bab i wina

4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian ibu merupakan kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penangannya tetapi bukan karena disebabkan oleh kecelakaan ataupun trauma. Berdasarkan Hasil Analisis Lanjut Sensus Penduduk 2010, terdapat tiga (3) penyebab kematian ibu terbanyak di Indonesia yaitu, hipertensi dalam kehamilan, komplikasi nifas dan pendarahan paska bersalin. Kejadian kematian ibu sangat ditentukan dari kualitas pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan (Kemenkes RI, 2014). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan SDKI(2012), penyebab kematian ibu terbesar selama tahun 2010-2013 masih tetap sama yaitu perdarahan. Sedangkan partus lama menempati peringkat terendah penyebab kematian ibu. Namun penyebab lain-lain (penyebab tidak langsung) yang berperan cukup besar terhadap kematian ibu seperti kanker, penyakit ginjal, penyakit jantung, tuberkulosis atau penyakit lain yang diderita ibu. Dari 13 negara, Indonesia menjadi salah satu dari 13 negara dengan angka kematian ibu tertinggi di dunia. 1

Upload: putu-kumara-jaya

Post on 27-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gfdhgfhgf

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I WINA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kematian ibu merupakan kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari

setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau

diperberat oleh kehamilan atau penangannya tetapi bukan karena disebabkan oleh

kecelakaan ataupun trauma. Berdasarkan Hasil Analisis Lanjut Sensus Penduduk

2010, terdapat tiga (3) penyebab kematian ibu terbanyak di Indonesia yaitu, hipertensi

dalam kehamilan, komplikasi nifas dan pendarahan paska bersalin. Kejadian kematian

ibu sangat ditentukan dari kualitas pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan

(Kemenkes RI, 2014).

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 359 per 100.000 kelahiran

hidup. Berdasarkan SDKI(2012), penyebab kematian ibu terbesar selama tahun 2010-

2013 masih tetap sama yaitu perdarahan. Sedangkan partus lama menempati peringkat

terendah penyebab kematian ibu. Namun penyebab lain-lain (penyebab tidak

langsung) yang berperan cukup besar terhadap kematian ibu seperti kanker, penyakit

ginjal, penyakit jantung, tuberkulosis atau penyakit lain yang diderita ibu. Dari 13

negara, Indonesia menjadi salah satu dari 13 negara dengan angka kematian ibu

tertinggi di dunia. Menurut WHO (2010) sekita 287.000 ibu meninggal karena

komplikasi kehamilan seperti perdarahan 28%, preeklampsi/eklampsi 24%, infeksi

11%, dan penyebab tidak langsung (trauma obstetri) 5% (Kemenkes RI, 2014).

Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan untuk terwujudnya target MDG’s

2015 terutama dalam hal menurunkan angka kematian ibu adalah dengan cara

melakukan pelayanan antenatal (Antenatal Care/ANC). Pelayanan antenatal

merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sebelum proses

bersalin berlangsung yang bertujuan untuk memfasilitasi hasil yang baik bagi ibu

hamil maupun bayinya dengan jalan menciptakan hubungan kepercayaan dengan ibu,

mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan

memberikan pendidikan kesehatan (Mulyana&Kusuma, 2015). Kualitas pelayanan

antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu

bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas. Saat ini pelayanan antenatal yang

1

Page 2: BAB I WINA

diselenggarakan oleh pemerintah adalah Pelayanan antenatal terpadu yaitu pelayanan

antenatal yang komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil.

Ibu hamil yang tidak melakukan antenatal care rentan mengalami gangguan

kehamilan. Cakupan pelayanan antenatal pertama kali (K1) meningkat dari 92,7%

pada tahun 2010 menjadi 95,2% pada tahun 2013. Peningkatan akses ini sejalan

dengan cakupan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal pertama pada trimester

pertama kehamilan (K1 Trimester 1), yaitu dari 72,3% pada tahun 2010 menjadi

81,3% pada tahun 2013. Demikian pula pada tahapan selanjutnya, cakupan pelayanan

antenatal sekurang-kurangnya empat kali kunjungan (K4) juga meningkat dari 61,4%

pada tahun 2010 menjadi 70,0% pada tahun 2013 (Mulyana & Kusuma, 2015).

Untuk itu penulis ingin membuat laporan kasus mengenai pelayanan ANC

pada ibu hamil dengan tujuan agar dapat memahami, mempelajari, dan memberikan

pelayanan ANC yang tepat untuk mendeteksi secara dini gangguan kehamilan yang

dapat terjadi pada ibu hamil.

2