bab i1

Upload: marittha-novieyanti

Post on 10-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asdsafasf

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dalam melaksanakan Pendidikan di Sekolah Dasar tidaklah semudah apa yangkita membayangkan dengan angan-angan tanpa suatu tindakan dan aplikasi secara nyata.Banyak masalah yang kita temui dan dihadapi baik itu dari segi pembelajarannya yang menyangkut metode dan pendekatannya juga dari keadaan fisik suatu sekolahpun menjadi suatu masalah yang sering dijumpai dalam kelas salah satunya mengenai rendahnya ketrampilan berbicara dalam bahasa indonesia diantara siswa khususnya siswa kelas V.Selain itu memberikan bekal kemampuan dasar dalam membaca, menulis,menyimak dan mendengarkan, kepada peserta didik dan mempersiapkan untuk mengikuti pembelajaran di jenjang yang lebih tinggi. Dalam rangka untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah mencanangkan adanya program wajib belajar sembilan tahun yang dimulai dari jenjang Sekolah Dasar selama enam tahun dan dilanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama selama tiga tahun. Selain itu, pemerintah juga telah mengalokasikan dana sebesar 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk bidang pendidikan. Pada jenjang SD, SMP dan SMA/SMK ada Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang berfungsi untuk meringankan biaya pendidikan bagi siswa yang berasal dari keluarga mampu dan menggratiskan biaya pendidikan bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin.Pendidikan dasar sangat berperan penting bagi pengembangan potensi peserta didik, baik potensi secara akademik maupun non akademik. Selain itu mengenai masalah ketidaktarikan dan rasa takut siswa pada pembelajaran berbicara. Tidak hanya itu,terkadang anak merasa sulit untuk mengeluarkan pendapat, memberikan komentar,bahan menyumbangkan pikiran mereka kepada halayak ataupun dimuka umum. Karena dengan masalah tersebut sangatlah penting untuk diambil sikap selanjutnya karena menyangkut pada keterampilan berbicara yang sangatlah penting bagi pertumbuhan siswa dari segi sosial.Pentingnya akan masalah tersebut bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan berbicara siswa-siswa dan membuat belajar berbicara menjadi menarik dan menyenangkan.Berbicara pada dasarnya merupakan komunikasi verbal antara dua atau lebih orang ,dimana masing- masing pihak terdorong untuk menutup kesenjangan informasi( tentang kenyataan,pendapat,sikap dan lain-lain) yang ada diantara mereka.Berbicara secara unum merupakan suatu penyampaian maksud (ide,pikiran. Isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud, 1984/1985:7 dalam Haryadi 1997; 54) Kemampuan berbicara yang baik sangat dibutuhkan dalam berbagai jabatan pemerintahan , swasta, maupun pendidikan. Dalam pendidikan seseorang dituntut menguasai keterampilan berbicara agar dapat menyampaikan informasi dengan baik kepada anak didiknya. Berbagai macam mtode pembelajaran dipergunakan dalam mengajarkan aspek berbicara dalam Bahasa Indonesia yang salah satunya dengan menggunakan metode Cooperative Learning. Meskipun teknik koopertif sering digunakan , akan tetapi guru masih mengalami kendala mengenai teknik kooperatif apa yang cocok untuk pembelajaran bahasa. Dengan metode diskusi siswa merasa bosan dan kurang terkontrol karena pembelajaran dengan metode tersebut dirasa kurang bervariasi. Dengan adanya metode kooperatif siswa mendapat banyak pilihan metode didalamnya. Pembelajaran bahasa dengan metode kooperatif sangatlah perlu dikupas lebih dalam karena guru sendiri masih mengalami kekurangan dalam menggunakanya dan siswa masih belum paham dengan adanya metode kooperatf yang beranekaragam. Bagaimana teknik kooperatif di terapkan dalam pembelajaran bahasa sangatlah penting untuk dipahami bagi seorang guru. Teknik cooperatve learnang yang melibatkan siswa dalam kerjasama yang berlangsung lewat komunikasi verbal merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat dalam mendorong siswa berbicara aktif. Pembelajaran kooperatif disini merupkan salah satu model pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, di mana kelompok-kelompok kecil bekerja sama mencapai tujuan-tujuan bersama. Cooper (1999) dan Heinich (2002) menjelaskan bahwa kooperatif sebagai metode pembelajaran yng melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama, sambil bekerja sama belajar keterampilan-keterampilan kolaboratif dan sosial. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang di ajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk balajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Model pembelajaran cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pembelajaran kooperatif learning dapat didefinisikan sebegai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstuktur. Yang termasuk didalam struktur ini adalah limaunsur pokok (Johnson & Johnson,1993), yaitu Saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Ada berbagai teknik yang di pergunakan dalam pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa dalam berbicara aktif yang sebelumnya telah dikemukakan. Teknik-teknik lain yang memiliki ciri khas sejenis punya peluang untuk meraih keberhasilan dalam peningkatan keberhasilan pembelajaran berbicara Bahasa Indonesia. Kegiatan siswa dalam belajar kooperatif ini antara lain mengikuti penjelasa guru secara aktif, menyelesaikan tugas-tugas dalam kelompok, memberikan penjelasan kepada teman sekelomopoknya, mendorong teman sekelompoknya untuk berpartisipasi aktif dan berdiskusi. Agar kegiatan siswa berlangsung dengan baik dan lancar diperlukan keterampilan-ketermpilan khusus, yang disebut kterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi dan pembagian tugas antara anggota kelompok. Komunikasi antar anggota kelompok merupakan salah satu keterampilan yang dapat merangsang anak dalam meningkatkan kemampuan berbicaranya. Disamping itu, guru sendiri hendaknya menerapkan manajemen kelas (termasuk manajemen kegiatnnya) yang selaras dengan tuntutan komunikasi, yaitu manajemen yang mendorong komunikasi dan membuat pembelajaran menyenangkan, dimana guru bertindak adil, ramah, penuh perhatian, dan siap menolong. Untuk mengatasi masalah diatas, guru hendaknya melakukan evaluasi diri terhadap kinerja di kelasnya dan mencobakan teknik cooperative learning tersebut. Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu di orientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu di tentukan atau di pengaruhi oleh kberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994). Bagaimana seorang pendidik dapat mencapai tujuan pembelajaran merupakan salah satu masalah yang akan dibahas dalam kaitannya dengan keterampilan berbicara melalui metode kooperatif tersebut. Oleh karena itu berkaitan dengan permasalahan yang telah diuraikan, penilitan mengambil judul Upaya Peningkaan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Condongcatur dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Think-Pair-Square(TPS)Setelah penulis melakukan pengamatan bersama teman sejawat, dijumpai adanya beberapa hal untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi didalam kelas khususnya pada kelas V pada saat proses belajar mengajar Bahasa ndonesia antara lain :1. Kurangnya pemahaman akan ketrampilan berbicara untuk dikuasai anak SD2. Rendahnya ketrampilan berbicara dalam Bahasa Indonesia diantara siswa khususnya siswa kelas V3. Ketidaktertarikan dan rasa takut siswa pada pembelajaran berbicara4. Sulitnya mengajak anak untuk berbicaradimuka umum.5. Kurangnya wawasan anak untuk berpendapat,berkomentar dan memberikan saran serta solusi didepan khalayak6. Kurangnya metode yang sesuai dengan pengajaran Bahasa Indonesia seperti metode diskusi yang kurang bervariasi7. Penggunaan metode yang masih dirasa banyak kekurangan8. Kurang efektifnya penggunaan metode diskusi yang masih monoton9. Kurangnya pengetahuan siswa mengenai pembelajaran bahasa dengan metode Cooperatife Learning10. Dalam pembel mengenai pembelajaranajaran IPA kurang mengadakan percobaan, demonstrasi atau pratikum.11. Siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran IPA.12. Minat siswa terhadap pelajaran IPA masih rendah dan cenderung merasa bosan.