bab ii

16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geomorfologi Regional Tinjauan geomorfologi regional yang mencakup daerah penelitian dan sekitarnya didasarkan pada wilayah Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai yang meliputi Daerah Tingkat II Kabupaten Maros, Sungguminasa, Takalar, Jeneponto, Benteng, Bulukumba, Sinjai dan Pulau Selayar (Sukamto, 1974 dalam Sukamto dan Supriatna, 1982). Geomorfologi regional daerah penelitian meliputi penjelasan pengelompokan satuan geomorfologi, berdasarkan pengamatan dari peta topografi daerah penelitian dan pengklasifikasian menurut Van Zuidam (1983), daerah penelitian dibagi menjadi dua satuan geomorfologi yaitu : 1. Satuan geomorfologi berbukit tersayat tajam 2. Satuan geomorfologi pegunungan tersayat tajam. 8

Upload: fitri-ardiantii

Post on 06-Dec-2014

65 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

georeg

TRANSCRIPT

Page 1: bab ii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geomorfologi Regional

Tinjauan geomorfologi regional yang mencakup daerah penelitian dan

sekitarnya didasarkan pada wilayah Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai

yang meliputi Daerah Tingkat II Kabupaten Maros, Sungguminasa, Takalar,

Jeneponto, Benteng, Bulukumba, Sinjai dan Pulau Selayar (Sukamto, 1974

dalam Sukamto dan Supriatna, 1982).

Geomorfologi regional daerah penelitian meliputi penjelasan

pengelompokan satuan geomorfologi, berdasarkan pengamatan dari peta topografi

daerah penelitian dan pengklasifikasian menurut Van Zuidam (1983), daerah

penelitian dibagi menjadi dua satuan geomorfologi yaitu :

1. Satuan geomorfologi berbukit tersayat tajam

2. Satuan geomorfologi pegunungan tersayat tajam.

Satuan geomorfologi berbukit tersayat tajam ini memiliki perbedaan

ketinggian sekitar 200-500 meter dan memiliki sudut lereng sekitar 21o-55o dan

menempati sekitar ± 60% dari lokasi penelitian, dimana satuan ini menempati

sebelah timur dari lokasi penelitian ke arah barat dan berada pada sekitar lembah

Salo Tangka.

Sedangkan satuan geomorfologi pegunungan tersayat tajam ini memiliki

perbedaan ketinggian sekitar 500-1000 meter dan memiliki sudut lereng sekitar

8

Page 2: bab ii

9

56o-140o dan menempati sekitar ± 40% dari lokasi penelitian, dimana satuan ini

menempati sebelah barat dari lokasi penelitian dengan puncak tertinggi pada

Bonto Uhekeke.

2.2 Stratigrafi Regional

Stratigrafi regional daerah penelitian didasarkan pada pembahasan

stratigrafi pada “Geologi Lembar Ujungpandang, Bentang dan Sinjai“ oleh

Sukamto dan Supriatna (1982).

Stratigrafi regional daerah penelitian ini tersusun oleh beberapa formasi,

yaitu :

- (Qac) Endapan Aluvium, Rawa dan Pantai

- (Qlv) Batuan Gunungapi Lompobattang

- (Tpbv) Batuan Gunungapi Baturape-Cindako

- (Tmpw) Formasi Walanae

- (Tmcv) Batuan Gunungapi Formasi Camba

- (gd) Granodiorit

- (Temt) Formasi Tonasa

- (Tpv) Batuan Gunungapi Terpropolitkan

Tpv Batuan Gunungapi Terpropilitkan: breksi, lava dan tufa,

mengandung lebih banyak tufa di bagian atasnya dan lebih banyak lava di bagian

bawahnya, kebanyakan bersifat andesit dan sebagian trakit; bersisipan serpih dan

batugamping di bagian atasnya; komponen breksi beraneka ukuran dari beberapa

Page 3: bab ii

10

cm sampai lebih dari 50 cm, tersemen oleh tufa yang kurang dari 50%; lava dan

breksi berwarna kelabu tua sampai kelabu kehijauan, sangat terbreksikan dan

terpropilitkan, mengandung barik-barik karbonat dan silikat. Satuan ini tebalnya

sekitar 400 m, ditindih tak selaras oleh batugamping Eosen Formasi Tonasa, dan

diterobos oleh batuan granodiorit gd; disebut Batuan Gunungapi Langi oleh van

Leeuwen (1974). Penarikan jejak belah sebuah contoh tufa dari bagian bawah

satuan menghasilkan umur ± 63 juta tahun atau Paleosen (T.M. van Leeuwen,

hubungan tertulis, 1978).

Temt FORMASI TONASA: batugamping, sebagian berlapis dan

sebagian pejal; koral, bioklastika, dan kalkarenit, dengan sisipan napal

globigerina, batugamping kaya foram besar, batugamping pasiran, setempat

dengan moluska; kebanyakan putih dan kelabu muda, sebagian kelabu tua dan

coklat. Perlapisan baik setebal anatara 10 cm dan 30 cm, terlipat lemah dengan

kemiringan lapisan rata-rata kurang dari 25o; di daerah Jeneponto batugamping

berlapis berselingan dengan napal globigerina.

Fosil dari Formasi Tonasa dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis,

1973, 1974, 1975), dan oleh Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1974). Contoh-

contoh yang dianalisa fosilnya adalah: La.8, La.35, Lb.1, Lb.49, Lb.83, Lc.44,

Lc.97, Lc.114, Td.37, Td.161, dan Td.167. Fosil-fosil yang dikenali termasuk:

Discocyclina sp., Nummulites sp., Heterostegina sp., Flosculinella sp.,

Spiroclypeus sp., S. orbitoides DOUVILLE, Lepidocyclina sp., L. ephippoides

JONES & CHAPMAN, L. verbeeki NEWTON & HOLLAND, L. cf. sumatrensis

JONES & CHAPMAN, Miogypsina sp., Globigerina sp., Gn. Tripartite COCH,

Page 4: bab ii

11

Globoquadrina altispira (CHUSMAN & JARVIS), Amphistegina sp.,

Cycloclypeus sp., dan Operculina sp. Gabungan fosil tersebut menunjukkan umur

berkisar dari Eosen sampai Miosen Tengah (Ta-Tf), dan lingkungan pengendapan

neritik dangkal sampai dalam dan sebagian laguna. Formasi ini tebalnya tidak

kurang dari 1750 m, tak selaras menindih batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv)

dan ditindih oleh Formasi Camba (Tmc); di beberapa tempat diterobos oleh retas,

sil dan stok bersusunan basal dan diorit; berkembang baik di sekitar Tonasa di

daerah Lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat, sebelah utaranya.

Tmcv, Batuan Gunungapi Formasi Camba: breksi gunungapi, lava,

konglomerat dan tufa berbutir halus hingga lapili, bersisipan batuan sedimen laut

berupa batupasir tufaan, batupasir gampingan dan batulempung yang mengandung

sisa tumbuhan. Bagian bawahnya lebih banyak mengandung breksi gunungapi dan

lava yang berkomposisi andesit dan basal; konglomerat juga berkomponen andesit

dan basal dengan ukuran 3-50 cm; tufa berlapis baik, terdiri tufa litik, tufa kristal

dan tufa vitrik. Bagian atasnya mengandung ignimbrit bersifat trakit dan tefrit

leusit; ignimbrite berstruktur kekar maniang, berwarna kelabu kecoklatan dan

coklat tua, tefrit lusit berstruktur aliran dengan permukaan berkerak roti, berwarna

hitam. Satuan Tmcv ini termasuk yang dipetakan oleh T.M. Van Leeuwen

(hubungan tertulis, 1978) sebagai Batuan Gunungapi Soppo, Batuan Gunungapi

Pamusureng dan Batuan Gunungapi Lemo. Breksi gunungapi yang tersingkap di

Pulau Selayar mungkin termasuk formasi ini; breksinya sangat kompak, sebagian

gampingan, berkomponen basal amfibol, basal piroksen dan andesit (0,5-30 cm),

bermasa dasar tufa yang mengandung biotit dan piroksen.

Page 5: bab ii

12

Fosil yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1971) dari A. 75 dan

A.76.b termasuk: Amphistegina s., Globigerinids, Operculina sp., Orbulina

universa D’ORBIGNY, Rotalia sp., dan Gastropoda. Penarikan jejak belah dari

contoh ignimbrit menghasilkan umur 13± 2 juta tahun dan K-Ar dari contoh lava

menghasilkan umur 6,2 juta tahun (T.M. van Leeuwen, hubungan tertulis, 1978).

Data paleontologi dan radiometri tersebut menunjukkan umur Miosen Tengah

sampai Miosen Akhir. Satuan ini mempunyai tebal sekitar 2500 m dan merupakan

fasies gunungapi dari pada Formasi Camba yang berkembang baik di daerah

sebelah utaranya (Lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat); lapisannya

kebanyakan terlipat lemah, dengan kemiringan kurang dari 20o; menindih tak

selaras batugamping Formasi Tonasa (Temt) dan batuan yang lebih tua.

Tmpw FORMASI WALANAE: perselingan batupasir, konglomerat, dan

tufa, dengan sisipan batulanau, batulempung, batugamping, napal dan lignit;

batupasir berbutir sedang sampai kasar, umumnya gampingan dan agak kompak,

berkomposisi sebagian andesit dan sebagian lainnya banyak mengandung kuarsa;

tufanya berkisar dari tufa breksi, tufa lapili dan tufa kristal yang banyak

mengandung biotit; konglomerat berkomponen andesit, trakit dan basal, dengan

ukuran ½-70 cm, rata-rata 10 cm.

Formasi ini terdapat di bagian timur, sebagai lanjutan dari lembah Sungai

Walanae di lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat sebelah utaranya. Di

daerah utara banyak mengandung tufa, di bagian tengah banyak mengandung

batupasir, dan di bagian selatan sampai di Pulau Selayar batuannya berjemari

dengan batugamping Anggota Selayar (Tmps); kebanyakan batuannya berlapis

Page 6: bab ii

13

baik, terlipat lemah dengan kemiringan antara 10o-20o, dan membentuk perbukitan

dengan ketinggian rata-rata 250 m di atas muka laut; tebal formasi ini sekitar 2500

m. Di Pulau Selayar formasi ini terutama terdiri dari lapisan-lapisan batupasir

tufaan (10-65 cm) dengan sisipan napal; batupasirnya mengandung kuarsa, biotit,

amfibol dan piroksen.

Fosil dari Formasi Walanae yang dikenali oleh Purnamaningsih

(hubungan tertulis, 1975) pada contoh batuan La.457 dan La.468, terdiri dari:

Globigerina sp., Globorotalia menardii (D’ORBIGNY), Gl. tumida (BRADY),

Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), Globigerinoides immaturus

LEROY, Gl. obliquus BOLLI, dan Orbulina universa D’ORBIGNY. Gabungan

fosil tersebut menunjukkan umur berkisar dari Miosen Akhir sampai Pliosen

(N18-N20). Lagi pula ditemukan jenis foraminifera yang lain, ganggang, dan

koral dalam formasi ini.

Tpbv Batuan Gunungapi Baturapecindako : lava dan breksi, dengan

sisipan sedikit tufa dan konglomerat, bersusunan basal, sebagian besar porfiri

dengan fenokris piroksen besar-besar sampai 1 cm dan sebagian kecil kasatmata,

kelabu tua kehijauan hingga hitam warnanya; lava sebagian berkekar maniang dan

sebagian berkekar lapis, pada umumnya breksi berkomponen kasar, dari 15 cm

sampai 60 cm, terutama basal dan sedikit andesit, dengan semen tufa berbutir

kasar sampai lapili, banyak mengandung pecahan piroksen.

Komplek terobosan diorite berupa stok dan retas di Baturape dan Cindako

diperkirakan merupakan bekas pusat erupsi (Tpbc); batuan di sekitarnya terubah

kuat, amygdaloidal dengan mineral sekunder zeolit dan kalsit; mineral galena di

Page 7: bab ii

14

Baturape kemungkinan berhubungan dengan terobosan diorite itu; daerah sekitar

Baturape dan Cindako batuannya didominasi oleh lava Tpbl. Satuan ini tidak

kurang dari 1250 m tebalnya dan berdasarkan posisi stratigrafinya kira-kira

berumur Pliosen Akhir.

Qlv Batuan Gunungapi Lompobatang: aglomerat, lava, breksi, endapan

lahar dan tufa, membentuk kerucut gunungapi strato dengan puncak tertinggi

2950 m di atas muka laut; batuannya sebagian besar berkomposisi andesit dan

sebagian basal, lavanya ada yang berlubang-lubang seperti yang disebelah barat

Sinjai dan ada yang berlapis; lava yang terdapat kira-kira 2 ½ km sebelah utara

Bantaeng berstruktur bantal; setempat breksi dan tufanya mengandung banyak

biotit.

Bentuk morfologi tubuh gunungapi masih jelas dapat dilihat pada potret

udara; (Qlvc) adalah pusat erupsi yang memperlihatkan bentuk kubah lava; bentuk

kerucut parasit memperlihatkan paling sedikit ada 2 perioda kegiatan erupsi, yaitu

Qlvpl dan Qlvp2. Di daerah sekitar pusat erupsi batuannya terutama terdiri dari

lava dan aglomerat (Qlv), dan di daerah yang agak jauh terdiri terutama dari

breksi, endapan lahar dan tufa (Qlvb). Berdasarkan posisi stratigrafinya

diperkirakan batuan gunungapi ini berumur Plistosen.

Qac ENDAPAN ALUVIUM, RAWA DAN PANTAI : kerikil, pasir,

lempung, lumpur dan batugamping koral; terbentuk dalam lingkungan sungai,

rawa, pantai dan delta. Di sekitar Bantaeng, Bulukumba dan Sungai Berang

endapan aluviumnya terutama terdiri dari rombakan batuan gunungapi Gunung

Lompobatang; di dataran pantai barat terdapat endapan rawa yang sangat luas.

Page 8: bab ii

15

Batuan Sedimen dan Batuan Gunungapi

gd Granodiorit : terobosan granodiorit, batuannya berwarna kelabu

muda, di bawah mikroskop terlihat adanya feldspar, kuarsa, biotit, sedikit

piroksen dan hornblende, dengan mineral pengiring zirkon, apatit dan magnetit;

mengandung senolit bersifat diorite, diterobos retas aplit, sebagian yang lebih

bersifat diorite mengalami kaolinisasi.

Batuan terobosan ini tersingkap di sekitar Birru, menerobos batuan dari

Formasi Marada (Km) dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv), tetapi tidak

ada kontak dengan batugamping Formasi Tonasa (Temt). Penarikan jejak belah

dari contoh granodioritnya yang menghasilkan umur 19 ± 2 juta tahun

memberikan dugaan bahwa penerobosan batuan ini berlangsung di kala Miosen

Awal (T.M. van Leeuwen, hubungan tertulis, 1987).

d Diorit : terobosan diorite, kebanyakan berupa stok dan sebagian retas

atau sil; singkapannya ditemukan di sebelah ditemukan di sebelah timur Maros,

menerobos batugamping Formasi Tonasa (Temt); umumnya berwarna kelabu,

berteksur porfir, dengan fenokris amfibol dan biotit, sebagian berkekar meniang.

Penearikan Kalium / Argon pada biotit dari aplit (lokasi 2) dan diorite (lokasi 3)

menunjukkan umur masing-masing 9,21 dan 7,74 juta tahun atau Miosen Akhir

(J.D. Obradovich hubungan tertulis, 1974).

t/a Trakit dan Andesit : terobosan trakit dan andesit berupa retas dan

stok; trakit berwarna putih, bertekstur porfir dengan fenokris sanidin sampai

sepanjang 1 cm; andesit berwarna kelabu tua, bertekstur porfir dengan fenokris

Page 9: bab ii

16

amfibol dan biotit. Batuan ini tersingkap di daerah sebelah baratdaya Sinjai, dan

menerobos batuan gunungapi Formasi Camba (Tmcv).

Basal terobosan basal berupa retas, sil dan stok, bertekstur porfir dengan

fenokris piroksen kasar mencapai ukuran lebih dari 1 cm, berwarna kelabu tua

kehitaman dan kehijauan; sebagian dicirikan oleh struktur kekar meniang,

beberapa di antaranya mempunyai tekstur gabro. Terobosan basal di sekitar Jene

Berang berupa kelompok retas yang mempunyai arah kira-kira radier memusat ke

Baturape dan Cindako; sedangkan yang di sebelah utara Jeneponto berupa stok.

Semua terobosan basal menerobos batuan dari Formasi Camba (Tmc).

Penarikan Kalium/Argon pada batuan basal, dari lokasi 1 dan 4, dan gabro dari

lokasi 5 menunjukkan umur masing-masing 7,5, 6,99 dan 7,36 juta tahun, atau

Miosen Akhir (Indonesi Gulf Oil Co., hubungan tertulis, 1972; J.D. Obradovich,

hubungan tertulis, 1974). Ini menandakan bahwa kemungkinan besar penerobosan

basal berlangsung sejak Miosen Akhir sampai Pliosen Akhir.

2.3 Struktur Geologi Regional

Struktur geologi Pulau Sulawesi memperlihatkan pola yang kompleks dan

rumit, yang sangat erat kaitannya dengan suatu pola tektonik regional yang

berkembang di Pulau Sulawesi dan sekitarnya (Sukamto, 1975, dalam Sukamto

dan Supriatna, 1982).

Uraian struktur geologi daerah penelitian akan memberikan gambaran

tentang jenis struktur geologi yang bekerja dan mekanisme gaya yang

menyebabkan terjadinya struktur geologi sehingga membentuk daerah penelitian

hingga tampak seperti sekarang. Penentuan struktur geologi ini didasarkan pada

Page 10: bab ii

17

data-data yang di lihat pada peta geologi regional serta interpretasi peta topografi

daerah penelitian.

Seiring dengan berlanjutnya tenaga endogen yang bekerja, namun blok

batuan telah melewati batas plastisitasnya maka terjadi pergeseran batuan yang

membentuk sesar pada daerah penelitian (Asikin, 1979). Berdasarkan peta geologi

regional, diperoleh data-data yang dapat menjadi indikasi struktur geologi,

kedudukan batuan yang tidak seragam, perubahan topografi secara tiba-tiba.

Berdasarkan hal tersebut maka struktur geologi yang bekerja pada regional daerah

penelitian adalah struktur sesar geser dan sesar naik.

Pada bagian utara regional daerah penelitian terdapat sesar naik yang

berada pada litologi granodiorit, yang mana granodiorit merupakan hanging wall

sedangkan batuan vulkanik Formasi Camba dan Baturape-Cindako merupakan

foot wall dari struktur sesar tersebut dan pada barat daya dari regional daerah

penelitian juga terdapat sesar naik yang terdapat pada Batuan Gunungapi

Lompobattang.

Sedangkan struktur sesar geser secara regional terdapat pada hampir pada

seluruh regional daerah Sinjai Barat, dan juga terdapat sebelah tenggara, dari

lokasi penelitian.