bab ii
DESCRIPTION
georegTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geomorfologi Regional
Tinjauan geomorfologi regional yang mencakup daerah penelitian dan
sekitarnya didasarkan pada wilayah Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai
yang meliputi Daerah Tingkat II Kabupaten Maros, Sungguminasa, Takalar,
Jeneponto, Benteng, Bulukumba, Sinjai dan Pulau Selayar (Sukamto, 1974
dalam Sukamto dan Supriatna, 1982).
Geomorfologi regional daerah penelitian meliputi penjelasan
pengelompokan satuan geomorfologi, berdasarkan pengamatan dari peta topografi
daerah penelitian dan pengklasifikasian menurut Van Zuidam (1983), daerah
penelitian dibagi menjadi dua satuan geomorfologi yaitu :
1. Satuan geomorfologi berbukit tersayat tajam
2. Satuan geomorfologi pegunungan tersayat tajam.
Satuan geomorfologi berbukit tersayat tajam ini memiliki perbedaan
ketinggian sekitar 200-500 meter dan memiliki sudut lereng sekitar 21o-55o dan
menempati sekitar ± 60% dari lokasi penelitian, dimana satuan ini menempati
sebelah timur dari lokasi penelitian ke arah barat dan berada pada sekitar lembah
Salo Tangka.
Sedangkan satuan geomorfologi pegunungan tersayat tajam ini memiliki
perbedaan ketinggian sekitar 500-1000 meter dan memiliki sudut lereng sekitar
8
9
56o-140o dan menempati sekitar ± 40% dari lokasi penelitian, dimana satuan ini
menempati sebelah barat dari lokasi penelitian dengan puncak tertinggi pada
Bonto Uhekeke.
2.2 Stratigrafi Regional
Stratigrafi regional daerah penelitian didasarkan pada pembahasan
stratigrafi pada “Geologi Lembar Ujungpandang, Bentang dan Sinjai“ oleh
Sukamto dan Supriatna (1982).
Stratigrafi regional daerah penelitian ini tersusun oleh beberapa formasi,
yaitu :
- (Qac) Endapan Aluvium, Rawa dan Pantai
- (Qlv) Batuan Gunungapi Lompobattang
- (Tpbv) Batuan Gunungapi Baturape-Cindako
- (Tmpw) Formasi Walanae
- (Tmcv) Batuan Gunungapi Formasi Camba
- (gd) Granodiorit
- (Temt) Formasi Tonasa
- (Tpv) Batuan Gunungapi Terpropolitkan
Tpv Batuan Gunungapi Terpropilitkan: breksi, lava dan tufa,
mengandung lebih banyak tufa di bagian atasnya dan lebih banyak lava di bagian
bawahnya, kebanyakan bersifat andesit dan sebagian trakit; bersisipan serpih dan
batugamping di bagian atasnya; komponen breksi beraneka ukuran dari beberapa
10
cm sampai lebih dari 50 cm, tersemen oleh tufa yang kurang dari 50%; lava dan
breksi berwarna kelabu tua sampai kelabu kehijauan, sangat terbreksikan dan
terpropilitkan, mengandung barik-barik karbonat dan silikat. Satuan ini tebalnya
sekitar 400 m, ditindih tak selaras oleh batugamping Eosen Formasi Tonasa, dan
diterobos oleh batuan granodiorit gd; disebut Batuan Gunungapi Langi oleh van
Leeuwen (1974). Penarikan jejak belah sebuah contoh tufa dari bagian bawah
satuan menghasilkan umur ± 63 juta tahun atau Paleosen (T.M. van Leeuwen,
hubungan tertulis, 1978).
Temt FORMASI TONASA: batugamping, sebagian berlapis dan
sebagian pejal; koral, bioklastika, dan kalkarenit, dengan sisipan napal
globigerina, batugamping kaya foram besar, batugamping pasiran, setempat
dengan moluska; kebanyakan putih dan kelabu muda, sebagian kelabu tua dan
coklat. Perlapisan baik setebal anatara 10 cm dan 30 cm, terlipat lemah dengan
kemiringan lapisan rata-rata kurang dari 25o; di daerah Jeneponto batugamping
berlapis berselingan dengan napal globigerina.
Fosil dari Formasi Tonasa dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis,
1973, 1974, 1975), dan oleh Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1974). Contoh-
contoh yang dianalisa fosilnya adalah: La.8, La.35, Lb.1, Lb.49, Lb.83, Lc.44,
Lc.97, Lc.114, Td.37, Td.161, dan Td.167. Fosil-fosil yang dikenali termasuk:
Discocyclina sp., Nummulites sp., Heterostegina sp., Flosculinella sp.,
Spiroclypeus sp., S. orbitoides DOUVILLE, Lepidocyclina sp., L. ephippoides
JONES & CHAPMAN, L. verbeeki NEWTON & HOLLAND, L. cf. sumatrensis
JONES & CHAPMAN, Miogypsina sp., Globigerina sp., Gn. Tripartite COCH,
11
Globoquadrina altispira (CHUSMAN & JARVIS), Amphistegina sp.,
Cycloclypeus sp., dan Operculina sp. Gabungan fosil tersebut menunjukkan umur
berkisar dari Eosen sampai Miosen Tengah (Ta-Tf), dan lingkungan pengendapan
neritik dangkal sampai dalam dan sebagian laguna. Formasi ini tebalnya tidak
kurang dari 1750 m, tak selaras menindih batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv)
dan ditindih oleh Formasi Camba (Tmc); di beberapa tempat diterobos oleh retas,
sil dan stok bersusunan basal dan diorit; berkembang baik di sekitar Tonasa di
daerah Lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat, sebelah utaranya.
Tmcv, Batuan Gunungapi Formasi Camba: breksi gunungapi, lava,
konglomerat dan tufa berbutir halus hingga lapili, bersisipan batuan sedimen laut
berupa batupasir tufaan, batupasir gampingan dan batulempung yang mengandung
sisa tumbuhan. Bagian bawahnya lebih banyak mengandung breksi gunungapi dan
lava yang berkomposisi andesit dan basal; konglomerat juga berkomponen andesit
dan basal dengan ukuran 3-50 cm; tufa berlapis baik, terdiri tufa litik, tufa kristal
dan tufa vitrik. Bagian atasnya mengandung ignimbrit bersifat trakit dan tefrit
leusit; ignimbrite berstruktur kekar maniang, berwarna kelabu kecoklatan dan
coklat tua, tefrit lusit berstruktur aliran dengan permukaan berkerak roti, berwarna
hitam. Satuan Tmcv ini termasuk yang dipetakan oleh T.M. Van Leeuwen
(hubungan tertulis, 1978) sebagai Batuan Gunungapi Soppo, Batuan Gunungapi
Pamusureng dan Batuan Gunungapi Lemo. Breksi gunungapi yang tersingkap di
Pulau Selayar mungkin termasuk formasi ini; breksinya sangat kompak, sebagian
gampingan, berkomponen basal amfibol, basal piroksen dan andesit (0,5-30 cm),
bermasa dasar tufa yang mengandung biotit dan piroksen.
12
Fosil yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1971) dari A. 75 dan
A.76.b termasuk: Amphistegina s., Globigerinids, Operculina sp., Orbulina
universa D’ORBIGNY, Rotalia sp., dan Gastropoda. Penarikan jejak belah dari
contoh ignimbrit menghasilkan umur 13± 2 juta tahun dan K-Ar dari contoh lava
menghasilkan umur 6,2 juta tahun (T.M. van Leeuwen, hubungan tertulis, 1978).
Data paleontologi dan radiometri tersebut menunjukkan umur Miosen Tengah
sampai Miosen Akhir. Satuan ini mempunyai tebal sekitar 2500 m dan merupakan
fasies gunungapi dari pada Formasi Camba yang berkembang baik di daerah
sebelah utaranya (Lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat); lapisannya
kebanyakan terlipat lemah, dengan kemiringan kurang dari 20o; menindih tak
selaras batugamping Formasi Tonasa (Temt) dan batuan yang lebih tua.
Tmpw FORMASI WALANAE: perselingan batupasir, konglomerat, dan
tufa, dengan sisipan batulanau, batulempung, batugamping, napal dan lignit;
batupasir berbutir sedang sampai kasar, umumnya gampingan dan agak kompak,
berkomposisi sebagian andesit dan sebagian lainnya banyak mengandung kuarsa;
tufanya berkisar dari tufa breksi, tufa lapili dan tufa kristal yang banyak
mengandung biotit; konglomerat berkomponen andesit, trakit dan basal, dengan
ukuran ½-70 cm, rata-rata 10 cm.
Formasi ini terdapat di bagian timur, sebagai lanjutan dari lembah Sungai
Walanae di lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat sebelah utaranya. Di
daerah utara banyak mengandung tufa, di bagian tengah banyak mengandung
batupasir, dan di bagian selatan sampai di Pulau Selayar batuannya berjemari
dengan batugamping Anggota Selayar (Tmps); kebanyakan batuannya berlapis
13
baik, terlipat lemah dengan kemiringan antara 10o-20o, dan membentuk perbukitan
dengan ketinggian rata-rata 250 m di atas muka laut; tebal formasi ini sekitar 2500
m. Di Pulau Selayar formasi ini terutama terdiri dari lapisan-lapisan batupasir
tufaan (10-65 cm) dengan sisipan napal; batupasirnya mengandung kuarsa, biotit,
amfibol dan piroksen.
Fosil dari Formasi Walanae yang dikenali oleh Purnamaningsih
(hubungan tertulis, 1975) pada contoh batuan La.457 dan La.468, terdiri dari:
Globigerina sp., Globorotalia menardii (D’ORBIGNY), Gl. tumida (BRADY),
Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), Globigerinoides immaturus
LEROY, Gl. obliquus BOLLI, dan Orbulina universa D’ORBIGNY. Gabungan
fosil tersebut menunjukkan umur berkisar dari Miosen Akhir sampai Pliosen
(N18-N20). Lagi pula ditemukan jenis foraminifera yang lain, ganggang, dan
koral dalam formasi ini.
Tpbv Batuan Gunungapi Baturapecindako : lava dan breksi, dengan
sisipan sedikit tufa dan konglomerat, bersusunan basal, sebagian besar porfiri
dengan fenokris piroksen besar-besar sampai 1 cm dan sebagian kecil kasatmata,
kelabu tua kehijauan hingga hitam warnanya; lava sebagian berkekar maniang dan
sebagian berkekar lapis, pada umumnya breksi berkomponen kasar, dari 15 cm
sampai 60 cm, terutama basal dan sedikit andesit, dengan semen tufa berbutir
kasar sampai lapili, banyak mengandung pecahan piroksen.
Komplek terobosan diorite berupa stok dan retas di Baturape dan Cindako
diperkirakan merupakan bekas pusat erupsi (Tpbc); batuan di sekitarnya terubah
kuat, amygdaloidal dengan mineral sekunder zeolit dan kalsit; mineral galena di
14
Baturape kemungkinan berhubungan dengan terobosan diorite itu; daerah sekitar
Baturape dan Cindako batuannya didominasi oleh lava Tpbl. Satuan ini tidak
kurang dari 1250 m tebalnya dan berdasarkan posisi stratigrafinya kira-kira
berumur Pliosen Akhir.
Qlv Batuan Gunungapi Lompobatang: aglomerat, lava, breksi, endapan
lahar dan tufa, membentuk kerucut gunungapi strato dengan puncak tertinggi
2950 m di atas muka laut; batuannya sebagian besar berkomposisi andesit dan
sebagian basal, lavanya ada yang berlubang-lubang seperti yang disebelah barat
Sinjai dan ada yang berlapis; lava yang terdapat kira-kira 2 ½ km sebelah utara
Bantaeng berstruktur bantal; setempat breksi dan tufanya mengandung banyak
biotit.
Bentuk morfologi tubuh gunungapi masih jelas dapat dilihat pada potret
udara; (Qlvc) adalah pusat erupsi yang memperlihatkan bentuk kubah lava; bentuk
kerucut parasit memperlihatkan paling sedikit ada 2 perioda kegiatan erupsi, yaitu
Qlvpl dan Qlvp2. Di daerah sekitar pusat erupsi batuannya terutama terdiri dari
lava dan aglomerat (Qlv), dan di daerah yang agak jauh terdiri terutama dari
breksi, endapan lahar dan tufa (Qlvb). Berdasarkan posisi stratigrafinya
diperkirakan batuan gunungapi ini berumur Plistosen.
Qac ENDAPAN ALUVIUM, RAWA DAN PANTAI : kerikil, pasir,
lempung, lumpur dan batugamping koral; terbentuk dalam lingkungan sungai,
rawa, pantai dan delta. Di sekitar Bantaeng, Bulukumba dan Sungai Berang
endapan aluviumnya terutama terdiri dari rombakan batuan gunungapi Gunung
Lompobatang; di dataran pantai barat terdapat endapan rawa yang sangat luas.
15
Batuan Sedimen dan Batuan Gunungapi
gd Granodiorit : terobosan granodiorit, batuannya berwarna kelabu
muda, di bawah mikroskop terlihat adanya feldspar, kuarsa, biotit, sedikit
piroksen dan hornblende, dengan mineral pengiring zirkon, apatit dan magnetit;
mengandung senolit bersifat diorite, diterobos retas aplit, sebagian yang lebih
bersifat diorite mengalami kaolinisasi.
Batuan terobosan ini tersingkap di sekitar Birru, menerobos batuan dari
Formasi Marada (Km) dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv), tetapi tidak
ada kontak dengan batugamping Formasi Tonasa (Temt). Penarikan jejak belah
dari contoh granodioritnya yang menghasilkan umur 19 ± 2 juta tahun
memberikan dugaan bahwa penerobosan batuan ini berlangsung di kala Miosen
Awal (T.M. van Leeuwen, hubungan tertulis, 1987).
d Diorit : terobosan diorite, kebanyakan berupa stok dan sebagian retas
atau sil; singkapannya ditemukan di sebelah ditemukan di sebelah timur Maros,
menerobos batugamping Formasi Tonasa (Temt); umumnya berwarna kelabu,
berteksur porfir, dengan fenokris amfibol dan biotit, sebagian berkekar meniang.
Penearikan Kalium / Argon pada biotit dari aplit (lokasi 2) dan diorite (lokasi 3)
menunjukkan umur masing-masing 9,21 dan 7,74 juta tahun atau Miosen Akhir
(J.D. Obradovich hubungan tertulis, 1974).
t/a Trakit dan Andesit : terobosan trakit dan andesit berupa retas dan
stok; trakit berwarna putih, bertekstur porfir dengan fenokris sanidin sampai
sepanjang 1 cm; andesit berwarna kelabu tua, bertekstur porfir dengan fenokris
16
amfibol dan biotit. Batuan ini tersingkap di daerah sebelah baratdaya Sinjai, dan
menerobos batuan gunungapi Formasi Camba (Tmcv).
Basal terobosan basal berupa retas, sil dan stok, bertekstur porfir dengan
fenokris piroksen kasar mencapai ukuran lebih dari 1 cm, berwarna kelabu tua
kehitaman dan kehijauan; sebagian dicirikan oleh struktur kekar meniang,
beberapa di antaranya mempunyai tekstur gabro. Terobosan basal di sekitar Jene
Berang berupa kelompok retas yang mempunyai arah kira-kira radier memusat ke
Baturape dan Cindako; sedangkan yang di sebelah utara Jeneponto berupa stok.
Semua terobosan basal menerobos batuan dari Formasi Camba (Tmc).
Penarikan Kalium/Argon pada batuan basal, dari lokasi 1 dan 4, dan gabro dari
lokasi 5 menunjukkan umur masing-masing 7,5, 6,99 dan 7,36 juta tahun, atau
Miosen Akhir (Indonesi Gulf Oil Co., hubungan tertulis, 1972; J.D. Obradovich,
hubungan tertulis, 1974). Ini menandakan bahwa kemungkinan besar penerobosan
basal berlangsung sejak Miosen Akhir sampai Pliosen Akhir.
2.3 Struktur Geologi Regional
Struktur geologi Pulau Sulawesi memperlihatkan pola yang kompleks dan
rumit, yang sangat erat kaitannya dengan suatu pola tektonik regional yang
berkembang di Pulau Sulawesi dan sekitarnya (Sukamto, 1975, dalam Sukamto
dan Supriatna, 1982).
Uraian struktur geologi daerah penelitian akan memberikan gambaran
tentang jenis struktur geologi yang bekerja dan mekanisme gaya yang
menyebabkan terjadinya struktur geologi sehingga membentuk daerah penelitian
hingga tampak seperti sekarang. Penentuan struktur geologi ini didasarkan pada
17
data-data yang di lihat pada peta geologi regional serta interpretasi peta topografi
daerah penelitian.
Seiring dengan berlanjutnya tenaga endogen yang bekerja, namun blok
batuan telah melewati batas plastisitasnya maka terjadi pergeseran batuan yang
membentuk sesar pada daerah penelitian (Asikin, 1979). Berdasarkan peta geologi
regional, diperoleh data-data yang dapat menjadi indikasi struktur geologi,
kedudukan batuan yang tidak seragam, perubahan topografi secara tiba-tiba.
Berdasarkan hal tersebut maka struktur geologi yang bekerja pada regional daerah
penelitian adalah struktur sesar geser dan sesar naik.
Pada bagian utara regional daerah penelitian terdapat sesar naik yang
berada pada litologi granodiorit, yang mana granodiorit merupakan hanging wall
sedangkan batuan vulkanik Formasi Camba dan Baturape-Cindako merupakan
foot wall dari struktur sesar tersebut dan pada barat daya dari regional daerah
penelitian juga terdapat sesar naik yang terdapat pada Batuan Gunungapi
Lompobattang.
Sedangkan struktur sesar geser secara regional terdapat pada hampir pada
seluruh regional daerah Sinjai Barat, dan juga terdapat sebelah tenggara, dari
lokasi penelitian.