suara wina terbit

Upload: valentinus-eko-sucianto

Post on 07-Jul-2018

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    1/24

     

    Media Komunikasi STKIP WIDYA YUWANA MADIUN

    JULY 2 15

    UNTUK KALANGAN SENDIRI

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    2/24

     

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    3/24

     

    SALAM REDAKSI

    Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga

    “Suara Wina” edisi ke 3 ini dapat terselesaikan dan diterbitkan kembali. Kami juga mengucapkan

    terimkasih kepada semua anggota redaksi yang dengan rela hati menyumbangkan gagasan-gagasannya

    dalam sebuah artikel. Permohonan maaf juga kami haturkan kepada semua pihak karena keterlambatan

    terbitnya “Suara Wina” ini.

    Dalam Suara Wina edisi ketiga ini mengangkat sebuah tema yaitu “Keluarga sebagai sekolah

    iman yang utama”. Berbagai rubrik yang dimunculkan dalam Suara Wina ini juga hendak mengajak

     para pembaca untuk semakin bisa mencintai kampus ini, karena informasi yang berkaitan dengan

    kampus dimuat dalam Suara Wina edisi ketiga ini.

    Secara khusus, keluarga dimaknai sebagai sebuah tempat yang memegang peranan penting

    dalam proses perkembangan anak. Oleh karena itu situasi yang penuh kasih, nyaman, dan tetap

    mengajarkan tindakan-tindakan yang baik kepada anak harus diciptakan dalam sebuah keluarga.

    Hingga pada akhirnya akan membawa anak pada pembiasaan-pembiasaan yang mengarahkan anak

    menjadi pribadi yang utuh sebagai sebuah manusia.

    Akhir kata, semoga dengan penerbitan Suara Wina edisi ketiga ini dapat menjadi sumber

    infromasi bagi para pembaca sekaligus sebagai media komunikasi antar mahasiswa dan lembaga

    kampus ini. Terima Kasih dan Tuhan memberkati kita semua.

    Penanggung Jawab : JS. Wibowo Singgih

    Koordinator : Oky Riccy Dewanta

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    4/24

     

    KELUARGA ADALAH PENDIDIK

    UTAMA DAN PERTAMA

    Kata keluarga tentu sudah tidak terasa

    asing lagi bila didengar dan dibicarakan. Keluarga

    itu sendiri terdiri dari orangtua dan anak-anak yang

    sendirinya memiliki peranan, tugas, dan tanggung

     jawab masing-masing. Keluarga menjadi tempat

     pendidikan dan pengembangan kepribadian anak.

    Dalam keluarga tampaklah peranan sesungguhnya

    orangtua untuk mendidik anak-anaknya.

    Keluarga memiliki dampak yang besar

    dalam pembentukan pribadi anak, baik karakter,

     bahasa, nilai-nilai, dan lain sebagainya. Orangtua

    turut serta mengambil bagian dalam pembentukan

    karakter dan kepribadian anak selama bertumbuh

    dan berkembang di dalam keluarga. Orangtua perlu

    menyadari pula bahwa tindakan, sikap, dan

    karakter mereka sesungguhnya dapat menjadi

    teladan bagi anak-anak mereka. Apakah tindakan,

    sikap, dan karakter orangtua adalah teladan bagi

    anak-anak atau malah sebaliknya? Hal ini sangat

     perlu diperhatikan oleh orangtua. Karena orangtua

    memegang kunci atas pendidikan anak-anak

    mereka di dalam keluarga sebelum terjun ke

    masyarakat yang lebih luas. Keluarga

    sesungguhnya menjadi wadah utama dalam

     pendidikan dan pertumbuhan anak, baik pendidikansecara psikis, kepribadian, emosi, rohani, dan lain

    sebagainya. Kita perlu menyadari bahwa keluarga

    sangat penting mendidik dan menanamkan iman ke

    dalam diri anak-anak. Karena hal ini sangat

     berpengaruh pada perkembangan iman anak di

    kemudian harinya. Apakah orangtua sungguh

    memberikan pertanggungjawaban dalam

     pendidikan iman anak atau malah sebaliknya?

    Zaman sekarang ini kita sering melihat

    adanya anggota-anggota di dalam suatu keluarga

    menganut aliran kepercayaan masing-masing.

    Misalnya orangtua dan anak-anak sudah memiliki

     perbedaan agama dan aliran kepercayaan. Beranjak

    dari contoh kasus tersebut tampak bahwa peranan

    keluarga sebagai pendidik utama, pertama, dan

    sebagai sekolah iman belum terlihat sama sekali.

    Peranan, tugas, dan tanggung jawab orangtua

    mendidik iman anak masih belum tercapai. Maka

    dari itu, kita perlu mengingat dan menyadari

    kembali bahwa keluarga menjadi kunci utama

    dalam pendidikan iman anak. Orangtua jelas sekali

    menjadi pendidik yang utama dan pertama. Tanpa

    adanya keluarga, anak-anak belum dapat

    memperoleh pendidikan secara langsung. Oleh

    karena itu, orangtua sungguh menjadi guru atau

     panutan bagi perkembangan dan pertumbuhan

    anak-anak di dalam keluarga. Semoga orangtua

    mampu memberikan terang bagi anak-anak di

    dalam keluarga. (Anselmus)

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    5/24

     

    PELANTIKAN KETUA STKIP WIDYA YUWANA MADIUN

    Pada tanggal 23 Maret 2015 adalah

    merupakan hari penting bagi lembaga STIKP

    Widya Yuwana Madiun, dimana pada hari ini

    merupakan hari pelantikan untuk Rektor baru

    Bapak Ola Rongan W yang telah dipilih dan di

     percaya oleh lembaga STKIP Widya Yuwana untuk

    memimpin serta mengolah lembaga STKIP Widya

    Yuwana ini kearah perkembangan dan kemujuan

     pendidikan yang lebih baik. Dimana pada hari ini

     juga lembaga STKIP Widya Yuwana Madiun juga

    mengadakan Kursus Pembina Pramuka Mahir

    Tingkat Dasar (KMD) bagi tingkat satu, tingkat

    dua, dan tingkat tiga.

    Pelantikan rektor ini di pandu oleh Bapak

    Albert I Ketut Deni Wijaya, S.Pd, M.Min, dan di

    hadiri oleh beberapa tamu undangan pelantikan ini

    di resmikan langsung oleh Bapak Uskup Surabaya

    Mgr. Vincensius Sutikno Wisaksono. dalam

     pelatikan rektor yang baru ini tidak bisa di hadiri

    oleh mahasiswa tingkat satu, dua dan tiga

     berhubung tingkat satu, dua, dan tiga mengikuti

    Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar

    (KMD) yang sifatnya wajib diikuti oleh semua

    mahasiswa yang mengenyam pendidikan di

    lembaga STKIP Widya Yuwana Madiun, karena

    Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar

    (KMD) ini merupakan salah satu kegiatan yang

    wajib diikuti, untuk mendapatkan ijazah ketika

    sudah selesai menyelesaikan pendidikan di

    lembaga STKIP Widya Yuwana Madiun ini.

    Mahasiswa yang ikut partisipasi dalam pelantikan

    rektor yang baru ini hanya mahasiswa tingkat

    empat, mahasiswa tingkat empat mendapat tugas

    dan di percaya untuk mengisi paduan suara dalam

    kegiatan pelantikan tersebut.

    Seluruh kegiatan pelantikan ketua atau

    rektor baru STKIP Widya Yuwana ini pun berjalan

    lancar berkat dukungan dan kerja sama dari semua

     pihak yang telah mendukung dan membantu

     berjalannya proses pelantikan tersebut. (Emilda)

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    6/24

     

    ZIARAH ROHANI

    \logan yang tidak asing bagi

    kita,yakni” Per Mariam ad Jesum” (Ind:Melalui

    Maria Menuju Yesus). Slogan ini memacu kita

    untuk semakin dekat dengan Allah lewat

     perantaraan Bunda Maria. Dengan berziarah dan

     berdevosi kepadanya, kita diajak untuk semakin

    dekat dengan Sang Bunda Gereja. Kedekatan yang

    lebih mendalam itu setiap setahun sekali lembaga

     pendidik calon pewarta mengadakan ziarah

     bersama. Ziarah diiukuti oleh segenap keluarga

     besar lembaga tercinta ini. Kegiatan dilaksanakan

     pada tanggal 14 Mei 2o15 dengan tujuan: Gua

    Maria Kerep-Ambarawa.

    Tengah malam mahasiswa berbondong- bondong kekampus untuk berkumpul. Beberapa

     jam kemudian bus datang dan mahasiswa satu

     persatu masuk kedalam bus yang telah dibagi

     panitia. Panitia dengan kerja keras mempersiapkan

    semua kegiatan ziarah kali ini. Dalam perjalanan

    dari Madiun-Semarang patut bersyukur karena

    diberi keselamatan dan kelancaran.

    Sesampai di Gua Kerep Ambarawa,

    mahasiswa tingkat 3 mempersiapkan diri untuk

     bertugas koor pada saat misa kudus. Misa kudus ini

    dilakukan secara meriah yang dipimpin oleh RD.

    R. Joko Sulistiyo dan RD. G. Dhani Driantoro.

    Setelah Misa Kudus, dilanjutkan menuju Gua

    Maria untuk doa rosario bersama. Tak jemu-

     jemunya semua mahasiswa sangat antosias

    mengikuti acara ziarah kali ini. Dan ketika di area

    ini mahasiswa juga bisa menikmati berbagai

    macam tempat yang bisa ia kunjungi.

    Tidak hanya di satu tempat saja, ternyata

     panitia juga menyediakan berbagai tempat untuk

    rekreasi, yaitu di Candi Gedong Songo dan

    Klenteng Sam Poo Kong. Dengan tempat yang

    telah disediakan panitia, mahasiswa sangat senang

    dengan keadaan tempat rekreasi tersebut. Mereka

    dapat menikmati wisata yang ada disitu, salah satu

    ekpresi yang ditunjukan para peziarah kali ini bisa

    menikmati berbagai macam wahana yang ada

    seperti bisa berfoto, naik kuda, bisa ketumu biksu

    secara langsung bahkan bisa minta tolong untuk

    diramal. Ziarah kali ini sangat menyenangkan.(Gia)

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    7/24

     

    RETRET MAHASISWA STKIP WIDYA YUWANA MADIUN

    Telah tiba hari yang kami tunggu dan kami

    nantikan para calon-calon pewarta kabar gembira,

    yakni retret tahuan yang diadakan satu tahun sekali.

    Jika diibaratkan sebuah tanaman yang tumbuh pada

    musim kemarau merindukan kesegaran air yang

    senantiasa menyejukkan dan memberi kehidupan.

    Begitupun dengan kami calon-calon katekis, yang

     begitu merindukan penyegaran rohani dalam diri

    untuk senantiasa menjadi penyemangat dalam

    mewartakan kasih Allah kepada sesama.

    Retret kali diadakan di 4

    lokasi yang telah ditentukan dari

     pihak lembaga. Tingkat I, di

    Tumpang pada tanggal 20  –   23

    Januari. Tingkat II, di Klaten-

    Sangkal Putung pada tanggal 9

     –   12 Februari. Tingkat III, di

    Muntilan pada tanggal 2  –   5

    Februari. Dan tingkat IV, di Wisma Bethlehem  –  

    Kediri pada tanggal 27 –  30 Januari.

    Pengalaman yang berharga ini tidak kami

    sia-siakan sebagai sumber penyegaran rohani yang

    mampu memberikan semangat bagi kami yang

    sedang meniti jalan sebagai pewarta awam kelak

    dikemudian hari. Pengalaman bersama dalam satuangkatan kami masing-masing menambah

     persaudaraan yang saling mendukung panggilan

    sebagai pewarta. Memang terlebih dahulu kami

    harus yakin bahwa jalan yang telah kami pilih

    adalah jalan yang Tuhan tunjukkan kepada kami,

    sebab tanpa bantuan-Nya kami hanyalah manusia

    yang lemah dan mudah sekali jatuh dalam lubang-

    lubang dosa.

    Kesibukan, kejenuhan, dan kepenatan yang

    kami rasakan selama perkulihan satu semester

    membuat kami mengalami penurunan semangat.

    Oleh karena itu, hal tersebut kami tinggalkan

    sejenak untuk menerima penyegaran kembali.

    Bagaikan seekor katak yang merindukan turunnya

    hujan agar katak dapat menyanyikan senandung

    harapan. Begitulah yang kami rasakan.

    Perlu diketahui bahwa retret yang diadakan

    setiap satu tahun sekali memiliki maksud dan

    tujuannya. Retret yang di

    ikuti oleh tingkat I ialah

     proses penyembuhan luka

     batin, yakni bagaimana

    mahasiswa tingkat I

    diharapkan melepaskan dan

    mengampuni diri sendiri

    sebagai simbol penerimaan

    Kristus dalam hidup. Retret tingkat II ialah

     bertujuan untuk menggali lebih dalam lagi motivasi

    yang dihidupi, agar nantianya menjadi sebuah

     pondasi yang kokoh untuk proses melangkah

    kedepan, sebab jalan yang ditempuh begitu panjang

    dan banyak tantangan. Retret tingkat III ialah

     bertujuan untuk memperteguh akan panggilan dan juga motivasi yang telah hidup dalam diri, agar

     pondasi yang dibangun menjadi semakin kokoh dan

    tidak akan goyah diterpa berbagai tantangan. Dan

    retret tingkat IV ialah menjadi sebuah proses akhir

    dari segala retret yang telah diikuti mulai dari retret

     pada tingkat I, II, dan III. Retret tersebut ialah

     pemantapan secara utuh untuk menerima segala

     perutusan yang nantinya diberikan pada mahasiswa

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    8/24

     

    PELANTIKAN PENGURUS BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)

    PERIODE 2015/2016 STKIP WIDYA YUWANA MADIUN

    sebagai pewarta sabda Tuhan rasul awam nantinya,

    KATEKIS.

    Dalam retret yang kami ikuti dalam setiap

    tingkat memiliki berbagai proses kegiatan, yakni

    mulai dari refleksi, sharing, meditasi, pengakuan

    dosa, dan yang menjadi puncaknya ialah

     penerimaan ekaristi. Namun yang perlu digaris

     bawahi ialah penerimaan tubuh dan darah Kristus

    menjadi pokok yang utama dalam rangkaian retret

    yang telah kami ikuti. Kasih Allah yang mengalir

    melalui pengorbanan-Nya demi manusia,

    menunjukkan bahwa bukti nyata kehadiran-Nya

    dalam hidup manusia seturut dengan kehendak-

     Nya.

    Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) adalah

    suatu wadah untuk mengembangkan minat, bakat

    dan potensi mahasiswa melalui kegiatan kampus.

    Inilah yang menjadi alasan mengapa di STKIP

    Widya Yuwana (WINA) Madiun juga dibentuksuatu kepengurusan BEM, yang dulunya bernama

    Senat Mahasiswa. Selain menjadi wadah untuk

    mengembangkan minat, bakat dan potensi

    mahasiswa, BEM juga membantu Lembaga

    Pendidikan STKIP Widya Yuwana Madiun dalam

    mewujudkan Tridharma Perguruan Tinggi yang

    memiliki tiga fungsi, yakni pendidikan, penelitian,

    dan pengabdian kepada masyarakat.

    Begitu panjang dan banyak sekali tantangan

    yang harus dilampoi oleh manusia, demikian juga

    kami sebagai calon pewarta. Kerikil-krikil tajam

    yang telah menanti menandakan bahwa kami harus

    SIAP sedia untuk memikul salib yang telah Allah

    tangguhkan.  Dan semoga cucuran keringat peluh

    kami menjadi bukti semangat kami untuk

    memegang teguh akan panggilan yang telah kami

    hidupi. (Ardya)

    Kamis, 7 Mei 2015 pukul 10.00

    merupakan sebuah moment penting bagi civitas

    akademika STKIP WINA Madiun. Hari yang

    merupakan tonggak sejarah berdirinya Badan

    Eksekutif Mahasiswa sebagai pengganti SenatMahasiswa di WINA. Acara pelantikan pengurus

    BEM yang dilaksanakan di ruang Auditorium

    STKIP WINA Madiun berjalan dengan lancer dan

    khidmad. Acara ini diawali dengan menyanyikan

    lagu Mars Widya Yuwana Madiun. Saat

    menyanyikan lagu ini, para mahasiswa diingatkan

    untuk terus maju mengarahkan segala budi daya

    dan karsa bagi Tuhan dan kepada sesama manusia.

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    9/24

     

    Setelah itu dilanjutkan dengan doa pembuka yang

    dipimpin oleh Maria Agata Inaz, salah satu

    mahasiswi semester 2. Kemudian acara dilanjutkan

    dengan pembacaan Surat Keputusan berkenaan

    nama-nama pengurus BEM STKIP Widya Yuwana

    Madiun Periode 2015/2016 oleh Saudara Yuvinus

    Sujiman selaku ketua Panitia Pemilihan Pengurus

    Badan Eksekutif Mahasiswa (P3BEM) Periode

    2015/2016.

    Dengan memperhatikan Surat Keputusan,

    terpilihlah 24 mahasiswa sebagai pengurus BEM

    STKIP Widya Yuwana Madiun Periode 2015/2016.

     Nama-nama pengurus BEM tersebut adalah:

    Ketua BEM : Valentinus Eko Sucianto

    Wakil Ketua BEM : Antonius Ardya Krisnata

    Sekretaris 1 : Sisilia

    Sekretaris 2 : Nathalia Dwi Oetari

    Bendahara 1 : Munika Yudha D. V

    Bendahara 2 : Priscilla Maria Ding

    Departemen pendidikan, penelitian, dan

     pengembangan ilmu pengetahuan

    : Elisabet Pipit Wahyunita

    Divisi Jurnalistik : Oky Riccy Dewanta

    Divisi Bela Negara : Dicky Melyawanto

    Divisi Penelitian dan Pengembangan

    : Yustina Uling Yuniar

    Departemen Liturgi : Aditya Bayu Pratama

    Divisi Liturgi :Y.L. Bryan Michael . W

    UKM Taize : Lucia dan Yustina Ika

    Saputri

    Departemen Seni Budaya dan Olah Raga

    :Bonaventura Praba Caraka

    Divisi Olah Raga dan Kesehatan

    : Alfonsus Yosef Novianto

    UKM Badminton, Voli, Futsal Tenis Meja,

    Takraw : Dionisius Dimas Prakosa

    Divisi Kesenian dan Budya

    : Wahyu Nugroho Susanto

    UKM Paduan Suara, Teater, Tari

    : Demus, Elisabeth Yulnes

    Tao, dan MelaniaSafirista

    Sofiarti

    Departemen Sosial : Stevanus Danang Setiyono

    Divisi Hubungan Masyarakat

    : Vitalis Bintang Kusuma

    Sani Manuk

    Divisi Wirausaha : Skolastika Eni Trisnoputri

    Selanjutnya nama-nama yang telah tertera

    di atas diminta mengucapkan janji sebagai

     pengurus BEM di hadapan Ketua STKIP Widya

    Yuwana, yakni Dr. Drs. Wilhemus Ola Rongan, M.

    Sc dan seluruh mahasiswa STKIP Widya Yuwana,.

    Para calon pengurus telah dinyatakan secara resmi

    sebagai pengurus BEM dengan pemukulan gong

    sebanyak tiga kali oleh Ketua STKIP Widya

    Yuwana Madiun. Tidak ketinggalan Romo

    Gregorius Dhani Driantoro, SS, M. Hum selaku

    Pembantu Ketua III memberikan berkat khusus

    kepada para pengurus BEM dan memerciki air suci

    kepada para pengurus BEM STKIP Widya Yuwana

     periode 2015/2016.

    Acara dilanjutkan dengan serah terima

     jabatan dari Ketua Senat Mahasiswa Periode

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    10/24

     

    2014/2015 kepada Ketua Badan Eksekutif

    Mahasiswa Periode 2015/2016 oleh Ketua STKIP

    Widya Yuwana, Bapak Wilhelmus. Lalu,

    dilanjutkan dengan sambutan Ketua STKIP Widya

    Yuwana Madiun. Beliau berpesan kepada para

     pengurus BEM periode 2015/2016 untuk dapat

     benar-benar bertanggung jawab sebagai wakil

    mahasiswa sebagai wadah pengembangan

    kreativitas dan forum aspirasi bagi para mahasiswa

    WINA. Tidak hanya itu, diharapkan pengurus BEM

    dapat menjalin hubungan kerja sama yang baik

    dengan pihak intern maupun ekstern kampus.

    Tujuan dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh

     para pengurus tersebut, tidak lain adalah sebagai

    wujud mewartakan kabar gembira kepada setiap

    orang.

    Kemudian, dilanjutkan dengan sambutan

    ketua BEM STKIP Widya Yuwana Madiun. Laki-

    laki berkacamata ini menyampaikan bahwa BEM

    tidak dapat lepas dari dukungan seluruh civitas

    akademika STKIP WINA. BEM dan seluruh

    civitas akademika WINA hendaknya berjalan

     bersama dan bekerja sama untuk membina pribadi

    menjadi pembangun bagi nusa bangsa dan ibu

    Gereja.

    Acara diakhiri dengan doa penutup yang

    dipimpin oleh Desi, salah satu mahasiswi semester

    2, dan dilanjutkan dengan menyanyikan Hymne

    Widya Yuwana, serta foto bersama para pengurus

    BEM dengan Ketua STKIP Widya Yuwana dan

    Pembantu Ketua III.

    Kini para pengurus BEM STKIP Widya

    Yuwana Madiun harus siap memikul dan

    melaksanakan tanggung jawabnya sebagai

     perantara bagi mahasiswa dan staf pembina

    maupun pengurus STKIP Widya Yuwana, untuk

    melaksanakan fungsi Tridharma Perguruan Tinggi

    dan menjadi seorang pewarta di tengah masyarakat

    seperti yang tertuang dalam lirik lagu Hymne

    Widya Yuwana “….. Tlah kaukibarkan benderamu

    dengan kau lahirkan para pewarta tangguh.

     Pewarta yang tak akan gentar dan pantang mundur

    hadapi badai taufan. Kami hormat bagimu

    almamaterku Widya Yuwana.” (Uling)

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    11/24

     

    SEMINAR LOKAL “KELUARGA DAN PENDIDIKAN KATOLIK” 

    Seminar pendidikan teologi adalah salah

    satu program rutin mahasiswa yang diadakan setiap

    tahun. Dalam pelaksanaan seminar yang menjadi

     panitia inti adalah mahasiswa tingkat 3 atau

    mahasiswa semester VI. Pada tahun ini seminar

    yang diadakan oleh mahasiwa agak berbeda dari

    tahun-tahun yang sebelumnya. Jika sebelumnya

    hanya mengadakan satu seminar yaitu seminar

    nasional, sekarang mengadakan dua kali seminar

    yaitu seminar lokal dan seminar nasional. Seminar

    lokal di adakan pada hari kamis 21 mei 2015.

    Tema yang diangkat pada seminar lokal

    kali ini adalah “Keluarga dan Pendidikan Katolik”

    dengan moderatornya Bapak Albert I Ketut Deni

    Wijaya, S.Pd, M.Min. pemateri pertama Agustinus

    Supriyadi, SS, M.Hum. dan pemateri kedua Dr.

    Drs. Wilhelmus Ola Rongan, M.Sc.Kegiatan

    seminar berlangsung selama 3 jam dari pukul

    16.00-19.00.

    Seminar dibuka dengan menyanyikan lagu

     pembuka oleh mba Priska semester II dan beberapa

    sambutan dari yang mewakili. Materi sesi pertama

    di sampai kan oleh Agustinus Supriyadi, SS,

    M.Hum. dengan tema “Keluarga Kristiani dan

    Pendidikan Anak dalam Terang Gravissimum

    Educationis artikel 3”. Inti dari materi sesi pertama

    adalah orang tua sebagai pendidik pertama dan

    utama. Materi sesi kedua disampaikan oleh Dr.

    Drs. Wilhelmus Ola Rongan, M.Sc dengan tema

    tentang Keluarga Dan Pendidikan. Inti dari materi

    sesi kedua ini adalah bagaimana pentingnya peran

    keluarga dalam pembaharuan hidup dunia dan

    Gereja. dalam proses seminar juga terdapat sesi

    tanya jawab, dalam proses ini bnyak pertanyaan-

     pertanyaan dari para peserta yang sedikit

     banyaknya di kupas dengan baik dan para pematerimemberikan jawaban yang memuaskan bagi para

     penanya. Kegiatan seminar lokal di tutup dengan

    doa penutup dan menyanyikan lagu hymne Widya

    Yuwana. Dan akhirnya dilanjutkan dengan foto

     bersama dari berbagai tingkat, mulai dari tingkat 1,

    tingkat 2, tingkat 4 dan terakhir dengan tingkat 3

    yang sekaligus panitia inti. (Carolina)

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    12/24

     

    SEMINAR NASIONAL KAMPUS STKIP WIDYA YUWANA 2015

    “KELUARGA DAN PENDIDIKAN KATOLIK” 

    Pada kamis, 4 Juni 2015 dilaksanakannya

    seminar nasinal di aula kampus STKIP Widya

    Yuwana Madiun. Yang diawali dengan presensi

    mahasiswa dan tamu jam 08.00-11.00 WIB.

    Seminar berlangsung sangat baik berkat kerja sama

    dari seluruh panitia yang sudah mau bekerjakeras

    dari persiapan awal sampai akhir. Itu sangat

    kelihatan dimana semangat para panitia yang

    mempersiapkan dari hari  – hari sebelum hingga

    final pada hari kamis, 4 Juni 2015 semua

     berlangsung baik sesuai dengan yang sudah di

    rencanakan.

    Untuk proses berlangsungnya seminar kali

    ini sangat terbantu dengan adanya pembawa acara

    yang sudah menyusun

    acara. Pada awal pembuka

    seminar nasional yang di

     buka dengan lagu

    Indonesia Raya dan lagu

    Mars STKIP Widya

    Yuwana, doa, kata sambut

    dari ketua panitia

     penyelenggara, ketua

    STKIP Widya Yuwana dan Kepala Vikep Madiun

    RD.Y. Fusi Nusantara selaku pihak yang

     bekerjasama dalam seminar nasional. Kemudian

    Antonius Virdei Eresto Gaudiawan,S.S, M. Hum

    selaku moderato, serta kedua pemateri yaitu A.

    Wisnu Dewantara, S.S,M.Hum selaku pemateri

     pertama dan Martinus Irwan, S.S,M.A selaku

     pemateri kedua maju kedepan menepati meja yang

    sudah siapkan untuk pemateri.

    Dalam penyampaian materi dimulai pukul

    09.00 WIB oleh pemateri pertama dengan tema

    tentang “Filosofi Pendidikan Dalam Perspektif

    Filsafat Aristotelin”. Yang membahas tentang

     pendidikan dalam keluarga. Sedangkan pemateri

    kedua pukul 09.45 WIB dengan tema “Pendidikan

    Tinggi menurut Gravissimn Educationis dan

    Relevansinya Bagi Pengembangan Pendidikan

    Karakter”. Dalam menyampaikan materi kedua

     pemateri sangat baik, begitu juga dengan peserta

    yang menyimak dengan baik pula. Ini terbukti

     bahwa pada sesi pertanyaan banyak yang bertanya

    sampai dibagi menjadi tiga sesi dan setiap sesi

    diperbolehkan tiga penanya. Para peserta sangat

    semangat dalam bertanya

     begitu juga para pemateri

    yang juga semangat

    menanggapi pertanyaan-

     pertanya yang ada, sehingga

    seminar berlangsung

    dengan lancar. Dan jawaban

    yang diberikan pemateri

    cukup memuaskan para

     peserta yang bertanya. Pada akhirnya sesi ketiga

     pertanyaan ditutup oleh moderator karena melihat

    waktu yang sudah selesai. Jika disimpulkan melalui

     pertanyaan yang ada semua mengarah pada

     perkembangan pendidikan yang ada dizaman

    modern ini.

    Demikian seminar Nasional yang

    diselenggarakan di kampus STKIP Widya Yuwana

    Madiun oleh panitia yang semester VI. Secara

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    13/24

     

    keseluruhan semuanya berjalan dengan lancar dan sukses. Kemudian acara ditutup dengan penyerahan

    ucapan terimakasih kepada moderator, dan kedua pemateri oleh Ketua Rektor STKIP Widya Yuwana Madiun.

    Penyerahan sertifikat peserta oleh Ketua Rektor STKIP Widya Yuwana Madiun dan doa penutup. Semoga apa

    yang telah di bahas para pemateri tentang “Keluarga Dan Pendidikan Katolik”berguna bagi seluruh kehidupan

     para peserta seminar nasional. (Martiana)

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    14/24

     

    MAKNA SEBUAH NILAI

    Dalam dunia pendidikan, salah satu aspek

    yang selalu diperhatikan dan menjadi perhatian

    adalah aspek penilaian. Mulai dari bangku PAUD

    hingga perguruan tinggi, nilai menjadi topik yang

    selalu dibicarakan dan tak pernah surut

    diperdebatkan. Nilai sendiri merupakan suatu hasil

    yang menunjukkan tingkat pemahaman seseorang

    selama menerima materi pembelajaran, sehingga

    nilai kerap kali digunakan sebagai tolok ukur

    kecerdasan seseorang. Aspek penilaian dapat

    ditinjau berdasarkan hasil selama proses

     pembelajaran, hasil mengerjakan tugas, dan hasil

    ujian sekolah hingga muncullah nilai hasil akhir.

     Nilai yang diperoleh kerapkali dijadikan

     pacuan untuk menghantarkan seseorang kepada

     jenjang selanjutnya. Tidak hanya itu, nilai juga

     berhasil mengelompokkan seseorang pada kategori

    tertentu. Seseorang dapat dikatakan pandai apabila

    mampu melampaui standart nilai yang telah

    ditentukan. Orang menjadi takut apabila

    memperoleh nilai di bawah standart, takut bila

    mendapatkan ejekan dari orang lain dan

    dikelompokkan dalam golongan rendah. Begitu

    tinggi hakikat dari sebuah nilai, hingga negara

    Indonesia sendiri menggunakan nilai angka sebagai

    aspek penentu kelulusan. Maka tidak heran apabila

    setiap orang senantiasa berjuang untuk memperoleh

    nilai yang tinggi, dengan harapan masa depannya

    menjadi cemerlang dan sukses serta memperoleh

     pengakuan dari orang lain.

    Sungguh baik apabila setiap orang

    memiliki kesadaran untuk meningkatkan tingkat

     prestasinya, tapi yang menjadi sorotan adalah

     bagaimana jika seseorang menggunakan cara yang

    tidak jujur hanya demi menaikkan pamor nilainya?

    Jika pendidikan hanya berorientasi pada nilai yang

    menjadi penentu kelulusan, lantas sudahkah nilai

    mampu mewakili tingkat kemampuan akademik

    seseorang? Apakah proses pendidikan dari SD

    hingga perguruan tinggi hanya sebagai sebuah

    upaya untuk menghasilkan ijasah dengan rentetan

    nilai angka atau huruf semata? Jika memang

    demikian, berarti kedudukan ilmu pengetahuan

    tergeser oleh sebuah nilai angka?

    Tujuan pendidikan adalah mencerdaskan

    dan memberikan informasi kepada peserta didik

    untuk memperoleh pengetahuan untuk digunakan

    dalam kehidupannya masing-masing. Untuk

    mengukur keberhasilan dari pendidikan dengan

    melakukan tes yang menghasilkan sebuah nilai.

    Tapi tidak dibenarkan apabila usaha untuk

    mencapai nilai standart dengan cara yang tidak

     jujur. Karena pendidikan bukan hanya masalah

    untuk memperoleh nilai tinggi, melainkan juga

    sebagai upaya untuk membentuk karakter dan

    menerapkan ilmu pengetahuan bagi hidup. Nilai

    tinggi menjadi kepuasan sendiri, namun

    memperoleh nilai sesuai dengan kemampuan yang

    dimiliki merupakan seuatu kehormatan yang

    terpuji. Proses pendidikan dikatakan berhasil jika

    orang yang telah menerima pendidikan dapat

    menyeimbangkan tingkah laku dan pengetahuannya

    dengan baik dan sesuai moral yang berlaku dalam

    masyarakat. Jadi, jadikan proses pendidikan

    sebagai proses menimba pengetahuan yang akan

     berguna bagi kehidupan yang nyata. “ Nilai

    memang penting, tapi jangan melupakan hakikat

    belajar, karena belajar tidak hanya berlangsung

    dan selesai dibangku sekolah dan berkaitakan

    dengan nilai angka saja, namun juga dari

    kehidupan”. (Debrina)

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    15/24

     

    MANFAAT PENDIDIKAN IMAN ANAK-ANAK

    Pendidikan iman berdasarkan Sabda

    Tuhan itu derajatnya lebih tinggi, mengingat iman

    adalah sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan

    kekal; sedangkan sains lebih menyangkut kepada

    kehidupan di dunia ini. Sebagaimana tercantum

    dalam 2 Tim 3:16, “Segala tulisan yang diilhamkan

    Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk

    menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki

    kelakuan dan untuk mendidik orang dalam

    kebenaran.” Tentang pendidikan iman anak inilah

    tugas utama dari para orangtua, “Barangsiapa

    mendidik anaknya dengan tertib akan beruntung

    karenanya, dan di kalangan para kenalan boleh

    membanggakannya.” (Sir 30:2). 

    Dewasa ini ada banyak anak-anak yang

    menganggap rumah hanya sebagai tempat makan

    dan tidur. Kurangnya perhatian dari orangtua ini

    mengakibatkan anak-anak mencari kesenangannya

    sendiri, asyik dengan dunia mereka sendiri, dan

    mencari pemenuhan kebutuhan mereka untuk

    diperhatikan dan dikasihi dengan cara mereka

    sendiri. Sebagian mungkin mendapatkannya dari

     permainan game di komputer/internet, chatting   di

    FB ( Facebook ), BBM ( BlackBerry Messenger ),

    nonton TV atau jalan-jalan/shopping di Mall.

    Anak-anak dewasa ini berkembang

    menjadi pribadi yang cenderung individualistikdaripada berorientasi komunal dan berinteraksi

    langsung dengan orang-orang di sekitar mereka.

    Soal iman? Bagi mereka sepertinya hanya prioritas

    kedua, atau bahkan tidak menjadi prioritas sama

    sekali. Soal Tuhan? Mungkin kurang menarik

     perhatian mereka. Dalam kondisi ini, orangtua

    seolah tak berdaya, dan akhirnya menyerah sambil

     berkata, “Jaman sekarang memang berbeda dengan

     jaman dulu…. Sekarang terserah anaknya saja deh,

    kita orangtua hanya dapat mendoakan. ” 

    Ungkapan ini adalah suatu ironi, namun

    menyiratkan keputusasaan orangtua, atau

     penyesalan bahwa segala sesuatunya sudah

    terlanjur. Selalu ada yang dapat kita lakukan untuk

    mencegah hal-hal yang buruk terjadi pada anak-

    anak kita, dan kita dapat memulainya dengan

    langkah sederhana: yaitu dengan setia menanamkan

    iman kepada anak-anak kita sejak mereka masih

    kecil. Harapannya ialah, setelah mereka tumbuh

    remaja dan dewasa, mereka dapat menjadi pribadi-

     pribadi yang utuh, beriman dan bertanggungjawab.

    Dengan tujuan akhir manusia adalah

    kehidupan kekal bersama Allah di Surga, maka

     pendidikan anak secara umum harus mengarah

    kepada pembentukan pribadi manusia secara utuh,

     baik dari segi fisik, moral, intelektual agar anak-

    anak dapat menjadi manusia yang bertanggung

     jawab di dalam menghadapi kehidupan ini, agar

    kelak mereka dapat masuk dalam Kerajaan Surga.

    Jadi tugas orangtua adalah menghantar anak-anak

    agar dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga.

    Sebagai pendidik utama, maka orangtua

    harus terlibat dalam proses pendidikan yang

    dilakukan oleh sekolah, dan orangtua bertugas

    membentuk anak-anaknya. Demikian pula dalamhal iman. Banyak orangtua berpikir, asal sudah

    mengirimkan anak ke Bina Iman, maka tugasnya

    selesai. Pemikiran sedemikian sungguh keliru.

    Guru-guru di sekolah, guru les ataupun guru Bina

    Iman hanyalah membantu orangtua, namun

    orangtua tetaplah yang harus melakukan tugasnya

    sebagai pendidik utama. Mendidik anak dalam hal

    iman sesungguhnya tidak sulit, karena dapat

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    16/24

     

    EKONOMI PENGHAMBAT

    (By: Alfonsus Yosep Novianto) 

    dimulai dari hal-hal sederhana. Namun dibutuhkan komitmen dan pengorbanan dari pihak orangtua,

    misalnya: berdoa bersama anak- anak dan membacakan kisah Kitab Suci   kepada mereka setiap malam,

    membawa anak-anak ikut Misa Kudus dan sesudahnya menjelaskan kepada anak-anak maknanya, mendorong

    anak-anak agar mempraktekkan suatu ajaran Sabda Tuhan, memberi koreksi jika anak berbuat salah namun

    setelahnya tetap merangkul dengan kasih, dan seterusnya.

    Pendidikan merupakan hal yang sangat

     penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya

     pendidikan, maka sumber pengetahuan dapatdengan mudahnya didapat. Pendidikan merupakan

     jendela yang membuka wawasan dan pengetahuan

     bagi manusia. Begitu pentingnya pendidikan maka

     pemerintah Indonesia menerapkan wajib belajar 9

    tahun. Namun, di balik itu semua, banyak kendala

    dan permasalahan yang terjadi di hampir seluruh

    daerah di Indonesia. Kendala dan permasalahan

    yang paling dominan terjadi di Indonesia ialah

    anak-anak putus sekolah.

    Kasus putus sekolah anak-anak usia

    sekolah di Indonesia masih tinggi. Berdasarkan

    data Kemendikbud 2010, di Indonesia terdapat

    lebih dari 1,8 juta anak setiap tahun tidak dapat

    melanjutkan pendidikan. Hal ini disebabkan oleh

    tiga faktor, yaitu faktor ekonomi, anak-anak

    terpaksa bekerja untuk mendukung ekonomi

    keluarga, dan pernikahan di usia dini. Padahal

     pemerintah mencanangkan program wajib belajar

     bagi setiap warga negaranya dengan harapan semuawarga negara Indonesia bisa sekolah. Namun

     buktinya, banyak warga negara yang tidak bisa

    sekolah karena faktor-faktor tersebut.

    Jika ditelusuri semua faktor penyebab di atas,

    kesimpulan yang didapat pasti mengarah pada

    faktor ekonomi. Misalnya saja menikah di usia

    dini. Banyak remaja memilih menikah di usia muda

    karena himpitan ekonomi. Karena dengan menikah,

    harapannya dapat merubah nasib menjadi lebih

     baik. Begitu pula dengan anak-anak yang harus

     bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga. Itu

    sudah jelas bahwa yang menjadi permasalahan

    utama ialah ekonomi.

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    17/24

     

    MENGAMATI DILEMA PENGEMBANGAN KREATIFITAS MAHASISWA

    By : Valentinus Eko S. 

    STKIP Widya Yuwana merupakan

    instansi pendidikan bagi calon-calon katekis

     profesional. Sebagai calon pendamping iman umat,

    tentunya perlu ada pembinaan yang mampu

    membawa mahasiswa untuk menjadi pribadi yang

    matang dan siap untuk menjadi pewarta.

    Pembinaan ini diwujudkan dengan adanya

    kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga.

    Satu permasalahan yang seringkali dikeluhkan

    adalah kurangnya minat dan semangat mahasiswa

    dalam kegiatan. Banyak alasan yang diungkapkan

    menanggapi masalah tersebut, salah satunya

     padatnya jadwal serta tugas yang dikerjakan

    sebagai tanggung jawab akademik.

    Memang perlu ditelaah secara mendalam

    terkait permasalahan di atas. Dari sisi mahasiswa,

    tidak dapat senantiasa dipersalahkan, pun juga dari

     pihak lembaga. Sebagaimana sudah menjadi jargon

    yang umum dibicarakan, yakni perlu ada

    keseimbangan. Sebagai kaum muda tentu perlu ada

    sarana aktualisasi serta kreatifitas diri. Hal ini yang

     perlu difasilitasi oleh lembaga. Selain itu,

     pendampingan intensif pun perlu diberikan di

    samping keteladanan hidup. Sudah banyak kali kita

    mendengar bahwa sebagai katekis, nantinya harus

    bla...bla...bla... Namun ketika berhadapan dengan

    kaum muda, unsur keteladanan ini menjadi sangat

     penting. Yang perlu dipahami bersama adalah

     bahwa mahasiswa bukanlah ORANG TUA yang

    senantiasa dapat bergerak atas inisiatifnya sendiri,

    masih perlu dorongan dan bantuan dari pihak lain,

    dalam hal ini dosen ataupun lembaga. Bagi

    mahasiswa perlu juga memahami bahwa

    lembaga/dosen bukanlah TUHAN. Pasti ada

    kekurangan serta banyak hal yang perlu dikerjakan.

    Sebagai lembaga KATOLIK, terlebih lagi

     pendidikan calon katekis, perlulah dibangun

    suasana yang hangat antar kedua poros ini,

    mahasiswa dan lembaga. Tingkat kejenuhan

    mahasiswa serta idealisme dosen seringkali

    mengganggu proses pengembangan mahasiswa.

    Kita mengalami bagaimana ada tuntutan yang

     begitu padat dari sisi akademik namun juga dituntut

     berkembang secara akademik. Sekali lagi, tulisan

    ini tidak menyoroti kesalahan dosen, melainkan

    mengajak seluruh pihak untuk mampu membuka

    diri. Semua pihak perlu untuk mampu berkembang

    seturut perkembangan jaman serta terbuka atas

    informasi yang ada. Tidak ada alasan untuk

     berhenti belajar. Salam pembelajar!

    Sebagai penutup tulisan ini, saya mencoba

    mengusulkan satu hal kecil sebagai saran

     pengembangan diri mahasiswa yang sudah

    melibatkan banyak pihak, tidak ada yang tidak

    memerlukan pengorbanan. Program Kreatifitas

    Mahasiswa (PKM) milik Dikti dapat menjadi salah

    satu alternatif penugasan bagi mahasiswa. Di

    samping mahasiswa berlatih menulis, tugas dari

    dosen pun dapat ter cover   didalamnya. Selain itu,

    kegiatan kemahasiswaan yang dioperasikan oleh

    Badan Eksekutif Mahasiswa(BEM) juga dapat

    masuk di dalamnya. Pada intinya adalah bagaimana

    dalam sekali jalan(kegiatan), seluruh kepentingan

    dapat ter cover . Semoga setiap mahasiswa dapat

    semakin mengembangkan diri dan lembaga juga

    dapat meningkatkan pelayanan serta pendampingan

     bagi mahasiswa.

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    18/24

     

    Judul : Dasar-Dasar Pendampingan

    Iman Anak

    Pengarang : L. Prasetya, Pr

    Penerbit : Kanisius, Yogyakarta

    Tahun Penerbit : Cetakan ke-2 Tahun 2008

    Tebal : 52 Halaman

    Ketika laki-laki dan perempuan saling

    mengikatkan tali cintanya sebagai suami istri dan

    melalui sakramen perkawinan katolik yang sah,

    Keduanya tidak hanya berpikir mengenai

    kebersamaan hidup di antara mereka berdua, tetapi

     juga membuka diri dan hati pada kelahiran dan

     pendidikan bagi anak-anaknya. Kelahiran anak

    hendaknya diyakini sebagai karunia perkawinan

    yang paling luhur dan sangat berarti bagi

    kesejahteraan suami istri dalam membangun dan

    menghidupi hidup keluarga.

    Seorang anak adalah sebuah “titipan” dari-

     Nya. Sebagai “titipan” Allah, dan sekaligus juga

    sebagai citra Allah, setiap anak haruslah sepenuh-

     penuhnya dihargai, dicintai, diasuh, dan dididik,

    sehingga kelak di kemudian hari ia mampu dan

     berhasil mengasihi Allah dan sesamanya. Allah

    menghendaki bahwa keluarga menjadi tempat

    utama bagi lahir dan tumbuh kembang setiap anak.

    Tuhan juga menghendaki bahwa keluarga menjadi

    tempat pertama untuk pendidikan anak, sebelum ia

    dididik lebih lanjut di sekolah dan di tempat-tempat

    yang lain.

    Pembinaan iman bagi anak adalah

    tanggungjawab yang sangat penting baik bagi

    orang tua dan gereja. Orangtua adalah orang yang

     paling berpengaruh dalam kehidupan seorang

    anak. Perilaku dan kebijaksanaan orangtua adalah

    alat yang paling tepat untuk menjaga Tuhan dan

    Gereja tinggal dalam hati anak-anak. Terkait

    dengan Pembinaan iman anak ini, maka gereja juga

     bekerja keras untuk membina iman anak sejak

    dini, baik dengan mengikutsertakan kegiatan

    BIAK, PAUD maupun kegiatan-kegiatan rohani di

    lingkungan sekitarnya. Yang sangat perlu

    diperhatikan oleh orangtua katolik saat mereka

    mendidik anak-anak adalah mendekatkan diri

    mereka kepada Tuhan, agar Tuhan sendiri berkenan

     berkarya dalam diri mereka. Tanpa rahmat dan

     berkat Tuhan, mereka tidak mampu menjalankan

    tugas mulia itu dengan baik. Dalam mendidik anak-

    anak orangtua hendaknya berusaha melaksanakan

    tugas itu sebaik mungkin, sambil mempercayakan

    usaha mereka ke tangan Tuhan sendiri, Sang

    Pendidik Agung.

    Dengan mengikuti Pembinaan iman ini,

    anak-anak juga akan semakin mengenal siapa

    Tuhan yang di imaninya dan mengikuti semua

    ajaran Tuhan Yesus sendiri yang akan menjadi

    teladannya dalam kehidupan anak baik dalam

    lingkungan keluarga dan masyarakat luas tentunya,

    anak juga semakin belajar untuk melakukan

     perbuatan-perbuatan baik yang sudah dicontohkan

    oleh Yesus sendiri. Inilah sebagian dari pentingnya

    mengikutsertakan anak dalam kegiatan Pembinaan

    iman usia dini. (Demus)

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    19/24

     

    BELAJAR DARI KELUARGA KUDUS NAZARET

    (Luk. 2:41-51)By : Aditya Bayu Pratama 

    “Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke

    Yerusalem pada hari raya Paskah. Ketika Yesus

    telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke

    Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu.

    Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka

    berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem

    tanpa diketahui orang tua-Nya. Karena mereka

    menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang

     seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari

     perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara

    kaum keluarga dan kenalan mereka. Karena

    mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka

    ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. Sesudah

    tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait

     Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim

    ulama, sambil mendengarkan mereka dan

    mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada

    mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia

     sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala

     jawab yang diberikan-Nya. Dan ketika orang tua-

     Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata

    ibu-Nya kepada-Nya: "Nak, mengapakah Engkau

    berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan

    aku dengan cemas mencari Engkau." Jawab-Nya

    kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku?

    Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di

    dalam rumah Bapa-Ku?. Tetapi mereka tidak

    mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka.

     Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret;

    dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-

     Nya menyimpan semua perkara itu di dalam

    hatinya.” 

    Orang tua merupakan pendidik yang

     pertama dan utama (GS. art. 3). Kiranya, hal itu

     pulalah yang sudah diteladankan oleh Keluarga

    Kudus dari Nazaret yakni Yosef, Maria dan Yesus.

    Sebagai sebuah keluarga, orang tua Yesus yakni

    Yosef dan Maria, sadar betul akan tugas dan

    tanggung jawab mereka berdua dalam mendidik

    dan juga membesarkan anak mereka yakni Yesus

    sendiri. Mereka sejak dini telah mengajarkan serta

    mengenalkan kepada Yesus akan segala macam

    tradisi dan juga adat istiadat kaum Yahudi, salah

    satunya ialah mengajarkan tradisi untuk berziarah

    ke Yerusalem, setiap akan diadakannya hari raya

    Paskah orang Yahudi. Mereka bersama-sama

    dengan Yesus pergi ke Yerusalem untuk berdoa di

    Bait Allah, dalam suasana yang penuh dengan

    kebersamaan dan juga kehangatan satu sama lain

    antara Yosef, Maria dan Yesus.

    Kiranya, hal ini pulalah yang patut untuk

    kita contoh sebagai seorang yang nantinya mungkin

    akan terpanggil untuk hidup berumah tangga atau

     bagi mereka yang sudah terpanggil untuk hidup

     berumah tangga secara Kristiani. Sebab, teladan ini

     bukanlah teladan atau contoh yang diberikan oleh

    sembarangan orang, melainkan diberikan sendiri

    oleh Keluarga Kudus Nazaret sendiri. Untuk itulah,

    kiranya hal ini baik untuk kita lakukan juga

    didalam hidup keluarga kita. Sebab, dengan kita

    mengenalkan sekaligus juga mengajarkan sejak

    dini kepada anak-anak kita akan tradisi maupun

     juga kebiasaan-kebiasaan baik kepada anak-anak

    kita sendiri sejak dini, berarti dengan demikian

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    20/24

     

    secara tidak langsung kita dalam hal ini sudah memberikan pondasi sejak dini atau pagar sejak awal

    kepada anak-anak kita, melalui pengenalan akan tradisi maupun juga kebiasaan-kebiasaan yang baik secara

    Kristiani kepada anak-anak kita. Agar anak-anak kita pun, nantinya juga dapat terus dengan setia menghidupi

    iman mereka dalam hidup mereka sehari-hari.

    Maka, disini saya mengajak semua orang tua maupun juga calon orang tua yang membaca tulisan ini,

    untuk kembali menyadari akan tugas serta tanggung jawab mereka sebagai orang tua. Mereka dipanggil dan

     juga dipilih oleh Allah sebagai seorang pendidik yang utama dan juga pertama bagi anak-anak mereka.

    Tanggung jawab yang sungguh mulia inilah yang seharusnya wajib untuk terus kita hidupi didalam kehidupan

    keluarga kita. Agar iman maupun juga kebiasaan-kebiasaan yang baik, yang diajarkan sejak dini kepada anak-

    anak kita dapat terus hidup dan berkembang sesuai dengan dan bersama pertumbuhan jiwa mereka sehari-

    harinya.

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    21/24

     

    PERAN KELUARGA SEBAGAI SEKOLAH IMAN

    “GODAAN DALAM ERA GLOBAL” 

    By : Alberta Evin Jayanti 

    Berbicara mengenai peran keluarga

    sebagai sekolah iman tentunya kita tahu bahwa

    keluarga merupakan sekolah iman yang pertama

     bagi anak. Dari keluarga anak dikenalkan dan

    diajari cara menghidupi iman kristiani. Namun

    keluarga tetap memiliki tantangannya tersendiri

    dalam menjadi wadah sekolah iman bagi anak.

    Apalagi kita ketahui di era

    global ini banyak sekali

     problematika yang terjadi

    dalam kehidupan termasuk

    kehidupan berkeluarga. Hal

    tersebut terjadi karena semakin

     banyaknya tuntutan hidup yang

    harus terpenuhi. Oleh karena

    hal itu, banyak dijumpai

    orangtua yang mengorbankan waktu bersamakeluarga untuk lebih fokus bekerja mencari uang

    ataupun mencari kenyamanan tersendiri lainnya.

    Ada juga ditemui orangtua yang tidak ingin

    ketinggalan zaman, ia rela merogoh kocek dalam-

    dalam untuk membeli kebutuhan dengan mengikuti

    tren yang ada sehingga kadang-kadang tanggung

     jawabnya untuk memelihara kesederhanaan dalam

    keluarga diabaikan.

    Beberapa contoh nyatanya adalah trennya

     batu akik yang membuat sebagian besar masyarakat

    Indonesia tergila-gila untuk mengoleksinya. Tidak

    heran banyak yang berani membeli dengan harga

    tinggi untuk mendapatkan apa yang ia mau. Zaman

    sekarang juga banyak ibu-ibu yang senang merawat

    diri dengan rutin ke salon atau tempat kecantikan

    yang lainnya untuk merawat diri supaya kelihatan

    cantik dan awet muda. Hal tersebut membuatnya

    mengabaikan perannya sebagai ibu yang

    memberikan teladan baik bagi anaknya untuk hidup

    sederhana dan berhemat. Begitu juga banyak

    ditemui anak-anak yang masih remaja namun sudah

     pandai bersolek dan kerjaannya hanya

    menghabiskan uang untuk jalan-jalan. Prihatin

    memang melihat beberapa kondisi

    tersebut. Hal-hal tersebut kadang

    menjadi penyebab menjauhnya

    seseorang dari Tuhan.

     Namun itu hanya salah dua

    dari banyak kasus yang terjadi dalam

    kehidupan keluarga dewasa ini. Maka

    dari itu, keluarga dituntut untuk selalu

    sadar diri mengerti akan tugas dan

    tanggung jawabnya. Keluarga harus bisamembentengi diri untuk tidak terikat dalam arus

    hedonisme. Orang tua harus mampu melindungi

    dan mendidik anak dengan ajaran iman kristiani

    yang sesuai dan baik. Orang tua pun harus

    membentengi diri juga supaya tidak terjerat arus

    hedonisme. Hal itu bisa dilakukan dengan cara

    hidup doa dan berperilaku hidup sesuai ajaran

    kristiani. Anak adalah generasi Gereja dan bangsa,

    maka perlulah suatu pendidikan dan pendampingan

    yang baik. Hal ini perlu dilakukan supaya di masa

    depan, anak mampu bertumbuh imannya dengan

     baik untuk dapat mengabdikan diri kepada Gereja

    dan bangsa dalam mewartakan Kerajaan Allah di

    tengah dunia. Dengan begitu, banyak orang yang

     bertobat dan kembali kepada Allah menjalani

    kehidupan seturut dengan perintah Allah.

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    22/24

     

    PERAN ORANGTUA DALAM PENDIDIKAN IMAN ANAK

    By : Sisilia 

    Pendidikan iman bagi anak-anak

    merupakan tanggung jawab utama dari orangtua.

    Orangtua diharapkan dan diharuskan untuk

    mengusahakan semaksimal mungkin untuk

    memberikan pendidikan iman bagi anak-anak

    mereka. Berkat pembaptisan yang telah mereka,

    orangtua bertanggungjawab dan berkewajiban

    untuk menjadi pendidik yang utama dan pertama

     bagi anak-anak mereka terutama pendidikan iman

    mereka. beberapa hal yang perlu menjadi perhatian

    dan catatan bagi orangtua dalam mendidik iman

    anak-anak mereka antara lain sebagai berikut:

    a.  Orangtua memiliki kewajiban untuk

    memberikan pendidikan iman anak.

    Orangtua mempunyai tugas dan tanggung

     jawab mewariskan tradisi imannya kepada anak-

    anak sebagai harta rohani yang paling berharga.

    Sudah saatnya orangtua zaman ini harus

    memberikan pendidikan iman dan kerohanian

    melalui teladan dan penciptaan suasana

    kebersamaan, seperti menciptakan iklim rukun dan

    damai, mengasihi dan melayani orang lain, peka

    terhadap orang lain dan saling membantu guna

    mengenal dan mencintai Tuhan, rajin berdoa dan

     beribadat. Cara tersebut dapat membentuk

    keperibadian anak menjadi insan yang berbudaya

    dan beriman. (Sukasworo, Ignatius 2000: 72-73).

     

     b.  Memberikan keteladanan bagi anak-anak

    dalam sikap dan perbuatan

    Strategi yang harus dilakukan oleh

    orangtua dalam memberikan keteladan dalam sikap

    hidup dan perbuatannya sehari-hari ialah bertindak

     bijaksana, adil dan tegas. Orang tua harus

    memberikan teladan kepada anak dalam betindak

     bijaksana serta memberikan contoh sikap adil dan

    tegas dalam melakukan sesuatu. Sikap dan

     perbuatan baik dari orangtua harus lebih

    ditonjolkan lagi dalam memberikan pendidikan

    kepada anak-anak. Orangtua dapat memberikan

    contoh bagaimana berikap adil kepada anak-anak

    misalnya dengan cara memberikan kasih sayang

    anak-anak itu tidak pilih kasih dan juga membagi

    makanan kepada anak-anak, sehingga dengan

    melihat anak dengan sendirinya dapat meneladani

    sikap serta perbuatan orangtua yang baik kepada

    dirinya.

    c.  Membiasakan untuk berdoa bersama

    (mengajak anak untuk berdoa bersama)

    Kebiasaan berdoa dalam keluarga sangat

     berpengaruh terhadap perkembangan iman anak.

    Oleh karena itu, keluarga yang tidak memiliki

    kebiasaan berdoa dalam keluarga akan mengalami

    kesulitan untuk menumbuhkan kebiasaan berdoa

     bagi anak-anaknya. Anak-anak memiliki sikap

    yang polos dan suci, karena itu orangtua dapat

    dengan mudah membangun kebiasaan doa dalam

    diri mereka. Anak memiliki rasa ingin tahu yang

    cukup tinggi sehingga membuat mereka mudah

    menangkap hal-hal baru yang ditanamkan dalam

    dirinya. Perlu disadari bahwa ketika menerima

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    23/24

     

     baptisan, mereka diangkat menjadi anak Allah. Dan

    seiring berkembangnya, anak hendaknya menerima

     pendampingan dari orangtua. Melalui doa anak

    akan semakin mengenal Allah. (Ponomban, 2008:

    90-91)

    Orangtua harus senantiasa membiasakan

    anak-anak untuk berdoa dalam melakukan segala

    sesuatu, misalnya saja sebelum dan sesudah makan,

    sebelum tidur dan bangun tidur. Hal-hal seperti ini

     juga harus menjadi perhatian bagi orangtua dalam

    mendidik iman anak-anak mereka. Karena

    kebiasaan yang baik sudah ditanamkan dari kecil,

    maka sampai dewasa kebiasaan baik itu akan

    mereka ingat. Pewartaan Injil dari orang tua kepada

    anak-anak harus dimulai sejak kecil dan harus

    diteruskan sampai mereka dewasa. Namun, doa dan

     permenungan sabda itu jangan membuat orangtua

    tidak terlibat dalam hidup kemasyarakatan. Justru

    orangtua harus lebih aktif lagi dalam mengikuti doa

     bersama, sehingga doa menjadi sumber kekuatan

     bagi keluarga dalam pendidikan iman anak.

    Pendidikan iman bagi anak-anak dalam

     perkawinan katolik merupakan tanggungjawab tak

    terelakkan untuk para orangtua. Orangtua menjadi

     penanggungjawab yang pertama dan utama dalam

     pendidikan iman anak-anak mereka (bdk. GE Art

    3). Keluarga-keluarga memiliki kewajiban untuk

    mengupayakan pendidikan bagi anak-anak mereka,

    terutama pendidikan iman. Mereka harus

    mengutamakan pendidikan iman sebagai akar dan

    landasan yang kuat untuk kehidupan mereka

    dimasa yang akan datang. Peran keluarga penting

    dalam memberikan keteladanan dan pembelajaran

    secara langsung.

  • 8/18/2019 Suara Wina Terbit

    24/24

    Juki Budianto, akrab dipanggil Mas Juki

    oleh sebagian besar orang yang berada di

    lingkungan STKIP Widya Yuwana Madiun. Ia

    adalah salah satu tenaga keamanan yang direkrut

    oleh Yayasan Widya Yuwana untuk menjaga

    keamanan di lingkungan STKIP Widya Yuwana

    Madiun. Ia termasuk tenaga baru di lingkungan

    STKIP Widya Yuwana Madiun yang baru setengah

     bulan bekerja. Namun demikian ia sudah dikenal

    oleh sebagian besar orang di lingkungan STKIP

    Widya Yuwana Madiun.

    Laki-laki kelahiran dua puluh dua tahun

    silam ini berasal dari Desa Sawahan RT 5/2

    Madiun. Ia pernah mengenyam pendidikan sampai

     jenjang SMA di SMA Sint Louis Madiun. Tahun

    2011 ia menyelesaikan pendidikannya. Selepas

    lulus SMA itu tidak lantas dia melanjutkan

     pendidikannya ke jenjang berikutnya.Karena memang tidak melanjutkan

    kuliah, ia beradu nasib di Kota Jakarta, Ibu Kota

    sekaligus kota metropolitan di Indonesia. Bekerja

    di sebuah apotek pernah ia jalani. Bahkan bekerja

    sebagai seorang satpam pernah dilakoninya. Ia

     bekerja sebagai satpam di sebuah ekspedisi, yaitu

    sebuah jasa pengiriman barang bernama Dakota

    Harapan Indah yang dikelola oleh PT Indah Teguh.

    Berbagai pekerjaan lain juga pernah ia jalani

    selama di Jakarta. Anak terakhir dari empat

     bersaudara ini akhirnya memilih pulang dan

     bekerja di Madiun setelah sekian lama berada di

    Ibu Kota Jakarta. Kehidupan yang jauh dari

    ketenangan dan hasil yang tidak sepadan dengan

     jerih payahnya memaksanya untuk beberapa kali

     beralih pekerjaan hingga akhirnya ia putuskan

    untuk pulang ke kampung halamannya di Madiun.

    Untuk saat ini, yang ada dalam benaknya

    adalah bagaimana caranya ia membantu

     perekonomian keluarga. Ia tidak lagi memikirkan

    hal-hal yang bisa dibilang kekanak-kanakan.

    Impian terbesarnya yaitu ia dapat mencukupi

     perekonomian keluarganya dengan pekerjaan yang

    digelutinya sekarang ini. Hal itu ia lakukan karena

    ketiga saudaranya sudah menikah dan hidup dalam

    keluarganya masing-masing yang terpisah dari

    orang tua.

    Kerasnya kehidupan telah mengubahnya

    menjadi sosok yang dewasa. Ia tidak lagi

    memikirkan kesenangan bagi dirinya sendiri. Ia

    lebih fokus kepada bagaimana ia dapat mencukupi

    kebutuhan keluarganya. Dekat dengan orang tua

    dan biaya hidup yang relatif terjangkau menjadi

     pilihannya untuk kembali ke Madiun. Harapannya

    apa yang didapatnya dapat ia gunakan untuk

    mencukupi kebutuhan keluarganya. (Dicky)