 ton emas pertahun.

Pada tanggal 1 Agustus 2000 UPE Pongkor mendapatkan Kuasa

Pertambangan Eksploitasi yang baru yaitu KW 98 PP 0138 seluas 6.047 Ha.

Kemudian PT. Antam Tbk melakukan restrukturisasi dan mengubah Unit

Pertambangan Emas (UPE) Pongkor menjadi Unit Bisnis Pertambangan Emas

(UBPE) Pongkor.

2.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Lokasi UBPE Pongkor secara administratif terletak di Gunung Pongkor, Desa

Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat (lihat

Gambar 2.2). Pencapaian lokasi ini dapat dilakukan melalui perjalanan darat dari

Jakarta melalui Bogor dan Leuwiliang sejauh + 100 km. Sedangkan dari posisi

Page 3: BAB II

geografi KP eksploitasi daerah pertambangan emas di Pongkor ini terletak pada

koordinat 106030’01,0” – 106035’38” LS dan 6036’37,2” – 6048’11,0” BT.

Gambar 2.1

Lokasi pertambangan PT.Antam Tbk, UBPE Pongkor

Untuk mencapai lokasi penambangan dapat ditempuh dengan perjalanan

darat, yaitu dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Kondisi jalan beraspal,

berkelok – kelok dan menanjak sehingga kendaraan tidak dapat melaju dengan cepat.

Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi sekitar 2 – 2,5 jam dari kota Bogor.

Pada daerah Kuasa Pertambangan Eksploitasi (KW 98 PP 0138/Jabar) disusun

oleh daerah pegunungan dengan ketinggian 300 – 900 mdpl. Sungai utama yang

mengalir pada daerah ini adalah sungai Cikaniki dengan arah relatif memanjang ke

tenggara sampai timur laut yang bermuara ke sungai Cisadane, yang berada pada sisi

Timur laut. Anak – anak sungai Cikaniki antara lain adalah sungai Cisarua, sungai

Cikaret, Sungai Cimanganten, Sungai Ciguha, Sungai Ciparay, Sungai Cisaninen, dan

Sungai Ciparigi. Lembah umumnya sempit dan curam.

Page 4: BAB II

Sesuai data hasil eksplorasi dan penelitian yang telah dilakukan, cebakan bijih

UBPE Pongkor, PT. Aneka Tambang Tbk terletak pada 10 lokasi, yaitu :

1. Pasir Jawa

2. Ciguha

3. Kubang Cicau

4. Ciurug (L 500 dan L 600)

5. Cadas Copong

6. Gunung Goong

7. Cimahpar

8. “Gudang Handak”

9. Pamoyanan

10. Cikoret

Lokasi penyebaran vein dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2Lokasi Penyebaran Vein

Page 5: BAB II

2.3. Iklim dan Curah Hujan

Daerah ini beriklim tropis dengan suhu rata-rata 26,50 C, dimana suhu

minimum 220 C dan suhu maksimum 300 C. kelembaban rata-rata 84 %. Curah hujan

pada tahun 2010 hingga bulan februari rata-rata sebesar 15,11 mm/hari. Curah hujan

bulanan di daerah penyelidikan berdasarkan data curah hujan Jasinga pada tahun

2005 – 2006 mempunyai curah hujan tertinggi pada bulan Januari 2006 sebesar

511,00 mm. Sedangkan curah hujan terendah berada pada bulan Agustus 2006

sebesar 21,00 mm.

2.4 Kondisi Geologi

Kondisi Geologi pada daerah penelitian dapat dijelaskan melalui kondisi

morfologi, kondisi stratigrafi, geologi regional, struktur geologi dan kondisi urat bijih

(vein) yang akan dijelaskan sebagai berikut.

2.4.1 Morfologi

Pada wilayah KP Eksplorasi PT. Aneka Tambang, Tbk memilki tata guna

lahan yang pembagiannya terdiri dari 30% merupakan kawasan hutan lindung, 35%

kawasan Perhutani, 30% merupakan lahan masyarakat dan 5% sebagai enclave

(daerah serapan air). Kawasan hutan lindung membentang dari bagian barat hingga

timur, tanah masyarakat juga menyebar dari bagian tengah sisi barat ke arah timur

laut, sedangkan tanah enclave berada di sekitar kawasan Perhutani.

Tabel 2.1

Luas Kuasa Pertambangan DU 893/JABAR

No. Area Luas (Ha)

1. Kawasan Taman Nasional 150,00

2. Hutan Lindung 275,00

3. Hutan Produksi 2.025,00

4. Tanah Milik 1.635,00

Page 6: BAB II

Tanah Perhutani menyebar dari arah utara ke selatan secara tidak menerus

karena dibatasi oleh tanah masyarakat, enclave, maupun oleh hutan lindung. Kawasan

Perhutani dan hutan lindung secara umum masih berupa hutan dengan ditumbuhi oleh

bermacam-macam jenis flora, sementara tanah penduduk dan enclave merupakan

wilayah perkampungan disamping juga sebagai lahan persawahan, tegalan dan

pekuburan.

2.4.2. Stratigrafi

Page 7: BAB II

2.4.1 Geologi Regional Daerah Pongkor

Menurut van Bemmelen (1949), Jawa Barat dibagi menjadi lima zona

fisiografi, yaitu : Dataran Rendah Pantai Jakarta, Zona Bandung, Zona Bogor,

Pegunungan Bayah dan Pegunungan Selatan Jawa Barat. Wilayah UBPE Pongkor,

PT. Aneka Tambang Tbk termasuk zona Bogor Barat yang merupakan daerah

pegunungan. Beberapa gunung yang terdapat pada zona yang sama antara lain

Gunung Halimun (1.929,00 m), Gunung Salak (2.211,00 m), Gunung Kendeng

(1.764,00 m) dan Gunung Pongkor (754,00 m) yang merupakan lokasi UBPE

Pongkor, PT. Aneka Tambang Tbk.

Geologi daerah Pongkor merupakan bagian dari jalur gunungapi yang masih

aktif memanjang dari Barat ke Timur selebar 30 – 40 km dengan ketinggian 500 –

2.200 m di atas permukaan laut dan umumnya masih tertutup hutan primer. Pada

bagian Selatan terutama di sepanjang Sungai Cikaniki terdapat satuan batuan tufa

breksi yang disusun oleh tufa, tufa lapili, tufa breksi, aglomerat, dan sisipan lempung.

Satuan ini diterobos dan terpotong oleh urat kuarsa yang mengandung emas.

Penyebaran urat bijih (vein) memilki arah umum jurus (strike) Barat Laut –

Tenggara dengan kemiringan antara 550 sampai 900 ke arah Timur Laut di bagian

Timur, dengan ketebalan yang bervariasi 0,8 m – 24 m. Singkapan bijih ditemukan

pada elevasi antara 550 m – 750 m dpl. Berdasarkan data geologi diketahui adanya

beberapa sesar disekitar Pongkor, yaitu :

1. Sesar Cikaniki

2. Sesar Cihalang

3. Sesar Curugbitung

4. Sesar Pr Pogor

5. Sesar Gunung Singa

6. Sesar Cisarua

7. Sesar Cidurian

8. Sesar Ciguha

9. Sesar Ciurug

10. Sesar Teulukwaru

Peta geologi daerah Pongkor dapat dilihat pada Gambar 2.3.

2.4.2 Struktur Geologi

Page 8: BAB II

Batuan yang terdapat di UBPE-Pongkor terdiri dari batuan gunungapi

piroklastik bersifat andesit sampai dasitik yang dapat dikelompokkan dalam satuan

batuan tufa breksi, aglomerat, breksi andesit, andesit dan dasit. Cadangan di Vein

Ciguha dan Vein Kubang Cicau mempunyai tingkat fracture yang lebih tinggi

dibandingkan dengan cadangan di Vein Ciurug.

Struktur Geologi yang berkembang terdiri dari kekar dan sesar. Sesar dengan

arah N 190 ̊ E dan N 225 ̊ E dengan sudut kemiringan (dip) hampir tegak yang telah

terisi oleh urat kuarsa terutama ditemukan dilokasi L-500 Pasir Jawa. Sesar yang

ditemukan dicirikan oleh adanya pergeseran antara 2-5 m kea rah vertical pada

lapisan batuan lempung.

Pola penyebaran kekar memperlihatkan arah umum yang sejajar dengan

penyebaran urat vein dan bidang perlapisan batuan, yang umumnya terisi urat kuarsa,

lempung, oksida mangan, pirit dan limonit. Mineralisasi emas dan perak di Gunung

Pongkor ditemukan di dalam batuan gunung api yang disusun oleh aglomerat, breksi,

tufa breksi, dan lava andesit. Anomali kadar emas ditentukan dalam urat kuarsa yang

berada dalam satu zona ubahan hydrothermal yang meliputi daerah seluas 11 x 6 km.

Zone ubahan ini ditemukan urat kuarsa yang berpola sering sejajar dengan jurus

umum Barat Laut – Tenggara.

2.4.3 Keadaan Urat Bijih (Vein)

Arah urat bijih emas yang ditemukan di lokasi penambangan pada umumnya

memilki arah jurus (strike) N 3500 E sampai N 3250 E dengan kemiringan (dip) antara

500 sampai 900 (lihat Tabel 2.2). Ketebalan urat bijih antara 2 – 25 m dengan panjang

mencapai 2.500 m (lihat Tabel 2.3).

Page 9: BAB II

Gambar 2.3

Peta Geologi Gunung Pongkor (Milesi, 1974)

Tabel 2.2

Nama dan Kedudukan Urat Bijih

No. Nama Urat Strike (N…0E) Dip (0)

1. Pasir Jawa 150 – 180 88

2. Ciguha Utama ±180 70 – 80

3. Ciguha Timur 330 – 340 70 – 75

4. Kubang Cicau 140 - 180 70 – 85

5. Ciurug 320 – 330 60 – 70

6. Pamoyanan ±335 78

Sumber : UBPE Pongkor, PT. Aneka Tambang Tbk

Page 10: BAB II

Pada daerah Pongkor terdapat tiga urat utama yang dapat ditambang dengan

jarak antar urat bijih sekitar 1 km. Bentuk penampang urat utama di Pongkor dapat

dilihat pada Gambar 2.4.

Page 11: BAB II

Sumber : UBPE Pongkor, PT. Aneka Tambang Tbk

Gambar 2.4

Penampang Tiga Vein Utama

2.4.4 Cadangan

Endapan emas yang terdapat di lokasi KP UBPE Pongkor, PT. Aneka

Tambang, Tbk terdiri dari tiga(3) urat utama, yaitu : Urat Kubang Cicau, Urat Ciurug,

dan Urat Pamoyanan. Selain ketiga urat utama tersebut juga terdapat beberapa

endapan urat bijih lainnya, yaitu : Urat Ciguha dan Urat “Gudang Handak”. Panjang

urat kuarsa lebih dari 1,5 km dengan jumlah cadangan tertambang (mineable

reserves) bijih emas sebesar 3.323.128,00 wmt dengan kadar rata – rata 8,88 % dan

bijih perak sebesar 2.897.746,00 dmt dengan kadar rata – rata 120,06 %, sedangkan

cadangan tak tertambang (unmineable reserves) bijih emas sebesar 402.039,00 wmt

dengan kadar rata – rata 10,06 % dan bijih perak 59.985,00 dmt dengan kadar rata –

rata 129,47 % (lihat Tabel 2.3).

Tabel 2.3

Cadangan Tertambang (Mineable Reserves) dan Cadangan Tak Tertambang

(Unmineable Reserves) serta Kadar Bijih Pongkor, PT. Aneka Tambang Tbk

Vein

Mineable Reserves Unmineable Reserves

Ore Grade (%) Ore Grade (%)

(wmt) (dmt) Au Ag (wmt) (dmt) Au Ag

Ciguha 334.017,00 283.915,00 10,18 153,44 30.391,00 25.833,00 11,50 173,38

Pamoyanan 170.415,00 144.853,00 10,06 123,94 19.112,00 - 11,28 137,73

Kubang Cicau 441.595,01 375.356,00 8,75 107,49 40.179,00 34.152,00 9,89 -

Ciurug 1.461.710,01 1.315.539,00 10,97 122,83 215.641,00 - 13,08 154,03

Gudang Handak 915.391,00 778.083,00 6,78 86,69 96.716,00 - 7,05 85,56

Page 12: BAB II

Total 3.323.128,00 2.897.746,00 46,74 594,39 402.039,00 59.985,00 52,75 550,70

Rata – rata 8,88 120,06 10,06 129,50

Keterangan : wmt = wet metric ton ; dmt = dry metric ton

Sumber : Departemen Eksplorasi UBPE Pongkor, PT. Aneka Tambang Tbk

2.5 Penambangan

Metode penambangan yang diterapkan adalah metode Overhand Cut and Fill

yang mengambil bijih emas dari dalam bumi. Untuk membebaskan emas dan perak

dari massa batuannya digunakan pemboran dan peledakan. Alat bor yang digunakan

yaitu jenis jack hammer dan jumbo drill. Hasil peledakan berupa broken ore dimuat

dengan menggunakan LHD (load hauling dump) kedalam lori. Selanjutnya Troly

menarik semua lori keluar dari dalam tambang menuju ke Primary Crushing Plant.

Pada primary crushing plant, broken ore direduksi ukurannya hingga 12 mm dan

selanjutnya diangkut dengan belt conveyor menuju Fine Ore Bin untuk diproses lebih

lanjut sampai menghasilkan Dore Bullion (kadar emas 6-8% dan perak 90-92%).

Dore Bullion ini kemudian diangkut ke Logam Mulia Jakarta untuk diproses menjadi

emas murni berbentuk batangan dengan kadar emas 99,8%.

2.6 Pengolahan Emas Pongkor

Proses pengolahan bijih emas pongkor menggunakan standar Proses Sianidasi

yaitu cairan Carbon in Leach (penyerapan oleh karbon) yang diikuti dengan proses

Elution (pelepasan dari karbon) dan proses Electrowinning (pemurnian dengan arus

listrik untuk menangkap kembali emas). Keistimewaan proses pengolahan emas

Pongkor dari tambang emas lainnya adalah digunakannya proses Electrowinning

sebagai pengganti proses iMerril Crowe (Zinc Cementation).

Secara umum proses pengolahan bijih emas pongkor dikelompokkan dalam

lima tahap, yaitu :

1. Crushing Unit (Unit Pemecah Batu)

Page 13: BAB II

Batuan emas dari tambang yang ukurannya 300-500 mm dihancurkan dengan

primary crusher (jaw crusher) dan secondary crusher sampai diperoleh

ukuran butir < 12,5 mm

2. Milling Unit (Unit Gerus)

Bijih dari unit crushing dibawa dengan belt conveyor menuju hopper dari ball

mill dengan kapasitas 22,7 ton/jam (500 ton/hari). Produk milling ini 90%

berupa lumpur halus dengan ukuran <200# (-74 mikron)

3. Leaching and Carbon in Leach (CIL)

Emas dan perak dalam lumpur (produk dari ballmill) dilarutkan dalam dua

buah tangki dengan menambahkan bahan kimia sodium sianida berkadar 10%.

Emas dan perak yang terlarut akan ditangkap oleh karbon aktif yang

ditambahkan pada lima buah tangki Carbon in Leach (CIL). Kondisi optimum

dari proses pelarutan ini ada pada pH 10,5 untuk mencapai pH tersebut

ditambahkan kapur.

4. Gold Recovery Unit

Karbon yang sudah jenuh menyerap larutan emas dan perak di CIL,

dipompakan ke Elution Column untuk melepaskan emas dan perak dalam

karbon kembali ke phase larutan. Emas dan perak dalam larutan ini dengan

proses Electrowinning akan terdesposisi pada kawat katode. Serbuk yang

menempel tersebut (cake) kemudian dilebur dan menghasilkan logam Dore

Bullion dengan kandungan emas 6-10% dan perak 90-92% serta pengotor 1%.

Dore Bullion ini merupakan produk terakhir proses pengolahan emas

Pongkor. Selanjutnya secara periodik dikirim ke Logam Mulia Jakarta yang

juag merupakan salah satu Unit Produksi PT.Antam, Tbk untuk dimurnikan.

5. Tailing Treatment

Kandungan Sodium Sianida yang masih tinggi di lumpur sisa proses CIL,

diambil kembali dengan Counter Current Decantation Thickner. Underflow

Thickner dipompakan ke Cyclone untuk pemisahan fraksi kasar (+10 mikron)

Page 14: BAB II

yang selanjutnya dipompakan kembali ke tambang sebagai filling material

sedangkan fraksi halusnya dipompakan ke tailing dump dan untuk dilakukan

Cyanide Destruction Plant.